BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi - Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Jasa Marga (Persero) TBK Cabang Belmera Tanjung Mulia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

  Menurut Widjaya (2000:13) komunikasi meliputi suatu proses penyampaian pesan agar diterima dengan baik oleh penerimanya. Oleh karena itu dibutuhkan media penyampaian pesan sebagai perantara dan dibutuhkan pula pada waktu yang tepat untuk menjamin keakuratan informasinya. Pada perusahaan komunikasi digunakan sebagai sarana memotivasi, memberikan perintah dan menciptakan suasana yang kondusif.

  Menurut Purwanto (2003:1) komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan yang biasanya digunakan untuk mentrasfer pesan-pesan ke penerima pesan melalui proses komunikasi.

  Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain (Widjaya, 2000:26). Adapun pengertian komunikasi yang lain menurut Rogers bersama Kincaid, 1981 mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saat saling pengertian yang mendalam (dalam Cangara, 2005:19).

  9 Sedangkan menurut Widjaya (2001:1) menyebutkan penyebab komunikasi didalam suatu perusahaan atau organisasi pada umumnya sebagai hubungan ataupun kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai sarana tukar menukar pendapat atau sebagai kontak antara manusia secara individu ataupun kelompok.

  Berdasarkan defenisi ini, dapat dinyatakan bahwa komunikasi sebagai suatu proses, dalam hal ini orang-orang bermaksud memberikan pengertian melalui pengiriman berita secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota dan berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula sehingga sering disebut rantai pertukaran informasi.

  Komunikasi berperan penting dalam memperlancar kegiatan perusahaan, hal ini dapat terlihat dari beberapa hal berikut : a.

  Dengan komunikasi fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat tercapai.

  b.

  Meningkatkan kegairahan dan motivasi kerja.

  c.

  Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian para pimpinan dapat mengetahui keadaan dari bidang yang menjadi tugasnya.

  d.

  Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan atasan, bawahan dengan bawahan dan antara sesama atasan karena pengawasan yang jelas dan mantap. e.

  Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan, peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

2.1.2 Fungsi Komunikasi

  Dalam terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik, tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Adapun fungsi komunikasi itu sendiri adalah sebagai berikut: a.

  Menginformasikan (to inform) Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan, mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. Informasi yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan.

  b.

  Mendidik (to educate) Penyebaran informasi tersebut sifatnya member pendidikan atau penganjuran sesuatu pengetahuan, menyebarluaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah.

  c.

  Menghibur (to entertaint) Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan. Menyapaikan informasi dalam lagu, lirik dan bunyi, maupun gambar dan bahasa membawa setiap orang pada situasi menikmati hiburan.

  d.

  Mempengaruhi (to influence) Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk member motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kea rah yang baik dan modernisasi.

  Mengenai fungsi komunikasi, Mc Bride (Widjaja, 2000:64-66) menjelaskan dalam arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan tetapi sebagai kegiatan individu atau kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide.

2.1.3 Proses Komunikasi

  Komunikasi tidak berjalan begitu saja, sebab satu kegiatan komunikasi harus menjalani proses komunikasi sehingga baru terlaksana kegiatan komunikasi tersebut : 1.

  Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan Sebelum proses penyampaian pesan dilakukan, maka pengirim pesan harus menyampaikan idea tau gagasan apa yang ingin disampaikan pada pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber,ide yang diolah dalam benak pengirim disaring dan disusun kedalam suatu memori yang dalam pikiran orang yang memiliki mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penyerapan berbagai informasi dan pengalaman berbeda-beda dari setiap individu.

  2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan Pada proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti dengan sempurna pengirim pesan harus memperhatikan subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan latar belakang budaya.

  3. Pengirim menyampaikan pesan Pada saat menyampaikan pesan, dapat digunakan berbagai saluran.

  Biasanya rantai komunikasi yang digunakan relative pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Hal ini akan berpengaruh pada efektivitas penyampaiaj pesan. Ketika penyampaian pesan dapat digunakan berbagai media komunikasi baik media tulisan maupun tulisan.

  4. Penerima menerima pesan Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut.

  5. Pengirim menafsirkan pesan Setelah penerima menafsirkan pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan didalam benak penerima pesan. Selanjutnya pesan baru bisa ditafsirkan secara benar bila si penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim.

6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim

  Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan member sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diterima oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung dari pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi karena ia member kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatau pesan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi misalnya : perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan reaksi secara emosional.

