Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Sosialisasi E-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) Di Kabupaten Pandeglang

(1)

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh,

ARWINDA KUSNIADEWI NIM. 41708001

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

vii

In Pandeglang Regency

Socialization of e-Voting is conducted by the general election commission Pandeglang is part performance of the general elections commission Pandeglang in realizing its mission of carrying out the election a clean, effective and efficient. But the general election commission Performance Pandeglang e-Voting in the socialization of the election is still constrained by operational technical, institutional aspects, and aspects of the financing. Still many conflicts in the regional election process in 2010 was the reason chosen as a regional Pandeglang chosen as the first to implement socialization of e-Voting.

Theory used in this study is the theory of organizational performance Hessel Tangkilisan Nogi. He said that the organization's performance can be seen from the three indicators, namely human resources, organizational structure, and leadership. While the intent and purpose of this study is to determine the human resources, organizational structure and leadership in the socialization of e-Voting in Pandeglang Regency.

The method used in this study using descriptive research method with qualitative approach. Data collection techniques to the study of literature and field studies. The technique of determining the informant using purposive technique. Informants consisted of commissioner, the secretariat of the general election commission and Pandeglang citizens who have done a simulation tool e-Voting.

Based on the research results that the background of undergraduate education has not owned by general election commission officials to ensure that these personnel have special skills in terms of computational technologies that support the successful implementation of e-Voting socialization. Organizational structure of the discrepancies with the rules that govern the commissioner will cause the wrong public perception about it. Leadership role in the success of e-Voting socialization activities can have positive effects for society to be able to adapt to developments in information technology leader, but its negative impact in this case is less clear in coordination with external parties in the socialization of e-Voting.

Overall performance of the Commission Pandeglang good enough judging from the division of tasks, coordination, leadership. It's just that there are shortcomings that still need to be improved to achieve better performance by providing and facilitating apparatus by training, adhere to existing rules and the chairman must be able to be professional.

Key Word: Performance, General Election Commission, Socialization, e-Voting, Regional Head General Election (Election).


(5)

vi

ABSTRAK

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Dalam Sosialisasi e-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Di Kabupaten Pandeglang

Sosialisasi e-Voting yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Pandeglang merupakan bagian dari kinerja KPU Kabupaten Pandeglang dalam mewujudkan misinya yaitu melaksanakan pemilukada yang bersih, efektif dan efisien. Namun Kinerja KPU Kabupaten Pandeglang dalam sosialisasi e-Voting pemilukada masih terkendala oleh teknis operasional, aspek institusional, serta aspek pembiayaan. Masih terjadinya banyak konflik dalam proses pemilukada tahun 2010 merupakan alasan dipilihnya Kabupaten Pandeglang sebagai daerah yang pertama kali melaksanakan sosialisasi e-Voting.

Teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu teori kinerja organisasi dari Hessel Nogi Tangkilisan. Menurutnya bahwa kinerja organisasi dapat dilihat dari tiga indikator yaitu sumber daya manusia, struktur organisasi, dan kepemimpinan. Sedangkan maksud dan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sumber daya manusia, struktur organisasi dan kepemimpinan KPU Kabupaten Pandeglang dalam sosialisasi e-Voting.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive. Informan terdiri dari komisoner, sekretariat KPU Kabupaten Pandeglang beserta masyarakat yang pernah melakukan simulasi alat e-Voting.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa latar belakang pendidikan sarjana yang dimiliki aparatur KPU Kabupaten Pandeglang belum dapat menjamin bahwa aparatur tersebut memiliki keterampilan-keterampilan khusus dalam hal teknologi komputasi yang menunjang berhasilnya pelaksanaan sosialisasi e-Voting. Adanya ketidaksesuaian struktur organisasi komisioner dengan aturan yang mengaturnya akan menimbulkan persepsi yang salah bagi publik mengenai hal tersebut. Kepemimpinan berperan dalam keberhasilan kegiatan sosialisasi e-Voting. Seorang ketua dapat mempengaruhi masyarakat untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dalam proses pemilukada. Kekurangannya Ketua dalam hal ini kurang tegas dalam melakukan koordinasi dengan pihak ekstern dalam kegiatan sosialisasi e-Voting.

Secara keseluruhan kinerja KPU Kabupaten Pandeglang sudah cukup baik dinilai dari pembagian tugas, koordinasi, kepemimpinan. Hanya saja kekurangan-kekurangan yang ada masih harus diperbaiki untuk pencapaian kinerja yang lebih baik lagi dengan cara memberikan dan memfasilitasi aparatur dengan pelatihan-pelatihan, taat kepada aturan yang ada serta ketua harus dapat bersikap profesional.


(6)

viii

Alhamdulilahhirobil’alamin segala bentuk syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Sosialisasi e-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Di Kabupaten Pandeglang” dengan tepat waktu.

Skripsi ini membahas tentang Kinerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pandeglang untuk menjalankan fungsi-fungsinya salah satunya yaitu sosialisasi e-Voting. Sosialisasi e-Voting sebagai mekanisme yang sudah mulai diterapkan di negara-negara maju untuk mempermudah proses pemungutan suara dengan menggunakan teknologi informasi yang canggih dengan desain sedemikian rupa sehingga proses pemilihan umum tidak kehilangan jati dirinya yaitu sesuai dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia serta jujur dan adil. Bahwa hanya dengan kinerja KPU yang optimal dalam sosialisasi e-Voting sehingga masyarakat dapat memahami perkembangan teknologi informasi yang dapat digunakan pada proses politik yaitu pemilukada.

Peneliti sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan sumbangan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Atas segala bantuan serta bimbingan yang peneliti terima, tidak lupa peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A selaku Dekan FISIP Unikom.

2. Nia Karniawati, S.IP.,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom dan dosen wali peneliti, terimakasih atas segala waktu serta arahannya.

3. Tatik Fidowaty, S.IP.,M.Si selaku dosen pembimbing, terimakasih atas segala waktu, arahan dan motivasinya.


(7)

ix Unikom.

5. Budi Prakoso selaku Ketua KPU Kabupaten Pandeglang yang sudah mau bertukar pikiran dengan peneliti selama mengadakan observasi, banyak memberikan masukan dan informasi kepada peneliti.

6. Seluruh aparatur KPU Kabupaten Pandeglang khususnya bagian komisioner dan sekretariat yang bersedia untuk diwawancarai peneliti dan mau diajak bekerjasama dengan peneliti dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. 7. Ibu, bapak, kakak dan adikku yang sangat peneliti sayangi dan cintai karena

doa mereka tak henti-hentinya untuk peneliti, kasih sayang mereka sungguh tak terbatas sehingga peneliti semangat dan tidak kekurangan support untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabatku Yunita, Yusi, Noe, Ade terimakasih atas kebersamaanya yang selalu ada disaat aku butuhkan kalian.

9. Pak Maghfur dan keluarga Di Pandeglang terimakasih atas segala bantuannya menyediakan tempat berteduh yang nyaman.

10.Seluruh Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Angkatan 2008 yang sudah

memberikan masukan dan saran kepada peneliti.

11.Semua pihak yang sudah memberikan dukungan dan bantuan bagi peneliti baik secara langsung maupun tidak. Terimakasih atas doa semua pihak.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Bandung, Agustus 2012


(8)

x

LEMBAR PERSEMBAHAN………... ii

LEMBAR PENGESAHAN…...……… iii

LEMBAR PERNYATAAN………... v

ABSTRAK ……… vi

ABSTRACT……… vii

KATA PENGANTAR ………. viii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ……… xiv

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR BAGAN……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Identifikasi Masalah ………. 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………. 7

1.4 Kegunaan Penelitian ………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …….. 9

2.1 Tinjauan Pustaka ………... 9

2.1.1 Kinerja Organisasi ………. 9

2.1.1.1 Pengertian Kinerja ……… 10

2.1.1.2 Pengertian Organisasi ……… 12

2.1.1.3 Pengertian Kinerja Organisasi……… 14

2.1.1.4 Faktor-Faktor Kinerja Organisasi ………. 16

2.1.2 Pengertian KPU ………. 22

2.1.3 Sosialisasi Politik ……….. 23


(9)

xi

2.1.4.1 Pengertian e-Government ………. 30

2.1.4.2 Manfaat e-Government ………. 32

2.1.5 Pengertian e-Voting ……….. 33

2.2 Kerangka Pemikiran ………. 35

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ………. 51

3.1 Objek Penelitian ……… 51

3.1.1 Gambaran Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pandeglang ………. 51

3.1.2 Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang………. 52

3.1.2.1 Demografi Kabupaten Pandeglang …………. 54

3.1.2.2 Geografi Kabupaten Pandeglang ……… 55

3.1.2.3 Visi Dan Misi Kabupaten Pandeglang ……... 55

3.1.3 KPU Kabupaten Pandeglang ………. 57

3.1.3.1 Visi Dan Misi KPU Kabupaten Pandeglang… 57 3.1.3.2 Tata Kerja KPU Kabupaten Pandeglang …… 58

3.1.3.3 Susunan Organisasi KPU Kabupaten Pandeglang ……….. 61

3.1.3.4 Struktur Organisasi Komisioner KPU Kabupaten Pandeglang ……… 62

3.1.3.5 Struktur Sekretariat KPU Kabupaten Pandeglang ……….. 63

3.1.4 Sosialisasi e-Voting Di Kabupaten Pandeglang ……… 64

3.1.4.1 Manfaat e-Voting ……… 65

3.1.4.2 Tampilan e-Voting ………... 66

3.2 Metode Penelitian ………. 73

3.2.1 Desain Penelitian ……….. 73


(10)

xii

3.2.4 Teknik Analisa Data ………. 77

3.2.5 Lokasi Dan Jadwal Penelitian ………... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 80

4.1 Sumber Daya Manusia KPU Dalam Sosialisasi e-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Pandeglang.... 84 4.1.1 Keterampilan Aparatur KPU Dalam Sosialisasi

e-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah Di

Kabupaten Pandeglang ……….. 89

4.1.2 Pendidikan Aparatur KPU Dalam Sosialisasi e-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten

Pandeglang ……… 96

4.2 Struktur Organisasi KPU Dalam Sosialisasi e-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Pandeglang… 100 4.2.1 Pembagian Tugas Di KPU Dalam Sosialisasi e-Voting

Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Pandeglang ……… 106 4.2.2 Departementalisasi KPU Dalam Sosialisasi e-Voting

Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Pandeglang ……… 108 4.2.3 Rentang Kendali Di KPU Dalam Sosialisasi e-Voting

Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Pandeglang ……… 112 4.2.4 Delegasi Wewenang Di KPU Dalam Sosialisasi

e-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Pandeglang ……….. 117 4.2.5 Mekanisme Koordinasi Di KPU Dalam Sosialisasi


(11)

xiii

4.3.1 Koordinasi Di KPU Dalam Sosialisasi e-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten

Pandeglang ……… 130

4.3.2 Kekuasaan Di KPU Dalam Sosialisasi e-Voting Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Pandeglang ……… 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 138

5.1 Kesimpulan ………... 138

5.2 Saran ………. 139

DAFTAR PUSTAKA ………... 142


(12)

xiv

Tabel 3.1 Data Demografi Di Kabupaten Pandeglang ……….. 54

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ………... 78

Tabel 4.1 Aparatur Sekretariat KPU Kabupaten Pandeglang Berdasarkan

Jabatan Per November 2010 ……….. 90

Tabel 4.2 Aparatur Sekretariat KPU Kabupaten Pandeglang Berdasarkan

Usia Per November 2010……… 93

Tabel 4.3 Aparatur Sekretariat KPU Kabupaten Pandeglang yang Ikut

Simulasi alat e-Voting …….……..……… 95

Tabel 4.4 Aparatur Sekretariat KPU Kabupaten Pandeglang Berdasarkan


(13)

xv

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran ……… 50

Gambar 3.1 Peralatan e-Voting……… 66

Gambar 3.2 Denah Proses Berlangsungnya Simulasi e-Voting ……….. 67

Gambar 3.3 Meja Registrasi ……….... 68

Gambar 3.4 Meja Training ……….. 69

Gambar 3.5 Meja Authetifikasi ……… 70

Gambar 3.6 Bilik Suara Simulasi ……… 71


(14)

xvi

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Komisioner KPU Kabupaten Pandeglang..… 62 Bagan 3.2 Struktur Organisasi Sekretariat KPU Kabupaten Pandeglang…… 63 Bagan 4.1 Struktur Komisioner KPU Kabupaten Pandeglang Berdasarkan

Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu………...……….. 104


(15)

xvii

Lampiran 1 Pedoman Wawancara (Aparatur KPU Kabupaten

Pandeglang) ……….. 147 Lampiran 2 Pedoman Wawancara (Masyarakat Kabupaten Pandeglang) … 149 Lampiran 3 Daftar Identitas Informan ………. 151 Lampiran 4 Bukti Penelitian ……… 152 Lampiran 5 Data Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilukada Kabupaten

Pandeglang Tahun 2010 yang Mengikuti Proses Sosialisasi e-Voting Di Kabupaten Pandeglang ………. 155 Lampiran 6 Data Nominatif Pegawai Satuan Kerja Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten Pandeglang Per 31 Maret 2012 ………….. 159 Lampiran 7 Rekapitulasi Data Pegawai Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin Di Lingkungan Kabupaten Pandeglang ………... 160 Lampiran 8 Rekapitulasi Data Pegawai Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Tahun 2010 Berdasarkan Pendidikan Di Lingkungan Kabupaten Pandeglang ……….. 161 Lampiran 9 Daftar Urut Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Unit

Organisasi Sekretariat KPU Kabupaten Pandeglang Per 1 Juli 2010 ………... 162 Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian Dari Unikom Kepada KPU Kabupaten

Pandeglang ……… 163 Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di KPU

Kabupaten Pandeglang ……….. 164 Lampiran 12 Riwayat Hidup ……….. 165


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Runtuhnya rezim orde baru membuka proses reformasi politik yang merupakan awal proses demokratisasi. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia pada tahun 2004 dilaksanakan pemilihan presiden secara langsung oleh masyarakat Indonesia. Pasca reformasi, Indonesia mengalami masa transisi yang begitu fundamental diawali dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No.12 Tahun 2008 tentang pemerintahan daerah.

Adanya Undang-Undang mengenai Pemerintahan Daerah tersebut melahirkan konsep otonomi daerah dengan asas desentralisasi yaitu proses pelimpahan wewenang dari pemerintahan pusat kepada daerah. Sistem pemerintahan tidak lagi otoriter dan terpusat. Hal tersebut tercermin dalam wujud demokrasi sampai ke level daerah yaitu dengan adanya proses pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) langsung.

Tahun 2005 merupakan titik awal pelaksanaan demokrasi di level daerah. Hal tersebut tercermin pada dimulainya proses pemilukada di daerah-daerah. Bupati ataupun walikota tidak dipilih oleh Dewan Permusyawaratan Rakyat Daerah (DPRD) lagi tetapi mekanisme yang berjalan saat ini yaitu pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung tersebut diatur dalam


(17)

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 56 yang berbunyi, sebagai berikut: “Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”.

Seiring berjalannya waktu proses demokrasi yang diimplementasikan melalui praktik pemilukada langsung yang terjadi di daerah-daerah tidak mencerminkan kemerdekaan memilih yang sesungguhnya karena beberapa tahun setelah implementasi pemilukada ternyata masih banyak ditemukan kendala-kendala yang masih menyisakan konflik dalam proses pemilukada. Salah satunya ditemukannya tindakan curang pada pemilukada 2010 di Kabupaten Pandeglang yang dilakukan oleh pasangan dengan nomor urut 5 (Irna Narulita dan Apud Mahpud) berupa pembuangan surat suara yang dijadikan bukti ke Mahkamah Konstitusi (MK) dalam gugatan yang dilakukan oleh pasangan nomor urut 5 ( Irna Narulita dan Apud Mahpud) kepada pasangan nomor urut 6 (Erwan Kurtubi dan Heryani) ternyata palsu.

Kendala berikutnya yaitu faktor dana dalam penyelenggaraan pemilukada di Kabupaten Pandeglang masih menjadi salah satu faktor yang berakibat pada kurang optimalnya kinerja KPU Kabupaten Pandeglang dalam penyelenggaraan pemilukada. Tidak dapat dipungkiri bahwa penyelenggaraan pemilukada membutuhkan dana yang sangat besar.

Bahkan permasalahan yang masih sering terjadi pada pemilukada bukan hanya faktor dana saja tetapi yang berkaitan dengan teknis operasional yaitu seperti tidak jelasnya payung hukum yang ada, politik uang, sistem pencalonan


(18)

yang belum terkoordinasi dengan baik, ketidaknetralan KPU, daftar pemilih pada pemilukada yang masih semrawut.

Realitanya pelanggaran-pelanggaran tersebut masih sering terjadi dalam suatu aktivitas pemilukada tahun 2010 di Kabupaten Pandeglang. Sehingga hal tersebut membawa rasa simpati dari berbagai pihak untuk menciptakan solusi atas tindakan-tindakan kecurangan yang masih banyak terjadi pada pemilukada Kabupaten Pandeglang. KPU Kabupaten Pandeglang tidak mau terjadi lagi gugatan-gugatan yang dilakukan oleh peserta pemilukada ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pelanggaran pada pemilukada.

KPU sebagai suatu lembaga negara yang memiliki visi-misi. Misi KPU Kabupaten Pandeglang itu sendiri tidak terlepas dari misi yang diemban secara hierarkis yaitu meningkatkan penyelenggaraan pemilukada yang bersih, efisien dan efektif. Terkait dengan misi yang diemban KPU Kabupaten Pandeglang tersebut pada tanggal 26 Desember 2010 bertepatan dengan proses pemungutan suara ulang pada pemilukada putaran ke-II, KPU Kabupaten Pandeglang mengadakan sosialisasi e-Voting di Kabupaten Pandeglang.

Konflik-konflik tersebut yang menjadi salah satu alasan dipilihnya Kabupaten Pandeglang dalam pelaksanaan sosialisasi e-Voting karena pada pemilukada Pandeglang Tahun 2010 terjadi pemilukada putaran kedua yang disebabkan masih terjadinya berbagai konflik dan tindakan curang yang dilakukan salah satu kandidat pada pemilukada putaran pertama untuk memenangkan perolehan suaranya.


(19)

Akhirnya KPU Kabupaten Pandeglang bersama Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dalam sosialisasi e-Voting. e-Voting itu sendiri merupakan alat pemungutan suara yang dirancang dengan teknologi informasi yang sudah canggih. e-Voting dirancang agar proses pemilukada dapat berjalan efektif dan efisien.

Adanya kolaborasi antar teknologi yang ada sekarang dapat diintegrasikan untuk mengatasi permasalahan diatas, sehingga penyelenggaraan pemungutan suara dapat dilakukan dengan biaya hemat dan dapat dilakukan penghitungan cepat dengan menggunakan sistem yang aman. Otomatisasi prosedur perhitungan juga lebih dioptimalkan, supaya proses transformasi data tidak terlalu banyak melibatkan user dalam pengolahannya. Dengan begitu keamanan data lebih terjamin. Kemudian fleksibilitas dan dukungan mobilitas pada jaman sekarang tidak lagi terbentur oleh permasalahan geografis dan waktu dalam menerima informasi.

