BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI ISHAS (ISTIGHFAR, SHOLAWAT, HAUQOLAH, AL-FATIHAH DAN SHODAQOH) UNTUK MENANGANI REMAJA YANG MENGALAMI DEPRESI DI SIDOARJO.

(1)

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Ika Nur Halimah NIM. B03212009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

Prodi

: Bimbingan dan Konseling Islam

Judul

:

Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi ISHAS (Istighfar, sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan shodaqoh) dalam Menangani Remaja

yang Mengalarr,i Depresi di Sidoarjo.

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Surabaya, 2$ Januai 2017 .

Telah disetujui oleh:

Dosen pembimbing,

NIP. I 9 59 020 5 1 9 860320 04


(3)

PENGESAHA}{ TIM PENGUJI

Skripsi oleh Ika Nur Halimah ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji

Skripsi

Surabaya, 01 Pebr,-rari 2017

Mengesahkan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

NIP. I 97 605182007 012022

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

t13t982032002

NIP.195902051

so.-S.As.. M.Pd


(4)

Yang berlanda tangan dibawah ini, sa,va:

Nama

NiM

Prodi

Fakultas

: Ika Nur Halirnah

: 803212009

: Birnbingan dan Konseling Islam : Dakwah dan Kon"runikasi

Menyatakan dengan sesungguhnya. bahwa:

1) Skripsi ini tidak

pemah dikumpulkan kcpiicla lembaga pendidikan tinggi

manapun untuk n-rendapatkan gelar akademik apapun.

2)

Skripsi

ini

adalah benar-benar l'rasil karya sava secara mandiri dan bukan

merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.

3)

Apabila dikemudian hari terbukti atau clapat dibuktikan skripsi

ini

sebagai

hasil plagiasi, saya akan bersedia menarrggullg segala konsekuensi -hukum

ydng terjadi.

Surabaya, 25 Januari 2017. Yang Menyatakan.

l!t;,t'4


(5)

$

E-Mail: perpus@uinsby.ac.id

LEN{BAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang betanda tangan di bawah ini, saya:

,

lKf"

Vtu. Haurma,f-.-_

*;rd

/gl:;

Nama

NIM

Fakultas/Jurusan

E-mail address

Demi peogembangan ilmu pengetahuan, menyetuiui unttrk membedkao kepada Perpustakaan

UIN Sunan Ampel Suabay4

Hak

Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

N{gkdpsi E Tesis EI Disertasi f: I-a:ro.-latn(...

...)

$-1*b1g"ru

beserta perangkat yang dipedukan @ila ada). Deagan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini

Peqpustakaan

UIN

Sunan Ampel Surabaya bethak menyimpan, mengalih-mediaffotnat-kan,

dalam beatuk pangkalan

data

(database), mendisttibusikafloya, dafi

meoampilkan/mempublikasikaunya di Intemet atau media lain secara fulltextvttttkkepentingan

akademis tanpa petlu memioa

iiifl

dari saya selarna tetap meocantumkan frarra saya sebagai

penulis/pencipta dan atau penerbit yang besangkutan.

Saya bersedia untuk meoanggrrng secata pdbadi tanpa melibatkan pihak Perpustal<aan UIN

Sunan Ampel Suabaya, segala beatuk tutrtutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipa

dalam karya ilmiah saya

ini

Demikian pemyataa:a ini yang saya buat dengan sebenamya.

Surabaya,

lT

[\,or.latt

*,?-Penulis

,Ana

...-,/^.--.----..,.-

lslam

,'


(6)

ABSTRAKSI

Ika Nur Halimah (B03212009), Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk Menangani Remaja yang Mengalami Depresi di Sidoarjo.

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk menangani remaja yang mengalami Depresi di Sidoarjo?, (2) Bagaimana hasil dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk menangani remaja yang mengalami Depresi di Sidoarjo?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa deskriptif komparatif. Dalam menganalisa proses bimbingan dan konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk menangani depresi, data yang digunakan berupa hasil observasi yang disajikan dalam bab penyajian data dan analisis data.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk Menangani Remaja yang Mengalami Depresi di Sidoarjo yakni dengan 5 langkah seperti identifikasi masalah, diagnosa, prognosa,

treatment/terapi dan follow up yang kemudian pada treatment/terapi dilakukan

suatu pendekatan yaitu terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) yang didalamnya ada 3 tahap, yaitu: a. Tahap persiapan terapi,

yang terdiri dari: 1). wudhu, 2). meyakinkan klien, 3). membaca ta’awudz,

basmalah dan hamdalah, dan 4). Membaca syahadat. b. Tahap terapi ISHAS 1). membaca istighfar, 2). membaca sholawat, 3). membaca hauqolah, 4). membaca al-fatihah, 5). shodaqoh, c. konseling dan refleksi. 2. Hasil akhir dari proses bimbingan dan konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) dalam penelitian ini cukup berhasil dengan prosentase kurang lebih 75%, yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada perilaku klien yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik.


(7)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Masalah ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konsep... 10

F. Metode Penelitian ... 16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 17

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 19

3. Jenis dan Sumber Data ... 20

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 23

5. Teknik Pengumpulan Data ... 28

6. Teknik Analisis Data ... 31

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data ... 34

G. Sistematika Pembahasan ... 35

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 38

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 38

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam... 38

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ... 41

c. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam ... 44

d. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam ... 45

e. Pendekatan Bimbingan dan Konseling Islam ... 46

f. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam ... 49

2. ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) 50 a. Pengertian ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh)... 50

b. Manfaat ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh)... 55

3. Depresi ... 67

a. Pengertian Depresi ... 67

b. Gejala Depresi ... 68

4. Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk Menangani Depresi ... 70


(8)

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 74

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 74

a. Letak Kondisi Geografi Desa ... 74

b. Struktur Pemerintahan Desa ... 74

2. Deskripsi Konselor... 75

a. Identitas Konselor ... 75

b. Riwayat Pendidikan ... 76

c. Pengalaman Konselor ... 77

d. Keadaan Konselor ... 78

3. Deskripsi Klien ... 81

a. Identitas Klien ... 81

b. Keadaan Klien ... 82

c. Latar Belakang Pendidikan ... 84

d. Latar Belakang Keluarga ... 84

e. Latar Belakang Ekonomi ... 85

f. Keadaan Lingkungan Klien ... 87

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 89

1. Deskripsi Masalah Klien ... 89

2. Perilaku yang Muncul pada Klien... 94

3. Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk Menangani Remaja yang Mengalami Depresi di Sidoarjo ... 99

a. Identifikasi Masalah ... 99

b. Diagnosa ... 104

c. Prognosa ... 105

d. Treatment (Terapi) ... 106

e. Evaluasi dan Follow Up ... 120

4. Hasil dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk Menangani Remaja yang Mengalami Depresi di Sidoarjo ... 122

BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk Menangani Remaja yang Mengalami Depresi di Sidoarjo... 125

B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk Menangani Remaja yang Mengalami Depresi di Sidoarjo ... 132

BAB V: PENUTUP A. KESIMPULAN ... 135


(9)

LAMPIRAN ...

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Masalah pada Klien ... 105

Tabel 1.2 Deskripsi Konseling ... 117

Tabel 1.3 Kondisi Klien Setelah Mendapat Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah

dan Shodaqoh) ... 123

Tabel 1.4 Perbandingan Data Teori dan Data Empiris ... 125

Tabel 1.5 Perbandingan Kondisi Klien Sebelum dan Sesudah diterapi ISHAS


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan sebuah periode dimana digambarkan sebagai periode yang penuh dengan tekanan dan ketegangan, karena pertumbuhan kematangannya baru hanya aspek fisik sedangkan psikologinya masih belum matang. Saat mereka menghadapi perubahan masa anak ke masa dewasa yang sangat cepat mereka mengalami ketidaktentuan dalam mencari kedudukan dan identitas. Pada masa ini perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan tempramental (mudah tersinggung atau marah maupun

mudah sedih atau murung).1

Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun

fisik.2 Itulah salah satu sebabnya mengapa pemuda/remaja merupakan

salah satu aset Negara yang sangat berharga. Bahakan nasib Negara kedepan tergantung bagaimana pemuda/remajanya hari ini. Karena pemuda/remajalah yang akan menjadi generasi penerus Negara, yang akan melanjutkan perjuangan dari para pendahulunya. Pemuda/remaja pula yang akan memajukan atau minimal mempertahankan Negara. Seorang

1 Arif Ainur Rofiq, Sistematika Psikologi Perkembangan Islam (Surabaya: Arloka,

2005), hal. 57-58.

