Strategi Komunikasi Politik Dan Pemenangan Pemilu (Studi Kasus Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE - Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar 2010)

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK DAN PEMENANGAN PEMILU

Studi Kasus Strategi Komunikasi Politik

Hulman Sitorus, SE - Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa Kampanye

Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar 2010

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ERICK WENSIK BERMAN NAPITUPULU

NIM. 080904065

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSOIAL DAN ILMU POLITIK

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang

dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan

benar. Jika kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat)

maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum dan ketentuan yang

berlaku.

Nama : ERICK WENSIK BERMAN NAPITUPULU

NIM : 080904065

Tanda Tangan :


(3)

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK DAN PEMENANGAN PEMILU (Studi Kasus Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE - Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar

2010)

Erick Wensik Berman Napitupulu Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Abstraksi

Mencapai dan memperoleh kemenangan dalam sebuah pemilihan umum, baik itu di tingkat presiden, gubernur, bupati/walikota adalah tujuan dari para kandidat. Demikian juga dengan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar yang merupakan salah satu kandidat yang ikut dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kota Pematangsiantar tahun 2010 dan menjadi calon kepala daerah dengan diusung oleh koalisi partai-partai kecil. Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar dalam satu kali putaran yang diikuti oleh 10 pasangan calon.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat bagaimana strategi komunikasi politik yang dilakukan pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar pada saat masa kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 lalu. Dimana Komunikasi Politik merupakan suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khayalak yang menjadi target politik. Dan salah satu keunggulan pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar adalah kemampuan mereka dalam berkomunikasi politik yang baik, dengan demikian pesan-pesan politik yang disampaikan melalui beberapa media kampanye dapat dengan baik diterima oleh masyarakat kota Pematangsiantar. Demikian juga terhadap setiap elemen-elemen yang membantu mereka dalam pemenangan pemilukada ini pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar juga melakukan komunikasi politik yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan kemenangan yang telah diperoleh pada pemilukada Petangsiantar tahun 2010.

Skripsi ini menyajikan tentang Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar pada masa kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Pematangsiantar 2010. Di dalam skripsi ini Peneliti menceritakan bagaimana proses strategi komunikasi politik yang dilakukan Hulman Sitorus dan Koni Ismail Siregar baik itu dengan tim sukses, dengan masyarakat serta komunikasi politik dengan partai pengusung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunkan tekhnik analisa data yang berjenis deskriptif kualitatif. Yang mana dalam penelitian ini ditulis dengan cara mengumpulkan semua data yang diperoleh melalui wawancara kemudian dianalisis yang pada akhirnya didapatlah sebuah kesimpulan yang berdampak pada tercapainya tujuan penelitian.

Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang berasal dari studi kepustakaan dan juga hasil wawancara dari informan kunci.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur serta dengan segala hormat penulis kepada Allah Bapa, putra-Nya Yesus Kristus, dan Bunda Suci Kudus Bunda Maria Bunda Yesus atas segala penyertaan dan karunia yang telah diberikan kepada saya sehingga mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penelitian dan skripsi ini merupakan salah satu tugas akademis yang juga merupakan salah satu syarat yang harus penulis laksanakan guna memenuhi persyaratan akademis sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Adapun judul penelitian ini yaitu “STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK DAN PEMENANGAN PEMILU (Studi Kasus Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE - Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar 2010)”. Penelitian ini membahas tentang pentingnya proses komunikasi yang baik antara pasangan calon dengan konstituen pada saat kampanye, dan bagaimana melakukan sebuah komunikasi politik yang baik pula sehingga dapat menarik hati masyarakat untuk mau menjatuhkan pilihannya kepada kandidat dan dapat melakukan kampanye politik secara professional.

Di dalam penelitian ini juga membahas apa dan bagaimana strategi komunikasi politik yang dilakukan pasangan calon walikota dan wakil walikota Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar untuk membentuk citra positif dan mendongkrak kepopularitasan dan mengungguli kesembilan calon lainnya serta akhirnya memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilikada) di Kota Pematangsiantar pada tahun 2010. Penelitian ini juga dilakukan agar dapat mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik pada saat


(5)

kampanye untuk menarik minat dan simpati masyarakat sehingga dapar meraup banyak suara pada saat Pemilukada berlangsung.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, Penulis mendapat banyak rintangan dan kesulitan, akan tetapi kesemuanya itu dapat dilewati berkat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada:

1. Kepada kedua orangtuaku tercinta, kepada bapak Simon Jaya Napitupulu dan ibu saya Sannel br.Sianipar yang tidak bosan-bosannya mengingatkan dan memberi dukungan baik dukungan moril dan terutama materil serta bimbingan kepada saya dan telah berhasil menjadi sosok yang paling membanggakan didalam hidup saya. Terimakasih mama, terimakasih papa. Dan juga terimakasih kepada adik-adikku tecinta Kramer Oktobrinus Napitupulu, Inmas Riaulina Juniarta Napitupulu, dan En-Gedi Xaverius Napitupulu yang selalu membawaa saya di dalam doa-doa kalian.

2. Kepada dosen pembimbing saya abangda Drs.Hendra Harahap, M.Si yang selalu sabar membimbing dan mengajari saya banyak ilmu baik dalam pengerjaan skripsi ini maupun selama dalam perkuliahan di FISIP USU.

3. Kepada ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A selaku ketua departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

4. Kepada ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku sekretaris departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU dan sekaligus menjadi dosen wali saya yang sudah membimbing saya sejak semester pertama perkuliahan.

5. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(6)

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, khususnya para staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama saya menjalankan perkuliahan.

7. Kepada Walikota Pematangsiantar Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar atas kesediannya untuk menjadi bagian dari penelitian skripsi saya ini.

8. Kepada Ketua dan seluruh anggota Tim Sukses HOKI Center, khususnya kepada ketua Tim Kemenangan Kampanye Bapak St.Drs. Toiman J. Sihombing yang telah memberikan perhatian dan waktunya.

9. Kepada kakak saya Ilma Saakinah Tamsil M.Comm yang juga tidak henti-hentinya membantu saya dalam penulisan skripsi ini. Dan selalu mengingatkan saya untuk selalu serius dalam pengerjaan skripsi ini.

10.Kepada paribanku Kartika Lestari Sianipar, S.Sos yang selalu mendukung dan membantu untuk mengumpulkan data-data dalam keperluan skripsi ini.

11.Kepada abangda Ari Barata Tampubolon, S.Sos yang juga menjadi junjungan didalam diskusi-diskusi politik yang sering dilakukan untuk kelancaran pengerjaan skripsi ini. 12.Kepada Keluarga besar Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) cabang Medan

Raya, khususnya Komisariat FISIP USU, semoga tetap menjadi organisasi kader dan organisasi perjuangan yang efektif sebagai pelopor barisan Nasionalis-Marhaenis. Semoga tetap Jaya, dan Marhaen pasti Menang.

13.Kepada Keluarga Besar Ocopz Brother‟z dan teman teman seperjuangan.

14.Kepada Keluarga Besar Departemen Ilmu Komunikasi khususnya angkatan 2008, semoga menjadi orang-orang besar yang memiliki intelektualitas dan integritas yang tinggi terhadap bangsa dan negara.


(7)

Mungkin banyak yang menilai penelitian ini sangat sederhana. Namun sebagai orang yng masih miskin pengalaman dalam penelitian, saya sering mengalami hal-hal yang tadinya tidak terpikirkan, ternyata merupakan masalah yang harus dicari penyelesaiannya. Pengalaman yang diperoleh kiranya banyak memberikan sesuatu yang baru bagi saya baik dari segi pengetahuan dan kehidupan. Semoha hal ini akan menjadi pendorong bagi saya agar tetap berkeinginan mengkaji dimasa yang akan datang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan petunjukNya dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2013


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Konteks Masalah 1

I.2 Fokus Masalah 3

I.3 Tujuan Penelitian 4

I.4 Manfaat Penelitian 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II.1 Perspektif / Paradigma Kajian 5

II.2 Komunikasi Politik 11

II.3 Marketing Politik 13

II.3.1 Dasar Marketing Politik 13

II.3.2 Keaslian Politik Marketing 16

II.3.2.1 Dari Marketing Komersial menuju Marketing Politik 16


(9)

Informasi dan Komunikasi 19

II.4 Bentuk-Bentuk Pemasaran Politik 20

II.4.1 Bentuk Tradisional 21

II.4.1.1 Bentuk Interaktif 21

II.4.1.2 Bentuk Non Interaktif (berjalan tidak langsung) 22

II.4.2 Bentuk Audiovisual 22

II.4.3 Kemunculan/Perkembangan Internet 24

II.5 Struktur dan Organisasi Kampanye 27

BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian 34

III.2 Objek Penelitian 35

III.3 Subjek Penelitian 38

III.4 Kerangka Analisis 38

III.5 Teknik Pengumpulan Data 40

III.6 Teknik Analisa Data 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


(10)

IV.2 Pembahasan Penelitian 44

IV.2.1. Kampanye Langsung 59

IV.2.2. Media Elektronik 63

IV.2.2.1. Radio 63

IV.2.2.2. Internet 64

IV.2.3. Media Cetak 64

IV.2.4. Aspek Kajian 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan 72

V.2. Saran Penelitian 76

V.3. Saran Dalam Kaitan Akademis 76

V.4 Saran Dalam Kaitan Praktis 76


(11)

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK DAN PEMENANGAN PEMILU (Studi Kasus Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE - Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar

2010)

Erick Wensik Berman Napitupulu Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Abstraksi

Mencapai dan memperoleh kemenangan dalam sebuah pemilihan umum, baik itu di tingkat presiden, gubernur, bupati/walikota adalah tujuan dari para kandidat. Demikian juga dengan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar yang merupakan salah satu kandidat yang ikut dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kota Pematangsiantar tahun 2010 dan menjadi calon kepala daerah dengan diusung oleh koalisi partai-partai kecil. Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar dalam satu kali putaran yang diikuti oleh 10 pasangan calon.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat bagaimana strategi komunikasi politik yang dilakukan pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar pada saat masa kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 lalu. Dimana Komunikasi Politik merupakan suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khayalak yang menjadi target politik. Dan salah satu keunggulan pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar adalah kemampuan mereka dalam berkomunikasi politik yang baik, dengan demikian pesan-pesan politik yang disampaikan melalui beberapa media kampanye dapat dengan baik diterima oleh masyarakat kota Pematangsiantar. Demikian juga terhadap setiap elemen-elemen yang membantu mereka dalam pemenangan pemilukada ini pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar juga melakukan komunikasi politik yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan kemenangan yang telah diperoleh pada pemilukada Petangsiantar tahun 2010.