Namun Kinerja KPU Kabupaten Pandeglang dalam pelaksanaan sosialisasi e-Voting masih terkendala oleh beberapa hal diantaranya masalah mengenai teknis operasional, aspek intitusional, aspek pembiayaan, partisipasi warga masyarakatnya. Pertama, masalah-masalah yang terkait dengan teknis operasional seperti minimnya buku saku sosialisasi e-Voting untuk masyarakat, belum dilakukannya pelatihan-pelatihan bagi aparatur KPU yang bertugas sebagai pendamping masyarakat untuk melakukan simulasi alat e-Voting, persiapan yang kurang matang karena berdasarkan fakta bahwa sosialisasi e-Voting hanya dipersiapkan dalam kurun waktu dua minggu.


(20)

Kedua, masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek institusional seperti belum adanya undang-undang yang mengatur mengenai kegiatan sosialisasi e-Voting. Aturan yang ada saat ini hanya berupa keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 147/PUU-VII/2009 Tanggal 30 Maret 2010 mengijinkan suatu daerah yang sudah siap menggunakan alat ini dengan catatan e-Voting ini merupakan alat pemungutan suara yang tidak bertentangan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia serta jujur dan adil. Keputusan MK tersebut tidak berhubungan dengan proses sosialisasi e-Voting yang dilakukan KPU Kabupaten Pandeglang tetapi cenderung pada payung hukum untuk daerah-daerah yang sudah siap menerapkan e-Voting. Sementara itu payung hukum untuk melakukan sosialisasi e-Voting belum ada.

Ketiga, masalah yang berkaitan dengan aspek pembiayaan karena aspek ini penting bagi keberhasilan kinerja organisasi tanpa biaya yang cukup kinerja akan buruk. Minimnya pendanaan yang dikeluarkan pemerintahan daerah bagi setiap kegiatan KPU Kabupaten Pandeglang. Contohnya tidak adanya fasilitas pendukung seperti media komunikasi seperti website sebagai media yang apabila dipergunakan dengan optimal dapat dijadikan media yang memuat informasi mengenai sosialisasi e-Voting, kondisi sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti bangunan gedung KPU tidak layak tanpa perpustakaan, tidak ada ruangan khusus untuk media center yang berisi informasi-informasi yang dibutuhkan masyarakat, tidak tersedianya kotak aduan masyarakat, tidak adanya jaringan internet.


(21)

Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi kinerja KPU Kabupaten Pandeglang dalam sosialisasi e-Voting selain dari konflik-konflik yang masih terjadi pada proses pemilukada di Kabupaten Pandeglang. Perlu diingat bahwa keberhasilan suatu kinerja organisasi salah satunya ditentukan oleh sumber daya manusia. Struktur organisasi, dan kepemimpinan.

Sumber daya manusia inilah yang menentukan teknis operasional suatu kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga manajemen perencanaan suatu kegiatan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dapat dilihat dari struktur organisasinya, kerangka hukum yang jelas, waktu pelaksanaan perlu direncanakan dengan baik. Selanjutnya yang mendukung kegiatan dari sumber daya manusia itu lah yaitu berupa aspek pembiayaan dimana dalam melaksanakan suatu kegiatan yang dilakukan suatu lembaga negara membutuhkan dana serta mekanisme koordinasi yang tepat sehingga para stakeholder dapat berpartisipasi sesuai dengan peran nya masing-masing. Secara tidak langsung dalam hal ini dibutuhkan peran kepemimpinan KPU Kabupaten Pandeglang.

Peneliti tertarik untuk meneliti, mengamati dan menganalisa kinerja KPU Kabupaten Pandeglang dalam sosialisasi e-Voting ini kepada masyarakat karena e-Voting merupakan mekanisme pemungutan suara yang masih cukup baru yang sudah mulai diterapkan dalam lingkup pemilukada. Berdasarkan latar belakang serta mencermati fenomena-fenomena yang ada, maka peneliti mengambil judul

“Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Sosialisasi e-Voting


(22)

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk menjelaskan fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sumber daya manusia KPU dalam sosialisasi e-Voting pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pandeglang?

2. Bagaimana struktur organisasi KPU dalam sosialisasi e-Voting pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pandeglang?

3. Bagaimana kepemimpinan KPU dalam sosialisasi e-Voting pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pandeglang?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja komisi pemilihan umum (KPU) dalam sosialisasi e-Voting pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pandeglang. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sumber daya manusia KPU dalam sosialisasi e-Voting pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pandeglang.

2. Untuk mengetahui struktur organisasi KPU dalam sosialisasi e-Voting pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pandeglang.

3. Untuk mengetahui kepemimpinan KPU dalam sosialisasi e-Voting


(23)

1.4 Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan di atas diharapkan penelitian ini memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Bagi penulis, yaitu dapat menambah wawasan pengetahuan dan informasi mengenai kinerja KPU dalam sosialisasi e-Voting pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pandeglang. Mendapatkan informasi mengenai kewajiban, visi, misi KPU Kabupaten Pandeglang dalam melakukan setiap aktivitasnya untuk menciptakan kinerja yang optimal berkaitan dengan kegiatan sosialisasi e-Voting.

2. Bagi kegunaan teoritis, yaitu dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan, Kinerja Organisasi Publik, e-Government, Pembangunan Politik, Sosiologi Politik, Kepemimpinan Pemerintahan, Asas-Asas Manajemen.

3. Kegunaan praktis, yaitu e-Voting dapat dijadikan salah satu solusi bagi KPU Kabupaten Pandeglang untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang masih sering terjadi dalam pemilukada di Kabupaten Pandeglang khususnya pada proses pemungutan suara. Bagi pemerintahan daerah dapat memberikan nilai efektif dan efisien bagi terselenggaranya pemilukada tanpa menghilangkan prinsip pelaksanaan pemilukada yang langsung, umum, bebas, rahasia serta jujur dan adil serta dapat menekan biaya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).


(24)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kinerja Organisasi

Konsep kinerja dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil. Hal tersebut bermakna bahwa kinerja suatu organisasi dapat dilihat dari sejauh mana suatu organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tercapainya tujuan organisasi tidak dapat dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan oleh aparatur yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. Kinerja merupakan sarana untuk mendapatkan hasil lebih baik dari suatu organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Konsep kinerja organisasi terdiri dari dua kata yaitu kinerja dan organisasi. kinerja merupakan kemampuan suatu organisasi dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki organisasi tersebut secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi akan tercapai. Sedangkan organisasi yaitu kesatuan sosial yang diarahkan dengan tujuan dan dibentuk dengan penuh pertimbangan yang terdiri lebih dari dua orang untuk diarahkan dalam mencapai suatu tujuan. Dengan demikian kinerja organisasi merupakan kemampuan beberapa orang yang diarahkan seoptimal mungkin dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dalam rangka mencapai suatu tujuan.


(25)

Kinerja dalam suatu organisasi merupakan berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Poin penting dari suatu organisasi yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya maka informasi mengenai kinerja sangatlah penting. Dalam organisasi publik, sulit untuk ditemukan alat ukur kinerja yang sesuai bila dikaji dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik adalah untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan publik.

2.1.1.1Pengertian Kinerja

Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sederhananya, kinerja merupakan produk dari kegiatan administrasi, yaitu kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan.

Suatu kinerja yang maksimal tidak akan terlepas dari faktor kepemimpinan dalam memotivasi bawahannya agar melaksanakan pekerjaan dengan efektif dan efisien. Menurut Harbani Pasolong dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Birokrasi definisi “Kinerja adalah hasil dari pengaruh antara motivasi kerja, kemampuan dan peluang” (Pasolong, 2008:141).

Definisi tersebut bermakna bahwa kinerja merupakan suatu aktivitas yang di dalam nya terdiri dari unsur-unsur seperti motivasi kerja. Motivasi tersebut yaitu alasan yang mendasari seseorang melakukan suatu perbuatan, dalam hal ini berkaitan dengan suatu pekerjaan. Apabila seseorang memiliki suatu motivasi


(26)

dalam melakukan setiap pekerjaannya maka individu tersebut akan berusaha optimal untuk mencapai tujuannya tersebut.

Motivasi kerja dapat dibentuk dari dua unsur yaitu Pertama, unsur internal yaitu timbul dari dalam diri seorang individu seperti mendapatkan gaji, ingin mendapatkan penghargaan sesuai dengan hak dan kewajiban nya sebagai seorang yang melakukan aktivitas kerja. Kedua, unsur eksternal yaitu faktor kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi untuk memotivasi bawahan nya agar mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Seseorang yang memiliki kinerja baik apabila individu tersebut memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan tepat waktu. Apabila individu sudah memiliki kemampuan yang cukup, individu tersebut harus dapat menangkap peluang yang ada agar program yang telah direncanakan oleh suatu lembaga negara dapat diketahui oleh masyarakat.

Definisi kinerja menurut Buku Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yaitu: “Kinerja adalah keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur” (LAKIP, 2011:1).

Definisi tersebut bermakna bahwa yang dinamakan kinerja adalah gambaran dari suatu aktivitas mengenai tingkat pencapaian yang dilakukan suatu organisasi yang dituangkan dalam program-program untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan visi dan misi organisasi dalam memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Artinya bahwa rancangan program-program tersebut akan


(27)

berkualitas apabila ada anggaran biaya yang cukup yang akan mempengaruhi pencapaian hasil berdasarkan kuantitas atau jumlah yang telah ditargetkan.

