BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosialisasi Politik 2.1.1 Pengertian Sosialisasi Politik - Strategi Pemenangan Kandidat Walikota Periode 2012 - 2017 pada Pemilihan Umum (PEMILU) Kepala Daerah di Kota Padang Sidempuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian Sosialisasi Politik

  Sosialisasi merupakan suatu proses dimana seseorang melakukan internalisasi konsep, nilai – nilai, ide atau gagasan kepada orang lain dalam suatu kelompok atau institusi sosial sehingga memunculkan partisipasi (keikutsertaan) di dalam kelompok atau institusi sosial tersebut. James W. Vander Zanden (dalam Damsar: 2010: 152) mendefenisikan sosialisasi sebagai “suatu proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku essensial untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat.

  Pengertian sosialisasi politik secara sederhana dapat dipahami melalui menambahkan atau mengaitkan definisi yang ada tentang sosialisasi dengan politik. Jika didefenisikan dengan mengaitkan pengertian sosialisasi dengan politik, maka sosialisasi politik dapat diartikan sebagai suatu proses melakukan internalisasi konsep, nilai – nilai, ide atau gagasan, pengetahuan, sikap dan perilaku untuk memunculkan keikutsertaan (partisipasi) efektif di dalam kelompok atau institusi politik.

  Sedangkan apabila defenisi sosiologi politik dikonstruksi berdasarkan kesimpulan kita tentang sosialisasi di atas, maka sosialisasi politik adalah suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma dan perilaku essensial dalam kaitannya dengan politik, agar mampu berpartisipasi efektif dalam kehidupan politik (Damsar: 2010: 153).

  Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam proses guna memberikan suatu penanaman atau internalisasi suatu gagasan atau nilai – nilai politik kepada orang lain (masyarakat) agar nantinya memunculkan suatu sikap politik (partispasi) suatu masyarakat atau institusi.

2.1.2 Agen Sosialisasi Politik

  Dalam sosialisasi politik terdapat beberapa agen yang dipandang memegang peranan penting, beberapa diantaranya adalah keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, dan media massa. Agen tersebutlah yang dipandang berperan dalam membentuk pengetahuan ,sikap, nilai, norma, perilaku esensial, dan harapan-harapan dalam kaitannya dengan politik ( Damsar:2010: 154).

1. Keluarga

  Pola sosialisasi dapat berlangsung dalam dua bentuk umum : pertama,sosialisasi represif, yaitu sosialisasi yang dapat menekankan pada kepatuhan anak dan penghukuman terhadap perilaku yang keliru. Kedua, sosialisasi partisipatif, yaitu sosialisasi yang menekankan pada otonomi anak dan memberikan imbalan terhadap perilaku anak yang baik.

  Pola sosialisasi di dalam keluarga termasuk menjadi pijakan awal seseorang dalam memandang nilai dan norma sosial ketika kelak berperilaku di dalam masyarakat termasuk dalam menentukan sikap politik yang kemudian memunculkan partisipasi politik.

  2 Sekolah peranan penting dalam menanamkan nilai – nilai dan norma – norma sosial.

  Kemudian sebagai suatu sistem sosial, sekolah memiliki sejumlah poin yang mengatur hubungan antar personal di dalam kelompok belajar diantara adalah proses adaptasi, yaitu merupakan suatu kebutuhan sistem untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Melalui adaptasi, sistem mampu menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungannya serta mendistribusikan sumber – sumber tersebut kedalam seluruh sistem. Kemudian pencapaian tujuan (Goal Attainment) yang merupakan prasyarat fungsional yang menentukan tujuan dan skala prioritas dari tujuan – tujuan yang ada. Setiap orang bertindak selalu diarahkan pada tujuan. Lalu ada prasyarat integrasi (integration) yaitu suatu kebutuhan sistem yang dapat mengoordinasikan peranan antar personal di dalam suatu sistem sesuai dengan peran dan fungsi sosialnya masing – masing. Dan terakhir, peranan guru sebagai personal yang memiliki peranan penting dalam menanamkan nilai – nilai pendidikan di dalam sekolah haruslah memenuhi beberapa kriteria yang mencerminkan kualitas personal yang ideal yang nantinya akan berpangaruh dalam membentuk karakteristik murid – muridnya.

