Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Waralaba Outlet Minuman Kopi di Indonesia

JITEKH, Vol 6, No 2, Tahun 2017, 58-66

ISSN 2338-5677(Media Cetak)
ISSN 2549-6646 (Media Online)

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Waralaba Outlet Minuman Kopi
di Indonesia
Yanty Faradillah Siahaan
Sistem Informasi, STT. Harapan Medan
suksesgroup57@yahoo.com
Abstract
The current franchise of Food and Beverages (F & B) franchises is Semerbak Coffee franchise, Javapuccino
Coffee, KopiMU Sidikalang This research makes the decision support system of franchise coffee outlet selection
suitable for online franchisee with AHP method. Online applications are created using the PHP programming
language, and have been uploaded publicly with the address www.waralabakopi.com. Uploaded apps have been
tested by 97 respondents who have become partners of 3 coffee franchises, and 10 prospective partners. Using 4
criteria are: Franchise membership fee, Operational cost, Size of franchise business, Reputation of franchise
business. Using 3 options: Semerbak Coffee, Javapuccino Coffee, KopiMU Sidikalang. The advantages of this
application can be done additional criteria and options, as well as additions to the question (questionnaire).
Keywords : Decision Support system,AHP, coffee franchise
Abstrak

Waralaba Food and Beverages (F & B) yang sedang tren saat ini adalah waralaba Semerbak Coffee,
Javapuccino Coffee, KopiMU Sidikalang Penelitian ini membuat sistem pendukung keputusan pemilihan
waralaba outlet minuman kopi yang cocok bagi franchisee secara online dengan metode AHP. Aplikasi online
dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, dan telah diunggah secara public dengan alamat
www.waralabakopi.com. Aplikasi yang sudah diunggah telah diuji oleh 97 orang responden yang sudah menjadi
mitra dari 3 waralaba kopi, dan 10 orang responden calon mitra. Menggunakan 4 kriteria yaitu: Biaya
keanggotaan waralaba, Biaya usaha operasional, Ukuran usaha waralaba, Reputasi usaha waralaba.
Menggunakan 3 opsi yaitu: Semerbak Coffee, Javapuccino Coffee, KopiMU Sidikalang. Kelebihan dari aplikasi
ini bisa dilakukan penambahan kriteria dan opsi, serta penambahan pada pertanyaan (kuesioner).
Kata kunci: sistem pendukung keputusan, AHP, pemilihan waralaba kopi
1. Pendahuluan
Banyak cara untuk berbisnis, antara lain
waralaba yang sudah menjadi tren wirausaha saat
ini dan menjadi alternatif pengembangan usaha juga
dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif
untuk mendekatkan produk kepada konsumennya
melalui tangan-tangan franchisee [20].
Waralaba atau franchising (dari bahasa Perancis
untuk kejujuran atau kebebasan). Menurut
Peraturan pemerintah No. 42/2007, yang dimaksud

waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh
orang perseorangan atau badan usaha terhadap
sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah
terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau
digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba.
Siapa yang tak kenal kopi? Meminum kopi sudah
menjadi ritual dan gaya hidup saat memulai
aktivitas di pagi hari hingga malam tiba.
Popularitas kopi pula yang membuat kedai kopi ada
di mana-mana, mulai kedai kopi pinggiran jalan
sampai kelas hotel bintang lima. Saat ini semakin
berjamurnya peluang usaha dengan konsep
waralaba kopi siap saji model outlet (booth) dengan
beragam brand, yang diawali dengan Starbucks
diikuti dengan waralaba dari luar negri dan lokal
seperti Excelso, JCO, Torabika Kedai Kopi,
Javapuccino, Coffee Toffee, Kopi MU Sidikalang,


Semerbak Coffee yang masing-masing brand selalu
berinovasi dalam bentuk rasa, dan tampilan. Pada
penelitian ini kami hanya meneliti waralaba dengan
modal dibawah Rp. 10.000.000 (sepuluh juta).
Menurut Castrigiovani dan Justis (2002)
ada tujuh faktor yang akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhan jaringan franchise (franchise network
growth) yaitu: franchise start-up cost, initial
franchise fee, franchise growth orientation,
industry growth, franchisor age, franchisor size dan
franchisor reputation.
Peneliti mengambil hanya 4 (empat) indikator
yaitu: biaya keanggotaan waralaba (initial franchise
fee), biaya usaha operasional (continuing franchisee
fee/royalty) ukuran usaha waralaba (franchisor
size), reputasi usaha waralaba (franchisor
reputation). Karena menurut Wibowo (2007)
tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan jaringan waralaba dengan 4 (empat)
indikator ini sudah memenuhi tingkat pertumbuhan

jaringan waralaba.
Lingkungan bisnis berubah semakin dinamis
dan dibutuhkan proses pengambilan keputusan
secara cepat dan tepat dengan aplikasi-aplikasi
seperti
Bussiness
Intellegence,
Dashboard
information system dan aplikasi model Decision
Support System. Salah satu teknik pengambilan
keputusan adalah AHP, yang peralatan utamanya
sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya

JITEKH, Vol 6, No 2, Tahun 2017, 58-66

ISSN 2338-5677(Media Cetak)
ISSN 2549-6646 (Media Online)

persepsi manusia. Suatu tujuan yang bersifat umum
dapat dijabarkan dalam beberapa subtujuan yang

lebih terperinci yang dapat menjelaskan apa yang
dimaksud dalam tujuan pertama. Penjabaran ini
dapat dilakukan terus hingga akhirnya diperoleh
tujuan yang bersifat operasional. Dan pada hirarki
terendah inilah dilakukan proses evaluasi atas
alternatif-alternatif yang merupakan ukuran dari
pencapaian tujuan utama dan pada hirarki terendah
ini dapat ditetapkan dalam satuan apa kriteria
diukur [9]. Metode AHP kemudian diaplikasikan
dalam pembuatan website agar para calon mitra
(franchisee) juga semakin dimudahkan untuk
mengetahui dan memilih waralaba outlet minuman
kopi di Indonesia. Inilah yang menjadi dasar akan
dibuatnya www.waralabakopi.com.

