TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENGGUNAAN METODE BERCERITA SEBAGAI SARANA PENANAMAN NILAI ... 1 SM

PENGGUNAAN METODE BERCERITA SEBAGAI SARANA
PENANAMAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI
DI PAUD GAJAHWONG, TIMOHO, YOGYAKARTA

ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

Oleh
Jumiyati
NIM 10102241010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
OKTOBER 2015

PER
RSETUJUA
AN

A

Artikel
Jurn
nal Skripsi yang
y
berjuddul “Pengggunaan Metoode Bercerita Sebagai
S
Sarana
Penaanaman Nillai Moral P
Pada Anak Usia
U
Dini ddi PAUD Gajahwong,
G
T
Timoho,
Yoogyakarta” yang disusuun oleh Jum
miyati, NIM 101022410110 ini telah
d
disetujui
oleeh pembimbiing untuk dippublikasikann. 


Yogyakartta, 15 Oktobber 2015
P
Pembimbing
gI

Pembimbiing II

Dra. Nur Djaazifah ER., M.
D
M Si.
N 19540415 198103 2 001
NIP

Dr. Puji Y
Yanti Fauziaah, M. Pd.
NIP 198110213 2003112 2 001

 

Penanaman nilai moral....(Jumiyati) 1

 

PENGGUNAAN METODE BERCERITA SEBAGAI SARANA PENANAMAN
NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI DI PAUD GAJAHWONG, TIMOHO,
YOGYAKARTA
THE USE OF METHODS OF STORYTELLING AS A MEANS OF CULTIVATION OF MORAL
VALUES IN EARLY CHILDHOOD IN THE PAUD GAJAHWONG, TIMOHO, YOGYAKARTA
Oleh: jumiyati, pendidikan luar sekolah
Jumiyati1992@gmail.com 
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : (1) Penggunaan metode bercerita sebagai sarana
penanaman nilai moral pada anak usia dini. (2) Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode bercerita.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan : (1)
Penggunaan metode bercerita meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Materi cerita yang
disampaikan antara lain cerita tentang Neil Amstrong, Anti-Bully, Singa dan tikus, dan Banjir. Nilai moral
terkandung didalam cerita tersebut yaitu sayang teman, mandiri, bekerjakeras, berkata sopan dan menjaga
lingkungan. (3) Faktor pendukung yaitu: (a) Semangat dan kerjasama antar pendidik, (b) Kreatifitas pendidik
dalam membuat APE, (c) Antusias peserta didik. Faktor yang menghambat yaitu : (a) Kurangnya pendidik dan
tanaga kependidikan, (b) Kelas yang sempit dan kurang rapi, (c) Konsentrasi anak mudah berubah-ubah.
Kata kunci: penanaman nilai moral, metode bercerita,anak usia dini

Astract
This study aimed to describe: (1) The use of storytelling. (2) The supporting factors and inhibitors. This
research is a descriptive qualitative approach. The results showed: (1) The use of storytelling includes the stages of
planning, implementation and evaluation. The materials include story story about Neil Armstrong, Anti-Bully, lion
and a mouse, and the Flood. Moral values presented are dear friends, self, work hard, speak politely and
protecting the environment. (3) The supporting factors, namely: (a) The spirit and cooperation among educators,
(b) Creativity educators make APE, (c) Be enthusiastic learners. Factors that inhibit namely: (a) Lack of educators
and educational tanaga, (b) Class narrow and less tidy, (c) the concentration of volatile children.
Keywords: cultivation of moral values, storytelling, early childhood.

