SEKILAS TENTANG PLURALISME DI MALAYSIA DAN INDONESIA Asmawita

  Edisi Khusus Banjar 2008 Newsletter interfidei

  Daftar Isi Penanggung Jawab Elga Sarapung

  Sekilas tentang Pluralisme di Malaysia dan Indonesia:

  Asm a wita Pemimpin Redaksi

  Quo Vadis KPPSI:

  Amin Ma'ruf

  H. Aswa r Ha sa n Tim Redaksi

  Toleransi dalan Berwarga Negara

  Listia, Lian Gogali, Muh. Luq m a n Arifin

  Suhadi, Leo C. Epafras

  TANGGUNG JAWAB: Kunci Keseimbangan Antara Negara

  Elga Sarapung

  dan Agama, Sebuah Refleksi

  Pd t. Minc e Pa ng e m a na n, S.Th Setting/ Layout Sarnuji SR

SEMPITNYA RUANG HIDUP PEREMPUAN DI ACEH

  No rm a Susa nti RM Keuangan Eko Putro Mardiyanto

  KORUPSI, UANG NEGARA, DAN DOSA: Sebuah Sharing Pengalaman

  Sa m ue l Asse Ble ss Sekretaris

PENGALAMAN KANISAH ORTHODOX SYRIA DALAM

  Dian Mutianingrum

KONTEKS MASYARAKAT INDONESIA

  Y. Da ha b i a l-Fa m Distributor Susanto, Supriyanto

  Simbiose Negara dan Agama: Potret Kebingungan Eksistensial Pui Bubun

  Yustinus Sa p to Ha rd ja nto Diterbitkan oleh:

  Wajah Syariat Islam Yang Diformalisasi: Institut DIAN/ Interfidei. Potret upaya otonomi khusus syariat Islam, menuju Sulsel

  Jl. Banteng Utama 59,

  “Serambi Madinah”

  Perum Banteng Baru Zub a ir Um a m Yogyakarta, 55581, Indonesia.

  Phone/Fax.:0274-880149.

  Agama dan Negara: Perspektif Hak Asasi Manusia

  E-mail: MM. Billa h dianinterfidei@yahoo.com; Website: Hubungan Agama dan Negara: Pandangan Agama Kristen

  Http://www.interfidei.or.id.

  Za ka ria J. Ng e lo w

Newsletter Interfidei ini terbit 1 tahun sekali, sebagai media yang mengangkat isu-isu

sosial keagamaan. Newsletter Interfidei menerima tulisan-tulisan dari kalangan

manapun. Tulisan antara 3 - 5 halaman disertai biodata atau foto penulis. Pengutipan

harap disebutkan sumbernya.

  interfidei new sletter Ed ito rial

  2

  3 Edisi Khusus 2008 interfidei newsletter

  Edisi Khusus Banjarmasin 2008

Pendahuluan pemerintah yang berkuasa pada saat itu

  sebagaimana pendapat Kuntowijoyo yang dikutip

  ASYARAKAT plural dapat diartikan oleh Bachtiar Efendi (2002). Meskipun demikian

  sebagaimana yang dipahami banyak memahami konflik yang terjadi di antara

  M

  orang adalah masyarakat yang terdiri kelompok-kelompok sosial di suatu masyarakat dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda terutama di Indonesia tidaklah cukup hanya latar belakang sosial dalam berbagai aspek sosial dengan menggunakan teropong pluralisme seperti adat-budaya, ras, bangsa dan atau agama berbasiskan pendekatan politik. Beberapa yang mempengaruhi cara-cara kehidupan pendekatan lainnya dapat digunakan bersamaan sosialnya. Meskipun hidup terpisah secara adat- untuk memahami konflik-konflik sosial yang budaya (seperti nilai, norma perilaku dan bahasa) pluralisme dianggap sebagai penyebabnya, namun kelompok-kelompok ini hidup bersama terutama untuk kasus-kasus konflik yang terjadi dalam satu kesatuan politik sehingga dikatakan di masyarakat Indonesia. oleh Furnivall (Choo Keng Kun, 1985) Pada kesempatan ini penulis ingin “bercampur tetapi tidak bergabung”. menyajikan sekilas pengalaman Malaysia dalam

  Pluralisme dapat menjadi sesuatu memahami dan menangani konflik ras dengan kekuatan yang positif bagi suatu masyarakat atau menggunakan pendekatan politik ekonomi. bangsa, tetapi juga dapat menjadi sesuatu yang Penulis juga ingin menggunakan beberapa negatif yang mengancam kelangsungan hidup pendekatan dalam melihat permasalahan masyarakat atau bangsa tersebut. Paling tidak hal- pluralisme di Indonesia berdasarkan penalaman hal negatif yang ditimbulkan oleh pluralisme akan pengamatan penulis. Penulis harapkan tulisan ini mengganggu stabilitas sosial masyarakat atau nantinya dapat menjadi sumbangan pemikiran bangsa tersebut. bagi peserta-peserta pertemuan Interfidei di masa

  Menurut Kuntowijoyo toleransi positif mendatang. dan toleransi negatif yang dikembangkan dalam masyarakat plural akan sangat mempengaruhi Pluralitas Masyarakat Malaysia sifak komunikasi antar kelompok yang berbeda di Malaysia adalah contoh yang baik bagi suatu masyarakat. Maka dalam hal ini kebijakan sebuah masyarakat plural jika diartikan sebagai politik pemerintah atau penguasa berperan masyarakat majemuk seperti yang dikemukakan penting untuk mengembangkan salah satu dari oleh Choo Keng Kun (1985). Sejarah kehidupan bentuk toleransi tersebut. (Efendi, 2002). sosial masyarakat Malaysia menunjukkan bahwa

  Apabila pengertian di atas kita gunakan awal dari kehidupan sosial yang majemuk ini untuk melihat wajah pluralisme masyarakat adalah sistim politik ekonomi pemerintah British Indonesia di setiap penggal perjalanan sejarahnya ketika Tanah Melayu di bawah penjajahan maka tidak terlepas dari kebijakan politik Inggris. Meskipun pada masa sebelum penjajahan

  