Skripsi ini menyajikan tentang Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar pada masa kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Pematangsiantar 2010. Di dalam skripsi ini Peneliti menceritakan bagaimana proses strategi komunikasi politik yang dilakukan Hulman Sitorus dan Koni Ismail Siregar baik itu dengan tim sukses, dengan masyarakat serta komunikasi politik dengan partai pengusung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunkan tekhnik analisa data yang berjenis deskriptif kualitatif. Yang mana dalam penelitian ini ditulis dengan cara mengumpulkan semua data yang diperoleh melalui wawancara kemudian dianalisis yang pada akhirnya didapatlah sebuah kesimpulan yang berdampak pada tercapainya tujuan penelitian.

Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang berasal dari studi kepustakaan dan juga hasil wawancara dari informan kunci.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Konteks Masalah

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia yang diartikan sebagai „the art of the general‟ atau seni seorang panglima yang biasa digunakan dalam peperangan. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai tujuan tertentu. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu yang menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun strategi komunikasi politik adalah rencana yang meliputi cara, teknik serta hubungan fungsional dari proses komunikasi kepada sebuah kegiatan untuk pencapaian suatu tujuan yang diinginkan. Dengan adanya penerapan strategi politik, kita dapat memberikan dukungan dan aspirasi yang dapat disalurkan atau malah sebaliknya. Dalam konteks pemerintah, strategi komunikasi politik digunakan untuk membuat dan menerapkan aturan-aturan khususnya di dalam proses pemilihan umum dengan cara meningkatkan kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat untuk mengungkapkan aspirasi dan kepentingannya serta menyalurkan kebijakan-kebijakan sehingga wujud menciptakan sebuah komunikasi timbal balik antara suprastruktur dan infrastruktur politik dalam mempersiapkan sebuah pemilukada.

Di dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah, memperoleh kemenangan adalah tujuan dari pada kandidat. Hulman Sitorus, SE dan Drs.Koni Ismail Siregar adalah salah satu kandidat yang ikut dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kota Pematangsiantar tahun 2010 yang menjadi calon kepada daerah dengan diusung oleh koalisi partai-partai kecil.


(13)

Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar dalam satu kali putaran yang diikuti oleh 10 pasangan calon.

Strategi komunikasi politik merupakan panduan dari perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan. Strategi komunikasi politik harus dapat menunjukan bagaimana mengoperasionalkan secara taktis, dalam arti kata bahwa pendekatan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kepada situasi dan kondisi sebagai perencanaan komunikasi politik. Perencanaan komunikasi politik ini menyangkut produk politik yang akan dibawakan, pesan politik yang akan disampaikan serta imej yang akan dimunculkan. Adapun pemilihan topik penelitian yang peneliti pilih yaitu STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK DAN PEMENANGAN PEMILU (Studi Kasus Strategi Komunikasi Politik dalam Pemenangan Hulman Sitorus, SE dan Drs Koni Ismail Siregar pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar tahun 2010) yang bertujuan untuk melihat sinergi dan konsistensi diantara program-program kerja yang akan dilakukan kandidat dalam strategi komunikasi politik yang digunakan.

Komunikasi politik adalah suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada tingkah orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berfikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.1 Salah satu kemenangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar adalah kemampuannya dalam hal komunikasi politik. Pesan-pesan politik yang meliputi visi-misi, ajakan untuk memilih mereka dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Komunikasi politik yang baik dilakukan oleh Hulman Sitorus, SE dan Drs Koni Ismail Siregar pada setiap elemen yang membantu dalam menyukseskan kemenangan mereka.


(14)

Penelitian ini menyajikan sebuah strategi komunikasi politik Hulman Sitorus, SE dan Drs Koni Ismail Siregar pada masa kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Pematangsiantar. Peneliti akan membahas bagaimana strategi komunikasi politik antara Hulman Sitorus, SE dan Drs Koni Ismail Siregar, komunikasi politik dengan tim sukses, komunikasi politik dengan masyarakat serta komunikasi politik dengan partai pengusung.

Pasangan calon Hulman Sitorus, SE dan Drs Koni Ismail Siregar menyadari betul betapa pentingnya peranan strategi komunikasi politik untuk memperoleh suara mayoritas dalam pemilihan umum kepala daerah Pematangsiantar 2010 dengan melakukan strategi komunikasi sebagai berikut : Perencanaan (pendanaan, pembentukan tim kampanye, slogan kampanye, serta target sasaran), Pengorganisasian (komunikasi politik antar partai politik pendukung, komunikasi politik dengan elemen masyarakat), Evaluasi (mengukur sejauh mana komunikasi politik berdampak pada masyarakat).

I.2 Fokus Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus masalah meliputi upaya-upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicari jawabannya. Berdasarkan konteks masalah diatas, maka penelitian ini akan menjelaskan strategi-strategi dalam memenangkan pemilu yaitu strategi dan konsep kampanye Hulman Sitorus - Koni Ismail Siregar pada pemilihan Walikota/ Wakil Walikota Pematangsiantar 2010. Dalam pokok penelitian ini, penulis akan berpijak pada pertanyaan utama permasalahan ini, yaitu: “Bagaimanakah strategi komunikasi politik yang dilakukan Hulman Sitorus, SE - Drs. Koni Ismail Siregar pada masa kampanye guna memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) di Kota Pematangsiantar 2010”.


(15)

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui bagaimanakah strategi komunikasi politik yang dilakukan pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs Koni Ismail Siregar pada saat kampanye hingga mampu memenangkan pemilihan umum kepala daerah Pematangsiantar 2010.

b. Menganalisa data dengan melihat strategi komunikasi politik yang dilakukan pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs Koni Ismail Siregar.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Untuk menerapkan strategi komunikasi politik yang dilakukan Hulman Sitorus, SE dan Drs Koni Ismail Siregar sebagai pasangan yang memperoleh suara terbanyak pada pemilihan umum kepala daerah di dalam kehidupan secara khusus di dalam kehidupan politik lokal maupun nasional.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pembelajaran strategi komunikasi politik bagi pembaca.

c. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir penulis maupun pembaca melalui karya ilmiah dalam penelitian ini.


(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1 Perspektif / Paradigma Kajian

Secara umum, komunikasi memiliki arti sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu untuk mendapatkan feedback atau umpan balik. Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak dapat terpisahkan di dalam semua aspek kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan manusia lain untuk mencapai sebuah kesepakatan dan saling pengertian ( mutual understanding). Sedangkan pengertian politik merupakan suatu usaha atau cara yang ditempuh seseorang untuk menjalankan serta mewujudkan suatu keinginan yang meliputi kajian tentang kekuasaan (power) atau seni memerintah. Secara sederhana, komunikasi politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Menurut Mark Roelofs dab Barn Lund2 ” politic is talk or to put the meter, more exactly the activity of politic (politicking) is talking” artinya komunikasi politik lebih memusatkan kajiannya pada materi yang berisi pesan-pesan politik, isu politik, peristiwa, dan perilaku politik individu-individu baik sebagai pengusaha maupun yang berada dalam asosiasi-asosiasi kemasyarakatan atau asosiasi politik.

Menurut Gabriel Almond dalam bukunya ”The Politic of the Development Areas” tahun 1960, komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam sistem politik. Komunikasi politik bukan fungsi yang dapat berdiri sendiri karena komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan yang terjadi pada saat berjalannya fungsi-fungsi yang

2


(17)

lain. Dengan kata lain, komunikasi politik merupakan salah satu dari sistem komunikasi yang dapat diperjelas melalui skema kerja komunikasi politik yang berguna untuk menganalisa. Hal tersebut dapat diperjelas melalui bagan dibawah ini:

Komunikasi politik diartikan bukan komunikasi biasa melainkan memiliki nilai sensitivitas yang tinggi karena sangat sarat dengan kepentingan-kepentingan. Oleh karena itu, setiap tahapan yang akan dilakukan harus dengan cermat dimulai dengan perumusan konsep, penyusunan program, strategi hingga taktik pelaksanaan. Komunikasi politik merupakan unsur penting dalam strategi politik, bahkan dapat dikatakan kopmunikasi merupakan roh politik karena politik merupakan kegiatan yang melibatkan massa dalam skala luas. Dalam komunikasi politik secara umum, dikenal ada dua macam pendekatan secara umum. Pertama, komunikasi langsung (direct communication) dan yang kedua, komunikasi tidak langgsung (indirect communication).

Komunikasi langsung (direct communication) dilakukan pada proses kampanye bilamana daerah atau tempat tinggal khalayak belum pernah tersentuh oleh media, baik media cetak maupun media elektronik secara intensif. Demikian juga sebaliknya, komunikasi tidak langsung (indirect communication) juga dapat digunakan bilamana daerah atau tempat tinggal khalayak sudah tersentuh oleh media secara intensif. Tetapi ada baiknya komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung dilakukan secara bersamaan untuk menambah citra/imej positif para calon di mata khalayak.

KOMUNIKATOR PESAN POLITIK MEDIA KOMUNIKAN


(18)

Contoh komunikasi langsung (direct communication) banyak diterapkan di beberapa Negara yang menganut sistem politik yang dikuasai oleh pertimbangan-pertimbangan strategis, perilaku strategis serta tindakan yang bersifat jangka pendek. Hal ini lah yg banyak menjadi dasar didalam masyarakat transisi seperti di Indonesia khususnya sejak Pemilu Presiden 2004. Semenjak pertama kali diperkenalkan, demokrasi diandaikan sebagai suatu pandangan politik yang selalu mengedepankan prinsip-prinsip penyelesaian masalah secara adil dan diterima oleh semua lapisan masyarakat. Demokrasi telah mencatat kemenangan historis atas bentuk-bentuk pemerintahan yang lain. Demokrasi merupakan paham idiologi yang dianut dalam sistem pemerintahan di mayoritas negara di dunia. Demokrasi membicarakan pancaran legitimasi pada kehidupan modern: hukum, undang-undang, dan politik yang melihat keabsahan ketika semua itu bersifat demokratis.3

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu dari wujud demokrasi. Pelaksanaan pemilu merupakan partisipasi masyarakat dalam membuat dan melaksanakankeputusan politik. Penyelenggaraan pemilihan umumharus di laksanakan secara lebih berkualitas dari waktu ke waktu sehingga tercipta derajat kompetisi yang sehat, partisipasi, dan mempunyai derajat keterwakilan yang tinggi, serta memiliki mekanisme pertanggungjawban yang jelas. Dalam kajian komunikasi politik dalam pemilu, membahas bagaimana komunikasi dapat berlangsung dalam suatu sistem politik khususnya sistem pemilu yang yang mencakup bahasan-bahasan tentang bagaimana sisitem pemilu itu dapat dipertahankan dan dapat berlanjut dari satu generassi ke generasi berikutnya.

