PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA DAN OPINI MAHASISWA

PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA DAN OPINI MAHASISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Tentang Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Diajukan Oleh : DEDI SYAHPUTRA 080904004

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSTRAK Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan

Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y (Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 2008- 2011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian . Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman, sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala berdasarkan Guilford.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dimana hal ini disebabkan justru telah semakin pintarnya responden dalam menilai, dan menanggapi isu-isu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang kemudian dimuat dan diberitakan oleh media masa, hal ini ditandai dengan hasil penelitian yang dilihat dari kuisioner yang kemudian telah dijawab oleh responden sendiri, bahwa responden yang merasa memahami pemberitaan baik isi, kualitas, dan kredibilitas pemberitaan yang disampaikan oleh media televisi yang ditonton, malah memiliki perasaan yang tidak marah, hal ini dikarenakan bahwa responden tidak lagi hanya sekedar mengeluarkan pendapat dan kemudian melontarkan perasaan berupa amarah, namun dapat menilai berasal dari manakah sumber konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut berasal dan tentunya pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya konflik pencaplokan aset budaya tersebut.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT atas kesempatan dan berkat yang diberikanNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU. Skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti sebagai syarat pendidikan sarjana (S-1).

Dalam penulisan penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada kedua orang tua peneliti yang selalu mendukung dan membantu peneliti baik dukungan moril, materil dan juga untuk Mbak tersayang Novrianti dan Sri Puspita serta Adik-adik tercinta Venny Lia Lidya, Putri Devi, dan Dimas Hidayatullah, terlebih untuk setiap doa yang senantiasa mengiringi setiap langkah dalam hidup peneliti.

2. Kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Ibu Drs. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Kepada Alm. Bapak Drs. T. Nur Alamsyah, yang selama hidupnya pernah menjadi dosen wali peneliti, dan senantiasa memperkenalkan, mengajari, membimbing, dan memotivasi peneliti ketika duduk di bangku perkuliahan.

6. Kepada Ibu Dra. Dayana Manurung. MS.i selaku dosen wali pengganti peneliti yang juga senantiasa selalu mengajari dan mengarahkan peneliti selama duduk di bangku perkuliahan.

7. Kepada Ibu Dra. Inon Beydha, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing peneliti yang senantiasa memberikan motivasi dan membantu peneliti dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Kepada Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang juga telah membantu peneliti dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Kepada Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D, dan Ibu Dra. Heristina Dewi M.Pd selaku ketua dan sekretaris Departemen Etnomusikologi, FIB-USU dan Kak Adri sebagai pembantu pimpinan Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga, demi kelancaran dan kesuksesan peneliti untuk mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU.

10. Kepada rekan-rekan mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU

yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuisioner penelitian.

11. Untuk Kak Ros, Kak Icut, Kak Maya selaku Staf Departemen Ilmu Komunikasi yang banyak membantu dari penyelesaian studi sampai penyelesaian skripsi.

12. Sahabat-sahabat tersayang Anita Tandiono, Elvina Tjiong, Suci Al-Fallah,

M. Arie Kurnia Purba, Mawi Anna, Lia Febrianti, Jefri Haris, Inda Sari Melia, yang senantiasa memberikan motivasi kepada peneliti, juga sebagai teman ngobrol, teman tertawa, teman bersama. Untuk sahabat-sahabat penulis yang juga menjadi motivasi saat penulis melaksanakan penelitian, Sylviana Uli F Sihite, Kariza Siahaan, Bintang Oktavia , Sondang Mariana, Melisa Angelina, Dama Paundra Falatehan, Irmina Sagala, dan Ika Damayanti.

13. Juga Sahabat-sahabat yang peneliti sayangi Dian Sasmi Wulandari, T. Yudha Afriyansyah, Sri Wahyuni, M. Aulia Muda, Rafli Ardhi Your, Gerry Syahputra dan Bang Icung yang senantiasa telah menghibur dan memberi motifasi pada peneliti ketika peneliti sedang merasa kesusahan saat menghadapi proses penelitian.

