BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Organisasi - Pengaruh Etika Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perilaku Organisasi

  Menurut Thoha (2007:5) “perilaku organisasi merupakan suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu”. perilaku organisasi adalah sebagai berikut: a.

  Studi perilaku organisasi termasuk di dalamnya bagian-bagian yang relevan dari semua ilmu tingkah laku yang berusaha menjelaskan tindakan-tindakan manusia didalam organisasi.

  b.

  Perilaku organisasi sebagaimana suatu disiplin ilmu mengenai bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan diatur dan siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya. Walaupun dikenal adanya keunikan pada individu, namun perilaku organisasi masih memusatkan pada kebutuhan manajer untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas atau pekerjaan dapat dijalankan dengan baik.

  Manajer dapat menjamin bahwa keseluruhan tugas atau pekerjaan dapat dijalankan dengan baik karena manajer disini dapat mengendalikan baik secara langsung maupun secara tidak langsung perilaku karyawan yang ada pada suatu perusahaan.

2.2 Etika

2.2.1 Pengertian Etika

  Menurut Ernawan (2007:2) “etika merupakan cabang dari filsafat mencari buruknya tingkah laku manusia”. Etika hendak mencari, tindakan manusia yang manakah yang baik. Etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia dan masyarakat seperti, antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan ilmu hukum. yang berkenaan dengan kebiasaan baik atau buruk yang diterima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Pada hakikatnya moral menunjuk pada ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan dengan perinsip-perinsip yang telah dikembangkan diberbagai wacana etika atau aturan-aturan yang diberlakukan sebagai suatu profesi.

  Menurut Ernawan (2007:2) “etika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat, tujuannya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai tentunya dapat diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu”.

  Menurut Bertens (2000:3) “bahwa etika berpengaruh terhadap kewajiban moral, tanggung jawab, dan keadilan sosial”. Etika secara lebih kontemporer mencerminkan karakter perusahaan, yang merupakan kumpulan dari individu- individu.

  Menurut Simorangkir (2007:3) “etika merupakan suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individu dan sosial sehingga dapat menetapkan antara untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dijadikan sasaran dalam hidup”.

2.2.2 Perbedaan Etika dan Etiket

  perbedaan yang sangat mendasar antara keduanya. Dari asal katanya etika berarti perilaku sedangkan etiket berarti sopan santun. Pengertian etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa Perancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia. Sementara itu etika berasal dari bahasa latin yang berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut pandang budaya, susila, dan agama.

  Menurut Ernawan (2007:7) perbedaan etika dan etiket adalah: a. Etiket menyangkut cara suatu melakukan perbuatan yang harus dilakukan manusia. Diantaranya beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat yaitu cara yang duharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.

  b.

  Etiket tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika menyangkut pilian yaitu apakah perbuatan boleh dilakukan atau tidak.

  c.

  Etiket hanya berlaku dalam pergaulan pada suatu kelompok tertentu.

  Bila tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku d.

  Etika selalu berlaku dimana saja dan kapan saja, meskipun tidak ada saksi mata, tidak tergantung pada ada dan tidaknya seseorang.

  e.

  Etiket bersifat relatif artinya yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan, bisa saja di anggap sopan dalam kebudayaan lain.

  f.

  Etiket bersifat absolut. Prinsip-prinsipnya tidak dapat ditawar lagi dan harus dilakukan.

  g.

  Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja.

2.2.3 Persamaan Etika dan Etiket

  Namun disamping terdapat perbedaan antara etika dan etiket terdapat juga persamaan antara keduanya. Menurut Ernawan (2007:6) persamaan antara etika dan etiket yaitu: a.

  Keduanya, menyangkut objek yang sama yaitu perilaku manusia.

  b.

  Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2.3 Teori Etika

  Menurut Bertens (2000:66) teori etika, yaitu: a. Utilitarisme

  Utilitarisme berasal dari kata latin utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarkat sebagai keseluruhan.

  b.