2 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Bumi Aksara,


(11)

pemuda/remaja hendaknya memiliki cita-cita/harapan serta semangat yang tinggi. Apabila pemuda sudah kehilangan harapan hidup, bagaimana nasib Negara kedepannya.

Dasar kehidupan seseorang adalah harapan. Bila ada harapan, maka ada hidup dan sebaliknya bila tidak ada harapan untuk masa depan, maka tidak ada kekuatan untuk saat ini. Sekali lilin mati, maka jalanan

menjadi berbahaya.3 Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul

“Work and Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya

sebagai “Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat

suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang

diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.4

Sangat sayang apabila masa remaja tersebut tidak dikelola dengan baik. Sebagaimana yang telah dialami oleh salah satu remaja di Sidoarjo

3 Ken Olson, Psikologi Harapan (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), cet. Ke-1, hal.

343.

4http://batozay-semuahaldalamkehidupan.blogspot.co.id/2012/09/teori-harapan.html.


(12)

yang kehilangan harapan dalam hidupnya. Dalam hal ini, seorang remaja bernama Dinda (nama samaran) adalah remaja yang telah diputus oleh kekasihnya Putra (nama samaran) kurang lebih satu tahun silam, setelah menjalin hubungan selama kurang lebih satu tahun.

Sebelumnya klien sudah dua kali menjalin hubungan dengan laki-laki. Hubungan klien dengan kekasih-kekasih sebelumnya putus ditengah jalan ketika sudah tidak ada kecocokan diantara keduanya. Namun putusnya hubungan klien dengan kekasih-kekasih sebelumnya tidak sampai membuat klien seperti ketika hubungannya dengan Putra berakhir.

Putra memang merupakan orang yang paling ia sayangi diantara kekasih-kekasih sebelumnya. Hubungan klien dengan Putra juga merupakan hubungan yang paling lama dan dianggap paling serius oleh klien. Ini karena sebelum hubungan mereka berakhir, Putra pernah membawa kedua orang tuanya berkunjung kerumah klien. Klien menganggap bahwa kehadiran Putra beserta orangtuanya ini adalah awal dari keseriusan hubungan mereka menuju jenjang yang lebih serius. Namun, beberapa saat kemudian setelah kehadiran Putra bersama orang tuanya justru Putra mengakhiri hubungan mereka. Sejak saat itu Dinda merasa sangat terpukul hingga kurang lebih satu tahun. Dinda masih belum bisa melupakan mantan kekasihnya yang sangat ia sayangi. Bahkan dalam hati kecilnya masih mengharapkan mantan kekasih yang telah memutuskannya tersebut.


(13)

Rasa sayang klien dengan Putra memang begitu dalam. Hal ini disebabkan perlakuan Putra terhadapnya sangat baik. Klien merasa sangat disayangi dan merasa paling diperhatikan ketika menjalin hubungan dengan Putra dibanding dengan kekasih-kekasih sebelumnya. Putra selalu mengalah apabila ada konflik antara keduanya sekalipun klien yang salah. Putra selalu bisa mencairkan suasana dan dapat menenangkan klien ketika ada masalah. Inilah yang membuat klien semakin hari semakin menyayangi Putra. Namun disaat klien benar-benar menyayangi Putra dan berharap hubungannya berlanjut kejenjang yang lebih serius, justru Putra memutuskannya. Klien benar-benar merasa kehilangan orang yang sangat diharapkan menjadi pendamping hidup untuk selamanya tersebut. Klien memang sudah jauh berharap membangun rumah tangga bersama Putra. Hal ini yang membuat klien merasa hidupnya menjadi tak berarti setelah ia diputuskan oleh Putra. Tidak ada orang yang selalu menyejukkan hatinya dan mewarnai hari-harinya lagi. Ia juga tidak mendapatkan kasih sayang

dan perhatian lagi dari Putra.5

Berawal dari berakhirnya hubungan yang telah dijalin selama kurang lebih satu tahun inilah, Dinda menjadi orang yang tidak peduli dengan dirinya sendiri. Sehingga, menyebabkan ia sering jatuh sakit karena tidak mau makan sekalipun merasa lapar, hari-harinya hanya dipenuhi dengan mengingat kebaikan dan kasih sayang Putra yang justru membuatnya semakin merasa kehilangan, tidak bisa tidur hingga larut


(14)

malam karena teringat bahwa ia tidak lagi bersama dengan Putra, sering mengurung diri dalam kamar dan menangis, terlihat murung, tidak semangat dalam menjalani kehidupan, serta sempat tidak percaya dengan takdir Allah Swt. Ia menganggap bahwa Allah Swt. tidak adil kepadanya. Ia juga beranggapan bahwa lebih baik ia sakit dan mati daripada ia harus menjalani hari-harinya tanpa Putra. Perilakunya tersebut juga kemudian sangat berpengaruh terhadap hubungan sosialnya dengan lingkungan sekitar seperti menjauh dari keluarga sekalipun tinggal satu rumah (jarang komunikasi dengan keluarga) dan menarik diri dari lingkungan.

Jika dilihat dari gejala-gejalanya, nampaknya Dinda tengah mengalami depresi sehingga harapan dalam hidupnya seakan telah pupus semenjak kisah cintanya dengan Putra berakhir. Dalam usianya yang produktif ini, sangat disayangkan jika dalam hidupnya hanya dihabiskan untuk menyesali apa yang telah terjadi tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat yang seharusnya bisa ia lakukan dalam keadaan normal. Sebagai sesama manusia juga sesama wanita, peneliti akan merasa sangat bersalah apabila membiarkan klien tetap pada keadaannya saat ini tanpa melakukan apapun. Mengingat bahwa peneliti juga merupakan teman baik dari klien. Inilah yang kemudian menjadikan peneliti tertarik untuk membangkitkan semangat hidup dan memunculkan kembali harapan salah satu generasi penerus bangsa Indonesia tersebut.

Dengan peran agama diharapkan problema tersebut dapat diatasi. Agama dapat mengisi arti kehidupan menusia sepantasnya yang digunakan


(15)

sebagai landasan filosofis penyembuhan menusia yang terkena gangguan

mental.6 Hal ini akan peneliti lakukan dengan menggunakan pendekatan

agama yang terwujud dalam ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh). Dimana ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) tersebut termasuk dalam amalan dzikir. Firman Allah Swt. berkaitan dengan dzikir:

                    

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah

hati menjadi tenteram.”(QS. Ar-Ra’du: 28)7

Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari berbagai kerisauan, kegundahan, kekesalan dan goncangan. Dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan dan kesedihan akan sirna. Bahkan dengan dzikir kepada-Nya segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh dengan sendirinya. Semakin banyak mengingat Allah, pikiran akan semakin terbuka, hati semakin tentram, jiwa semakin bahagia dan nurani semakin damai sentosa. Itu karena dengan mengingat Allah terkandung nilai-nilai ketawakalan kepada-Nya, keyakinan penuh kepada-Nya, ketergantungan diri hanya Nya, kepasrahan Nya berbaik sangka kepada-Nya dan pengharapan kebahagiaan dari-kepada-Nya. Dia senantiasa dekat ketika

6 Abd. Aziz Ahyani, Psikologi Agama (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hal.

166.