14. Rekan-rekan IMAJINASI (Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi) FISIP-USU, periode kepengurusan 2009-2010 dan 2010-2011. Dan rekan-rekan angkatan 2008 Departemen Ilmu Komunikasi FISIP-USU.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, peneliti memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Peneliti juga mengharapkan ide, saran, kritik dari pembaca untuk perbaikan yang lebih baik ke depannya. Semoga skripsi ini dapat memenuhi harapan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Maret 2012 Peneliti

DEDI SAYAPUTRA

NIM : 080904004

Tabel 24 Pihak yang Patut Disalahkan Atas Terjadinya Pencaplokan Lagu

Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden........................................................................................... 92 Tabel 25 Dapat Berakhir atau Tidak Dapat Berakhirkah Konflik Antara Indonesia dan Malaysia Di Masa yang Akan Datang Menurut Responden........................................................................................... 94

Tabel Silang

Tabel 26 Hubungan Tingkat Kepahaman Responden Penelitian Dengan Perasaan Responden............................................................................. 95 Tabel 27 Stambuk Responden dan Opini Responden Mengenai Pihak yang Patut Disalahkan Terkait Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange Yang Dilakukan Oleh Malaysia.............. 96 Tabel 28 Tingkat kredibilitas pada Stasiun Televisi dan Ada atau Tidakkah Tindakan yang Dilakukan Pemerintah Indonesia............................................................................................... 97

Tabel 29 Hasil Uji Hipotesis................................................................................ 98

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep .......................................................................... 18 Gambar 2 Proses Pembentukan Opini Publik ................................................. 41

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Lampiran 2. Tabel Fortron Cobol Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Departemen Etnomusikologi FIB-USU Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Departemen

Etnomusikologi FIB-USU Lampiran 6. Lembar Bimbingan Lampiran 7. Data Pribadi

ABSTRAK Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan

Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y (Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 2008- 2011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian . Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman, sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala berdasarkan Guilford.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dimana hal ini disebabkan justru telah semakin pintarnya responden dalam menilai, dan menanggapi isu-isu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang kemudian dimuat dan diberitakan oleh media masa, hal ini ditandai dengan hasil penelitian yang dilihat dari kuisioner yang kemudian telah dijawab oleh responden sendiri, bahwa responden yang merasa memahami pemberitaan baik isi, kualitas, dan kredibilitas pemberitaan yang disampaikan oleh media televisi yang ditonton, malah memiliki perasaan yang tidak marah, hal ini dikarenakan bahwa responden tidak lagi hanya sekedar mengeluarkan pendapat dan kemudian melontarkan perasaan berupa amarah, namun dapat menilai berasal dari manakah sumber konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut berasal dan tentunya pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya konflik pencaplokan aset budaya tersebut.

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Tidak hanya dikenal sebagai negara yang bertetangga. Indonesia dan Malaysia juga dikenal bangsa yang serumpun, yakni sebuah bangsa yang berasal dari nenek moyang yang sama. Tidak hanya memiliki kesamaan nenek moyang, Indonesia dan Malaysia adalah bangsa yang juga memilik kesamaan, mulai dari bahasa, warna kulit, warna rambut, warna mata, kesamaan budaya, serta topografi daerahnya. Tidak hanya itu, salah satu suku yang terdapat di Indonesia juga merupakan suku yang terbesar yang ada di Malaysia, yakni Melayu, hampir diseluruh pulau sumatera penduduknya adalah Melayu dan tersebar di beberapa bagian wilayah di pulau Kalimantan. Suku Melayu merupakan suku terbesar dan merupakan bangsa asli negara Malaysia. Hal inilah yang menjadi persamaan mencolok antara bangsa Indonesia dan Malaysia. Namun pada kenyataannya tidak begitu, justru negara yang jaraknya sangat berdekatan itu memiliki permasalahan yang sangat kompleks, sehingga dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan bangsa serumpun ini. Begitu banyak masalah yang timbul, hal tersebut tidak hanya timbul di waktu belakangan ini. Beberapa kejadian konflik yang berkepanjangan tersebut, menjadi catatan sejarah perjalanan kedua bangsa yang memiliki akar suku bangsa melayu tersebut.

Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1961 saat 16 tahun Indonesia merdeka konflik ini pun bermula, konflik yang lebih dikenal dengan “ Konfrontasi Indonesia – Malaysia “, hal ini terjadi dikarenakan perebutan tapal batas wilayah antara kedua negara, Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1961 saat 16 tahun Indonesia merdeka konflik ini pun bermula, konflik yang lebih dikenal dengan “ Konfrontasi Indonesia – Malaysia “, hal ini terjadi dikarenakan perebutan tapal batas wilayah antara kedua negara, Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih

terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia. Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.

Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia, Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga

mengancam kemerdekaan Indonesia.

Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tuanku Abdul Rahman - Perdana Menteri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak (Widiyanta. Danar, 2003).

Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi anti- Indonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia .

Namun tidak hanya sampai pada pristiwa konfrontasi, pertentangan antara Indonesia dan Malaysia berujung, itu adalah sebuah babak permulaan saja, tahun demi tahun berlalu, namun masih tetap ada saja pertentangan yang timbul.

Bahkan di tahun – tahun belakangan ini begitu banyak ketegangan terjadi, mulai dari sengketa perebutan wilayah, seperti Pulau Sipadan dan Ligitan. Tidak hanya terlibat dalam perebutan dan sengketa wilayah, konflik ketegangan antar kedua bangsa serumpun ini juga terjada di berbagai bidang, seperti halnya peng- klaiman beberapa situs warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia, seperti halnya saat malaysia meng-klaim kepemilikan Tari Pendet, Reog Ponorogo, alat musik Angklung, kesenian Batik, masakan Rendang, bahkan kini negeri itu juga mencaplok lagu daerah Rasa Sayange yang berasal dari Maluku, Indonesia.

Khusus pada penelitian ini peneliti mengambil permasalahan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang sejatinya adalah lagu daerah Maluku, letak kontroversinya adalah Lagu ini digunakan oleh Departemen Pariwisata Malaysia

untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu "Rasa Sayange" adalah milik Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi Maluku sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu "Rasa Sayange" adalah milik Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi Maluku sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu

membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia. Bagaimanapun, bukti tersebut akhirnya ditemukan. 'Rasa Sayange' diketahui direkam pertama kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962

Tentang bukti rekaman "Rasa Sayange", bukti lagu tersebut direkam oleh Lokananta, Solo, Indonesia pada tahun 1962 dalam piringan hitam Gramophone. Rekaman master dari piringan ini masih disimpan oleh Perum PNRI (Percetakan Negara Republik Indonesia) Cabang Surakarta yang dahulunya adalah PN (Percetakan Negara) Lokananta. Ini dikenal sebagai rekaman pertama terhadap lagu ini. Piringan hitam tersebut didistribusikan sebagai souvenir kepada partisipan Asian Games ke 4 tahun 1962 di Jakarta, dan lagu "Rasa Sayange" adalah salah satu lagu rakyat Indonesia di piringan tersebut, bersama dengan lagu etnis lain Indonesia seperti Sorak-sorak Bergembira, O Ina ni Keke, dan Sengko Dainang.

Pemberitaan tentang konflik ini menjadi berita di berbagai media massa. Semakin banyaknya media memberitakan pastilah menimbulkan pro dan kontra. Hal ini tentunya dengan didorongnya kekuatan media massa sendiri yang dapat menciptakan kerangka berfikir seseorang, sehingga dengan kekuatan tersebut para pemilik media ingin menguasai kerangka berfikir yang nantinya dapat membentuk sebuah opini dan tentunya hal tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan keinginan pemilik media itu sendiri. Perang adu argumen, adu statement, protes di Pemberitaan tentang konflik ini menjadi berita di berbagai media massa. Semakin banyaknya media memberitakan pastilah menimbulkan pro dan kontra. Hal ini tentunya dengan didorongnya kekuatan media massa sendiri yang dapat menciptakan kerangka berfikir seseorang, sehingga dengan kekuatan tersebut para pemilik media ingin menguasai kerangka berfikir yang nantinya dapat membentuk sebuah opini dan tentunya hal tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan keinginan pemilik media itu sendiri. Perang adu argumen, adu statement, protes di

Media massa sangat berperan besar dalam mempengaruhi dan menentukan sikap khalayak. Setiap pemberitaan dalam media akan memunculkan perubahan yang signifikan. Media memberikan begitu banyak informasi mengenai lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih jauh. Media mempengaruhi kebiasaan konsumsi, media memberikan model dan contoh (positif dan negatif) yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku. Media menolong kita untuk berinteraksi secara lebih efektif dengan kelompok sosial dan lingkungan. Pada tingkat yang lain, adalah juga jelas bahwa media massa sekarang mendorong dan mempengaruhi fungsi institusi-institusi sosial yang menonjolkan, seperti dalam bidang politik, pemerintahan, sistem keadilan dan bisnis.

