1.5 Manfaat Penelitian - Formulasi dan Efektivitas Sebagai Anti-Aging dari Masker Wajah yang Mengandung Minyak Almond (Prunus amygdalus dulcis)

  adalah: a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.

  b. Perbedaan konsentrasi minyak almond dalam sediaan masker wajah mempengaruhi efektivitas anti-aging.

  c. Penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak almond menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.

  1.4 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah:

  a. Untuk mengetahui apakah minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.

  b. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap efektivitas anti-aging .

  c. Untuk mengetahui peningkatan kondisi kulit selama empat minggu perawatan menggunakan sediaan masker mengandung minyak almond.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula masker wajah yang memiliki efek sebagai anti-agingdari minyak almond sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam sediaan kosmetika.

2.1 Kulit

  Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus otot- otot dan organ dalam tubuh. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf dan kelenjar (Anderson, 1996).

  Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. Warna kulit bermacam-macam, misalnya warna terang (fair skin), kuning, sawo matang dan hitam, merah muda pada telapak kaki dan tangan. Demikian pula kelembutan kulit dan ketebalan kulit yang bervariasi. Kulit yang elastis dan longgar terdapat pada kelopak mata dan bibir(Wasitaatmadja, 1997).

2.1.1 Fungsi biologis kulit

  Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Proteksi Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar.

  b. Thermoregulasi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pada saat temperatur menurun terjadi vasokontriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas.

  c. Persepsi sensoris Kulit merupakan indera melindungi tubuh terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu, dan nyeri melalui beberapa reseptor tekanan, reseptor raba, reseptor suhu dan reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri.

  d. Absorbsi Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Material yang mudah larut dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yang larut dalam air.

  e. Fungsi lain Kulit dapat menggambarkan status emosional seseorang dengan memerah, memucat maupun kontraksi otot penegak rambut (Latifah dan Tranggono, 2007)

2.1.2 Struktur kulit

  Menurut Anderson (1996), Lapisan epidermis merupakan bagian terluar dari kulit. Epidermis dibagi menjadi beberapa lapisan utama yaitu:

1. Stratum korneum atau lapisan tanduk

  sel mati berkreatin berbentuk datar dan tersusun berlapis-lapis. Stratum korneum merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering dan bersisik.

  2. Stratum lusidum atau malfigi Stratum lusidum merupakan asal sel-sel permukaan bertanduk setelah mengalami proses diferensiasi. Stratum lusidum terdapat dibawah lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, dapat dilihat jelas pada telapak kaki dan tangan.

  3. Stratum granulosum Stratum granulosum mempunyai fungsi penting yaitu menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Stratum granulosum mengandung sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.

  4. Stratum spinosum Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal.

  Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin.

  5. Stratum germinativum atau lapisan basal Lapisan sel basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan membentuk lapisan baru yang menyusun epidermis. Melanosit yang membentuk melaninuntuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan basal sepanjang stratum germinativum. Lapisan basal ini tersusun secara vertikal dan membentuk seperti pagar (Anderson, 1996). tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin dan retikulin. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh (Anderson, 1996).

  Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi (Anderson, 1996). Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan lemak yang berlebih. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2 Sinar Ultraviolet (UV)

  Menurut Satiadarma (1986), sinar ultraviolet merupakan sebagian kecil dari spektrum sinar matahari. Namun sinar ini yang paling berbahaya bagi kulit karena reaksi-reaksi yang ditimbulkannya berpengaruh buruk terhadap kulit manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti eritema, pigmentasi dan fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan keganasan kulit.

  Sinar ultravioletdibutuhkan tubuh untuk mensintesa vitamin D, akan tetapi, sinar ultraviolet yang terlalu banyak akan merusak molekul dan sel-sel tubuh. Kerusakan ini akan menyebabkan perubahan tetap yang berupa penebalan epidermis, stratum korneum, dan peningkatan melanosit. Efek jangka panjangnya kerusakan-kerusakan yang telah terakumulasi (Parrish, 1983).

  Jumlah sinar ultraviolet yang diterima sangatlah berbeda pada masing- masing individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah permukaan kulit tubuh, aktivitas di dalam selserta area yang tersinar (Mitsui, 1997).