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat
sebagai berikut:
1.
Untuk kepentingan akademis: diperoleh
metode dan implementasi pemilihan

waralaba outlet minuman kopi dengan
menggunakan AHP.
2.
Untuk kepentingan praktis: aplikasi sistem
pendukung keputusan yang dibuat dapat
membantu para calon mitra memilih
waralaba kopi secara online.
1.5. Metode Penelitian
AHP merupakan alat bantu (proses) dalam
pengambilan keputusan yang penting. AHP dalam
penelitian ini dapat diandalkan karena dapat
membantu memecahkan persoalan komplek yang
dihadapi oleh calon mitra dengan meyusun suatu
hirarki kriteria, yang akan dinilai subjektif oleh
calon mitra lalu menarik berbagai pertimbangan
dari bobot atau prioritas (kesimpulan).
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Penelitian Wibowo (2007) tentang Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

jaringan waralaba (Studi kasus pada Yayasan
Soroban Mental Aritmatika Indonesia Semarang).
Bukti empiris hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa initial fee tidak menunjukkan sebagai
prediktor yang signifikan bagi perkembangan
waralaba pendidikan SIMA. Padahal, jika
dipandang secara nominalnya, initial fee bagi
pendirian satu waralaba SIMA tidaklah begitu besar
yaitu rata-rata masih di bawah Rp. 5.000.000.
Namun demikian karena karakteristik jenis
waralaba pendidikan SIMA ini lebih cenderung
pada bersifat temporer dan booming maka nilai
nominal initial fee yang relatif murah untuk
pendirian waralaba ini tidak banyak memberikan
perkembangan waralaba pada beberapa tahun
penelitian.
Pola
perkembangan
waralaba
pendidikan SIMA ini memang mengalami

peningkatan yang tajam pada 1 hingga 2 tahun
setelah pendiriannya. Namun demikian data empiris
memberikan gambaran mengenai penurunan yang
terjadi pada periode akhir penelitian. Ada satu
indikasi bahwa initial fee yang relatif rendah tidak
banyak memberikan pengaruh yang berarti bagi
ketertarikan franchisee untuk bergabung. Faktor
booming dan trend kiranya akan sangat
menentukan dalam keputusan bergabung tersebut.
Dalam hal ini, pertimbangan franchise untuk untuk
dapat bergabung alam jaringan waralaba
pendidikan ini akan begitu besar dalam memandang
kemampuan menghasilkan keuntungan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang dari produk
franchise.
Faktor continuing fee menunjukkan hasil yang
berbeda dengan initial fee. Continuing fee
merupakan biaya usaha waralaba terus-menerus
dibayarkan oleh franchisee selama umur kontrak
atau perjanjian dalam kurun waktu tertentu secara


1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah
dikemukakan sebelumnya, didapatkan perumusan
masalah yaitu: bagaimana membuat sistem
pendukung keputusan waralaba outlet minuman
kopi yang dapat digunakan oleh calon mitra
(franchisee) dalam memilih waralaba yang cocok
secara online dan hasil jawaban mitra menjadi
bahan acuan (benchmark) bagi calon mitra tentang
alasan mereka memilih waralaba kopi.
1.3. Batasan Masalah
Batasan-batasan dalam penelitian yang akan
dilakukan, yaitu:
1.
Indikator yang digunakan untuk pemilihan
waralaba outlet minuman kopi adalah: biaya
keanggotaan waralaba (initial franchise fee),
biaya
usaha

operasional
(continuing
franchise
fee/royalty),
ukuran
usaha
waralaba (franchisor size) dan reputasi usaha
waralaba (franchisor reputation).
2.
Waralaba yang dibahas adalah Semerbak
Coffee, Javapuccino Coffee, KopiMU
Sidikalang.
3.
Penelitian ini tidak untuk meneliti waralaba
mana yang terbaik tetapi hanya membuat
sistem pendukung keputusan secara online
yang digunakan untuk membantu calon mitra
memilih waralaba kopi berdasarkan jawaban
kuesioner.
4.

Proses perhitungan AHP di sistem ini hanya
dilakukan proses 10 kali pengulangan
(iterasi).
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Membuat sistem pendukung keputusan
waralaba outlet minuman kopi berbasis web.
2. Menyediakan template preferensi sudah mitra
dan calon mitra.
3. Menganalisis preferensi pemilihan waralaba
kopi.