  Tahap 1 Tahap 6 Pengirim mempunyai

  Penerima mengirim ide gagasan pesan

Tahap 2 Saluran dan Tahap 5

  

Media

Pengirim mengubah Penerima menafsir

pesan pesan Tahap 3

  Tahap 4 Pengirim menyampaikan Pengirim menerima pesan pesan

Gambar 2.1 Proses Komunikasi Sumber : Purwanto ( 2003:12)

2.1.5 Jenis-jenis Komunikasi

  Komunikasi yang digunakan perusahaan tentu juga berbeda-beda dan tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut. Sistem adalah keseluruhan komponen atau bagian yang saling bereaksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efesien. Sistem komunikasi yang dianut oleh organisasi akan langsung mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi. Berdasarkan hal ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan mekanisme koordinasi.

  1. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain baik secara tertulis (written) maupun lisan (oral).

  Dalam dunis bisnis, seseorang dapat saja mengekspresikan pesan- pesannya secara nonverbal (tidak secara tertulis atau lisan). Namun, ekspresi secara nonverbal memiliki suatu keterbatasan dalam mengkomunikasikan suatu pesan kepada pihak lain. Sebagai contoh, jika ingin membahas suatu kejadian masa lalu, ide atau abstraksi, seseorang tidak dapat menggunakan ekspresi wajah atau bahasa tubuh untuk menerangkannya. Sebaliknya, dia harus menggunakan bahasa verbal, dengan menyusun kata-kata kedalam suatu pola yang memiliki arti atau makna dalam bentuk tertulis atau lisan.

  Melalui komunikasi secara lisan atau tertulis, diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik.

  Penyampaian suatu pesan secara lisan maupun tertulis memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat mendengar atau membaca apa yang dikatakan dengan baik dan benar.

  2. Komunikasi Nonverbal Bentuk komunikasi yang paling mendasar didalam suatu komunikasi bisnis adalah komunikasi nonverbal. Menurut teori antropologi, sebelum manusia menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan- gerakan tubuh, bahas tubuh (body language) sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi nonverbal sering tidak terencana atau kurang terstruktur. Namun, komunikasi nonverbal memiliki pengaruh yang lebih besar daripada komunikasi verbal. Contohnya saja ketika kita memperhatikan emosi seorang pemimpin dalam suatu organisasi bisnis yang meluapkan kemarahannya kepada bawahan atau karyawan yang melakukan kesalahan fatal dalam menjalankan pekerjaannya.

  Salah satu keunggulan komunikasi nonverbal adalah kesahihannya (reliabilitas). Hal ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat.

3. Komunikasi Ke Atas

  Komunikasi ke atas mengalir ke tingkat yang lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi. Komunikasi mini digunakan untuk memberikan umpan balik ke atas, menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke sasaran, dan menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi. Komunikasi ke atas menyebabkan para manajer menyadari perasaan para karyawan terhadap pekerjaannya, rekan sekerjanya dan organisasi secara umum. Manajer juga mengandalkan komunikasi ke atas untuk memperoleh gagasan mengenai cara memperbaiki kondisi.

  Beberapa contoh organisasi tentang komunikasi ke atas adalah laporan kinerja yang disiapkan oleh manajemen yang lebih rendah untuk ditinjau ulang oleh manajemen level tengah dan puncak, kotak saran, survey sikap karyawan, prosedur keluhan, diskusi atas bawahan, dan pertemuan informal dimana para karyawan mempunyai kesempatan intuk mengidentifikasi dan membahas masalah dengan atasan mereka atau dengan wakil manajemen yang lebih tinggi.

  4. Komunikasi Ke Bawah Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam kelompok atau organisasi ketingkat yang lebih bawah disebut komunikasi kebawah. Pola kebawah digunakan oleh pimpinan kelompok dan manajer untuk menetapkan sasaran, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur ke bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian, dan mengemukakan umpan balik tentang kinerja.

  Namun komunikasi ke bawah tidak harus merupakan kontak lisan atau tatap muka. Bila manajemen mengirim surat karyawan untuk memberitahu mereka mengenai kebijakan cuti sakit yang baru dari organisasi, maka manajemen itu sedang menggunakan komunikasi ke bawah.

  5. Komunikasi Horizontal atau Komunikasi Lateral Ketika komunikasi terjadi di antara kelompok kerja yang sama, di antara anggota kelompok kerja pada tingkat yang sama, diantara manajer pada tingkat yang sama, atau diantara setiap personel yang secara horizontal ekuivalen, kita namakan itu sebagai komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal ini sering diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi.