  Menurut Parrish (1983), berdasarkan panjang gelombangnya, sinar

  ultraviolet terbagi menjadi tiga, yaitu: a.

  UV-A (320-400 nm) Sinar UV-A merupakan sinar yang paling banyak mencapai bumi yaitu 100 kali dibandingkan sinar UV-B namun kekuatannya lebih lemah yaitu 1:1000 UV-B. Sinar ini mampu masuk ke dalam dermis dan menyebabkan kerusakan jaringan dermis sehingga proses penuaan dapat dipercepat, menyebabkan reaksi fotosensitivitas dan bersama dengan sinar UV-B berperan dalam proses keganasan kulit.

  b.

  UV-B (290-320 nm) Sinar UV-B merupakan sinar terkuat yang mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada pada bagian epidermis. Efek yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar, kelainan pra-kanker serta keganasan kulit. Jumlah sinar UV-B yang masuk ke bumi tidak konstan karena tergantung musim dan cuaca. Lapisan ozon mampu mengabsorpsi 90% sinar UV-B.

  c.

  UV-C (200-290 nm) ozon sehingga tidak mencapai permukaan bumi. Namun dengan adanya kebocoran lapisan ozon, sinar UV-C dikhawatirkan dapat mencapai bumi dan membahayakan lingkungan. Pembentukan radikal bebas intrasel yang reaktif akan mempercepat proses kerusakan dan penuaan kulit.

  Sumber :http://www.dermatology.ucsf.edu/skincancer/General/prevention/UV_Radiation.aspx Gambar 2.1 Penetrasi sinar ultravioletke lapisan kulit.

2.3 Perubahan Kulit Akibat Sinar Ultraviolet

  Sinar UVA merupakan sinar yang paling banyak menembus atmosfer bumi. Efek akut akibat paparan sinar ini adalah eritema, udema, pigmen yang cepat maupun tertunda pembentukannya, neomelanogenesis, akantosis, dan penebalan dermal. Efek-efek tersebut dapat timbul setelah 8 hingga 24 jam pemaparan (Norman, 2010).

  Sesaat setelah terpapar sinar UV, kulit akan menjadi gelap dan hal ini merupakan hasil oksidasi dari pigmen pre-melanin. Pigmen yang menjadi gelap dimana terjadi polimerisasi dari prekursor melanogenik yang tidak berwarna menjadi pigmen coklat kehitaman yang ireversibel (Fitzpatrick, dkk., 1983).

  Tanda-tanda perubahan kronis yang biasanya terlihat adalah kulit berwarna gelap, tekstur kulit kasar, terbentuk kerutan, karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa. Perubahan kronis akibat sinar UV umumnya dialami oleh para nelayan, petani dan orang-orang yang selalu menerima sinar matahari secara langsung. Pangkal leher yang terus menerus terkena sinar UV akan menimbulkan kerutan berbentuk menyilang. Apabila kondisi ini tidak berhenti dan memburuk, maka akan mengakibatkan kanker kulit. Oleh karena perubahan ini berbeda dengan penuaan secara alami, maka ini disebut dengan photoaging atau dermatoheliosis. Wajah adalah bagian tubuh yang paling rentan terhadap perubahan ini dikarenakan selalu terpapar sinar matahari sepanjang tahun (Alam, dkk., 2009).

2.4 Penuaan Dini

  Menua merupakan suatu proses hilangnya kemampuan jaringan lunak untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya secara perlahan-lahan. Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya. Tanda-tanda penuaan dini yang paling nyata adalah adanya perubahan seperti kerutan, munculnya bercak hitam, tekstur kulit yang tampak kasar, pori kulit yang semakin membesar dan kulit tampak berkeriput, berkerut dan kendur (Bogadenta, 2012). Bagian kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging Lapisan epidermis Tebal Tipis Sel-sel epidermis (keratinosit)

  matahari)adalah berbeda struktur internalnya dibandingkan dengan kulit yang terkena sinar matahari pada orang yang sama (Kligman, 1986).