Konsep klasik demokrasi diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang dijalankan olah banyak pihak atau suatu bentuk pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat. Demokrasi berfokus pada dua hal penting yang saling berkaitan, yakni reprasentasi (perwakilan) dan

3

David Held, Demokrasi dan Tatanan Global dari Negara Modern Hingga pemerintahan Kosmopolitan


(19)

partisipasi (keikutsertaan). Representasi menunjukkan pertimbangan pada kepentingan mayoritas atau orang banyak, sedangkan partisipasi menunjukkan keinginan keikutsertaan publik pada aktivitas politik. Dalam pandangan Barat, demokrasi adalah suatu pandangan politik yang ditandai bukan hanya pemilihan yang bebas dan jujur, tetapi juga pemisahan kekuasaan (eksekutif, yudikatif, dan legislatif), dan penyelenggara kekuasaan yang diatur oleh hukum, melindungi kemerdekaan berbicara, berkumpul, beragama, dan hak-hak pribadi seseorang. Oleh sebab itu esensi demokrasi lebih jauh dijelaskan karena demokrasi mengandung aspek-aspek pemerataan politik, kebebasan publisitis, representasi dan ketetapan hati yang diterima secara luas. Demokrasi politik harus mencakup pelaksanaan pemerintahan yang dijalankan menurut hukum, memajukan individu dan kebebasan politik, serta pemilihan umum yang jujur dan bebas.

Salah satu prasyarat dalam mewujudkan demokrasi adalah adanya Pemilu yang berfungsi memunculkan para calon pemimpin dan menjaring calon-calon tersebut berdasarkan nilai-nilai yag berlaku sehingga pemimpin tersebut memperoleh pengakuan dari masyarakat. Pemilu mengkondisikan terselenggaranya mekanisme pemerintahan secara tertib, teratur, berkesinambungan, dan berjalan damai yang kesemuanya itu akan mengembangkan terbinanya masyarakat yang menghormati pendapat orang lain. Dengan terpilihnya wakil-wakil rakyat yang akan duduk dalam badan-badan perwakilan rakyat, maka mereka mempunyai kewajiban bertindak atas nama rakyat karena mereka merupakan wakil-wakil yang memperjuangkan aspirasi dan kepentingan secara optimal.4

Pemilu dalam hal ini merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relation, komunikasi massa, lobi politik dan kegiatan-kegitan lainnya. Meskipun agitasi dan propaganda di negara

4

Arif Rahman, SIstem Politik Indonesia Dalam Persfektif Struktural Fungsional (Surabaya: SIC, 2002), hal. 145


(20)

demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga digunakan oleh para kandidat atau politikus selaku komunikator politik.5

Kampanye merupakan metode dan teknis komunikasi dalam rangka menyampaikan visi dan misi tertentu untuk meraih dukungan dalam sebuah pemilihan. Tujuannya untuk mempengaruhi sikap politik agar dapat menjatuhkan pilihan poltiknya pada yang bersangkutan secara rasional dan objektif. Sudah tentunya kampanye merupakan kebutuhan pasangan calon untuk mensosialisasikan program politiknya agar dapat mempengaruhi publik dalam menentukan pilihan politiknya. Inilah mengapa kampanye disebut sebagai teknik komunikasi politik.

Kampanye sebagai metode dan teknik komunikasi politik tidak hanya dipahami sempit hanya untuk memenangkan pasangan calon, akan tetapi dapat berfungsi jangka panjang yaitu sebagai pendidikan politik yang rasional terhadap masyarakat agar masyarakat dapat menilai dan menentukan pilihannya secara objektif. Pasangan calon dituntut untuk senantiasa menggunakan metode dan teknik komunikasi yang baik, fair, santun, dan tidak hanya semata-mata mempertimbangkan legitimasi prosedural formal, namun juga legitimasi etis karena kampanye bukan hanya semata-mata sebagai arena pertarungan para pasangan calon untuk memperebutkan suara, maka yang jauh lebih penting adalah bagaimana mengarahkan kampanye sebagai media pendidikan politik rakyat.6

Dengan demikian banyak pihak berpendapat bahwa kampanye yang sangat penting dilakukan sebelum atau menjelang pemilihan umum guna mengetahui apresiasi masyarakat pemilih terhadap calon kandidat dan juga berguna untuk mempengaruhi pikiran masyarakat pemilih yang sudah mengetahui visi dan misi pasangan calon yang berkampanye. Kampanye

5

www.wikipedia.co.id 6


(21)

dilakukan selama waktu yang telah ditentukan yaitu menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, maka dilakukan proses penghitungan suara. Pemenang pemilu ditentukan oleh aturan main atau system penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh peserta, dan disosialisasikan kepada pemilih.

Dengan melihat penjabaran diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti strategi komunikasi politik pasangan pemenang pemilu Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar sehingga bias memperoleh suara terbanyak dalam pemilukada kali ini. Apa yang membuat masyarakat yang berada di ambang kebingungan dan krisis kepercayaan akhirnya menjatuhkan pilihan kepada pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar? Apa yang menjadi kelebihan strategi komunikasi politik yang mereka lakukan?

Untuk itu peneliti merasa tertarik untuk menganalisis bagaimana strategi komunikasi politik yang mereka lakukan di kota Pematangsiantar pada penelitian yang berjudul “Strategi

Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa

Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar 2010”

II.2 Komunikasi Politik

Pada umumnya, dalam mewujudkan proses komunikasi politik dengan proses komunikasi (komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) menggunakan alur dan komponen sebagai berikut:

1. Komunikator/Sender – Pengirim Pesan

2. Encoding – Proses penyusunan ide menjadi symbol/pesan 3. Message – Pesan


(22)

4. Media – Saluran

5. Decoding – Proses pemecahan/penerjemahan simbol-simbol 6. Komunikan/Receiver – Penerima Pesan

7. Feedback – Umpan balik, respon

Komunikasi biasanya diartikan sebagai pembagian sesuatu misalnya informasi, gagasan, perilaku, pengertian atau pengalaman. Komunikasi dalam pengertian dasar Harold D. Laswell yaitu who says what, in which channel, to whom with what effect. Dari pengertian tersebut diperoleh unsur-unsur komunikasi, yaitu komunikator (who), komunikan (whom), pesan (what), media (channel), dan pengaruh (effect).

Agar proses ini sukses, terkadang tidak semudah yang dijalani. Berbagai kendala dan hambatan banyak dihadapi oleh para pasangan calon yaitu seringnya calon tidak dikenal di daerah pemilihnya, tidak pernah bersentuhan dengan masyarakat dan tidak ada pula jejak karir yang dikenal masyarakat bahkan oleh kader partai di daerah pemilihnya. Para calon harus menempuh berbagai cara agar visi dan misinya dapat diketahui oleh masyarakat sehingga masyarakat mampu memberikan feedback sebagai landasan proses komunikasi. Misalnya para calon memperkenalkan diri pada masyarakat dengan melakukan kampanye melalui media massa baik elektronik ataupun cetak. Contohnya hadir di acara stasiun televisi, stasiun radio, surat kabar, pemasangan baliho, pemasangan spanduk, pemasangan banner, pemasangan umbul-umbul, dan sebagainya.

Dalam melakukan kegiatan politik seperti pemilihan umum, kita mengenal adanya sebuah pemasaran politik. Maksudnya, dalam hal mempengaruhi masyarakat diperlukan adanya kegiatan seperti retorika, propaganda, kampanye. Komunikasi merupakan kata kunci dalam melakukan kegiatan tersebut. Dalam perjalanan politik bangsa, berbicara komunikasi politik tidak semudah dengan membicarakan gerakan politik. Kesulitan itu dapat kita lihat ketika menggabungkan adanya konsep komunikasi dendan konsep politik.


(23)

Disisi lain, kita juga harus mengetahui bahwa komunikasi politik adalah sebuah studi interdisiplinari yang dibangun atas atas berbagai macam disiplin ilmu terutama yang memiliki keterkaitan antara proses komunikasi dan proses politik.7 Terkadang ketika kita berbicara soal komunikasi yang digabungkan dengan kata politik tidak jarang diklaim sebagai studi tentang aspek-aspek politik, dan sering dikaitkan dengan unsur komunikasi didalam sebuah kampanye pemilu (election campaign) karena mencakup masalah persuasi terhadap pemilih, debat antar kandidat, dan penggunaan media massa sebagai alat kampanye. Dengan minim atau tidak adanya komunikasi, maka tidak akan tercipta usaha bersama dan secara otomatis juga tidak akan ada politik.

Melakukan sebuah kegiatan politik dan kegiatan komunikasi politik terhadap para konstituen merupakan hal yang lumrah dalam sebuah penyelenggaraan pemilu. Dalam hal mempengaruhi masyarakat, melakukan sebuah usaha komunikasi politik dalam bentuk sebuah kegiatan kampanye adalah sebuah usaha atau cara yang efektif. Kampanye merupakan sebuah usaha yang dikelola oleh satu kelompok atau agen perubahan yang ditujukan untuk mempersuasi target sasaran agar bias menerima, memodifikasi atau membuag ide, sikap atau perilaku tertentu, dalam hal ini kampanye politik adalah sebuah peristiwa yang bisa di dramatisasi.

Rogers dan Storey dalam tulisan mereka yang bertajuk Communication Campaigns

mendefenisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.8 Untuk menyampaikan visi dan misinya kepada masyarakat pemilih pasangan calon memilih kampanye sebagai sarana yang digunakan.