59

JITEKH, Vol 6, No 2, Tahun 2017, 58-66

ISSN 2338-5677(Media Cetak)
ISSN 2549-6646 (Media Online)

terus-menerus kepada franchisor. Continuing
Franchise Fee akan memungkinkan franchisor
untuk membiayai provisi bagi jasa–jasa dan
dukungannya yang terus–menerus. Biaya usaha
waralaba terus-menerus juga dilihat sebagai
kompensasi yang diberikan kepada franchisor dari
penjualan yang telah dihasilkan oleh franchisee
(Raab dan Matusky, 1987; dalam Frazer, 1998)
atau sebagai pembayaran untuk brandname dan
sistem bisnis yang telah dimiliki oleh franchisor
[13].
Kasus waralaba pendidikan SIMA,
menunjukkan bahwa continuing fee sebagai faktor
yang signifikan. Artinya penurunan dan kenaikan
jumlah waralaba SIMA pada beberapa periode
penelitian adalah berkaitan dengan naik atau
turunnya continuing fee sebagai kebijakan dari
franchisor. Hal ini dapat ditinjau dari perubahan
continuing fee untuk tiap periodenya. Kebijakan
franchisor untuk tidak terlalu banyak memberikan
beban bagi franchisee merupakan langkah yang
tepat untuk mempertahankan keberadaan cabang.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Shane (1997)
akan arti pentingnya royalti yang ekonomis kepada
franchisee untuk mempertahankan esksistensi dari
fanchise tersebut.
Hasil penelitian mengenai pengaruh ukuran
waralaba terhadap perkembangan waralaba sudah
menunjukkan arah dan hasil yang sesuai
sebagaimana
dihipotesiskan.
Peningkatan
perkembangan
waralaba
yang
mengikuti
perkembangan ukuran waralaba dapat diperoleh
dari data empiris.

masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria
yang diambil cukup banyak.
Menurut Kadarsah S dan Ali Ramdhani
(2002 : 131) langkah-langkah dalam dalam metode
AHP meliputi:
1.
Mendefenisikan masalah dan menentukan
solusi yang diinginkan.
2.
Membuat struktur hirarki yang diawali
dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan
subtujuan-subtujuan,
kriteria
dan
kemungkinan
alternatif-alternatif
pada
tingkatan kriteria yang paling bawah.
3.
Membuat matrik perbandingan berpasangan
yang menggambarkan kontribusi relatif atau
pengaruh setiap elemen terhadap masingmasing tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya.
Perbandingan
dilakukan
berdasarkan ‘judgement’ (penilaian) dari
pengambil keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan
elemen lainnya.
4.
Melakukan
perbandingan
berpasangan
sehingga diperoleh judgment seluruhnya
sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n
adalah
banyaknya
elemen
yang
dibandingkan.
5.
Menghitung nilai eigen dan menguji
konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi.
6.
Mengulang langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh
tingkat hirarki.
7.
Menghitung Eigen Vector (EV) dari setiap
matriks perbandingan berpasangan. Nilai EV
merupakan bobot setiap elemen. Langkah itu
untuk
mensintesis
judgment
dalam
penentuan prioritas elemen-elemen pada
tingkat hirarki terendah sampai pencapaian
tujuan.
8.
Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya
lebih dari 10% maka penilaian data
judgement harus diperbaiki.
Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan
Consistency Index (CI) dengan persamaan:

2.2. Landasan Teori
2.2.1 Sistem
Pendukung
Keputusan/SPK
(Decision Support System)
bahwa tujuan SPK
adalah membantu
pengambil keputusan memilih berbagai alternatif
keputusan yang merupakan hasil pengolahan
informasi-informasi yang diperoleh/tersedia dengan
menggunakan
model-model
pengambilan
keputusan [9]. Pada dasarnya SPK merupakan
pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi
Manajemen
Terkomputerisasi
(Computerized
Management Information System) yang dirancang
sedemikian rupa hingga bersifat interaktif dengan
pemakainya (user). Interakif ini dimaksudkan untuk
memudahkan integrasi antara berbagai komponen
dalam proses pengambilan keputusan seperti
prosedur, kebijakan, teknik analisis, serta
pengalaman dan wawasan manajerial guna
membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat
fleksibel.
2.2.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP
merupakan
metode
yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli
matematika. Metode ini dapat memecahkan

CI= λmaks – n
n–1
Dimana λmaks = eigenvalue maksimum
n = ukuran matrik
Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu
matriks didefenisikan sebagai Consistency
Ratio (CR).
CR =CI / RI
Dimana
CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
RI = Random Index
Jika nilai CR ≤10% maka matrik konsisten
Tabel 2.1. Nilai Random Index (RI)

60

JITEKH, Vol 6, No 2, Tahun 2017, 58-66

ISSN 2338-5677(Media Cetak)
ISSN 2549-6646 (Media Online)

N

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

R
I

0.
00

0.
0
0

0.
58

0.
9
0

1.
1
2

1.
24

1.
32

1.
4
1

1.
4
5

1.4
9

1.
51

7.

Sumber : Suryadi dan Ramdhani (2002:138)
2.2.3. Unified Modeling Language (UML)
untuk
UML
dalah
metodologi
mengembangkan sistem OOD (Object Oriented
Design) dan sekelompok perangkat tool untuk
mendukung pengembangan sistem tersebut. UML
tidak hanya merupakan sebuah bahasa pemograman
visual saja, namun juga dapat secara langsung
dihubungkan ke berbagai bahasa pemograman.

Mendapat revenue dari franchise fee, royalti
fee, biaya training, produk dan biaya
lainnya.