PENDAHULUAN
Kondisi sosial yang diakselerasi dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi
yang begitu cepat menyentuh kehidupan
masyarakat di negeri kita, membawa perubahan
diseluruh aspek kehidupan. Fondasi mental,
moral dan spiritual yang kuat mutlak diperlukan
sebagai antisipasi kecenderungan imitasi suatu
perilaku masyarakat kita. Masyarakat modern
cenderung memiliki pola perilaku serba instan,

praktis, ingin segala sesuatu serba cepat. Tidak
jarang sistem instan ini dilakukan dengan
menabrak koridor nilai-nilai spiritual dan nilainilai moral. Perkembangan media massa selain
memberikan dampak positif disisi lain juga
 
 

memberikan dampak negatif bagi perkembangan
pribadi anak jika lingkungan sekitar tidak
membantu dalam memilih informasi yang sesuai
atau tidak sesuai dengan budaya masyarakatnya.
Anak- anak merupakan investasi masa
depan bangsa karena kemajuan atau kemunduran
suatu bangsa akan ditentukan oleh bagaimana
kita mendidik anak kita sekarang. Kesadaran
akan pentingnya pendidikan tersebut maka kita
harus membekali anak dengan pendidikan yang
baik agar kelak menjadi manusia yang
seutuhnya, berkualitas dan menjadi generasi
yang lebih baik dari sebelumnya sehingga dapat

berguna bagi sesama, keluarga dan negara.

Jurnal Pendidikan Luar Sekolah 2
Sebagaimana tertera pada Undangundang Pasal 9 ayat 1 no 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak juga menyebutkan, “Setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya”. Dalam GBHN
dijelaskan pula bahwa anak merupakan sumber
penerus bangsa dan sumber insan bagi
pembangunan nasional, maka harus diperhatikan
dan dibina sedini mungkin agar menjadi insan
yang berkualitas dan berguna bagi bangsa.
Sebagai orang tua haruslah mempunyai tujuan
untuk mendidik dan mempersiapkan anak sedini
mungkin agar menjadi manusia unggul.
Salah satu bagian terpenting dalam
memberikan pendidikan terhadap anak usia dini
adalah penanaman nilai moral melalui lembaga

PAUD.
Selanjutnya
diharapkan
melalui
pendidikan ini anak akan mengerti mana yang
salah dan benar, baik dan buruk sehingga dia
dapat bersikap sesuai norma yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakatnya. Hal ini
tentunya akan memudahkan anak untuk diterima
di lingkungannya dan memudahkannya dalam
bersosialosasi.
Menurut Wahyudi (2005: 14) trend
pendidikan yang masih gencar di lakukan sampai
saat ini adalah kecerdasan emosional (emotionan
intellegent). Daniel Goleman dalam Wahyudi
(2005: 4) mengubah istilah pendidikan afektif
menjadi terbalik yaitu bukan menggunakan
perasaan untuk mendidik melainkan bagaimana
mendidik perasaan itu menjadi cerdas dan
sensitif terhadap nilai moral yang luhur untuk

diimplementasikan ke dalam kehidupan seharihari.
Tim Advokasi Arus Bawah atau disingkat
TAABAH
mempelopori
penyelenggaraan
PAUDpendidikan anak usia dini atau PAUD
yang diberi nama PAUD Gajahwong. PAUD ini
ditujukan bagi warga pinggir sungai Gajahwong
yang notabene warga pengemis dan pengamen
agar terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai warga
negara Indonesia. Dari berbagai kegiatan
pemberdayaannya yang belum banyak tersentuh
 

adalah keberadaan anak-anak khususnya pada
anak usia dini yang setiap tahun semakin
bertambah jumlahnya. Anak-anak di sekitar
Sungai Gajahwong masih dilibatkan dalam
urusan kebutuhan ekonomi seperti mengamen,
mengemis, memulung dan lain sebagainya.

