BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK A. Defenisi Merek - Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

  BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK A. Defenisi Merek Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek,

  bahwa yang dimaksud dengan merek adalah: “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka- angka, susunan warna, ataupun kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa

  ”. Merek sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (selanjutnya ditulis Undang-Undang Merek) meliputi merek dagang dan merek jasa.

  Walaupun dalam Undang-Undang digunakan merek dagang adalah merek barang karena

  18

  merek yang digunakan pada barang dan digunakan sebagai lawan dari merek jasa. Hal itu dapat dilihat dari pengertian merek dagang dan merek jasa sebagai berikut:

  1. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

  2. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Apabila sutu merek digunakan secara sah, yakni didaftarkan maka kepada pemilik merek tersebut diberi hak atas merek. Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka 18 Ahmadi Miru, Hukum Merek: Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek, Raja Grafindo

  Persada, Jakarta, 2005, hlm.11 waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Kecuali secara tegas dinyatakan lain, yang di maksud dengan pihak dalam Undang-Undang Merek adalah seseorang, beberapa orang secara

  19 bersama-sama, atau badan hukum.

  Hak merek dinyatakan sebagai hak ekslusif karena hak tersebut merupakan hak yang sangat pribadi bagi pemiliknya dan diberi hak untuk menggunakan sendiri atau memberi izin kepada orang lain untuk menggunakan sebagaimana ia sendiri menggunakannya. Pemberian izin oleh pemilik merek kepada orang lain ini berupa pemberian lisensi, yakni memberikan izin kepada orang lain untuk jangka waktu tertentu menggunakan merek tersebut

  20 sebagaimana ia sendiri menggunakannya.

  Sementara itu Persetujuan TRIPs, khususnya Pasal 15 ayat (1) mengatur tentang defenisi merek sebagai berikut :

  “ Any sign or any combination of signs, capable of distinguishing the goods or services of one undertaking from those trademark. Such signs, in particular words including personal names, letter, numeral, figurative elements and combinations colors as well as any combination of such signs, shall be eligible for registration as trademarks. Where signs are not inherently capable of distinguishing the relevant goods of services. Member may make registrability depend of distinctiveness acquired through use. Members may require, as a condition of registration, that signs be visually perceptible.”

  Berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat (1) ini, setiap tanda atau gabungan dari tanda - tanda yang dapat membedakan barang dan jasa suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya dapat dianggap sebagai merek dagang. Tanda semacam itu, khususnya kata-kata yang termasuk nama pribadi, huruf, angka, dan gabungan warna, serta setiap gabungan dari tanda

  21 semacam itu, dapat di daftarkan sebagai merek dagang. 19 20 Ibid, hlm. 12 21 Ibid, hlm. 12 Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek: Panduan Memahami Dasar Hukum Penggunaan dan Perlindungan Merek, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hlm. 32

  Merek berfungsi sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya; sebagai alat promosi sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya; dan jaminan atas

  22 mutu barangnya.

B. Perkembangan Hukum Merek di Indonesia

  Pengaturan hukum merek di Indonesia sudah ada sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda yang dituangkan dalam Reglement Industrielem Eigendom (Reglemen Milik Perindustrian) dengan S.1912 Nomor 545. Reglemen ini hanya terdiri dari 27 pasal yang

  23 merupakan duplikat Undang-undang Merek Belanda (Merkenwet).

  Tanggal 5 Agustus 1984, Indonesia meratifikasi Konvensi Paris Versi London atau

  

London Act 1984 yang lazim disebut Uni Paris Versi London. Karenanya, Indonesia harus

  menerima dan mengakui berbagai ketentuan yang terutama menyangkut hak perlindungan terhadap merek asing yang masuk ke Indonesia berdasar atas “hak perlakuan yang sama” atau

  24 “the right of the same treatment” serta prinsip “hak prioritas” atau “priority right”.

  Indonesia mulai membentuk Undang-undang Merek pada tahun 1961 yaitu Undang- juga Undang-undang Merek). Undang-undang Merek yang baru ini merupakan pengganti dan pembaharuan dari Hukum Merek yang diatur dalam Reglemen. Pertimbangan lahirnya Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek ini adalah untuk melindungi khalayak ramai dari tiruan barang-barang yang memakai suatu merek yang sudah dikenalnya sebagai merek barang-barang yang bermutu baik. Selain itu, Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 22 Muhamad Firmansyah, Tata Cara Mengurus HaKI, Transmedia Pustaka, Jakarta Selatan, 2008, hlm.

  50. 23 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm. 54. 24 Ibid, hlm. 55. tentang Merek ini juga bermaksud melindungi pemakai pertama dari suatu merek di Indonesia. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 mengenal pengolongan barang-barang dalam 35 kelas yang sejalan dengan klasifikasi internasional berdasarkan persetujuan pendaftaran merek di Nice, Perancis pada tahun 1957 yang diubah di Stockholm tahun 1961 dengan penyesuaian kondisi di Indonesia.

  Tanggal 28 Agustus 1992 diundangkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek yang berlaku efektif pada tanggal 1 April 1993. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek ini menggantikan dan memperbaharui Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek. Untuk menindaklanjuti berlakunya Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek tersebut dibuatlah berbagai surat keputusan administratif yang terkait dengan prosedur pendaftaran merek. Berkaitan dengan kepentingan reformasi Undang-undang Merek, Indonesia turut serta meratifikasi Perjanjian Internasional Merek

  25 World Intellectual Property Organization (WIPO).

  Tahun 1997, Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. Perubahan ini dilakukan dengan mempertimbangkan pasal-pasal dari Perjanjian Internasional tentang Aspek-aspek yang Dikaitkan dengan Perdagangan dari

  • – GATT). Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 ini menentukan bahwa pengguna merek pertama di Indonesia berhak untuk mendaftarkan merek tersebut sebagai merek.

  Pengaturan tentang ketentuan merek yang terbaru dituangkan dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus 2001 sehingga terjadi perubahan secara menyeluruh pada peraturan tentang ketentuan merek sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi perkembangan teknologi informasi dan 25 Tim Lindsey dkk, Op.Cit, hlm. 132. transportasi yang telah mendukung kegiatan di sektor perdagangan semakin meningkat secara pesat, mempertahankan iklim persaingan usaha yang sehat, serta menampung beberapa aspek dalam Persetujuan TRIPs yang belum dimuat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek.

  Pada bagian ‘menimbang’ dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, terdapat tiga (3) hal yang menjadi dasar pertimbangan dibentuknya yaitu sebagai berikut.

  a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan Merek menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat;

  b. bahwa untuk hal tersebut di atas diperlukan pengaturan yang memadai tentang Merek guna memberikan peningkatan layanan bagi masyarakat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b, serta memperhatikan pengalaman dalam melaksanakan Undang-undang Merek yang ada, dipandang perlu untuk mengganti Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. undang Nomor 15 Tahun 2001) yang telah mencakup seluruh pengaturannya sekaligus menggantikan Undang-undang Merek yang lama. Dalam hal ini, ketentuan-ketentuan yang tidak diubah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

C. Jenis dan Bentuk Merek

  Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, merek dapat dibagi dalam tiga (3) jenis, yaitu sebagai berikut :

  1. Merek Dagang Adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

  2. Merek Jasa Adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

  3. Merek Kolektif Adalah merek yang digunakan pada barang dan atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama- sama untuk membedakan dengan barang dan atau jasa sejenis lainnya Merek merupakan bentuk yang menyatakan wujud merek yang digunakan pada barang atau jasa. Ada berbagai macam bentuk merek yang digunakan untuk barang dan jasa, yaitu:

  a. Merek lukisan barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis.

  Contoh: merek cat “Kuda Terbang”, yaitu lukisan atau gambar kuda bersayap yang terbang.

  b. Merek kata Merek ini mempunyai daya pembeda dalam bunyi kata antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis.

  Conto

  h: “Rexona” untuk deodorant, “Bodrex” untuk obat flu, “Daihatsu” untuk mobil.

  c. Merek huruf atau angka Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud huruf atau angka antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis.

  Conto h: “ABC” untuk kecap dan sirup, “555” untuk buku tulis.

  d. Merek nama Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud nama antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis.

  Contoh: “Louis Vuiton” untuk tas, “Vinesia” untuk dompet.

  e. Merek kombinasi Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud lukisan/gambar dan kata antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis.

  Contoh: jamu “Nyonya Meneer” yang merupakan kombinasi gambar seorang nyonya dan kata- kata “nyonya Meneer”

  Selain bentuk-bentuk merek di atas, terdapat pula merek dalam bentuk tiga (3) ) seperti merek pada produk minuman ‘Coca Cola’ dan ‘Kentucky Fried Chicken’.

D. Merek yang tidak dapat Didaftar dan yang Ditolak

  Tidak semua permohonan pendaftaran merek dikabulkan oleh Dierktorat Hak Kekayaan Intelektual (Direktorat Jenderal) karena permohonan pendaftaran merek dapat menghadapi tiga kemungkinan, yaitu :

  1. Tidak dapat didaftarkan

  2. Harus ditolak pendaftarannya

  3. Diterima/didaftar Dalam bahasa sehari- hari kata “tidak dapat didaftarkan” dan “harus ditolak pendaftarannya” tentu tidak memiliki perbedaan yang berarti karena semua berakibat tidak diterimanya permohonan pendaftaran merek atau tidak didaftarkannya merek tersebut sehingga apabila pihak yang mendaftar merek mengalami salah satu diantara kedua hal tersebut, mungkin sama “menyakitkannya”. Namun, kalau dicermati kedua hal tersebut memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada latar belakang yang dipertimbangkan oleh Direktorat untuk tidak menerima permohona tersebut.

  Secara umum, merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. Pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang,mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Contohnya, merek dagang A yang sudah dikenal masyarakat secara umum sejak bertahun-tahun, ditiru sedemikian rupa sehingga memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek dagang A tersebut. diketahui unsur kesengajaannya dalam meniru merek dagang yang sudah dikenal tersebut.

  Disamping karena diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik, merek tidak dapat di daftarkan apabila mengandung salah satu unsur yaitu :

  1. Bersifat absolute apabila bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.

  Penjelasan pasal menyatakan bahwa pengertian “bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum” termasuk pula penggunaan tanda yang bertentangan dengan agama atau yang merupakan atau menyerupai nama Allah dan rasuknya. Misalnya: tidak dapat didaftarkan m erek “Allah” atau “Muhammad” dalam huruf Arab.

  2. Bersifat relatif yaitu merek tidak dapat didaftarkan apabila tidak memiliki daya beda, atau hanya terdiri dari angka-angka dan/atau huruf-huruf, atau yang merupakan keterangan barang yang mengacu pada penunjukan macam, waktu, tempat pembuatan, jumlah, bentuk, ukuran, harga atau berat barang. Selain itu merek tidak dapat didaftarkan apabila serupa dengan bendera-bendera Negara, lambing-lambang Negara, nama-nama, singkatan-singkatan lembaga internasional, atau lambing- lambang lembaga pemerintah termasuk pemerintah daerah kecuali mendapat persetujuan dari yang berwewenang. Dan, permintaan pendaftaran merek juga tidak dapat didaftarkan apabila merek itu merupakan tanda pengesahan atau tanda jaminan resmi dari suatu badan pemerintah, kecuali mendapat persetujuan dari yang memiliki kewenangan.

  3. Tanda yang telah menjadi milik umum. Salah satu contoh merek seperti ini adalah tanda tengkorak di atas dua tulang yang bersilang, yang secara umum telah diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda seperti itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum. Oleh karena itu, tanda itu tidak dapat digunakan sebagai merek. dimohonkan pendaftarannya. Selain merek tidak dapat didaftarkan, dalam hal tertentu juga merek harus ditolak.

  26 Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila terdapat hal-hal sebagai berikut.

  1. Merek mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/ atau jasa yang 26 sejenis. Persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya Ahmadi Miru, Op. Cit, hlm. 18. unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur atau persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut. Contoh merek yang sama pada pokoknya yakni antara barang merek “PINOKIO” dengan “PINOKIC” karena merek ini hanya dibedakan oleh huruf O pada merek yang pertama dengan huruf C pada merek yang kedua. Kedua merek tersebut hampir sama karena hanya dengan menyambung kedua ujung huruf C tersebut sudah merupaka huruf O. Contoh lain adalah antara merek LEVRI dengan merek LEFRY, yang walaupun huruf-huruf yang digunakan jauh berbeda, pengucapannya tetap sama.

  2. Merek mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/ atau jasa sejenis. Untuk persamaan pada pokoknya terhadap merek terkenal ini, tidak ditentukan persyaratan bahwa merek terkenal tersebut sudah didaftar (di Indonesia). Hal ini berarti walaupun merek terkenal tersebut tidak terdaftar di Indonesia, tetap saja dilindungi berdasarkan Undang-Undang Merek. Penolakan permohonan yang mempunyai persamaaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang dan/ atau jasa yang merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar - besaran, investasi di beberapa Negara dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa Negara.

  3. Merek mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi- geografis yang sudah dikenal. Ini berarti bahwa merek juga tidak diakui keabsahaannya jika memiliki persamaan dengan indikasi-geografis. Hal ini tentu disebabkan kemungkinan timbulnya kekeliruan bagi masyarakat tentang kualitas barang tersebut.

  Apabila memperhatikan ketentuan tentang kriteria merek yang tidak dapat didaftar dan yang ditolak pendaftarannya, secara sederhana dapat dikatakan bahwa perbedaan utama antara kriteria merek yang tidak dapat didaftar dan yang ditolak pendaftarannya adalah terletak pada pihak yang dirugikan.

  Jika suatu merek kemungkinannya akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat secara umum, merek tersebut tidak dapat didaftarkan. Sementara itu, apabila merek tersebut dapat merugiakan pihak-pihak tertentu, merek tersebut ditolak pendaftarannya. Atau lebih sederhana lagi dapat dikatakan bahwa merek yang tidak dapat didaftarkan yaitu merek yang tidak layak dijadikan merek, sedangkan merek yang ditolak, yaitu merek yang akan merugikan pihak lain.

E. Permohonan Pendaftaran Merek

  Mekanisme pendaftaran penting dalam hal mendapatkan hak atas merek. Pendaftaran merek tersebut sebagai sarana perlindungan hukum bagi pemilik merek. Pendaftaran merek disini adalah merupakan inisiatif dari pemilik tersebut, yang sadar akan perlunya perlindungan hukum atas merek yang dimilikinya.

  Dengan demikian sifat pendaftaran hak atas merek merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pemiliknya. Tanpa didaftarkan hak itu tidak akan timbul, karena hak itu pada dasarnya diberikan oleh negara atas dasar pendaftaran. Ini berarti pendaftaran hak tersebut sifatnya wajib dan bukan sukarela.

  Mekanisme pendaftaran hak atas merek tersebut sesuai dengan sistem konsitutif (first

  

to file principle) yang dianut oleh Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

  yang menggantikan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dan

  27

  disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997. Sistem pendaftaran dengan menggunakan stelsel konstitutif, artinya suatu sistem pendaftaran yang akan menimbulkan suatu hak sebagai pemakai pertama pada merek. Suatu merek dilindungi harus didaftarkan dan pendaftarannya diterima oleh kantor merek agar pendaftaran merek diterima, maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4, 5 dan 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001.

  Sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap merek terkenal, seyogyanya pendaftaran terhadap merek tersebut tidak saja dilakukan didalam negeri, tetapi juga dibeberapa negara di dunia. Hal ini dilakukan guna memenuhi salah satu kriteria sebagai merek terkenal sebagaimana dimaksud dalam penjelasan ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf b.

  Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

  Berkenaan dengan pendaftaran, Indonesia mengenal atau menganut asas konstitutif, yakni Hak atas Merek diperoleh atas pendaftarnya. Artinya, pemegang Hak Merek adalah seseorang yang mendaftar pertama kali di Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual.

  Hak atas merek didasarkan atas pemakaian pertama dari merek tersebut. Bagi mereka yang mendaftarkan mereknya dianggap oleh undang-undang sebagai pemakai pemakai merek pertama dari merek tersebut kecuali kalau dapat dibuktikan lain dan dianggap sebagai yang perlindungan untuk pendaftaran merek tersebut yang oleh undang-undang dianggap sebagai

  28

  pemakai pertama terhadap pemakaian tidak sah oleh pihak-pihak lain. Jangka waktu perlindungan merek adalah 10 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan pendaftaran (filling

  date ). Setelah 10 tahun dapat diperpanjang kembali. 27

1. Syarat dan Tata Cara

  Soendari Kabat dan Agung Sudjatmiko, 2001, Aspek Yuridis Pemakaian Merek Terkenal Sebagai Domain Names , Yuridika, Vol. 16 No. 5 September 28 – Oktober, 2001, hal. 443 Heri Firmansyah, Op. Cit, hlm. 36. Mengenai persyaratan dan tata cara permohonan pendaftaran merek diatur dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Permohonan pendaftaran merek diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan mengisi formulir dan menyebutkan jenis barang dan/atau jasa serta kelas yang dimohonkan pendaftarannya. Permohonan pendaftaran merek tersebut harus ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya. Pemohon terdiri atas satu orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.

  Permohonan yang diajukan oleh pemohon yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah negara Republik Indonesia wajib diajukan melalui kuasanya di Indonesia serta menyatakan dan memilih tempat tinggal kuasa sebagai domisili hukumnya Indonesia.

  Syarat dan tata cara permohonan pendaftaran merek kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) adalah sebagai berikut:

  a. Diajukan secara tertulis, diketik dalam bahasa Indonesia pada blangko formulir permohonan yang telah disediakan dan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya dan dibuat dalam rangkap empat dengan mencantumkan: 1). tanggal, bulan, dan tahun; 3). nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa; 4). warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna; 5). nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas. b. Permohonan untuk dua kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat diajukan dalam satu permohonan pendaftaran merek.

  c. Surat permohonan pendaftaran merek dilampiri dengan: 1). fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dilegalisir. Bagi pemohon yang berasal dari luar negeri sesuai dengan ketentuan undang-undang harus memilih tempat kedudukan di Indonesia, biasanya dipilih pada alamat kuasa hukumnya; 2). fotokopi akta pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh notaris apabila permohonan diajukan atas nama badan hukum; 3). fotokopi peraturan pemilikan bersama apabila permohonan diajukan atas nama lebih dari satu orang (merek kolektif); 4). surat kuasa khusus apabila permohonan pendaftaran dikuasakan; 5). tanda pembayaran biaya permohonan; 6). 20 (dua puluh) helai etiket merek dengan ukuran maksimal 9X9 cm, minimal 2X2 cm; 7). surat pernyataan bahwa merek yang dimintakan pendaftaran adalah miliknya.

  Biaya permohonan pendaftaran merek merupakan salah satu jenis sumber penerimaan Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2005 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menetapkan biaya permintaan pendaftaran merek sebagai berikut.

  a. Untuk satu (1) kelas barang dan atau jasa per permintaan Rp. 450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah). b. Untuk dua (2) kelas barang dan atau jasa per permintaan Rp. 950.000,- (sembilan ratus lima puluh ribu rupiah).

  c. Untuk tiga (3) kelas barang dan atau jasa per permintaan Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).

2. Permohonan Pendaftaran Merek dengan Hak Prioritas

  Hak Prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari Negara yang tergabung dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property atau untuk memperoleh pengakuan bahwa

  Aggrement Establishing the World Trade Organization

  tanggal penerimaan di Negara asal merupakan tanggal prioritas di Negara tujuan yang juga anggotanya salah satu dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention for the Protection of Industrial Property.

  Permohonan pendaftaran merek dengan Hak Prioritas ini diatur dalam Pasal 11 dan

  Pasal 12 Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2011. Dalam Pasal 11 dikatakan bahwa “Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas harus diajukan dalam waktu paling lama 6 bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permoohonan pendaftaran merek yang pertama kali

  Industrial Property atau anggota Aggrement Establishing the World Trade Organization

  .” Dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 dikatakan pula bahwa:

  a. Selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud diatas, permohonan dengan menggunakan hak prioritas ini juga wajib dilengkapi dengan bukti tentang permohonan pendaftaran merek yang pertama kali yang menimbulkan hak prioritas tersebut. b. Bukti hak prioritas sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) tersebut diatas diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

  c. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pasal ayat (1) dan ayat (2) tidak dipenuhi dalam waktu paling lama 3 bulan setelah berakhirnya hak mengajukan permohonan dengan menggunakan hak prioritas sebagaimana dimaksud dalam

  pasal 11, permohonan tersebut tetap diproses, namun tanpa menggunakan hak prioritas. Bukti hak prioritas dapat berupa surat permohonan pendaftaran beserta tanda penerimaan permohonan tersebut yang juga memberikan penegasan tentang tanggal penerimaan permohonan. Dalam hal yang disampaikan berupa salinan atau foto kopi surat atau tanda penerimaan, pengesahan atas salinan atau fotokopi surat atau tanda penerimaan, pengesahan atas salinan atau fotokopi surat atau tanda penerimaan tersebut diberikan oleh Direktorat Jenderal apabila permohonan diajukan pertama kali. Bukti hak prioritas tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yang penerjemahannya dilakukan oleh penerjemah yang disumpah. Penyumpahan dimaksudkan untuk menjamin kebenaran terjemahan bukti hak kepemilikan hak kekayaan intelektual tersebut.

  29 Undang-undang Merek juga secara tegas mengatur acuan penetapan pendaftaran

  a. Perlakuan pemberian perlindungan hukum yang sama Hukum merek suatu Negara harus memberi perlindungan yang sama terhadap pemilik merek orang asing, sebagaimana perlakuan perlindungan yang diberikan kepada pemilik merek warga Negara sendiri

  b. Berdasarkan asas Resiprositas

29 Ahmadi Miru, Op. Cit. hlm. 33.

  Menegakkan asas pemberian perlakuan yang sama atas hak proritas, artinya kesediaan, kerelaan member perlindungan yang sama terhadap pelayanan permintaan pendaftaran dengan hak prioritas terhadap pemilik merek orang asing harus berdasarkan asas timbal balik.

  3. Pemeriksaan Kelengkapan Persyaratan Pendaftaran Merek

  Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan pendaftaran merek yaitu persyaratan administratif. Kekurangan dalam kelengkapan Direktorat Jenderal meminta agar kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi paling lama dua bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permintaan untuk memenuhi kelengkapan persyaratan tersebut, tanggal pengiriman dalah tanggal pengiriman berdasarkan stempel pos. Dalam hal kekurangan tersebut menyangkut persyaratan pendaftaran berdasarkan hak prioritas, jangka waktu pemenuhan kekurangan persyaratan tersebut paling lama tiga bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengajuan permohonan dengan hak prioritas. Dalam hal kelengkapan persyaratan tersebut tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya bahwa permohonannya dianggap ditarik kembali. Dalam hal permohonan dianggap ditarik kembali.

  

4. Perubahan dan Penarikan Kembali Permohonan Pendaftaran Merek

  Perubahan atas permohonan hanya diperbolehkan terhadap tersebut pergantian nama dan/atau alamat pemohon atau kuasanya. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terkait dengan subtansi merek tidak dimungkinkan, tetapi perubahan tersebut hanya meliputi identitas permohon pendaftaran merek tersebut.

  Undang-undang Merek memberikan hak kepada pemohon atau kuasanya untuk membatalkan atau menarik kembali permohonan pendaftaran merek yang telah diajukan.

  Oleh karena itu, selama belum memperoleh keputusan dari Direktorat Jenderal, permohonan dapat ditarik kembali oleh pemohon atau kuasanya. Namun apabila penarikan dilakukan oleh kuasanya, penarikan harus dilakukan berdasarkan surat kuasa khusus untuk keperluan penarikan kembali tersebut. Hal ini mengingat bahwasanya penarikan kembali merupakan hal esensial bagi pemohon sehingga untuk melakukan penarikan kembali dibutuhkan suatu jaminan bahwa kuasa tersebut betul-betul dikuasakan untuk penarikan pendaftaran merek tersebut. Walaupun demikian, dalam hal permohonan ditarik kembali, segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali.

F. Pendaftaran Merek

1. Pemeriksaan Substansif

  Pemeriksaan substantif diatur dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 20 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pemeriksaaan substantif dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) terhadap permohonan dalam waktu tiga puluh (30) hari terhitung sejak tanggal penerimaan. Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh diselesaikan dalam waktu paling lama sembilan (9) bulan. Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa permohonan dapat disetujui untuk didaftar. Atas persetujuan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) dan permohonan tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

  Apabila pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa permohonan tidak dapat disetujui didaftar atau ditolak. Atas persetujuan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), hal tersebut akan diberitahukan kepada pemohon atau kuasanya dengan menyebutkan alasannya dan dalam waktu paling lama tiga puluh (30) hari terhitung sejak tanggal penerimaan surat pemberitahuan, pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau tanggapannya dengan menyebutkan alasannya. Dalam hal pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau tanggapannya, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) menetapkan keputusan tentang penolakan permohonan tersebut.

  Jika pemohon atau kuasanya dalam menyampaikan keberatan atau tanggapannya dan Pemeriksa melaporkan tanggapan tersebut dapat diterima, atas persetujuan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), permohonan itu diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Tetapi dalam hal pemohon atau kuasanya menyampaikan keberatan atau tanggapannya dan pemeriksa melaporkan tanggapan tersebut tidak dapat diterima, maka atas persetujuan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), ditetapkan keputusan tentang penolakan permohonan tersebut yang diberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya dengan menyebutkan alasannya.

2. Pengumuman Permohonan

  Pengumuman permohonan diatur dalam Pasal 2l sampai dengan Pasal 23 Undang- (Ditjen HKI) mengumumkan permohonan tersebut dalam Berita Resmi Merek dalam jangka waktu paling lama sepuluh (10) hari terhitung sejak disetujuinya permohonan untuk didaftar.

  Pengumuman permohonan berlangsung selama tiga (3) bulan dan dilakukan dengan: a. menempatkan dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan berkala oleh Direktorat

  Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI); b. menempatkan pada sarana khusus yang mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Inteletual (Ditjen HKI). Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan:

  1) nama dan alamat lengkap pemohon, termasuk kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa; 2) kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi merek yang dimohonkan pendaftarannya; 3) tanggal penerimaan; 4) contoh merek; 5) nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali; dalam 6) hal permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas.

3. Keberatan dan Sanggahan

  Mengenai keberatan dan sanggahan, diatur dalam Pasal 24 sampai dengan Pasal 25 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Selama periode pengumuman yaitu dalam jangka waktu tiga (3) bulan, setiap pihak dapat mengajukan keberatan atas pendaftaran merek tersebut dan mengajukan alasan-alasan tertulis disertai bukti bahwa merek yang didaftarkan karena merek tersebut: a. didaftarkan oleh pemohon yang beritikad tidak baik;

  b. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

  c. moralitas keagamaan, kesusilaan, atau ketertiban umum;

  d. tidak memiliki daya pembeda;

  e. telah menjadi milik umum; atau

  f. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang g. dimohonkan pendaftarannya. Hal-hal yang menyebabkan suatu permohonan merek harus ditolak oleh Direktorat

  Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) yang diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Permohonan suatu merek ditolak apabila merek tersebut: a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis; b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis; c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah; d. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah dikenal; e. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak; atau simbol atau lembaga negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; g. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang. Pemohon akan diberitahukan mengenai penolakan tersebut oleh Direktorat Jenderal

  Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) dalam waktu paling lama empat belas (14) hari terhitung sejak tanggal penerimaan keberatan. Dalam hal ini pemohon mempunyai kesempatan untuk mengajukan sanggahan atas keberatan tersebut pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) secara tertulis dalam jangka waktu paling lama dua (2) bulan sejak tanggal penerimaan salinan keberatan.

4. Pemeriksaan Kembali

  Jika keberatan diajukan, pemeriksaan kembali atas merek tersebut akan dilaksanakan dalam waktu paling lama dua (2) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman. Jika menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), merek tersebut dapat didaftarkan, maka sebuah Sertifikat Merek akan diterbitkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pemohon disetujui untuk didaftar dalam Daftar Umum Merek. Jika tidak ada keberatan, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) menerbitkan dan memberikan Sertifikat Merek dalam waktu paling lama tiga puluh (30) hari terhitung sejak berakhimya jangka waktu pengumuman. Mengenai pemeriksaan kembali diatur dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 27 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

  Jika pemohon merek tidak puas dengan keputusan penolakan permohonan, pemohon dapat mengajukan banding ke Komisi Banding Merek dalam tempo paling lama tiga (3) bulan dari putusan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) untuk menerima atau menolak permohonan pendaftaran tersebut. Komisi Banding Merek harus membuat putusan dalam tempo paling lama tiga (3) bulan. Akan tetapi, jika pemohon berpendapat bahwa Komisi Banding Merek telah membuat suatu kekeliruan, pemohon atau kuasanya boleh mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga dan kemudian mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Mengenai permohonan banding kepada Komisi Banding Merek diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 32 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

G. Pengalihan Hak atas Merek

  Sama dengan hak milik intelektual lainnya, hak merek juga dapat beralih dan di alihkan. Ini suatu bukti bahwa UU Merek Tahun 2001 telah mengikuti prinsip-prinsip hukum benda yang dianut oleh seluruh Negara di dunia dalam penyusunan undang-undang mereknya. Berikut ini diterangkan tentang cara-cara beralih dan dialihkannya hak atas merek.

  30 Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena :

  1. Pewarisan

  2. Wasiat

  3. Hibah

  4. Perjanjian

  5. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan Pewarisan, wasiat, hibah dan perjanjian merupakan istilah yang lazim digunakan dan telah dimengerti maksud dari istilah tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan sebab-sebab bertentangan dengan Undang-Undang Merek. Misalnya kepemilikan merek beralih karena pembubaran badan hukum yang semula merupakan pemilik merek. Dengan demikian, dengan pembubaran badan hukum, kepemilikan merek dapat beralih kepada orang-orang tertentu yang memiliki modal pada badan hukum tersebut.

  Pengalihan hak atas merek wajib dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Jenderal untuk dicatat dalam Daftar Umum Merek, dan permohonan pencatatan pengalihan 30 Ahmadi Miru, Op. Cit. hlm. 59

  31

  hak atas merek tersebut disertai dengan dokumen yang mendukungnya. Dokumen yang dimaksud antara lain Sertifikat Merek dan bukti lainnya yang mendukung pemilikan hak tersebut. Pencatatan ini dimaksudkan agar akibat hukum dari pengaliha n Hak atas Merek terdaftar tersebut berlaku terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dan berlaku terhadap pihak ketiga. Yang dimaksudkan dengan “pihak-pihak yang bersangkutan” disini adalah pemilik merek dan penerima pengalihan hak atas merek. Adapun yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah penerima lisensi, karena pengalihan hak atas merek terdaftar yang tidak dicatat dalam Daftar Umum Merek tidak berakibat hukum pada pihak ketiga. Namun, tujuan yang penting dari adanya kewajiban untuk mencatatkan pengalihan hak atas merek adalah untuk memudahkan pengawasan dan mewujudkan kepastian hukum.

  Pencatatan pengalihan hak atas merek tersebut tetap dikenai biaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Merek. Disamping pengalihan hak atas merek terdaftar itu sendiri, pengalihan hak atas merek terdaftar dapat disertai dengan pengalihan nama baik, reputasi, atau lain-lainnya yang terkait dengan merek tersebut. Pengalihan Hak atas Merek Terdaftar hanya dicatat oleh Direktorat Jenderal apabila disertai pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa Merek tersebut akan digunakan bagi perdagangan barang dan/jasa.

  Permintaan pencatatan pengalihan hak atas merek terdaftar diajukan dengan

  32

  a. Nomor dan merek terdaftar yang dialihkan;

  b. Nama, kewarganegaraan dan alamat lengkap pemilik merek terdaftar dan penerima hak atas merek terdaftar yang dimintakan pencatatan pengalihannya; c. Nama badan hukum dan negara tempat badan hukum tersebut didirikan serta tunduk kepada hukum negara tersebut jika pemilik merek atau penerima hak 31 adalah badan hukum; 32 Ahmadi Miru, Op. Cit, hlm. 61.

  Lihat Pasal 2 PP No 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek d. Nama dan alamat lengkap kuasa di Indonesia yang dipilih sebagai alamatnya di Indonesia, jika permintaan pencatatan pengalihan hak diajukan oleh pemilik atau penerima hak yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Republik Indonesia.

  Berbeda dengan pengalihan hak atas merek barang, pengalihan hak atas merek jasa yang terdaftar memiliki persyaratan tambahan. Hal itu disebabkan hak atas merek jasa terdaftar yang tidak dapat dipisahkan dari kemampuan, kualitas, atau keterampilan pribadi pemberi jasa yang bersangkutan, hanya dapat dialihkan dengan ketentuan harus ada jaminan terhadap kualitas pemberian jasa.

  Maksud ketentuan diatas adalah pengalihan hak atas merek jasa hanya dapat dilakukan apabila ada jaminan, baik dari pemilik merek maupun pemegang merek atau penerima lisensi untuk menjaga kualitas jasa yang diperdagangkannya. Untuk itu, perlu suatu pedoman khusus yang disusun oleh pemilik merek (pemberi lisensi atau pihak yang mengalihkan merek tersebut) mengenai metode atau cara pemberian jasa yang dilekati merek tersebut. Pengalihan hak atas merek terdaftar hanya dicatat oleh Direktorat Jenderal apabila disertai pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa merek tersebut akan digunakan bagi perdagangan barang dan/atau jasa. akan digunakan sebagaimana sebelum terjadinya pengalihan. Persyaratan tentang adanya pernyataan tertulis tersebut hampir sama dengan persyaratan perpanjangan perlindungan merek. Hanya saja ada persyaratan perpanjangan perlindungan merek tidak disyaratkan adanya pernyataan tertulis asalkan barang dan/atau jasa yang menggunakan merek tersebut masih diproduksi dan diperdagangkan.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Sanksi Denda Terhadap Pelaku Tanpa Izin Melakukan Kegiatan Industri Kecil berdasarkan Persepktif UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 974/Pid.B/2014/PN.Mdn)

0 0 23

BAB II PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA PERIKANAN MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA - Peran Polisi Perairan Dalam Menangani Tindak Pidana Perikanan di Perairan Serdang Bedagai (Studi di Satuan Kepolisian Perairan Resort Serdang Bedagai)

0 0 19

Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (Kuhp) Dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003

0 3 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (Kuhp) Dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003

0 0 18

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pupuk Hayati Dan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Tahu

0 0 25

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pupuk Hayati Dan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Tahu

0 0 7

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pupuk Hayati Dan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Tahu

0 0 13

2. Jenis Kelamin Anda: ☐ Laki-laki - Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja - Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

0 1 16

Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

0 1 10