7

Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 63.

8


(24)

Seperti yang ditetapkan dan diatur dalam Undang-undang No.12 tahun 2008 Pasal 75 ayat 1 kampanye dilaksanakan sebagai bagian dari pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.9

II.3 Marketing Politik

II.3.1 Dasar Marketing Politik

Dalam pemahaman secara umum politik marketing terdiri dari beberapa petunjuk dan formula yang dapat diuji secara empiris. Menurut Harrop (1990) pemasaran politik tidak hanya meliputi iklan politik, partai politik dan siaran pidato pemilihan tetapi juga meliputi semua aspek yang berkaitan dengan pemasaran politik didalam sebuah pemilihan umum.10

Maarek dalam bukunya yang berjudul Campaign Communication Political Marketing

mengatakan marketing politik sebagai “proses yang kompleks, hasil dari upaya yang lebih

global yang melibatkan semua factor komunikasi politik para politisi” dan menekankan bahwa marketing politik adalah metode umum komunikasi politik. Maarek juga menganggap pengenalan pemasaran dalam politik sebagai hasil dari “elaborasi dari kebijakan komunikasi

politik…strategi global design, rasionalisasi dan penyampaian komuunikasi politik modern”11

Marketing merupakan salah satu cabang ilmu kontruksi sosial. Marketing berkembang pesat di khalayak luas, tidak saja di tataran akademisi. Cara dan metode marketing telah digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Meski dalam suatu disiplin ilmu masih baru, tapi sebagai aktivitas dan praktik sosial telah terjadi sejak dahulu kala. Bagozzi (1974; 1975)

9

Undang-Undang No 12 tahun 2008. 10

Harrop M. (1990) Political Marketing. Parliamentary Affairs, vol.43, Hal 277. 11


(25)

melihat bahwa marketing adalah proses yang memungkinkan adanya pertukaran (exchange) antara dua pihak atau lebih. Artinya aktivitas marketing akan selalu ditemui dalam proses pertukaran. Marketing adalah hubungan dan pertukaran.

Dalam tulisan Bruce I. Newman dan Richard M Perloff tentang Political Marketing; Teori, research, and application yang dikutip oleh prisgunanto (2008) dari Hanbook of Political Communication Research, pemasaran politik didefinisikan sebagai aplikasi prinsip-prinsip pemasaran dalam kampanye politik yang beraneka ragam individu, organisasi, prosedur-prosedur dan melibatkan analisis, pengembangan, eksekusi, dan strategi managemen kampanye oleh kandidat, partai politik, pemerintah, pelobi, kelompok-kelompok tertentu yang bisa digunakan untuk mengarahkan opini publik pada idiologi mereka.

Dalam dunia perpolitikan, sudah saatnya ilmu dan konsep dasar marketing diterapkan. Apalagi memngingat kondisi masyarakat yang telah banyak berubah. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan terjadinya integrasi di dalam masyarakat global dan tekanan untuk menarapkan prinsip-prinsip demokrasi dan dengan sendirinya, institusi politikpun membutuhkan pendekatan alternatif untuk membangun hubungan dengan konstituen dan masyarakat luas.

Penggunaan metode marketing dalam bidang politik dikenal sebagai marketing politik (political marketing). Dalam marketing politik, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode marketing untuk membantu politikus dan partai politik agar lebih efisien serta efektif dalam membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat.

Maketing politik sudah menjadi fenomena, tidak hanya dalam ilmu politik, tapi juga menimbulkan pertanyaan para marketer yang selama ini sudah terbiasa dalam konteks dunia


(26)

usaha. Marketing mengalami pergeseran perpektif dari orientasi internal perusahaan (internal oriented) ke orientasi pasar (market oriented).

Di tengah era demokratisasi dan kapitalisme, strategi-strategi marketing merupakan cara yang tepat untuk menghasilkan kemenangan dalam pemilihan umum. Tentu, metode dan konsep marketing memerlukan banyak sekali adaptasi dengan situasi dan kondisi dunia politik. Memang tidak semua metode marketing dapat digunakan dalam dunia politik. Tapi, partai politik dan konstestan sangat membutuhkan metode efektif untuk bisa membangun hubungan jangan panjang dengan konstituen dan masyarakat luas.

Di dalam dunia politik sekarang telah memiliki sistem multipartai telah menjadikan marketing politik menjadi sesuatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan, bukan hanya digunakan oleh partai-partai kecil yang berguna untuk mendongkrak citra positif kader politiknya dan menjaga kestabilan polpularitasnya dimata masyarakat atau khalayak pemilihnya tetapi juga partai politik yang telah lahir terlebih dahulu dan sudah memiliki citra dan kepopularitasan dimata masyarakat tidak boleh menganggap remeh akan kehadiran instrument politik yang satu ini. Dampak yang sering muncul ketika sebuah partai politik yang sudah besar dan memiliki eksistensi di dunia politik di daerah kekuasaannya melupakan atau lalai dalam mengkonsep sebuah marketing politiknya yaitu kemerosotan suara pemilih dan kemerosotan peringkat partai itu sendiri pada saat tarung politik akan digelar. Demikian sebaliknya partai politik yang masih muda atau dapat dikatakan partai politik yang masih merintis karirnya bukan tidak mungkin mengalahkan partai politik yang sudah besar didalam sebuah tarung politik yang dikarenakan marketing politiknya sudah dikonsep sedemikian rupa sehingga menjadikan masyarakat mengubah pilihannya jatuh kepada partai politik yang masih muda tersebut. Dan tidak dapat dipungkiri aktifitas marketing politik pun sudah merambah ke berbagai media baik itu media cetak, media elektronik, maupun media online.


(27)

Di Indonesia marketing politik disinyalir mulai digunakan sejak tahun 1990-an. Tapi di dunia, marketing politik digunakan sejak sebelumnya Perang Dunia II, yaitu pertama kali pada tahun 1917 ketika Partai Buruh di Inggris meresmikan Departemen Publikasi dibantu oleh agen publikasi Egerton Wake. Sedangkan di Amerika Serikat pertama kali digunakan pada tahun 1926 ketika pesan politik dilakukan melalui media cetak seperti poster pamflet, koran dan majalah (Firmanzah, 2007).

II.3.2 Keaslian Politik Marketing

II.3.2.1 Dari Marketing Komersial menuju Marketing Politik

Memahami hal dasar tentang marketing adalah gambaran tentang sebuah era perkembangan dunia ekonomi dimana terjadi perubahan-perubahan sistem ekonomi terutama terjadinya peningkatan kompetisi dan sekaligus perubahan dinamika pasar dalam kehidupan ekonomi. Marketing pada prinsipnya menyangkut hubungan relasi dan aktivitas antara dua pihak dalam ruang kepentingan ekonomi. Bisa jadi dimensi produsen dan konsumen ada dalam relasi pertukaran ini. Dalam logika pertukaran ini, dua pihak yang berkepentingan, masing-masing akan memberi peneguhan dan jaminan bahwa kepentingannya sendiri juga akan mendapatkan pemenuhan. Maka masing-masing pula akan membangun mekanisme, cara, aturan dan bahkan negosiasi untuk masing-masing saling menemukan pemahaman dan deal kesepakatan yang sama. Marketing adalah hubungan dan pertukaran. Relasi dan pertukaran inilah yang sebenarnya menjadi inti dasar dari pemahaman tentang dunia „marketing. Seperti digambarkan pada bagan dibawah:


(28)

MARKETING

PRODUKSI

“Marketing relasional bertujuan untuk lebih mempertahankan konsumen yang telah ada sambil mencari konsumen baru. Hal ini dilakukan dengan menciptakan kepuasan konsumen untuk membentuk loyalitas terhadap produk dan jasa yang dihasilkan. Dalam marketing relasional, produsen perlu memikirkan cara dan metode untuk mempertahankan konsumen. Selain itu, produsen harus benar-benar memahami karakteristik konsumennya. Konsumen harus dilihat sebagai bagian penting dalam sistem produksi dan tidak dianggap sebagai semata-mata pihak luar yang membeli produk dan jasa mereka. Agar hubungan jangka panjang bisa terwujud, harus terdapat mekanisme yang saling menguntungakan antara kedua belah pihak”.

Pengembangan sistem marketing didalam dunia persaingan atau kompetisi akan menyingung dan memperkenalkan sebuah elemen yang sering disebut “branding” atau yang sering dipahami sebagai nama, termonologi, dan logo spesifik yang dapat digunakan untuk menandai atau membuat sebuah identitas pada produk dan jasa yang dihasilkan. Dan tentu saja setiap usaha marketing ini akan selalu mengarah kepada “brand equity” atau keunggulan produk yang akan bersaing dengan produk produk lainnya. Ketika suatu produk atau jasa sudah memiliki brand equity yang baik, dengan sendirinya brand tersebut akan diingat oleh para konsumen yang selalu menginginkan kualitas dari sebuah produk dan jasa.

Sebenarnya jika kita lihat dalam nalar logic yang dibangun oleh strategi „branding; ini adalah keyakinan dan nilai pandangan yang sudah meyakini bahwa sistem pengelolaan

NILAI SIMBOL

PRODUK

NILAI PRAKTIS

TUJUAN DAN KEPUASAN


(29)

produk ternyata tidak hanya terletak pada „esensi produk‟ itu sendiri, tetapi bagaimana makna dan nilai yang dibangun dari produk tersebut. Pada yang terakhir tentu saja penghargaan atas kepentingan konsumen menjadi yang terutama. Sebaik apapun produk jika tidak mampu menjawab nilai, makna dan loyalitas keyakinan bagi konsumen maka, ia akan gagal untuk bertahan dalam kompetisi pasar. Sebaliknya seburuk apapun produk tetapi mampu memenuhi apa yang menjadi nilai, makna dan loyalitas keyakinan bagi konsumen, tentu saja akan bertahan dalam kompetisi pasar. Pada dunia politik ini kemudian berkembang dalam fenomena „politik pencitraan‟. Sebuah era trend politik yang lebih mengedepankan kemasan daripada isi.