SEKILAS TENTANG PLURALISME DI MALAYSIA DAN INDO NESIA

Asmawita

  interfidei new sletter

  Inggris Tanah Melayu telah ditempati pendatang menetap di Tanah Melayu (Comber, 1985; dari Daratan Cina namun tidak terjadi mesalah Abdullah Yusuh, 1990). yang mencolok di antara kelompok etnik Cina Toleransi orang Melayu tidak saja dengan masyarakat Melayu. Bahkan menurut dibidang politik seperti tersebut di atas tetapi juga Comber (Asmawita, 2000) telah terjadi asimilasi di bidang pendidikan dan ekonomi, namun budaya diantara ke dua kelompok masyarakat perbaikan kehidupan sosial terutama di bidang uyang berbeda bangsa tersebut. Hanya saja pada ekonomi tidak dirasakan oleh kaum Melayu. masa penjajahan Inggris, pemerintahan British Bahkan kaum melayu semakin tertinggal oleh mengkotak-kotakkan kawasan tempat tinggal kaum-kaum lainnya terutama Cina. Hal tersebut masyarakat berdasarkan ras yaitu bangsa Cina, disebabkan oleh sistem politik, ekonomi dan India dan Melayu. Keadaan ini menurut Ooi Jin- sosial pada masa penjajahan masih dipertahankan B a e ( A s m a w i t a , 2 0 0 0 ) m e n y e b a b k a n dan tidak banyak mengalami perubahan keterasingan kehidupan sosial satu sama lain di meskipun Tanah Melayu sudah merdeka (Jomo, antara ketiga rumpun bangsa tersebut. 1988).

  Keterasingan kehidupan sosial di antara Ketidakseimbangan diantara kaum Cina suku bangsa yang berbeda tersebut berdampak dengan Melayu khususnya tidak hanya terlihat di kepada timbulnya rasa curiga, was-was dan tidak bidang ekonomi tetapi juga di bidang senang dari pihak kaum Melayu terhadap pembangunan wilayah. Kota-kota yang pendatang, khususnya terhadap orang-orang kebanyakan didiami oleh kaum Cina dan India Cina. Perasaan curiga tersebut muncul mengalami pembangunan yang pesat dengan disebabkan beberapa faktor di antaranya menurut infrastruktur dan fasilitas-fasilitas yang Jomo adalah jumlah orang-orang Cina yang mendukung terwujudnya kehidupan yang semakin banyak (Asmawita 2000) dan taraf modern. Sebaliknya di desa-desa yang didiami ekonomi orang-orang Cina yang jauh lebih baik oleh pribumi atau kaum Melayu tidak mengalami dibandingkan taraf ekonomi masyarakat Melayu pembangunan yang berarti (Ooi Jin-Bee, 1968). menurut Ooi Jin-Bae (Asmawita 2000) adalah Pertentangan yang bersifat ekonomi, akibat politik ekonomi pemerintah British yang sosial dan politik yang memang telah lama ada di berdasarkan kepada sistem kapitalisme yang telah antara kaum-kaum tersebut memuncak dan mendorong munculnya kelas ekonomi pedagang menyebabkan meletusnya peristiwa kerusuhan 13 yang banyak dikuasai oleh kaum Cina. Selain itu, Mei 1969. Peristiwa ini menyadarkan pemerintah faktor perbedaan agama dan adat istiadat turut bahwa politik ekonomi yang dijalankan selama mempertajam ketidaksenangan masyarakat ini membuat jurang kesejahteraan di antara kaum. Melayu terhadap orang-orang Cina. Hal ini berimbas kepada berkembangnya

  Setelah kemerdekaan, kerajaan Malaysia perbedaan-perbedaan pada aspek sosial lainnya melaksanakan pembangunan masih berdasarkan menjadi pemicu konflik di antara kaum-kaum kepada politik ekonomi yang dilaksanakan tersebut. pemerintahan British yaitu atas dasar etnik/ras Menyadari keadaan tersebut, pemerintah bangsa. Akibatnya jurang kehidupan sosio- membentuk dasar sosio-ekonomi baru yang dapat ekonomi di antara kelompok masyarakat Cina dan menyeimbangkan keikutsertaan setiap kaum di masyarakat Melayu terus terjadi dan bahkan dalam biang ekonomi. Dasar ekonomi tersebut semakin terlihat dengan jelas. dinamakan dengan Dasar Ekonomi Baru (DEB).

  Pada saat yang sama masyarakat Melayu Dengan dasar tersebut pemerintah memperbaiki senantiasa diminta untuk toleransi terhadap keseimbangan ekonomi antara kaum, membasmi pendatang asing. Persekutuan Tanah Melayu kemiskinan dan mendorong rakyat pribumi agar tahun 1948, berdirinya United Malay National lebih banyak terlibat did alam sektor perdagangan Organisation dan Undang-undang Imigrasi tahun dan perindustrian (Fong, Chan Onn, 1991). 1957 tentang kewarganegaraan orang-orang Cina Berdasarkan DEB, pembangunan dan India sebagai bukti toleransi bangsa Melayu Malaysia terus berjalan sampai hari dan mencapai yang sangat tinggi terhadap pendatang asing yang pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

  Edisi Khusus

4 Edisi Khusus 2008

  interfidei newsletter Edisi Khusus Banjarmasin 2008

  tidak saja dibidang ekonomi, tetapi juga di masyarakat dari kelompok agama maupun suku berbagai bidang sosial lainnya. Sebagaimana lainnya. Mungkin dapat dikatakan bahwa disaksikan bahwa masyarakat Malaysia saat ini pluralisme dalam kehidupan sosial masyarakat tidak mudah terpancing dengan hal-hal yang dapat Indonesia dalam perspektif negatif mulai menimbulkan konflik terbuka diantara kaum- berkembang saat itu. kaum yang mempunyai perbedaan yang jelas Ketakutan akan pluralisme yang dimaknai dalam bidang budaya maupun agama. dengan terpecah-belahnya kembali masyarakat

  Indonesia setelah kemerdekaan memunculkan

  