  3 Kelompok teman sebaya Kelompok teman sebaya merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang seusia dan memiliki status yang sama, dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul (Horton dan Hunt dalam Damsar, 2010:164). Dalam kehidupan seseorang kelompok yang pertma kali sebagai kelompok rujukannya adalah keluarga seperti disebut di point sebelumnya memberikan ciri-ciri dasar seiring berjalannya waktu kelompok teman sebaya menjadi kelompok rujukan dalam mengembangkan sikap dan perilaku termasuk dalam hal politik. Sosialisasi politik melalui kelompok teman sebaya bersifat informal dan langsung. Kelompok teman sebaya yang menjadi kelompok rujukan bisa beragam. Kelompok teman sebaya dapat terbentuk karena seprofesi, sehobi, sekantor, selingkungan tempat tinggal dan sebagainya.

  4 Media Massa Media massa merupakan agen sosialisasi politik yang semakin menguat peranannya. Media massa, baik media cetak seperti surat kabar dan majalah media massa elektronik seperti radio, televisi, dan internet, semakin memegang peranan penting dalam mempengaruhi cara pandang, cara pikir, cara tindak, dan sikap politik seseorang. Pengaruh media massa cenderung bersifat masif, berskala besar, dan segera. Penggunaan media massa secara intensif oleh partai politik sebagai media dan sekaligus agen sosialisasi politik di Indonesia terbilang cukup efektif dan selalu menjadi pilihan guna meningkatkan angka elektabilitas partai politik atau kandidat tertentu.

  Media massa yang dimaksud pada umumnya bersifat koorporasi, bukan individual. Selain itu, media massa berbentuk teknologi informasi seperti layanan jejaring sosial, internet, dan website – website online mulai digunakan guna meningkatkan jaringan komunikasi dalam proses sosialisasi politik, contohnya seperti yang dilakukan oleh Barack Obama dalam kampanye politiknya yang khusus.

2.1.3 Mekanisme dan Proses Sosialisasi Politik

  Transisi nilai – nilai, pengetahuan, kepercayan – kepercayaan, sikap politik dan harapan politik kepada individu atau kelompok orang tertentu dilakukan melalui beberapa cara antara lain.( Damsar:2010: 166) 1.

  Imitasi.

  Peniruan (imitasi) merupakan makanisme sosialisasi paling dikenal oleh umat manusia. Apa saja yang dikenal dan dipahami pertama kali dalam hidup seorang anak manusia didapatkan melalui proses peniruan. Proses peniruan merupakan suatu bentuk transmisi awal terhadap nilai – nilai, pengetahuan, kepercayaan – kepercayaan, sikap dan harapan., termasuk dalam aspek politik dari kehidupan kepada anak – anak oleh orang yang lebih dewasa, terutama orang tia dan keluarga. Proses ini dikenal sebagai sosialisasi primer, yaitu proses pembentukan identitas seorang anak menjadi pribadi atau diri ( self ) Apa yang ditiru oleh anak – anak dalam keluarga? Hal yang pertama kali yang dapat ditangkap oleh anak adalah suara, selain itu gerak. Oleh sebab itu cara berbicara dan intonasi orang tua menrupakan proyek pertama peniruan dari sang anak. Dalam realiats dunia politik, strategi kampanye yang dilakukan oleh partai politik yang ada tampak relatif sama, karena mereka saling meniru satu sama lain.

  2. Instruksi Perintah (instruksi) merupakan penyampaian sesuatu yang berisi amar atau keputusan oleh orang atau pihak yang memiliki kekuasaan kepada orang yang tunduk atau dipengaruhi orang yang memiliki kekuasaan untuk dilaksanakan. Instruksi politik biasanya berlangsung pada institusi yang terkait dengan aspek politik dari kehidupan seperti negara dan partai politik.