Ketertarikan adanya PAUD Gajahwong tak
hanya anak, namun juga orangtuanya. Seiring
bangkitnya kesadaran bahwa anak tak
seharusnya diajak bekerja menafkahi keluarga,
para orang tua kini lebih merasa aman ketika
anak-anaknya bermain di PAUD dibanding di
jalan (http://ledhoktimoho.wordpress.com).
Setiap
anak
yang tumbuh
dan
berkembang sebelum mendapatkan pendidikan
dari PAUDsejatinya pendidikan yang paling
utama dan pertama yaitu pendidikan dalam
keluarga. Namun belum tentu setiap keluarga
mampu dan sempat memberikan pendidikan
terbaik bagi anaknya dikarenakan oleh berbagai
hal. Seperti warga pinggir Sungai Gajahwong
yang sebagian besar warganya adalah warga
miskin sehingga waktu mereka habis untuk

bekerja di luar rumah antara lain sebagai
pemulung, pengamen, petani kota serta pekerja
ataupun buruh menyebabkan mereka tak punya
waktu untuk sekedar memberikan pendidikan
pada anak. Sehingga PAUD Gajahwong sebagai
lembaga pendidikan untuk anak usia dini merasa
mempunyai tanggung jawab untuk mendukung
perkembangan fisik dan mental anak.
Lingkungan
yang
buruk
dapat
menyebabkan anak memiliki kepribadian yang
buruk pula. Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan riil yang ada di sekitar PAUD
Gajahwong yang notabene secara fisik berada di
sekitar Sungi Gajahwong dengan penduduknya
yang sebagian besar adalah kaum miskin kota
dengan aktivitas sebagai pemulung, pengamen,
petani kota serta pekerja (buruh) sehingga salah

satu tujuan pendidikan di PAUD Gajahwong
diantaranya yaitu adalah membantu anak agar
mampu memahami dan menyesuaikan diri secara
arif dan kreatif dengan lingkungannya.
PAUD Gajahwong merupakan bentuk
pendidikan anak usia dini pada jalur nonformal

Penanaman nilai moral....(Jumiyati) 3
 

yang berdiri 24 Januari 2011 dipelopori oleh Tim
Advokasi Arus Bawah (TAABAH). Advokasi
yang dilakukan yaitu untuk membawa komunitas
bantaran Sungai Gajahwong agar terpenuhi hakhak dasarnya sebagai warga Indonesia. Berbagai
pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat yang lebih baik salah
satunya yaitu di bidang pendidikan anak usia
dini. Sekarang ini PAUD Gajahwong memiliki
dua kelas yaitu kelas akar (usia 2-3 tahun) dan
kelas rumput (usia 4-6 tahun).
Program pendidikan anak usia dini di
PAUD Gajahwong dirancang dengan tujuan
untuk mengembangkan seluruh potensi fisik dan
jiwa yang anak agar anak mampu menghadapi
permasalahan dimasa mendatang. Usia dini
merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan
nilai-nilai kebudayaan, sosial, moral, agama agar
mampu
memahami
tentang
kehidupan
masyarakatnya dan dunia.
Banyak metode yang bisa digunakan
sebagai upaya untuk memberikan pemahaman
kepada anak tentang nilai-nilai yang dianut di
masyarakatnya. Penanaman nilai moral pada
anak usia dini tidaklah mudah karena tidak bisa
hanya disampaikan secara konseptual saja tetapi
harus menggunakan metode yang tepat, di
PAUD Gajahwong yaitu menggunakan metode
bercerita agar anak lebih tertarik dan lebih
terserap pesan nilai moral yang akan
disampaikan. Menurut Muhammad Fadlillah
(2012: 173) mengungkapkan bercerita adalah
satu cara untuk menarik perhatian anak daripada
hanya sekedar ceramah. Penggunaan metode
bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral
pada anak usia dini di PAUD Gajahwong
memiliki arti tersendiri yaitu sebagai media
penyampai pesan positif tentang sikap dan
perilaku yang dapat diambil dari cerita yang
disampaikan. Makna luhur yang terkandung
dalam masing-masing cerita dapat memberikan
pengalaman belajar yang unik dan menarik yang
memungkinkan dapat mengembangkan dimensi
perasaan anak.
 