7 Kementrian Agama RI, Syaamil Quran Terjemah Tafsir Per Kata (Bandung: Syaamil,


(16)

si hamba berdo’a kepada-Nya, senantiasa mendengar ketika diminta, dan

senantiasa mengabulkan jika dimohon.8

Setelah melihat fenomena diatas, penulis tertarik untuk

mengangkat sebuah judul: “BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

DENGAN TERAPI ISHAS (ISTIGHFAR, SHOLAWAT, HAUQOLAH, AL-FATIHAH DAN SHODAQOH) DALAM MENANGANI REMAJA

YANG MENGALAMI DEPRESI DI SIDOARJO”.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam kajian ini, penulis menginginkan pembatasan masalah diatas bisa lebih fokus terhadap obyek yang akan diteliti dan dapat terselesaikan secara tuntas, maka dirumuskan dengan pertanyaan berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam

dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk menangani remaja yang mengalami Depresi di Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi

ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk menangani remaja yang mengalami Depresi di Sidoarjo?

8‘Aidh al-Qarni, La Tahzan Jangan Bersedih!. Terjemahan Samson Rahman (Jakarta:


(17)

C. TUJUAN

Sejalan dengan permasalahan diatas, sehingga diharapkan dapat diambil manfaatnya bagi semua pembaca dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling Islam, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam

dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk menangani remaja yang mengalami Depresi di Sidoarjo.

2. Mengetahui hasil dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi

ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) untuk menangani remaja yang mengalami Depresi di Sidoarjo.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dikerjakan menjadi catatan akademis ilmiah dengan harapan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis bagi para pembaca, antara lain sebagai berikut :

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

pengembangan ilmu dan pengetahuan dalam bimbingan agama khususnya di program studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.


(18)

b. Secara umum semua pihak yang membaca hasil penelitian ini akan mengetahui bagaimana implementasi Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) sehingga dapat dijadikan tambahan referensi dan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.

2. Secara praktis

a. Sebagai bahan informasi bagi para mahasiswa khususnya calon

konselor dari program studi Bimbingan dan Konseling Islam dalam menangani suatu masalah dengan menggunakan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi tentang bagaimana

menangani permasalahan remaja dengan menggunakan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh).

c. Diharapkan terapi ini dapat membantu klien dalam mengubah pola

pikirnya yang negatif menjadi positif dan menjadikannya manusia yang lebih baik serta terus berusaha menjadi manusia yang mendekati sempurna (insan kamil).


(19)

E. DEFINISI KONSEP

Dalam penelitian ini sebagai upaya untuk mempermudah pembahasan dan terarahnya penulisan, perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul Skripsi ini. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:

1. Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seseorang kepada individu maupun kelompok secara terus menerus dan sistematis agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Bimbingan ini sama dengan bimbingan pada umumnya hanya saja dalam setiap seginya

berlandaskan pada dua sumber Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits

(Sunnah Rasul).9

Sedangkan menurut Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fithrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam

Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Saw. ke dalam dirinya, sehingga ia dapat

hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan hadits.

Apabila internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan

9 Ahmad Mubarok, al-Irsyad an-Nafs Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta:


(20)

hadits telah tercapai dan fithrah beragama itu telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah Swt., dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah di muka bumi yang

sekaligus juga berfungsi untuk mengabdi kepada Allah Swt.10

Dalam skripsi ini, yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada seorang remaja di Sidoarjo dengan menggunakan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) hingga remaja tersebut dapat merubah pola pikirnya serta dapat menjalani hidup dengan lebih baik serta mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Selain itu, setelah diberikan Bimbingan dan Konseling Islam diharapkan remaja (klien) dapat hidup bermasyarakat dengan baik.

2. Terapi ISHAS

Terapi ISHAS yaitu merupakan singkatan dari lima amalan mulia dalam agama Islam, yaitu terapi Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh. Dimana yang empat (Istighfar, Sholawat, Hauqolah dan Al-Fatihah) termasuk dalam kategori lafadz-lafadz dzikir. Sedangkan shodaqoh sendiri merupakan perbuatan yang dianjurkan kepada setiap Muslim.

Dzikir berasal dari kata dzikir/dzakara, artinya mengingat,

memerhatikan, mengenang, sambil mengambil pelajaran, mengenal

10 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: AMZAH, 2008), hal.


(21)

atau mengerti. Seringkali perilaku dzikir diperlihatkan orang hanya dalam bentuk renungan sambil duduk berkomat-kamit. Namun pada dasarnya, dzikir tidak hanya diucapkan dilisan akan tetapi lebih dari itu. Dzikir bersifat implementatif dalam berbagai variasi yang aktif

dan kreatif. Al-Qur’an menjelaskan bahwa dzikir membangkitkan daya

ingat dan kesadaran, ingat akan hukum-hukum Allah Swt., mengambil pelajaran/peringatan dan berarti pula meneliti proses alam. Dzikir membentuk akselerasi, dimulai dari renungan, sikap, aktualisasi, sampai pada kegiatan proses alam. Semua itu menghendaki terlibatnya dzikir tanpa boleh alpa sedikit pun dan merupakan jaminan berakarnya ketenangan dalam diri. Apabila diri selalu terhubung dalam ikatan ketuhanan, maka akan tertanam dalam diri seseorang tersebut

sifat-sifat ketuhanan yang berupa ilmu, hikmah, dan iman.11

Sedangkan Shadaqoh sendiri menurut pengertian bahasa adalah kata benda yang dipakai untuk suatu hal yang dishodaqohkan.

Kata Shodaqoh berasal dari tiga huruf, yaitu shad, dal dan qaf.

shodaqoh juga berasal dari kata ash-shidq yang berarti benar atau jujur.

Benar atau jujur disini bermaksud menunjukkan kebenaran

penghambaan seseorang terhadap Allah Swt.12

11 M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati (Jakarta: Erlangga, 2012), hal.

59-60.

12 Hasan bin Ahmad Hammam, Obati Sakitmu dengan Sedekah. Terjemahan Agus


(22)

Selain termasuk dalam amalan dzikir, ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) juga mengandung makna yang luar biasa, diantaranya:

a. Istighfar

Istighfar merupakan simbol dari pertaubatan manusia kepada Tuhannya. Dimana orang yang bertaubat harus mengakui semua dosa-dosa yang telah dilakukan dan memposisikan dirinya benar-benar pada posisi bersalah. Dengan begitu, manusia akan merasa butuh dengan Tuhannya. Jika manusia sudah merasa butuh Tuhannya, manusia akan mudah didekatkan dengan Tuhannya. Disinilah saat yang tepat untuk mengalihkan fokus klien pada masalah yang dihadapi.

b. Sholawat

Sholawat disini selain lafadz yang ditujukan kepada nabi Muhammad juga dimaksudkan mengingat dan mencintai umat pilihan tersebut. Dengan mencintai maka sedikit demi sedikit klien akan mengarahkan segala tingkah lakunya untuk meneladani panutan tersebut.

c. Hauqolah

Pada pelafalan lafadz hauqolah dalam terapi ini mengajak klien untuk merenungkan bahwa pada hakikatnya manusia itu lemah dan tidak memiliki kekuatan melainkan Allah Swt yang memberikan kekuatan. Oleh karena itu, pelafalan hauqolah ini juga


(23)

mengajak klien untuk memohon kepada Allah Swt supaya diberikan kekuatan dalam menghadapi masalahnya.

d. Al-Fatihah

Kandungan Al-fatihah sangat luar biasa. Dimana dalam terapi ini, klien diajak merenungkan makna dari Al-Fatihah tersebut. Mulai dari mengingat kasih sayang Allah Swt yang sangat besar dan yang terutama adalah pasrah sepenuhnya kepada Allah Swt.

e. Shodaqoh

Shodaqoh disini tidak hanya bersifat material seperti memberikan uang maupun barang kepada orang lain, namun juga bersifat non material misalnya: tersenyum dan menyapa orang lain. Sehingga jika dilihat dari pengertian dzikir diatas, shodaqoh bisa termasuk dalam amalan dzikir (mengingat Allah), karena shodaqoh merupakan amalan yang menghubungkan manusia dengan manusia

yang lain (hablun minannas) serta menghubungkan manusia

dengan Allah Swt. (hablun minallah).

Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) ini mengajak klien untuk merenungkan serta mensyukuri segala karunia Allah Swt. dan menyandarkan hidup sepenuhnya kepada Allah Swt. dengan tujuan mendapatkan ketenangan jiwa.


(24)

3. Depresi

Depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya. Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala-gejala lain,

seperti gangguan tidur dan menurunnya selera makan.13

Dalam penelitian ini, klien di kategorikan sebagai remaja yang mengalami depresi karena menunjukkan gejala-gejala depresi, seperti: tidak peduli dengan dirinya sendiri, sehingga menyebabkan ia sering jatuh sakit karena tidak mau makan sekalipun merasa lapar, hari-harinya hanya dipenuhi dengan mengingat kebaikan dan kasih sayang Putra yang justru membuatnya semakin merasa kehilangan, sering mengurung diri dalam kamar dan menangis, terlihat murung, tidak semangat dalam menjalani kehidupan, serta sempat tidak percaya dengan takdir Allah Swt. Ia menganggap bahwa Allah Swt. tidak adil kepadanya. Ia juga beranggapan bahwa lebih baik ia sakit dan mati daripada ia harus menjalani hari-harinya tanpa Putra. Perilakunya tersebut juga kemudian sangat berpengaruh terhadap hubungan sosialnya dengan lingkungan sekitar seperti menjauh dari keluarga sekalipun tinggal satu rumah (jarang komunikasi dengan keluarga) dan

13 Namora Lumongga Lubis, Depresi Tinjauan Psikologis (Jakarta: Kencana, 2009), hal.


(25)

menarik diri dari lingkungan. Dan gejala-gejala ini muncul dalam jangka waktu yang lama.

F. METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat

kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu: cara ilmiah, data, tujuan, dan

kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti

kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal,

sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara

yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan

langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.14

Pada hakekatnya metode penelitian berasal dari dua kata, yaitu metode dan penelitian. Secara etimologi metode berarti suatu cara untuk

melakukan sesuatu secara tepat.15 Sedangkan penelitian (research) dari

kata re dan to research yang mempunyai arti mencari kembali. Dalam

bahasa latin “research” artinya mengungkap atau membuka. Sedangkan

14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,

2016), cet. Ke-16, hal. 2.

15 Ismail Nawawi Uha, Metoda Penelitian Kualitatif (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka


(26)

menurut Saifuddin Azwar mengatakan bahwa penelitian adalah rangkaian

kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.16

Apabila keduanya digabungkan arti dari metode penelitian merupakan suatu cara atau proses untuk memahami sesuatu penyelidikan atau mencari bukti-bukti yang berhubungan dengan suatu masalah yang sedang dikaji sehingga menemukan suatu pemahaman.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, jika ditinjau dari segi pendekatannya, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini, Penelitian Deskriptif-Kualitatif bertujuan menggambarkan suatu fenomena tertentu dengan bertumpu pada prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan berupa lisan secara holistik (utuh). Selain itu dalam metode ini, langkah kerja yang dilakukan yaitu mendeskripsikan suatu objek dan fenomena dalam suatu tulisan yang

bersifat naratif.17 Ini berarti bahwa data dari fakta yang diperoleh

berupa kata atau gambar bukan angka.

Penelitian deskriptif berusaha untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada (bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, proses yang sedang berlangsung, akibat atas

16 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), cet. Ke-5,

hal.1.

17 Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya,


(27)

efektifitas yang sedang berlangsung).18 Selain itu metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.19

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus, studi kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial yang telah

diteliti.20

Penulis memilih menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena dirasa dengan jenis penelitian tersebut lebih cocok untuk penelitian yang dilaksanakan. Hal ini dikarenakan peneliti ingin memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sesuai kenyataan pada saat penelitian dilaksanakan, sehingga pemanfaatan temuan penelitian berlaku pada saat itu pula dan belum tentu relevan jika digunakan untuk waktu yang akan datang. Oleh karena itu peneliti tidak menuntut adanya hipotesis. Sedangkan alasan peneliti memilih studi kasus adalah supaya gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat,

18 Sumanto, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hal. 77. 19 M. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989), hal. 63.

20 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002),


(28)

serta karakter-karakter yang khas dalam penelitian dapat digambarkan secara lebih detail.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah Dinda (nama samaran) seorang remaja yang mengalami depresi, yang kemudian disebut sebagai klien. Dan konselornya adalah peneliti sendiri yaitu Ika Nur Halimah yang kemudian bekerja sama dengan pihak-pihak yang dapat membantu dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan klien.

Sedangkan lokasi penelitiannya berada di salah satu Desa di Sidoarjo, tepatnya di Dusun Lumbang RT. 13, RW. 3, Desa Sawocangkring, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Lokasi ini memerlukan waktu tempuh kurang lebih 60 menit dari tempat tinggal peneliti yaitu Jl. Jemursari Utara III/9 Surabaya.

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif ini bertindak sebagai instrument pengumpul data. Dan peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai partisipan penuh. Dimana dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang akan melakukan bimbingan konseling Islam kepada klien secara langsung.


(29)

3. Jenis dan sumber Data

a. Jenis Data

Data (tunggal datum) merupakan bahan keterangan tentang suatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi

penelitian.21 Jenis data dalam penelitian ini adalah data dalam

bentuk kata verbal bukan data dalam bentuk angka. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber pertama dilapangan. Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, pelaksanaan proses konseling serta hasil konseling.

Dalam memperoleh data ini, peneliti menggali informasi dengan mewawancarai klien mengenai awal mula (penyebab) dari kejadian yang dialami klien serta apa yang dirasakan klien sebelum dan sesudah mendapatkan terapi ISHAS. Selain itu, peneliti juga menggali informasi melalui orang-orang terdekat klien, seperti: mewawancarai ibu klien

bernama Aminah (nama samaran), kakak klien bernama Rofi’a

(nama samaran) dan sepupu klien bernama Tria mengenai perilaku klien sehari-hari (sebelum mengalami depresi, setelah

21 M. Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2011), cet.


(30)

mengalami depresi belum diterapi serta setelah diterapi) beserta dampak dari perilaku klien bagi lingkungan sekitar.

2) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau berbagai sumber yang bisa memberikan informasi pendukung. Usaha yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data ini yaitu dengan mewawancarai berbagai sumber, seperti: mewawancarai ibu klien, kakak klien, sepupu klien, mengenai latar belakang keluarga, keadaan lingkungan klien, dan mewawancarai beberapa pegawai desa mengenai gambaran lokasi penelitian, diantaranya: struktur pemerintahan desa, batas desa, demografi desa dan infrastruktur desa.

b. Sumber Data

Menurut Lexy J. Moleong, menyatakan bahwasanya sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumentasi dan lain-lain.22

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat

diperoleh.23 Yang mana data merupakan sekumpulan fakta tentang

suatu fenomena, baik berupa angka-angka (bilangan) ataupun berupa kategori, seperti: baik, buruk, senang, tidak senang,

22 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009), cet. Ke-26, hal.4.

23 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka


(31)

berhasil, gagal, tinggi, rendah, yang dapat diolah menjadi

informasi.24 Dan apabila menggunakan dokumentasi maka yang

menjadi sumber datanya adalah dokumen atau catatan yang sesuai

dengan kebutuhan peneliti.25

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dimana

data dapat di peroleh.26 Sumber data dalam penelitian ada dua

jenis, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti atau orang yang

memerlukannya berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.27

Dalam hal ini, yang menjadi sumber data primernya adalah klien yang mana merupakan seorang remaja di Sidoarjo yang mempunyai masalah serta butuh bantuan konseling untuk menyelesaikan masalahnya dan konselor yang akan membantu mengarahkan klien dalam menyelesaikan masalahnya. Selain itu, ibu, kakak serta sepupu klien juga menjadi sumber data

primer karena kepada merekalah biasanya klien

24 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 191.