  3. Desiminasi Desiminasi politik sering dilakukan oleh para anggota legislatif dan aparat birokrasi untuk memberi tahu ata menyebarluaskan informasi tentang suatu agenda politik. Aparatur birokrasi, misalnya melakukan desiminasi pemilihan legislatif, presiden dan kepala daerah melalui pertemuan tatap muka (seminar atau pelatihan), penyebaran leefletd baliho dan media massa seperti surat kabar, radio dan televisi. Sedangkan anggota legislatif misalnya mendisiminasikan UUD 1945 yang telah diamandemen ke berbagai unsur masyarakat di seluru indonesia. Desiminasi lebih memiliki pengetahuan tentang apa yang didesiminasi.

  4. Motivasi

  Motivasi politik merupakan suatu mekanisme sosialisasi politik untuk membentuk sikap, kalau bisa pada tahap perilaku, seseorang atau kelompok orang tentang suatu nilai, pengetahuan, kepercayaan, sikap motivasi adalah mereka yang memiliki suatu drajat kepercayaan tertentu terhadap orang atau kelompok yang dimotivasi seperti orang tua, pemimpin dan kelompok rujukan atau mereka yang memiliki keahlian dan kompentensi sebagai motivator seperti orator, konselor, konsultan dan lainnya.

5. Penataran.

  Pada masa orde baru dahulu kita telah diperkenalkan dengan suatu mekanisme sosialisasi politik bernama penataran, yang dimansyurkan dengan nama penataran P4 (pedoman, penghayatan, dan pengamalan pencasila). Sesuai dengan namanya penataran P4 merupakan suatu bentuk sosialissi politik untuk menanamkan nilai- nilai, pengetahuan, kepercayaan , sikap dan prilaku yang sesuai dengan pancasila. Nilai, pengetahuan, kepercayaan, sikap dan perilaku yang diharapkan untuk diwujudkan dalam realitas kehidupan sehari – hari dipandang sesuatu yang baik. Persoalan utama yang dihadapi oleh para penatar adalah rujukan dari agen atau aktor yang telah menerapkan nilai – nilai, pengetahuan, kepercayaan, sikap dan perilaku yang diharapkan tersebut.

2.2 Partisipasi Politik

  Secara etimologis, konsep partisipasi politik dapat ditelusuri akar katanya dari bahasa inggris, yaitu kata Part yang berarti bagian. Jika kata part dikembangkan menjadi kata kerja, maka kata ini menjadi to participate yang bermakna turut ambil bagian. Kehidupan pertumbuhan pertisipasi memerlukan keterbukaan, perbedaan pendapat dan berfikir mempertanyakan (dalam buku damsar 176 Abdul Azis Saleh, 1990:13). Penekanan Abdul Azis Saleh terhadap penghargaan pada nilai persamaan, keterbukaan, perbedaan pendapat dan berfikir mempertanyakan, berarti konsep partisipasi tidak mengandung nilai kebebasan tanpa ada paksaan. Jika nilai yang disebut terakhir ada, berarti hal tersebut tidak tercakup sebagai konsep.

  Partisipasi juga dimengerti sebagai dalam pengertian konsep diatas berperan serta atau iku serta, yang selama ini dipahami oleh masyarakat Indonesia. Banyak kegiatan publik, baik yang memiliki dimensi politik maupun non politik, dapat terselenggara dengan baik karena adanya peran serta atau keikutsertaan warga. Dalam berbagai kegiatan pemilihan umum di Indonesia, warga merancang tempat dan lokasi pemilihan sedemikian rupa supaya warga tertarik untuk dating ketempat pemungutan suara.

  Jika pengertian partisipasi politik dipahami melalui pengertian penggabungan dua konsep, yaitu partisipasi dan politik, maka partisipasi politik dapat dijelaskan sebagai turut ambil bagian, ikut serta atau berperan serta dalam kegiatan yang berhubungan dengan kekusaan, kewenangan, kehidupan publik, pemerintahan, Negara, konflik dan resolusi konflik, kebijakan, pengambilan kepuusan, dan pembagian atau alokasi. Pengertian penggabungan makna tersebut telah memberikan suatu pemahaman tentang sekitar apa saja cakupan konsep sosiologi politik. Pemahaman partisipasi politik yang tercakup dalam batasan ini sangat luas. Hampir semua aktivitas kehidupan bias termasuk atau terliput dalam pengertian konsep diatas.