 

Dalam penggunaan metode bercerita
sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak
usia dini memang tidak mudah pendidik harus
dapat memilih tema cerita yang sesuai dengan
nilai moral yang akan mereka ajarkan selain itu
teknik bercerita yang tepat juga diperlukan guna
mendukung keberhasilan penanaman nilai moral
pada anak. Selain itu kondisi sarana dan
prasaranan PAUD Gajahwong yang masih
terbatas dikarenakan keterbatasan biaya juga
menjadi
penyebab
kurangnya
dukungan
terlaksananya program pembelajaran terkait
pengembangan kepribadian anak.
Diharapkan setelah adanya PAUD yang
disebut PAUD Gajahwong dapat membantu anak
usia dini dalam mengembangkan potensi dan
kepribadiannya menjadi manusia yang unggul
yang nantinya bisa merubah tatanan kehidupan
masyarakatnya menjadi lebih maju dan labih
baik. Meskipun keluarga kurang dalam
memberikan pendidikan pada anak tetapi jika
pendidik di PAUDmempunyai cara yang tepat
dalam mengembangkan setiap aspek anak usia
dini termasuk dalam penanaman nilai moral pada
anak usia dini dapat mengantarkan anak didik
agar dapat berfikir, bersikap dan berperilaku
secara baik. Dengan permasalahan yang telah
diuraikan diatas maka peneliti mengambil
penelitian “Penggunaan metode bercerita sebagai
sarana penanaman nilai moral pada anak usia
dini di PAUD Gajahwong, Timoho,Yogyakarta“.
Adapun rumusan masalah yang di kaji dalam
penelitian ini, adalah sebagai berikut : (1)
Bagaimanakah penggunaan metode bercerita sebagai
sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di
PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta. (2)
Bagaimana hasil penggunaan metode bercerita
sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia
dini di PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta. (3)
Apa faktor pendukung dan faktor penghambat
penggunaan metode bercerita sebagai sarana
penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD
Gajahwong, Timoho, Yogyakarta.

Jurnal Pendidikan Luar Sekolah 4
Sesuai
dengan
permasalahan
yang
dikemukaan diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk : (1) Untuk mendeskripsikan penggunaan
metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai
moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong,
Timoho, Yogyakarta. (2) Untuk mendeskripsikan
hasil penggunaan metode bercerita sebagai sarana
penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD
Gajahwong, Timoho, Yogyakarta. (3) Untuk
mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor
penghambat penggunaan metode bercerita sebagai
sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di
PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada bulan
Agustus hingga Oktober 2014 di PAUD
Gajahwong, Timoho, Yogyakarta.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian terdiri dari 1 pengelola
PAUD Gajahwong dan 2 orang pendidik PAUD
Gajahwong.
Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan
Data
Pada penelitian ini data berupa deskriptif
yang diambil dari hasil observasi, wawancara
dan dokumentasi. Instrumen utama yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah peneliti
sendiri yang di bantu pedoman wawancara,
pedoman observasi dan pedoman dokumentasi
terstruktur yang di buat sendiri oleh peneliti.
Teknik pengumpulan data yang di gunakan yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Data –data yang telah terkumpul mulai
dari pengamatan, catatan lapangan , wawancara
dan dokumentasi di interpretasikan secara
kaulitatif untuk mengetahui keabsahan data
dalam penarikan kesimpulan.
 