25 Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Yogyakarta: Andi Offset,

1995), hal. 107.

26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2010), hal, 172.

27 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: Media Grafika,


(32)

mengungkapkan apa yang dirasakan. Mereka juga faham betul mengenai perilaku-perilaku yang tampak pada diri klien.

2) Sumber Data Skunder

Sumber data skunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi untuk melengkapi data yang diperlukan oleh data primer. Adapun yang menjadi sumber data sekundernya adalah informan yang memberikan informasi mengenai klien dan kondisi lingkungan sekitarnya.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah ibu, kakak, sepupu klien serta anggota pemerintah desa Sawocangkring, yang memberikan informasi mengenai latar belakang keluarga, keadaan lingkungan klien, serta gambaran lokasi penelitian.

Selain informan ada juga dokumentasi, yaitu data tertulis yang diperoleh untuk mengetahui lokasi maupun identitas konselor dan konseli. Dokumentasi ini berlaku hanya apabila dibutuhkan namun sifatnya tidak wajib.

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, seorang peneliti harus menyusun rencana penelitian, serta peneliti harus benar-benar memahami adanya langkah-langkah yang harus ditempuh dalam suatu penelitian. Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini adalah tahap pralapangan, tahap pelaksanaan penelitian serta tahap analisis data.


(33)

a. Tahap Pralapangan

Tahap ini merupakan tahap awal yang peneliti lakukan sebelum memasuki lapangan. Ada enam kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap ini, yaitu:

1) Menyusun rancangan penelitian

Pada tahapan ini Peneliti menyusun rancangan penelitian yang akan diteliti sebelum terjun secara langsung, seperti: menyusun rancangan penelitin, latar belakang, kajian

kepustakaan, pemilihan lapangan peneliti, dll.28

Dalam menyusun rancangan penelitian ini, yang peneliti lakukan yaitu: menentukan sasaran peneltian yakni seorang remaja di Sidoarjo, kemudian merancang bagaimana memperoleh informasi dengan menentukan siapa saja informan yang akan diwawancara untuk menggali data (dalam hal ini, peneliti menetapkan enam orang, yaitu klien sendiri, ibu klien, kakak klien, sepupu klien, mantan kekasih klien serta anggota pemerintah desa Sawocangkring).

2) Memilih lapangan/tempat penelitian

Setelah peneliti mengetahui fenomena yang terjadi pada klien yaitu seorang remaja yang mengalami depresi, peneliti mencari tahu lokasi dimana tempat tinggal seorang remaja tersebut yaitu di Desa Sawocangkring Kecamatan

28 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


(34)

Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Alamat lengkap lokasi ini peneliti dapatkan dari klien sendiri.

3) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

Tahap ini belum sampai pada titik yang

menyingkapkan bagaimana peneliti masuk lapangan dalam arti mulai mengumpulkan data yang sebenar-benarnya. Tahap ini barulah merupakan orientasi lapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan. Tahap ini bertujuan supaya peneliti dapat mempersiapkan diri, mental maupun

fisik, serta menyiapkan peralatan yang diperlukan.29

Dalam hal ini peneliti menilai dan memahami keadaan lapangan dengan survei dan wawancara kepada para anggota pemerintah desa Sawocangkring. Selain itu, sebelumnya peneliti juga menanyakan tentang lokasi dan keadaan lapangan kepada teman peneliti yang tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi penelitian.

4) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu

29 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


(35)

agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenarkan

diri dalam konteks setempat.30

Dalam tahap ini, peneliti memilah-milah siapa yang akan dijadikan sebagai informan sehingga data yang diperoleh peneliti benar-benar valid. Akhirnya peneliti memilih Aminah

dan Rofi’a (ibu dan kakak klien) karena mereka yang tinggal

bersama klien, Tria (sepupu klien) yang paling dekat dengan klien, Putra orang yang pernah dekat dengan klien serta Bapak Jalal selaku sekretaris desa Sawocangkring.

5) Mempersiapkan perlengkapan penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyiapkan apa saja perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses menggali data seperti pedoman wawancara, alat tulis, kertas, dan buku. Namun sebelumnya, peneliti juga menyiapkan surat izin penelitian. Semua yang bertujuan untuk mendapatkan informasi sebagai penelitian deskripsi data di lapangan dan akhirnya

menghasilkan rencana penelitian.31

6) Persoalan etika penelitian

Etika penelitian ini pada dasarnya menyangkut hubungan penelitian dengan orang atau subyek penelitian, baik

30 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1996), cet. Ke-7, hal. 90.

31 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


(36)

secara perorangan maupun secara kelompok.32 Peneliti harus menjaga sikap, menjaga hubungan serta tetap berhati-hati (tidak ceroboh) supaya tujuannya dalam penelitian dapat tercapai dengan baik.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap eksplorasi secara terfokus sesuai dengan pokok permasalahan yang dipilih sebagai fokus penelitian. Tahap ini merupakan pekerjaan lapangan dimana peneliti datang ke lapangan dengan melakukan interview, pengamatan dan pengumpulan data serta dokumen, perolehan data kemudian dicatat dengan cermat kemudian data di lapangan dianalisa walaupun secara intensif dilakukan setelah pelaksanaan penelitian.

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan wawancara kepada klien untuk memperoleh data mengenai gejala-gejala yang nampak serta perasaan yang dirasakan klien. Selain itu peneliti juga melaksanakan proses konseling.

Kemudian sebagai pelengkap data peneliti juga

melakukan wawancara kepada Aminah (ibu klien), Rofi’a (kakak

klien), Tria (sepupu), Putra (mantan klien), serta bapak Jalal selaku sekretaris desa Sawocangkring.

32 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(37)

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini peneliti menelaah kembali seluruh data yang telah tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan dan dokumen. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan data kemudian menganalisa data dengan mendeskripsikan data yang telah diproses secara apa adanya sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian.

Data yang dianalisis dalam tahap ini meliputi: proses pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) dalam menangani remaja yang mengalami depresi dan hasil bimbingan konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) dalam menangani remaja yang mengalami depresi.

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode ini digunakan dengan menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju kesimpulan bersifat

umum.33 Adapun metode yang digunakan dalam pengupulan data

pada penelitian ini adalah:

33 Nana Sujana dan Ulung Laksana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk Memperoleh


(38)

a. Observasi (pengamatan)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Observasi secara etimologi berarti pengamatan dan peninjauan secara cermat. Sedangkan menurut M. Burhan Bungin dalam bukunya, observasi atau pengamatan adalah salah satu alat/cara untuk mengumpulkan data melalui pengamatan secara langsung

dan penginderaan.34

Menurut Sukardi, observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan salah satu panca indra yaitu indra penglihatan sebagai alat bantu untuk melakukan pengamatan secara langsung, selain panca indra biasanya juga menggunakan alat pendukung sesuai dengan kondisi lapangan. Alat pendukung

tersebut seperti buku catatan, kamera, film, proyektor, cheklist

yang berisi obyek yang diteliti dan lain sebagainya.35 Namun

dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan semua alat pendukung melainkan hanya menggunakan buku catatan.

Metode ini digunakan untuk melihat dan mencatat langsung bagaimana proses pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling islam yang dilakukan dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) terhadap seorang

34 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007), cet. Ke-4, hal.

115.

35 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta:


(39)

remaja di Sidoarjo yang mengalami depresi sehingga kehilangan harapan dalam hidupnya.

b. Interview (wawancara)

Wawacara adalah penghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, bertatap muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dalam wawancara penulis dapat menggunakan dua jenis data, yaitu: wawancara terpimpin dan wawancara tidak

terpimpin.36

Tehnik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang latar belakang klien dan permasalahannya, perilaku sebelum dan sesudah adanya proses Bimbingan Konseling Islam dengan terapi

ISHAS (Istighfar, Shalawat, Hauqalah, Al-Fatihah dan

Shadaqah), dan bagaimana proses pelaksanaanya.

c. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan fenomena, peristiwa, yang sudah berlalu yang dikumpulkan dalam bentuk tulisan, gambar

atau karya mono mental dari seseorang.37

Dalam pengertian lain, dokumentasi mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

36 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), hal. 82.