Ternyata ide filosofis dari marketing yang selama ini digunakan di dalam dunia ekonomi sudah mulai diterapkan didalam dunia politik. Perubahan yang terjadi dalam strategi politik didorong oleh kompetisi politik dan kontestasi politik yang lebih terbukan dan liberal. Kompetisi yang makin terbuka juga telah memaksa para pelaku dan aktor politik baik individu maupun kelembagaan untuk membangun strategi pemenangan politik dengan lebih maju. Cara yang banyak ditempuh saat ini adalah memahaminya sebagai hal yang sama terjadi dalam dunia ekonomi. Salah satu gambaran yang bisa membuktikan terjadinya perubahan tersebut adalah dengan lahirnya berbagai kembagaan profesional baru yang ikut menyediakan jasa untuk proyek kepentingan politik seperti biro iklan politik, biro konsultan politik sampai agen pemenangan kandidat tertentu dalam pemilu.

II.3.2.2 Pemasaran Politik, Iklan Politik, Propaganda, Informasi dan Komunikasi

Di masa modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini, pemasaran politik sudah menjadi elemen yang sudah tidak lagi bisa di lupakan. Permasalahannya terletak pada sampai dimana kemampuan partai politik dan para politisi membuat sebuah konsep pemasaran


(30)

politik yang baik dan efektif. Secara dinamin struktur masyarakat telah banyak mengalami perubahan. Masyarakat telah berubah menjadi masyarakat yang mandiri, menginginkan transparansi, memiliki mobilitas yang tinggi, serta memiliki peluang untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi dengan cepat dan biaya yang terjangkau.

Keefektifan pemasaran politik ditandai dengan kemampuan merumuskan satu fokus masalah dan sasaran yang akan dituju oleh partai poltik dan politisi. Pengenalan akan konstituen dan simpatisan harus secara cermat dilakukan serta tidak lupa juga selalu melihat dan mengamati apa saja yang dilakukan oleh para saingan politiknya. Dengan demikian perumusan akan citra target yang diinginkan dan pembidikan target yang fokus akan dengan mudah dilakukan.

Pengenalan akan karakter masyarakat yang dijadikan target politik harus dengan cermat dilakukan agar komunikasi politik yang sedang dijalankan dengan mudah dimengerti oleh masyarakat tersebut. Misalnya apabila masyarakat targetannya adalah petani maka tema komunikasi politik yang di usung adalah soal pertanian, dan sebagainya. Dan untuk meyakinkan mereka akan produk politik yang mereka pilih, tentu saja partai politik tidak cukup melakukan kampanyenya hanya pada saat mendekati pemilu saja, melainkan harus permanen dan berkesinambungan.

Sebelumnya, masyarakat kekurangan informasi politik, tetapi saat ini masyarakat telah kebanjiran informasi politik. Dalam situasi semacam ini, partai politik harus pandai-pandai mengemas informasi politik, sehingga informasi politik tersebut dapat diterima dengan baik oleh publik yang menjadi sasaran pembentukan citra. Citra dalam politik memegang peran yang sangat besar. Apabila citra seseorang sudah terlanjur rusak, maka sangat sulit untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, dalam pencitraan, semua harus dihitung


(31)

dengan akurasi dan presisi tinggi. Dan citra partai tidak ada gunanya, apabila tidak diikuti dengan kondisi riil di dalam partai politik itu sendiri.

II.4 Bentuk-Bentuk Pemasaran Politik

Seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman bentuk-bentuk pemasaran politik juga mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Ada 3 (tiga) komponen yang mempengaruhi bentuk-bentuk pemasaran politik, yaitu terdiri dari:

1. Bentuk Tradisional 2. Bentuk Audiovisual

3. Kemunculan/Perkembangan Internet

Ketiga bentuk-bentuk pemasaran politik diatas akan dijelaskan secara rinci seperti dibawah.

II.4.1 Bentuk Tradisional

Dalam pemasaran politik tradisional dapat dibagi menjadi 2 (dua) komponen. Dimana komponen-komponen tersebut adalah:

II.4.1.1 Bentuk Interaktif

Bentuk interaktif ini dianggap paling sering dilakukan oleh para calon yang akan merebut kursi kekuasaan politik dalam pemilu. Para calon atau para politisi dapat bertemu langsung atau bertatap muka kepada masyarakat sehingga dapat menyampaikan visi dan misi secara langsung dengan cara berkomunikasi dihadapan para masyarakat pendukung. “bertemu langsung atau face to face” adalah metode yang memiliki kekuatan untuk


(32)

meciptakan citra positif para calon di mata para masyarakat. Namun bentuk interaktif ini memiliki kelemahan. Kelemahan bentuk interaktif ini terletak pada keterbatasan jumlah masyarakat untuk melakukan interaksi langsung dengan para politisi atau calon serta keterbatasan waktu para politisi atau calon dalam mengkampanyekan visi dan misi mereka kepada target yang kecil ( narrow target) dan target luas (wide target).

Dalam menjalankan strategi kontak langsung dengan para masyarakat ada 2 (dua) langkah yang ditempuh oleh para politisi atau calon dalam mencapai target seperti yang digambarkan pada bagan dibawah ini

Pertama Kedua

Publikasi Langsung Media Massa

II.4.1.2 Bentuk Non Interaktif (berjalan tidak langsung)

Yang membedakan bentuk interaksi langsung diatas dengan bentuk interaktif tidak langsung ini terletak pada masalah feedback. Jika interaksi langsung seperti yang telah dijelaskan diatas memerlukan feedback dari masyarakat maka bentuk interaksi tidak langsung ini tidak memerlukan feedback. Cara yang ditempuh politisi atau calon dalam bentuk ini adalah melalui media “format kecil” misalnya poster, spanduk, billboard, papan reklame, baliho, dan sebagainya.

Media format kecil ini hanya sekedar bentuk komunikasi namun yang terpenting muatan konsep komunikasi yang terkandung didalamnya, terutama konsep tersebut harus mampu mewakili maksud produsen mempublikasikan produknya sehingga konsep tersebut

POLITISI atau CALON

PERWAKILAN TARGET PENERIMA

TARGET PENERIMA


(33)

dapat dipahami oleh khalayak. Namun perlu disadari media format kecil ini senantiasa mengemas informasi yang berbeda dengan kenyataan bahkan sampai memanipulasi informasi yang di transfer sehingga sering tercipta “lebih indah” dari warna aslinya.

II.4.2 Bentuk Audiovisual

Media atau medium dalam ilmu komunikasi sering disebut sebagai sarana pengiriman pesan (tools message sender) atau dengan kata lain sebagai sarana komunikasi (communication chanel).12 Maka akan mustahil jika tidak ada media yang menjadi mediatornya karena transaksi komunikasi akan melibatkan pengiriman dan penerimaan pesan, dengan demikian komunikasi tetap saja berdampingan dengan distorsi pesan walau media yang digunakan telah mumpuni. Marshal Mc Luhan memaknai media sebagai perpanjangan (indera) manusia.13

Seiring dengan revolusi teknologi informasi, komunikasi politik era digital saat ini adalah wujud dari kehidupan politik informasional. Hal ini disebabkan karena cara yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan politik pada masa lalu yang lebih menggunakan cara-cara yang konvensional. Era digital mampu membawa budaya politik berpindah dari cara-cara manual menjadi ajang pertukaran nilai pesan melalui media, baik konvensional maupun media baru. Contoh dalam hal kampanye, mengumpulkan massa di suatu tempat terbuka bukan lagi cara dominan, akan tetapi telah berubah menjadi kampanye melalui televisi.14

12

Manuel Castells, The Rise Of The Network Society (Oxford:Blackwell, 2001), Hal.101.

13

Marshal McLuhan, Understanding Media: The Extention Of Man.(New York:Signet Book/McGraw Hill,1964), Hal.23 dan 35


(34)

Terdapat 4(empat) kategori besar media massa. Pertama, media cetak (Koran,majalah,buku). Kedua, media rekaman (kaset audio, kaset video, video disk). Ketiga, media film. Keempat, media siar (televisi dan radio). Berdasarkan teori Laswell mengenai kemampuan audio visual (yang dimiliki oleh televisi) memungkinkan media tersebut mampu menjadi pengendali pemikiran khalayak, membangun opini publik dan anggapan-anggapan lainnya. Pengaruh media masa dapat secara langsung mempengaruhi pemirsanya, khususnya televisi.15

Media massa bertujuan menyampaikan pesan beraneka ragam dan aktual tentang lingkungan sosial politik. Surat kabar (the printed writing) dapat menjadi media untuk mengetahui berbagai peristiwa politik aktual yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Demikian juga dengan radio (auditive media) dan televisi (visual media) sebagai media elektronik yang menjadi sarana untuk mengetahui berbagai kejadian politik yang sedang terjadi atau baru saja terjadi yang jauh dari jangkauan panca indera.

Media pada prinsipnya merupakan saluran untuk mengatakan gagasan atau ide, isi dan kesadaran manusia. Media yang menyalurkan gambar hidup dan dapat ditangkap oleh mata dan telinga sekaligus dinamakan the audio visual media. Media ini terdiri dari film, video, televisi.

Media audiovisual adalah media yang paling banyak dipilih oleh masyarakat karena sebagian besar masyarakat sudah memiliki media ini. Media audiovisual ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media cetak. Segala pemberitaan akan sebuah isu, peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dapat diketahui dan diakses lebih cepat dibandingkan media cetak. Namun kelemahannya pula media audiovisual dan media cetak sama-sama

15 Ibid. Hal.39


(35)

memiliki delay effect. Tetapi media audiovisual dapat lebih meminimalisir delay effect tersebut.

