BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Proporsi Hiperurisemia pada Populasi Hipertensi Essensial Suku Aceh di Kabupaten Aceh Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi dimana penyebabnya tidak diketahui terjadi pada ± 90-95% kasus hipertensi (Beevers et al, 2001). Pada kebanyakan kasus, hipertensi merupakan interaksi kompleks antara faktor genetik, lingkungan dan demografi (Bakri dan Lawrences, 2008). Pola geografis hipertensi terutama mencerminkan perkembangan tingkat sosioekonomik yang diperantarai oleh kultural setempat daripada iklim atau fenomena alam (Cooper and Tayo, 2008). Data survey nasional yang tersedia hanya dari sejumlah kecil negara industri sehingga sulit dijadikan sebagai perbandingan karena kurang standarisasi. Prevalensi hipertensi kategori tinggi pada ras kulit hitam Amerika Serikat, Rusia dan Finlandia ( 30-40%), kateegori sedang di Eropa, ras kulit putih Amerika Serikat, Jepang (15-30%), kategori rendah di pedesaan Afrika dan Cina Selatan (7-15%) dan tidak dijumpai hipertensi di Yanomami, Xingu (Cooper dan Tayo, 2008).

  Di negara tetangga seperti Malaysia, data National Health and Morbidity

  

Survey menunjukkan prevalensi hipertensi pada 33% penduduk atau sekitar 2,6

  juta orang (Vasudevan et al, 2008). Penelitian dari perhimpunan hipertensi di Indonesia di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali tahun 2002 pada 3080 subyek dewasa usia 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktek dokter menunjukkan prevalensi hipertensi 58,89 % dan 37,42 % pasien tanpa pengobatan hipertensi (Prodjosusudjadi, 2008). Untuk distribusi regional maka prevalensi hipertensi khususnya di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) berkisar antara 19,5 – 46,1 % (rata-rata 30,2 %) khusus Aceh Utara 30,6% (Riskesdas, 2007).

  Hiperurisemia(HU) adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar AU serum (AUs) darah di atas normal. Hiperurisemia (HU) bisa terjadi karena peningkatan metabolisme AU (overproduction), penurunan pengeluaran AU urin (underexcretion), atau gabungan keduanya(WHO,1992; Emmerson, 1983; Kelly et al, 1997). Selama beberapa tahun HU telah diidentifikasi bersama-sama atau dianggap sama dengan gout, namun sekarang AU telah diidentifikasi sebagai biomarker untuk sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik(Waring et al, 2000) . Kejadian yang pasti dari HU dan gout di masyarakat pada saat ini belum jelas. Prevalensi HU di masyarakat diperkirakan antara 2,3 sampai 17,6% (Kelly and Wortmann, 1997). Prevalensi HU pada masyarakat Indonesia belum ada data yang pasti. Penelitian lapangan yang dilakukan pada penduduk kota Denpasar Bali mendapatkan prevalensi HU sebesar 18,2% (Wisesa dan Suastika, 2009).

  Hiperurisemia lebih sering terjadi pada hipertensi essensial dibanding dengan hipertensi sekunder, terutama pada remaja (Feig et al, 2008) . Pada sebuah studi menunjukkan peningkatan kadar AU (> 5,5 mg/dl) telah diobservasi pada hampir 90% remaja dengan hipertensi essensial, sebaliknya AU lebih rendah bermakna pada kelompok kontrol dan remaja belasan tahun dengan white – coat hipertensi atau hipertensi sekunder (Feig et al, 2008). Peningkatan kadar AUs terjadi pada 25-60% pasien hipertensi essensial yang tidak diterapi, 50% pasien yang mendapat terapi diuretik dan > 75% pasien dengan hipertensi maligna (Feig et al, 2008; Johnson et al., 2003; Hayden et al, 2004). Selanjutnya kekuatan hubungan antara kadar AU dan hipertensi berkurang dengan peningkatan usia dan lamanya hipertensi, hal ini mendukung bahwa AU sangat penting pada subjek . yang lebih muda dengan onset hipertensi yang lebih dini (Feig et al, 2008).