Pluralitas Masyarakat Indonesia sikap penolakan oleh sebagian orang terhadap

  Dapat dikatakan bahwa tidak banyak Piagam Jakarta, walau tujuh kata tersebut adalah perbedaan sejarah kehidupan sosial masyarakat untuk urusan umat Islam sendiri tanpa melibatkan Malaysia dengan kehidupan sosial masyarakat kaum lainnya. Penolakan tersebut akhirnya Indonesia sebelum dan pada masa penjajahan. menghasilkan hapusnya tujuh kata penting bagi Indonesia sejak lama telah menjadi masyarakat umat Islam itu pada awal perpolitikan Indonesia. plural. Kedatangan bangsa-bangsa asing dan Ketidakpuasan dan ketidakadilan pembagian menetap di berbagai wilayah nusantara telah wilayah kekuasaan di awal kemerdekaan membawa pengaruh besar terhadap perubahan menumbuhkan bibit-bibit perlawanan pada adat-budaya dan kepercayaan atau agama kelompok-kelompok yang mengusung nama masyarakat setempat. Selain itu, penghijrahan agama. orang-orang dari suku dan wilayah tertentu ke Ketiakpuasan kelompok-kelompok wilayah lainnya di nusantara mempunyai andil tersebut mencetuskan pergolakan dan perlawanan besar dalam pembauran adat-istiadat dan bersenjata. Mulai saat itu dimensi agama terutama kebiasaan di antara suku-suku yang berbeda agama Islam dianggap rentan terhadap faktor tersebut. perpecahan di dalam kehidupan berbangsa. Berdirinya kerajaan Hindu dan Budha, Stigma terhadap kelompok-kelompok Islam mulai demikian pula kerajaan Islam merupakan proses berkembang. Kecirgaan dijadikan alasan untuk dari terjadinya pengaruh bangsa-bangsa asing itu. membatasi dan menekan kelompok-kelompok Demikian pula, adanya persamaan kosa kata tersebut. Selain itu terjadi juga tekanan-tekanan dengan makna yang sama serta kesamaan adat- terhadap suatu kelompok minoritas karena alasan- budaya diantara beberapa suku yang ada di alasan tertentu. nusantara merupakan bukti telah terjadinya difusi Pergantian pemerintahan tidak membawa maupun asimilasi. Masyarakat seperti itu dapat perubahan pada kehidupan pluralisme di dikatakan sebagai masyarakat perpaduan atau Indonesia, bahkan warna-warni plural semakin tak integral. Tidak tertulis dalam sejarah adanya harmonis. Politik pembangunan pemerintahan peristiwa besar yang melibatkan pertentangan orde baru memunculkan berbagai kelompok diantara penduduk disebabkan oleh perbedaan kepentingan yang menambah ramainya pluralitas. suku atau ras maupun perbedaan kepercayaan dan Kepentingan politik dan ekonomi membaur agama. Oleh karena itu istilah masyarakat plural menjadi satu dengan kepentingan etnik dan suku untuk menggambarkan masyarakat yang ada di serta agama. Keberpihakan pemerintah terhadap nusantara pada saat itu mungkin tidak begitu kelompok-kelompok dengan latar belakang sesuai. Sebagaimana Malaysia, perbedaan oleh tertentu menyebabkan tumbuhnya bibit-bibit faktor suku, ras maupun agama menjadi bibit-bibit konflik yang diredam oleh kebijakan atau politik konflik setelah penjajah memanfaatkan SARA. Sehingga bibit-bibit konflik tersebut tidak perbedaan-perbedaan tersebut untuk politik bisa dibicarakan secara terbuka. Sedangkan “pecah-belah” dalam rangka mempertahankan permasalahan-permasalahan yang timbul kekuasaan penjajahannya selama tiga abad lebih dianggap tidak berakar dari unsur-unsur SARA di Nusantara (Sumartana, 2002). Mulai muncul tersebut. Orang mulai membicarakan pluralisme stigma agama maupun suku terhadap masyarakat hanya dalam kerangka toleransi. Toleransi seperti dari kelompok agama atau suku tertentu oleh inilah yang disebut oleh Kuntowijoyo sebagai

  5 Edisi Khusus 2008

  interfidei new sletter Edisi Khusus toleransi negatif yang akhirnya banyak lebar.

  menimbulkan permasalahan pluralisme (Efendi, Perbedaan kehidupan sosial masyarakat 2002). miskin dengan yang kaya semakin jelas. Dengan kerangka ini, toleransi harus Stereotype di kalangan kelompok-kelompok ditumbuhkan dan dikembangkan oleh kelompok berbeda ini tanpa disadari tumbuh subur. Apriori, mayoritas terhadap kelompok minoritas. Dan prejedice dengan sendirinya muncul dan tentu saja yang dimaksud adalah toleransi umat mewarnai sikap masing-masing kelompok Islam sebagai kelompok mayoritas terhadap tersebut. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang kelompok-kelompok lainnya yang minoritas. memihak kepada konglomerat maupun kelompok

  Oleh karena kelompok mayoritas tertentu mempertajam dan memperluas sikap d i l a b e l k a n d e n g a n a g a m a , m a k a y a n g apriori dan prejudice di kalangan masyarakat. dimaksudkan dengan kelompok minoritas adalah Selain itu terbentuk pula kelompok- juga yang berlabelkan agama. Stigma yang kelompok masyarakat rantau. Pertumbuhan melekat pada agama Islam dan Kristen secara ekonomi yang menakjubkan di masa orde baru berlawanan sejak zaman penjajahan menyebabkan memberi peluang meningkatnya lapangan pengertian kelompok minoritas seterusnya lebih perniagaan bagi kalangan menengah. Kebanyakan dimaksudkan ke pada umat Kristiani. Hal ini mereka yang merantau ke daerah di luar daerahnya berpengaruh kepada kerangka pembahasan dan bergerak di bidang perniagaan meraih pluralisme yang mengarah kepada toleransi “kesuksesan”. Sebagaimana teori Grafitasi maka agama, dan aspek atau faktor-faktor lainnya mereka menjadi daya tarik bagi orang-orang lain menjadi tidak begitu penting serta tidak mendapat atau keluarga dikampungnya untuk mengadu perhatian yang layak. Ini menunjukkan bahwa nasib di tempat yang sama. pendekatan penyelesaian masalah yang digunakan Persamaan suku, adat-kebiasaan, bahasa oleh pemerintah adalah penyederhanaan dan tempat asal bahkan persamaan keyakinan dan permasalahan. agama di antara orang-orang rantau (pendatang)