II.4.3 Kemunculan/Perkembangan Internet

Dalam komunikasi politik semua bentuk media (baik old media maupun new media) dapat digunakan karena tujuan utama komunikasi poltik adalah membentuk pendapat umum dan mempengaruhi sikap khalayak dalam masa-masa pemilihan umum. Komunikator politik harus cermat dalam memilih bentuk media karrena media mempunyai kekuatan ditengah masyarakat.16

Perkembangan teknologi menghasilkan kemudahan akses kepada siapa saja termasuk didalam proses kampanye dan demokrasi. Kemunculan teknologi baru sebagai media komunikasi difokuskan pada internet. Di era digital seperti sekarang ini, sektor politik pun mengalami perubahan yang cukup signifikan dengan internet, proses membuat keputusan akan lebih mudah dijalankan dimana setiap individu mempunyai hak yang sama dan dapat berkomunikasi secara tatap muka. Penggunaan internet didalam medium demokrasi masih menjadi perdebatan dikalangan umum. Internet dinilai menjadi media kampanye oleh kebanyakan politisi (contoh di Amerika Serikat) mereka mengirimkan pesan politik melalui internet bahkan mereka memiliki website sendiri.17 Beberapa negara pula menggunakan internet sebagai tujuan demokrasi. Misalnya. Pemerintahan Inggris mensosialisasikan warga negaranya untuk mengakses internet dalam memberikan kontribusi dan keputusan.18

Penggunaan internet dirasakan sangat praktis, bebas dari control pusat, global network, efisien dalam harga, waktu, dan ruang.19 Dari penjelasan diatas dapat ditarik

16

Pawito, Komunikasi Politik:Media Massa dan Kampanye Pemilihan (Jogjakarta:Jalasutra,2009), Hal.104

17

J Street, Mass Media,Pilitic and Democracy (Palgrave:New York,2001), Hal.213

18

( The Guardian, 18 August 1998, Labour Party 2995 cited in Street 2001, Hal.213)

19

R.K. Gibson, A.Rommele&S.J. Ward, Electronic Democracy:Mobilization,Organization and Partisipation via New ICTs (Roulegde:London,2004), Hal.1


(36)

kesimpulan bahwa new media dan media tradisional sebaiknya digunakan secara bersamaan walaupun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penggunaan internet masih menjadi perdebatan didalam kampanye atau demokrasi kepada warga negaranya. Kampanye melalui internet akan menciptakan “semi direct demokrasi” karena didalam media ini rakyat tidak bertemu, tidak bersama-sama ataupun memilih langsung. Kampanye melalui internet dapat mengurangi pembiayaan setiap partai atau kandidat calon. Mereka dapat melakukannya secara online, lebih cepat dimana mereka dapat membagi ideologi dan ide-ide.20

Melalui internet komunikasi politik dapat dilakukan dengan menyertakan jutaan orang dari seluruh dunia tanpa adanya hubungan yang bersifat pribadi. Khalayak yang tercipta oleh internet merupakan masyarakat yang terbentuk dari jaringan computer yang disebut dengan masyarakat maya (cyber space). Kehadiran internet mendorong retorika, propaganda, kampanye, public relation politik berkembang lebih pesat lagi. Keunggulan internet yang tidak dimiliki oleh media yang lain yaitu kecepatan akses yang tidak memiliki delay effect

dalam arti segala peristiwa yang terjadi dapat diakses secara langsung, cepat, dan pada waktu itu juga. Namun dibeberapa negara berkembang seperti Indonesia akses internet ini masih hanya bisa digunakan oleh golongan masyarakat tertentu khususnya masyarakat golongan menengah keatas.

Salah satu penggunaan internet dalam komunikasi politik ini pernah dilakukan oleh Barrack Obama pada saat pemilu United States of America pada tahun 2008. Internet memudahkan masyarakat seluruh dunia untuk berbagi informasi dan mempunyai kaitan erat antara demokrasi dan internet. Internet dikenal sebagai media komunikasi dan pertukaran informasi berpeluang merevolusi sistem, struktur, dan proses demokrasi yang selama ini kita

20

B McNair. M.Hibbered&Schlesinger, Mediated Access:Broadcasting and Democratic Participatio(University of Luton Press, 2003), Hal.96-98


(37)

kenal. Kehadiran internet jelas telah merevolusi cara berinteraksi dan cara berpolitik. Mudahnya akses internet sampai ke ruang-ruang kerja induvidu dapat dimanfaatkan untuk pembentukan opini publik. Segala isu dapat terbuka dan bebas ditransfer melalui internet takpula ketinggalan aktivitas marketing politik pun telah menggunakan teknologi ini untuk perekrutan, komunikasi, transfer ide dan gagasan, publikasi, iklan, dan polling politik.

Dapat disimpulkan bahwa bentuk tradisional, bentuk audiovisual, dan kemunculan/perkembangan internet telah memberikan dampak positif bagi pendidikan masyarakat terutama dalam pengetahuan berpolitik.

II.5 Struktur dan Organisasi Kampanye

Didalam menjalankan sebuah struktur dan organisasi diperlukan sebuah manajemen yang baik dalam pengelolaannya. Sama halnya dengan struktur dan organisasi kampanye yang memerlukan perangkat manajemen kampanye sebagai bagian dari manajemen politik yang meliputi sejumlah kegiatan dalam politik profesional yang mencakup didalamnya bidang manajemen promosi, iklan pencitraan, penggalangan dana, polling, media dan komunikasi politik dan sebagainya.

Pada umumnya aplikasi (penerapan) komunikasi dari suatu struktur atau organisasi memerlukan pengorganisasian dan pengelolaan (manajemen) agar dapat lebih efektif. Struktur dan organisasi politik memerlukan hubungan yang harmonis dengan masyarakat baik kedalam (internal public) maupun keluar (eksternal public). Didalam pelaksanaan kampanye komunikasi politik biasanya dibangun sebuah infrastruktur dan organisasi yang terencana. Sebagaimana yang diketahui dalam komunikasi politik terdapat beragam kategori individu beserta jenis-jenis tugas yang harus ditangani demi tercapainya kesuksesan sebuah kampanye politik. Hal ini dijalani mengikut prosedur aktifitas pemasaran politik seperti mendisain dan mengetuai setiap bagian dari kampanye, merencanakan dan


(38)

mengorganisasikan konsep kampanye politik, memantau proses keuangan, mengkoordinasikan serta melihat dari atas ke bawah atau dengan kata lain seorang politikus dengan timnya. Organisasi kampanye bisa diibaratkan sebagai sebuah perusahaan kecil (perusahaan privat) yang dikelola oleh kekuatan tim, alokasi keuangan untuk mendukung keberhasilan dalam mengorganisasikan sebuah kampanye.

Didalam struktur dan organisasi kampanye diperlukan 3 (tiga) elemen utama yang diperlukan untuk mendukung berjalannya sebuah kampanye politik yaitu:

1. Merencanakan kampanye

Dalam merencanakan kampanye terdapat 2 (dua) posisi penting yaitu manager kampanye dan kordinator lapangan. Keduanya memiliki tugas untuk menjalankan organisasi kampanye, mampu berdiskusi secara baik, dan menjadi pemimpin. Tugas ini dianggap tidak mudah karena keduanya harus bekerja tanpa jaringan pengamanan yang kurang lebih menekankan pada kemampuan berbicara. Seorang penasehat langsung didalam sebuah tim kampanye dikenal dengan nama “cabinet” yang bertugas mempengaruhi keputusan politik komunikasi (orang yang paling dekat dengan penasehat).

Untuk menjadi seorang manager kampanye harus mempunyai tanggungjawab dan tentu saja menjadi orang yang dapat dipercayai. Manager kampanye harus mampu bekerjasama dengan kandidat. Manager kampanye ditugaskan menolong setiap anggota organisasi kampanye, dan menyelesaikan semua permasalahan mereka dengan kata lain manager kampanye adalah orang yang menentukan pengelolaan atau manajemen organisasi untuk mensukseskan sebuah kampanye politik. Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa seorang politisi harus berhati-hati dalam memilih seorang manager kampanye karena nantinya mereka harus bekerjasama dalam keseluruhan aspek dan bidang yang bekerja di dalam kampanye politik tersebut.


(39)

Selain manager kampanye, kordinator lapangan juga mempunyai tugas yang sangat penting. Tidak seperti manager kampanye, koordinator lapangan tidak mempunyai akses langsung kepada politikus tetapi dia mempunyai hubungan yang dekat dengan manager kampanye seperti memperlihatkan perkembangan kampanye, dan memfollow-up keputusan. Kordinator lapangan ini adalah orang-orang yang dipilih oleh manager kampanye.

Terdapat 2 (dua) jenis manajemen dalam struktur organisasi kampanye yaitu jenis Horizontal dan jenis Vertikal seperti yang dijelaskan oleh bagan dibawah ini

1. Bagan jenis organisasi kampanye Horizontal

KANDIDAT

MANAGER KAMPANYE

TIM PERENCANAAN KAMPANYE

TEKNIKAL TIM

KORDINATOR LAPANGAN

AGEN DAN KONSULTAN LUAR

AKTIVIS REGULER

AKTIVIS RELAWAN

GOLONGAN PROFESIONAL YANG DIBAYAR


(40)

2. Bagan jenis organisasi kampanye Vertikal

2. Masalah keuangan

Terdapat dua aktifitas utama yang mempengaruhi proses kampanye politik yaitu pembiayaan/penggalangan dana (fundraising) dan manajemen keuangan (financial management).

Walaupun masih relatif baru, demokrasi Indonesia terus berkembang dan memberikan sebudh harapan besar dalam kehidupan bernegara yang semakin demokratis, adil, dan sejahtera. Namun yang dihadapi dalam kehidupan politik dan demokrasi di Indonesia terdapat masalah yang berakar dari lemahnya sistem pendanaan bagi kegiatan politik. Maka tidak heran bila dunia pilitik di Indonesia akhir-akhir ini diwarnai dengan masalah politik uang, korupsi untuk tujuan politik dan penguasaan panggung politik oleh pihak-pihak yang memiliki banyak uang. Seperti di Amerika Serikat pada kampanye pemilihan presiden

KANDIDAT MANAGER KAMPANYE POLLING DIREKTUR PLAKAT DIREKTUR

BENDAHARA Dll..

TIM PERENCANA TIM PERENCANA TIM PERENCANA Dll.. TIM TEKNIKAL TIM TEKNIKAL TIM TEKNIKAL Dll..

KONSULTAN DAN LEMBAGA LUAR

MEMPEKERJAKAN KARYAWAN

KORDINATOR LAPANGAN

AKTIVIS RELAWAN

Dll…


(41)

Barrack Obama tahun 2012, partai demokrat tidak saja menang dalam suara, namun juga menang dalam penggalangan dana.

Masalah keuangan kampanye adalah aktifitas yang mengacu pada penggalangan dana dan pengeluaran kampanye politik pada persaingan dalam pemilu. Seperti yang kita ketahui bahwa sebuah aktifitas kampanye mempunyai pengeluaran yang besar, mulai dari biaya kendaraan untuk kandidat dan lainnya sampai pembelian waktu tayang untuk iklan di televise, radio, dan media-media lain. Oleh karena itu kandidat harus mencurahkan waktu dan usaha dalam mengumpulkan dana untuk menutupi pembiayaan kampanyenya. Menurut pengalaman dunia internasional, biaya, penyumbangan dana kampanye sebuah partai politik dapat berjalan dengan efektif apabila dirancang dengan baik dan didukung oleh sangsi yang efektif dan disertai oleh difusi paralel yang sesuai dengan etika dan norma.21

Pembiayaan dan keuangan kampanye politik merupakan satu faktor utama didalam masalah keuangan sebuah struktur dan organisasi kampanye dan dianggap sebagai alat untuk menunjang kesuksesan dan menunjang pencapaian dalam sebuah pemilihan umum nantinya. Dengan dimanajemennya sebuah sistem keuangan didalam sebuah organisasi politik maka diyakini akan lebih mudah untuk mencapai sebuah tujuan organisasi politik tersebut.

Asal usul dana kampanye adalah metode penggalangan dana atau pengumpulan dana yang akan dikeluarkan oleh para kandidat politik dalam pemenuhan atas biaya-biaya atau pengeluaran pada saat kampanye politik dilangsungkan. Oleh karena itu terdapat istilah dalam dunia politik yaitu Pay Us You Go.22 Jadi para kandidat tersebut benar-benar mengusahakan penggalangan dana sesegera mungkin dilakukan bahkan jauh dari hari diumumkannya keikutsertaan para kandidat didalam pemilu yang akan segera berlangsung.

21

World Bank, Anticorruption in Transition: A Contribution to The Policy Debate (World Bank Publication,2000), Hal.42


(42)

Dana awal yang dikumpulkan tersebut akan digunakan untuk memenuhi keperluan yang dibutuhkan. Seperti, penyewaan ruang sekretariat, pemasangan instalasi telepon, pemasangan iklan, dan sebagainya. Karena harus diakui kualitas dari strategi kampanye tergantung pada dana awal yang tersedia.

Sumber utama dana awal kampanye politik pada umumnya berasal dari para partisipan partai politik, ketika seorang kandidat menyatakan keikutsertaan dirinya dalam tarung politik dalam pemilihan umum maka kandidat tersebut akan meminta dukungan financial dari partai poltitk yang mengusung namanya. Dan juga partai politik pendukung tersebut akan membuka akses yang tertuju pada partai politik koalisi dan organisasi-organisasi yang dianggap memiliki massa untuk mendukung calon kandidat tersebut. Dengan demikian besar peluang untul mendapatkan pendanaan.23

3. Staf Kampanye

Terdapat dua peran utama didalam kampanye komunikasi politik yaitu manejer kampanye dan kordinator lapangan. Kedua individu ini mempunyai tanggungjawab yang besar dalam merekrut orang-orang dan sukarelawan (volunteer). Tidak ada kampanye yang dapat dijalankan tanpa adanya peran yang maksimal dari keduanya, karena manejer kampanye dan kordinator lapangan bekerja secara professional dimana mereka harus melakukan aktifitas berupa penawaran fasilitas politik kepada masyarakat demi tercapainya simpati yang diperoleh dari masyarakat tersebut.

Untuk mengisi posisi staf kampanye dapat dilakukan secara objektif (memilih orang-orang yang berkompeten untuk mengisi posisi untuk tugas-tugas khusus dalam sebuah

23

Hrebenar, Ronald J, Matthew Burbank, Robert C Bennedict, Political Parties, Interest Groups, and Political campaign (Wastview Press,1999), Hal.322


(43)

kampanye) ataupun secara subjektif (orang-orang yang mempunyai hubungan khusus atau kedekatan yang direkomendasikan oleh para politikus).

Didalam susunan/hirarki staf kampanye ini diisi oleh orang-orang yang ditugaskan untuk memantau berita dan informasi selama kampanye berjalan, untuk membuat sebuah konsep kampanye yang bekelanjutan, dan untuk menciptakan serta mengkordinasikan hubungan yang harmonis dan menguntungkan dengan media massa. Orang-orang yang menjalankan tugas-tugas ini disebut dengan public relations. Public relations melaksanakan promosi melalui media massa untuk menjangkau segmen khalayak pada umumnya diwujudkan dalam bentuk iklan atau advertising yang selanjutnya menjadi sumber dana yang “menghidupkan” bagi media massa. Hubungan iklan dan media merupakan hubungan yang fungsional dan saling membutuhkan serta saling menguntungkan. Produk komersial membutuhkan media massa sebagai media promosi dan media massa membutuhkan biaya untuk mempertahankan eksistensi dan kesejahteraan pengelolaannya. Periklanan merupakan salah satu pekerjaan dari public relations disebuah perusahaan atau sebuah organisasi. Iklan disediakan didalam media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (televisi dan radio) yang digunakan dengan tujuan untuk menjelaskan dan meyakinkan public melalui cara yang komersial.

Iklan bukan hanya sekedar bentuk komunikasi namun yang terpenting adalah muatan konsep komunikasi yang terkandung didalamnya terutama konsep tersebut mampu mewakili maksud produsen untuk mempublikasikan produknya sehingga konsep tersebut dapat dipahami khalayak sebagaimana yang dimaksud dengan pencipta iklan.24


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian

Pendekatan penelitian deskriptif kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry

(inkuiri ilmiah) dimana semua data kualitatif mempunyai karakteristik tersendiri. Data kualitatif berada secara tersirat dalam sumber datanya yang diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan atau gambar. Penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mengumpulkan informasi secara actual dan terperinci, mengidentifikasi masalah, dan membuat evaluasi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan data analisa mengenai Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar 2010 secara lebih mendalam berdasarkan teori-teori terpilih yang akan digunakan.

Adapun metode penelitian deskriptif kualitatif merupakan cara memberi ulasan, merumuskan dan menafsirkan strategi komunikasi politik yang digunakan pasangan calon sebagai cara untuk meraih simpati, minat, kepercayaan, dan suara dari masyarakat yang akan menjadi modal untuk memenangkan pemilihan umum tersebut sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas.

Metode penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan mendeskripsikan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaaan dengan masalah yang diteliti.


(45)

Adapun ciri-ciri pokok metode analisis deskriptif kualitsatif adalah:

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang aktual.

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya.

III.2 Objek Penelitian

Kampanye politik merupakan kegiatan komunikasi politik yang paling semarak dan melibatkan banyak orang. Kegiatan ini dilakukan menjelang pemilihan, terutama pemilihan anggota legislatif (parlemen) yang sering disebut dengan pemilihan umum (pemilu) serta pemilihan jabatan jabatan politik terutama pemilihan presiden, gubernur, bupati, dan walikota.

Kampanye politik adalah bentuk aplikasi komunikasi politik yang dilakukan oleh seseorang, sekelompok orang, atau organisasi politik untuk membentuk dan membina citra dan opini public yang positif agar terpilih dalam suatu pemilihan (pemilu, pemilukada, dan pilpres)25. Didalam kampanye politik selalu terjadi kompetisi antar kandidat atau antara partai politik. Berdasarkan kompetisi itu Arifin26 menyebut empat sasaran kampanye sebagai berikut:

1. Memelihara dan menyegarkan kembali loyalitas para “pengikut setia” satu partai politik atau kandidat agar tetap memilih sesuai dengan kesetiaan itu.

2. Membina dan membangkitkan loyalitas para anggota organisasi sosial agar tetap memilih sesuai dengan komitmen politik organisasi tersebut

25

Anwar Arifin, 2010 Pers dan Dinamika Politik - Analisis Media Komunikasi Politik Indonesia (Jakarta: Yasrif Watampone), hal. 244


(46)

3. Melakukan penggalangan secara intensif kepada rakyat untuk menciptakan pendukung baru.

4. Meyakinkan rakyat atau pemilih bahwa kandidat atau partai politik yang dikampanyekan pantas untuk dipilih dengan member keyakinan tentang keunggulan visi, misi, dan program politik yang diusungnya.

Dalam mencapai keempat sasaran kampanye diatas diperlukan manajemen kampanye yang rapi sehingga dapat dikembangkan sebuah konsep kampanye total. Hal tersebut harus dimulai dengan perumusan gagasan dan tema kampanye yang persuasif, yang kemudian disusun perencanaan, pengorganisasian, penganggaran, pelaksanaan, evaluasi sehingga dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam membangun citra politik dan mempengaruhi, membentuk, membina opini public yang positif. Hal ini terwujud dalam sebuah “tim kampanye” atau “tim pemenangan” yang biasa juga disebut “tim sukses”.

Penyusunan gagasan utama atau tema kampanye harus diserahkan kepada pemikir dan konseptor sedangkan penyebaran gagasan tersebut harus dilaksanakan oleh para komuikator politik yang terdiri dari politikus, professional, aktivis, individu yang memiliki kemampuan sebagai orator, public relations officer.

Dalam penyusunan strategi kampanye kampanye dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: kampanye dialogis, kampanye monologis, dan kampanye organisasi. Kampanye dialogis adalah kampanye tatap muka atau antarpersonal, tanpa media perantara. Seorang kandidat bertemu dan berdialog langsung dengan para calon pemilih, melakukan jabat tangan, bercanda, dan bahkan mungkin melakukan foto bersama. Kampanye dialogis dapat dilakukan didalam satu gedung atau tempat yang luas yang dihadiri oleh puluhan atau ratusan bahkan ribuan orang. Didalam kampanye ini selain melakukan kampanye dengan gaya retorik dilakukan Tanya jawab dengan calon pemilih sehingga tercipta suasana dialogis yang baik.


(47)

Kampanye monologis biasanya disebut dengan kampanye massa yaitu kampanye yang ditujukan kepada m,assa yang dilakukan di lapangan terbuka. Persuasi kepada massa dilakukan menggunakan retorika yaitu menampilkan juru kampanye, melakukan pidato, dan melakukan orasi politik secara bergantian. Kampanye ini berjalan satu arah (monolog) tanpa dialog dan dapat juga berbentuk iklan politik yang banyak mengandung unsure persuasif. Penyampaian pesan politik kepada massa merupakan bentuk strategi kampanye politik yang handal.