  Pada studi observasi terhadap kadar AUs di Korea pada tahun 1982-1983 terhadap 139 pasien hipertensi essensial dan 98 subjek normal sebagai kontrol diperoleh hasil rerata kadar AUs dan insidens HU lebih tinggi signifikan pada grup hipertensi dibanding kontrol (6.60 ± 1.96 mg% dan 57,9%) dibanding (3.87 ± 1.30 mg% dan 17.8%). Rerata kadar AUs dan insidens HU berkorelasi signifikan dengan level tekanan darah diastolik (TDD), rerata tekanan nadi, ureum dan kreatinin serum. Terdapat korelasi signifikan antara rerata kadar serum AUdan tingkat kerusakan target organ dan abnormalitas urin yang diobservasi (Yeon et al, 1986).Lebih lanjut dua studi telah memaparkan hubungan AUs dengan faktor resiko event kardiovaskuler (KV) pada komunitas birasial (Agamah et al, 1991).

  Satu studi potong lintang dengan sampel acak yang dilakukan di Seychelles, Samudera India pada populasi Afrika asli tahun 1994. Studi mencakup 1011 subjek usia antara 25-64 tahun meneliti prevalensi HU dan hubungan antara kadar AU dan faktor resiko KV yang bervariasi di negara berkembang dengan rerata tekanan darah yang tinggi. Hasilnya adalah prevalensi HU pada laki-laki adalah 35,2% dan pada wanita 8,7%. AU berkorelasi kuat dengan kadar trigliserida (TG) baik pada laki-laki maupun wanita. AU juga berhubungan signifikan dengan usia, indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, alkohol, obat-obat anti hipertensi(Conen et al, 2004) .

  Penelitian Campo et al (2001) dengan metode potong lintang terhadap 1026 orang pasien hipertensi telah menunjukkan bahwa prevalensi left ventricular

  hypertrophy , hypertensive funduscopy, dan proteinuria signifikanlebih tinggi pada

  subjek hipertensi HU (kadar AUs ≥ 7 mg/dl) dibanding dengan subjek normourisemia. Tekanan darah diastolik tapi tidak tekanan darah sistolik (TDS) signifikan lebih tinggi pada pasien hipertensi HU.pasien dengan kadar AUs yang lebih tinggi menunjukkan severity hypertension indexyang lebih besar. Hasil penelitian ini mendukung bahwa AUs merupakan biomarker beratnya hipertensi arterial, dan kerusakan target organ yang lebih berat yang berkorelasi dengan

  outcome KV yang lebih jelek.

  Penelitian Mei (2002) terhadap 102 pasien hipertensi essensial dan 114 subjek normal telah menyimpulkan bahwa kadar AUs signifikan lebih tinggi pada kelompok hipertensi essensial dibanding dengan kelompok subjek normal (376 ± 90 µmol/l dibanding 274 ± 57 µmol/l; p < 0.001) dan insiden HU signifikan lebih tinggi pada kelompok hipertensi essensial dibanding dengan kelompok subjek normal (0.25% dibanding 0.07%; p< 0.01). Kadar AUs pada hipertensi derajat 3 yang diklassifikasikan menurut kriteria World Health Organization (WHO) lebih tinggi dibandingkan dengan hipertensi derajat 1 dan 2 meskipun secara statistik belum signifikan (p>0.05). Terdapat korelasi positif antara TDS dan TDD dengan kadarAUs. Kadar kreatinin signifikan lebih tinggi pada kelompok hipertensi HUpada grup hipertensi HU dibandingkan pada grup hipertensi tanpa HU.

  Penelitian Neil (2005) di India terhadap 200 orang penderita hipertensi essensial dan 200 orang subjek normal telah menyimpulkan bahwa kadar AUs signifikan lebih tinggi pada kelompok hipertensi essensial dibanding dengan kelompok subjek normal (6.104 ± 1.576 mg% dibanding 5.685 ± 1.338 mg%; p=0.004). Insiden HU signifikan lebih tinggi pada kelompok hipertensi essensial (37%) dibanding dengan kelompok subjek normal (17%). Rerata kadar AUs signifikan lebih tinggi sesuai dengan beratnya hipertensi yang diklassifikasikan sesuai dengan kriteria The Seventh Report of The Joint National Committee on

  Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood PressureJoint

National Commitee (JNC) VII. Terdapat korelasi positif yang signifikan secara

  statistik antara peningkatan tekanan darah dengan kenaikan kadar AUs. Rerata kadar AUs signifikan lebih tinggi pada kelompok lama hipertensi ≥5 tahun dibandingkan dengan kelompok lama hipertensi <5 tahun.