Dalam PP No. 42 tahun 2007 disebutkan bahwa
waralaba harus memenuhi 6 (enam) kriteria yang
harus dipenuhi yakni:
1.
Memiliki ciri khas usaha
Yang dimaksud ciri khas usaha adalah suatu
usaha yang memiliki keunggulan atau
perbedaan yang tidak mudah ditiru
dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan
membuat konsumen selalu mencari ciri khas
dimaksud. Misalnya, sistem manajemen cara
penjualan dan pelayanan, atau penataan, atau
cara distribusi yang merupakan karakteristik
khusus dari franchisor.
2.
Terbukti sudah memberikan keuntungan
Menunjuk pada pengalaman franchisor
yang telah dimiliki kurang lebih 5 (lima)
tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis
untuk mengatasi masalah-masalah dalam
perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan
masih bertahan dan berkembangnya usaha
tersebut dengan menguntungkan.
3.
Memiliki standar atas pelayanan dan barang
dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat
secara tertulis adalah standar secara tertulis
supaya franchisee dapat melaksanakan
usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan
sama (Standard Operational Procedure).
4.
Mudah diajarkan dan diaplikasikan
Mudah dilaksanakan sehingga franchisee
yang belum memiliki pengalaman atau
pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat
melaksanakannya dengan baik sesuai
dengan
bimbingan
operasional
dan
manajemen yang berkesinambungan yang
diberikan franchisor.
5.
Adanya dukungan yang berkesinambungan
Dukungan dari franchisor kepada franchisee
secara terus menerus seperti bimbingan
operasional, pelatihan dan promosi.
6.
Hak Kekayaan Intelektual yang telah
terdaftar
Hak Kakayaan Intelektual yang terkait
dengan usaha seperti merek, hak cipta,
paten, dan rahasia dagang, sudah
didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau
sedang dalam proses pendaftaran di instansi
berwenang.

2.2.4. Waralaba (Franchise)
Waralaba diperkenalkan pertama kali di
Amerika pada tahun 1850an oleh Isaac Singer,
Singer Sewing Machine Company, produsen mesin
jahit, ketika ingin meningkatkan distribusi
penjualan mesin jahitnya. Membuat bisnis tumbuh
dengan kecepatan yang tinggi memerlukan strategi
dan taktik bisnis yang jitu. Waralaba diakui sebagai
sistem yang dahsyat dalam mempercepat
pertumbuhan outlet atau boleh disebut the engine
for growth karena telah mengantarkan banyak
merek lokal maupun asing menjadi besar bahkan
mampu ekspansi lintas negara, benua, samudera
dengan puluhan juta customer. Karena franchising
pada hakekatnya merupakan sebuah konsep
memperluas jaringan. Menurut Majalah Info
Franchise (2009 : 24-25) ada 7 keutamaan sistem
franchise bagi franchisor yaitu:
1.
Kecepatan ekspansi dengan modal pihak
franchisee. Dengan memakai modal pihak
ketiga faktor untuk cepat berkembang jauh
lebih besar dibandingkan dengan membuka
cabang sendiri.
2.
Motivasi franchisee untuk sukses jauh lebih
baik dibanding dengan karyawan atau
manager sebab franchisee menaruhkan
modalnya di usaha tersebut sehingga
passion mensukseskan gerainya jauh lebih
tinggi.
3.
Franchisor memiliki buying power yang
tinggi kepada suplayer. Harga beli untuk
bahan baku, peralatan, produk dan
pembelian lainnya dengan kapasitas yang
besar jelas akan pasti relatif lebih rendah.
4.
Adanya shared advertising yang dapat
meningkatkan brand awareness secara
cepat, dengan biaya yang dipikul bersamasama oleh seluruh jaringan usaha franchise.
5.
Franchise
akan
membantu
shared
experience mengenai knowledge di setiap
daerah sehingga memungkinkan sebagai
benchmark di beberapa outlet lainnya.
6.
Memudahkan pengelolaan sumber daya
manusia.
Masing-masing
franchisee
mempunyai tanggung jawab yang penuh
terhadap setiap karyawannya masingmasing.

4 (empat) indikator yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1.
Biaya Keanggotaan Waralaba (initial
franchisee fee)
Franchisor sering menerima pembayaran
dari franchisee dalam bentuk initial fee
sebagai suatu hak untuk masuk dalam
jaringan franchise (Blair dan Kaserman,

61

JITEKH, Vol 6, No 2, Tahun 2017, 58-66

ISSN 2338-5677(Media Cetak)
ISSN 2549-6646 (Media Online)

1982; Lafontine, 1992a; Russo, 1992; dalam
Frazer, 1998) dan menyediakan initial startup service (Forward dan Fulop, 1993; dalam
Frazer, 1998). Menurut Mendelsohn (1997),
disebutkan bahwa biaya keanggotaan
waralaba (initial franchisee fee) merupakan
biaya yang dikeluarkan dalam mendirikan
organisasi franchisor untuk membantu
perkembangan rekruitmen franchise sebelum
ada pemasukan apapun. Disebutkannya juga
bahwa initial franchise fee tidak perlu terlalu
tinggi dan cukup sebagai “uang masuk
sebagai anggota”. Uang pembayaran itu
mencakup jenjang keanggotaan masuk
kedalam jaringan franchise, dan memberikan
kontribusi terhadap biaya pendirian yang
ditanggung oleh franchisor, termasuk
evaluasi tempat dan franchisee, pelatihan
dan penyediaan.
Menurut Karamoy (1996),
menjelaskan
bahwa fee dan royalti merupakan sumber
pendapatan utama dari suatu jenis usaha
yang diwaralabakan. Jenis fee dan royalti
yang biasa diminta oleh franchisor kepada
franchisee adalah Biaya waralaba, Royalti,
Biaya iklan, Pembelian bahan baku, Biaya
pelatihan, Biaya konsultasi, Fixed – Royalty.
Tidak semua jenis fee atau royalti
disyaratkan
oleh
franchisor.
Setiap
franchisor mempunyai kebijakan sendiri
dalam menentukan jenis fee dan royaltinya.
2.

3.