  Huntington dan Nelson (1994:16, 17) menemukan bentuk bentuk partisipasi politik yang berbeda dengan tipologi yang dibuat oleh ahli yang tersebut diatas. Adapun bentuk partisipasi politik meliputi.

  a) Kegiatan pemilihan mencakup suara, juga sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan dibagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan

  b) Lobbying, mencakup upaya perorangan atau kelompok untuk mehubungi pejabat pemerintah dan pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka mengenai persoalah yang mencakup sejumbalh besar orang seperti, kegiatan yang ditujukan untuk menimbulkan dukungan bagi atau oposisi terhadap suatu usul legislasi atau keputusan administrative.

  c) Kegiatan organisasi menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang tujuannya yang utama dan eksplisit adalah mempengaruhi pengambil keputusan pemeritah.

  d) Mencari koneksi merupakan tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh menfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang.

  e) Tindakan kekerasan juga dapat merupakan satu bentuk partisipasi politik dan untuk keperluan analisis ada manfaatnya untuk mengidentifikasi sebagai satu ketegori tersendiri, artinya sebagai upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang – orang atau harta benda.

2.3 Pemilihan Umum (PEMILU)

  Berdasarkan UUD 1945 Bab I Pasal 1 ayat (2) kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam demokrasi modern, yang menjalankan kedaulatan itu adalah wakil-wakil rakyat yang ditentukan sendiri oleh rakyat. Untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat maka dilaksanakanlah pemilihan umum. Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik (Syarbaini, 2002:80)

  Dalam Undang-Undang Repubilik Indonesia Nomor 22 tahun 2007 tentang penyelenggara pemilihan umum dinyatakan bahwa pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang merupakan salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil sehingga dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi menjadi suatu keharusan bagi pemerintah untuk melaksanakan pemilu. Sesuai dengan azas bahwa rakyatlah yang berdaulat maka semuanya itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya.

  Pemilu adalah sarana utama mewujudkan demokrasi dalam suatu negara. Substansi pemilu adalah penyampaian suara rakyat untuk membentuk lembaga perwakilan dan pemerintahan sebagai penyelenggara Negara. Suara rakyat diwujudkan dalam bentuk hak pilih, yaitu hak memilih wakil dari berbagai calon yang ada. Sebagai suatu hak, hak memilih harus dipenuhi dan sesuai dengan amanat konstitusi. Hal ini merupakan tanggung jawab Negara yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu. Oleh karena itu, dalam UU pemilu dinyatakan bahwa pemilih didaftar oleh KPU (Pasal 27 Ayat (2) UU 42/2008).

  Salah satu wujud dan mekanisme demokrasi di daeerah adalah pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) secara langsung. Pemilukada merupakan sarana manifestasi kedaulatan dan pengukuhan bahwa pemilih adalah masyarakat di daerah pemilukada memiliki tiga fungsi penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ( J.M .Gaffar:2012:87) pertama, memiliki kepala daerah sesuai dengan kehendak bersama masyarakat didaerah sehingga ia diharapkan dapat daerah.kedua,melalui pemilukada diharapkan pilihan masyarakat didaerah didasarkan pada misi,visi,program serta kualitas dan integritas calon kepala daerah,yang sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.ketiga, pemilukada merupakan saran pertanggungjawaban sekaligus sarana evaluasi dan kontrol publik secara politik terhadap seorang kepala daerah dan kekuatan politik yang menopang.

  Melalui pemilukada, masyarakat didaerah dapat memutuskan apakah akan memperpanjang atau menghentikan mandate seorang kepala daerah, juga apakah organisasi politik penopang masih dapat dipercaya atau tidak. Oleh karena itu, sebagai bagian dari pemilu,pemilukada harus dilaksanakan secara demokratis sehingga betul – betul dapat memenuhi peran dan fungsi tersebut. Pelanggaran dan kelemahan yang dapat menyesatkan atau membiaskan esensi demokrasi dalam pemilukada harus diperbaiki dan dicegah.