37 Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya,


(40)

agenda dan sebagainya.38 Diharapkan dengan metode dokumentasi dapat memperoleh gambaran umum lokasi objek penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.39

Analisis data ini sudah dilakukan sejak peneliti belum memasuki lapangan, selama berada dilapangan dan setelah berada di lapangan. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin data dan kemudian memilah-milah mana yang penting dan perlu untuk dilaporkan.

Adapun data yang akan dianalisis yakni tentang proses bimbingan konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) dengan cara deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sebagaimana adanya, seperti: menganalisis

38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2010),hal. 274

39 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. Ke-6, hal.


(41)

gejala-gejala yang muncul pada klien termasuk dalam kategori permasalahan apa? Terapi apa yang cocok untuk permasalahan tersebut? Bagaimana proses yang dilakukan? dll. Selanjutnya untuk mengetahui tentang hasil pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) pada klien dengan cara deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah mendapatkan bimbingan konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh).

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Karena itu hampir dipastikan bahwa peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan wawancara dan observasi dengan informan-informannya. Karena itu peneliti kaulitatif adalah peneliti yang memiliki waktu lama bersama dengan informan di lapangan,

bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.40

40 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007), cet. Ke-4, hal.


(42)

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data serta keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti berada di tempat penelitian hingga pengumpulan data benar-benar lengkap. Dilakukannya perpanjangan keikutsertaan

akan memungkinkan peningkatan kevalidan data yang

dikumpulkan. Karena dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti akan banyak mempelajari dan dapat menguji kevalidan informasi.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Adapun keajegan pengamatan berarti mencari secara kosisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konsisten atau tentatif. Ini berarti bahwa penulis hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan juga dapat di artikan sebagai teknik pengumpulan


(43)

data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada.41 Triangulasi

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber ini dilakukan dengan cara mengecek atau membandingkan data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber.42 Seperti: data yang diperoleh

berdasarkan wawancara terhadap klien sendiri yang dicocokan dengan data yang diperoleh melalui wawancara kepada ibu, kakak, dan sepupu klien.

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda.43 Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan triangulasi teknik dengan membandingkan data yang diperoleh dengan cara wawancara kepada klien dengan data yang diperoleh dengan observasi.

41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2011), hal. 241.

42 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. Ke-6, hal.

127.

43 Ismail Nawawi Uha, Metoda Penelitian Kualitatif (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya,


(44)

3) Triangulasi waktu

Peneliti dapat mengecek konsistensi, kedalaman dan ketepatan/kebenaran suatu data dengan melakukan triangulasi waktu. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpullkan data pada waktu yang

berbeda.44 Peneliti melakukan wawancara dan observasi

kepada klien pada waktu tertentu dan mengulangnya pada waktu lain.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memudahkan dalam pembahasan dan penyusunan Skripsi ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan kedalam lima bab yang saling berkaitan antara bab satu dengan bab yang lainnya. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN gambaran umum yang membuat pola dasar dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA dalam bab ini peneliti menyajikan tentang kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang dikaji. Bab ini membahas tentang Bimbingan dan Konseling Islam, yang meliputi; pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, tujuan Bimbingan dan Konseling Islam, unsur-unsur

44 Ismail Nawawi Uha, Metoda Penelitian Kualitatif (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya,


(45)

Bimbingan dan Konseling Islam, prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam, pendekatan Bimbingan dan Konseling Islam serta langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam. Selanjutnya membahas mengenai terapi ISHAS yang meliputi: pengertian ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh), manfaat ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh), Dasar hukum ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh). Kemudian membahas mengenai depresi yang meliputi: pengertiaan depresi dan gejala depresi. Dan terakhir membahas terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) dalam menangani depresi, serta penelitian dahulu yang relevan.

BAB III : PENYAJIAN DATA yang menjelaskan tentang hasil penelitian yang didapatkan penulis selama meneliti di lapangan, yang meliputi; deskripsi umum objek penelitian, deskripsi konselor, deskripsi klien, dan membahas deskripsi hasil penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqah) dalam menangani remaja yang mengalami depresi di Sidoarjo, dan hasil dari proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqah) dalam menangani remaja yang mengalami depresi di Sidoarjo.

BAB IV : ANALISIS DATA menjelaskan mengenai kasus seorang remaja yang mengalami depresi, proses pelaksanaan Bimbingan dan


(46)

Konseling Islam, dan analisis hasil dari proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) dalam menangani remaja yang mengalami depresi di Sidoarjo.

BAB V : Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari kajian ini dan saran-saran.


(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a) Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

1) Bimbingan

Bimbingan adalah terjemah dari istilah bahasa Inggris

“guidance”. Dalam kamus bahasa Inggris, kata “guidance”

dikaitkan dengan kata asalnya “guide” artinya menunjukkan

jalan, memimpin, menuntun, memberi petunjuk, mengatur,

mengarahkan dan memberi nasehat.45 Jadi, guidance bararti

pemberi petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan.

2) Konseling

Counseling adalah kata dalam bentuk masdar dari kata

“to counsel” yang artinya memberikan nasehat atau memberi

anjuran kepada orang lain secara face to face (berhadapan muka satu sama lain). Jadi, counseling adalah pemberian nasehat atau penasehatan kepada orang lain secara individu

(perseorangan) yang dilakukan dengan face to face.46

45 Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: Revka Petra Media,

2012), hal.4.


(48)

3) Islam

Islam adalah ajaran Islam yang menyimpan khazanah-khazanah berharga yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

problem kehidupan manusia.47

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seseorang kepada individu maupun kelompok secara terus menerus dan sistematis agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Bimbingan ini sama dengan bimbingan pada umumnya hanya saja dalam setiap

seginya berlandaskan pada dua sumber Islam yaitu Al-Qur’an dan

Hadits (Sunnah Rasul).48

Menurut Hallen A. dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan konseling, mengatakan bahwa bimbingan islami merupakan proses pemberian bantuan yang terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di

dalam Al-Qur’an dan hadits.49

Sedangkan menurut Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah,

47 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), hal. 85. 48 Ahmad Mubarok, al-Irsyad an-Nafs Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta:

Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 4-5.


(49)

kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fithrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang

terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke

dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan

tuntutan Al-Qur’an dan hadits. Apabila internalisasi nilai-nilai yang

terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits telah tercapai dan fithrah

beragama itu telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus juga

berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT.50

Menurut M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan dan pedoman kepada klien dengan keterampilan khusus yang dimiliki pembimbing dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien mengembangkan potensi akal fikirannya, jiwa dan keimanan serta dapat menanggulangi masalah dengan baik dan benar secara

mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah

Rasulullah SAW.51

50 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: AMZAH, 2008), hal.

23.

51 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Bimbingan dan Konseling Islam dalam Islam


(50)

Sedangkan menurut Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepaada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah,

sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.52

Dari beberapa definisi diatas bisa disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu aktifitas pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang konselor kepada seorang klien dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, serta semakin mandiri sehingga dapat menanggulangi problematika

hidupnya dengan baik dan benar berdasarkan Al-Qur’an dan

Hadits.

b) Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam pada dasarnya adalah sejalan dengan maksud dan tujuan syariat Islam, yang oleh

al-Syatibi dijabarkan menjadi empat tujuan pokok, yaitu: Pertama,

Syariat Islam ditegakkan untuk dipahami manusia

ا فإل

lil ifham,

Kedua, untuk memperkuat manusia dalam ketentuan agama-

لاخدإل

في تلا تحت سانلا

-

-li idkhal al-nas tahta al-taklif, Ketiga untuk

52 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII PRESS,


(51)

mengentas manusia dari cengkraman dan tipu daya hawa nafsunya

مهاوه ضتقم نع سانلا جارخإ

- li ikhraj al-nas ‘an muqtada

hawahum, Keempat untuk mencapai kemaslahatan manusia dunia

dan akhiratnya –

نيرادلا ف دابعلا حلاصمل

-li masalih al-‘ibad li al

-darain.

Ainur Rahim Faqih membedakan tujuan Bimbingan Konseling Islam dalam dua kategori, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus.53 Tujuan umum Bimbingan Konseling Islam adalah

membantu individu dalam mewujudkan potensi dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan khususnya diuraikan dalam tiga kategori, yaitu:

1) Membantu individu dalam memahami situasi dan potensi

dirinya.

2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya.

3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi yang baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah

bagi dirinya dan orang lain.54

53 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII

PRESS, 2004), hal. 36-37.

54 Aswadi, Iyadah dan Takziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam (Surabaya:


(52)

Sedangkan menurut Saiful Akhyar dalam buku

Konseling Islami mengatakan bahwa tujuan Konseling Islam

adalah:

1) Secara preventif membantu klien untuk mencegah timbulnya

masalah pada dirinya.

2) Secara kuratif/korektif membantunya untuk memecahkan dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

3) Secara preservatif membantunya menjaga situasi dan kondisi

dirinya yang telah baik agar jangan sampai kembali tidak baik (menimbulkan kembali masalah yang sama).

4) Secara developmental membantunya menumbuh kembangkan

situasi dan kondisi dirinya yang telah baik agar menjadi lebih

baik secara berkesinambungan, sehingga menutup

kemungkinan untuk munculnya kambali masalah dalam

kehidupannya.55

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam secara umum menurut Ahmad Mubarak adalah membantu individu untuk mempunyai pengetahuan tentang posisi dirinya dan mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan melakukan suatu kegiatan yang dipandang baik, benar dan bermanfaat bagi

kehidupannya di dunia dan untuk kepentingan akhiratnya.56

55 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), hal. 111-115. 56 Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus (Jakarta: Bina Rencana


(53)

c) Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam mempunyai tiga unsur atau komponen yang saling terkait dan saling berhubugan satu sama lain, yaitu:

1) Konselor

Menurut Latipun Konselor adalah orang yang amat bermakna bagi konseli, konselor menerima apa adanya dan bersedia sepenuh hati membantu konseli mengatasi masalahnya disaat yang sangat kritis sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya jangka panjang dalam kehidupan

yang terus berubah.57

Konselor merupakan seorang yang mempunyai

wewenang untuk memberikan bimbingan kepada orang lain yang sedang menghadapi kesulitan atau masalah yang tidak bisa diselesaikan tanpa bantuan orang lain. Syarat menjadi konselor antara lain:

a) Kemampuan professional

b) Sifat kepribadian yang baik

c) Kemampuan bermasyarakat

d) Ketaqwaan kepada Allah SWT.58

57 Latipun, Psikologi Konseling (Malang: UMM Press, 2005), hal.45.

58 Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam


(54)

2) Klien

Klien atau konseli adalah orang yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya.

Klien atau biasa juga disebut dengan konseli adalah individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas

permintaan sendiri maupun atas permintaan orang lain.59

3) Masalah.

Menurut Prof. Dr. Aswadi, M.Ag., masalah yaitu identik dengan suatu kesulitan yang dihadapi oleh individu, yaitu sesuatu yang menghambat, merintangi jalan yang menuju

tujuan atau sesuatu.60

Menurut WS. Winkel dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah menengah, masalah adalah sesuatu yang menghambat, merintangi, mempersulit dan mencapai usaha

untuk mencapai tujuan.61

d) Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Secara teknis, praktek konseling Islam dapat

menggunakan instrumen yang dibuat oleh bimbingan dan konseling modern, akan tetapi bimbingan dan konseling Islam

59 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2010),

hal. 111.

60 Aswadi, Iyadah dan Takziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam (Surabaya:

Dakwah Digital Press, 2009), hal. 28.

61 WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah (Bandung: Pionir Jaya,


(55)

harus berdiri diatas prinsip ajaran agama Islam. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling Islam antara lain:

1) Nasehat merupakan salah satu pilar agama yang merupakan

pekerjaan mulia

2) Konseling Islam harus dilakukan sebagai pekerjaan ibadah

yang dikerjakan semata-mata mengharap ridha Allah swt.

3) Tujuan praktis Konseling Islam adalah mendorong konseli

agar selalu ridha terhadap hal-hal yang bermanfaat dan alergi terhadap hal-hal yang mudhorot.

4) Konseling Islam juga menganut prinsip bagaimana konseli

dapat keuntungan dan menolak kerusakan.

5) Meminta dan memberi bantuan hukumnya wajib bagi setiap

orang yang membutuhkan.

6) Proses pemberian konseling harus sejalan dengan tuntutan

syari’at Islam.

7) Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan untuk

memutuskan sendiri perbuatan baik dan yang akan dipilih.62

e) Pendekatan Bimbingan dan Konseling Islam

1) Pendekatan Fitrah

Problem-problem yang merupakan kendala bagi baiknya perkembangan fitrah itu diselesaikan melalui proses konseling Islam. Untuk itu, individu dibantu menemukan

62 Ahmad Mubarak, Konseling Agama Teori dan Kasus (Jakarta: Bina Rencana


(56)

fitrahnya, sehingga dapat selalu dekat dengan Allah SWT. dan bimbingan untuk mengembangkan dirinya, agar mampu memecahkan masalah kehidupannya, serta dapat melakukan

self counseling dengan bimbingan Allah SWT.

2) Pendekatan Sa’adah Mutawazinah

Upaya konseling Islam adalah untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah kehidupan dunia, dan untuk itulah ia diperlukan. Jika masalah kehidupan dunia tidak ada, tentu konselor ada, tentu konselor tidak diperlukan. Hanya saja harus dipandang bahwa masalah kehidupan di dunia selain bersifat empirik, juga akan terpengaruh pada kehidupan spiritual tersebut. Oleh karena itu, penyelesaian problem yang dihadapi klien adalah dalam upaya memperoleh ketentraman hidup di dunia, dan dengan ketentraman itu klien dapat memahami kembali jati dirinya serta sekaligus menjadi dekat dengan Allah.

3) Pendekatan Kemandirian

Upaya pembiasaan klien untuk bertanggung jawab secara mandiri, sangat dituntut dalam penyelenggaraan konseling Islam. Pada gilirannya, diharapkan klien dapat menyadari bahwa pertanggung jawaban pribadi, konselor harus

dapat meyakinkan klien bahwa kemandirian dan


(57)

di dunia yang mazra’ah akhiroh, kemudian dunia untuk kemandirian akhirat.

4) Pendekatan Katerbukaan

Dalam proses Konseling Islami klien harus terbuka dan jujur dalam menyampaikan keluhan dan pertanyaan, dan konselor harus terbuka dan terus terang pula dalam menyampaikan jalan keluar pemecahan dan penyelesaian masalah kehidupan klien.

5) Pendekatan Sukarela

Hubungan yang didasari ikhlas dalam konseling Islami akan dapat menciptakan kesejukan dihati para klien. Untuk itu konselor harus mampu menumbuhkan keyakinan klien bahwa ia sedang barhadapan dengan konselor yang

memberikan bantuan dengan penuh ikhlas.63

f) Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam.

1) Identifikasi Masalah

Langkah ini merupakan langkah awal dalam penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui masalah beserta gejala-gejala yang nampak pada diri klien. Dalam langkah ini peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap klien serta wawancara kepada ibu, kakak serta sepupu klien.


(58)

2) Diagnosis

Langkah diagnosis merupakan langkah untuk

menetapkan masalah yang dihadapi klien beserta latar belakangnya. Langkah ini dilaksanakan setelah peneliti memperoleh gejala-gejala yang nampak pada diri klien seperti: sering jatuh sakit, jarang makan (makan tidak teratur), sering menyendiri dan menangis, terlihat murung, tidak semangat dalam menjalani kehidupan, serta sempat tidak percaya dengan takdir Allah SWT. Ia menganggap bahwa Allah SWT tidak adil kepadanya.