Biaya Usaha Operasional (Continuing
Franchise Fee/Royalty)
Biaya usaha operasional dibayarkan oleh
franchisee selama umur kontrak atau
perjanjian dalam kurun waktu tertentu secara
terus-menerus kepada franchisor, termasuk
untuk membiayai provisi bagi jasa-jasa dan
dukungannya yang terus-menerus. Dan juga
memberikan potongan/rabat untuk setiap
produk atau jasa yang dititipkan atau dijual
oleh franchisee (Dnes, 1992; dalam Frazer,
1998). Atau sebagai pembayaran untuk
brandname dan sistem bisnis yang telah
dimiliki oleh franchisor [19].
Menurut Mendelsohn (1997) penetapan
continuing franchise fee dari franchisor
disini mengacu pada beberapa faktor, yaitu :
a.
Kebutuhan franchisor untuk
menerima imbalan yang layak atas
jasa yang diberikannya.
b.
Kebutuhan franchisee untuk
mendapatkan jasa-jasa yang berharga
dari uang yang dibayarkannya
kepada franchisor.
c.
Kemampuan bisnis franchisee
untuk
menghasilkan
tingkat
keuntungan yang cukup, yang
memungkinkannya
untuk
mendapatkan
penghasilan
yang
memadai dari modalnya, untuk

4.

membayar upah karyawannya, dan
membayar uang franchise.
Ukuran Usaha Waralaba (Franchisor
Size)
Ukuran dari usaha yang dimaksud disini
adalah pengaruh dari ukuran dimensi usaha
dan aktivitas usaha[23]. Ukuran usaha
diibaratkan sebagai susunan / formulasi
besar dan standarisasi, yang secara umum
berhubungan dengan inovasi dan kreativitas
dalam perusahaan. Menurut [6] , ukuran
franchise dapat diibaratkan sebagai suatu
perhatian untuk stabilitas dan strategi yang
menghindari resiko, kerjasama, dan lebih
suka reactive dari pada proaktif. Beberapa
peneliti percaya bahwa besar perusahaanlah
yang mendorong pertumbuhan perusahaan
(Steinmetz, 1969; Mueller, 1972; James,
1973; Scott & Bruce, 1987; dalam Floyd
dan Fenwick, 1998). Aldrich dan Auster
(1998); dalam Falbe, Dandridge, Kumar
(1998), menjelaskan bahwa beberapa jalan
suatu usaha untuk menjadi besar adalah
kemampuan dari perusahan untuk dapat
menghadapi/mengatasi tantangan yang ada
melalui umur dan ukuran usaha yang
dimilikinya. Seperti diungkapkan oleh
James Kallman serta Jaya Fatwa dari Grant
Thornton Indonesia (SWA, Mei 2002), pilar
sukses berwaralaba harus diperhatikan
franchise sejak dini, saat sebelum berusaha.
Usahakan memilih franchisor yang terbukti
sukses di banyak tempat.
Reputasi Usaha Waralaba (Franchisor
Reputation)
Menurut Karamoy (1996), menjelaskan
bahwa citra atau reputasi perusahaan adalah
aset yang sangat berharga. Konsumen
cenderung untuk membeli produk atau jasa
kerena reputasi namanya, yang mana
tentunya sudah teruji keandalan dan kualitas
produk/jasa yang dihasilkannnya. Citra dan
reputasi yang positif akan menyebabkan para
konsumen bersedia untuk membayar produk
atau jasa tersebut dengan harga lebih tinggi.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa merek yang
diwaralabakan harus sudah dikenal luas.
Citra merek dan equitas merk mesti tinggi,
karena intinya waralaba menjual merek ke
orang lain. Supaya pihak lain tertarik
menjadi pewaralaba, mereknya sendiri harus
sudah kuat, dikenal dimana-mana, dan
menjadi daya tarik orang.

3. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini terbagi atas 2
yaitu yang sudah menjadi mitra dari 3 waralaba
Semerbak Coffee, Javapuccino Coffee, KopiMU
Sidikalang, dan calon mitra. Sampel dalam

62

JITEKH, Vol 6, No 2, Tahun 2017, 58-66

ISSN 2338-5677(Media Cetak)
ISSN 2549-6646 (Media Online)

penelitian ini menggunakan purposive sampling
(sampel bertujuan). [4] mengatakan bahwa
“penarikan sampel secara purposive peneliti
menggunakan keahliannya untuk memilih subyek
yang mewakili populasi yang dikajinya”.
[1] menyatakan bahwa: “apabila subyeknya kurang
dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi”.
Namun apabila lebih dari 100 responden dapat
menggunakan rumus sampel sebagai berikut:
n=

comparison scale) dengan menguji konsistensinya
dengan Consistency Ratio (CR). Sehingga CR
tersebut mengindikasikan tingkat konsistensi
responden melakukan perbandingan berpasangan
yang pada akhirnya mengindikasikan kualitas
keputusan atau pilihan dari responden. Nilai
kuesioner CR yang besar (CR ≥ 10%)
menunjukkan responden harus secara serius
mempertimbangkan untuk mengevaluasi ulang
respon–responnya selama dilakukan perbandingan
berpasangan yang dilaksanakan. Sementara nilai
CR yang semakin rendah (CR ≤ 10%)
mengindikasikan
semakin
konsistennya
perbandingan yang responden lakukan.

Z2

.................... (3.1)
4μ 2
Dimana
n = total sampel
Z = 1,96
μ = sampling error = 10%
yaitu orang yang sudah menjadi mitra dan belum mitra

3.4. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif,
dimana variabel yang diukur dengan skala
pengukuran thurstone yaitu skala yang disusun
dengan memilih butir yang berbentuk skala
komparatif. Setiap skor memiliki kunci skor dan
jika diurut kunci skor menghasilkan nilai yang
berjarak sama.
3.5. Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam proses
penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1.
Perangkat Keras berupa satu unit komputer
dengan sistem operasi Windows.
2.
Perangkat Lunak berupa Notepad ++,
Macromedia Dreamweaver 8, Script PHP,
mySQL.

n = (1,96)2 = 3,84 = 96,04 dibulatkan
total sampel 97 orang.
4(10%)2 4(0,01)
3.2.

Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder, yaitu:
1.
Data primer, yakni, data yang diperoleh
secara
online
www.waralabakopi.com
dengan mengisi kuesioner dari responden
yaitu mitra tentang alasan mereka memilih
waralaba kopi dan calon mitra yang ingin
mengetahui waralaba kopi yang sesuai.
2.
Data sekunder, yakni data pelengkap yang
menunjang hal-hal yang dibutuhkan oleh
data-data primer, seperti data yang diperoleh
melalui studi pustaka, jurnal, artikel, buku,
dan
website
yang
terkait
dengan
permasalahan yang dibutuhkan.
3.3.
Pengujian Kuesioner
Pada penelitian ini peneliti melakukan uji coba
kepada 10 responden yang sudah menjadi mitra
secara langsung untuk menguji item-item
pertanyaan sambil diterangkan tujuan kuesioner
tersebut dan menanyakan manfaat dari kuesioner
tersebut. Dalam hal ini peneliti menunggui
responden sampai selesai mengisi kuesioner.
Setelah itu kuesioner diunggah secara public
dengan alamat www.waralabakopi.com. Peneliti
lalu mengirimkan email secara random kepada 150
orang yang sudah menjadi mitra untuk mengisi
kuesioner secara online dan ternyata yang mau
mengisi kuesioner hanya 97 orang.
Teknik skala yang dipakai dalam penelitian ini
adalah
skala
rangking
(ranking
scale)
membandingkan dua atau lebih objek untuk
memilih objek yang lebih baik. AHP menggunakan
skala
perbandingan-berpasangan
(paired-

3.6. Metode Pengembangan Sistem
Metodologi yang digunakan untuk membangun
sistem yang besar dan kompleks dengan metode
tertua yang disebut Siklus Hidup Pengembangan
Sistem (System Development Life Cycle/SDLC).
Dalam SDLC ini semua aktivitas yang terlibat
sangat berhubungan satu sama lain dan saling
terkait dengan beberapa tahapan yaitu:
1.
Analisa Sistem
Pada tahap analisa sistem, fokusnya tentang
bagaimana mengembangkan sistem dan
bagaimana
membuat
pengembang
memahami kebutuhan sistem. Penelitian ini
menggunakan Pemrograman Berorientasi
Objek/UML (Unified Modeling Language),
analisanya menggunakan use case dan
pembentukan database dengan class
diagram.
Menggunakan
program
Enterprise Architect (EA) untuk pembuatan
OOD dan pemrogramannya menggunakan
bahasa pemograman PHP.
2.
Perancangan Sistem
Setelah menganalisis sistem yang akan
dibuat maka diperlukan perancangan yang
akan ditampilkan dalam web tersebut:
a.
Activity Diagram

63

JITEKH, Vol 6, No 2, Tahun 2017, 58-66

b.

d.
e.
3.

ISSN 2338-5677(Media Cetak)
ISSN 2549-6646 (Media Online)

Alir aktifitas dimulai dari buka menu
waralaba dengan 6 pilihan dengan
beberapa decision, jika tidak ada
menu yang dipilih maka aktifitas
berakhir.
Membuat Tabel
Adapun tabel yang digunakan terdiri
dari Tabel aboutus, brand, durasi,
kelamin, kriteria, kriteria_nilai, link,
opsi,
opsi_nilai,
pekerjaan,
pendidikan, responden, user, usia,
visimisi, waralaba. Pada masingmasing tabel yang dirancang
memiliki primary key dan kunci
tamu
sebagai
acuan
untuk
merelasikan antar tabel.
Merancang Interface
Membuat Database dengan MySQL

4.

Implementasi dan Eksekusi
Tahap implementasi sistem (systems
implementation)
merupakan
kegiatan
penulisan program (coding) dan tahap
meletakkan
sistem
agar
siap
dioperasionalkan. Sebelum sistem tersebut
diterapkan maka sistem tersebut diuji
terlebih dahulu.
5.
Pengujian
Sistem ini telah diuji oleh 97 responden
yang sudah menjadi mitra dan 10 responden
calon mitra secara online dan setiap
responden dapat mengetahui waralaba kopi
yang dikehendaki.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sistem yang Dihasilkan
Sistem ini terbagi atas 2 (dua) yaitu web yang
bisa dilihat oleh semua responden dan web yang
hanya bisa diakses oleh admin dari web.
4.1.1. Menu untuk Responden
Merupakan menu dari halaman awal yang
muncul pertama kali pada saat program dijalankan
dengan mengetikkan nama domain pada address
bar www.waralabakopi.com.
4.1.2.
Menu untuk Admin
Web ini dibuat secara dinamis karena itu
sangat memudahkan admin untuk mengubah isi
interface tanpa harus masuk ke bahasa program
(coding). Admin dapat mengakses dengan
mengetikkan nama domain pada address bar
www.waralabakopi.com/main_admin.php,
dan
diminta untuk mengisi username dan password.
4.2. Hasil Penelitian
Data penelitian ini diperoleh dengan
melakukan pengisian kuesioner secara online yang
terbagi atas 2 bagian yaitu Benchmark Hasil Mitra
sebanyak 97 responden dan Rekapitulasi Hasil
Calon Mitra sebanyak 10 responden. Hasil
pengisian kuesioner tergantung dari hasil jawaban
responden dan banyaknya responden, dengan
sistem yang dirancang untuk mampu menerima
responden yang tidak terbatas jumlahnya untuk
mengisi kuesioner.