Kinerja merupakan aktivitas yang terikat oleh tanggung jawab individu yang ada dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Karena organisasi merupakan satu kesatuan yang sistematis untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien maka keberadaan sumber daya manusia, struktur organisasi dan kepemimpinan berperan bagi keberhasilan tercapainya suatu kinerja organisasi yang baik.

2.1.1.2Pengertian Organisasi

Organisasi bisa diartikan sebagai kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan bersama. Organisasi adalah suatu jenis kelompok yang secara khusus diciptakan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dan memiliki struktur untuk menjalankan tugas tersebut. Organisasi dirancang secara bersama-sama serta memiliki struktur yang terdiri dari berbagai status dan peran serta kelompok yang lebih kecil. Organisasi merupakan susunan yang terstruktur secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi organisasi menurut Dessler dalam Tangkilisan dengan bukunya yang berjudul Manajemen Publik, yaitu:

“Organisasi dapat diartikan sebagai pengaturan sumber daya dalam suatu kegiatan kerja dimana tiap-tiap kegiatan tersebut telah disusun secara sistematika untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pada organisasi tersebut para personel yang terlibat di dalam nya diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dikoordinasi untuk mencapai tujuan organisasi dimana tujuan organisasi tersebut dirumuskan secara musyawarah sebagai tujuan bersama yang diwujudkan secara bersama-sama”


(28)

Berkaitan dengan definisi organisasi menurut Dessler tersebut bermakna bahwa organisasi memiliki unsur-unsur sumber daya yang bersifat aktif. Unsur-unsur sumber daya tersebut seperti pemimpin dan anggota-anggotanya memiliki kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan sesuai dengan tupoksi yang dilakukan dengan jalan musyawarah supaya tujuan organisasi tersebut dapat tercapai dengan baik.

Berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dessler yang dikutip oleh Tangkilisan, berikut ini merupakan definisi kinerja menurut pendapat Dimock yang dikutip Waluyo dalam bukunya yang berjudul Manajemen Publik: Konsep, Aplikasi dan Implementasinya dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, yaitu: “Organization is the systematic bringing together of independent part to from a unifild. Whole throught which authority coordination and control may be exercised to achieve a given purpose” (Organisasi adalah sesuatu yang sistematis yang menyatukan bagian independen yang seragam melalui otoritas yang terkoordinasi dan terkontrol yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan) (Dimock dalam Waluyo, 2007:103).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi pada hakekatnya merupakan wadah atau tempat yang menampung individu-individu dalam proses kegiatan kerjasama mempunyai fungsi, tugas dan wewenang secara terpadu dan sistematis dalam pencapaian tujuan bersama yang telah disepakati.

Pendapat mengenai definisi organisasi dari kedua ahli tersebut didukung oleh pendapat Supriatna dalam Waluyo bahwa organisasi adalah:

“Tempat melaksanakan pekerjaan maka pembagian tugas, tanggung jawab, hubungan dan tata kerja harus jelas. Organisasi merupakan wadah atau


(29)

tempat lebih bersifat statis sedangkan sebagai proses lebih bersifat dinamis. Hal ini menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan faktor penentu keberhasilan organisasi dalam pencapaian tujuannnya” (Supriatna dalam Waluyo, 2007:104).

Pendapat Supriatna tersebut memiliki makna hampir sama dengan pendapat kedua ahli sebelumnya bahwa organisasi adalah susunan yang terkoordinasi dan memiliki unsur-unsur diantaranya manusia. Manusia itulah sebagai sumber daya kekuatan organisasi yang akan menjalankan tugas-tugas organisasi untuk mencapai tujuan tertentu yang sifatnya dinamis karena setiap individu yang bekerja dalam suatu organisasi memiliki karakter yang berbeda-beda ada yang rajin, pemalas, disiplin, penuh loyalitas dalam bekerja dan masih banyak lagi. Kedinamisan tersebut juga dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan atau gaya bekerja masing-masing individu yang berada dalam suatu organisasi.

2.1.1.3Pengertian Kinerja Organisasi

Perkembangan paradigma mengenai organisasi pemerintahan dapat memberikan pemaknaan mengenai kinerja organisasi dimana kualitas yang dilakukan individu dalam suatu kelompok dapat memudahkan masyarakat dalam memahami program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi pemerintahan supaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam program tersebut. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi kinerja organisasi menurut Yuwono dkk, yaitu: “Kinerja organisasi adalah yang berhubungan dengan berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi” (Yuwono, 2002:23).


(30)

Definisi diatas mempunyai makna bahwa kinerja organisasi itu merupakan segala aktivitas yang terikat oleh nilai-nilai yang ada dalam suatu organisasi. Hal tersebut berarti bahwa ada keterikatan mengenai kewajiban seorang individu yang berada dalam suatu organisasi untuk menjalankan aktivitasnya itu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Menurut Surjadi definisi kinerja organisasi dapat dimaknai sebagai totalitas hasil kerja. Untuk lebih jelasnya mari simak definisi kinerja organisasi, sebagai berikut:

“Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi, tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya” (Surjadi, 2009:7).

Berkaitan dengan definisi kinerja organisasi menurut Surjadi bahwa kinerja organisasi berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan agar individu yang ada dalam suatu organisasi tersebut dapat memberikan kinerja terbaiknya yaitu untuk mencapai tujuan yang sudah disepakati bersama dalam suatu organisasi. Itu artinya bahwa hal tersebut erat kaitannya dengan unsur-unsur seperti sumber daya manusia, struktur organisasi serta kepemimpinan dalam suatu organisasi akan sangat menentukan pencapaian kinerja organisasi berhasil atau tidak.

Berkaitan dengan definisi kinerja organisasi yang dikemukakan oleh Sarjadi diatas. Berikut ini ada pengertian kinerja organisasi menurut Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul Membangun Dan Mengembangkan Kepemimpinan Serta Meningkatkan Kinerja Untuk Meraih Keberhasilan, yaitu sebagai berikut:

“Kinerja organisasi merupakan produk banyak faktor, termasuk struktur organisasi, pengetahuan, sumber daya bukan manusia, posisi strategis dan


(31)

proses sumber daya manusia. Kinerja memerlukan strategi, tujuan dan integrasi (Sedarmayanti, 2011:225).”

Definisi di atas memiliki makna bahwa terciptanya kinerja organisasi karena beberapa faktor seperti struktur organisasi, pengetahuan, sumber daya (sumber daya yang dimaksud disini bukan hanya sumber daya manusia) tetapi bisa berupa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu organisasi tersebut untuk menunjang setiap kegiatan yang akan dilakukan organisasi tersebut, posisi strategis seperti adanya peluang yang tinggi bagi berkembangnya organisasi tersebut dimasa yang akan datang, adanya dukungan dari masyarakat dan kesemua faktor-faktor tersebut itu untuk mencapai suatu tujuan.

Definisi kinerja organisasi menurut Tangkilisan, yaitu: “Kinerja organisasi adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan keberhasilan organisasi dalam menjalankan misi yang dimilikinya” (Tangkilisan, 2007:178). Definisi tersebut bermakna bahwa kinerja organisasi merupakan kondisi dimana unsur-unsur yang ada di dalam organisasi seperti sumber daya manusia (aparatur) bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.1.4Faktor-Faktor Kinerja Organisasi

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi dapat dikatakan berhasil atau tidak berhasil menurut Ruky dalam Tangkilisan, yaitu sebagai berikut:

1. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi-semakin berkualitas teknologi yang digunakan maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.


(32)

3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan dan kebersihan.

4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.

5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota

organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi. 6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,

imbalan, promosi dan lain-lainnya. (Ruky dalam Tangkilisan, 2007:180).

Maksud dari pendapat Ruky di atas kinerja organisasi yang dikatakan baik apabila terdapat faktor-faktor seperti teknologi bahwa bila suatu organisasi telah menggunakan teknologi dalam penyelesaian tugas-tugasnya itu berarti organisasi tersebut sangat memiliki kualitas kerja yang tinggi dan hasil kerjanya itu dimungkinkan akan berkualitas juga. Kualitas input yang digunakan itu maksudnya harus dapat mengambil masukan-masukan yang tepat dari banyaknya masukan-masukan yang di dapat suatu organisasi.

Begitu juga dengan kualitas fisik seperti kenyamanan tempat kerja harus terjaga kebersihannya. Hal tersebut tentunya ada dalam peraturan organisasi. Budaya organisasi juga sangat berperan penting bagi pencapaian kinerja organisasi yang baik seperti hal nya etos kerja para aparaturnya dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepemimpinan merupakan unsur penting guna mengarahkan, memberikan motivasi, reaksi tegas pada para aparatur yang ada supaya selalu tergerak dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

Terakhir berupa pengeloaan sumber daya manusia berupa kompensasi yaitu batas toleransi yang diberikan kepada para aparatur yang mana dalam proses bekerja mendapatkan halangan-halangan atau permasalahan yang terjadi dengan tidak disengaja. Imbalan yaitu bonus yang diberikan organisasi tersebut untuk


(33)

beberapa pegawai karena telah menyelesaikan tugasnya dengan baik dan memberikan kontribusi yang lebih bagi organisasi tersebut. Sementara itu promosi dapat diberikan oleh aparatur yang berkinerja baik, tekun, cerdas, berkualitas, lamanya bekerja juga bisa mempengaruhi aparatur tersebut untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi.

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi dapat dikatakan berhasil atau tidak berhasil menurut Soesilo dalam Tangkilisan, yaitu sebagai berikut:

1. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.

