BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Remaja - Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Aborsi di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Persatuan Amal Bakti (PAB) 2 Helvetia Kecamatan Labuhan Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Remaja Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

  Menurut WHO (1974) batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Menurut Sarwono (2006) remaja didefenisikan periode yang paling rawan dalam perkembangan hidup seorang manusia setelah mampu bertahan hidup dimana secara fisik ia akan mengalami perubahan yang spesifik dan secara psikologi akan mencari indentitas diri.

  Remaja merupakan suatu masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif dan perubahan sosial yang berlangsung antara usia 10-19 tahun (Santrock, 2003). Menurut Arisman (2010) remaja adalah periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun dan terjadi perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial.

  Menurut Dariyo (2004) remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri. Remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun, atau jika seorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, emosional perasaannya dan sebagainya (Hurlock, 1999).

  Batas usia remaja menurut Sarwono (2006) ada tiga (3) tahap yaitu :

  1. Remaja Awal (11-14 tahun), ciri-cirinya :

  a. Lebih dekat dengan teman sebaya

  b. Ingin bebas

  c. Lebih banyak memperhatikan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak

  2. Remaja Tengah (15-17 tahun), cirri-cirinya :

  a. Mencari identitas diri

  b. Timbulnya keinginan untuk kencan

  c. Mempunyai rasa cinta yang dalam

  d. Berkhayal tentang aktifitas seks

  3. Remaja Akhir (18-20 tahun), cirri-cirinya :

  a. Mengungkapkan kebebasan diri

  b. Lebih selektif dalam memilih teman sebaya

  c. Mempunyai citra jasmani dirinya

  d. Dapat mewujudkan rasa cinta

2.2 Aborsi

  WHO (1998) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu. Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya < 500 gr, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai (Manuaba, 2007). Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi yaitu :

  1. Aborsi Spontan (Alamiah)

  2. Aborsi Buatan (Sengaja)

  3. Aborsi Terapeutik (Medis) Adapun klasifikasi Abortus yaitu :

  1. Abortus Spontan : abortus tidak disengaja

  2. Abortus Provokatus : Abortus yang disengaja. Provokatus dibagi menjadi 2 yaitu : a. Abortus Medisinalis (Therapeutica) Abortus provokatus medisinalis karena alasan kesehatan ibu hamil tersebut tidak dapat melanjutkan kehamilannya. Misalnya sakit jantung, karena jika kehamilannya dilanjutkan terjadi penambahan beban kerja jantung sehingga sangat berbahaya bagi jiwanya.

  b. Abortus Kriminalis Abortus provokatus kriminalis, tindakan pengosongan rahim dari buah kehamilan yang dilakukan dengan sengaja bukan karena alasan medis, tetapi alasan lain biasanya karena hamil diluar nikah, atau terjadi pada pasangan yang menikah karena gagal kontrasepsi maupun karena tidak menginginkan kehamilannya .

  3. Abortus Kompletus : abortus yang hasil konsepsi keluar seluruhnya

  4. Abortus Inkompletus : abortus yang sebagian hasil konsepsinya telah keluar

  5. Abortus Insipiens : abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat dipertahankan

  6. Abortus Iminens : abortus yang masih dapat dipertahankan

  7. Abortus Tertunda (Missed Abortion) : janin yang sudah mati, masih didalam uterus dan tidak keluar 2 bulan atau lebih

  8. Abortus Habitualis : abortus berturut-turut 3 kali atau lebih

  9. Abortus Infeksius : abortus disertai dengan infeksi genital

  10. Abortus Septik : abortus dengan infeksi berat, penyebaran kuman sampai peredaran darah.

2.3 Faktor yang Mendorong Melakukan Aborsi

  Menurut Sarwono (2000) faktor yang mendorong timbulnya aborsi adalah :

  1. Faktor sosial (khusus untuk kehamilan pranikah)

  • Kurangnya pengetahuan seseorang tentang informasi aborsi
  • Kurangnya kepedulian seseorang tentang bahaya aborsi
  • Putus sekolah atau kuliah
  • Malu pada keluarga dan tetangga
  • Siapa yang akan mengasuh bayi
  • Terputus atau terganggu karir atau masa depan

  2. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi merupakan faktor yang paling menonjol terutama pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan, seperti :

  • Mudah tergiur dengan harga aborsi yang murah
  • Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas dan sebagainya (khususnya ibu- ibu peserta KB yang mengalami kegagalan kontrasepsi)  PHK (putus hubungan kerja) : pramugari, buruh.

  3. Dampak Kondisi Aborsi Menurut Sarwono (2000) ada beberapa kondisi psikologi wanita pra-aborsi yaitu:

  • Takut atau cemas
  • Butuh informasi tetapi tidak tahu mau bertanya kemana atau siapa? (masyarakat mentabukan seks apalagi aborsi dari semua yang belum menikah)
  • Butuh perlindungan tetapi laki-laki yang berbuat pada umumnya tidak mau atau tidak mampu bertanggung jawab (karena sama-sama masih di bawah umur)
  • Kebingungan sehingga menunda-nunda persoalan

  • Pada saat merasa sudah tersedak akhirnya nekad mencari bantuan yang paling terjangkau (dekat, mudah, murah)

  Sedangkan menurut Edmosond (1990) kondisi psikologi wanita pra-aborsi yaitu:

  • Ketakutan yang intens
  • Perasaan kehilangan kontrol
  • Mati rasa secara emosional, sulit mengingat suatu kejadian
  • Merasa bersalah, perasaan sedih yang mendalam dan depresi
  • Pesimis terhadap masa depan
  • Mimpi buruk
  • Cepat marah dan berperilaku agresif
  • Drugs, Alcohol abuse dan berpikir untuk bunuh diri

2.4 Beberapa Cara Untuk Aborsi

  a. Minum Pil (Citorex 200 mmg, 400 mmg dan cytotec) Caranya : Ditelan dan dimasukan kedalam vagina Efek samping : Badan sedikit lemas dan kurang gairah.

  b. Suntik Methotrexate Caranya : Disuntikan Efek samping : Sakit kepala, diare, penglihatan menjadi kabur, depresi sumsum tulang belakang, kekurangan darah, sakit paru-paru, kerusakan fungsi hati.

  c. Metode racun garam (saline) Cara : Meracuni air ketuban dengan menyuntikan ke perut wanita terlebih dahulu air ketuban dikeluarkan dan diganti dengan larutan konsentrasi garam.

  Efek samping : Konsumsi koagulopati (pembekuan darah yang tidak terkendali keseluruh tubuh), pendarahan hebat, serangan jantung mendadak, koma atau kematian.

  d. Dilatasi dan Evakuasi (D&E) Caranya : Tang penjepit (forcep) dengan ujung pisau tajam untuk merobek-robek janin dan dilakukan berulang-ulang sampai janin hancur atau terpotong-potong dan dikeluarkan secara perlahan dari rahim. Efek sampinng : Menimbulkan luka rahim

  e. Prostaglandin : Hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses melahirkan.

  Caranya : Disuntikan pada otot bokong (gluteus) dan memberikan tablet peroral Efek samping : muntah-muntah, diare, mual dan panas.

  f. Metode kuretase Caranya : jari telunjuk tangan kanan dimasukkan kedalam jalan lahir untuk pengeluaran hasil konsepsi, sedangkan tangan kiri memegang korpus uteri.

  Efek samping : rasa nyeri dan perdarahan

  g. Minum jamu tradisional

  h. Melakukan pijatan ke dukun

2.5 Risiko Aborsi

  Aborsi memiliki risiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung pulang”. Ada 2 macam risiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi yaitu :

  1. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa risiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “ Fact of

  Life ” yang ditulis oleh Clowes (1997) yaitu :

  • Kematian mendadak karena pendarahan hebat
  • Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
  • Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
  • Kerusakan leher rahim
  • Kanker payudara
  • Kanker indung telur (Ovarium Cencer)
  • Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
  • Kanker hati (Liver Cancer)
  • Kelainan pada plasenta yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
  • Menjadi mandul
  • Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflamatory Disease)
  • Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

  2. Risiko Kesehatan Mental Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Syndrom Pasca-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After

  Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). Pada dasarnya

  seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut :

  • Kehilangan harga diri (82%)
  • Berteriak-teriak histeris (51%)
  • Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
  • Ingin melakukan bunuh diri (28%)
  • Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
  • Tidak bisa menikmati lagi hubun

  Adapun efek aborsi yang ketidaksengajaan dan disengaja yaitu:

  a. Efek Jangka Pendek

  • Rasa sakit yang intens
  • Terjadi kebocoran uterus
  • Pendarahan yang banyak
  • Infeksi
  • Bagian bayi yang tertinggal didalam
  • Shock/koma
  • Merusak organ tubuh lain
  • Kematian

  b. Efek Jangka Panjang

  • Tidak dapat hamil kembali
  • Keguguran kandungan
  • Kehamilan Tubal
  • Kelahiran prematur
  • Gejala peradangan di bagian pelvis

  • Hysteretom

2.6 Aspek Hukum Mengenai Aborsi

  Di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa. Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinya,dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346-349 sebagai berikut :  Pasal 346 : “seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

   Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

   Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

  (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengn pidana paling lama tujuh tahun.

   Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.

   Adapun aspek hukum aborsi ditinjau dari sudut pandang Agama Dari sudut pandang agama Islam, pertama : Al-Qur’an dan Aborsi: Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang mulia. Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menerangkan tentang larangan aborsi. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70). Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah- olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32). Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya.. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat.

  ‟: 32

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).

  Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat baik (Friedman, 2005).

  Pengetahuan merupakan faktor dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

  a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

  (recall) terhadap sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

  b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (rill). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan metode atau suatu objek kedalam komponene-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan katak-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

  e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi- formulasi yang ada.

  f. Evaluasi (Evaluasi) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ada. Berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah

  Cara tradisional ini dapat dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukan metode ilmiah. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

  1. Cara Coba Salah (Trial Error) 2. Cara Kekuasaan atau Otoritas.

  3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

  4. Melalui Jalan Pikiran

  b. Cara Modern Memperoleh Pengetahuan Cara modern yaitu memperoleh pengetahuan dengan cara yang sistematis, logis dan ilmiah. Sehingga cara ini sebagai ‘metode penelitian ilmiah’ dan lebih popular dikenal dengan sebutan metodologi penelitian (research methodology). Deobold Van Dallen mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan bahwa dalam memperoleh observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.

2.9 Sikap (Atitutede)

  Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat emosional terhadap srimulasi sosial (Notoatmodjo, 2003).

  Menurut Ahmadi (1990) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) sikap dibedakan menjadi : a. Sikap positif : Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima atau mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu berada.

  b. Sikap negatif : Sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu berada.

  Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu memiliki 3 komponen pokok : a. Kepercayaan (Kognitif), ide dan konsp terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

  c. Kecenderungan untuk bertindak (Tend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

  attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan

  emosi memegang peranan penting. Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

  a. Menerima (Receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

  b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

  c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  d. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.10 Variabel Penelitian

  Variabel Penelitian

  Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 2.1 Variabel penelitian.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

0 1 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK A. Defenisi Merek - Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

0 1 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Forensik - Penerapan Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif dalam Mendeteksi Fraud di Lingkungan Pemerintahan Pada PDAM Tirtanadi Sumatera Utara

0 1 46

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Penerapan Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif dalam Mendeteksi Fraud di Lingkungan Pemerintahan Pada PDAM Tirtanadi Sumatera Utara

0 0 8

Penerapan Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif dalam Mendeteksi Fraud di Lingkungan Pemerintahan Pada PDAM Tirtanadi Sumatera Utara

0 1 11

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi

0 0 7

Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi

0 1 13