Desain Sistem
Desain
sistem
akan
menjelaskan
pengembangan sistem secara menyeluruh
hubungan antara user/admin, website dan
databasenya.
Adapun arsiteksur sistem yang akan
dibangun seperti gambar dibawah ini:
Responden
mengisi/mengetahui
hasil kuesioner

Web
waralaba kopi
Database
Waralaba
Kopi

Admin mengelola

internet

Sistem Pendukung Keputusan
dengan metode AHP berbasis
web untuk memilih waralaba
yang cocok

Sumber : Data diolah (2016)

4.2.1.
Benchmark Hasil Mitra
Dari 97 responden yang telah mengisi kuesioner
diperoleh hasil:
Tabel 1. Persilangan Kriteria dan Opsi Mitra
Opsi

Gambar 1. Arsitektur Sistem yang Akan Dibangun
Model penelitian yang diusulkan:

Semerbak
Coffee

Javapuccino
Coffee

KopiMU
Sidikalang

29.81 %

68.1 %

15.9 %

15.8 %

29.62 %

25.4 %

19.7 %

55.1 %

23.64 %

69.5 %

15.3 %

15.1 %

16.93 %

18.1 %

51.1 %

30.9 %

Kriteria
Reputasi Usaha
Waralaba
Biaya
Usaha
Operasional
Ukuran Usaha
Waralaba
Biaya
Keanggotaan
Waralaba

Sumber : Data diolah (2016)
Gambar 2. Model Penelitian yang Diusulkan

64

JITEKH, Vol 6, No 2, Tahun 2017, 58-66

ISSN 2338-5677(Media Cetak)
ISSN 2549-6646 (Media Online)

Berdasarkan tabel 4.1 didapat kesimpulan bahwa:
Reputasi Usaha Waralaba 29.81% sebagai kriteria
terbanyak yang dipilih mitra dalam memilih
waralaba kopi. Dilanjutkan dengan Biaya Usaha
Operasional 29.62%, Ukuran Usaha Waralaba
23.64%, dan Biaya Keanggotaan Waralaba
16.93%.
Tabel 2. Prioritas Waralaba Kopi Mitra
Prioritas Waralaba Kopi
Hasil AHP
Waralaba
Persentase
Semerbak
47.9 %
Coffee
Javapuccino
29.81 %
Coffe
KopiMU
22.3 %
Sidikalang

dilanjutkan dengan KopiMU Sidikalang 29,21%
dan Javapuccino Coffee 27.56%.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
pada bab sebelumnya, maka didapat kesimpulan:
1.
Aplikasi dibuat untuk 4 kriteria yaitu: Biaya
keanggotaan waralaba, Biaya Usaha
Operasional, Ukuran usaha waralaba,
Reputasi usaha waralaba dengan 3 opsi
yaitu: Semerbak Coffee, Javapuccino
Coffee, KopiMU Sidikalang. Kelebihan dari
aplikasi ini bisa dilakukan penambahan
kriteria dan penambahan opsi, serta
penambahan pertanyaan (kuesioner).
2.
Aplikasi yang dibuat sudah diuji pada 97
responden yang sudah menjadi mitra sebagai
benchmark (acuan), dan 10 responden calon
mitra. Aplikasi ini menghasilkan alternatif
keputusan dalam bentuk persentase (%).
Aplikasi ini dirancang untuk menerima
kuesioner dari responden dengan jumlah
yang tidak terbatas.
3.
Metode AHP dapat membantu calon mitra
dan mitra untuk mengambil keputusan
waralaba kopi yang akan diambil.
4.
Dari uji coba yang dilakukan, dihasilkan
output yaitu: Benchmark hasil mitra dari 97
responden: pilihan utama Semerbak Coffee
47.9%, pilihan kedua KopiMU Sidikalang
29.81%, dan pilihan ketiga Javapuccino
Coffee 22.3%. Dari uji coba yang dilakukan
kepada 10 responden calon mitra: pilihan
utama Semerbak Coffee 43.31%, pilihan
kedua KopiMU Sidikalang 29.21%, dan
pilihan ketiga Javapuccino Coffee 27.56%.

Berdasarkan tabel 2 didapat kesimpulan bahwa:
Semerbak Coffee dengan nilai 47.9% sebagai opsi
waralaba kopi terbanyak dipilih mitra, dilanjutkan
dengan KopiMU Sidikalang dengan nilai 29.81%
dan Javapuccino Coffee dengan nilai 22.3 %.
4.2.2.
Rekapitulasi Hasil Calon Mitra
Dari 10 responden yang telah mengisi kuesioner
diperoleh hasil:
Tabel 3. Persilangan Kriteria dan Opsi Hasil yang
Belum Menjadi Mitra
KopiMU
Opsi
Semerbak
Javapuccino
Sidikalan
Coffee
Coffee
g
Kriteria
Reputasi
Usaha
Waralaba
Biaya
Keanggotaan
Waralaba
Biaya
Usaha
Operasional
Ukuran
Usaha
Waralaba

28.13 %

61 %

21.7 %

17.3 %

25.19 %

18.8 %

56.9 %

24.3 %

23.36 %

28.5 %

19.1 %

52.6 %

23.31 %

55.7 %

26.7 %

17.7 %

5.2. Saran
Dari kesimpulan diatas maka peneliti menyarankan
sebagai berikut:
1.
Menampilkan prioritas hasil perhitungan
AHP dalam bentuk grafik agar lebih
menarik.
2.
Memasukkan unsur Benefit/Cost dalam
perhitungan
AHP
agar
mengetahui
perhitungan tingkat keuntungan/kerugian
serta kelayakan dalam bidang investasi kopi.
3.
Bisa menambahkan kriteria lokasi karena
faktor lokasi strategis berhubungan dengan
banyaknya permintaan (demand) untuk
menguasai pasar.
10. Daftar pustaka
[1.] Arikunto, Suharsimi, 1997, Prosedur
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
[2.] Castrogiovanni, Gary J. & Justis, Robert, T.,
2002, Strategic and Contextual Influences
on Firm Growth : An Empirical Study of
Franchisor, Journal of Small Business
Management, 40 (2), pp.98-108.