Begitu besar pengaruh media hingga dapat membentuk opini pada masyarakat, dengan mengkonsumsi berita yang dimuat oleh media opini-opini yang ada pada masyarakat khususnya pada mahasiswa akhirnya membentuk pola pikir pada diri mahasiswa tersebut.

Adapun alasan peneliti mengadakan penelitian dengan mengambil permasalahan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange adalah peneliti ingin mengetahui secara langsung kepedulian kita sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, walau isu yang peneliti angkat sudah tidaklah “up date” lagi, dan alasan mengapa peneliti mengadakan penelitian yang mengambil opini mahasiswa adalah dikarenakan bahwa selama ini kita hanya melihat dan mendengar pandangan publik secara umum melalui media, namun belum pernah mendengar

dan menampung pandangan atau opini dari mahasiswa dalam bentuk penelitian secara langsung. Selaku masyarakat intelektual, mahasiswa hendaknya tidak hanya memberikan opini namun juga dapat memberikan saran yang terbaik dalam memandang dan memahami permasalahan ini. Serta tentunya peneliti sangat ingin mengetahui sejauh mana mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini mengkonstruksikan, menilai, dan memahami permasalahan yang dimuat dalam pemeberitaan media televisi itu sendiri, apakah mahasiswa tersebut, dapat mencerna dan menelaah isi yang disampaikan atau hanya sebagai bahan informasi saja. Serta yang terakhir adalah bertujuan untuk mengetahui apakah media mampu membentuk, mempengaruhi opini pada diri mahasiswa dan respondennya. Dan yang menjadi alasan mengapa peneliti mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya-USU adalah peneliti mengharapkan selaku mahasiswa Ilmu Budaya, hendaknya responden secara jeli dapat memahami hal ini dan dapat memberikan masukan demi terciptanya jalan keluar. Hal ini dikarenakan menyangkut dengan masalah perebutan warisan budaya Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU

I.2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

“sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU?”

I.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia media massa (televisi).

2. Penelitian ini difokuskan pada opini mahasiswa mengenai konflik Indonesia dan Malaysia yang diberitakan oleh media massa (televisi).

3. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya – USU, yang berada pada stambuk 2008-2011.

I.4. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU

I.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik bahasan yang berhubungan dengan opini mahasiswa pasca pemberitaan mengenai konflik antara Indonesia dengan Malaysia di media massa dan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan yang sedang terjadi saat ini yang di terbitkan oleh media Massa. Bahwa kita harus menjaga keutuhan bangsa, baik menjaga hubungan antar masyarakatnya, kebudayaan serta wilayah dan aset-aset bangsa sehingga tetap menjadi negara yang berdaulat dan harus bisa mempertahankan wilayah serta aset negara kita.

3. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memperluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP- USU.

I.6. Kerangka Teori

Dalam melaksanakan penelitian, teori digunakan sebagai landasan yang digunakan untuk menjelaskan masalah. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dan memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok- pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah peneliti akan disoroti (Nawawi, 2001:39).

I.6.1. Komunikasi Massa

Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin “communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30)

Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek.

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh pakar komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh pakar komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang

Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.

I.6.2. Teori Agenda Setting

Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu - isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan - pencitraan ke hadapan publik.

McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting untuk dibicarakan.

Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu - isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi mendasar dari teori ini adalah (http://sulastomo.blogspot.com/2010/12/teori-

agenda-setting.html):

1. Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut.

2. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya.

I.6.3 Media Massa Dan Televisi

Media massa atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media).

Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “message communicated through a mass medium to large number of people ”, suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar di tempat-tempat yang tidak ditentukan. Jadi media massa menurutnya adalah, suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio, dan televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media itu (Muhtadi, 1999:73)

Everett M, Rogers mengatakan ada dua jenis media massa yaitu, media massa modern dan media massa tradisional. Media massa modern adalah media massa yang menggunakan teknologi modern yang selalu berkembang menuju kesempurnaan, yaitu: surat kabar, majalah, buku, film, radio, televisi. Sedangkan media massa tradisional diantaranya adalah teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru pantun (Effendi, 1990: 20).

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele "jauh" dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.” (http://id.wikipedia.org/wiki/televisi)

Pada tahun 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan cakram Nipkow, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan, 2008: 6)

Menurut Scornis dalam bukunya Television and Society ; An Incuest and Agenda (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat yang istimewa, ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur di atas. (Wawan, 1996: V)

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-

17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)

Pada dasarnya televisi mempunyai sifat sebagai berikut, dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau besar. (Morrisan, 2008: 11)

Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut: (Wawan, 1996: 100)

1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi.

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.

3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat.

Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara pasti dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya kepada perubahan.

I.6.4. Opini Publik

Opini menurut Cutlip and Centre adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda (Sastropoetro, 1990:41)

Dan William Albing berpendapat bahwa opini itu dinyatakan kepada suatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan suatu yang lain dari kebiasaan, ketidak cocokan dan adanya perubahan penilaian.

Dalam effective public relations, opini publik adalah sebuah ekspresi energi sosial yang mengintegrasikan aktor individual ke dalam pengelompokan sosial dengan cara mempengaruhi politik. Gagasan umum tentang opini publik menyatakan bahwa opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama.

Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut, menurut R.P. Abelson bukanlah perkara yang mudah karena berkitan dengan unsur-unsur pembentuknya (Cutlip,2006:262), yaitu :

1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)

2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude)

3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni :

a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang/masyarakat.

b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau pendapat atau pandangan.

c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat).

d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat.

I.6.5. Berita

Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno, 2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita.

Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu:

1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini, jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam :

a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca.

b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung.

2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.

3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisnya/reporter.

5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya ( Romli, 2003:3 ).

Unsur-Unsur Berita

Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu : (1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa? (2) Who - siapa yang terlibat di dalamnya? (3) Where - di mana terjadinya peristiwa itu? (4) When - kapan terjadinya? (5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi? (6) How - bagaimana terjadinya? (7) What next - terus bagaimana?

I.7. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa ( Nawawi, 1995: 40 ).

Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial ( Singarimbun, 1995: 57 )

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas dikarenakan bebas dalam mempengaruhi variabel lainnya.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Disebut sebagai variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU.

c. Karakterakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Jenis Kelamin, Usia, Suku.

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dibentuk model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas ( X ) Variabel Terikat ( Y )

Pemberitaan Media Opini Mahasiswa

Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu

Departemen Etnomusikologi Daerah Rasa Sayange yang

Dilakukan Malaysia. FIB-USU.

Karakteristik Responden

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk mempermudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut :

Tabel 1 Operasional Variabel

Konsep Teoritis Operasional Varibel

Variabel Bebas (X)

a. Frekuensi Pemberitaan

Pemberitaan Media Massa

b. Kejelasan Isi Pesan

(Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa

c. Penyajian Pesan

Sayange yang Dilakukan

d. Pemahaman Tentang Isi Pesan Malaysia.

Variabel Terikat (Y)

a. Kepercayaan (belief). Kepercayaan terhadap isi pemberitaan di

Opini Mahasiswa

media massa

b. sikap (attitude). Sikap mahasiswa terhadap pemberitaan

c. Persepsi (perception). Persepsi mahasiswa terhadap pemberitaan pencapokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan Malaysia

Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

b. Usia

c. Suku

d. Stambuk

Berdasarkan operasional variabel yang disusun, maka dapat di ambil defenisi operasional variabelnya yakni dimana defenisi variabel operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional variabel adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin mengukur variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46)

Defenisi operasional dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X), Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

a. Frekuensi Pemberitaan, seberapa sering pemberitaan akan hal konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) diangkat.

b. Kejelasan Isi Pesan, pemberitahuan akan isi informasi secara jelas, dan terpercaya.

c. Penyajian Pesan, bagaimana pesan tersebut disajikan melalu pemberitaan di media massa.

d. Pemahaman Tentang Isi Pesan adalah pengertian dan pemahaman khalayak terhadap isi pesan yang disampaikan pemberitaan tersebut.

