Gambaran Umum Desa Sambori Lihat Desa Sa

Gambaran Umum Desa Sambori

Lihat Desa Sambori di peta yang lebih besar

Karakter dan Geografi
Desa Sambori berada di dataran tinggi dengan ketinggian berkisar 800 m dpl. Sebagian
Desa Sambori berupa perbukitan dan berlereng. Secara geografis, Desa Sambori
berada di Donggo Ele (timur). Sedangkan secara administratif, Desa Sambori termasuk
dalam wilayah Kecamatan Lambitu, Kabupaten Bima. Pemukiman Sambori dibagi
dalam dua kelompok, yaitu: Sambori Ntoi (Sambori dalam/lama) dan Sambori Bou
(Sambori Lama/luar). (Haris, 1996).
Your browser does not support iframes.
Desa Sambori berada pada tempat tertinggi diantara desa-desa sekitarnya. Ada empat
desa yang membatasi administrasi Desa Sambori:
Sebelah Utara : Desa Kuta
Sebelah Selatan
: Desa Kawuwu
Sebelah Barat : Desa Cenggu
Sebelah Timur : Desa Tarlawi
Keempat desa ini merupakan tempat bermukimnya masyarakat asli Bima yang
dahulunya berasal dari daerah Teluk Bima.

Secara umum, Desa Sambori merupakan daerah perbukitan dan berhawa sejuk.
Kondisi alam perbukitan seperti ini mendorong penduduk setempat mendirikan
pemukiman di lereng-lereng bukit dengan rumah khas setempat, uma lengge dan
rumah panggung. Kondisi alam seperti ini pula yang mempengaruhi pola bercocok
tanam masyarakat Sambori. Penduduk Sambori membuka lahan di lembah-lembah dan
di lereng-lereng perbukitan dengan frekuensi satu sampai dua kali musim tanam.
Selain tanaman hutan, ada dua vegetasi yang dapat dijumpai di sekitar Desa Sambori,
yaitu vegetasi pekarangan dan sawah atau ladang. Vegetasi pekarangn berupa nangka,
mangga, jeruk, pisang, cabe, dan sebagainya. Sedangkan vegetasi sawah atau ladang
didominasi oleh padi, bawang, kacang-kacangan, labu, jagung, dan lain-lain. Vegetasi
perkebunan yang pernah diperkenalkan adalah kopi dan vanili. Umumnya tanaman
palawija dan perkebunan jarang ditanami oleh penduduk.
Di Desa Sambori masih ditemui beberapa varietas padi lokal, seperti sawuku yang
terdiri dari dua jenis, yaitu berumur 3 dan 5 bulan. Varietas padi sawuku lebih tahan
panas, sehingga banyak ditanam penduduk. Varietas padi lokal lainnya adalah manda
berumur sekitar 4 blan. Disamping itu ada varieta spadi lokal lainnya yaitu njompa yang
terdiri dari dua jenis, yaitu berusia 3 dan 5 bulan. Serta mangge berusia 5 bulan. Padipadi tersebut biasanya ditanam di lereng-lereng bukit.
Kependudukan