Berdasarkan tabel 3 didapat kesimpulan bahwa:
Reputasi Usaha Waralaba 28.13% sebagai kriteria
terbanyak dipilih oleh calon mitra dalam memilih
waralaba kopi. Dilanjutkan dengan Biaya
Keanggotaan Waralaba 25.19, Biaya Usaha
Operasional 23.36%, Ukuran Usaha Waralaba
23.31%.
Tabel 4. Prioritas Waralaba Kopi Calon Mitra
Prioritas Waralaba Kopi
Hasil AHP
Waralaba
Persentase
Semerbak
43.31%
Coffee
KopiMU
29.21%
Sidikalang
Javapuccino
27.56%
Coffee
Berdasarkan tabel 4 didapat kesimpulan bahwa:
Semerbak Coffee dengan nilai 43.31% sebagai opsi
waralaba kopi terbanyak dipilih calon mitra,

65

JITEKH, Vol 6, No 2, Tahun 2017, 58-66
[3]

[4.]

[5.]
[6.]

[7.]

[8.]

[9.]

[10.]

[11.]

[12.]
[13.]

[14.]

[15.]
[18.]

[19.]

[20.]

ISSN 2338-5677(Media Cetak)
ISSN 2549-6646 (Media Online)

[21.]

Cooper, R. Donald and Emory, William, C.,
1998, Metode Penelitian Bisnis Jilid Dua,
Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta
Chadwick, B. Howard and Stan L. Albrecht,
1991, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan
Social,IKIP, Semarang Press, Semarang
Diana, Anastasia dan Tjiptono, Fandy, 2007,
E-Business, Andi, Yogyakarta
Falbe, C. M., Dandridge, T. C., and Kumar,
A., 1998, The Effect of Organizational
Context on Entrepreneurial Strategies in
Franchising, Journal of Business Venturing,
14, pp. 125 - 140.
Floyd, Callum, and Fenwick, Graham, 1998,
Towards A Model of Franchise System
Development, International Small Business
Journal.
Frazer, Lorelle, 1998, Motivations for
Franchisors to Use Flat Cntinuing Franchise
Fees, Journal of Consumer Marketing, Vol.
15 No. 6, pp. 587 – 597.
Kadarsah, Suryadi dan Ramdhani, M., Ali,
2002, Sistem Pendukung Keputusan: Suatu
Wacana
Struktural
Idealisasi
dan
Implementasi
Konsep
Pengambilan
Keputusan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Karomoy, Amir (1996), “Sukses Usaha
Lewat Waralaba”, PT Jurnalindo Aksara
Grafika, Jakarta.
Kementerian
Perdagangan
Direktorat
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
Direktorat Bina Usaha dan Pendaftaran
Perusahaan Tahun 2010, Panduan Usaha
Dengan Sistem Waralaba dan Sistem
Penjualan Langsung
Koetin, E.A, 1993, Analisis Pasar Modal,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Mendelsohn. Martin, (1997), “Franchising :
Petunjuk Praktis bagi Franchisor dan
Franchisee”, Cetakan Kedua, PT. Pustaka
Binaman Pressindo.
Mulyono, 1996, Teori Pengambilan
Keputusan Edisi Revisi, Lembaga Penerbit
Fakutas Ekonomi UI, Jakarta
Nazir, Moh., 1999, Metode Penelitian,
Ghalia, Indonesia
Nurmianto, Eko, dkk (2004), Perumusan
strategi kemitraan menggunakan metode
AHP dan SWOT (Studi Kasus pada
Kemitraan PT. INKA dengan Industri Kecil
Menengah
di
Wilayah
Karesidenan
Madiun), Jurnal Teknik Industri Vol. 6, No.
1
Pambudi, S., Teguh., Faisal, Akbar, dan
Rafick, Ishak, 2002. Strategi Menggulirkan
Waralaba, SWA 09/ XVIII/ 2 – 15 Mei 2002.
Redaksi Majalah Info Franchise, 2009,
Franchise Your Business: Melejitkan Bisnis
Anda Menjadi Besar Melalui Franchise,
Franchise Publishing

[22.]

Saaty, 1993, Pengambilan Keputusan Bagi
Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik
Untuk Pengambilan Keputusan Dalam
Situasi yang Kompleks, Pustaka Binama
Pressindo.
_____ Decision Support Systems and
th

Intelligent Systems. 7 Edition. Upper
Saddle River: Prentice-Hall
[23.] Shane, Scott, (1997), Hybrid Organizational
Arrangement and Their Implications for
Firm Growth and Survival: A Study of New
Franchisers, Academy of Management
Journal.
[24.] Strutton, D., Pelton L. E., and Lumpkin, J.
R., (1995), Psychological Climate in
Franchising
System
Channels
and
Franchisor - Solidarity, Journal of Business
Research, 34, pp: 81 – 91.
[25.] Sudarmadi, (2002), Bagaimana Cara
Mewaralabakan Bisnis, SWA 09/XVIII/ 2 –

66