2.4.1 Perubahan internal

  Tingkat perubahan pada penuaan kulit yang timbul berbeda-beda untuk setiap individu. Pada photoaging, faktor-faktor yang turut mempengaruhi adalah gaya hidup, frekuensi terkena sinar matahari dan durasi pemaparan, jenis sediaan perawatan kulit wajah. Sedangkan pada intrinsic aging, yang mempengaruhiadalah faktor genetik dan usia(Kligman, 1986). Perubahan karakteristik dalam photoaging and intrinsic agingyang timbul pada epidermis dan dermis dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan 2.2.

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi pada epidermis

  • Sel-sel tidak seragam
  • Sel-sel seragam
  • Sel-selterdistribusi tidak merata
  • Sel-sel terdistribusi secara merata
  • Pembesaran berkala
  • Pembesaran mendadak
  • Lapisan sel normal
  • Ukuran dan bentuk korneosit seragam

  Stratum korneum • Peningkatan lapisan sel

  • Ukuran serta bentuk korneosit bervariasi
  • Pengurangan jumlah sel
  • Sel-sel bervariasi
  • Sel-sel seragam
  • Peningkatan produksi melanosom
  • Penurunan produksi melanosom

  Melanosit • Peningkatan jumlah sel

  Sel-sel Langerhans • Pengurangan sel dalam jumlah yang besar

  • Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil
  • Sel-sel bervariasi
  • Sel-sel seragam (Mitsui, 1997).
Bagian kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging Jaringan elastis • •

  Meningkat secara Meningkat tetapi drastis masih dalam keadaan

  • normal

  Berubah menjadi massa yang tidak berbentuk

  • jaringan ikat menurun beraturan, jaringan jumlahnya ikat menebal
  • Kolagen Serat kolagen dan Serat kolagen tidak

  Pembuluh kapiler • • Abnormal Normal (Mitsui, 1997).

2.4.2 Perubahan eksternal

  Selain perubahan yang tidak langsung tampak terdapat beberapa perubahan yang jelas pada permukaan kulit (perubahan eksternal) yang meliputi:

1. Kerutan

  Kerutan dapat timbul pada seluruh bagian tubuh seperti pada wajah, terutama pada bagian dahi, area di sekitar mata serta mulut, dan dapat juga timbul pada bagian leher, siku, ketiak, tangan serta kaki. Kerutan akan mulai timbul pada usia 30 tahun ke atas danakan semakin dalam dan lebar dengan terjadinya penuaan. Kerutan yang timbul dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok yaitu: a.

  Kerutan linear (berupa garis-garis lurus yang umumnya timbul di area sekitar mata).

  b.

  Kerutanglyphic(saling menyilang membentuk suatu segitiga ataupun persegi yang umumnya timbul di area pipi dan leher).

  c.

  Kerutan umum (kerutan halus yang umumnya timbul pada kulit orang tua dan bukan akibat pemaparan terhadap sinar matahari) (Barel, dkk., 2009).

  Kerutan tipe 1 dan 2 merupakan kerutan yang timbul akibat proses

  photoaging dan kerutan tipe 3 merupakan akibat intrinsic aging. Pembentukan merupakan penyumbang terbesar untuk pembentukan kerutan. Timbulnya kerutan merupakan hasil dari menurunnya kekuatan dan elastisitas kulit yang disebabkan oleh berkurangnya kandungan air dan penebalan stratum korneum, epidermis yang membesar dan perubahan jumlah dan kualitas dari kolagen dermis serta serat elastis kolagen, perubahan struktur tiga dimensi dari dermis dan perubahan lain akibat faktor ekternal dan internal (Barel, dkk., 2009).

  2. Lipatan Lipatan pada kulit umumnya mulai timbul ketika usia sekitar 40 tahun.

  Area yang paling sering terjadi lipatan adalah pada dagu, kelopak mata, pipi, bagian samping perut. Penyebab dari lipatan ini juga sama dengan penyebab timbulnya kerutan yaitu adanya penurunan elastisitas dari dermis dan penurunan kerja dari jaringan adiposa subkutan. Pengurangan kekuatan dari otot-otot yang menopang kulit juga menyebabkan terjadinya kerutan dan lipatan (Barel, dkk., 2009).