2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.

3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal.

4. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi. 5. Sarana dan prasarana yang dimiliki yang berhubungan dengan

penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.

(Soesilo dalam Tangkilisan, 2007:180-181).

Maksud dari pendapat Soesilo tersebut yaitu bahwa dalam suatu organisasi terdapat faktor-faktor yang berakibat pada baik atau buruknya kinerja suatu organisasi diantaranya struktur organisasi yang merupakan unsur penting di dalam tubuh suatu organisasi karena dengan struktur organisasi tersebut menggambarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing departemen yang terdiri dari ketua sampai para bawahan yang ada dalam suatu organisasi. Begitu juga dengan kebijakan pengelolaan yang merupakan suatu idealisme berupa visi dan misi suatu organisasi yang mana visi merupakan arah tujuan, harapan, atau komitmen organisasi tersebut kedepannya yang diwujudkan kedalam misi-misi berupa


(34)

tindakan-tindakan nyata yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Tujuan tersebut tidak akan bisa tercapai apabila tidak ada sumber daya manusia yang mengolahnya, merancangnya, membuat program-programnya sehingga perlu peran serta manusia-manusia yang unggul dan kompeten dalam bidang organisasi tersebut bukan hanya segi kualitas yang dikedepankan tetapi kuantitas sumber daya yang ideal artinya tidak berlebihan tidak pula kekurangan akan sangat membantu kinerja organisasi yang baik.

Faktor selanjutnya yaitu sistem manajemen yang berkaitan dengan database. Hal tersebut sangat penting karena data-data dapat diolah dengan mudah untuk itu dalam suatu organisasi modern biasanya ada tempat yang khusus menyimpan data-data elektronik dengan sistem digital bukan berbentuk data kertas atau dokumen-dokumen lagi supaya lebih praktis dan efisien.

Faktor yang terakhir yaitu sarana dan prasarana yaitu berkaitan dengan infrastruktur yang digunakan dalam memperlancar kinerja suatu organisasi supaya tugas-tugas organisasi tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Seperti pengaplikasian e-Government di lembaga-lembaga pemerintahan yaitu penggunaan teknologi informasi seperti website dan email seharusnya disetiap instansi pemerintahan tersedia supaya komunikasi dapat dilakukan dengan cepat dan murah.

Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi dapat dikatakan berhasil atau tidak berhasil menurut Atmosoeprapto dalam Tangkilisan, yaitu sebagai berikut:


(35)

1. Faktor eksternal

a. Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal.

b. Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem ekonomi yang lebih besar.

c. Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah masyarakat yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

2. Faktor internal

a. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi.

b. Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. c. Sumber daya manusia, yaitu kualitas pengelolaan anggota

organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.

d. Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

(Atmosoeprapto dalam Tangkilisan, 2007:181-182).

Sedangkan menurut Atmosoeprapto dibedakan dalam kategori eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang ditimbulkan dari lingkungan luar organisasi tersebut seperti kondisi politik, sosial, ekonomi. Faktor internal yaitu faktor yang ditimbulkan dari lingkungan dalam organisasi tersebut berada seperti tujuan organisasi, struktur organisasi, sumber daya manusia, dan budaya organisasi.

Menurut Tangkilisan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi dapat berjalan dengan baik atau tidak, yaitu sebagai berikut:

“1. Sumber Daya Manusia. 2. Struktur Organisasi. 3. Kepemimpinan.” (Tangkilisan, 2007:183).


(36)

Sumber daya manusia merupakan faktor penting yang harus ada dalam suatu organisasi karena sumber daya manusia terdiri dari individu-individu yang berada dalam suatu organisasi untuk menjalankan misi-misi organisasi tersebut. Kemudian untuk menjalankan suatu misi dibutuhkan faktor berikutnya yaitu struktur organisasi.

Struktur organisasi yaitu kerangka kerja yang sudah tersusun secara sistematis mulai dari atasan sampai ke tingkat bawahan semuanya itu sudah terkoordinasi dan jelas pembagian tugas serta departementalisasinya. Faktor terakhir yang menentukan keberhasilan suatu organisasi adalah kepemimpinan.

Kepemimpinan merupakan cara mengarahkan sesuatu untuk

mempengaruhi seseorang dalam hal mencapai tujuan dan hal tersebut harus memiliki power dan authority. Organisasi yang memiliki kinerja baik boleh dikatakan memiliki unsur kepemimpinan yang baik yang mampu memenej sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mengisi setiap departemen yang terdapat dalam suatu struktur organisasi yang telah ditetapkan. Setiap pekerjaan telah terkoordinasi sesuai kerangka pekerjaan yang ada pada suatu struktur organisasi.

Kepemimpinan dalam suatu organisasi tidak terlepas dari unsur ketua atau pemimpin. Organisasi yang baik tentu sangat dipengaruhi oleh peran kepemimpinan dan pemimpin. Dimana seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengetahui tugas-tugasnya serta tanggung jawabnya terhadap pekerjaan dan kewajiban yang diembannya dan juga pemimpin akan membawa kesuksesan bagi organisasi yang dipimpinnya apabila pemimpin itu tidak otoriter


(37)

dan mampu menampung aspirasi para bawahannya sebagai masukan-masukan yang positif bagi kemajuan organisasinya.

2.1.2 Pengertian KPU

KPU dapat dikatakan sebagai suatu organisasi karena dalam pelaksanaan tugas-tugasnya KPU berpedoman pada struktur organisasi yang memiliki fungsinya masing-masing di setiap departemen-departemen. Pengertian KPU menurut Jimmly Asshiddiqie dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, yaitu sebagai berikut:

“Komisi Pemilihan Umum atau KPU tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan lembaga-lembaga (tinggi) negara lain yang kewenangannya ditentukan dan diberikan oleh UUD 1945. Bahkan nama komisi pemilihan umum itu sendiri tidaklah ditentukan oleh UUD 1945 melainkan oleh Undang-Undang tentang pemilu. Kedudukan KPU sebagai lembaga negara dapat dianggap sederajat dengan lembaga-lembaga negara lain yang dibentuk oleh atau dengan undang-undang.” (Asshiddiqie, 2010:200-201).

Maksud pendapat di atas yaitu bahwa kedudukan KPU tidak dapat disejajarkan dengan lembaga-lembaga tinggi negara seperti MPR, DPR, MA, MK, KY oleh karena KPU sebagai lembaga independen yang diatur oleh undang-undang sedangkan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya diatur di dalam UUD 1945.

Pengertian KPU menurut Undang-Undang No.15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum , yaitu sebagai berikut:

“Komisi Pemilihan Umum selanjutnya disingkat KPU adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri yang bertugas melaksanakan pemilihan umum. Komisi pemilihan umum provinsi selanjutnya disingkat KPU Provinsi adalah penyelenggara pemilu yang bertugas melaksanakan pemilu di provinsi. Komisi Pemilihan Umum


(38)

Kabupaten/kota adalah penyelenggara pemilu yang bertugas melaksanakan pemilu di kabupaten/kota.” (Undang-Undang No.15 Tahun 2011 hal. 3). Maksud definisi diatas bahwa KPU dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai penyelenggara pemilu bersifat nasional artinya mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetap artinya menunjukkan KPU sebagai lembaga yang menjalankan tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa jabatan tertentu. Mandiri artinya dalam menjalankan tugas-tugasnya KPU harus bebas dari intimidasi pihak manapun.

Pengertian KPU menurut Gunawan A. Tauda dalam bukunya yang berjudul Komisi Negara Independen: Eksistensi Independent Agencies Sebagai Cabang Kekuasaan Baru Dalam Sistem Ketatanegaraan, yaitu sebagai berikut:

“Kepemimpinan KPU bersifat kolektif kolegial jumlah anggota atau komisioner bersifat ganjil (7 orang) dan keputusan diambil secara mayoritas suara. Hal ini tercermin dalam pasal 6 ayat (1) dan pasal 30, 31, 32, 33, 34, 35 dan 36 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011” (Tauda, 2012:103).

Pendapat diatas bermakna bahwa dalam kepemimpinan KPU harus bersifat kekeluargaan supaya dalam mengeluarkan aspirasi nya bersifat adil tidak berat sebelah sehingga anggota KPU bersifat ganjil untuk menghindari keputusan yang kurang bijaksana.

2.1.3 Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik merupakan proses suatu individu untuk memahami sistem politik. Ada dua hal yang sebaiknya dipahami betul mengenai sosialisasi politik. Pertama, sosialisasi politik berlangsung selama hidup seseorang. Kedua,


(39)

pengaruh sosialisasi politik bisa langsung seperti pendidikan politik dan bisa tidak langsung seperti faktor-faktor latar belakang kehidupan individu tersebut.

Sosialisasi politik akan membentuk dan mewariskan kebudayaan politik suatu bangsa. Sosialisasi politik juga bisa memelihara kebudayaan politik suatu bangsa dalam bentuk pewarisan kebudayaan oleh suatu generasi kepada generasi berikutnya. Sosialisasi politik bisa merubah kebudayaan politik yaitu bisa sosialisasi itu menyebabkan penduduk atau sebagaian penduduk melihat atau mengalami kehidupan politik yang dijalankan dengan cara lain.

Sosialisasi politik mempunyai tujuan menumbuh kembangkan serta menguatkan sikap politik dikalangan masyarakat (penduduk) secara umum (menyeluruh), atau bagian-bagian dari penduduk, atau melatih rakyat untuk menjalankan peranan-peranan politik.

Sosialisasi politik dapat disimpulkan yaitu proses pengenalan sistem politik pada seseorang, kelompok, atau masyarakat, serta respon yang mereka berikan terhadap gejala-gejala politik yang ada dan mereka hadapi. Lebih sederhana lagi, sosialisasi politik dapat diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan orientasi anggota masyarakat yang dihasilkan dari sosialisasi politik ini pada akhirnya memberikan pengaruh kuat terhadap tingkat partisipasi politik, rekruitmen politik, dan komunikasi politik seseorang atau kelompok masyarakat dalam segala aktivitas kehidupannya.


(40)

2.1.3.1Pengertian Sosialisasi Politik

Pengertian sosialisasi politik menurut Syahrial Syarbini dkk dalam buku yang berjudul Sosiologi Dan Politik, yaitu sebagai berikut: “Sosialisasi politik adalah proses dengan mana individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya” (Syarbini, 2004:73).

Definisi tersebut bermakna bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses panjang berkaitan dengan pengalaman yang dialami langsung maupun tidak langsung oleh individu dengan demikian individu tersebut dapat memperoleh pengetahuan selanjutnya dengan pengetahuan tersebut individu mendapatkan suatu nilai kemudian menentukan sikap untuk lebih memahami sistem politik dan kondisi politik di lingkungannya.

Definsi sosialisasi politik juga dikemukakan oleh Mohtar Mas’oed dan Colin Mac Andrews dalam buku yang berjudul Perbandingan Sistem Politik, sebagai berikut: “Sosialisasi politik adalah bagian dari proses sosialisasi yang khusus membentuk nilai-nilai politik yang menunjukkan bagaimana seharusnya masing-masing anggota masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya” (Mas’oed, 1997:34).

Definisi menurut Mas’oed tersebut hampir sama seperti yang di kemukakan oleh Syarbini bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses panjang dan dalam proses tersebut ada tahapan-tahapannya supaya individu dapat memahami nilai-nilai politik seperti dalam nilai politik terkandung nilai untuk berpartisipasi sesuai sistem politik yang ada.


(41)

Berkaitan dengan sudut pandang mengenai nilai politik dari setiap individu pasti berbeda-beda dikarenakan kondisi latar belakang keluarga yang berbeda, wilayah geografis yang berbeda atau bahkan gejala-gejala politik yang berbeda. Apapun latar belakang yang membuat persepsi nilai politik dari masing-masing individu berbeda berikut ini merupakan definisi sosialisasi politik menurut Maran dalam buku yang berjudul Pengantar Sosiologi Politik, sebagai berikut:

”Sosialisasi politik adalah suatu proses yang memungkinkan seorang individu bisa mengenali sistem politik, yang kemudian menentukan sifat persepsi-persepsinya mengenali politik serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik (Maran, 2007:135).

Definisi diatas bermakna bahwa sistem politik yang kompleks dapat diterima masyarakat melalui suatu proses yang disebut sosialisasi politik dengan begitu masyarakat dapat mengerti dan memahami gejala-gejala politik. Pengetahuan dan pemahaman tersebut direalitakan melalui persepsi atau respon untuk bertindak pada tahap selanjutnya untuk ikut berpartisipasi dalam penyelesaian masalah yang dicirikan oleh gejala-gejala politik tersebut.

2.1.3.2Agen Sosialisasi Politik

Seorang individu tidak dengan sendirinya mengetahui serta memahami sosialisai politik. Individu membutuhkan peran agen dalam memahami proses sosialisasi politik. Seperti yang dikemukakan oleh Mas’oed bahwa agen sosialisasi politik dikelompokkan menjadi enam, yaitu:

1. Keluarga

2. Sekolah

3. Kelompok pergaulan

4. Pekerjaan 5. Media massa


(42)

6. Kontak-kontak politik langsung (Mas’oed, 1997:37-39).

Mas’oed menempatkan keluarga diurutan pertama karena menurutnya bahwa seorang individu mempelajari politik dan melewati proses sosialisasi untuk pertama kalinya dari seorang anak berada dalam kandungan itu berarti keluarga lah yang mengajarkan proses sosialisasi politik untuk pertama kali. Kemudian sekolah berada pada urutan nomor dua karena biasanya disekolah seorang anak banyak melakukan interaksi setelah keluarga. Saat anak mulai tumbuh dan berkembang sang anak memiliki kelompok pergaulannya sendiri dan biasanya kelompok pergaulan yang memberikan pengaruh dominan dalam pembentukan karakter anak.

Tahap berikutnya adalah pekerjaan biasanya di lingkungan pekerjaan kompetisi sudah semakin terasa. Individu lebih ingin diakui eksistensinya, oleh karena itu individu berusaha untuk menjadi yang terbaik misal dimata atasannya. Media massa di jaman yang modern seperti saat ini sangat memberikan pengaruh untuk memberikan influence pada individu.

Kehadiran media massa membuat individu memberikan respon-respon terhadap gejala-gejala politik yang tejadi. Agen terakhir yaitu kontak-kontak politik langsung yang biasanya memberikan aura ketidakadilan, merasa diremehkan oleh orang-orang yang masih tergolong satu partai membuat individu tidak dihargai dan pada akhirnya perseteruan anggota yang masih satu partai sering terjadi.

Berkaitan dengan agen-agen sosialisasi politik yang dikemukakan oleh Mas’oed. Agen-agen sosialisasi politik yang dikemukakan oleh Maran agak


(43)

sedikit berbeda. Karena Maran mengklasifikasikan agen-agen sosialisasi politik tersebut ke dalam tiga unsur, yaitu:

1. Keluarga

2. Sekolah

3. Teman-teman

(Maran, 2007:136-138).

Pertama, yaitu keluarga diurutan pertama karena menurutnya bahwa seorang individu mempelajari politik dan melewati proses sosialisasi untuk pertama kalinya dari seorang anak berada dalam kandungan itu berarti keluarga lah yang mengajarkan proses sosialisasi politik untuk pertama kali. Kemudian sekolah berada pada urutan nomor dua karena biasanya disekolah seorang anak banyak melakukan interaksi setelah keluarga. Saat anak mulai tumbuh dan berkembang sang anak memiliki kelompok pergaulannya sendiri dan biasanya kelompok pergaulan yang memberikan pengaruh dominan dalam pembentukan karakter anak.

2.1.3.3Jenis-Jenis Sosialisasi Politik

Sosialisasi apabila dikaitkan dengan prosesnya terdapat jenis-jenis sosialisasi, Susanto membagi jenis-jenis sosialisasi politik menjadi dua klasifikasi, yaitu:

1. Sosialisasi primer, sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi ini berlangsung pada masa kanak-kanak.

2. Sosialisasi sekunder, suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat.


(44)

Kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani proses kehidupan dan diatur secara formal.

Jenis-jenis sosialisasi berdasarkan tipenya menurut Syahrial Syarbaini dkk, terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Sosialisasi formal, yaitu sosialisasi yang dilakukan melalui lembaga berwenang menurut ketentuan negara atau melalui lembaga-lembaga yang dibentuk menurut undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku.

2. Sosialisasi informal, yaitu sosialisasi yang bersifat kekeluargaan, pertemanan atau sifatnya tidak resmi.

(Syarbaini dkk, 2004:73).

Sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi pemerintahan, disebut sosialisasi formal karena lembaga tersebut mempunyai kewenangan karena mempunyai landasan hukum dan materi yang disampaikan merupakan kebijakan pemerintah. Sosialisasi yang bersifat informal lebih sering dilakukan tanpa disadari. Jenis sosialisasi formal merupakan jenis yang sering digunakan oleh pemerintah dalam mensosialisaskan program atau kebijakan yang baru dibuat kepada masyarakat.

2.1.4 e-Government

Pada dasarnya e-Government membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang memadai supaya penerapan e-Government tersebut dapat bernilai guna serta mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah. e-Government


(45)

merupakan penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis yang terkait dengan hubungan government to citizen (hubungan pemerintah kepada masyarakat), government to business (pemerintah kepada para stakeholder) dan government to government (pemerintah kepada pemerintah) serta hal-hal lain yang berhubungan dengan kinerja dan urusan pemerintahan.

e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal atau proses kepemerintahan yang demokratis. Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari berbagai macam mekanisme yang dipilihkan kan oleh pemerintah untuk masyarakat.

2.1.4.1Pengertian e-Government

e-Government dapat diaplikasikan di lembaga-lembaga pemerintahan seperti lembaga legislatif, eksekutif serta yudikatif dan administrasi publik untuk mewujudkan efisiensi internal dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis. Berikut ini merupakan definisi e-Government menurut World Bank yang dikutip oleh Eko Indrajit dalam bukunya yang berjudul Electronic Government: Srategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital adalah:

“e-Government refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks, the internet and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizen, business and other arms of government” (e-Government mengacu pada


(46)

penggunaan teknologi informasi oleh instansi pemerintahan seperti Wide Area Networks, internet dan komputer mobile yang memiliki kemampuan untuk mengubah interaksi dengan masyarakat, kalangan bisnis dan para stakeholder yang lainnya) (World Bank dalam Indrajit, 2006:3)

Definisi di atas tersebut memiliki makna bahwa yang dinamakan e-Government itu adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah berupa internet, wide area network, komputer mobile untuk memudahkan interaksi antara pemerintah dengan para stakeholder.

Tetapi e-Government tidak selalu disebut sebagai penggunaan internet oleh suatu instansi pemerintahan. Ada beberapa bentuk teknologi yang masuk dalam kategori penerapan e-Government non-internet yaitu seperti penggunaan telepon kantor, faksimili, SMS, MMS, jaringan dan layanan nirkabel, Bluetooth, CCTV, smart card, e-Voting dan lain-lain.