2.3.1 Peran Partai Politik dalam Pemilu

  Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang – orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan.dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dalam pelaksanaaan keputusan. Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisasi yang angota – partai politik pastinya memiliki peranan penting dalam suksesi pemilu.

  Sepanjang sejarah perpolitikan modern,berdasarkan pengamatan bermacam ahli,partai politik memiliki peran penting dalam menjalankan sistem pemilu yang berlangsung. Partai politik dibangun sebagai suatu usaha untuk merepresetasikan kepentingan politik mereka pada lembaga legislatif maupun eksekutif. Kepentingan politik yang diwakili oleh setiap partai politik pasti berbeda,diantaranya mempresentasikan kepentingan agama, ideology,kelompok, daerah, dan suku bangsa.

  Salah satu peran dari partai politik sebagai sarana mobilisasi politik yang merupakan proses pengerahan massa dalam proses – proses politik. Adapun pengerahan massa dilakukan untuk menghadiri kegiatan transmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma, politik dari suatu partai. Dan pengerahan massa juga dilakukan dalam pemilihan, pengangkatan, dan penetapan sehingga sesorang memduduki suatu jabatan politik dipemerintahan (Dalam Damsar:2010:254).

  Dalam pemilu partai politik tidak jarang dijadikan kendaraan politik menuju suatu proses dimana seseorang melakukan,suatu perjalanan politik, ingin bersaing untuk mendapatkan jabatan politik sebagai gubernur, bupati yang membutuhkan kendaraan politik. ( Dalam Damsar:2010:256).

  Strategi Pemenangan pemilu Dalam rangka memenangkan kandidat saat proses pemilu berlangsung maka sangat dibutuhkan langkah strategis demi tercapainya kemenangan yang sesuai dengan hararapan dan targetan. Langkah tersebut pastinya akan dilihat dari berbagai aspek guna menjawab kebutuhan didalam masyarakat tersebut agar menjadi pendukung bagi kandidat yang akan di usung.

   Pada masyarakat politik, interaksi setiap individu maupun kelompok memiliki cirri-ciri sebagai berikut.

  1. Perilaku Politik (Political Behavior) Perilaku politik dapat dinyatakan sebagai keseluruhan tingkah laku warga negara yang saling memiliki hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara lembaga pemerintah dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik.

  2. Budaya Politik (Political Culture) Budaya politik merupakan suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Warga negara mengidentifikasikan dirinya dengan simbol-simbol dan lembaga kenegara an berdasarkan orientasi yang mereka miliki.

  3. Kelompok Kepentingan (Interest Group) Yaitu sebuah kelompok/organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kelompok melaksanakan tindakan-tindakan politik, biasanya mereka berada di luar tugas partai politik.

  4. Kelompok Penekan (Pressure Group) Kelompok penekan adalah kelompok yang dapat mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan pemerintah. Adapun cara yang digunakan dapat melalui persuasi, propaganda atau cara lain yang lebih efektif. Mereka antara lain: kelompok pengusaha, industriawan dan asosiasi lainnya.

  Di dalam masyarakat politik, agar kepentingan seseorang atau suatu kelompok diketahui oleh pihak lain dan dijadikan sebagai pokok bahasan, maka diperlukan adanya komunikasi politik. Komunikasi politik adalah semua kegiatan dalam sistem politik yang dimaksudkan agar inspirasi dan kepentingan politik warga negara diakomodasi menjadi berbagai kebijakan.

  Dengan demikian kita dapat melihat bahwa masyarakat politik bukanlah masyarakat yang statis. Jika kehidupan politik yang demokratis diterapkan, maka kehidupan masyarakat politik akan menjadi sangat dinamis. Karena kelompok- kelompok yang berbeda akan mencoba memperjuangkan berbagai kepentingannya melalui saluran komunikasi politik yang ada.