  3. Pigmentasi dan perubahan warna kulit Terbentuknya pigmen pada kulit umumnya meningkat seiring dengan bertambahnya umur . Secara visual, perubahan warna kulit yang menua adalah cenderung berubah dari kemerahan hingga kekuningan. Akibat perubahan ini, warna kulit akan menjadi semakin gelap. Perubahan ini dikaitkan hubungannya dengan pengurangan ketransparanan akibat meningkatnya pigmentasi, pengurangan sekresi sebum dan penebalan serta penurunan kadar air pada lapisan stratum korneum kulit (Barel, dkk., 2009).

  Konfigurasi permukaan kulit Dengan terjadinya proses penuaan, permukaan kulit akan berubah secara visual maupun dari dalam. Perubahan disebabkan oleh karena sebagian sel-sel telah lambat bekerja. Kulit akan membentuk garis-garis yang halus, yang kemudian akan menjadi lengkungan dan menyambung terus menerus dan pada akhirnya bertambah dalam. Garis-garis dalam tersebut akan timbul ke sembarang arah secara tidak beraturan dan menyebabkan terjadinya pembesaran pori-pori kulit (Barel, dkk., 2009).

2.5 Anti-aging

  Anti-aging atau anti penuaan adalah cara untuk memperlambat penuaan

  terjadi. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya kerutan, kelembutan kulitberkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap. Kerutan yang timbul dapat diartikan secara sederhana sebagai penyebab menurunnya jumlah kolagen dermis. Kolagen adalah zat pengisi kulit yang membuat kulit menjadi kencang. Seiring bertambahnya usia, produksi kolagen semakin berkurang dan mengakibatkan kulit menjadi kering dan berkerut. Selain dengan sediaan kosmetikaanti-aging, kolagen dapat dipacu produksinya dengan olahraga dan nutrisi yang baik (Sulastomo, 2013).

2.5.1 Peran antioksidan dalam masker wajah

  Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh mengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah pembentukan radikal bebas dan peroksidasi lipid maupun memperbaiki kerusakan yang terjadi, nonenzimatik. Deny, dkk. (2006) menyebutkan antioksidan terdiri dari: 1.

  Antioksidan enzimatik (endogen) − Dismutase superoksida − Glutation peroksidase − Ubiquinol − Melatonin dan histidin − Asam urat dan laktoferin 2. Antioksidan non enzimatik (eksogen)

  − Mikronutrien seperti vitamin E, C, dan beta karoten − Obat-obatan dan senyawa sintetik

2.5.2 Vitamin E sebagai antioksidan

  Vitamin E berperan sebagai antioksidan untuk melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas. Bentuk vitamin E yang dijumpai pada kosmetik adalah jenis tokoferol dan tokotrienol (Ditjen POM, 1995).

  Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid. Radikal peroksil bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan asam lemak tidak jenuh, dan membentuk radikal tokoferoksil. Selanjutnya radikal tokoferoksil berintraksi dengan antioksidan yang lain seperti vitamin C yang akan membentuk kembali tokoferol (Ardhie, 2001). Penggunaan vitamin E secara topikal akan meningkatkan level vitamin E pada epidermis sebesar 62 kali lipat dan 22 kali lipat pada dermis. Sifat lipofilik dari vitamin E menyebabkannya mudah diaplikasikan dan mudah diserap oleh kulit (Deny, dkk., 2006).

  Minyak almond (sweet almond oil) diperoleh dari kernel yang telah dikeringkan dari tumbuhannya. Minyak almond digunakan dalam dunia pemijatan tradisional karena kemampuannya melubrikasi kulit selama pemijatan sehingga minyak almond dianggap sebagai salah satu emolien yang efektif. Minyak almond memiliki kandungan vitamin E yang tinggi yaitu 39,2 mg dalam 100 g almond. Minyak almond mengandung asam lemak penting dimana dibutuhkan karena tidak dapat disintesis tubuh. Minyak almond kaya akan beta-zoozteril, squalene dan alfa tokoferol, semua ini merupakan konstituen penting untuk kulit yang sehat. Almond kaya akan asam lemak penting, karbohidrat dan protein dan mengandung vitamin dan mineral yang tinggi (Zeeshan, 2009)