Dalam melakukan analisis data akan
melalui tahapan-tahapan. Analisis data dalam
penelitian ini di laksanakan dalam 3 tahap yaitu
reduksi data, display data dan pengambilan
kesimpulan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Penggunaan Metode Bercerita Sebagai
Sarana Penanaman Nilai Moral Pada Anak
Usia Dini di PAUD Gajahwong
Ada berbagai aspek pada anak yang
perlu dikembangkan dengan baik sesuai
dengan tahap perkembangannya. Salah satu
aspek yang sangat penting yang harus
diajarkan pada anak usia dini yaitu tentang
nilai moral. Dengan diajarkan tentang nilai
moral sejak dini diharapkan pada kehidupan
selanjutnya anak akan mengetahui tentang
benar atau salah, baik atau buruk sehingga dia
dapat menerapkan dalam kehidupan seharihari agar mampu bersosialisasi secara baik
dengan masyarakat. Metode pembelajaran
yang sesuai dengan tahun-tahun awal
biasanya dapat menentukan kepribadian anak
setelah dewasa. Ada banyak metode yang
dapat digunakan dalam penanaman nilai
moral untuk anak usia dini, di PAUD
Gajahwong yaitu menggunakan metode
bercerita.
a. Alasan Penggunaan Metode Bercerita Sebagai
Sarana Penanaman Nilai Moral Pada Anak
Usia Dini di PAUD Gajahwong.
PAUD Gajahwong sebagai lembaga
pendidikan untuk anak usia dini memiliki
beberapa program yang terkait dengan
fungsinya yaitu untuk membantu anak dalam
dalam memahami dan menyesuaikan diri
secara arif dan kreatif dengan lingkungannya.
Lingkungan yang di maksud mengandung
pemahaman yang luas yaitu segala sumber
yang ada dalam lingkungan anak mulai dari
lingkungan fisik,lingkungan sosial dan
lingkungan budayanya. Agar anak mampu
bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik

Penanaman nilai moral....(Jumiyati) 5
 

dengan lingkungannya maka anak sejak dini
harus di ajarkan tentang nilai moral yang
berlaku dalam masyarakat tersebut.
Metode cerita dinilai sebagai alat
pendidikan untuk mengajarkan budi pekerti
paling mudah di mengerti oleh anak di
samping teladan yang lihat anak setiap hari.
Dengan cerita yang tentang nilai moral yang
di berikan oleh pendidik dapat menjadi
contoh kepada anak bagaimana menyikapi
suatu permasalahan dengan baik, bagaimana
melakukan
pembicaraan dengan baik
sekaligus memberi pelajaran pada anak cara
mengendalikan keinginan-keinginan yang
nilai negatif oleh anak sehingga akan
memberikan kesan yang mendalam bagi anak
dan memahami perilaku moral lewat cerita
yang di berikan, Selain itu penggunaan
metode bercerita sebagai sarana penanaman
nilai moral di PAUD Gajahwong juga untuk
mengembangkan ketrampilan lain anak
seperti berbicara, membaca menulis dan
menyimak. Anak akan menyimak cerita yang
di sampaikan oleh pendidik dan ketika ada
sesuatu hal yang menarik hal ini akan
merangsang anak untuk bertannya atau
memberikan pendapatnya.
Hal ini sesuai dengan yang di
ungkapkan oleh Muh. Nuh Mustakim (2005:
160) bahwa cerita tentang moral yang di
ungkapkan oleh pendidik akan memberikan
kesan yang mendalam kepada anak. Anakanak memahami cerita yang sampaikan oleh
orang tua atau guru mereka. Perilaku moral
yang ada di dalam cerita dapat mempengaruhi
perkembangan moral anak dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Alokasi Waktu Penggunaan Metode Bercerita
Sebagai Sarana Penanaman Nilai Moral Pada
Anak Usia Dini di PAUD Gajahwong.
Hasil data penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan metode bercerita seabagai sarana
penanaman nilai moral pada anak usia dini di
PAUD Gajahwong merupakan bagian dari
 