6. Komunikasi Diagonal

  Komunikasi yang memotong secara menyilang (diagonal) rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil dari hubungan-hubungan departemen lini dan staf, yaitu bahwa hubungan yang ada antara personalia lini dan staf dapat berbeda-beda yang akan membentuk beberapa komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula.

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

  Untuk memberikan dorongan dan menggerakkan orang-orang agar mereka bersedia bekerja semaksimal mungkin, perlu diusahakan adanya komunikasi dan peran serta dari semua pihak yang bersangkutan. Motivasi menunjukkan agar manajer mengetahui bagaimana memberikan informasi yang tepat kepada bawahannya agar mereka menyediakan waktunya guna melakukan usaha yang diperlukan untuk memperoleh saran-saran dan rekomendasi – rekomendasi mengenai masalah yang dihadapai. Untuk itu diperlukan keahlian manajer untuk memberikan motivasi kepada bawahannya agar bisa bekerja sesuai dengan pengarahan yang diberikan.

  Menurut Winardi (2001 : 6) motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada didalam diri seseorang manusia yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang ada pada inti berkisar sekitar imbalan moneter, imbalan non moneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif dan secara negatif hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.

  Menurut McCoormick dalam Mangkunegara (2000 : 94) “motivasi adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja”

  Menurut Wursanto (2002 : 20) menyatakan bahwa motivasi merupakan penggerak, alasan, dorongan yang ada didalam diri manusia yang menyebabkan orang lain berbuat sesuatu. Dapat dikatakan pula bahwa motivasi merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk berbuat atau untuk melakukan sesuatu. Dalam pemberian motivasi tidak terlepas dari kemampuan pimpinan untuk dapat memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan para karyawannya yang kelak akan menentukan efektivitas seorang pimpinan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara pimpinanan dapat memotivasi karyawannya dalam hal pelaksanaan kegiatan.

2.2.2 Teori Motivasi

  Ada beberapa teori motivasi yang berusaha memberikan penjelasan tentang hubungan antara perilaku dan hasilnya, yaitu :

1. Teori Hierarki Kebutuhan (Abraham Maslow)

  Inti dari Teori Maslow adalah bahwa kebutuhan itu tersusun dalam bentuk hierarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologik dan tingkat yang tertinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri (self

  actualization needs ). Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori

  ini digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar dia termotivasi untuk bekerja.

  a.

  Kebutuhan fisiologik (fisik) merupakan kebutuhan akan makan, minum, mendapat tempat tinggal, istirahat/tidur dan seks.

  Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh tiap individu.

  b.

  Kebutuhan akan keamanan atau perlindungan. Tiap individu mendambakan keamanan bagi dirinya termasuk keluarganya.

  c.

  Kebutuhan akan kebersamaan (kebutuhan sosial). Tiap manusia senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama manusia lain.

  Selama manusia di dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan orang lain.

  d.

  Kebutuhan akan penghormatan dan penghargaan (kebutuhan harga diri). Sejelek-jelek kelakuan manusia, tetap mendambakan penghormatan dan penghargaan. e.

  Kebutuhan akan realisasi diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimum, melalui keterampilan dan potensi yang ada serta senantiasa percaya kepada diri sendiri.

  Maslow juga mengemukakan proposisi penting tentang perilaku manusia sebagai berikut : a.

  Manusia merupakan makhluk yang serba berkeinginan (man is a wanting being ).

  Ia senantiasa menginginkan sesuatu dan ia senantiasa menginginkan lebih banyak tetapi apa yang diinginkannya tergantung apa yang sudah dimiliki olehnya.

  b.

  Sebuah kebutuhan yang dipenuhi, bukanlah sebuah motivator perilaku.

  Hanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi, memotivasi perilaku (contoh : kebutuhan akan hawa udara).

  c.

  Kebutuhan manusia diatur dalam suatu seri tingkatan suatu hierarki menurut pentingnya masing-masing kebutuhan.

2. Teori 2 faktor (Hezberg)

  Disini oleh Fedrick Hezberg, kebutuhan disebut dengan istilah Two

  Factor View . Sebelumnya kepuasan orang terbagi menjadi dua, yaitu puas

  dan tidak puas. Penelitian Hezberg melahirkan dua kesimpulan mengenai teori tersebut : Pertama : Ada serangkaian kondisi ektrinsik, dimana keadaan pekerjaan dan hygienic yang menyebabkan rasa tidak puas diantara para karyawan apabila kondisi ini tidak ada maka hal ini tidak perlu memotivasi karyawan. Sebaliknya, apabila keadaan pekerjaan dan hygienic cukup baik, keadaan ini membentuk kepuasan bagi karyawan.