  Pada studi Microalbuminuria : A Genoa Investigation on Complications (MAGIC) yang merupakan studi kohort berskala besar yang dilakukan terhadap 476 orang pasien ras Kaukasia Eropa dengan hipertensi primer yang berobat jalan pada periode januari 2000-Maret 2006 telah menyimpulkan bahwa HU ringan merupakan tanda awal kerusakan ginjal yang signifikan seperti mikroalbuminuria dan abnormalitas ultrasonografi yang dapat dideteksi berdasarkan laju filtrasi glomerulus (LFG) pada hipertensi primer baik pada laki-laki maupun wanita (p< 0.05) (Viazzi et al, 2007). Hal yang terpenting adalah dengan penemuan HU pada hipertensi essensial dapat mengidentifikasi faktor resiko penyakit KV yang dapat dikoreksi dengan modifikasi gaya hidup pasien(Bradlow, 1998).

  Penelitian yang dilakukan oleh Wisesa dan Suastika (2009) di Bali menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsentrasi AUs dengan resistensi insulin pada penduduk suku Bali asli di Dusun Tenganan Pegringsingan Karangasem.

  Tingginya prevalensi hipertensi essensial di kabupaten Aceh Utara berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2007) sebesar 30.6% didukung oleh faktor geografi kabupaten Aceh Utara yang terletak di tepi selat Malaka serta faktor demografi suku Aceh asli yang mayoritas dijumpai di kabupaten Aceh Utara yang diketahui kerap mengkonsumsi diet tinggi garam dan purin seperti emping melinjo, soto dan sate jeroan, bakso, asam sunti dan ikan yang diawetkan. Dengan melihat karakteristik geografi dan demografi tersebut serta adanya beberapa penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya di tempat yang berbeda menjadi latar belakang bagi peneliti untuk meneliti proporsi hiperurisemiapada populasi hipertensi essensial suku Aceh di kabupaten Aceh Utara.

  1.2Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang akan dikemukakan, yaitu: a.

  Berapa nilai rerata kadar AUs dan proporsi HUpada populasi hipertensi essensial suku Aceh di kabupaten Aceh Utara? b.

  Apakah ada hubungan antara hipertensi essensial dengan HUpada suku Aceh di kabupaten Aceh Utara?

  1.3 Hipotesis

  a. Rerata kadar AUs dan Proporsi HUlebih tinggi pada populasi hipertensi essensialdibandingkan dengan populasi normotensi pada suku Aceh di kabupatenAceh Utara.

  b.

  Ada hubungan antara hipertensi essensial dengan HUpada suku Aceh di Kabupaten Aceh Utara.

  1.4 Tujuan a.

  Untuk mengetahui rerata kadar AUs dan proporsi HUpada populasi hipertensi essensialsuku Aceh di kabupaten Aceh Utara.

  b.

  Untuk mengetahui hubungan antara hipertensi essensial dengan HUpada suku Aceh di kabupaten Aceh Utara.

  1.5 Manfaaat Penelitian a.

  Untuk pengembangan ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pemahaman tentang penggunaan biomarker AUsdalam melihat hubungan antara hipertensi essensial dengan HU pada etnis tertentu serta melihat progressifitas dari populasi hipertensi essensial tersebut. b.Untuk pengembangan Medik b.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui jumlah kadar AUs pada populasi hipertensi essensial suku Aceh sehingga dapat mengidentifikasi faktor resiko penyakit KV yang dapat dikoreksi dengan modifikasi gaya hidup pasien dan untuk perencanaan terapi hipertensi essensial selanjutnya. b.2. Sebagai dasar melakukan penelitian lanjut.

  1.6Batasan Penelitian

  Tidak mengamati secara langsung kondisi genetik, vaskuler subjek penelitian melainkan melalui pemeriksaan fisik dan biokimiawi saja.

  1.7 Kerangka Konseptual

  HIPERTENSI ESSENSIAL (Variabel Bebas)

  Gangguan mikrovaskular Resistensi renovaskular

  ↑ Nefrosklerosis Iskemik jaringan

  Kompetisi laktat dengan Perfusi ke ginjal

  ↓ Pemecahan transporter urat di tubulus adenosin proksimal

  ↑ Produksi Ekskresi asam urat

  ↓ Reabsorpsi asam urat

  ↑ asam urat

  HIPERURISEMIA (Variabel Tergantung) Variabel Kendali

  2 Umur (tahun) IMT (kg/m )

  Kelamin (laki-laki/perempuan) Obat-obat anti hipertensi Lamanya menderita hipertensi (tahun) TDS (mmHg) TDD (mmHg) Kadar gula darah (mg/dl) Kadar AUs (mg/dl) TG (mg/dl) Kadar kreatinin serum(mg/dl) Kadar urem serum (mg/dl) Kadar kreatinin klirens (ml/menit)

  2 BAB II