 

rangkaian pembelajaran berbasis lingkungan
yang di laksanakan secara rutin. Penggunaan
metode bercerita sebagai sarana penanaman
nilai moral pada anak usia dini di PAUD
Gajahwong bersifat fleksible dan sesuai
dengan minat atau kemauan anak.
Pembelajaran menggunakan metode
bercerita di PAUD Gajahwong bersifat
fleksible dan sesuai dengan minat atau
kemauan anak. Dalam pelaksanaannya
pembelajaran menggunakan metode cerita
sebagai salah satu metode untuk menanamkan
nilai moral pada anak usia dini di laksanakan
2 jam pembelajaran di mulai pukul 07.3011.00 WIB.
c. Perencanaan
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai
hal pertama yang harus di lakukan yaitu
melakukan perencanaan. Perencanaan perlu di
lakukan agar pembelajaran dapat berjalan
sebagaimana mestinya guna mencapai hasil
yang telah di tentukan.Perencana pertama
yang di lakukan PAUD Gajahwong yaitu
membuat
RPP
(Rencana
Program
Pembelajaran). RPP yang di buat di PAUD
Gajawong bersifat flexible. Rencana program
pembelajaran ini tidak menjadi dasar yang
kaku bagi anak dan pendidik untuk
melaksanakan pembelajaran. Kegiatan yang
sudah di rencanakan di laksanakan sesuai
keinginan dan kesepakatan anak pada hari
tersebut.
d. Pelaksanaan
Dari hasil penelitian, penggunanaan
metode bercerita sebagai sarana penanaman
nilai moral dilakukan dalam beberapa pijakan
yang berisi sejumlah pengalaman belajar
peserta didik melalui gerak, lagu dan bermain
yang diberikan kepada anak usia dini
berdasarkan minat dan potensi anak dan tugas
perkembangan yang harus dikuasai anak.
Kegiatan ini mencakuo 3 tahap yaitu kegiatan
pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup :
1) Pembuka

Jurnal Pendidikan Luar Sekolah 6
Kegiatan pembuka di PAUD
Gajahwong dilakukan di dalam kelas yaitu
di mulai dengan bermain di dalam
lingkaran dengan gerak lagu dan dolanan.
Kemudian di lanjutkan dengan kegiatan
mengkondisikan anak untuk duduk
melingkar secara tertib dan tenang agar
anak dapat fokus terhadap kegiatan yang
akan di lakukan. Kemudian setelah tenang
anak-anak berdoa, absensi dan bercerita
kabar.
2) Inti
Melakukan atau mengikuti kegiatan
pembelajaran
menggunakan
metode
bercerita sesuai dengan aturan bermain
yang telah disepakati sebelumnya.
Pendidik melaksanakan pembelajaran
berdasarkan tahapan bermain. Pada awal
pelaksanaan
pembelajaran
pendidik
berusaha menarik minat anak dengan
mengaitkan
tema
cerita
dengan
pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di sekitar anak. Agar pembelajaran
tidak pasif atau hanya searah saja maka
pendidik sesekali memberikan pertanyaan
dan bercakap-cakap dengan peserta didik
yang dapat di tanggapi anak secara
spontan. Hal ini di lakukan agar pendidik
dapat mengetahui sejauhmana peserta
didik memahami tentang inti dan pesan
dari cerita yang di sampaikan.
Setelah kegiatan ini selesai peserta
didik dan pendidik membereskan alat
permainan serta membersihkan tempat
yang telah di gunakan. Setelah rapi
pendidik melakukan refressing dengan
menyanyikan lagu dan yel-yel. Selanjutnya
pendidik melakukan refleksi yaitu dengan
cara wawancara. Refleksi dilakukan
dengan cara bercakap-cakap dengan anak
selama dan setelah kegiatan bercerita
selesai. Pertanyaan yang di ajukan yaitu
yang sesuai dengan cerita yang telah di
sampaikan. Setelah kegiatan refleksi
selesai kemudian di lanjutkan dengan
 