  Deontologi Deontologi berasal dari bahasa yunani deon yang berarti kewajiban. Atas pertanyaan “mengapa perbuatan ini adalah baik dan perbuatan itu harus ditolak secara buruk” deontologi menjawab: karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang. Yang menjadi c.

  Hak Teori hak adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban, dan dapat dikatakan hak dan kewajiban bagaikan dua mata sisi dari uang logam yang sama.

2.4 Pengertian Etika Kerja

  Rudito (2007:45), “etika sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau institusi”.

  Jadi, etika kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang terwujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka.

  Rudito (2007:35) “yang menyatakan etika kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu”. Hal ini sesuai dengan pendapat Supardan (2009:29) “yang menyatakan bahwa etika kerja adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka”. Etika kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan.

  Ernawan (2007:14) “etika kerja merupakan sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa”. Etika kerja yang tinggi tentunya rutinitas tidak akan membuat mendasari etika kerja tinggi di antaranya keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan, maka individu yang mempunyai etos kerja tinggi akan turut serta memberikan masukan-masukan ide di tempat bekerja.

2.5 Fungsi Etika Kerja

  Secara umum etika kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut Ernawan (2007:14) fungsi etika kerja adalah:

1. Pendorong timbulnya perbuatan.

  Etika kerja dapat menjadi pendorong timbulnya perbuatan, dimana etika kerja dapat membuat individu atau dalam kelompok dapat melakukan suatu perbuatan agar dapat pencapai hal yang diinginkan 2. Penggairah dalam aktivitas.

  Dalam melakukan sebuah aktivitas sehari-hari baik itu secara individu atau dalam kelompok, etika kerja dapat menjadikannya lebih bersemangat dalam menjalankan aktivitas tersebut. Sehingga dapat dicapai hasil yang diinginkan.

3. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar.

  Etika kerja dapat menggerakkan individu atau sekelompok orang agar mau melakukan sesuatu untuk mencapai hal yang diinginkan, sehingga terciptalah kesepakatan dalam pencapaian target tersebut.

2.6.1 Pengertian Kinerja Karyawan

  Sofyandi (2008:56) “kinerja karyawan merupakan fungsi perkalian dari usaha karyawan (effort), yang didukung dengan motivasi yang tinggi, dengan kemampuan karyawan (ability), yang diperoleh melalui latihan-latihan”.

  Gomes (2003:160) ”kinerja yang meningkat, berarti performansi yang baik akan menjadi feedback bagi usaha atau motivasi pekerja pada tahap berikutnya”.

  Penilaian kinerja karyawan memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan-tujuan dan standar- standar kinerja serta memotivasi karyawan di waktu berikutnya. Penilaian kinerja karyawan memberikan dasar bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan, transfer, dan kondisi-kondisi kepegawaian lainnya.

  Menurut Wibowo (2011:75) “kinerja merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar yang ditetapkan”. Dengan demikian kinerja memfokuskan pada hasil kerjanya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia di dalam suatu organisasi yang memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Kinerja Karyawan

  Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja karyawan, diantaranya yaitu: Faktor Kemampuan

  Secara umum kemampuan ini terbadi menjadi 2 yaitu kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill). Seorang karyawan seharusnya memiliki kedua kemampuan tersebut agar dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan spesifikasi dan standar kerja yang telah ditentukan didalam sebuah perusahaan.

  2. Faktor Motivasi motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi bagi karyawan sangat penting untuk mencapai visi dan misi suatuperusahaan. Menjadi karyawan yang baik hendaknya merupakan motivasi yang terbentuk dari awal (by plan), bukan karena keterpaksaan atau kebetulan (by accident).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: a.