Kampanye organisasi pula merupakan kampanye yang mengandalkan dukungan organisasi berupa partai politik, organisasi sosial, dan kelompok penyokong. Semua calon atau kandidat yangingin sukses dalam kampanye politik harus memiliki ketiga elemen organisasi tersebut dan memanfaatkannya untuk memperoleh dukungan. Tanpa adanya organisasi kampanye akan kurang efektif dan kurang efisien. Oleh karena itu para kandidat perlu membentuk dan menjadi pemimpin bermacam-macam organisasi sosial seperti organisasi kemanusiaan, kedaerahan, keagamaan, dan sebagainya.

Suksesnya sebuah kampanye sangat ditentukan oleh kapasitas kandidat/calon dalam menampilkan diri untuk mendemonstrasikan keahliannya sebagai organisator, strategi, dan taktik kampanye sebagai pembuktian diri pada khalayak bahwa dia adalah calon yang pantas untuk dipilih.

III.3 Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mengenai tim kampanye dari Hulman Sitorus,SE dan Drs. Koni Ismail Siregar (HOKI). Dimana tim kampanye HOKI ini diketuai oleh Drs. T.J. Sihombing Nababan.


(1)

memang sangat tepat dihati para masyarakat yang selama ini telah jenuh dengan pemerintahan yang sebelumnya yaitu dengan mengangkat citra pemimpin yang membawa pembaharuan.

Demikian juga halnya dalam menempatkan dan memilih orang-orang yang memang mempunyai loyalitas tinggi akan kemenangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar sebagai walikota dan wakil walikota. Hal ini dilakukan agar semua rencana dan program kerja yang telah terssusun rapi melalui rapat-rapat internal Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar dengan semua jajaran tim pemenangannya tidak ada yang cacat ataupun tidak sempurna dalam pengerjaannya yang dapat berakibat fatal seperti gagal dalam pemilukada. Sudah terbukti dengan kemenangan yang diraih oleh pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar sebagai walikota dan wakil walikota Pematangsiantar. Ini menunjukkan bahwa disamping sosok dari Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar yang memang dikenal rendah hati, semua orang-orang yang terpilih dan ditugaskan untuk memegang peranannya masing-masing didalam proses pemenangan adalah orang-orang yang tepat.

Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar beserta seluruh jajaran tim pemenangannya sangat menyadari bahwa ketika semua saluran dan media komunikasi dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menciptakan sebuah citra positif dan mendongkrak kepopularitasan maka akan dapat meraup simpati dari masyarakat. Misalnya, semakin seringnya masyarakat membaca surat kabar, mendengar radio, menonton televisi, dan mengakses internet yang berisi pemberitaan positif tentang Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar, seperti contohnya kehadiran Hulman Sitorus, SE maupun Drs. Koni Ismail Siregar disetiap acara-acara sosial yang diadakan oleh masyarakat Pematangsiantar dimana hal-hal seperti ini juga disadari oleh Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar adalah salah satu cara yang dapat mengintenskan dan mendekatkan hubungan mereka dengan


(2)

masyarakat yang berimbas pada bertambahnya nilai positif pada diri mereka dimata masyarakat luas dan memudahkan mereka untuk mendapatkan simpati dan suara dari masyarakat untun mendukung dan memilih mereka pada saat pemilihan berlangsung. Serta melihat visi dan misi dari Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar yang terpampang di semua media komunikasi termasuk didalamnya spanduk, baliho, billboard, sticker dan T-shirt yang dibagikan kepada masyarakat.

Demikian juga janji-janji politik yang ditawarkan oleh pasangan ini mampu meyakinkan masyarakat untuk dapat memilih Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar menjadi Walikota Pematangsiantar berikutnya. Kata-kata yang sering disampaikan oleh Hulman Sitorus, SE bila terpilih nantinya adalah “tidak akan mencuri, tidak menyakiti hati rakyat, tidak akan mendustai”. Pesan sederhana ini adalah alat komunikasi andalan mereka. Jargon-jargon yang mereka pakai pun simple dan tidak terlihat muluk-muluk., yakni menuju Siantar Mantap, Maju dan Jaya. Dalam hal ini figure pasangan calon merupakan hal yang paling diperhatikan masyarakat. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasangan calon Walikota/ Wakil walikota yakni Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar berhasil melakukan proses strategi komunikasi politik dengan baik.

Sebagai kesimpulan akhir dari penelitian ini serta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada fokus masalah adalah strategi komunikasi politik yang dilakukan pada masa kampanye berupa pemanfaatan saluran dan media komunikasi yang baik untuk menyampaikan pesan-pesan politik, program-program kerja yang baik, dan pencitraan yang baik pula ternyata dapat mempengaruhi pilihan masyarakat sebagai pertimbangan untuk memilih Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar tahun 2010.


(3)

Selama proses pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti mengalami beberapa hambatan antara lain tidak lengkapnya data arsip berupa foto atau video dokumentasi proses kampanye dari Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar sehingga sedikit menghambat proses penganalisaan data secara mendalam.

V.3. Saran Dalam Kaitan Akademis

Melalui penelitian ini diharapkan kepada para mahasiswa ilmu komunikasi khususnya mahasiswa Fisip USU terus terdorong untuk meneliti khususnya di bidang komunikasi dan politik sebagai sebuah kajian yang bersifat dinamis.

V.4. Saran Dalam Kaitan Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan kedepannya kepada seluruh calon pemimpin daerah khususnya walikota dan wakil walikota agar memperbanyak saluran komunikasi tatap muka secara langsung dengan masyarakat. Karena dengan demikian dipercaya akan berhasil memenangkan hati masyarakat untuk bersedia memberikan suaranya ketika Pemilihan Umum berlangsung. Demikian juga kepada jajaran Tim Pemenangan calon agar menyimpan baik semua arsip yang dibutuhkan pada saat masa kampanye berlangsung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almond, Gabriel and Poweell, G. Bingham. Comparative Politics: A Developmental Approach. New Delhi:Oxford and IBH Publishing Commpany,1976.

Ardial, Komunikasi Politik. Jakarta:PT INDEKS,2009.

Arifin, Anwar. Komunikasi Politik. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Arifin, Anwar. Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi Komunikasi Indonesia. Jakarta:Graha Ilmu, 2011.

Arifin, Anwar. Pers dan Dinamika Politik - Analisis Media Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Yasrif Watampone, 2010.

Baines, P.R. Exploring The Positioning Process in Political Campaining, Jurnal of Communication Management, Vol.3 No.3, 1999.

Belch, G.E dan Belch, M.A. Advertising and Promotion an Integrated Marketing Communication Perspective. Boston:McGraw Hill-Irwin,2004.

Budianto, Heri. Media dan Komunikasi Politik pengantar Prof. Dr. Anwar Arifin. Jakarta: Aspikom, 2011.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Pranada Media Grup, 2008.

Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Castells, Manuel The Rise Of The Network Society, Oxford:Blackwell, 2001.

Fill, C. Marketing Communication Context and Strategies. Herthfordshire:Prentice Hall, 1999.

Firmanzah, Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Gibson, R.K, Rommele, A & Ward, S.J. Electronic Democracy:Mobilization,Organization and Partisipation via New ICTs. Roulegde:London,2004.


(5)

Harry, Susanto Eko. Komunikasi Manusia;Esensi dan Aplikasi dalam Dinamika Sosial Ekonomi Politik. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010.

Held, David. Demokrasi dan Tatanan Global dari Negara Modern Hingga pemerintahan Kosmopolitan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hrebenar, Ronald J, Matthew Burbank, Robert C Bennedict, Political Parties, Interest Groups, and Political campaign. Wastview Press,1999.

Koirudin, KIlas Balik Pemilihan Presiden 2004. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004. M, Harrop. Political Marketing. Parliamentary Affairs, vol.43, 1990.

Maarek, P.J. Political Marketing and Communication. London: John Libbey & Co, 1995. McLuhan, Marshal. Understanding Media: The Extention Of Man. New York:Signet Book/McGraw Hill,1964.

McNair, B, Hibbered, M & Schlesinger, Mediated Access:Broadcasting and Democratic Participatio. University of Luton Press, 2003.

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Edisi kedua (terjemahan). Jakarta:Erlangga,1991.

Meadow,G Robert. Politics as Communication. Noowod, NJ:ABLEX Publishing Company, 1980.

Nursal, Adman. Political Marketing:Strategi Memenangkan Pemilu:Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD,Presiden. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2004. Pawito, Komunikasi Politik:Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Jogjakarta: Jalasutra,2009.

Rahman,Arif. Sistem Politik Indonesia Dalam Persfektif Struktural Fungsional. Surabaya: SIC, 2002.

Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Politik Pesan dan Media. Malang:2001.

Rochajat, Harun dan Sumarno. Komunikasi Politik Sebagai Pengantar. Bandung: Mandar Maju, 2006.

Subiakto, Henry dan Rachmah Ida. Komunikasi Politik Media & Demokrasi. Kencana Prenada Media Group:Jakarta, 2012.

Street, J. Mass Media,Pilitic and Democracy. Palgrave:New York,2001. The Guardian. 18 August 1998, Labour Party 2995 cited in Street,2001.


(6)

Tumenggung, M. Adeline. Laba-Laba Media;Hidup Dalam Galaksi Media. Jakarta:LSPP,2005.

Venus, Antar. Manajemen Kampanye, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

World Bank, Anticorruption in Transition: A Contribution to The Policy Debate. World Bank Publication,2000.

Zain Abdullah, Muhammad. Strategi Komunikasi Politik dan Penerapannya Pada Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Indonesia Menuju Pemilu Yang Berkualitas dalam Mengintip Komunikasi Politik Dalam Pilkada dalam jurnal Observasi Kajian Komunikasi dan Informatika, BP2i, ISSN 1412-5900 | Vol. 6, No. 1, Th, 2008.

WAWANCARA

Bapak Drs. J. Sihombing, Pematangsiantar 11 Februari 2013

SURAT KABAR

Arsip Harian Sumut Pos, KPK Selidiki Kasus Ruislag SMAN 4 Pematangsiantar, 31 Juli 2009, www.hariansumutpos.com.

Arsip Tribun Jambi, Mantan Walikota Pematangsiantar Dvoinis 8 Tahun, Rabu 7 Maret 2012, home / sumatera, www.jambi.tribunnews.com.

“Partisan Payback Over „Pay Us You Go‟”(html). The Washington Post. 2 August 2007 UNDANG-UNDANG

Undang-Undang No 12 tahun 2008.

WEBSITE

http://www.kpu.go.id