berdoa sesudah belajar untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran.
3) Penutup
Setelah
kegiatan
pembelajaran
menggunakan metode bercerita selesai di
tutup dengan kegiatan makan siang
bersama, kegiatan makan siang selesai
diakhiri dengan doa selesai makan dan doa
penutup yang dipimpin salah satu peserta
didik. Selanjutnya agar anak- anak tertib
saat pulang pendidik mensiasati dengan
cara memberikan pertanyaan atau tebaktebakkan sehingga yang dapat menjawab
terlebih dahulu maka boleh pulang dahulu.
Selanjutnya peserta didik pulang dengan
mengucap salam dan berjabat tangan
dengan pendidik dan asisten pendidik.
e. Evaluasi
Astin dalam Anita Yus (2005:29)
penilaian
merupakan
suatu
proses
mengumpulkan informasi secara sistmatik
untuk membuat keputusan tentang individu.
Keputusan yang di ambil berdasarkan
informasi yang di peroleh berdasarkan aturan
tertentu.
Evaluasi
dilakukan
untuk
mengetahui sejauhmana perkembangan yang
telah dicapai peserta didik selama mengikuti
kegiatan di PAUD Gajahwong. Penilaian
terhadap penggunakan metode bercerita
sebagai sarana penanaman nilai moral pada
anak usia dini di PAUD Gajahwong masuk
dalam penilaian yang dilakukan secara
keseluruhan.Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan di PAUD Gajahwong teknik
penilaian yang digunakan antara lain
observasi, narasi, percakapan dan unjuk kerja.
2. Hasil Penanaman Nilai Moral pada Anak
Usia Dini melalui Metode Cerita di
PAUDGajahwong
Penanaman nilai moral pada anak usia
dini melalui metode cerita di PAUD
Gajahwong
di
arahkan
untuk
mengembangkan perilaku anak sesuai dengan
kebiasaan masyarakatnya. Seperti yang di
kemukakan oleh Menurut Sutarjo Adisusilo

Penanaman nilai moral....(Jumiyati) 7
 

(2012:70) Pendidikan nilai merupakan
pendidikan yang berusaha mengembangkan
pola perilaku anak sesuai kehendak atau
kebiasaan suatu masyarakat. Kehendak ini
berwujud moralitas atau kesusilaan yang
berisi nilai-nilai dan kehidupan nyata yang
berada dalam masyarakat.
Beberapa cerita yang di sampaikan
dalam upaya penanaman nilai moral pada
anak usia dini di PAUD Gajahwong antara
lain yaitu Neil Amstrong, Anti-BullyI,Singa
dan tikus, Banjir. Adapun nilai moral yang
terdapat pada cerita tersebut antara lain
sayang teman, mandiri, bekerja keras dan
menjaga lingkungan. Sesuai dengan konsep
perkembangn moral anak Syamsu Yusuf
(2006: 134) salah satunya yaitu dengan
melalui penanaman pengertian tentang
tingkah laku yang benar atau salah, atau baik
dan buruk oleh orang tua, guru atau orang
dewasa lainnya. Disamping itu, yang paling
penting dalam penanaman moral ini adalah
keteladanan dari orang tua atau orang dewasa
lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
Jadi selain penggunaan metode bercerita
sebagai sarana penanaman nilai moral pada
nak usia dini keteladanan dari orang dewasa
di sekitar anak juga penting untuk mendukung
perkembangan kepribadian anak.
Penanaman nilai moral pada anak sejak
dini sangat penting untuk dilaksanakan yaitu
sebagai awal agar anak mempunyai karakter
yang baik. Melalui cerita yang disampaikan
pada anak diharapkan anak dapat mengambil
pesan-pesan yang ada didalamnya atau paling
tidak mampu menambah wawasan anak
dalam mengembangkan kepribadian yang
dimilikinya. Hal ini sesuai dengan alasan
Muh.
Nuh
Mustakim
(2005:
160)
mengungkapkan cerita tentang moral yang
diungkapkan oleh pendidik akan memberikan
kesan yang mendalam kepada anak. Anakanak memahami cerita yang disampaikan oleh
orang tua atau guru mereka. Perilaku moral
 
 

yang ada didalam cerita dapat mempengaruhi
perkembangan moral anak dalam kehidupan
sehari-hari.
Misalnya
dalam
cerita
digambarkan bagaimana moral anak dibina
dan dikembangkan lewat cerita realistik
dalam cerita moral baik dan buruk menjadi
bahan
apresiasi
anak.
Anak
dapat
membedakan mana yang baik dan buruk,
mana yang agung dan jahat, mana yang
berhasil
dan
gagal
dan
bagaimana
membandingkan antara perilaku sendiri
dengan orang lain.
3.