  Penyederhanaan masalah menggiring memunculkan solidaritas yang tinggi di antara kepada penyederhanaan penyelesaian masalah. mereka. Di pihak lain, perbedaan dengan Menuntut toleransi kelompok Islam secara terus- masyarakat setempat memunculkan perasaan in- menerus adalah penyelesaian yang termudah yang group dan out-group di kalangan pendatang dan dilakukan oleh pemerintah. Makna toleransipun masyarakat setempat. Pembauran yang selama ini jadi melebar. Berseberangan pendapat apalagi terjadi di antara pendatang dengan penduduk menentang dianggap intolerance atau tidak setempat mulai terusik oleh perasaan “kita atau toleran yang dengan mudah dikategorikan kepada kami” dan “mereka” (Soekanto, 2005). Perasaan subversif. Tuntutan toleransi ini kemudian tersebut terus dipupuk melalui interaksi sosial berimbas ke aspek-aspek kehidupan sosial yang teratur diantara pendatang melalui kelompok lainnya. Toleransi dalam kerangka mayoritas- paguyuban yang dibentuk oleh mereka. Perasaan minoritas ini terpusat kepada hak-hak minoritas itu bertambah kuat ketika perbedaan status sosial yang terus dituntut kepada umat Islam yang ekonomi serta perbedaan pada aspek-aspek sosial merupakan kelompok mayoritas, dengan alasan lainnya antara kebudayaan pendatang dengan kesatuan dan persatuan. kebanyakan masyarakat setempat begitu jelas.

  Pada saat yang sama pada masa orde baru Kebiasaan pemerintah/masyarakat mengkaitkan bermunculan kelompok-kelompok kepentingan tindakan kriminal yang dilakukan oleh individu lainnya. Politik pembangunan yang digunakan dari kelompok tertentu kepada label kelompok oleh pemerintah orde baru memunculkan tersebut, seperti “orang Cina, orang Kristen, orang kelompok-konglomerat dari kalangan pedagang Islam atau orang Batak”, mempertebal dan kelompok orang-orang kaya dari kalangan etnosentrisme di kalangan masing-masing yang mampu berkolaborasi dengan pusat-pusat kelompok dan menambah lebar jarak sosial di kekuasaan dan para konglomerat. Jurang antara antara kelompok-kelompok tersebut. masyarakat miskin dengan yang kaya semakin Adanya persaingan lapangan kerja serta

6 Edisi Khusus 2008

  interfidei newsletter Edisi Khusus Banjarmasin 2008

  sumber penghasilan menjadi sangat berperan tersebut merupakan salah satu bentuk tidak ketika lapangan pekerjaan dan sumber menghargai pluralitas masyarakat. Hal ini bertolak penghasilan terutama di bidang perdagangan belakang dengan apa yang diberikan kepada banyak dikuasai oleh masyarakat pendatang. masyarakat keturunan Cina. Apakah dalam hal ini Keadaan ini menjadi lahan yang semakin subuh umat Islam harus kembali “bertoleransi”? untuk tumbuhnya kecemburuan sosial terlebih lagi Kembali pengertian pluralisme dalam hal ketika sistem kekuasaan dijalankan berdasarkan ini menjadi bias. Penentangan ini justru nepotisme dan kolusi suku ataupun kekuatan uang. menunjukkan pemahaman pluralisme yang Bukan merupakan rahasia bahwa penerimaan dan a m b i v a l e n . M e m a n g m u n c u l b e b e r a p a penempatan pegawai negeri maupun swasta lebih kekhawatiran dengan diberlakukan perda syariah sering menggunakan pendektan tersebut. tersebut di antaranya juga datang dari kalangan Akibatnya muncul kelompok-kelompok umat Islam sendiri. Namun hal ini dapat kekuasaan berdasarkan suku, agama atau diantisipasi dengan menetapkan peraturan hubungan kepentingan. pelaksana secara cermat. Di sinilah letak peran

  Bagai api dalam sekam yang kemudian pemerintah agar peraturan atau undang-undang membara di mana-mana terutama di daerah- yang ada menjadi perekat semua komponen daerah yang rawan bibit-bibit perpecahan ketika bangsa dalam bingkai pluralisme yang adil. euphoria kebebasan merebak di awal era reformasi. Pertikaian antar kelompok, antar suku Pluralisme, Kekuatan atau Kelemahan mulai muncul di beberapa daerah. Pluralitas masyrakat di berbagai belahan

  Kembali pemerintah menggunakan nusantara sebelumnya pernah berbaur menjadi penyelesaian masalah yang serupa dengan masyarakat yang integral. Gambaran tentang itu pemerintah sebelumnya. Menuduh agama, masih terlihat di berbagai daerah seperti umumnya terorisme dengan pengertian yang dipaksakan di Jawa dan di sebagian daerah di Sumatera seperti (oleh pemerintahan bangsa barat terutama Sumatera Barat dan Aceh. Amerika Serikat), pemerintah menyelesaikan Dalam perjalanan bangsa Indonesia masalah dengan sebatas dialog antar tokoh agma kemudian, masyarakat Indonesia mengalami dan dengan pendekatan represif, tanpa perubahan sosial. Masyarakat Indonesia memikirkan penyelesaian akar permasalahan mengarah ke pluralisme yang dibentuk oleh sistem secara serius. politik ekonomi pemerintah pada saat itu. Terdapat

  Namun reformasi juga membawa berkah. benang merah antara sebab-sebab berkembangnya Beberapa peraturan yang mengekang kehidupan pluralisme di masa penjajahan Belanda dengan masyarakat dan kelompok masyarakat dari etnik pemerintahan Indonesia Merdeka. Pluralisme tertentu dicabut. Masyarakat keturunan Cina dimanfaatkan untuk kepentingan penguasa dan kembali menikmati kebebasan menjalankan memperkuat kekuasaan. Pluralisme pada saat itu agama dan kebudayaan mereka. Bahkan tidak diarahkan sebagai sebuah kekuatan kepercayaan Kong Hu Cu menjadi salah satu masyarakat untuk memajukan kehidupan agama yang diakui oleh Negara. masyarakat. Oleh karen itu ruang publik Reformasi juga membawa berkah bagi masyrakat dalam politik sangat dipersempit. pemerintah daerah dengan lahirnya undang- Semua aspek kehdupan sosial diatur oleh undang otonomi daerah. Pemerinth daerah dapat keputusan politik pemerintah meskipun atas nama mengatur daerahnya sendiri dengan mengeluarkan kepentingan rakyat (Nurudin, 2003). Kesadaran peraturan daerah sesuai dengan kebutuhan daerah pluralisme seperti ini justru menyimpan benih- tersebut. Beberapa pemerintah daerah ingin benih perpecahan yang suatu hari akan memberlakukan syariat Islam bagi warganya yang menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa. muslim dengan mengeluarkan perda syariat. Pluralisme dapat menjadi kekuatan untuk Namun upaya ini mendapat tentangan dari pihak- membangun negara yang demokratis apabila pihak tertentu. Diantara alasan penolakan para keberagaman tersebut dibingkai dalam penentang adalah pemberlakuan syariat Islam nasionalisme yang tinggi (Sumartana, 2002).

  7 Edisi Khusus 2008 Nasionalisme hanya bisa tumbuh dan menguat Satu Kajian Kes Terhadap Penyesuaian apabila ada faktor-faktor pemersatu di antara Sosial Pekerja Kilang Indonesia di Kawasan kelompok sosial yang saling berbeda. Sebelum ini Pulau Pinang dan Sungai Petani Kedah . bahasa Indonesia adalah salah satu faktor tersebut Tesis Majister. Pulau Pinang, Pusat selain sistem pendidikan nasional yang baik dan Penyelidikan Dasar, Universiti Sains adil. Perean pemerintah adalah memperkuat Malaysia. faktor-faktor tersebut melalui kebijakan yang Choo Keng Kun (1985), Masyarakat Majemuk ditetapkannya. Nasionalisme tidak bisa tumbuh Semenanjung Malaysia. Dalam Masyarakat berakar apabila dengan menghilangkan Malaysia. (Zuraina Majid, ed.), P. 53 Edisi II, keberagaman yang ada secara paksa. Integrasi Universiti Sains Malaysia bagi pihak Pusat sosial harus tumbuh secara alamiah seperti Pengajian Sains Kemasyarakatan Universiti sebelum ini pernah terjadi. Peran pemerintah Sains Malaysia. dalam hal ini adalah menyediakan fasilitas yang Comber, L. (1985) Peristiwa 13 Mei Sejarah dapat mendukung dan mempermudah terjadinya Perhubungan Melayu-Cina . (Terjemahan proses integrasi sosial. Sistem politik ekonomi Asyaari, O.H.). Malaysia: International Book yang berkeadilan dan seimbang merupakan faktor Service. penting dalam membangun negara dan Efendi (2002). Menyoal Pluralisme di Indonesia. masyarakat yang kuat dan demokratis berdasarkan Dalam Living Together in Plural Societies, pluralisme sebagai sebuah kekuatan. Pengalaman Indonesia-Inggris . (Raja Juli

  Antoni, ed.),.p. 222-239. Yogyakarta,

  Kesimpulan

  Pemuda Muhammadiyah, British Council Sudah saatnya membuang pandangan dan Pustaka Pelajar. bahwa permasalahan sosial yang timbul adalah Fong, Chan Onn. (1991). Dinamo Ekonomi Baru disebabkan oleh pluralisme khususnya perbedaan Struktur dan Peluang Pelaburan di Malaysia . agama. Tetapi sudah saatnya melihat akar Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka permasalahan sosial yang ada lebih kepada sistem Kementrian Pendidikan Malaysia. politik ekonomi yang diterapkan pemerintah dan Jomo. (1988). Pembangunan Ekonomi dan Kelas sistem kehidupan sosial yang berdasarkan kepada S o s i a l d i S e m e n a n j u n g M a l a y s i a . kolusi dan nepotisme. (Terjemahan Syamsul Bahriah Ku Ahmad,

  Pemahaman dan penerapan pluralisme ed.)., Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan yang salah dalam kehidupan bermasyarakat, Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. berbangsa dan bernegara selama ini sehingga Nurudin. (2004). Sistem Komunikasi Indonesia, menimbulkan banyak permasalahan sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. menuntut pemerintah untuk mengubah atau Ooi Jin-Bee (1968), Bumi, Penduduk dan memperbaiki kebijakan politiknya terutama Ekonomi di Tanah Melayu. Kuala Lumpur: politik ekonomi. Pemerintah juga dituntut untuk Dewan Bahsa dan Pustaka Kementrian memfasilitasi terwujudnya integritas sosial dan Pelajaran Malaysia. nasionalisme dengan memperluas ruang publik Sumartana, Th. (2002 a). Beberapa Isu dan atau keikutsertaan masyarakat dalam setiap Tantangan Masyarakat Plural. Dalam Living keputusan politik pemerintah. Selain itu

  Together in Plural Societies, Pengalaman pemerintah berkewajiban memfasilitasi muncul Indonesia-Inggris . (Raja Juli Antoni, ed.), P.

  dan berkembangnya toleransi positif di kalangan 2 4 9 - 2 7 0 . Y o g y a k a r t a , P e m u d a masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok Muhammadiyah, British Council dan Pustaka sosial yang berbeda. Dalam hal ini mungkin Pelajar. Indonesia bisa belajar dari Malaysia.[] Sumartana, Th. (2002 b). Pluralism, Conflicts, and

  Inter-Religious Dialogues in Indonesia. Da-

  Rujukan

  lam Commitment of Faiths: Identity, Plurali- Asmawita, (2000). Hubungan Sosial Pekerja ty, and Gender. (Th. Sumartana., Et.al., Eds)., Indonesia dengan Masyarakat Tempatan, Yogyakarta-Indonesia: Pustaka Pelajar.

  interfidei new sletter Edisi Khusus

8 Edisi Khusus 2008

  interfidei newsletter Edisi Khusus Banjarmasin 2008

  

Q UO VADIS KPPSI

H. Aswar Hasan*

  ETELAH tuntutan aspirasi penegakan masa lalu tersebut. Menurut hemat penulis,

  syariat Islam di Sulawesi Selatan yang anggapan ini terlalu gegabah dan sangat dipelopori oleh KPPSI (Komite Persiapan menyederhanakan masalah. Tampil atau

  S

  Penegakan Syariat Islam) bergulir bagaikan bola terpilihnya Aziz sebagai Ketua Tanfidziyah salju, maka orangpun banyak bertanya tentang KPPSI adalah bukan semata karena ia putra siapa, apa, mengapa, bagaimana, dan untuk apa Qahhar Mudzakkar. Sosok ini, telah alama dikenal sebenarnya KPPSI itu hadir, sehingga begitu terutama oleh kalangan aktivis generasi muda sangat diperhitungkan, dan diperbincangkan dari Islam karena ketokohannya ketika menjadi aktivis dari berbagai sudut pandang secara pro dan kontra HMI (pernah menjadi Ketua HMI cabang oleh berbagai kalangan. M a k k a s a r ) . S e t e l a h l e p a s d a r i d u n i a

  Untuk mendapatkan jawaban secara kemahasiswaan ia memilih bergerak di dunia terperinci di seputar pertanyaan tentang siapa, apa, dakwah dan pendidikan dengan mengabdi di mengapa bagaimana dan untuk apa KPPSI pesantren. Bahwa penerimaan masyarakat berjuang, hingga saat ini belum ada jawaban menjadi begitu luas terhadap KPPSI karena sangat secara resmi yang tertuju pada publik. Olehnya itu, dipengaruhi oleh ketokohan Aziz di bawah sehubungan dengan usainya Kongres Umat Islam bayang-bayang Qahhar Mudzakkar, tentunya itu

  II yang sempat diwarnai/dicederai dengan sudah merupakan realitas sosial yang tak dapat peledakan bom, maka pada kesempatan ini, dipungkiri. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa penulis yang terlibat aktif selaku Sekjen Lajnah “ t o k o h m i s t e r i u s ” y a n g d i c a p s e b a g a i Tanfidziyah KPPSI Pusat, merasa perlu pemberontak (Qahhar Mudzakkar) ternyata mengemukakan analisis pandangan pribadi, yang mendapat tempat yang sangat baik di hati sanubari diharapkan dapat menjadi penjelas atas berbagai mayoritas masyarakat Sulsel. bias persepsi ataupun aneka penilaian miring Tapi harus dikemukakan di sini bahwa terhadap KPPSI. Aziz bukanlah satu-satunya tokoh di KPPSI.

  Dengan kata lain, menurut penulis selaku Terdapat sejumlah nama tokoh intelektual dan pribadi, jawaban yang dapat diketahui oleh publik ulama yang sangat respek dan berperan aktif di di seputar pertanyaan tersebut di atas, adalah KPPSI yang sangat berpengaruh terhadap sebagai berikut: penerimaan masyarakat terhadap KPPSI. Mereka

  Pertama , tentang siapa saja orang-orang adalah tokoh yang kapasitas dan integritasnya

  yang terlibat dan terikat secara aktif berjuang di tidak diragukan lagi seperti; Prof.Dr. A. Rahman KPPSI. Mungkin tidak terlalu salah jika ada Basalamah, Prof.Dr. Muin Salim, Prof.Dr. Ahmad anggapan bahwa penggerak utama dari KPPSI Ali, Prof.Dr. Mansyur Ramli, Prof.Dr. Ide Said, adalah Abdul Aziz Qahhar, putra tokoh DI/TII Prof.Dr. Jalaluddin Rahman, Ir.H. Nur Abdul Qahhar Muzakkar. Karena itu, ada sebagian Abdurrahman, dan lain-lain. Mereka adalah tokoh orang mengidentikkan KPPSI dengan sejarah cendekiawan, dan akademikus. Di samping itu

  • Sekjen KPPSI Pusat

  9 Edisi Khusus 2008

  interfidei new sletter Edisi Khusus

  dukungan penuh dari dua tokoh ulama kharismatik mendesak diberi otonomi khusus, tidak untuk K.H. Sanusi Baco, LC,. K.H. Jamaluddin Amin, merdeka. Sebab, telah menjadi kesepakatan dan Kiai kondang K.H. Bakry Wahid memberi KPPSI bahwa perjuangan syariat Islam di Sulsel legitimasi yang sangat kuat bagi umat. Di luar dari dilakukan dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan mereka ini tentu terdapat sejumlah nama yang tak Republik Indonesia). Olehnya itu, jangan sampai sempat disebut satu persatu. terjadi penjungkir-balikkan logika sejarah

  Kedua , apa itu KPPSI dan apa yang perjuangan, dimana Aceh dan Papua yang mau

  diperjuangkan. KPPSI adalah lembag perjuangan merdeka tetapi kemudian dapat diselesaikan penegakan syariat Islam bagi segenap komponen dengan pemberian otonomi khusus. Nah, jika umat Islam secara perorangan maupun Sulsel yang kemudian menuntut secara legal kelembagaan yang istiqamah terhadap upaya- konstitusional otonomi khusus, lantas tidak upaya penegakan syariat Islam. Bersifat tansiq diberikan dengan tanpa alasan yang jelas dan (aliansi), tidak sebagaimana halnya suatu memuaskan, jangan sampai justru melebar dan organisasi yang bersifat permanen, karenanya semakin jauh menjadi tuntutan merdeka. sekadar berfungsi sebagaimana layaknya Sesungguhnya, tuntutan otonomi khusus kepanitiaan, untuk maksud khusus, yaitu tegaknya Sulsel untuk syariat Islam, adalah merupakan syariat Islam. Dalam membangun kebersamaan sebuah ujian demokrasi bagi NKRI. Jika RI gerakan, akan selalu berkoordinasi terhadap m e m i l i k i k o m i t m e n u n t u k m e l a k u k a n lembaga-lembaga keislaman berdasarkan ikatan demokratisasi, maka pemberian otonomi khusus persaudraan (ukhuwah Islamiyah) dalam rangka kepada daerah, tidak harus berhenti pada Aceh dan tegaknya syariat Islam. Papua. Jangan sampai daerah-daerah sudah

  KPPSI bermaksud menyatukan segenap bergolak, baru kemudian muncul tawaran politik umat Islam, guna berjuang menegakkan syariata dari pusat. Olehnya itu, Pemerintah pusat sudah Islam agar dapat menjadi sumber rujukan dalam harus lebih proaktif membaca fenomena daerah. kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan Sudah bukan saatnya lagi, menungu baru bereaksi, bernegara di wilayah Sulsel yang berotonomi dengan politik tambal sulam yang justru menjadi secara khusus. pintu disintegrasi bangsa.