  Performance = Ability + Motivation b. Ability = Knowledge + Skill c. Motivation = Attitude + Situation

  Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kinerja seseorang terkait dengan kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Kemampuan sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan (knowledge) dan keahlian (skill), sedangkan motivasi dipengaruhi oleh sikap (attitude) dan situasi (situation) yang kemudian

2.6 Penelitian Terdahulu

  Hidayat (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Kinerja Karyawan Dengan Etika Kerja Islami Sebagai Variabel Moderator (Studi Pada Karyawan CV. Arafah Group Sukaharjo). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Cv. Arafah Group Sukaharjo. Populasi sebanyak 60 karyawan. Metode penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, dimana seluruh populasi dijadikan responden. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier berganda moderated regresion analysis (MRA) dan analysis of variance (ANOVA), dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Kriteria pengujian hipotesi menggunakan toleransi kesalahan (a) sebesar 0.05. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah agar CV. Arafah Group mulai menata dan menerapkan program pengembangan karyawan, pelatihan, perencanaan karir serta menyempurnakan desain pekerjaan. Untuk penelitian kedepannya hendaknya responden yang diteliti supaya lebih luas agar dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

  Andri (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Bank Central Asia, Tbk KCP Pulo Brayan Medan”. Hasil penelitian menunjukkan gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh secara serempak terhadap kinerja karyawan pada PT Bank Central Asia, Tbk KCP Pulo Brayan Medan. Hal tersebut dapat

  hitung

  dari t tabel sebesar 3,31 pada tingkat signifikansi 5 %. Gaya kepemimpinan merupakan variabel yang paling dominan yakni sebesar 6,007 jika dibandingkan dengan lingkungan kerja sebesar 2,162 dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05.

  Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2005), dengan judul ”Pengaruh Pengawasan dan Semangat Kerja Terhadap kinerja Karyawan PT.

  Delta Marlin Dunia Tekstil di Karanganyar”. Bahwa secara bersama-sama semangat kerja dan pengawasan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat analisis uji validitas, uji rehabilitas, uji t, uji f dan uji R2.

2.7 Kerangka Konseptual

  Etika kerja merupakan sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa.

  Melalui etika kerja yang baik maka diharapkan dapat menjadikan perusahaan tersebut menjadi lebih maju yaitu dengan peningkatan kinerja yang dilakuan oleh para karyawan tersebut.

  Kinerja karyawan merupakan fungsi perkalian dari usaha karyawan karyawan (ability), yang diperoleh melalui latihan-latihan. Kinerja yang meningkat, berarti performansi yang baik akan menjadi feedback bagi usaha atau motivasi pekerja pada tahap berikutnya.

  Etika kerja yang tinggi tentunya rutinitas tidak akan membuat bosan, bahkan mampu meningkatkan prestasi kerja atau kinerja. Hal yang mendasari etika kerja tinggi di antaranya keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan, maka individu yang mempunyai etos kerja tinggi akan turut serta memberikan masukan-masukan ide di tempat bekerja.

  Jadi etika kerja berhubungan erat dengan kinerja karyawan, semakin baik tingkat etika kerja karyawan pada sebuah perusahaan maka akan semakin tinggi jugalah tingkat kinerja yang dihasilkan oleh karyawan tersebut.

  Kinerja Etika Kerja Karyawan Sumber : Bertens, K (2000) dan Robbins (2001)

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

  Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan kerangka konseptual yang diuraikan, maka hipotesis pada penelitian ini adalah “ Etika kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera Medan”.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Insentif Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan

4 49 130

Pengaruh Etika Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera Medan

10 107 95

Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Jasa Marga (Persero) TBK Cabang Belmera Tanjung Mulia

5 58 162

Pengaruh Persepsi Mengenai Penilaian Prestasi Kerja Terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan Pt Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera Medan

1 52 73

Peranan Struktur Organisasi Pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera

26 262 46

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja - Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja - Pengaruh Stress dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Pemuda Medan

1 31 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Budaya Organisasi - Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada Pt Asam Jawa

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi - Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Cv. Grand Keude Kupie Medan

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Organisasi 2.1.1. Pengertian Organisasi - Pengaruh Faktor-Faktor Organisasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Stress Kerja pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Dumai

0 0 31