Pengertian e-Government Menurut Clay G. Wescott yang dikutip oleh Eko Inddrajit dalam bukunya yang berjudul Electronic Government: Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital adalah:

“e-Government is the use of information and comunications technology (ICT) to promotemore efficient and cost-efeective government, facilitate more convenient government service,allow greater public access to information and make government more accountable to citizens” (e-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai acuan pengeluaran atau biaya pemerintahan yang efisien dan efektif, memfasilitasi layanan pemerintah yang lebih nyaman, memungkinkan akses publik yang lebih besar terhadap informasi dan membuat pemerintah lebih dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat). (Clay dalam Indrajit, 2006:4)

Pendapat mengenai e-Government yang dikemukakan oleh Clay dalam Indrajit tersebut memiliki makna bahwa penerapan e-Government itu adalah untuk


(47)

membuat tata kerja yang dilakukan oleh pemerintah dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Efisien yaitu memotong biaya birokrasi yang panjang dan efektif yaitu memanfaatkan teknologi informasi yang ada seoptimal mungkin agar pelayanan publik dapat diselenggarakan oleh pemerintah secara akuntabel sehingga masyarakat pun bisa merasakan dampak positif dari penggunaan teknologi informasi yang dilakukan oleh pemerintah.

e-Government menginginkan adanya perubahan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan M. Khoirul Anwar dan Asianti Oetojo, bahwa suatu sistem untuk penyelenggaraan suatu pemerintahan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi terutama yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat. (Anwar dan Oetojo, 2004:136).

Definisi di atas memiliki makna bahwa e-Government adalah suatu proses yang mau tidak mau seiring dengan perkembangan jaman pennggunaan teknologi informasi perlu diterapkan oleh lembaga-lembaga pemerintahan khususnya dalam hal pelayanan publik agar dapat menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Dengan kata lain optimalkan penggunaan teknologi informasi dengan mengambil segi-segi positif dari adanya suatu teknologi informasi.

2.1.4.2Manfaat e-Government

Secara jelas dua negara besar yang terdepan bagi implementasi e-Government, yaitu Amerika Serikat dan Inggris telah secara jelas dan terperinci


(48)

menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep e-Government bagi suatu negara, yaitu sebagai berikut:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.

2. Meningkatkan transparansi, kontrol dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep good corporate governance.

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder nya untuk keperluan aktivitas sehari-hari.

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada.

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

(Indrajit, 2006:5)

Definisi di atas memiliki makna bahwa manfaat e-Government tergambar dengan jelas dari segi kualitas pelayanan, transparansi, efesiensi dari segi biaya,

membuka kerjasama dengan para stakeholder, menciptakan lingkungan

masyarakat baru untuk memberdayakan masyarakat supaya memiliki kehidupan yang lebih baik lagi.

2.1.5 Pengertian e-Voting

Perkembangan teknologi informasi yang semakin hari semakin canggih menjadikan e-Voting didaulat sebagai metode yang cukup efektif dan efisien dalam proses pemilukada. Seperti halnya yang dilakukan oleh KPU Kabupaten


(49)

Pandeglang dalam menyosialisasikan e-Voting ke sejumlah masyarakat yang datang ke TPU dalam proses pemilihan bupati tahap ke-II.

Definisi e-Voting itu sendiri menurut Magi dalam Rahardjo, yaitu: “Electronic voting (e-Voting) is any voting method where the voter’s intention is expressed or collected by electronic means. There are considered the following electronic voting ways” (Elektronik voting adalah setiap metode pemungutan suara yang dimaksudkan untuk para pemilih yang dinyatakan atau dikumpulkan dengan cara elektronik. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu cara metode e-Voting) (Magi dalam Rahardjo, 2001:).

Definisi di atas memiliki makna bahwa e-Voting adalah sebuah metode pemungutan suara dengan mengumpulkan suara pemilih secara elektronik karena telah menggunakan alat-alat digital dalam proses pemungutan suara tersebut atau lebih dikenal sebagai suara elektronik.

Menurut Smith dan Clark dalam Rahardjo definisi mengenai e-Voting dapat di jelaskan pada pendapat berikut ini:

“e-Voting enhancement of i-Voting is one of the latest and extremely popular methods of casting votes and is usually performed by using either a PC via a standard web browser:touch tone telephone or cellular phone, digital TV, or a touch screen in a kiosk at a designated location” (Elektronik voting yang berkembang menjadi internet voting adalah salah satu metode pemungutan suara terbaru dan sangat popular dan biasanya dilakukan dengan menggunakan salah satu perangkat komputer melalui web browser yang standar, nada sentuh telepon atau telepon seluler, televisi digital atau layar sentuh disuatu kios atau tempat yang telah ditetapkan) (Smith dan Clark dalam Rahardjo, 2001:).

Definisi di atas memiliki makna bahwa metode dalam pemilihan umum sudah meningkat satu level dari metode e-Voting ada juga i-Voting namun keduanya itu merupakan metode terbaru yang popular yang dalam pelaksanaan


(50)

menggunakan perangkat komputer yang terhubung dengan web browser standar kemudian nada sentuh telepon selular, TV digital atau layar sentuh di sebuah kios atau tempat pemungutan suara (TPS) yang sudah di tentukan oleh pihak pelaksana pemilihan umum kalau di Indonesia di sebut dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

2.2Kerangka Pemikiran

Kinerja merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh seseorang ataupun suatu organisasi. Kinerja pada dasarnya tidak terlepas dari kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan yang berasal dari hasil usahanya atas dasar tanggung jawab. Kinerja organisasi merupakan rangkaian kegiatan dari sekelompok individu untuk mencapai visi-misi yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Pada dasarnya dalam suatu organisasi itu terdiri dari individu-individu yang bekerja berdasarkan visi-misi yang telah disepakati dalam suatu organisasi.

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara bahwa “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang aparatur dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (Mangkunegara, 2000). Definisi tersebut memiliki makna bahwa kinerja bukan hanya di nilai dari kualitas atau mutu dari sumber daya yang ada tetapi juga dari segi kuantitas dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Era globalisasi seperti saat ini memungkinkan perkembangan e-Government mempengaruhi kehidupan bernegara. Lembaga-lembaga negara


(51)

sudah banyak yang menerapkan e-Government sebagai alat yang menciptakan kemudahan dalam hal pelayanan terhadap masyarakat secara efektif dan efisien. Lembaga-lembaga pemerintahan yang menggunakan teknologi informasi tersebut pada dasarnya untuk mempermudah masyarakat dalam berpartisipasi dalam kehidupan bernegara.

Walaupun cenderung lambat dalam hal penerapannya di seluruh wilayah Indonesia namun sosialisasi yang dilakukan pihak pemerintah sudah ada di beberapa wilayah di Indonesia. Era otonomi daerah seperti saat ini menjadikan daerah berlomba-lomba untuk memajukan daerahnya masing-masing khususnya dalam hal keterlibatan lembaga-lembaga yang ada di daerah dalam penerapan e-Government yang bertujuan meningkatkan kinerja pemerintah supaya proses penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan efektif dan efisien.

KPU merupakan organisasi yang diciptakan pemerintah dalam rangka mengurusi urusan mengenai pemilihan umum baik pemilu presiden dan wakilnya, angggota DPR dan DPRD, serta pemilu kepala daerah. Definisi komisi pemilihan itu sendiri yaitu seperti yang dikemukakan oleh Ferry Kurnia Rizkiansyah dalam bukunya yang berjudul Mengawal Pemilu Menatap Demokrasi menjelaskan “Bahwa yang dimaksud dengan penyelenggara pemilihan umum adalah suatu lembaga khusus yang menangani proses pemilihan umum (Rizkiansyah, 2007:78). Definisi tersebut memiliki makna bahwa ada lembaga negara yang khusus yaitu lembaga yang bersifat independen dalam menangani urusan yang berkaitan dengan pemilihan umum. Di Indonesia lembaga khusus tersebut dinamakan komisi pemilihan umum. Kata khusus tersebut berarti bahwa KPU merupakan


(52)

lembaga yang mandiri harus bebas dari intervensi dari pihak manapun oleh karena tanggung jawab KPU begitu besar dimana menyaring wakil-wakil rakyat yang berkualitas baik dari segi intelektualnya, integritasnya dan moralnya.

Berkaitan dengan KPU sebagai suatu organisasi pemerintahan berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi organisasi Menurut Tangkilisan definisi organisasi, yaitu:

“Organisasi adalah suatu bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama-sama secara efisien dan efektif melalui kegiatan yang telah ditentukan secara sistematis dan di dalamnya ada pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi tersebut” (Tangkilisan, 2007:132-133).

Berkaitan dengan definisi organisasi menurut Tangkilisan bahwa organisasi merupakan sekumpulan individu yang memiliki tangggung jawab untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif melalui kegiatan. Kegiatan tersebut yang merupakan perwujudan dari misi-misi yang akan dicapai organisasi publik untuk memberikan hasil (output) yang terbaik bagi masyarakat.

Hasil (output) itulah yang kemudian disebut sebagai kinerja. Kinerja organisasi memiliki peran bagi pencapaian suatu tujuan yang berkaitan dengan kepuasan masyarakat dalam berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh KPU dalam hal ini merupakan oganisasi publik yang pada tangggal 26 Desember 2010 mengadakan sosialisasi e-Voting Di Kabupaten Pandeglang.