  Sebagaimana diketahui bahwa Negara RI Ketiga, mengapa KPPSI memperjuangkan saat ini sedang melakukan demokratisasi caa syariat Islam? Syariat Islam diperjuangkan oleh pengelolaan negara melalui tata pemerintahan KPPSI karena sudah menjadi kewajiban keimanan daerah dengan undang-undang otonomi daerah dimana bagi masyarakat Sulsel secara fiqhi No.22/Tahun 1999. Tetapi namun demikian, waqiah (kaedah hukum kontekstual berdasarkan karena Undang-undang Otonomi Daerah tersebut ruang dan waktu), menjadi urgen untuk tidak memberi kewenangan mengatur soal memperjuangkan syariat Islam. Betapa tidak, peradila dan Agama, dan masih menjadi karena daerah Sulsel yang mayoritas terdiri atas kewenangan pusat, maka salah satu jalan bagi suku Bugis, Makassar dan Mandar, sejak dahulu daerah untuk memperoleh kewenangan tersebut, telah menjadikan Islam sebagai bagian yang tak adalah dengan meminta/ menuntut undang- terpisahkan dalam kehidupan masyarakatnya. undang otonomi khusus. Ajaran Islam dianggap sebagai pokok keyakinan

  Pemberian otonomi khusus kepada keagamaan. Bahkan, dalam jaman kerajaan dulu, daerah-daerah di Indonesia, sampai saat ini, masih Islam telah resmi menjadi agama kerajaan dan terbatas pada Aceh dan Papua. Hal itu disebabkan menjadi peraturan yang mengikat ke segenap adanya ancaman disintegrasi. Otonomi khusus penjuru negeri. Dengan kata lain, syariat Islam bukanlah sasaran mereka, tetapi merdeka. Namun telah menjadi hak historis bagi masyarakat Sulsel. akhirnya mereka mau menerima otonomi khusus, Sementara itu, hingga saat ini, wilayah sebagai bentuk penyelesaian politik. Meskipun Sulsel telah diklaim dengan istilah ‘Serambi masih ada diantaranya yang menolak dan tetap Madinah’, dimana Aceh adalah ‘Serambi ingin merdeka. Mekkah’, yang saat ini telah resmi menerapkan

  Sebaliknya, bagi umat Islam Sulsel hanya syariat Islam melalui otonomi khusus. Dalam hal

10 Edisi Khusus 2008

  interfidei newsletter Edisi Khusus Banjarmasin 2008

  ini, ikon emosional tersebut, semestinya berjalan memperjuangkan tegaknya syariat Islam melalui beriring, atau setidaknya berurut, ataupun berkait. otonomi khusus? Dengan kata lain, jika Aceh diberi otonomi khusus KPPSI meyakini bahwa syariat Islam untuk melaksanakan syariat Islam, maka mengapa adalah solusi krisis multidimensional yang saat ini tidak untuk Sulsel. mendera bangsa Indonesia.

  Tapi di atas segalanya, perjuangan Dari sejak Indonesia merdeka, ideologi penegakan syariat Islam adalah tuntutan aqidah pembangunan yang selalu dijiwai oleh bagi setiap muslim. komunisme (periode Soekarno) kapitalisme

  Keempat, bagaimana cara KPPSI (periode Soeharto) dan nasionalisme (periode

  memperjuangkan otonomi khusus Sulsel untuk Habibie, Abdurrahman Wahid hingga Megawati) tegaknya syariat Islam? semuanya justru tidak membawa bangsa Telah menjadi komitmen aktivis KPPSI Indonesia jauh lebih baik. Sementara itu, Islam untuk senantiasa berjuang secara konstitusional sebagai syariat, tidak diberi peluang sedikitpun sesuai prosedure hukum yang berlaku, dengan untuk mengatur bangsa ini, kecuali yang cara demokratis, dan tetap dalam bingkai NKRI. menguntungkan secara material, yaitu masalah

  Adapun strategi yang ditempuh, yaitu zakat dan haji. denan bertumpu pada fakta mayoritas umat Islam Menghadapi problematika bangsa yang Sulsel sebagai inspirasi dan aspirasi politik yang begitu kompleks, dimana sedang dibelit denan berhak diakomodir untuk dijadikan sebagai problema keadilan, keamanan, dan kesejahteraan, keputusan politik yang mengikat dan mengatur maka tidak bisa tidak, bangsa ini, khususnya sebagaimana ajaran Islam yang diyakininya. masyarakat Sulse, yang mayoritsa muslim harus Berdasarkan strategi itu, maka dibuatlah program segera ditata berdasarkan syariat Islam. Betapa kegiatan dalam bentuk gerakan dakwah politik tidak, karena sebagaimana tujuan syariat Islam (al dan politik dakwah di parlemen, diiringi dengan Makasid Syariah) seperti yang dikemukakan As tarbiah serta jihad dengan segala potensi di semua Syaikh Dr. Yusuf Al Qardawi adalah untuk sektor. menerapkan keadilan, menciptakan keamanan,

  K e s e m u a p r o g r a m t e r s e b u t , l a l u serta menggapai kesejahteraan, berdasarkan disosialisasikan, dikonsolidasikan, hingga tercipta prinsip Islam, yaitu sebagai pembawa rahmat bagi kristalisasi, yang sewaktu-waktu dapat seluruh umat manusia, hingga pada alam semesta. dimobilisasi dalam bentuk tabligh akbar ataupun Berdasarkan jawaban penjelasan terhadap jenis aksi lainnya, berupa amar ma’ruf nahyi kelima pertanyaan di seputar KPPSI tersebut, m u n k a r . P a d a p r i n s i p n y a , d a l a m maka penulis secara pribadi yang banyak mengoperasionalisasikan program tersebut, menggeluti masalah KPPSI selaku Sekjen, KPPSI senantiasa mensinergikan pendekatan optimis dan yakin bahwa Insya Allah KPPSI akan struktural politik dan kultural sosiologis dalam menjadi tumpuan harapan umat yang suatu saat rangka revitalisasi dan aktualisasi syariat Islam dapat mengantar ke gerbang mesyarakat sejahtera secara aspiratif dan aplikatif menuju legitimasi dan damai yang diridhohi Allah, seperti yang institusionalisasi Islam sebagai ajaran yang dimaksud dalam Al-Qur’an; Baldtun thayyibatun membawa rahmat. warabbun ghafuur . Semoga![] u n t u k a p a K P P S I

  K e l i m a ,

  11 Edisi Khusus 2008

  interfidei new sletter Edisi Khusus

  

