REPRESENTASI IMPERIALISME BUDAYA AMERIKA dalam film

REPRESENTA
TASI IMPERIALISME BUDAYA AM
AMERIKA
DALAM KOREAN WAVE
(Studi Semiotika
tika Unsur-Unsur Western pada Musik
ik Video Girls
Generation)

SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mempe
mperoleh
Gelar Sa
Sarjana Strata (S1) Peminatan Komunikasi Massa
Pada Jurusann Il
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilm
Ilmu Politik
Universitas Brawijaya Malang

Oleh :
DZUROTUN NAFISAH

NIM :105120201111033

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
JU
LTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLI
FAKULTA
OLITIK
IVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
UNIV
NG
2014

LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
REPRESENTASI IMPERIALISME BUDAYA AMERIKA DALAM KOREAN WAVE
(Studi Semiotika Unsur-Unsur Western pada Musik Video Girls Generation)
Oleh :
Dzurotun Nafisah
NIM. 105120201111033
Telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam ujian Sarjana pada tanggal 20 Juni 2014

Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang

Sekretaris Sidang

Widya Pujarama, S.I.Kom, M.Communication.
NIP. --

Desi Dwi Prianti, S.Sos., M.Comn.
NIP. 19831210 200604 2 001
Anggota Penguji I

Anggota Penguji II

Dyan Rahmiati, S.Sos., M.Si.
NIP. 19770307 200812 2 001

Sinta Swastikawara, S.I.Kom., M.I.Kom.
NIP. -Malang,


Juli 2014

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Ir. Darsono Wisadirana, M.S.
NIP. 19561227 198312 1 001

ABSTRAK
REPRESENTASI IMPERIALISME BUDAYA AMERIKA DALAM KOREAN WAVE
(STUDI SEMIOTIKA UNSUR-UNSUR WESTERN PADA MUSIK VIDEO GIRLS
GENERATION), 2014. Dzurotun Nafisah, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Pembimbing : Desi Dwi Prianti dan
Widya Pujarama.
Korean Wave merupakan sebuah produk budaya populer yang berasal dari Korea
Selatan. Munculnya budaya populer sebagai budaya komersil yang dikonsumsi secara massa
tidak lepas dari sebuah dominasi media yang dikonsumsi secara internasional. Dominasi
media massa yang berasal dari Amerika ini menimbulkan adanya praktek imperialisme
budaya. Penelitian ini berusaha untuk menguraikan unsur-unsur budaya Amerika yang
diasumsikan terdapat dalam produk Korean Wave. Analisis menggunakan metode semiotika

Roland Barthes untuk mengetahui tanda-tanda visual yang mengarah pada konteks budaya
Amerika dalam musik video Girls Generation yang merupakan idol Korea. Fokus dalam
penelitian ini adalah kostum, setting, dan model rambut para personil Girls Generation dalam
musik video.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur budaya Amerika yang ada dalam musik
video lebih mendominasi daripada unsur budaya Korea. Cara berpakaian, setting, kostum,
konsep video, dan penampilan personel yang ada dalam musik video lebih seperti orang
Amerika dan mirip penampilan Barat. Personel Girls Generation dalam musik video
digambarkan sebagai seorang perempuan modern yang cantik dan selalu up to date dalam hal
fashion. Penampilan personel dan setting yang ditampilkan dalam musik video selalu
berubah-ubah dan mengarah pada unsur budaya Amerika. Dengan menampilkan personel
Korea dalam kemasan yang kebarat-baratan menunjukkan adanya dominasi budaya Amerika
dalam Korean Wave. Unsur-unsur budaya Amerika yang telah mendominasi dan
menghegemoni secara terus menerus diimitasi dan diproduksi kembali dalam bentuk budaya
populer Korean Wave.
Kehadiran Korean Wave sebagai sebuah budaya populer mengarahkan pada industri
budaya, yakni budaya dikonsumsi sebagai komersialisasi yang tidak hanya menampilkan
hasil karya, namun aspek visual juga memegang peranan penting dalam Korean Wave.
Adopsi unsur-unsur Amerika dilakukan oleh Korean Wave agar dapat diterima oleh
masyarakat secara internasional. Praktek imitasi ini direpresentasikan pada personel Girls

Generation dalam musik video yang berlaku kebarat-baratan dan setting yang mengarah pada
dinamika negara Amerika. Semakin lama menunjukkan sebuah praktek imperialisme yang
mengarahkan kepada makna bahwa Girls Generation merupakan representatif negara
Amerika, dan semakin menjauh dari budaya asli Korea Selatan.

Kata Kunci: budaya populer, imperialisme budaya, unsur budaya Amerika

ABSTRACT
THE REPRESENTATION OF AMERICAN CULTURAL IMPERIALISM IN KOREAN
WAVE (SEMIOTIC STUDIES ON WESTERN ELEMENTS FOUND IN “GIRLS
GENERATION” MUSIC VIDEOS), 2014. Dzurotun Nafisah, Department of
Communication, Faculty of Social and Political Sciences, Brawijaya University.
Supervisor: Desi Dwi Prianti and Widya Pujarama.
Korean Wave is a South Korean pop culture. It is argued that South Korean pop
culture is influenced by international-scale mass media culture from the United States. This
mass media domination from the United States resulting the practices of cultural imperialism.
This study attempts to describe the elements of American culture which are assumed to be
found in Korean Wave products. The analysis applies Roland Barthes semiotic method to
identify the visual signs with references to the context of American culture found in Korean
idol Girls Generation music videos. This study focuses on the costumes, settings and hair

styles of Girls Generation’s members in the music videos.
The results of this study suggest that the elements of American culture found in the
music videos are more prominent than Korean culture elements. The way they dress, the
settings, the costumes, they video concept, as well as their general apperarances in the music
videos look more like Americans with Western styles. The members of Girls Generation in
the music videos are pictured as modern women who are beautiful and always keep up with
the latest trend in fashion. These music videos depict the members’ appearances the settings
that keep changing and have the tendency to represent American culture. This depiction of
Korean personnel with western styles shows that the domination of American culture exists
in Korean Wave. This domination and hegemony of American cultural elements have been
imitated and reproduced over and over again into the pop culture form of Korean Wave.
The presence of Korean Wave as a pop culture leads to a culture industry where the
culture is consumed as a form of commercialization which not only shows the artworks, but
also takes the visual aspect very seriously in Korean Wave. The American culture elements
are adopted into Korean Wave so that, hopefully, it can be accepted by the public
internationally. This practice of imitation is represented by the members of Girls Generation
in their music videos that reflect certain aspects of Western style and the settings of the
videos that refer to the dynamics of the United States. As time goes by, this practice of
imperialism leads people to see that Girls Generation represents the American culture more
than the their native South Korean culture.


Keywords: pop culture, cultural imperialism, American culture elements

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,

puji

syukur

kehadirat

Allah

SWT

yang


selalu

melimpahkan rahmat dan nikmat kesehatan kepada penulis sehingga bisa
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “REPRESENTASI IMPERIALISME
BUDAYA AMERIKA DALAM KOREAN WAVE (Studi Semiotika Unsur-Unsur
Western pada Musik Video Girls Generation)”. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyelamatkan kita dari
kegelapan menuju jalan Islam yang penuh cahaya kebahagiaan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari dosen serta pihak-pihak yang
lain sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Skripsi ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan
Cultural Studies, yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita. Semoga skripsi ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa Universitas Brawijaya.
Malang, 11 Juli 2014


Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
i
DAFTAR ISI.........................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
v
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................
1.4.1 Manfaat Teoretis ..........................................................................................

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budaya Populer dan Penyebarannya .............................................................
2.2 Munculnya Korean Wave dan Entertainment Korea Selatan .......................
2.3 Kesuksesan Korean Wave sebagai Budaya Populer .....................................
2.4 Musik Pop Korea dan Budaya Populer dalam Sudut Pandang Imperialisme
Budaya..........................................................................................................
2.5 Penelitian Terdahulu .....................................................................................
2.6 Kerangka Pemikiran......................................................................................

1
10
11
11
11
11
12
14
16
19

21
22

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian..............................................................................................
3.2 Metode Penelitian..........................................................................................
3.3 Fokus Penelitian ............................................................................................
3.4 Sumber Data..................................................................................................
3.4.1 Sumber Data Primer.....................................................................................
3.5 Unit Analisis Data .........................................................................................
3.5 Metode Pengumpulan Data ...........................................................................
3.6 Teknik Analisis Data.....................................................................................

24
24
26
26
26
29
29
30

BAB IV : GIRLS GENERATION DAN FENOMENA KOREAN WAVE
4.1 Sejarah dan Awal Kemunculan Korean Wave ..............................................
4.2 Profil Girls Generation .................................................................................

32
33

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Unsur-Unsur Budaya Amerika dalam Musik Video Girls Generation
5.1.1 Musik Video Into The New World ...............................................................
5.1.2 Musik Video Girls Generation ....................................................................
5.1.3 Musik Video Kissing You ............................................................................
5.1.4 Musik Video Gee .........................................................................................
5.1.5 Musik Video Genie ......................................................................................
5.1.6 Musik Video Oh! .........................................................................................

36
36
46
50
55
65
72

iii

5.1.7 Musik Video Run Devil Run ........................................................................
82
5.1.8 Musik Video Hoot........................................................................................
85
5.1.9 Musik Video The Boys .................................................................................
90
5.1.10 Musik Video Dancing Queen.....................................................................
95
5.1.11 Musik Video I Got a Boy ...........................................................................
98
5.1.12 Transformasi Gaya Rambut Personel dalam Tiap Musik Video (tahun
2007-2013) ................................................................................................ 107
5.2 Sintesa Unsur-Unsur Budaya Amerika pada Musik Video Girls Generation 117
5.3 Diskusi Hasil pada Musik Video Girls Generation Terkait Teori
Imperialisme Budaya ..................................................................................... 119
BAB VI : PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...................................................................................................
6.2 Saran..............................................................................................................

123
125

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

126

iv

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Profil Personel Girls Generation ....................................................................

34

v

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Jumlah Penonton K-Pop di Situs Youtube tahun 2011...................................
2. Survei Kepada Fans Hallyu (Korean Wave) oleh The Korean Tourism
Organization.....................................................................................................
3. Tampilan Girlband Girls Generation dalam Salah Satu Poster Musik Video
The Boys ..........................................................................................................
4. Skema Analisis Semiotika Roland Barthes......................................................
5. Sequence Soehyun Belajar Tari Balet dalam Musik Video Into The New World
6. Ilustrasi Penari Balet.........................................................................................
7. Sequence Sunny dan Jessica Menghias Tembok dengan Grafiti dalam Musik
Video Into The New World .............................................................................
8. Personel Girls Generation dalam Musik Video Into The New World.............
9. Personel Girls Generation dalam Musik Video Into The New World.............
10. Personel Girls Generation dalam Musik Video Girls Generation..................
11. Personel Girls Generation dalam Musik Video Girls Generation..................
12. Personel Girls Generation dalam Musik Video Kissing You...........................
13. Sunny dan Yuri dalam Musik Video Kissing You...........................................
14. Soehyun dan Sooyoung dalam Musik Video Kissing You...............................
15. Opening Scene dalam Musik Video Gee..........................................................
16. Manekin Barbie yang Dipajang pada Toko......................................................
17. Sunny dan Hyeyeon dalam Musik Video Gee.................................................
18. Personel Girls Generation dalam Musik Video Gee ......................................
19. Personel Girls Generation dalam Musik Video Gee ......................................
20. Personel Girls Generation dalam Musik Video Genie ...................................
21. Karakter Genie dalam Film Aladdin ...............................................................
22. Yoona, Jessica, dan Yuri dalam Musik Video Genie......................................
23. Princess Aurora (Sleeping Beauty) yang Tidur di Kamarnya ........................
24. Sunny, Tiffany, dan Taeyeon dalam Musik Video Genie...............................
25. Hyeyoen, Soehyun, dan Sooyoung dalam Musik Video Genie ......................
26. Opening Scene Musik Video Oh! ...................................................................
27. Soehyun dan Jessica yang Melihat Gambar Cheerleaders dalam Musik Video
Oh! ..................................................................................................................
28. Personel Girls Generation dalam Musik Video Oh! ......................................
29. Girls Generation dengan Kostum Cheers dalam Musik Video Oh!...............
30. Pemain Tim American Football dalam Musik Video Oh!..............................
31. Yuri, Jessica, dan Taeyeon dalam Musik Video Oh!......................................
32. Personel Girls Generation dalam Musik Video Run Devil Run .....................
33. Soehyun dalam Musik Video Run Devil Run .................................................
34. Opening Scene dalam Musik Video Hoot.......................................................
35. Pierce Brosnan, Salah Satu Aktor dalam Film James Bond ...........................
36. Yoona, Taeyeon, dan Soehyun dalam Musik Video Hoot..............................
37. Go-Go Boots pada tahun 1960-an...................................................................
38. Personel Girls Generation dalam Musik Video Hoot.....................................
39. Twiggy (supermodel tahun 1930-an) Mengenakan Pakaian Retro.................

4
5
8
25
37
39
41
43
45
47
49
51
52
53
55
57
59
61
63
65
67
68
69
70
71
73
74
76
77
79
80
82
84
86
87
88
88
89
89

vi

40. Yoona dalam Opening Scene Musik Video The Boys ....................................
41. Yoona dalam Musik Video The Boys .............................................................
42. Penampilan Boneka Barbie .............................................................................
43. Personel Girls Generation dalam Musik Video The Boys ..............................
44. Girls Generation dalam Opening Scene Musik Video Dancing Queen dan I
Got a Boy ........................................................................................................
45. Personel Girls Generation dalam Musik Video Dancing Queen ...................
46. Personel Girls Generation dalam Musik Video Dancing Queen ...................
47. Penampilan Personel Girls Generation dalam Musik Video I Got a Boy ......
48. Seorang Perempuan dalam Kostum Hip-Hop .................................................
49. Yoona dan Bintang Video Klip I Got a Boy ...................................................
50. Soehyun dalam Musik Video I Got a Boy ......................................................
51. Yoona dalam Musik Video I Got a Boy..........................................................
52. Taeyeon dalam Musik Video I Got a Boy.......................................................
53. Personel Girls Generation dan Setting dalam Musik Video I Got a Boy .......
54. Tahun 2007 – Into The New World & Girls Generation ................................
55. Kang Susie dalam Winter Alone.....................................................................
56. Tahun 2008 – Kissing You ..............................................................................
57. Tahun 2009 – Gee & Genie ............................................................................
58. Tahun 2010 – Oh!, Run Devil Run, & Hoot....................................................
59. Tahun 2011 – The Boys...................................................................................
60. Tahun 2012 – Dancing Queen ........................................................................
61. Tahun 2013 – I Got a Boy ...............................................................................

91
92
92
93
95
96
97
99
99
100
101
103
104
105
107
108
108
109
111
112
113
114

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Budaya merupakan suatu hal yang melingkupi aktivitas dan tingkah laku

manusia. Menurut Mulyana & Rakhmat (2006) budaya adalah cara berpakaian
masyarakat setempat, kepercayaan-kepercayaan yang dimiliki, dan kebiasaan
yang dipraktekkan masyarakat tersebut. Tiap-tiap negara di seluruh dunia
memiliki ciri khas budayanya masing-masing.
Suatu budaya juga tidak terlepas dari penyebaran budaya, penyebaran
budaya ini dapat dilakukan melalui media massa. Hadirnya teknologi yang
semakin pesat membuat masyarakat dapat mengetahui suatu budaya negara lain
melalui media massa. Penyebaran budaya melalui media massa dapat memiliki
pengaruh yang besar dalam khalayaknya yang heterogen, baik secara nasional
maupun level internasional.
Penyebaran budaya melalui media massa ini pada mulanya dilakukan oleh
Amerika. Sebagai negara dengan industri televisi pertama, banyak program
televisi Amerika yang diekspor ke negara lain (Hesmondhalgh, 2007, h. 74).
Penyebaran budaya ini menimbulkan adanya globalisasi, yakni dimensi ruang dan
waktu seolah-olah menjadi tak terbatas (Rantanen, 2005) sehingga masyarakat di
seluruh dunia dapat dengan mudah mempelajari kebudayaan dari negara lain.
1

2

Munculnya globalisasi menyebabkan budaya dan nilai-nilai dari suatu negara
dapat tersebar secara mudah ke seluruh dunia dan menimbulkan adanya cultural
flows atau aliran budaya. Dalam Srivastava (2008, h. 4) cultural flows merujuk
pada objek, kemampuan, kepercayaan, dan praktek yang dipindahkan melalui
media dan teknologi komunikasi. Cultural flows yang merupakan bagian dari
globalisasi ini sebenarnya tidak lepas dari bentuk pemerataan budaya dan format
media yang ada di dunia.
Pemerataan format media timbul dari adopsi dan imitasi dari program
televisi Amerika yang dilakukan negara lain. Ekspor produk budaya dari Amerika
menimbulkan suatu ketidakseimbangan yakni banyak produk budaya Amerika
yang diekspor secara massive dan negara-negara lain hanya menjadi penerima
produk (Moran, 1998, h. 170). Ekspor yang terus dilakukan menjadikan Amerika
sebagai rujukan utama bagi negara-negara lain. Tidak hanya negara miskin atau
berkembang yang mengadopsi program Amerika, bahkan beberapa negara industri
di Eropa juga didominasi oleh impor media Amerika (Morley, 2006, h. 33). Oleh
karena itu, Amerika menjadi sistem atau pola yang utama dan istilah western
identik serta merujuk pada Amerika.
Bentuk dominasi media dari Amerika disebut dengan istilah imperialisme
budaya. Imperialisme budaya menurut Barker (2006) ialah perputaran dominasi
dari satu budaya ke budaya lainnya hingga menyebabkan hilangnya keragaman
budaya di dunia. Imperialisme budaya tidak serta-merta menghapus budaya asli,
tetapi memiliki efek yang beragam terhadap budaya lokal. Seperti yang
diungkapkan oleh Morley (2006, h. 34) imperialisme budaya lahir dari teori jarum

3

hipodermik, bahwa media memiliki efek kepada audiensnya. Reeves dalam
Komunika (2006, h. 25) mengungkapkan bahwa perputaran dominasi budaya ini
diawali oleh media dan produksi budaya pada kaum kapitalis maju1. Produksi
budaya ini lalu dilakukan oleh media massa dan industri yang ada di seluruh
dunia.
Salah satu negara di Asia yang memroduksi budaya massa ialah Korea
Selatan. Korea Selatan dewasa ini sukses menyebarkan budaya yang diusungnya
melalui Korean Wave. Korean Wave merupakan munculnya budaya populer
Korea Selatan yang diwujudkan dalam produk berupa film, drama, dan musik
Korea. Korean Wave bermula ketika tayangan drama asal Korea Selatan berjudul
What Is Love ditayangkan di Cina pada tahun 1997, dan masyarakat Cina
mengaku lebih senang menonton drama asal Korea yang memiliki nilai budaya
yang hampir sama dengan Cina daripada drama Barat yang memiliki nilai
individualis yang cukup tinggi (Contemporary Korea no.1, 2011, h. 20).
Korean Wave dapat dikatakan sebagai salah satu upaya untuk menarik
simpati internasional yang dilakukan oleh Korea Selatan, karena pada dasarnya
Korea terpecah menjadi dua sejak tahun 1945 yang ketika itu terdapat peristiwa
Korean Peninsula yakni pasca negara Jepang meninggalkan Korea (Korean
Culture no.2, 2011, h. 49). Kebebasan dalam berseni dan pengaruh budaya luar
masuk seketika Korea Selatan terbentuk, dan pengaruh budaya Amerika mulai
masuk ke dalam kehidupan masyarakat Korea. Pengaruh budaya Amerika ini
1

Kaum kapitalis maju yang dimaksudkan adalah munculnya masyarakat kapitalis setelah masa
revolusi industri yang memroduksi barang dan jasa melalui sebuah industri dan mengharapkan
keuntungan dari industri tersebut.

4

lambat laun menimbulkan terbentuknya sebuah budaya populer Korea (Korean
Wave) yang terdiri dari drama Korea, film, dan musik.
Produksi budaya Korea Selatan yang diwujudkan dalam Korean Wave ini
cukup dikenal dan diminati oleh masyarakat di dunia. Seperti yang dilansir dari
Samsung Research Institute dalam Tuk2 (2012, h.20) mengenai penonton video KPop di situs berbagi video Youtube.
GAMBAR 1
Jumlah Penonton K-Pop di Situs Youtube Tahun 2011

Sumber : Lessons from K-Pop’s Global Success by Samsung Research Institute dalam Tuk,
William. (2012). The Korean Wave (h.20)

Pada Gambar 1 dijelaskan bahwa penonton K-Pop dalam situs Youtube
tersebar di banyak negara. Viewers K-Pop paling banyak terdapat di benua Asia
yakni lebih dari satu milyar. Tidak hanya di Asia, pengguna Youtube di Amerika
dan Eropa juga memiliki jumlah viewers K-Pop yang sangat tinggi. K-Pop atau
2

Tuk, William merupakan seorang peneliti dari Universitas Leiden, Belanda jurusan History of
Europan Expansion and Globalization yang melakukan riset berjudul The Korean Wave-who are
behind the success of Korean popular culture?

5

musik pop Korea me
menjadi unsur utama dalam kesuksesan Korean
orean Wave. Dapat
dikatakan demikiann karena menurut survei yang dilakukan ole
oleh The Korean
Tourism Organization
ion mengenai Korean Wave sebagai berikut:
GAMBAR 2
Survei kepada fan
m Or
Organization
ans Hallyu (Korean Wave) oleh The Korean Tourism

Sumber :Korean Culturee nno. 2 (2011), K-Pop: a new force in pop music (h.27))

Survei yangg dilakukan oleh The Korean Tourism Organi
rganization pada
website www.visitkor
korea.or.kr ini melibatkan lebih dari 12.085 visi
visitors non-Korea
(terdiri dari 102 nega
gara) pada tahun 2011 ini menunjukkan bahw
hwa kategori yang
22% lebih tinggi
paling diminati olehh fans adalah K-Pop yakni sebanyak 55%,, 22
daripada fans yang me
menyukai TV series atau drama Korea. K-Pop
op menjadi produk
paling banyak dimina
inati berkat musik yang dikemas dengan tariann ddan musik video
yang bagus.
Tarian dan sua
suara merdu yang dimiliki oleh idol Korea tida
tidak semata-mata
menjadi unsur dalam
am K-Pop, selain itu terdapat aspek visual seor
seorang idol yang
menjadi unsur pent
penting dalam keberhasilan musik Korea.
a. Seorang idol
dikonstruksi oleh sebua
sebuah entertainment industry Korea Selatann m
melalui training

6

selama dua hingga tujuh tahun, selain itu juga lebih meningkatkan tampilan wajah
dan badan yang dimiliki peserta trainee agar memiliki aspek visual yang bagus.
Kesuksesan Korea Selatan dalam mengemas Korean Wave yang memiliki
identitas Asia namun dengan style Hollywood cukup diterima oleh masyarakat
internasional. Menurut Lee3 dalam Korean Culture no. 2 (2011, h. 32) bahwa idol
musik Korea meminjam style hip-hop Amerika, namun tidak menjiplak
seluruhnya. Hal ini selaras dengan yang disebutkan dalam tesis William Tuk
(2012) tentang Korean Wave dari beberapa responden penelitiannya, yang
pertama yakni salah satu gadis Korea yang tinggal di Amerika berujar,
I did not even realize Korean music was Americanized, until my American
boyfriend came here and told me. I thought they were just ours. But he said "you
guys just seem to follow what Americans do. Where is your traditional stuff?" This
made me think that we are too westernized to realize where our traditional stuff has
gone to.

Selain itu, salah satu responden penelitian Tuk (2012) yaitu orang Korea
yang tinggal di Belanda mengucapkan“When I let my Dutch friends hear K-pop
music they told me that it just sounded like western music. Therefore I assume that
it sounds like western music” (h. 42). Dan masih dalam penelitian Tuk, seseorang
dalam salah satu forum diskusi mengatakan bahwa“My opinion is that k-pop is
losing its identity. The only thing that really separates k-pop from Western pop
music is the language it is sung in” (h. 44).
Responden penelitian di atas mengungkapkan bahwa musik Korea semakin
kehilangan identitas asli Korea dan seolah-olah meniru musik pop Amerika. Nilainilai budaya yang menunjukkan identitas negara Korea dinilai semakin hilang
3

Lee Dong-yeon merupakan seorang profesor di Korea National University of Arts

7

karena tergerus oleh budaya Amerika. Budaya merupakan sebuah identitas
nasional yang merepresentasikan suatu bangsa, oleh karena itu penting bagi suatu
negara untuk mempertahankan identitas nasionalnya agar dipandang sebagai
negara itu sendiri, dan tidak menjadi representatif dari negara lain. Menurut
Moran (1998, 175), konstruksi identitas nasional juga melibatkan peran dari
media representatif. Dan musik pop Korea dalam hal ini dinilai mengalami
penetrasi budaya yang menggerus budaya asli Korea.
Musik pop menjadi sebuah budaya populer yang memunculkan penetrasi
budaya sehingga mengaburkan budaya otentik dan budaya komersil (Storey, 2006,
h. 12). Dalam K-Pop, banyak musik video yang menampilkan girlband dengan
pakaian minim dan goyangan seksi. Dengan ini muncul asumsi bahwa musik pop
merupakan salah satu bentuk imperialisme budaya yang menggerus budaya asli
dalam hal ini Korea Selatan, sehingga budaya negara Korea sebagai sebuah
identitas nasional terlihat kurang dipertahankan. Penelitian ini ingin menelaah
lebih lanjut pernyataan para responden dalam penelitian Tuk (2012) dengan
mengkaji unsur-unsur budaya Amerika yang ada dalam fenomena Korean Wave,
yang dispesifikkan lagi pada genre K-Pop dan girlband Girls Generation.
Girls Generation merupakan girlband besutan SM Entertainment yang
lahir pada tahun 2007. Pendiri SM Entertainment, Lee Soo Man yang pernah
kuliah di Amerika Serikat mengaku mendapatkan inspirasi untuk mendirikan
SMTOWN (sebutan untuk industri hiburan SM Entertainment) karena terinspirasi
dari acara MTV yang dilihatnya di televisi Amerika pada saat itu (Tuk, 2012, h.
31). Dan ketika Lee Soo Man kembali ke Korea Selatan dia langsung mendirikan

8

industi hiburan SM Entertainment. Berikut penampilan subjek penelitian yang
digunakan yakni girlband Girls Generation:
GAMBAR 3
Tampilan Girlband Girls Generation dalam Salah Satu Poster Musik Video The Boys

Sumber : Sidomi.com (2011). Girls Generation akhirnya rilis video musik ‘The Boys’ dalam dua
versi

Gambar 3 menampilkan foto salah satu girlband K-Pop dengan sebutan
Girls Generation yang terdiri dari 9 perempuan asal Korea Selatan. Dalam
Gambar 3, dapat dilihat beberapa personel yang memiliki rambut pirang,
sementara personel lain memiliki rambut coklat dan hitam. Pewarnaan rambut
yang dilakukan oleh personel Girls Generation merupakan salah satu bentuk
pengaruh budaya Amerika yang dibawa ke Korea Selatan, karena dalam hal ini
pelaku (personel Girls Generation) merupakan perempuan yang berasal dari
Korea Selatan.
Girls Generation juga memiliki ciri-ciri fisik selain rambut yang diwarna,
seperti pemakaian eyeshadow untuk menimbulkan kesan mata yang lebih besar
daripada mata asli orang Korea yang rata-rata sipit. Ciri-ciri fisik yang tampak

9

dalam Gambar 3 merupakan tampilan Girls Generation ketika merilis album The
Boys pada tahun 2011.
Girls Generation menjadi salah satu girlband terpopuler tidak hanya di
Korea. Di tingkat Asia, Girls Generation mendapatkan penghargaan salah satunya
seperti yang dilansir dari portal berita nasional Liputan 6 (2013) bahwa Girls
Generation dinobatkan sebagai grup idol terbaik dalam perhelatan akbar 10th
Huading Awards yang digelar di Macau Oktober 2013 lalu. Pada tingkat
internasional, Girls Generation memenangkan penghargaan Video of The Year
dalam Youtube Music Awards yang baru digelar tahun pertama pada bulan
November 2013 (Nicholas, 2013).
Popularitas Girls Generation tidak hanya pada penghargaan dan prestasi
yang diraih, seperti yang dilansir dari situs majalah dunia Forbes (2011), Girls
Generation menempati nomor urut pertama Korean Top Celebrities menurut
beberapa faktor diantaranya nama yang paling sering dicari di internet,
pendapatan, keabsahan, dan yang paling banyak muncul sebagai cover majalah.
Serta dalam suatu situs www.thetoptens.com4 yang menyediakan fasilitas
voting bagi para visitors, terdapat salah satu kategori yakni Korea’s Top Girl
Group, dan para visitors website menempatkan Girls Generation (SNSD) sebagai
girl group nomor satu dari 46 girlband Korea lain. Salah satu pemberi vote
mengungkapkan bahwa Girls Generation merupakan “Best band ever! Best in

4

Thetoptens.com merupakan situs yang memberikan layanan para visitors website untuk
memberi vote pada kategori-kategori yang ada dalam situs tersebut.

10

Korea, best in Asia, best in the whole world! Best in singing, best in dancing, best
in their image. They are best in everything!”
Sesuai

dengan

uraian

yang

telah

dipaparkan,

peneliti

ingin

mengungkapkan bagaimana Korean Wave hadir sebagai suatu produk budaya baru
yang sebenarnya semakin memperkuat imperialisme budaya Barat. Girls
Generation sebagai salah satu girlband populer juga turut andil dalam hal ini yang
ditunjukkan dalam musik video yang diproduksi untuk mempromosikan tiap
single mereka. Penelitian akan dilakukan dengan mengidentifikasi unsur-unsur
western yang terdapat dalam musik video Girls Generation. Berdasarkan uraian di
atas maka peneliti ingin mengetahui tentang “Representasi Imperialisme Budaya
Amerika dalam Korean Wave (Studi Semiotika terhadap Unsur-Unsur Western
dalam Musik Video Girls Generation)”.

1.2

Rumusan Masalah
Korean Wave telah membuat dunia lebih memperhatikan negara Korea

Selatan, identitas seorang idol Korea yang mencampurkan antara unsur Amerika
dan Korea ini menyebabkan munculnya sebuah bentuk budaya baru. Budaya baru
yang dihasilkan ini merupakan pengaruh dari budaya Amerika yang ditiru
sehingga menimbulkan adanya imperialisme budaya.
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti ingin menguraikan dan menjawab
pertanyaan “Bagaimana penggambaran imperialisme budaya Amerika dalam
musik video girlband Girls Generation?”

11

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk unsur-unsur

imperialisme budaya Amerika yang direpresentasikan dalam musik video
girlband Girls Generation.

1.4

Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi para
akademisi Ilmu Komunikasi dengan cara mendeskripsikan konsep
imperialisme budaya pada fenomena Korean Wave, serta memperkaya
kajian

Cultural

Studies

yang

berkaitan

dengan

globalisasi

dan

imperialisme budaya dalam teks media populer yang direpresentasikan
dalam Korean Wave.

1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan media literasi bagi
audiens dan penggemar Korean Wave mengenai konten media Korea yang
tidak murni berisi budaya asli namun terpengaruh unsur-unsur Amerika di
dalamnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Budaya Populer dan Penyebarannya
Budaya populer merupakan budaya yang diproduksi oleh media massa

secara komersil (Storey, 2006, h. 6). Budaya populer menjadi perhatian sendiri
dewasa ini ketika media secara massive menghadirkan tayangan yang memiliki
nilai jual dan memiliki daya tarik bagi khalayak, khususnya dari segi hiburan
(entertainment).
Budaya populer lahir dengan membawa nilai baru yang disukai
masyarakat. Salah satu contoh budaya populer yakni tentang gaya hidup yang
ditampilkan dalam film-film Hollywood. Film-film produksi Amerika Serikat ini
disebarkan ke banyak negara di seluruh dunia. Sebut saja film-film Hollywood
seperti Sex and The City yang menceritakan tentang kehidupan para wanita
Hollywood. Dengan munculnya film ini pula budaya dari negara Amerika
ditampilkan dan disebarkan, termasuk cara berpakaian, kebiasaan masyarakat
setempat, dan kepercayaan yang mereka anut.
Budaya populer tidak lepas dari bentuk hegemoni yang secara lambat laun
mempengaruhi pola pikir masyarakat. Tidak ada hegemoni tanpa adanya
peredaran budaya (Martin-Barbero, 1993, h. 99). Budaya populer hadir untuk

12

13

membuat masyarakat ikut larut dan menerima apa yang dibawa oleh budaya
populer tersebut.
Hadirnya budaya populer dan penyebarannya tidak lepas dari peran media.
Media memungkinkan terciptanya budaya baru yang dipublikasian dan
menciptakan suatu mainstream tertentu yang menjadi struktur budaya dominan
(Sutrisno dan Putranto, 2005, h. 109). Munculnya proses penyebaran budaya ini
berasal dari terbukanya dunia melalui media massa, salah satunya adalah televisi.
Tayangan yang hadir dalam media menyebabkan terjadinya sebuah arus budaya
yang berlaku bagi seluruh masyarakat dunia.
Televisi bukan satu-satunya media yang berperan dalam membawa
budaya. Globalisasi juga memberikan peran dalam penyebaran budaya.
Globalisasi erat kaitannya dengan budaya dunia yang dihasilkan melalui
perkembangan pasar, komunikasi, dan teknologi media yang diproduksi dan
dikonsumsi (Hartley, Saunders, Montgomery, & Fiske, 2006, h. 130). Adanya
globalisasi ini menjadikan Amerika semakin mudah dalam menyebarkan
budayanya, dalam hal ini yakni budaya populer.
Menurut Machin dan van Leeuwen (2007, h. 12), Amerika Serikat menjadi
pionir media di dunia karena televisi pertama kali ditemukan di Amerika, maka
format program tayangan televisi di negara lain mengikuti standar program
Amerika.

Ekspor

produk

budaya

dari

Amerika

menimbulkan

suatu

ketidakseimbangan yakni banyak produk budaya Amerika yang diekspor secara
massive dan negara-negara lain hanya menjadi penerima produk (Moran, 1998, h.

14

170). Ekspor yang terus dilakukan menjadikan Amerika sebagai rujukan utama
bagi negara-negara lain. Tidak hanya negara miskin atau berkembang yang
mengadopsi program Amerika, bahkan beberapa negara industri di Eropa juga
didominasi oleh impor media Amerika (Morley, 2006, h. 33). Oleh karena itu,
Amerika menjadi sistem atau pola yang utama dan istilah western identik serta
merujuk pada Amerika.

2.2

Munculnya Korean Wave dan Entertainment Korea Selatan
Secara geografis Korea terdiri atas Korea Utara dan Korea Selatan. Korea

Utara hingga saat ini sedang mengalami gejolak perang dikarenakan sistem
pemerintahnnya yang komunis dan tidak menerima bantuan atau perhatian dari
negara lain secara internasional. Tertutupnya Korea Utara ini ditunjukkan dengan
upaya Korea Utara seperti yang dilansir dari situs VOA bahwa delegasi Korea
Utara ingin memberangus kebebasan pers yang ada di Korea Selatan agar tidak
memberitakan apapun mengenai Korea Utara (Voice of America, 2014).
Kegiatan pers Korea Selatan selalu menunjukkan keberpihakannya pada
Korea Selatan. Dalam salah satu berita, Korea Selatan secara terbuka mengundang
latihan militer bersama dengan Amerika Serikat (Voice of America, 2014). Faktafakta ini mengarahkan bahwa kedua negara Korea ini memiliki sifat dan idealisme
yang berbeda, Korea Selatan merupakan negara yang lebih terbuka serta dapat
menerima keberadaan dan pengaruh internasional.

15

Perbedaan ini bermula pada fenomena Korean Peninsula pada tahun 1945
yaitu pasca Jepang meninggalkan Korea, menimbulkan Korea terbagi menjadi dua
bagian seperti yang terjadi sekarang, anti komunis dan komunis (Korean Culture
no.2, 2011, h.49). Merujuk pada perkembangan Korea Selatan setelah perpecahan
ini terjadi adalah pengaruh budaya barat yang masuk ke dalam kehidupan
masyarakat Korea. Kebebasan dalam berseni dan pengaruh budaya luar masuk
seketika Korea Selatan terbentuk, yang salah satunya adalah seni musik.
Keberadaan stasiun-stasiun militer Amerika yang terdapat pada Korea Selatan
menyebabkan adanya sebuah pembelajaran mengenai musik-musik pop yang
berasal dari Amerika Serikat (Korean Culture no.2, 2011, h.49).
Pengenalan musik pop ini mendapatkan respon dari masyarakat Korea
Selatan, terbukti dengan banyaknya seniman-seniman musik Korea yang tampil di
klub malam yang dimiliki militer Amerika pada saat itu, dan menjadi bagian
penting munculnya K-pop (Korean Culture no.2, 2011, h.51). Melihat kegiatan ini
memiliki pengaruh positif bagi Korea Selatan maka musik-musik western pop
menjadi kiblat bagi dunia hiburan Korea Selatan. Musik-musik western mengubah
pola perilaku dan menimbulkan kebiasaan dan bahkan menjadi sebuah
kecenderungan bagi masyarakat Korea Selatan. Bahkan di akhir tahun 1960, salah
satu kafe di kota C’est Si Bon di kota Myeong-dong menampilkan penyanyi lokal
yang menyanyikan lagu rakyat Amerika dan British, dimainkan dengan gitar
akustik dan menerjemahkan liriknya dalam bahasa Korea. (Korean Culture no.2,
2011, h.59).

16

Proses ini terus berlangsung hingga membentuk identitas baru bagi
masyarakat dan budaya bermusik bagi Korea Selatan, dibuktikan dengan peristiwa
go international musik Korea pada tahun 2000-2001. Masyarakat internasional
menerima keberadaan Korea Selatan sebagai bentuk rujukan atau sumber hiburan
terfavorit terbukti dengan fenomena yang terjadi di Indonesia sendiri. Bahkan
tidak dari sisi musik saja, bentuk hiburan yang lain seperti drama dan film juga
terdistribusi dari Korea Selatan. Asumsi yang terbentuk merujuk pada sejarah
terpecahnya negara Korea mengarahkan pada sebuah pandangan bahwa Korea
Selatan menjadi satu-satunya negara Korea karena lebih terkenal dan merupakan
pusat rujukan hiburan.

2.3

Kesuksesan Korean Wave sebagai Budaya Populer
Korean Wave merupakan munculnya budaya pop Korea yang diwujudkan

dari film, musik, serta serial televisinya dan disebarkan di seluruh dunia
khususnya bagian Asia Timur (Chua and Iwabuchi, 2008, h.1). Korean Wave
bermula setelah peristiwa pecahnya negara Korea menjadi dua bagian. Hal ini
mengantarkan pada suatu keterbukaan bagi Korea Selatan terhadap produk luar
negeri. Korea Selatan mulai menyerap dan meniru lifestyle Barat (Contemporary
Korea no.1, 2011, h. 17).
Keterbukaan Korea terhadap produk luar negeri menimbulkan adanya
pengaruh khususnya dari negara Amerika yang terdapat dalam konten Korean
Wave. Dan hal ini menyebabkan Korean Wave berkembang begitu pesat dalam

17

dekade ini. Untuk musik Korea (K-Pop), jumlah penonton video K-Pop yang ada
di Youtube lebih dari 2,3 juta di 235 negara (Tuk, 2012, h. 20). K-Pop menyebar
ke seluruh dunia dan hampir digemari oleh masyarakat tiap negara.
Korean Wave menumbuhkan nilai ketertarikan baru pada pangsa pasar
asing. Salah satu tombak kesuksesan Korean Wave terjadi di Jepang ketika
penjualan DVD drama Winter Sonata pada tahun 2003 meraup keuntungan
sebanyak 3 trilyun won (Contemporary Korea no.1, 2011, h. 27). Sejak saat itu
produk-produk Korean Wave mulai digemari oleh masyarakat khususnya Asia
Timur, dan Jepang menjadi komoditas utama bagi Korean Wave. Segala hal
mengenai Korea Selatan banyak diminati oleh masyarakat. Selain drama dan
musik Korea, para penggemar Korean Wave ini juga belajar bahasa Korea, makan
masakan khas Korea, dan mengenakan baju tradisional Korea. Bahkan sepasang
kekasih asal Jepang melangsungkan pernikahannya di kota Chuncheon, Korea,
kota yang dijadikan setting drama Korea “Winter Sonata” (Contemporary Korea
no.1, 2011, h. 27).
Kesuksesan drama Korea di luar negeri juga diikuti oleh musik pop Korea.
Bahkan musik pop Korea menjadi faktor nomor satu yang paling berpengaruh
dalam Korean Wave menurut survei The Korean Tourism Organization yakni
sebesar 55%, mengalahkan film dan drama Korea (Korean Culture no.2, 2011,
h.27). Musik pop Korea atau biasa disebut K-Pop identik dengan penyanyi yang
juga disertai dance dalam penampilannya.

18

Faktor lain yang membawa kesuksesan dalam K-Pop ialah kualitas
musiknya yang mengalami improvisasi dengan bekerjasama dengan penulis lagu
dan DJ dari Amerika juga Eropa, lalu mengimprovisasinya dengan memberikan
dance pada setiap musik sebagai ciri khas K-Pop (Contemporary Korea no.1,
2011, h. 58). K-Pop dengan dance ditemukan pada boyband dan girlband, sama
halnya seperti yang telah disebutkan bahwa grup boy dan girl ini juga melakukan
kerjasama dengan musisi Amerika. Contohnya Girls Generation sebagai salah
satu girlband Korea mendatangkan produser Teddy Riley dari Amerika yang juga
menangani musik milik Lady Gaga dan Michael Jackson (Contemporary Korea
no.1, 2011, h. 60).
Girlband menjadi salah satu perhatian sendiri bagi peneliti karena
perempuan yang dikonstruk di dalamnya terlihat bebeda dengan perempuan asli
Korea. Sebelum menjadi girlband, perempuan Korea yang dilatih dalam suatu
entertainment agency banyak yang melakukan operasi plastik dan diet ketat demi
menjadi girlband atau idol Korea. Girls Generation harus menjalani diet ketat
dengan menjaga makan tiap harinya sebanyak 1500 kalori dengan latihan yang
juga keras (Writer, 2013). Usaha-usaha ini merupakan salah satu hal yang
dilakukan oleh entertainment agency Korea untuk menyukseskan girl group dan
juga pihak agency dengan memasukkan unsur-unsur western, dengan harapan
girlband tersebut dapat diterima oleh masyarakat di seluruh dunia.

19

2.4

Musik Pop Korea dan Budaya Populer dalam Sudut Pandang
Imperialisme Budaya
Penyebaran budaya populer yang tidak lepas dari adanya globalisasi

menimbulkan adanya suatu bentuk budaya dominan yang menyebar dan dianggap
sebagai standar. Standar ini yang kemudian mengarahkan pada bentuk
imperialisme budaya di mana negara Amerika mendominasi negara-negara lain di
seluruh dunia, khususnya pada konten media. Seperti yang diungkapkan oleh
Morley (2005, h. 30) bahwa dominasi Amerika terhadap media dimulai ketika
menteri perdagangan Amerika tahun 1920 menemukan potensi pada Hollywood
sebagai bentuk konsumsi khalayak yang menyajikan ‘American way of life’ di
seluruh dunia. Konten media mengenai gaya hidup Amerika yang terus-menerus
ditayangkan membuat masyarakat di dunia terpengaruh dan menimbulkan sifat
natural untuk mengikuti apa yang ditampilkan oleh media Amerika, salah satunya
adalah musik sebagai budaya populer.
Musik menjadi salah satu produk industri budaya yang diterima oleh
banyak masyarakat. Musik pop banyak muncul dan ditayangkan di banyak tempat
seperti supermarket, jalanan, bis kota, mall, dan dalam playlist seseorang. Musik
pop dikonsumsi dan akhirnya membentuk identitas yang memberi makna pada
pendengar atau penikmatnya (Storey, 2006, h. 126), termasuk pula musik pop
Korea Selatan atau biasa disebut dengan K-Pop. Musik pop Korea juga tidak lepas
dari pengaruh budaya Amerika, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa ketika
pasca Korean Peninsula banyak musik western yang dinyanyikan penyanyi lokal
Korea di klub malam milik militer Amerika membuat musik western menjadi

20

kiblat bagi K-Pop. Tranmisi gaya hidup dan budaya Amerika yang ada muncul
sebagai pengaruh yang tertanam di pola pikir, bukan kontrol secara paksaan (Luce
dalam Morley, 2005, h. 32).
Musik Pop Korea berkembang di awal tahun 1990, melejitnya K-Pop di
dunia berjalan setahap demi setahap. Selama beberapa tahun artis Korea berjuang
keras untuk dapat menarik ketertarikan khalayak. Idol Korea memulai debutnya di
televisi, oleh karena itu musik video memegang peranan penting sebagai ajang
promosi idol tersebut (Tuk, 2012, h. 20). Dan melalui situs Youtube idol Korea
mencoba menarik perhatian pengguna dari seluruh dunia. Musik K-Pop saat ini
dinilai berhasil meningkatkan ketertarikan masyarakat dunia dengan ciri khas
musiknya yang easy listening, yakni lirik dan tarian yang mudah diingat oleh
penonton.
Musik pop Korea yang dihasilkan oleh beberapa entertainment agency
merupakan bentuk adopsi dari konten media Amerika. Teori imperialisme budaya
menyatakan bahwa negara Amerika mendominasi media dan memiliki efek yang
kuat untuk mempengaruhi media lain (Nurudin, 2007, h. 175). Pengaruh Amerika
terhadap media lain juga terjadi di Korea Selatan. Salah satu pemilik
entertainment agency terbesar di Korea, Lee Soo Man yang pernah sekolah di
California mengaku terinspirasi dari acara MTV. Pendiri SMTOWN tersebut
percaya bahwa bahwa kesuksesan MTV bisa dibawa ke Korea Selatan (Tuk, 2012,
h. 31).

21

Konstruksi idol Korea Selatan dapat dikatakan dipengaruhi oleh media
massa Amerika. Orang-orang di negara lain yang melihat media massa Amerika
akan menikmati sajian yang berisi gaya hidup, kepercayaan, dan pemikiran
(Nuruddin, 2007, h. 178). Program media di Amerika ini kemudian dijadikan
standar dan diproduksi ulang menjadi budaya populer dari Korea Selatan yang
dikenal sebagai Korean Wave.

2.5

Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dan bahan acuan

yakni tesis milik William Tuk dengan judul The Korean Wave – Who are behind
the success of Korean Popular Culture? Penelitian ini menceritakan sejarah
munculnya

Korean

Wave

dan

pihak-pihak

yang

berpengaruh

dalam

perkembangan dan kesuksesan Korean Wave. Penelitian William Tuk termasuk
dalam penelitian historis karena menceritakan dari awal terbentuknya,
perkembangannya, hingga faktor-faktor yang turut mensukseskan Korean Wave.
Hal yang menjadi kelebihan dalam penelitian Tuk adalah detilnya
penjelasan mengenai fenomena munculnya Korean Wave mulai dari faktor
pemerintah, industri entertainment agency, dan penggemar Korean Wave sebagai
pasarnya. Penelitian terdahulu dari Tuk ini membantu peneliti dalam memahami
lebih jauh mengenai fenomena Korean Wave. Kekurangan dalam penelitian Tuk
adalah tidak adanya riset lebih lanjut mengenai fenomena Korean Wave, Tuk
hanya me-review sejarah kemunculan Korean Wave hingga menjadi sesukses

22

sekarang. Kekurangan ini yang dilanjutkan oleh peneliti untuk meriset mengenai
konten media yang ada dalam Korean Wave. Dan diharapkan dalam penelitian
yang akan dilakukan, dapat melengkapi kajian mengenai Representasi
Imperialisme Budaya dalam Korean Wave yang belum diungkapkan dalam
penelitian sebelumnya.

2.6

Kerangka Pikir
Korean Wave

Budaya Amerika

Musik Pop Korea

Imperialisme Budaya Barat

Tanda-tanda melalui Aspek
Visual pada musik video K-Pop

Representasi Imperialisme Budaya Amerika
dalam Korean Wave (Studi Semiotika
Unsur-Unsur Western pada Musik Video
Girls Generation)

Semiotika Roland
Barthes

23

Kerangka pikir dalam penelitian ini bermula pada fenomena Korean Wave
yang mendapat pengaruh bu