Definisi kinerja organisasi menurut Tangkilisan, yaitu: “Kinerja organisasi adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan keberhasilan organisasi dalam menjalankan misi yang dimilikinya” (Tangkilisan, 2007:178). Definisi tersebut dapat dimaknai sebagai usaha-usaha yang dikerjakan oleh individu-individu yang


(53)

berada dalam suatu oganisasi yang memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsi nya masing-masing untuk mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi. Berkaitan dengan definisi kinerja organisasi yang telah dijelaskan diatas berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi dapat berjalan dengan baik atau tidak, yaitu sebagai berikut:

“1. Sumber Daya Manusia. 2. Struktur Organisasi. 3. Kepemimpinan.” (Tangkilisan, 2007:183).

Pertama, Tangkilisan menyebutkan definisi sumber daya manusia dalam bukunya yang berjudul Manajemen Publik, yaitu: “Sumber Daya Manusia merupakan faktor penggerak organisasi sekaligus instrumen hidup yang berhubungan dengan pelanggan dan berhubungan dengan tingkat kinerja organisasi (Tangkilisan, 2007:183-184).

Definisi diatas bermakna bahwa sumber daya manusia merupakan unsur yang hidup yang mampu menggerakkan suatu organisasi. tanpa adanya manusia organisasi tidak dapat berjalan. Hal tersebut berarti sama saja dengan organisasi yang mati.

Sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Tangkilisan, ia juga berpendapat bahwa kualitas sumber daya manusia bertumpu pada dua indikator yaitu tingkat pendidikan dan tingkat keterampilan yang berkaitan dengan bidang kerja yang ditangani para aparatur yang berada pada suatu organisasi (Tangkilisan, 2007:191). Definisi tersebut berarti apabila sudah ada unsur sumber daya manusia pada suatu organisasi supaya kinerja yang dilakukan oleh unsur sumber daya manusia ini dapat memajukan organisasi tersebut maka sumber daya


(54)

manusia tersebut setidaknya harus memiliki pendidikan yang memadai dan keterampilan yang memang dibutuhkan bagi kemajuan organisasi tersebut.

Sejalan dengan dua indikator yang terdapat pada sumber daya manusia yaitu pendidikan dan keterampilan. Berikut ini merupakan definisi pendidikan menurut Theodore Brameld, yaitu:

“Pendidikan sebagai kekuatan berarti mempunyai kewenangan dan cukup kuat bagi kita, bagi rakyat banyak untuk menentukan suatu dunia yang macam apa yang kita inginkan dan macam mana mencapai tujuan semacam itu (Brameld, 1999:2).

Menurut pendapat di atas bahwa pendidikan dapat dimaknai sebagai kekuatan yang dimiliki seseorang individu dalam menjalankan tugas-tugasnya dalam suatu organisasi dimana individu tersebut berwenang dalam menciptakan dunia yang diinginkan dengan cara-cara tertentu.

Kualitas sumber daya lainnya juga ditentukan oleh indikator keterampilan, keterampilan merupakan kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Berikut ini merupakan definisi keterampilan yang dikemukakan oleh Schmidt yaitu sebagai berikut: “Keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dengan waktu yang minimum”. Sedangkan Singer menyatakan bahwa keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif.

Definisi menurut Schmidt tersebut bermakna bahwa keterampilan adalah menunjuk pada upaya yang ekonomis dimana energi yang dikeluarkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu harus seminimal mungkin tetapi dengan hasil


(1)

146

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Pedoman Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 22 Tahun 2008 Tentang Struktur Organisasi Sekretariat Komisi Pemilihan Umum.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 1 Tahun 1993 Tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum.

Rujukan Elektronik:

Gambaran umum pemilukada di Kabupaten Pandeglang melalui http://www.republika.co.id/berita/breakingnews/nasional/10/02/12/103844 -kpu-pandeglang-tak-sanggup-gelar-pilkada. Diakses 02/05/2012 pukul 13:01 WIB.

Permasalahan yang ditemui pada pemilukada melalui http://www.perludem.or.id/index.php?option=com_k2&view=item&id=20 :buku-menata-kembali-pengaturan-pemilukada&Itemid=130.Diakses 02/05/2012 pukul 13:15 WIB.

Kabupaten Pandeglang http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pandeglang diakses pada tanggal 30/07/2012 pukul 15:20 WIB.

Pembuangan surat suara ternyata palsu pada pemilukada Di Kabupaten Pandeglang melalui http://indonesiaindonesia.com/f/91801-pilkada-kabupaten-pandeglang-diulang/ diakses pada tanggal 01/08/2012 pukul 22:15 WIB.


(2)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : ARWINDA KUSNIADEWI

Nama Panggilan : Winda

Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 10 Januari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Lasman

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Sri Wiludjeng

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jl. Kiyanti Gg. Soban I RT.15/RW.04

No.79

Motto : Only the man who is in the truth is a

Free man.


(3)

II. PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2008-2011 Program Studi Ilmu Pemerintahan. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

Berijazah

2. 2005-2008 SMA PGRI Kedawung-Cirebon Berijazah 3. 2002-2005 SMP Negeri 15 Kota Cirebon Berijazah 4. 1996-2002 SD Negeri 2 Klayan-Cirebon Berijazah

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009 “Table Manner Course” di hotel golden flower, bandung

Bersertifikat 2. 2011 “TOEFL” (Diselenggarakan oleh

Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom Bandung Bekerjasama dengan Prodi Sastra Inggris Unikom Bandung)

Bersertifikat

IV. PENGALAMAN BERORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009-2010 Anggota Divisi Penalaran Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Unikom.

-

2. 2010-2011 Anggota HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom.

-

V. PRESTASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Peserta Lomba Karya Tulis Mahasiswa Se-Bandung dengan tema “Peran Perguruan Tinggi dalam Menyiapkan Sebuah Generasi yang Bebas Korupsi” (Diselenggarakan oleh FISIP Unpar


(4)

Bandung)

2. 2011 Peraih Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) Tahun Akademik 2011/2012

Bersertifikat

VI. PENGALAMAN KEGIATAN

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Panitia Ceramah Umum dengan tema “Peningkatan Pelayanan Publik Melalui Pemanfaatan Aplikasi ICT” (Diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom

Bersertifikat

VII. PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009 “Training & Study Islam For Muslim Generation (Transformer)” (Diselenggarakan oleh HIMA Teknik Komputer Unikom Bandung).

Bersertifikat

2. 2009 “Acara Diskusi Interaktif Muslimah Save Our Generation Intelektual & Para Praktisi Kota Bandung Bicara Kesehatan Reproduksi Remaja: Tinjauan Kritis Terhadap Upaya Amandemen UU No.23/1992

Tentang Kesehatan”

(Diselenggarakan oleh Forum Studi Islam Kaffah Universitas Islam Bandung)

Bersertifikat

3. 2009 Seminar Muslimah yang bertema “Atas Nama Cinta: Mengupas Lika-Liku Cinta Remaja Dalam Persfektif Islam” (Diselenggarakan oleh LDK UMMI Unikom Bandung)


(5)

4. 2010 “Pelatihan Penulisan Naskah Buku

dan Karya Ilmiah”

(Diselenggarakan oleh Program Pengabdian Pada Masyarakat Fakultas Ekonomi Unikom Bandung bekerjasama dengan Penerbit ANDI Yogyakarta)

Bersertifikat

5. 2010 workshop Komik oleh Didik SW dalam event “Muda Creativity 4th Anniversary Its About Us: Air

Untuk Masa Depan”

(Diselenggarakan oleh Harian KOMPAS bekerjasama dengan AQUA)

Bersertifikat

6. 2010 workshop Jurnalistik oleh Adi Prinantyo dalam event “Muda Creativity 4th Anniversary Its About Us: Air Untuk Masa Depan” (Diselenggarakan oleh Harian KOMPAS bekerjasama dengan AQUA)

Bersertifikat

7. 2011 acara Diskusi Politik dengan tema “Kesiapan Pemerintah Indonesia Dalam Aspek Kebijakan Pertahanan dan Keamanan NKRI Dalam Menghadapi Gejolak Politik Di Timur Tengah” (Diselenggarakan oleh HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom Bandung)

Bersertifikat

8. 2012 Kuliah Umum Prodi Ilmu

Pemerintahan FISIP Unikom 2012 dengan tema “Pelaksanaan e-KTP Guna Meningkatkan Pelayanan Publik” (Diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom Bandung)

Bersertifikat

9. 2012 Seminar Nasional XXIV “Evaluasi Kritis Reformasi Birokrasi Di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) tanggal 23-25 Mei 2012


(6)

10. 2012 Seminar Nasional “Young Leader Talk” dengan tema Change the World With Your Passion Bersama Prof. Dr. Anies Basweda pada 14 Juli 2012

Bersertifikat

VIII.PENGALAMAN KERJA

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2011 Kuliah Kerja Lapangan Bidang Customer Service di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Dalam Negeri (BBPLKDN) Bandung.

-

IX. KEAHLIAN/BAKAT

No. Uraian

1. Operasionalisasi Microsoft Office 2. Membikin Cerpen

Bandung, Agustus 2012

Hormat Saya,


Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Perbandingan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I Dan II Tahun 2010 Di Kecamatan Medan Denai

1 37 82

Peranan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Dalam Lingkungan Wilayah Propinsi Aceh (Studi Kasus Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Periode 2007-2012)

2 58 135

Etnisitas Dan Pilihan Kepala Daerah (Suatu Studi Penelitian Kemenangan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

3 45 67

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

16 168 113

Model Pemrograman Kuadratik Dalam Pembagian Daerah Pemilihan Umum .

2 32 59

ANALISIS KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KOTA YOGYAKARTA DALAM PEMILUKADA TAHUN 2011

0 4 160

Aplikasi Penerapan Teknologi E -Voting Pemilihan Umum Pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

0 0 13