TO LERANSI DALAM BERWARG A NEG ARA

Muh. Luqman Arifin

  ERBEDAAN dalam setiap masyarakat fenomena kunci sebab hakekat berdemokrasi

  memang bagian dari sebuah kehidupan dalam sebuah negara bangsa ada pada dimana unsur-unsur yang ada di dalamnya transformasi nilai dari heterogenitas teritorial,

  P

  mempunyai perbedaan dan kecenderungan yang sosial (SARA), budaya, ke dam bentuk berupaya ia tonjolkan, sehingga itu bagian homogenitas poltitik sebagai kosensus untuk fenomena yang tidak dapat dipungkiri karena berada bersama-sama dalam sebuah bangsa demi sikap itu dapat menimbulkan ketegangan terhadap mencapai tujuan bersama yang di dalamnya ada aktor-aktor sejarah yang ada di dalamnya sehingga hak dan kedudukan yang sama, ada saling malahan kadang menimbulkan ekses negatif, tapi pengakuan terhadap keberadaan masing-masing yang terpenting dari pada itu adalah dibutuhkan elemen. Perbedaan dalam bentuk heterogenitas sifat toleransi yang harus kita bangun bersama tersebut hanya akan menjadi sebuah potensi karena dengan sikap arif dan bijaksana ini kolektif jika telah terwujud dalam konsensus masyarakat akan damai sentaosa, perbedaan tujuan hidup bersama dengan jaminan tak akan ada agama, etnis, suku, warna, daerah tidak bisa negasi terhadap salah satu unsur. Ketika terjadi disangkal karena itu merupakan hikmah dari pengingkaran terhadap salah satu unsur, diciptakannya kita semua. “pemberontakan nilai” akan terlihat lewat

  Dalam hal ini Windan sebagai sebuah berbagai ekspresi yang fenomenanya kini nampak kumpulan kecil dari masyarakat mencoba di Indonesia. berdialog dengan masyarakat yang berbeda-beda, baik menghadirkan nara sumber dari pemeluk Arti penting sebuah perekat agama-agama lain, juga kajian-kajian yang ada di Di tengah dinamika politik dan nuansa dalamnya, baik itu mengusung faham Intrfaith pencarian jati diri tatanan berdemokrasi di atau gender, dan tak lupa baru-baru ini semua Indonesia, saat ini sangat berpotensi melahirkan santri windan mengadakan studi banding di UGM prototipe politik yang berciri keindonesiaan tanpa (Universitas Gadjah Mada) Jogjakarta tepatnya di harus mengadopsi tatanan politik yang telah ada fakultas Interfaith yang di mana unsur-unsur yang pada negara lain jika ruang yang ada tetap saling ada di dalamnya dari berbagai pemeluk agama memberi pintu dan pengakuan untuk menghindari bahkan kajian seperti ini termasuk dari kursus phobia krisis identitas. Dengan adanya yang diadakan di ponpes Almuayyad windan. kemungkinan kerenggangan yang ada dapat

  Indonesia sebagai bangsa yang majemuk diantisipasi, sehingga dibutuhkan sebuah pengikat ini memang memberikan pelajaran berharga bagi sosial politik yang dapat menjadi faktor kohesi warganya untuk bagaimana bersikap lebih santun yang mampu memberi ruang terhadap identitas menghadapi perbedaan yang ada ini, sejarah sekaligus melangengkan entitas Indonesia. kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai hasil bahu-membahu dari kekuatan kemajemukan yang Demokratisasi dimiliki oleh bangsa ini. Dalam hal prinsip dasar Semangat masyarakat paska orde baru ini demokrasi, kemajemukan menjadi sebuah memang mendorong adanya tindakan yang

12 Edisi Khusus 2008

  interfidei newsletter Edisi Khusus Banjarmasin 2008

  berupaya merefresentasikan keinginan masing- mudah, jadi dibutuhkan kerja ekstra dan kerjasama masing sekelompok walaupun disadari atau tidak bersama antar warga, karena tanpa adanya proaktif memang dampak pengekangan yang terjadi atau respon positif dari warga yang lain akan selama orde baru cukup menutup dan memenjara cukup menghambat proses terjadinya proses ini, apresisasi kemerdekaan mereka yang sehingga tak tapi keyakinan penulis bahwa suatu saat akan heran bermunculan pemaknaan arti demokrasi terwujud dalam masyarakat yang sadar akan nilai- secara bebas, walaupun ini juga wajar-wajar saja, nilai yang baik, sebab manusia membawa sifat karena baru mengenal arti demokrasi. kefitrahan yang telah dibawanya sejak lahir yang

  Sikap yang perlu kita pupuk adalah dimana ia merupakan pemberian penciptanya, keharmonisan antar warga negara untuk menjalin sehingga ada harapan akan terciptanya masyarakat kebersamaan bersama guna melanggengkan yang penuh kedemokrasian yang bersumber dari kesatuan dan persatuan bangsa sebab dengan sikap hati nurani bukan lahir dari pemaksaan atau faktor demikian, lebih menjalin terwujudnya nilai-nilai dari luar, dimana kalaulah kesadaran itu tumbuh yang kita idam-idamkan bersama dimana untuk dan berkembang dari jiwa mereka masing-masing mewujudkan itu harus dimotori para elit-elit nilai itu lebih langgeng dan awet karena muncul politik, agamawan dan semua elemen yang ada dari nurani. tanpa perlu mengkaitkan dengan hal apapun, tapi Dengan penuh harap, suatu saat nanti yang terpenting adalah sikap positif dalam semua akan muncul generasi yang menjunjung tinggi kondisi, lebih bijak daripada konfrontasi, dialog nilai-nilai kebersamaan, nilai yang luhur, tumbuh daripada anarkis itu yang perlu kita bina bersama. dan terpencar dari lubuk hati, nilai yang menjaga

  Sikap yang kita emban ini memang tidak keutuhan bersama.[]

  13 Edisi Khusus 2008

  interfidei new sletter Edisi Khusus

  

TANG G UNG JAWAB:

Kunc i Ke se im b a ng a n Anta ra Ne g a ra d a n Ag a m a

Se b ua h Re fle ksi

  

Pdt. Mince Pangemanan, S.Th

ETIKA bencana tsunami melandan Aceh kita dihentar untuk masing-masing berbuat

  banyak orang secara perseorangan sesuatu bukan karena ajaran agama saja atau maupun berkelompok, baik organisasi tuntutan sebagai warga negara, tetapi dengan

  K