  Minyak almond bersifat tidak meracuni, tidak mengiritasi, larut dalam air dan merupakan pengemulsi yang baik, dimana memiliki kemampuan sebagai berikut :

  • Memiliki sifat pelumas yang kering meskipun diaplikasikan dalam jumlah banyak dibandingkan dengan minyak mineral.
  • Pelarut yang unggul pada bahan baku lipofilik terutama untuk sediaan tabir surya.
  • Stabil terhadap hidrolisis di pH 2-12 (Zeeshan, 2009).

  Nutrisi penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit yang dimiliki almond antara lain vitamin E, vitamin C, omega 6, omega 9 dan seng. Minyak almond mampu melembabkan kulit dan memperlambat tanda-tanda penuaan dini. (Noormindhawati, 2013).

  Perawatan kulit dibagi menjadi perawatan dari dalam dan dari luar. Perawatan dari dalam meliputi pengonsumsian jamu dan ramuan tradisional serta perawatan dari luar meliputi facial, body scrubbing, skin moisturizing, body

  massage , spa dan lulur (Noormindhawati, 2013).

  Perawatan wajah yaitu facial meliputi face cleansing, exfoliation, steam, mask dan moisturizing. Setelah melakukan kompres hangat (steaming) perawatan wajah dilanjutkan dengan menggunakan masker (Noormindhawati, 2013).

  Masker dioleskan ke wajah dalam keadaan basah, dan akan mengering dengan sendirinya. Ia bisa menyerap debu yang terdapat pada wajah karenanya dianggap membersihkan wajah (Haynes,1994). Manfaat masker :

  • Menutrisi kulit wajah.
  • Mencerahkan, menyegarkan dan mencerahkan kulit wajah.
  • Mengangkat sel kulit mati.
  • Meremajakan dan menghambat penuaan dini.

  Cara penggunaan masker meliputi:

  • Pastikan wajah dalam keadaan bersih dan kering.
  • Pengolesan masker dilakukan merata pada permukaan kulit wajah dan dihindari area mata, mulut dan hidung.
  • Diamkan hingga masker mengering.
  • Masker dibersihkan dengan handuk lembut yang telah dicelupkan dalam air hangat.
  • Wajah lalu dibilas menggunakan handuk yang telah dicelupkan dalam air dingin untuk meringkas pori-pori.

  • Dikeringkan menggunakan handuk yang bersih (Noormindhawati, 2013).

  Lama perawatan menggunakan masker ditentukan dengan lamanya sediaan masker mengering. Formula masker yang dibuat harus memenuhi syarat dimana sediaan berupa sediaan pasta yang halus, mudah dicuci, memberikan efek menarik kulit wajah dan tidak beracun (Harry, 2000).

2.7 Skin Analyzer

  Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

  Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

  mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

  Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer , yaitu:

  Moisture (kadar air) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

  checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit.

  Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

  2. Sebum (kadar minyak) Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.

  3. Evenness (kehalusan) Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal).

  Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

  4. Pore (pori) Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori- pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis keluar pada layar komputer.

  Spot (noda) Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

6. Wrinkle (kerutan)

  Pengukuran kerutan dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol

  capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan

  kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah kerutan yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman kerutan juga dapat terdeteksi dengan alat skin analyzer.

2.6.2 Parameter pengukuran

  Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Ketika hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil pengukuran keluar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh personalia yang memeriksa ataupun pasien. Parameter hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 2.3. Pengukuran Parameter

  Moisture

  (Kadar air) (%) Dehidrasi Normal Hidrasi

  0-29 30-50 51-100

  Evenness

  (Kehalusan) Halus Normal Kasar

  0-31 32-51 52-100

  Pore

  (Pori) Kecil Beberapa besar Sangat besar

  0-19 20-39 40-100

  Spot

  (Noda) Sedikit Beberapa noda Banyak noda

  0-19 20-39 40-100

  Wrinkle

  (Kerutan) Tidak berkerut Berkerut Berkerut parah

  0-19 20-52 53-100 (Aramo, 2012).