2. Variabel Terikat (Y), Opini Mahasiswa Etnomusikologi FIB-USU

a. Belief, kepercayaan mengenai suatu hal atau apa yang diyakini responden sebagai suatu kebenaran.

b. Attitude, apa yang sebenarnya dirasakan responden untuk menjadi sikapnya dalam menghadapi pemberitaan di media massa.

c. Perception, yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, dan nilai-nilai yang dianut dan berita berkembang.

3. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin, yaitu penggolongan jenis kelamin responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan

b. Usia, yaitu umur responden

c. Suku, yaitu sub kebudayaan yang melekat di dalam diri responden.

I.8. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara 2 variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU.

Ha : Terdapat hubungan pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB - USU.

BAB II LANDASAN TEORI

II.1. Komunikasi Massa

II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa

Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin “communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30)

Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek.

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4).

Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.

II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa

Adapun karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa antara lain adalah :

1. Komunikator Terlembagakan. Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi kompleks, maka proses pemberian pesan yang diberikan oleh komunikator harus bersifat sistematis dan terperinci.

2. Pesan Bersifat Umum. Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Namun tidak semua fakta atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria pengting atau menarik.

3. Komunikannya yang Anonim dan Heterogen. Komunikan yang dimiliki komunikasi massa adalah anonim ( tidak dikenal ) dan heterogen ( terdiri dari berbagai unsur )

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan.

Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan karakteristik media massa yang digunakan.

Di dalam komunikasi antarpersonal, yang menentukan efektivitas komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia, bukan pada “ apanya “ tetapi “ bagaimana “. Sedangkan pada komuniaksi massa menekankan pada “ apanya “(Ardianto, 2004:7-8)

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah.

Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat secara langsung, karena proses pada komunikasi massa yang menggunakan media massa.

7. Stimulasi Alat Indra “ Terbatas “.

Stimulasi alat indra tergantung pada media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada media radio khalayak hanya mendengarkan, sedangkan pada media televisi dan film kita menggunakan indra pengelihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda ( Delayed ).

Hal ini dikarenakan oleh jarak komunikator dengan komunikan yang berjauhan dan katakter komunikan yang anonim dan heterogen (Ardianto, 2004:7-8).

II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa

fungsi dari komunikasi massa adalah sebagai berikut :

a. Penafsiran ( Interpretation ) Fungsi penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak, serta dilengkapi perspektif ( sudut pandang ) terhadap berita atau tanyangan yang disajikan.

b. Pertalian ( Linkage ) Dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

c. Penyebaran Nilai-nilai ( Transmission Of Values ) Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa itu memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan oleh mereka.

d. Hiburan ( Entertainemnt ) Berfungsi sebagai penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak.

e. Fungsi Informasi Media massa berfungsi sebagai penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa.

f. Fungsi Pendidikan Salah satu cara media massa dalam memberikan pendidikan adalah dengan melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang berlaku bagi pembaca atau pemirsa.

g. Fungsi Mempengaruhi

Secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, Features, iklan, artikel dan sebagainya.

h. Fungsi Proses Pengembangan Mental. Media massa erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman kesadaran manusia.

i. Fungsi Adaptasi Lingkungan

Yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana khalayak dapat beradaptasi dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media massa, ia bisa lebih mengenal bagaimana keadaan lingkungannya melalui media massa.

j. Fungsi Memanipulasi Lingkungan

Berusaha untuk mempengaruhi, komunikasi yang digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.

k. Fungsi Meyakinkan ( To Persuade )

- Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai

seseorang. - Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang - Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu (Effendi,

II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah:

1. Komunikator

a. Merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi tersebut dengan cepat ditangkap oleh publik

b. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan mereka.

c. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran informasi tersebut.

2. Media Massa Media massa merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.

Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan :