PERSELISIHAN KEADILAN, KEMAMFAATAN, DAN KEPASTIAN HUKUM DALAM PRIVATISASI SUMBER DAYA AIR DISPUTES JUSTICE, UTILIZATION, AND LEGAL CERTAINTY IN THE PRIVATIZATION OF WATER RESOURCES

PERSELISIHAN KEADILAN, KEMAMFAATAN, DAN KEPASTIAN HUKUM DALAM PRIVATISASI SUMBER DAYA AIR DISPUTES JUSTICE, UTILIZATION, AND LEGAL CERTAINTY IN THE PRIVATIZATION OF WATER RESOURCES

Husnan Wadi

Law Office Edi Rahman dan Rekan E-mail : husnan_w@yahoo.com

Naskah diterima :20/05/2014; revisi : 20/06/2014/; disetujui : 29/07/2014

A bstrAct

Justice is like water that never dry to talk, especially when it touches the basic necessities that are inseparable from the lives of both humans and other biological organisms. Privatization by investors when correlated with the law sometimes has problems of its own. How justice should

be placed by not forgetting one of the most important elements of life. Will Law Number 7 of 2004 and the Constitution of 1945 of NRI, how is social justice and certainty guaranteed by the state if things become a basic need of human needs that are privatized by investors?. Unbalanced retribution will mortgage unorganized justice values that into an opportunity to abuse the regulations rather than the legal subjects freedom in getting added value for certain people. Justice, utilization, and certainty are not to negate one to another that may result in other victims.

Keywords: Privatization, Water and Law

A bStrAk

Keadilan seperti ibarat air yang tidak pernah kering untuk bicarakan, apalagi ketika keadilan itu menyentuh pada kebutuhan dasar yang tidak terpisahkan dari kehidupan baik manusia maupun mahluk biologis lainya. Privatisasi oleh pemilik modal saat berkorelasi dengan hukum kadang memiliki masalah tersendiri. Bagaimana keadilan seharusnya ditempatkan dengan tidak melupakan salah satu unsur terpenting dari kehidupan. Akankah undang- undang Nomor 7 Tahun 2004 dengan UUD 1945 NRI, bagaimana keadilan sosial dan kepastian yang harus terjamin oleh negara jika hal-hal yang menjadi kebutuhan dasar dari kebutuhan manusia itu terprivatisasi oleh pemodal?. Retribusi yang tidak berimbang akan menggadaikan nilai-nilai keadilan yang tidak teroganisir menjadi peluang bagi penyalahgunaan regulasi yang mendasari daripada kebebasan subyek hukum dalam mendapatkan nilai tambah bagi segelintir orang. Keadilan, kemanfaatan dan kepastian tidaklah untuk menegasikan yang satu dengan yang lainya sehingga memunculkan koraban bagi yang lainya.

Key Word : Privatisasi, Air dan Hukum

PENDAHULUAN

nusia di muka bumi. Air yang keberadaan- nya merupakan amanat dan karunia sang

a ir dalam sejaraH kehidupan manusia Pencipta untuk dimanfaatkan dan dijaga

memiliki posisi sentral dan merupakan kelestariannya demi kelangsungan hidup

jaminan keberlangsungan kehidupan ma- manusia itu sendiri. Maka pengelolaan dan

IUS 219

Kajian Hukum dan Keadilan

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

penguasaan dan pemilikan atas sumber- nasional makin berubah orientasi pan- sumber air seharusnya juga diusahakan dangan tradisional tentang air. Pandangan bersama.

tradisional tentang air cenderung diting- gal kan, karena air tidak sekedar hanya

Pada masa sekarang dan tahun–tahun Publik Good, tetapi sudah menjadi komo-

mendatang terdapat persoalan pemenuhan ditas ekonomi, yang memiliki nilai pasar kebutuhan pokok yang besar bagi Indone- dan dapat diperdagangkan. 2

sia dan bagi Negara–negara di dunia lain, yaitu kelangkaan air. Persoalan akses air

Paradigma tradisional ini bertentangan yang semakin terbatas dihadapi banyak dengan paradigma pengelolaan air modern orang, dikarenakan air menjadi semakin yang berdasarkan pada nilai ekonomi inti- mahal akibat komersialisasi dan privatisasi risik (intirinsic value) dari air, yang di- sumber daya air yang meluas.

dasarkan pada asumsi adanya keterbatasan dan kelangkaan air (limited and scarcity

Sementara itu, krisis lingkungan hidup water ) serta dibutuhkannya investasi atau

dan kegagalan pengelolaan air akan me- penyediaan air bersih, sebagai pemenuhan

micu konflik sosial antar wilayah yang hak atas setiap warga Negara. 3 Fenomena

tidak terhindarkan, manakala pengelolaan krisis sumber daya air telah banyak terjadi

air pada satuan Daerah Aliran Sungai di berbagai belahan dunia. Indonesia ter- (DAS) antara hulu dan hilir tidak meng- masuk dalam Negara di dunia yang kaya

indahkan tata kerama, ekonomi dan sosial air, namun beberapa daerah di Indonesia

yang men cukupi. Air merupakan sumber telah mengalami krisis sumber daya air. daya strategis, namun tidak cukup jika air Hal ini tentunya tidak lepas dari semakin

hanya dinilai sekedar sumber daya semata . meningkatnya pertumbuhan jumlah pen-

Makna air lebih dari itu. Air merupakan duduk dan peningkatan pembangunan

sumber kebutuhan dasar manusia karena ekonomi yang cenderung fokus pada pen-

hampir seluruh segi kehidupan manusia dapatan perkapita serta mengabaikan indi-

membutuhkan air. Namun, kecenderung-

kator-indikator sosial. 4

an air disia-siakan ketika berlimpah dan dicari ketika langka. Kecenderungan itu

Perubahan cara pandang terhadap air ter jadi karena air sebagai Publik Good,

yang awalnya merupakan barang publik yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun, menjadi barang ekonomi ini membuat pe-

tidak ada ketersaingan, dan memiliki Pro- lak sanaan pengelolaan air dengan me- perty Right yang lemah, sehingga tidak ja- nerap kan kebijakan insentif dan di si- rang air diperlakukan sebagai sumber daya nsentif. Kelangkaan air dijadikan alasan dengan kepemilikan bersama (Global Com- utama terhadap perubahan cara pandang mons ), yaitu sumber daya yang di kelola terhadap air. Kebijakan mengenai sumber secara kolektif, bukan untuk dijual atau daya air di Indonesia terdapat dalam UUD di perdagangkan guna memperoleh ke- 1945 Pasal 33 ayat (3) yang mengamanat-

untungan. 1 kan bahwa sumber daya air dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-

Adanya Undang-undang No. 7 Tahun besar kemakmuran rakyat. Secara tersirat,

2004 tentang Sumber Daya Air tidak dapat konsep kepemilikan sumber daya air di

mem berikan pencerahan yang jelas ten- Indonesia menyatakan bahwa sumber daya

tang status dan posisi sumber daya air dan air merupakan milik Tuhan Yang Maha bahkan, adanya berbagai Konvenan Inter-

2 Ibid.,

1 Bunasor Sanim, Sumber Daya Air dan Kesejahteraan

3 Ibid., Publik (Suatu Tinjauan Teoritis dan Kajian Praktis), 4 Ajeng Kartika et al. Ekonomi Sumber Daya Air

Cetakan I, IPB Press, Bogor, 2011, hlm. Xviii-xix Perspektif Islam, UB Press, Malang, 2013, hlm. v

220 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi ....... Esa. Negara memiliki kewajiban mengelola melihat bahwa air merupakan komoditas

dan mendistribusikan secara adil bagi yang memiliki potensi ekonomi tinggi. In- kesejahteraan seluruh rakyat. Pasal ter- strumen Hak Guna Pakai dalam UU No. 7 sebut secara jelas menyatakan bahwa Tahun 2004 berimplikasi pada pemerintah setiap warga Negara memiliki hak yang yang membatasi bentuk dan jumlah peng- sama untuk mengakses sumber daya alam gunaan air oleh masyarakat. Di luar

di Indonesia, khususnya air. 5 batasan kriteria pengguna sehari-hari dan pertanian rakyat yang ditentukan Pemerin-

Kebijakan turunan dari UUD 1945 tah. 7 Selanjutnya dengan adanya instru-

Pasal 33 ayat (3) mengenai sumber daya men hak guna usaha sumber daya air

air juga terdapat pada UU Pokok Agraria dalam UU No. 7 Tahun 2004 telah mem-

Tahun 1960. Pengertian pokok agrarian beri ruang yang luas bagi swasta untuk

bukan sekedar tanah, tetapi juga air dan menguasai sumber-sumber air (air, tanah, ruang angkasa. Pengaturan air dalam segala bentuk air permukaan, dan se-

UUPA termuat dalam Pasal 1 ayat (2) dan bagian badan sungai). Kemudahan per-

(3). Ayat (2) berbunyi: ijinan pemerintah dalam pengelolaan sum-

“Seluruh bumi, air dan ruang angkasa ber daya air bagi pihak swasta dalam satu termasuk kekayaan alam yang ter- dekade terakhir ini, telah berdampak pada kandung didalamnya dalam wilayah eksploitasi sumber daya air yang berlebi- RI, sebagai karunia Tuhan Yang han serta terabaikannya hak rakyat untuk Maha Esa merupakan kekayaan mengakses air bagi pemenuhan kebutuhan nasional.”

sehari-hari dan memproduksi bahan

pangan. 8

Dan ayat (3) berbunyi: UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber

“Hubungan antar bangsa Indonesia Daya Air telah berhasil memenuhi keingi- dengan bumi, air dan ruang angkasa nan dari perusahaan multinasional beserta termasuk dalam ayat (2) adalah rezim perdagangan bebas (Bank Dunia dan hubungan yang bersifat abadi.”

lembaga keuangan internasional) untuk

UU Pokok Agraria mengatur dan men jadikan air sebagai komoditas yang

menyelenggarakan peruntukan pengguna, me nguntungkan. Komersialisasi dan priva- per sediaan dan pemeliharaan air, serta tisasi air oleh pihak swasta lebih cender- me nentukan dan mengatur hubungan- ung menempatkan air sebagai fungsi eko- hubungan hukum antara orang-orang dan nomi ketimbang fungsi sosial. Perkemban- perbuatan hukum mengenai air. Dengan gan yang kini terjadi terkait sumber daya kata lain, kebijakan ini mengatur hak-hak air adalah semakin langkanya air bersih penguasaan atas air. Kebijakan ini meng- dan distribusinya yang menunjukkan ke-

akui hak ulayat atau hak adat atas air. 6 tidakadilan. Hal ini terlihat dari banyak- nya rakyat Indonesia yang belum bisa

Pada tahun 2004 terbit kebijakan lebih mengakses air. 9 spesifik di sektor sumber daya air. UU No.

7 tahun 2004 tentang Sumber daya Air Salah satu undang-undang yang di- memuat adanya dua jenis hak guna sum- bentuk dalam rangka melaksanakan keten-

ber daya air, yaitu hak guna pakai dan hak tuan Pasal 33 UUD 1945 adalah UU No. 7 guna usaha. Kebijakan tersebut tampak di- tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. dominasi oleh kepentingan ekonomis yang Namun undang-undang yang disahkan

7 Ibid., hlm. vii

5 Ibid.,

8 Ibid.,

6 Ibid., hlm. vi

9 Ibid.,

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 221

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

pada tanggal 19 Februari 2004 dan di- alisasi. Liberalisasi dalam hal konsesi dan undang kan pada tanggal 18 Maret 2004 ini perluasan peran privat, pasar air, hak

menuai banyak kontroversi karena ter- in di vidual atas air, dan penguasaan air. dapat beberapa pasal yang diindikasikan Liber alis memandang air adalah komo ditas, akan memicu privatisasi 10 pengelolaan air akses privat harus dibuka, pemerin tah se- dan komersialisasi air yang bertentangan batas fasilitator dan regulator. Dalam dengan semangat Pasal 33 ayat (2) dan (3) sistem kepemilikan dan oprasi publik, ine- UUD 1945.

fisiensi air tinggi dan efisiensi administrasi mencegah otoritas menguasai air. 12

Lambannya reformasi institusi dan keti- dak pastian legal formal di sektor air, se-

Kondisi ini secara nyata menunjukkan cara bersamaan privatisasi air sendiri adanya ketidaksingkronan antara UUD sudah dijalankan oleh pemerintah Indone- 1945 Pasal 33 ayat (2) dan (3) dengan UU sia, khususnya privatisasi Perusahaan Dae- No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya rah Air Minum (PDAM) antara lain:

Air. Terjadinya ketidaksingkronan ini karena UU No. 7 Tahun 2004 tentang

1) Tahun 1997, World Bank mensponsori Sum ber daya Air ini tidak dapat mengem-

privatisasi air di Jakarta, dibagi kepada ban amanat Negara yang dimandatkan

Thames Water (Inggris), dan Suez-Lyon- dalam UUD 1945. Seharusnya UUD 1945 naise (France). Pasal 33 merupakan landasan kebijakan-

2) Privatisasi PDAM Batam dan Pa lem- ke bija kan terkait dengan sumber daya air

bang oleh Biwater (Inggris). yang merupakan salah satu hajat hidup

3) Privatisasi PDAM Pekanbaru dan ma- rakyat. Konstitusi di Indonesia menganut

nado (masih dalam proses). paham atau ideology Negara kesejah teraan, dan jelas disebutkan bahwa kekayaan alam

4) Privatisasi air oleh Ondo-Suez yang bero- (termasuk sumber daya air) dikuasai Nega- prasi di Jakarta, Medan, Semarang, dan ra untuk kesejahteraan seluruh rakyat. 13 tanggerang, serta

Untuk menjaga Pasal 33 UUD 1945

5) Privatisasi air di Sidoarjo oleh Vivendi (France). 11

khususnya, dan konstitusi pada umum- nya, amandemen UUD 1945 yang ketiga

Pengelolaan sumber daya air secara pri- telah mengakomodasi terbentuknya Mah- vatisasi ini sendiri di banyak Negara men- kamah Konstitusi sebagai sebuah lembaga imbulkan perdebatan pro-kontra. Tidak baru dalam system ketatanegaraan Indo- hanya di Negara sedang berkembang, din- nesia, di mana salah satu fungsinya adalah egara maju pun tidak sedikit perdebatan untuk menguji Undang-undang terhadap muncul tentang pro-kontra privatisasi. Pri- Undang-undang Dasar, kemudian fungsi vatisasi air bersih adalah manifestasi liber- ini lebih dikenal dengan istilah Judicial

Riview. Keberadaan Mahkamah Konstitusi

10 Elly Erawati dan J.S. Badudu secara etimologi men- dengan kewenanganya melakukan peng-

guraikan arti kata privatisasi sebagai terjemahan dari

privatization yakni “Proses perubahan bentuk diikuti ujian undang-undang terhadap UUD 1945 dengan pengalihan hak-hak dari suatu perusahaan mi- disebuts sebagai kewenangan Mahkamah lik negara menjadi perusahaan swasta; penyerahan pen- gelolaaan sektor-sektor ekonomi tertentu kepada pihak Konstitusi sebagai penjaga konstitusi (The swasta.” Elly Erawat dan J.S. Badudu, Kamus Hukum Guardian of Constitution ) dan penafsiran Ekonomi, dalam Winarno Yudho et. Al, Privatisasi Ke- tenagalistrikan, Minyak dan Gas Bumi: Dalam Perspektif Peraturan Perundang-undangan, Kebijakan Politik Pemer- inta, dan Penerapannya Di Indonesia , bekerjasama den- gan Konrad-Adenauer-Stiftung, Jakarta, 2005, hlm 5.

11 Bunansor Sanim, Op, Cit, hlm. 71

12 Ibid., hlm. 75 13 Ajeng Kartika, Op, Cit, hlm. vii

222 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi ....... kon stitusi (The Sale of Interpreter Consti- (dog ma atau doktrin) hukum. Penelitian

tution ). 14 hukum normatif juga dapat berupa usaha untuk menemukan hukum In concerto

Oleh karena itu, beberapa Lembaga berkaitan dengan pengelolaan sumber daya

Swa daya Masyarakat (LSM) mengajukan air dan layak diterapkan untuk menyele-

uji materil UU Sumber Daya Air (UU saikan perkara hukum tertentu. 17 SDA) ke Mahkamah Konstitusi untuk

meng uji konstitusionalitas UU SDA ter- Spesifikasi penelitian ini bersifat des- hadap Pasal 33 UUD 1945. Bahkan krip tif analitis, karena dalam penelitian undang-undang ini mencetak rekor sebagai ini akan digambarkan/dilukiskan fakta- undang-undang yang paling banyak di uji fakta di lapangan mengenai hak menguasai materil kan di Mahkamah Konstitusi. Ter- negara terhadap sumber daya (air) atas dapat 19 pasal yang diminta uji materil. hasil pengelolaan sumber daya air kaitan- Setelah melalui persidangan yang cukup nya dengan Undang-Undang Nomor 7 panjang akhirnya pada tanggal 13 Juli Ta hun 2004 tentang Pengelolaan Sumber 2005 majelis hakim membacakan putusan Daya Air mengenai penguasaan dan yang menolak permohonan pembatalan we wenang atas sumber daya air. UU SDA karena majelis hakim meng ang-

Untuk mengkaji permasalahan dalam gap UU SDA tidak bertentangan dengan penelitian ini maka Pendekatan yang di- Pasal 33 UUD 1945. Dalam per timbangan

gunakan adalah :

hukumnya bahwa majelis hakim ber- pendapat bahwa tidak terjadi privatisasi

a. Pendekatan perundang-undangan (sta - dan komersialisasi terhadap sumber daya

tute approach). Pendekatan per undang – air akibat diberlakukanya UU No. 7 Tahun

undangan ini diperlukan untuk meng- 2004 tentang Sumber Daya Air. 15 kaji dameneliti peraturan per

undang-undangan yang berkaitan de- Berdasarkan fenomena di atas, penulis

ngan Aspek Hukum Privatisasi Pe nge- merasa tertarik untuk melakukan peneli- lolaan Sumber Daya Air Menurut tian tentang perselisihan keadilan, kemam-

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 faatan, dan kepastian hukum dalam pri-

vatisasi sumber daya air Tentang Sumber Daya Air Perspektif

UUD 1945, serta peraturan per un- Penelitian hukum dalam studi ini meng-

dang-undangan lain yang terkait. Untuk

itu peneliti melihat hukum sebagai sis- Penelitian hukum normatif merupakan pe-

gunakan penelitian hukum normatif 16 .

tim tertutup yang mempunyai sifat-sifat nelitian dengan melakukan investarisasi

comprehensive norma-norma hukum hukum positif, serta penelitian yang ber-

yang ada di dalamnya terkait antara usaha menemukan asas-asas, falsafah

satu dengan lain secara logis dan ko- heren serta systematic, dan all-inclu-

14 Afnanul Huda, Konsep Penguasaan Negara Atas

sive . Di samping bertautan, konsisten

Sumber daya Air Dalam Perspektif Islam, (Analisis

antara satu dengan lainnya, norma-

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 058, 059, 060, 063/PUU-II/2004 dan No. 008/PUU-III/2005 tentang

norma hukum tersebut juga tersusun

Pengujian UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber

secara heararkis. 18

daya Air (Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah), Jakarta, 2011, hlm. 4-5.

15 Ibid., hlm. 6 16 Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang

17 Soetanndyo, Wingyosoebroto, Hukum, Paradigma, dilakukan dengan mengkaji ketentuan perundang-un- Methode, dan Dinamika Masalahnya, Jakarta, HUMA,

dangan (inabstracto) serta melihat fakta-fakta hukum 2002, hlm. 17. yang terjadi dilapangan (inconcreto), Lihat dalam Su-

18 Johnny Ibrahim, teori dan Metode Penelitian dikno Mertokusumo, Penelitian Hukum, Yogyakarta,

Hukum Normatif, Malang, Boymedia Publishing, 2006, Liberty, 2004, hlm. 29

hlm.303

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 223

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

b. Pendekatan perundang-undangan da- yang digunakan untuk mengetahui lam penelitian ini akan digunakan

dan mengkaji bagaimana perkem- untuk menggali dan mengungkapkan

bagan hukum dan latar belakang substansi norma-norma hukum yang

lahirnya privatisasi terhadap sumber menyangkut tentang aspek hukum

daya air di Indonesia. Dalam konteks Privatisasi Pengelolaan Sumber Daya

penelitian ini adalah mengenai priva- Air Menurut Undang-Undang No-

tisasi sumber daya air yang terkan- mor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber

dung dalam UU No. 7 Tahun 2004 Daya Air Perspektif UUD 1945.

tentang Sumber Daya Air perspektif

c. Pendekatan Konsep (conceptual ap-

UUD 1945.

proach) yaitu suatu pendekatan

f. Pendekatan Kasus (Case Approach), dengan memahami unsur-unsur ab- yaitu suatu pendekatan yang di- strak yang ada dalam pikiran. Me-

gunakan untuk mengetahui pener- nurut Ayn Rand, secara filsafat

apan norma-norma atau kaidah- konsep merupakan integrasi men-

kaidah hukum yang dilakukan dalam tal atas dua unit atau lebih yang di-

praktek hukum. Dalam konteks isolasikan menurut ciri khas dan

penelitian ini adalah perselisihan ke- yang disatukan dengan definisi yang

adilan, kemamfaatan dan kepastian khas. Pendekatan konsep (concep-

hukum pengelolaan sumber daya air. tual approach ) dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mengkaji kon- PEMBAHASAN

sep yang berkaitan dengan Aspek Perselisihan Keadilan, Kemanfaatan,

Hukum Privatisasi Pengelolaan Sum- dan Kepastian Hukum Dalam Privatisasi ber Daya Air Menurut Undang-Un- Pengelolaan Sumber Daya Air dari be- dang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang berapa pendekatan antara lain adalah:

Sumber Daya Air Perspektif UUD 1945.

A. Keadilan, perspektif UUD NRI 45.

d. Pendekatan Analitis (analytical ap- pro ach),

yaitu suatu pendekatan Hak menguasai negara atau hak negara yang digunakan untuk mencari ha- untuk menguasai pengeloaan sumber daya

kekat, dan makna yang ter kan dung air Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, menjadi dalam peraturan per undang-un- landasan konstitusional mengenai peng- dangan secara konseptual, se kaligus uasaan negara atas sumber daya alam. Fra- me ngetahui penerapannya dalam sa : “Bumi dan air dan kekayaan alam prak tek dan putusan hukum. Dalam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh konteks penelitian ini, yang akan negara dan dipergunakan untuk se besar- dilakukan dengan pendekatan ana- besarnya kemakmuran rakyat ”, ini men- litis adalah menganalisis pe ngertian jadikan frasa doktrinal, yang men jadikan

hukum, asas hukum, kaidah hukum landasan filosofis, sosiologis dan yuridis dan konsep hukum yang berkaitan dalam pengelolaaan sumber daya alam In- dengan aspek hukum Privatisasi Pe- donesia. Pasal ini menjadi meta-norm un- ngelolaan Sumber Daya Air Menurut tuk meletakkan rasa keadilan masya rakat Undang-Undang Nomor 7 Tahun terhadap penguasaan sumber daya kolektif. 2004 Tentang Sumber Daya Air Maka seluruh undang-undang sektoral Perspektif UUD 1945.

yang menjabarkan makna pasal 33 ayat (3) termasuk di dalamnya Undang-undang No.

e. Pendekatan Sejarah (Historical Ap-

7 Tahun 2004 tentang Pe ngelolaan Sumber proach ), yaitu suatu pendekatan

224 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi ....... Daya Air tujuan hukum tertingginya itu sudah tidak lagi bersifat individual,

adalah keadilan sosial. Oleh Gustav Rad- melainkan sosial bahkan struktural. 23 bruch di dalam ajarannya tentang filosofi

Keadilan sosial adalah keadilan yang konsep hukum dan ga gasan hukum, di-

pelaksanaanya tidal lagi tergantung pada katakan “the idea of law is defined through a

kehendak pribadi, atau pada kebaikan- triad of justice, utility and certainty.” Nilai

kebaikan individu yang bersifat adil, utilitas atau kemamfaatan muncul dari

19 tetapi sudah bersifat struktural. analisis tentang nilai keadilan. Artinya, pelaksanaan keadilan sosial tersebut Perselisihan keadilan, kemamfaatan, sangat tergantung kepada penciptaan stru-

dan kepastian berdasarkan pertimbangan ktur sosial yang adil. Jika ada yang ketidak Common sense 20 bergerak di ranah kemas- adilan sosial, penyebabnya adalah struktur lahatan dan atau kemamfaatan, maka apa- -struktur sosial yang tidak adil. bila aturan, mamfaatannya lebih besar

Berdasarkan pada Tap MPR No. IX Ta- hendaknya diabdikan pada kepastian. Ke-

hun 2001 25 , salah satu nilai yang harus di- mamfaatan hukum harus menciptakan

tuangkan dalam sistem peraturan per- kepastian. Peraturan yang bermanfaat dan

undang-undangan di bidang pengelolaan menciptakan kepastian harus diabdikan

sumber daya alam termasuk SDA adalah nilai keadilan. Menurut Sudharto P.

untuk keadilan. 21

Nilai keadilan kolektif sangat ter- Hadi 26 , hukum yang baik (good norm) gantung dari peranan negara melalui adalah hukum yang memuat prinsip-prin- pengkondisian struktur sosial pada masya- sip keberlanjutan, berkeadilan, dan de- rakat tertentu. Bukan tergantung kemauan mokratis. Hal itu dapat dicapai jika pe- individu-individu. Sementara, keadilan in- nyusunannya mengikutsertakan berbagai

di vidu ditentukan oleh masing-masing pihak terkait sejak awal (good Process). individu dalam melakukan interaksi di- Jadi nilai keadilan, sangat relevan untuk antara mereka. Adanya keadilan, terutama dijadikan sebagai basis utama dan yang keadilan sosial merupakan prasyarat untuk tertinggi dalam pemanfaatan Sumber Daya

berlangsungnya (sustainibility) 22 suatu ko- Air.

mu nitas tertentu karena komunitas ter- Masalah pokok keadilan sosial adalah

sebut dalam keadaan tertib dan dinamis. pembagian (distribusi) nikmat dan beban

Jika yang dibicarakan adalah keadilan se- dalam masyarakat yang oleh Brian Barry di

bagai penomena sosiologis, maka keadilan rangkum dalam tiga kelompok yaitu : (1)

ekonomi (uang); (2) politik (kuasa); dan

sosial (status). 27 Marxisme memandang ke-

http//www.widhihandoko.com diambil tanggal 18 agustus 2014

adilan bukan dari aspek distribusinya te-

20 Common Sense bagi Plato adalah pendapat umum tapi dari aspek produksi. Distribusi masih

(Common Opinion) yaitu suatu pengetahuan yang merupakan hasil persepsi orang kebanyakan (the man in the street ). Tentang suatu objek yang dicerap langsung

23 Ibid,

oleh subjek yang sifatnya sederhana yaitu hanya

24 Ibid, hlm.2

merupakan gambaran (copy) objek yang real aktual, 25 Berdasarkan Tap MPR NO. 1 Tahun 2003, yang (http//www. 1duy.wordpress.com)

dikenal dengan Tap Sapujagat, meskipun secara formal 21 Hasil wawancara dengan Hayyanul haq pada UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

tanggal 10 Juni 2014. Perundang-undangan tidak menyebut lagi ketetapan 22 Makalah disampaikan dalam seminar dan pelatihan

MPR sebagai Peraturan Perundang-undangan, Tap MPR pemamfaatan Rawapening sebagai potensi lokal sebagai No. IX Tahun 2001 termasuk Tap yang masih berlaku pemberdayaan ekonomi perempuan dalam rangka terbentuknya UU Sumber Daya Alam. peningkatan Networking pada Program Revitalisasi

26 Sudharto P. Hadi, Dimensi Hukum Pembangunan Pusat Studi Wanita Gender di Salatiga Tanggal 23 Berkelanjutan , BP UNDIP, Semarang, 2002 hlm.v.

November 2010. Di tulis oleh suteki, Guru Besar Ilmu 27 Brian Barry, Theories Of Justice, Harvester- Hukum (Hukum dan Masyarakat) UNDIP.

Wheatssheaf , London, 1989, Vol. I, hlm.146.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 225

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

bisa diatur dan diperbaiki (fiskal progresif, hukum secara umum kemanfaatan dan misalnya), tetapi selama produksi berada kepastian hukum tidak boleh saling ber- ditangan kapitalis, selama itupula ada tentangan dengan keadilan, demikian juga

masalah dengan keadilan. 28 Privatisai Air dengan kepastian hukum tidak boleh ber- Minum hanya merupakan salah satu tentangan dengan kemanfaatan. Oleh Gus- contoh. Dari beberapa definisi tentang ke- tav Radbruch ini dikenal dengan ajaran adilan tentunya ada pendukung maupun prioritas baku. 29 tidak, sesuai dengan cara pandang dari

Gustav Radbruch memberikan kontri- masing-masing orang memandang keadilan

busi besar tentang cita dasar hukum, yak- itu dari sisi mana. Karena sedimikian

ni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. abs traknya tentang keadilan sama

Pemikiran Gustav Radbruch tentang tiga

ab strak nya hukum dan karena sifatnya cita hukum itu diterima luas dalam kala- yang subjektif maka tidak dapat dinilai se- ngan hukum dan menjadi dasar per-

cara kongkrit oleh setiap orang namun timbangan setiap pembuatan aturan hu-

cara pandang dari masing-masing orang kum. Nilai keadilan secara tradisional tentang keadilan itu sebagai suatu nilai sudah diperbicangkan sebelum era hukum

yang etis sesuai yang dianut oleh individu modern, bahkan sudah sejak masa ribuan

dalam masyarakat tahun lalu. Kemanfaatan mulai diper-

B Keadilan Menurut Ajaran Hukum Gus- bincangkan pada masa Utilitarian. Sedang- tav Radbruch.

kan kepastian hukum mulai ditekankan bersamaan dengan ber kem bangnya hukum

Gustav Radbruch, adalah seorang filsuf modern menyebabkan rasionalisasi di hukum berkebangsaan Jerman dia menga- bidang hukum, hukum harus bisa dipre- jarkan tiga ide dasar hukum, yang oleh se- diksi dan dikalkulasi, mem buka pintu bagi bagian besar para pakar teori dan filsafat masuknya per masalahan yang tidak ada hukum sebagai tujuan hukum yaitu keadi- sebelumnya, yakni kepastian hukum. lan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Namun mengundang pertanyaan besar:

Dari ketiga ide dasar tersebut tentu ma- apakah jika norma hukum koheren-kon- sing-masing mempunyai makna yang ber- sisten, komprehensif, dan antar elemen beda-beda dan tidak saling bertentangan tidak saling menegasikan-apakah masih satu sama lain antara keadilan, keman- membuka perselisihan antara keadilan, faatan dan kepastian hukum tentunya ada kemanfaatan, dan kepastian hukum? pemikiran bahwa dari ketiga ide tersebut mana yang lebih dulu apakah keadilan

C. Konsep Hak Menguasai Negara Atas atau kemanfaatan ataukah kepastian SDA hukum ?. Namun dalam prakteknya sering

Konsep “hak menguasai negara” atas berbenturan satu sama lain karena masing-

sumber daya alam di Indonesia ditujukan masing ahli hukum sering beda pandangan untuk kesejahteraan rakyat yang berke- dalam hal ini ada yang mengatakan bahwa

adilan. Konsep “menguasai oleh negara” kepastian hukum baru kemanfaatan bar-

yang tertuang didalam Undang-Undang ulah keadilan, namun oleh Gustav Rad-

Dasar 1945 lebih terfokus pada mengurus bruch mengatakan bahwa dari asas priori-

dan mengelola sumber daya air yang di- tas tersebut harus diikuti mulai dari ke-

tujukan untuk kesejahteraan seluruh adilan, kemanfaatan dan kepastian

28 Bur Rasuanto, “Keadilan Sosial: Pandangan 29 Bernard l. Tanya, dkk, Teori Hukum Strategi Tertib Deontologis Rawls dan Habermas ”, (Disertasi Doktor Manusia Lintas ruang dan generasi , Yogyakarta: Genta

Universitas Indonesia, Jakarta, 1999), hlm. 52.

Publishing 2010. Hlm.129

226 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi ....... warga masyarakat, hal tersebut sesuai negara dan pengusahaan (produksi) di-

dengan teori negara kesejahteraan, yang dasarkan pada kolektifitas, yaitu diker- berpendapat bahwa negara dibentuk atau jakan oleh semua, di bawah pimpinan didirikan dengan tujuan untuk mensejah- atau pemilikan anggota–anggota masyara- terakan seluruh warga masyarakat. Demi- kat yang pada akhirnya ditujukan guna kian juga pendapat ahli hukum Jeremy mewujudkan kemakmuran rakyat. Hal Bentham penganut aliran utilitis hukum tersebut sebagaimana tercantum sebagai harus juga mengusahakan kebahagiaan berikut : maksimum bagi tiap-tiap orang the greates

“Dalam pasal 33 tercantum dasar happiness of the greatest number , pena- nganannya didasarkan pada filsafat sosial demokrasi ekonomi, di mana produksi

dikerjakan oleh semua, untuk semua, bahwa setiap warga masyarakat mencari di bawah pimpinan atau pemilikan kebahagiaan dan hukum merupakan salah satu alatnya. anggota-anggota masyarakat. Kemak- 30 Inilah standar etik dan yuri-

muran masyarakatlah yang diuta- dis dalam kehidupan sosial. makan, bukan kemakmuran orang-

Hak-hak individu harus dilindungi seorang. Oleh sebab itu, perekonomian dalam kerangka memenuhi kebutuhan

disususun sebagai usaha bersama ber- -kebutuhan nya. 31 Kesejahteraan lahir dan

dasar atas asas kekeluargaan. Bangun batin merupakan hak dasar manusia yang

perusahaan yang sesuai dengan itu diatur dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-

adalah koperasi. Perekonomian ber- Undang Dasar 1945 (Amandemen Ke-

dasar atas demokrasi ekonomi, ke- dua), selain itu ditegaskan pula dalam

makmuran bagi segala orang. Oleh se- Pasal 2 Undang-Undang Nomor 39 Tahun

bab itu, cabang-cabang produksi yang 1999 tentang Hak Asasi Manusia bahwa

penting dan yang menguasai hidup kesejahteraan dan kebahagiaan diakui dan

orang banyak harus dikuasai oleh dijunjung tinggi oleh Negara Republik

negara dan digunakan sebesar-besar Indonesia sebagai hak asasi manusia dan

kemakmuran rakyat” . 33 kebebasan dasar manusia yang secara

Hadirnya Mahkamah Konstitusi sebagai kodrati melekat pada manusia, sehingga

pengawal konstitusi menjadi otoritas yang harus dilindungi dan dihormati oleh siapa-

kemudian memberikan tafsir atas “pen- pun. Kesejahteraan lahir batin merupakan guasaan negara ” sebagaimana dinyatakan tujuan dari teori negara kesejahteraan,

dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Tafsir prinsip ini sesuai pula dengan asas kese-

atas “penguasaan negara” beragam se- imbangan individu, masyarakat, pe nguasa

belum adanya tafsir resmi Mahkamah dan Yang Maha Kuasa yang tertuang dalam

Konstitusi terhadap Frasa “penguasaan Pancasila Sila Ke-satu, Ke-tiga dan Kelima

negara” dalam pasal 33 ayat (2) dan ayat (Sila I Ketuhanan Yang Maha Esa, Sila III

(3) UUD RI 1945. Mahkamah Konstitusi Persatuan Indonesia, Sila V Keadilan pun melalui putusan Nomor 001-021-022/ Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia).

PUU-I/2003 memberikan tafsir atas frasa “

Dalam Penjelasan Pasal 33 sebelum dia- dikuasai oleh negara” dalam pasal 33 UUD

mandemen 32 bahwa perinsip penguasaan 1945.

30 Ahmad Ali, Of, Cit, .hlm.273 31 Baca S. Prakash Sinha dalam, Bernard L.Tanya,

Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y. Hage, TEORI HUKUM Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan UUD NRI 1945 saat ini berisi kan batang tubuh saja Generasi , Yogyakarta, Genta Publishing 2010, hlm. 91

tanpa Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal demi pasal. 32 Pada Sidang Majlis Permusyawaratan Rakyat

33 Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Bagian Penjelasan UUD NRI 1945 dihilangkan, sehingga

Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum amandemen.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 227

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

a. Mengatur dan menyelenggarakan lah diartikan mencakup makna penguasa-

Perkataan ”dikuasai oleh negara” harus-

peruntukan, penggunaan, per- an oleh negara dalam arti luas yang

sediaan, dan pemeliharaan bumi, bersumber dan berasal dari konsepsi ke-

air, dan ruang angkasa tersebut. daulatan rakyat Indonesia atas segala

b. Menentukan dan mengatur hubu- sumber kekayaan “bumi dan air dan ke-

ngan–hubungan hukum antara kayaan alam yang terkandung didalam-

orang-orang dengan bumi, air, nya ”, termasuk pula didalamnya penger-

dan ruang angkasa. tian kepemilikan publik oleh kolektivitas

rakyat atas sumber-sumber kekayaan di-

c. Menentukan dan mengatur hubu- maksud. Rakyat secara kolektif itu di kon-

ngan–hubungan hukum antara struksikan oleh UUD 1945 mem berikan

orang–orang dan perbuatan–per- mandat kepada negara untuk mengadakan

buatan yang mengenai bumi , air, kebijakan (beleid) dan tindakan peng-

dan ruang angkasa. urusan (beheersdaad) dan pengawasan

2. Wewenang yang bersumber pada hak (toe zi chthoudensdaad) untuk tujuan se-

menguasai dari negara tersebut pada besar-besarnya kemakmuran rakyat 34 ayat (2) pasal ini digunakan untuk

mencapai sebesar-besarnya kemak- Di dalam Pasal 33 UUD NRI 1945, muran rakyat dalam arti kebangsaan, penjelasan otentik tentang pengertian

ke sejahteraan, dan kemerdekaan dalam bumi, air, dan kekayaan alam yang ter-

masyarakat dan negara hukum Indo- kandung di dalamnya atau dengan kata nesia yang merdeka, berdaulat, adil lain sumber daya alam (SDA) dikuasai

dan makmur.

oleh negara, termuat dalam UU No. 5 tahun 1960 yaitu UUPA yang berlaku pada

3. Hak menguasai dari negara tersebut di tang gal 24 september 1960. Dalam pasal 2

atas pelaksanaannya dapat dikuasakan UUPA yang merupakan aturan pelak-

kepada daerah-daerah swantara dan sanaan pasal 33 ayat (3) UUD 1945

masyarakat-masyarakat hukum adat, menjelaskan pengertian hak menguasai

sekedar diperlukan dan tidak berten- Sumber Daya Alam oleh negara sebagai

tangan dengan kepentingan nasional, berikut : 35

menurut ketentuan-ketentuan per- aturan pemerintah. 36

1. Atas dasar ketentuan pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal

Selain dalam UUPA dan Undang- sebagai yang dimaksud dalam pasal 1,

Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ke- bumi air dan ruang angkasa, terma- tentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan,

suk kekayaan alam yang terkandung Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan didalamnya itu pada tingkatan tertinggi 37 mengatur pula menge-

dikuasai oleh negara, sebagai organisasi nai hak menguasai oleh negara. kekuasaan seluruh rakyat.

Dalam Undang-Undang Nomor 11

2. Hak menguasai dari negara tersebut Tahun 1974 diatur bahwa: dalam ayat (1) pasal ini memberikan wewenang untuk :

36 Elza Syarief, menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, , Jakart: Gramedia ,

34 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021- 2012, hlm. 133. 022/PUU-I/2003 Atas permohonan pengujian Undang-

37 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang ketenagalistrikan Pengairan sudah dicabut dengan Undang-Undang Nomor

35 Ibid. 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

228 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

1. Air beserta sumber-sumbernya, ter- UUD 1945 naskah asli sebagai dikuasai masuk kekayaan alam yang terkandung oleh negara yang tidak berarti bahwa didalamnya dikuasai oleh negara.

negara sendiri menjadi pengusaha, usaha- wan atau ordernemer. Lebih tepat dikata-

2. Hak menguasai oleh negara memberi kan bahwa kekuasaan negara terdapat

wewenang kepada pemerintah untuk : pada membuat peraturan guna kelancaran

a. Mengelola serta mengembangkan ke- jalan ekonomi, peraturan yang melarang mamfaatan air dan / sumber-sumber pula penghisapan orang yang lemah oleh air.

orang yang ber modal. 39

b. Menyususun, mengesahkan, dan Sementara Mohammad Yamin mengarti-

atau memberi izin berdasarkan per- kan frase ”dikuasai oleh negara” termasuk encanaan dan perencanaan teknis tata pengertian mengatur dan/atau menyeleng-

pengaturan air dan tata pengairan. garakan terutama untuk memperbaiki dan

c. Mengatur, mengesahkan, dan atau mempertinggi produksi dengan meng- memberi izin peruntukan, penggu- utamakan bangunan koperasi. 40 naan, penyediaan air, dan / atau sum- ber- sumber air.

Konsep penguasaan negara atas sumber daya alam ternyata juga dianut dalam Pasal

d. Mengatur, mengesahkan dan atau mem-

38 ayat (3) UUDS 1950. Mengenai hal ini beri izin pengusahaan air, dan atau Prof. Soepomo berpendapat bahwa ke-

sumber-sumber air. tentuan pasal tersebut menekankan kepa-

e. Menetukan dan mengatur perbuatan-

da kewajiban negara dalam mengatur dan perbuatan hukum dan hubungan- mengelola cabang-cabang produksi yang

hubungan hukum antara orang dan menguasai hajat hidup orang banyak, atau badan hukum dalam persoalan tidak hanya dalam arti memproduksi suatu air dan sumber-sumber air.

barang, namun juga termasuk sarana tran- sportasi, distribusi, peredaran dan per-

3. Pelaksanaan atas hak menguasai negara dagangan melalui pendirian koperasi. 41

tetap menghormati hak yang dimiliki oleh masyarakat adat setempat, sepan-

Bagir Manan mengatakan bahwa, mak-

jang tidak bertentangan dengan kepent- na “hak menguasai negara” bahwa hak ini ingan nasional.

harus dilihat sebagai antesis dari asas do-

Pada awal masa pembahasan UUD main yang memberikan wewenang kepada 1945, BPUPKI menganut prinsip di mana negara melakukan tindakan kepemilikan

Pemerintah berkewajiban sebagai peng- yang bertentangan dengan asas kepunyaan 42 awas dan pengatur dengan berpedoman menurut adat istiadat .

pada kesejahteraan rakyat. 38 BPUPKI me-

ng hendaki agar sumber daya alam tidak

39 Mohammad Hatta, Penjabaran Pasal 33 Undang-

boleh menjadi alat kekuasaan orang-se- Undang Dasar 1945, Jakarta: Mutiara, 1977, hlm 28. 40 Mohammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi orang untuk menindas dan memeras hidup Republik Indonesia, cet.6, Jakarta: G hlmia, 1982,

orang lain. Sejalan dengan hal tersebut, hlm 46. 41

Mohammad Hatta merumuskan frase William L. Collier, “One Aspect of Land Affairs:

Forestry (MoF) Control’s of the Land of Indonesia!

”dikuasai oleh negara” dalam Pasal 33 How did this happen? What should be in the Proposed

Land Law?” (Makalah yang dipresentasikan pada Simposium Nasional Permasalahan Pertanahan Abad

38 Seketariat Negara Republik Indonesia, Risalah ke 21, disponsori oleh Badan Pertanahan Nasional, Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan diselenggakan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan

13 Desember 2011), hlm 15

Indonesia (PPKI) (1993), sebagaimana dikutip dalam: 42 Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 1, Februari Novianto Murti Hantoro, op.cit, hlm 7

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 229

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

D. Konsep Sumber Daya Alam Untuk Se- duction to the Principles of Morals and besar- besar Kemakmuran Rakyat

Legislation (1789). 44 Di dalam karyanya itu, Bentham mendefinisikan itu sebagai

Kemakmuran rakyat harus menjadi ke- sifat dalam sembarang benda yang dengan-

harusan dalam setiap penguasaan dan nya, benda tersebut cenderung meng-

peng usahaan sumber daya alam Indonesia. hasilkan kesenangan, kebaikan atau ke- Amanat kemakmuran rakyat pun dituang- bahagiaan, atau untuk mencegah ter-

kan secara ekplisit dalam Pasal 33 ayat (3) jadinya kerusakan, penderitaan atau keja-

UUD NRI 1945, bahwa “ bumi dan air hatan serta ketidak bahagiaan pada pihak

dan kekayaan alam yang terkandung di yang kepentingannya dipertimbangkan. 45

dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebe- Menurut Bentham, alam telah me-

sar-besar kemakmuran rakyat”. Kemakmu- nempatkan manusia di bawah pengaturan

ran rakyat dalam konteks penguasaan dua ‘Penguasa’ yang berdaulat (two sumber daya alam harus mampu memberi- sovereign masters) , yaitu ‘penderitaan’

kan mamfaat yang maksimal bagi seluruh (pain) dan ‘kegembiraan’ (pleasure). Ke-

rakyat Indonesia yang merupakan bagian duanya menunjukkan apa yang harus kita terpenting dari penguasaan sumber daya lakukan dan menentukan apa yang akan

alam. Namun demikian, kesejahteraan ter- kita lakukan. Fakta bahwa kita me-

sebut bukan berarti bahwa sumber daya nginginkan kesenangan dan berharap

alam harus sedemikian rupa diekploitasi untuk menghindari penderitaan, di guna-

dan menghasilkan secara ekonomi, tetapi kan oleh Bentham untuk membuat

sumber daya alam yang merupakan titipan keputusan, bahwa kita harus mengejar

anak cucu tersebut harus pula memberi-

kesenangan.

kan mamfaat untuk jangka panjang atas keberadaannya sehingga manfaat yang

Jeremy Bentham kemudian terkenal diterima merupakan manfaat tidak hanya dengan motonya, bahwa tujuan hukum intergenerasi namun manfaat antar- adalah mewujudkan the greatest happiness generasi.

of the greatest number (kebahagian yang ter- besar, untuk terbanyak orang). Menurut

Kemakmuran rakyat dalam dimensi fil- Bentham, adanya negara dan hukum se-

safat dilihat dalam perspektif pemikiran mata-mata hanya demi manfaat sejati,

Jeremy Bentham dalam filsafat utilitarian- yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat. isme . Pengusahaan sumber daya alam

intergenerasi maupun antargenerasi dapat Terkait dengan prinsip utilitas ini, Ben- dilihat melalui pemikiran Jeremy Bentham tham mendasarkan keseluruhan filsafatnya dengan teorinya mengenai utilitarisme. Pe- pada dua prinsif, yaitu prinsip asosiasi mikiran tentang utilitarisme ini lazim di- (association principle) dan prinsip kebaha- gunakan dalam menganalisis kemamfaatan giaan terbesar (greatest-happiness prin-

melalui kacamata filsafat. Utilitarisme ciple) . 46 Prinsip asosiasi berakar pada disebut pula suatu teleologis (dari kata psikologi tentang adanya refleks yang Yunani telos=tujuan), sebab menurut teori dikondisikan. Dalam hal ini, Bentham ini kualitas etis suatu perbuatan di peroleh menunjukkan bahwa hukum memiliki ke- dengan tercapainya tujuan perbuatan. 43 mampuan sebagai stimulus untuk me- ngondisikan ide-ide tentang kebaikan. 47 Se-

Prinsip utility dikemukakan oleh Ben- tham dalam karya monumentalnya, Intro-

44 Ahmad Ali, Op. cit, hlm 273 43 Ahmad Redi, Hukum Pertambangan Indonesia:

45 Ahmad Ali, Ibid.

Pertambangan untuk kemakmuran Rakyat, (Bekasi: 46 Ahmad Redi, op. Cit., hlm. 41 Penerbit Gramata Publishing, 2013), hlm 19.

47 Ahmad Redi, ibid.

230 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi ....... dangkan prinsip kedua, yaitu prinsip ter- menilai konsekuensi-konsekuensi atau

besar tentang kebahagiaan terbesar. akibat-akibat itu, satu-satunya hal yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau

Kesenangan (pleasure) diartikan sebagai penderitaan yang dihasilkannya. Jadi,

ke bahagiaan (happiness), suatu istilah

48 yang direduksi oleh John Stuart Mill. tindakan-tindakan yang benar adalah yang menghasilkan surplus kebahagiaan ter-

Oleh sebab itu hukum yang baik dimata besar ketimbang penderitaan. Ketiga,

Bentham adalah hukum yang bisa men- dalam mengkalkulasi kebahagiaan atau

datang kan kesenangan, “semakin banyak penderitaan yang dihasilkan, tidak boleh

kesenangan atau kebahagiaan yang di- datangkan, makin berkualitas hukum itu ”. 49

ke bahagiaan seseorang dianggap lebih penting daripada kebahagiaan orang lain.

Soebekti menyatakan, bahwa tujuan Kesejahteraan tiap orang sama penting hukum itu mengabdi kepada tujuan dalam penilaian dan kalkulasi untuk

negara, yaitu mendatangkan kemakmuran memilih tindakan. 52

dan kebahagiaan rakyatnya. Artinya, John Stuart Mill berpendapat bahwa

tujuan hukum hendaknya memberikan utilitarianisme tidak mensyaratkan agar

manfaat (nilai guna) yang sebesar-besar- setiap orang mencari “general good’ “ di se-

nya kepada warga masyarakat. Dalam teori tiap perbuatan namun maksimalisasi ke- ini, hukum dipandang semata-mata hanya bahagiaan individual dan maksimalisasi

untuk memberikan kebahagiaan bagi kebahagiaan kolektif pada setiap orang

warga masyarakat dan pelaksanaan hukum menjadi dasar tindakan seseorang 53 tetap mengacu pada manfaat bagi warga

masyarakat. 50 Kebahagiaan/kemakmuran yang di- maksud oleh Bentham dan John Stuart

Utilitarianisme Klasik yang diusung Mill, dilihat secara filsafati mengenai peng -

oleh Jeremy Bentham, James Mill 51 dan

usa haan sumber daya air, apakah di guna - John Stuart Mill, dapat diringkas dalam kan sebesar-besar kemakmuran rakyat? tiga proposisi berikut: Pertama, semua tin-

da kan mesti dinilai benar/baik atau sa lah/ Pandangan Bentham mengenai utilitari- jelek semata-mata berdasarkan kon sekue- an mempunyai kelemahan mendasar. nsi 2 atau akibat-akibatnya. Kedua, dalam Bentham dalam teori utilitarian lebih me-

48 Shidarta, Utilitarianisme, (Jakarta: UPT Penerbit nekankan kemanfaatan tapi melupakan

Universitas Tarumanegara, 2007), hlm. 20.

keadilan. Bahkan keadilan pun tunduk

49 Shidarta, ibid

pada kemanfaatan. Kritik John Rawls ter-

http://borneo79.blogspot.com/2013/11/tujuan- hukum -menurut-teori-dan pendapat_4.html.

hadap pemikiran Bentham, pertama,

51 Gagasan tentang Utilitarianisme ini sebenarnya utilitarian akan menjustifikasi pengorba-

di bawa oleh Jeremy Bentham dan muridnya James Mill

yang tidak lain adalah ayahnya J.S.Mill sendiri. Di tan- nan minoritas untuk memberikan kemam- gan Bentham, utilitarianisme membawa pengaruhnya faatan bagi sebagian besar orang. Kedua, yang bisa dibilang mencapai puncaknya. Namun ditan- gan Mill, utilitrarianisme ini direvisi kembali malah utilitarian cenderung memaksimalkan ke- bisa dibilang menyimpang dari kerangka Bentham dan untungan dan kebahagiaan bagi sejumlah merubahnya secara radikal. Dalam hlm ini tampak jelas terutama dalam karyanya yang berjudul Utilitarianisme.

besar orang sekalipun untuk itu hak Di karyanya tersebut, mill memperkenalkan gagasan seseorang atau orang lain dikorbankan. 54

yang paling penting yakni perbedaan kualitatif insrinsik

pelbagai macam kesenangan. Menurut mill, suatu hlm Dalam memaknai individu dan sasaran ke- yang penting untuk menilai kesenangan baik atas dasar bahagiaan-dalam hal ini yaitu kemak- kualitas dan juga kuantitasnya. Tidak masuk akal me- nilainya hanya atas dasar kuantitasnya saja. Tetapi apa-

52 http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab- bila orang harus mengakui adanya perbedaan kulitatif utility .html

intrinsik pada semua kesenangan, maka harus ada suatu 53 Ahmad Redi, op.cit., hlm 46. patokan untuk itu. http://triindrapurnama.blogspot.

54 John Rawls, A Theory of Justice, Harvard University com/2010/12/pemikiran-john-stuart-mill.html

Press, 1971, 1999.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 231

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

muran rakyat sebagai tujuan dari peng- saran yang tidak mensejahterakan rakyat uasaan dan pengusahaan sumber daya juga mengancam keberlanjutan ling- alam berupa air sebagaimana digolongkan kungan. oleh Jimli Asshidiqie bahwa sesuai dengan

Instrumen yang penting baik dalam per- pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945, rakyat

encanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dapat digolongkan dalam tiga kemung-

pengelolaan sumber daya air adalah ang- garan. Pemerintah menggunakan anggaran

kinan berikut. 55

1. Rakyat sebagai individu atau bersifat untuk menetukan prioritas-prioritas dan individual (perorangan). Sebagai indi- terkadang keberpihakan. Anggaran juga vidu rakyat adalah otonom yang me- digunakan untuk menerjemahkan per- miliki hak dan kewajiban yang dirinci aturan-peraturan yang ada. Praktis, ang- dalam konstitusi negara.

garan menunjukkan gambaran paling jelas bagaimana sumber daya air dikelola.

2. Rakyat sebagai golongan-golongan atau kelas. Rakyat dalam paham kedaulatan,

Pada titik ini peneliti perlu mempertan- bukanlah rakyat sebagai individu- yakan persoalan mendasar:

individu melainkan rakyat sebagai ke- seluruhan yang meliputi berbagai go-

1. Berapa banyak pemasukan yang bisa di- longan–golongan dalam masyarakat.

peroleh pemerintah dari sektor air ?

3. Rakyat yang mengabaikan dikotomi

2. Bagaimana masyarakat menerima kon- baik berdasarkan individuall maupun

tribusi dan bisa berpartisipasi? golongan-golongan.

Dalam tesis ini penulis membuat peneli-

E. Implikasi Eksploitasi Sumber Daya Air tian pemantauan anggaran terkait sektor dan Lepasnya Amanat Konstitusi.

air. Khususnyanya PT. Narmada Awet Muda, di Desa Selat, Kecamatan Narma-

Masalah utama dari pengelolaan

da, Lombok Barat, NTB. Penulis men da- sum ber daya alam, terutama yang bersifat pat kan pengelolaan sumber daya air yang ekstraktif, adalah bagaimana memanfaat-

masih sangat memperihatinkan, jauh dari kannya untuk kesejahteraan rakyat serta rasa keadilan serta prinsip-prinsip sumber- menjaga keberlanjutan sumber daya alam

daya kolektif.

ter sebut. Hal ini juga berlaku dalam penge- lolaan sumber daya air. Meskipun untuk

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK MASYARAKAT DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM BERDASARKAN PERDA NOMOR 12 TAHUN 2011 THE LEGAL PROTECTION OF COMMUNITY RIGHTS IN AREA SPATIAL PLANNING OF MATARAM CITY BASE ON THE LOCAL REGULATION NUMBER 12 YEAR 2011

0 0 14

KONSEP NEGARA HUKUM DALAM HUBUNGAN KEKUASAAN FREISS ERMERSSEN DALAM WELFARE STATE CONCEPT OF RULE OF LAW IN RELATED TO FREISS ERMERSSEN AUTHORITY ON WELFARE STATE

0 0 10

KEIDENTIKAN MAKNA KONSTITUSI DENGAN UUD DALAM SISTEM KETATANEGARAAN THE IDENTICAL VALUE BETWEEN CONSTITUTION AND CONSTITUTIONAL LAW IN THE CONSTITUTIONAL SYSTEM

0 0 17

PELAKSANAAN TRANSAKSI E-COMMERCE BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 THE PRACTICE of E-COMMERCE IS REGULATED UNDER LAW NUMBER 11 YEAR 2008

1 1 11

PENYELESAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 1999 DARI ASPEK HUKUM KEPEGAWAIAN DAN SISTEM PERADILAN ADMINISTRASI THE EMPLOYMENT DISPUTE SETTLEMENT ACCORDING TO LAW NUMBER 43 OF 1999 ANALYZED FROM THE EMPLOYMENT AND ADMINISTRA

0 0 18

KAJIAN TERHADAP PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM TATA RUANG KOTA MATARAM STUDYING TO PROTECT AND MANAGE ENVIRONMENT IN MATARAM TOWN

0 3 18

EKSISTENSI KOALISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL DI INDONESIA MENURUT UUD 1945 COALITION EXISTENCE IN PRESIDENTIAL SYSTEM IN INDONESIA ACCORDING TO THE CONSTITUTION OF REPUBLIC OF INDONESIA 1945

0 0 11

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KEPEGAWAIAN DI INDONESIA CIVIL SERVICE DISCIPLINE BASED ON THE GOVERNMENT REGULATION NUMBER 53 YEAR 2010 VIEWED FROM THE PERSONEL LAW ASPECT IN IN

0 0 13

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT DITINJAU DARI KONSEP NEGARA WELFARE STATE POLICY OF TEMPORARY DIRECT AID PROGRAM ANALYZED FROM WELFARE STATE CONCEPT

0 2 19

KEBIJAKAN FORMULASI PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI INDONESIA THE DEATH PENALTY FORMULATION POLICY ON THE NARCOTICS CRIME ACT IN INDONESIA

0 1 20