Faktor Pendukung Dan Penghambat
Penggunaan Metode Bercerita Sebagai
Sarana Penanaman Nilai Moral Pada Anak
Usia Dini di PAUD Gajahwong, Timoho,
Yogyakarta.
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam setiap
kegiatan
pembelajaran
merupakan
kekuatan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran tersebut. Adapun faktor yang
mendukung dalam kegiatan pembelajaran
menggunakan metode bercerita di PAUD
Gajahwong antara lain:
1) Semangat dan kerjasama antar pendidik
untuk terus belajar dan mengembangkan
pembelajaran.
2) Kreatifitas pendidik dalam membuat
APE sederhana.
3) Antusias peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran menggunakan metode
bercerita.
b. Faktor Penghambat
Adapun
faktor-faktor
yang
menghambat dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
menggunakan
metode
bercerita di PAUD Gajahwong antara lain :
1) Kurangnya pendidik dan SDM di
PAUD Gajahwong.
2) Kelas yang sempit dan kurang rapi
sehingga membat anak kurang leluasa
dan nyaman.

Jurnal Pendidikan Luar Sekolah 8
3) Konsentrasi anak yang mudah berubahubah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran dalam penelitian
ini yaitu :
Kesimpulan
Pelaksanaan penggunaan metode bercerita
sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak
usia dini di PAUD Gajahwong melalui tahapan
perencanaan,
pelaksanaan
dan
evaluasi.
Perencanaan yaitu dengan membuat rencana
program pembelajaran serta persiapan materi
cerita, (pelaksanaan terdiri dari kegiatan
pembuka, inti dan penutup, evaluasi meliputi
observasi, narasi, percakapan dan unjuk kerja.
Materi cerita yang disampaikan anta lain cerita
tentang Neil Amstrong, Anti-Bully, Singa dan
Tikus, dan Banjir. Dari kegiatan tersebut nilai
moral yang ditanamkan yaitu sayang teman,
mandiri, bekerja keras dan menjaga lingkungan.
Faktor
pendukung
dalam
pelaksanaan
pembelajaran menggunakan metode bercerita
yaitu: Semangat dan kerjasama antar pendidik
untuk terus belajar dan mengembangkan
pembelajaran, Kreatifitas pendidik dalam
membuat APE sederhana, Antusias peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran menggunakan
metode bercerita. Faktor yang menghambat yaitu
: kurangnya pendidik dan tenaga kependidikan
di PAUD Gajahwong, kelas yang sempit dan
kurang rapi sehingga membuat peserta didik
kurang leluasa dan nyaman, konsentari anak
yang mudah berubah-ubah.
Saran
1. Menambah jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan.
2. Pendidik hendaknya membersihkan dan
merapikan kelas sebelum dan sesudah
pembelajaran di laksanakan.
3. Agar pembelajaran lebih kondusif dan
menarik minat anak, hendaknya pendidik
lebih kreatif dalam membuat materi cerita dan
merancang kegiatan pembelajaran yang
 

menyenangkan agar konsentrasi anak tetap
fokus.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Yus. (2005). Penilaian Perkembangan
Belajar Anak Taman Kanak-kanak.
Jakarta: Depdiknas.
Muhammad
Fadlillah.
(2012).
Desain
pembelajaran PAUD. Jakarta: Ar-ruzz
media.
Muh. Nur Mustakim. (2005). Peranan cerita
dalam pembentukan perkembangan
anak TK. Jakarta : Depdiknas
Sutarjo Adisusilo. (2012).Pembelajaran NilaiKarakter. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Syamsu yusuf. (2006). Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18