  Selanjutnya Pittsburgh melakukan studi yang kemudian lahirlah teori

  Two Factor , yaitu : a.

   Motivator Disini ada kepuasan kerja atau perasaan positif.

  b.

   Hygiene

  Disini ada perasaan negative atau ketidak puasan kerja Menurut teori ini kita harus menciptakan dan meningkatkan faktor motivator dan mengurangi fakor hygiene. Dalam teori ini terdapat beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpuasan dikalangan karyawan yaitu : 1.

  Kebijakan dan administrasi perusahaan 2. Pengawasan 3. Hubungan dengan pengawas 4. Kondisi kerja 5. Gaji 6. Hubungan dengan rekan sekerja 7. Kehidupan pribadi 8. Hubungan dengan bawahan 9. Status, dan 10.

  Keamanan Sedangkan beberapa faktor yang sering memberikan kepuasan kerja karyawan, yaitu :

1. Tercapainya tujuan 2.

  Pengakuan 3. Pekerjaan itu sendiri 4. Pertanggungjawaban 5. Peningkatan 6. Pengembangan

  Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi, maka manajer harus : 1.

  Menghilangkan ketidakpuasan.

  2. Memberikan peluang untuk pencapaian prestasi, peningkatan dan tanggung jawab.

  3. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan: “Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhati-hati”.

  Model McClelland sangat menekankan perhatian terhadap prestasi

  (Achievement) . Ada 3 kebutuhan yang penting yaitu : a. Achievement

  Artinya adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih baik dari sebelumnya (pencapain prestasi). Orang yang dalam hatinya ada perasaan menggebu-gebu untuk meraih prestasi terbaik, akan sangat bergairah dan termotivasi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sebaliknya, orang yang tidaka ada niat untuk meraih prestasi, akan ketinggalan jauh dibandingkan dengan orang yang termotivasi.

  Hal ini dapat dicapai dengan cara : 1.

   Merumuskan Tujuan 2. Mendapatkan umpan balik 3. Memberikan tanggung jawab pribadi 4. Bekerja keras b. Affiliation

  Artinya adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat dicapai dengan cara :

1. Bekerjasama dengan orang lain 2.

  Membuat kawan di tempat kerja 3. Sosialisasi

  c.

   Power

  Artinya ada kebutuhan kekuasaan, yang mendorong seseorang untuk bekerja sehibgga termotivasi dalam pekerjaannya. Cara orang bertindak dengan kekuasaan sangat tergantung pada : 1.

  Pengalaman masa anak-anak 2. Kepribadian 3. Pengalaman kerja 4. Tipe organisasi

  Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high

  achievers ) memiliki tiga ciri umum yaitu : 1.

  Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.

  2. Menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor lain, seperti kemujuran misalnya.

  3. Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

  Teori tujuan (goals) dikembangkan oleh Latham dan Locke (2000) atas dasar penelitian selama 14 tahun terhadap penetapan tujuan sebagai suatu teknik motivasi. Mereka menyatakan bahwa tingkat produksi pada perusahaan- perusahaan yang mereka pelajarimeningkat rata-rata 19 persen akibat penetapan tujuan. Karakteristik penetapan tujuan adalah : a.

  Tujuan harus bersifat spesifik; b. Tujuan harus cukup menantang tetapi dapat dicapai; c. Tujuan dipandang adil dan masuk akal; d. Karyawan secara individu ikut berpartisipasi dalam penetapan tujuan; e. Umpan balik memastikan bahwa karyawan akan merasa bangga dan puas mendapatkan pengalaman keberhasilan mencapai tujuan yang menantang dan adil; f. Umpan balik dipergunakan untuk mendapatkan komitmen terhadap tujuan yang lebih tinggi lagi.

2.3 Kinerja Karyawan

  Menurut Mangkunegara (2000:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya..

  Menurut Mathis dan Jakson (2000) menyatakan bahwa, kinerja adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan, dimana yang mempengaruhinya, seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi.

  Menurut pengertian diatas, kinerja disamakan dengan hasil kerja dari seorang karyawan. Untuk mencapai kinerja yang baik, unsur yang paling dominan adalah sumber daya manusia, walaupun perencanaan telah tersusun dengan baik dan rapi tetapi apabila orang atau personil yang melaksanakan tidak berkualitas dan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, maka perencanaan yang telah disusun tersebut akan sia-sia. Hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan haruslah dapat memberikan kontribusi yang penting bagi perusahaan yang dilihat dari segi kualitas dan kuantitas yang dirasakan oleh perusahaan dan sangat besar manfaatnya bagi kepentingan perusahaan dimasa yang akan datang.

2.3.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja

  Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja yang baik menurut Mathis dan Jackson (2001:83) adalah :”Kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi”

  Menurut Mangkunegara (2000:67) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah :

  1. Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + skill). Artinya karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekierjaan sehari- hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi yang diharapkan. Oleh sebab itu karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

  2. Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (Attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarrah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

  Menurut Pandji Anogara (2004:178), ada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah sebagai berikut:

  1. Motivasi Pimpinan organisasi perlu mengetahui motivasi kerja dari anggota organisasi karyawan. Dengan mengetahui motivasi itu maka pimpinan dapat mendorong bekerja lebih baik.

  2. Pendidikan Pada umumnya seseorang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai kinerja yang lebih baik, hal demikian merupakan syarat yang penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Tanpa bekal pendidikan, mustahil orang akan mudah dalam mempelajari hal-hal yang bersifat baru dalam cara atau suatu sistem.

  3. Disiplin kerja Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, kedisiplinan dengan suatu latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan.

  4. Komunikasi Komunikasi memiliki banyak pengaruh terhadap kinerja karyawan.

  Komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan serta dengan sesama anggota karyawan lain dalam perusahaan dapat memotivasi karyawan untuk melakukan pekerjaan karena komunikasi yang sesuai telah terjalin dan karyawan mengerti satu sama lain sehingga dapat mencapai tujuan yang dimaksud. Komunikasi yang dilakukan dapat berupa komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal.

5. Sikap etika kerja

  Sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang didalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok lain. Etika dalam hubungan kerja sangat penting karena dengan tercapainya hubungan yang seimbang antara perilaku dlam proses produksi akan meningkatkan kinerja.

  6. Gizi dan kesehatan Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan yang didapat, hal ini mempengaruhi kesehatan karyawan, dengan semua itu akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

  7. Tingkat penghasilan Penghasilan yang cukup akan memberikan semangat kerja tiap karyawan untuk memacu prestasi sehingga kinerja karyawan akan meningkat.

8. Lingkungan kerja dan Iklim kerja

  Lingkungan kerja dari karyawan termasuk hubungan kerja antara karyawan, hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan penerangan dan sebagainya. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari perusahaan karena sering karyawan enggan bekerja, karena tidaka ada kekompakan dalam kelompok kerja atau ruang kerja yang tidak menyenangkan.Hal ini tentu mengganggu kerja karyawan.

9. Teknologi

  Dengan adanya kemajuan teknologi yang meliputi peralatan yang semakin otomatis dan canggih akan mendapat dukungan tingkat produksi dan mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan.

10. Sarana produksi

  Faktor-faktor produksi harus memadai dan saling mendukung dalam proses produksi.

  11. Jaminan Sosial Perhatian dan pelayanan perusahaan kepada setiap karyawan, menunjang kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan semakin bergairah dan mempunyai semangat untuk bekerja.

  12. Manajemen Dengan adanya manajemen yang baik maka karyawan akan berorganisasi dengan baik, dengan demikian kinerja akan tercapai.

  13.Kesempatan Berprestasi Setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya, dengan memberikan kesempatan berprestasi, maka karyawan akan meningkatkan kinerja.

2.3.2 Pengukuran Kinerja Karyawan

  Hasil kinerja seseorang atau perusahaan dapat berwujud fisik atau non fisik. Kinerja dapat diukur dengan melalui analisa jabatan dengan mengurai visi, misi, dan tujuan organisasi melalui uraian jabatan disusun berdasarkan hasil kerja yang diharapkan jabatan tersebut. Uraian jabatan dapat diurai lebih rinci lagi dalam bentuk rencana tindakan kinerja dan sasaran-sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu.

  Menurut Mathis dan Jackson (2000:78) pada dasarnya pengukuran kinerja didasarkan pada 5 hal berikut :

  1. Kuantitas output, yaitu menyangkut jumlah output yang dihasilkan

  dan ketepatan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan rutin 2.

   Kualitas output, yaitu meliputi ketepatan mutu dalam

  menghasilkan output yaitu menyangkut kerapian, ketelitian dan keterampilan

  3. Jangka waktu output, yaitu pemanfaatan waktu yang telah

  disesuaikan 4.

   Kehadiran ditempat kerja 5. Sikap kooperatif, yaitu menyangkut cara bersikap diperusahaan,

  baik terhadap atasan, karyawan lain ataupun terhadap pekerjaan yang diberikan untuk penyelesaian secara bersama-sama.

  Tolak ukur kinerja atau performance standard dapat pula disusun berdasarkan tiga kriteria umum, yaitu QQC atau singkatan dari Quantity, Quality

  

dan Cost. Dalam penerapannya, ketiga kriteria umum QQC tersebut dapat digunakan seutuhnya secara bersama-sama, atau dapat cukup dipakai dua kriteria umum atau bahkan untuk alasan kemudahan dalam penerapannya, digunakan satu kriteria umum saja. Perincian penjelasan mengenai ketiga kriteria umum QQC yang dapat digunakan dalam penerapan tolak ukur kinerja jabatan (job

  

performance standard) ataupun tolak ukur kinerja untuk unit kerja organisasi

  (organizational unit performance standard) tersebut adalah : 1.

   Quantity (kuantitas), yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait

  dengan jumlah hasil kerja yang dinyatakan dalam ukuran angka atau yang dapat dipadankan dengan angka

  2. Quality (kualitas), yakni segala bentuk ukuran yang terkait dengan

  mutu atau kualitas hasil kenja dan dinyatakan dalam ukuran angka atau yang dapat dipadankan dengan angka

  3. Cost (biaya), yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan

  jumlah biaya, bahan, waktu atau sumber daya perusahaan yang terpakai untuk menghasilkan satu satuan hasil kerja (Wungu : 2003,46)

2.4 Penelitian Terdahulu

  Pagit Rima Tarigan (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT.Twins Sukses Abadi Belawan”. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampling jenuh (sensus). Data dikumpulkan menggunakan wawancara dan draf pertanyaan (kuesioner). Variabel yang diukur menggunakan skala likert. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS 12.0 dan pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier sederhana.

  Hasil penelitian menggunakan SPSS 12.0 menunjukkan bahwa komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 31,8%, artinya bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh komunikasi sebesar 31,8%, sedangkan sisanya sebesar 62,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

2.5 Kerangka Konseptual

  Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi antar individu yang dilakukan melalui suatu sistem yang biasa (lazim) baik dengan symbol - simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan yang biasanya digunakan untuk mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses komunikasi, sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh atasan berdasarkan peraturan dan kondisi yang ada sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.

  Motivasi adalah penggerak, alasan, dorongan yang ada didalam diri manusia yang menyebabkan orang lain berbuat sesuatu, yang bisa bersumber dari gaji, keamanan kerja, dan status. Dapat dikatakan pula bahwa motivasi merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk berbuat atau untuk melakukan sesuatu secara sukarela berusaha bekerja keras dan secara kooperatif dengan karyawan lain serta mampu meningkatkan kinerja.

  Sebagaimana diketahui, bahwa untuk meningkatkan kinerja karyawan, maka pimpinan perusahaan harus berusaha agar setiap bawahannya dapat bekerja sama dengan segala kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan motivasi agar dapat meningkatkan kinerja mereka.

  Berdasarkan pendapat Pandji Anogara (2004:178) bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh komunikasi dan motivasi karyawan dimana mereka bekerja.

  Secara skematis, kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2

  Komunikasi (X

  1 )

  Kinerja (Y) Motivasi

  (X )

  2 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sumber : Purwanto (2003:1), Wursanto (2002 : 302), Mangkunegara (2000:75), data diolah.

2.6 Hipotesis

  Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah peneliti kemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah :

  

“Komunikasi dan Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kinerja karyawan pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera

Tanjung Mulia “

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Insentif Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan

4 49 130

Pengaruh Etika Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera Medan

10 107 95

Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Jasa Marga (Persero) TBK Cabang Belmera Tanjung Mulia

5 58 162

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja - Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi, Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kinerja Karyawan di Politeknik Unggul LP3M Medan

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Komunikasi - Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Ptpln (Persero) Area Binjai

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi dan Motivasi terhadapat Kinerja Organisasi Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., Cabang Simpang Pos Medan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Organisasi - Pengaruh Etika Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera Medan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi dan Kompetensi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

0 3 32

Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Jasa Marga (Persero) TBK Cabang Belmera Tanjung Mulia

0 0 37