2.3.3 Jaringan Sosial

  Hubungan manusia sangat berarti baginya sebagai individu. Dapat dikatakan bahwa kita, setidaknya sebagian, diartikan melalui siapa yang kita dinding pembatas bagi struktur-struktur sosial yang lebih luas. Ide sentral dari modal sosial adalah bahwa jaringan-jaringan sosial merupakan suatu aset yang bernilai (Field, 2005:16) jaringan-jaringan menyediakan suatu basis bagi kohesi sosial karena menyanggupkan orang untuk bekerjasama satu sama lain dan bukan hanya dengan orang yang mereka kenal secara langsung agar saling menguntungkan. Jaringan lebih mobel dari pada hirarki. Dalam alokasi sumber daya ala jaringan, transaksi terjadi tidak melalui pertukaran yang terpisah atau restu administratif, tetapi melalui jaringan-jaringan individu yang terlibat dalam aksiaksi timbal balik, saling mengutamakan, dan saling mendukung. Jaringan dapat bersifat kompleks; mereka tidak menerapkan kriteria pasar yang ekplisit, juga tidak memakai paternalisme yang biasanya terdapat dalam hirarki. Sebuah asumsi dasar dari hubungan jaringan adalah bahwa satu pihak tergantung pada sumbersumber yang dikontrol oleh pihak lain, dan bahwa ada keuntungan yang bisa diperoleh dari penggabungan sumber daya. Intinya, pihak-pihak dalam jaringan setuju untuk tidak mengejar kepentingan diri sendiri dengan jalan merugikan yang lainnya. Powell ( dalam Hamilton, 1996:270)

  Keterkaitan jaringan dan kelompok merupakan aspek vital dari modal sosial. Jaringan sosial terjadi berkat adanya keterkaitan antara individu dalam komunitas. Keterkaitan terwujud di dalam beragam tipe kelompok pada tingkat lokal maupun tingkat lebih tinggi. Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologi khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok sosial yang biasanya terbentuk secara tradisional atas temurun (repeated social experiences),dan kesamaan kepercayaan pada dimensi Ketuhanan (religious belief)cenderung memiliki kohesifitas yang tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trustyang terbangun sangat sempit. Sebaliknya, pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih modern akan memiliki tingkat partisipasi anggota yang lebih baik dan memiliki rentang jaringan yang lebih luas.

  Pada dasarnya modal sosial merupakan kerjasama yang dibangun dengan untuk mencapai tujuan. Kerjasama yang terjalin tercipta ketika telah terjadinya hubungan interaksi sosial sehingga menghasilkan jaringan kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya dan terbentuknya nilai dan norma dalam hubungan interaksi tersebut.

Dokumen yang terkait

Strategi Komunikasi Politik Dan Pemenangan Pemilu (Studi Kasus Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE - Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar 2010)

3 98 89

Sosialisasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (DPD PKS) Kota Medan Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2009

9 124 120

Peranan Marketing Politik Dalam Pemenangan Pemilu (Studi Kasus: Strategi Politik Oloan Simbolon, ST dalam Pemenangan Pemilu Legislatif 2009 dari Daerah Pemilihan VIII Sumatera

1 85 111

Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015

0 4 34

Pendidikan Politik Kader Partai Persatuan Pembangunan Pada Persiapan Pemilihan Kepala Daerah Kota Cimahi Tahun 2012

0 5 11

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Sosialisasi E-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) Di Kabupaten Pandeglang

2 26 166

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Citra - Pengaruh Citra Tokoh Politik Terhadap Minat Memilih Pada Pemilu Presiden 2014 di Medan

0 0 21

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi - Persepsi Pengguna Tentang Perpustakaan Umum Kota Medan

0 1 14

BAB II DESKRIPSI LOKASI ACEH TAMIANG 2.1 Latar Belakang Sejarah Kabupaten Aceh Tamiang 2.1.1 Sejarah Kerajaan Benua Tamiang - Kualitas Demokrasi Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Aceh Tamiang 2012 ( Studi Kasus : Pemilihan Umum Kepala Daerah Aceh Tamiang

0 1 28

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Perpustakaan Umum - Kegiatan Promosi pada Perpustakaan Kota Medan

0 1 14