3) Prognosis

Langkah prognosis merupakan langkah dimana konselor menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan kepada klien berdasarkan masalah yang dialaminya. Pada langkah diagnosis diketahui bahwa klien mengalami depresi dilihat dari ciri-ciri yang ada pada klien, sehingga peneliti menetapkan salah satu terapi Islam yang akan digunakan untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya yaitu terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh).

4) Langkah Terapi (treatment)

Langkah Terapi (treatment) merupakan langkah


(1)

136

c) Membaca Hauqalah

d) Membaca Al-Fatihah

e) Shodaqoh

3) Konseling dan Refleksi

e. Evaluasi dan follow up

2. Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat,

Hauqolah, Al-Fatihah dan Shodaqoh) dalam menangani depresi ini

dikategorikan cukup berhasil dengan prosentase sekitar 75%. Hal ini bisa

dilihat dari adanya perubahan terhadap perilaku dan perasaan negatif yang

dirasakan klien yang awalnya sering muncul menjadi jarang bahkan tidak

pernah sama sekali.

B.SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan

yang diambil maka dapat diajukan saran yang mungkin akan berguna bagi

orang lain:

1. Bagi Klien

Bagi klien yang sedang mengalami suatu masalah hendaknya

tetap menghadapinya dengan sabar dan diserahkan semuanya kepada Yang

Maha Kuasa Allah Swt. Dan jika sudah terlanjut larut dengan

permasalahan yang dihadapi hendaknya memiliki kemauan dan keyakinan


(2)

2. Bagi keluarga klien

Keluarga merupakan orang yang paling berpengaruh terhadap

seseorang. Dukungan keluarga sangat menentukan perkembangan dan

karakter seseorang. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh seseorang

dalam setiap hal, terutama ketika seseorang mengalami masalah. Sehingga

diharapkan keluarga selalu memberikan dukungan sepenuhnya kepada

setiap anggota keluarganya.

3. Bagi Pembaca

Diharapkan bagi pembaca khususnya untuk mahasiswa jurusan

Bimbingan Konseling Islam untuk melanjutkan dan mengembangkan

proses pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan terapi-terapi yang

serupa dengan terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat, Hauqolah, Al-Fatihah

dan Shodaqoh), bukan hanya untuk seorang klien namun juga untuk diri

sendiri supaya diri semakin dekat dengan Allah Swt.

Selain itu, diharapkan kepada peneliti selajutnya untuk lebih

menyempurnakan kembali penelitian ini dikarenakan penelitian ini masih


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A., Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching, 2005

Ad Damsyiqi, Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi, Asbabul Wurud, Terjemahan

H.M. Suwarta Wijaya dan Drs. Zafrullah Salim, Jakarta: Kalam Mulia,

2000, cet. Ke-5

Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran, Bimbingan dan Konseling Islam dalam Islam,

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001

Ahyani, Abd. Aziz, Psikologi Agama, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011

Al-A’raji, Haidar Ahmad, Mukjizat Surah-surah Al-Qur’an: Menyingkap 114 Surah Menurut Nabi Muhammad Saw & Keluarganya, Terjemahan Ibnu

Sodik, Jakarta: Zahra, 2006, cet. Ke-3

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Rangkaian Targhib wa Tarhib, Jakarta: Pustaka Azzam,

2006

Al-Asqalani, Ibn Hajar, Bulughul Maram, Terjemahan Irfan Maulana Hakim,

Bandung: Mizan, 2010

Al-Ghazali, Imam, Munajat Al-Ghazali; Dzikir dan Do’a Wacana Amaliah

Keseharian, Terjemahan Wasmukan, Surabaya: Risalah Gusti, 1998

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2006

Alqalami, Abu Fajar & Abd Wahid Al-Banjari, Terjemahan Riyadush Shalihin,

Surabaya: Gitamedia Press, 2004

Al-Qarni, ‘Aidh, La Tahzan Jangan Bersedih!, Terjemahan Samson Rahman,

Jakarta: Qisthi Press, 2007, cet. Ke-20

Amin, Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, 2008

Amrullahlubay.blogspot.co.id/2014/08/takrif-hauqalah.html?m=1

Arifin, Bey, Samudera Al-Fatihah, Surabaya: Bina Ilmu, 1976, cet ke-4,

Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung: PT


(4)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Assegaf, Habib Abdullah & Indriya R. Dani, Mukjizat Shalawat, Jakarta: Qultum

Media, 2009

Aswadi, Iyadah dan Takziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam, Surabaya:

Dakwah Digital Press, 2009

Aziz, Moh. Ali, 60 Menit Terapi Shalat Bahagia, Surabaya: Sunan Ampel Press,

2013, cet. Ke-VII

Aziz, Moh. Ali, 60 Menit Terapi Shalat Bahagia, Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Press, 2014, cet. Ke-IX

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004, cet.

Ke-5

Bungin, M. Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2011, cet.

Ke-6

Bungin, M. Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2007

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002

Djumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV.

Ilmu, 1975

Faqih, Ainur Rahim, Bimbingan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII PRESS,

2004

Ghunaim, Hani Sa’ad,Cinta Istighfar (Jakarta: AMZAH, 2011, cet.1

Hamka, Tafsir Al Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004

Hammam, Hasan bin Ahmad, Obati Sakitmu dengan Sedekah, Terjemahan Agus

Suwandi, Solo: Zamzam, 2015

Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Media Grafika,

2004

Haqiqi,Musthafa Syaikh Ibrahim, Karomah Ahli Dzikir, Waringinrejo: Zam-Zam,

2013

http://batozay-semuahaldalamkehidupan.blogspot.co.id/2012/09/teori-harapan.html.


(5)

Ilham, Muhammad Arifin, Mengapa Kita Berdzikir?, Jakarta: Zikrul Hakim, 2013

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Widya Cahaya, 2011

Kementrian Agama RI, Syaamil Quran Terjemah Tafsir Per Kata, Bandung:

Syaamil, 2007

Krishna, Anand, Membuka Pintu Hati Surah Al-Fatihah bagi Orang Modern,

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999, cet. Ke-2

Latipun, Psikologi Konseling, Malang: UMM Press, 2005

Lubis, Namora Lumongga, Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana, 2009

Lubis, Saiful Akhyar, Konseling Islami, Yogyakarta: Elsaq Press, 2007

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1996, cet. Ke-7

Mubarok, Ahmad, al-Irsyad an-Nafs Konseling Agama Teori dan Kasus,

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002

Mubarak, Ahmad, Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: Bina Rencana

Pariwara, 2002, Cet. Ke-1

Musnamar, Tohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,

Jakarta: UII Press, 1992

Nawawi, Ismail, Metoda Penelitian Kualitatif, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka

Jaya, 2012

Nazir, M. Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989

Olson, Ken, Psikologi Harapan, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005, cet. Ke-1

Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir Al-Fatihah Menemukan Hakikat Ibadah,

Terjemahan oleh Tiar Anwar Bachtiar, Bandung: Al-Bayan Mizan, 2007, cet ke-4

Rofiq, Arif Ainur, Sistematika Psikologi Perkembangan Islam, Surabaya: Arloka,

2005

Siradj, Shahudi, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Surabaya: Revka Petra

Media, 2012

Soffandi, Wawan Djunaedi, Syarah Hadits Qudsi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006),


(6)

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2011

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta, 2016, cet. Ke-16

Sujana, Nana dan Ulung Laksana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk

Memperoleh Angka Kredit, Bandung: Sinar Baru, 1992

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:

Bumi Aksara, 2003

Sumanto, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Andi Offset, 1995

Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset,

1995

Syukur, M. Amin, dan Fathimah Usman, Terapi Hati, Jakarta: Erlangga, 2012

Uha, Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif, Jakarta: Dwiputra Pustaka

Jaya, 2012

Willis, Sofyan S., Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta,

2010

Winkel, WS., Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, Bandung: Pionir