Di Desa Sambori, yait di puncak Gunung Lambitu , bermukim 1.538 jiwa penduduk

Sambori atau 391 KK diantaranya 625 laki-laki dan 913 perempuan (1996). Sebagian
besar diantaranya bertempat tinggal di Sambori Lama yang merupakan perkampungan
lama Desa Sambori. Kepadatan perkampungan lama mendorong sebagian mereka
membangun perkampungan sambori Baru. Hampir semua penddudk bermata
penccaharian sebagai petani. Hanya terdapat 12 penduduk yang bekerja sebgai PNS.
Sebagian besar merupakan tenaga pengajar SD dan SMP. Lainnya aparat desa
sebanyak 12 orang dan pedagang kios 2 orang.
Kegiatan merantau penduduk Sambori cukup kuat, tertama kaum laki-laki. Kegiatan
meranta penduduk Sambori mulai banyak dilakukan sejak tahun 1980-an. Motivasi
mereka biasanya sekolah atau mencari lapangan kerja. Setelah tamat sekolah atau
bekerja, mereka kebanyakan menetap di luar desa. Biasanya mereka merantau setelah
lls SLTA atau SLTP, bahkan diantaranya baru lulusan Sekolah Dasar. Sampai saat ini
diperkirakan jumlah perantau tidak kurang dari pendduk yang kini masih menetap di
sambori. Ada beberapa daerah yang menjadi tujuan mereka, kebanyakan ke
Kalimantan, Jakarta, Ujung Pandang, Lombok, dan ke berbagai daerah lain di
Indonesia.
Sebelum Sambori didatangi oleh pendatang, desa ini sudah dijumpai masyarakat asli
yang mendiami sambori. Mereka berasal dari keluarga Ncuhi Tuki dan pendampingnya
Ncuhi De. Mereka bermukim dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki ikatan
kekeluargaan. Hal ini dapat dilihat dari adanya pembagian wilayah-wilayah kecil di

Kampung sambori Lama, diantaranya Sengari Me’e, Due, Mundu, dan Kakeru yang
merupakan perkampungan lama. Di sambori juga dijumpai bekas perkampunganperkampungan kecil yang dihuni oleh satan keluarga, seperti Torosakeko, Sambi,
Panggi, Jena dan Bedi.
Infrastruktur
Desa ini dapat disusuri lewat jalan beraspal kasar dari terminal Tente ke Desa terdekat
Kuta. Dari Desa Kuta ke Desa Sambori dihubungkan jalan setengah beraspal berjarak
sekitar 1 Km sampai Kampung Sambori Baru. Selanjutnya perjalanan melewati jalan
tanah menuju perkampungan Sambori Lama.
Di Desa Sambori tidak terdapat pasar, untuk kegiatan jual beli barang dan kebutuhan
pokok sehari-hari mereka lakukan di pasar Tente. Namun ada pula beberapa penduduk
luar yang bertandang ke Desa Sambori untuk memperjualbelikan barang, seperti
kebutuhan sehari-hari, buah-buahan, kunyit, bawang, dan sebagainya.
Sejak tahun 1995 penduduk Sambori dan desa-desa sekitarnya dapat menikmati
penerangan listrik. Adanya sarana listrik memungkinkan penduduk lebih banyak
mendapatkan informasi, tertama dari televisi dan radio yang sebelumnya menggunakan
aki.
Untuk mendukng kegiatan sosial bdaya di Desa Sambori tersedia dua sarana gedung
SD Negeri dan SD Inpres. Sedangkan bangnan sekolah SLTP berada di Desa Kuta
untuk menampung siswa dari Desa Sambori, Kuta, Teta, Cenggu, dan desa lainnya.
Sedangkan untuk kegiatan keagamaan tersedia sarana peribadatan dua buah mesjid,

masing-masing di sambori Lama dan Sambori Baru. Di bidang kesehatan tersedia
sarana kesehatan yang ada di Sambori berupa satu Puskesmas Pembantu dan
Polindes dengan jumlah tenaga medis masing-masing satu orang.

Untk mencukupi kebutuhan air bersih, telah dibangun bak-bak penampungan dan
saluran air bersih yang diambil dari sumber air. Meskipun sarana air bersih belum
menjangkau semua warga masyarakat.
Kegiatan Sosial Ekonomi
Hampir semua masyarakat Sambori bermata pencaharian sebagai petani dengan
variasi masa tanam yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh topografi desa yang
sebagian besar merupakan perbukitan. Ada dua klasifikasi lahan pertanian, yaitu lahan
tadah hjan berupa ladang, terutama di daerah perbukitan dan lahan pertanian yang
dialiri oleh beberapa sungai kecil di lembah-lembah.
Musim tanam diawali bulan januari. Sebagian besar lahan merupakan lahan tadah
hujan dengan frekuensi penanaman padi sekali setahn. Sedangkan lahan pertanian
yang berdekatan dengan sungai atau mata air, musim tanam padi kedua mulai blan
mei. Biasanya, setelah panen padi dilanjtkan dengan penanaman bawang putih dan
bawang merah. Penanaman bawang dilakukan pada bulan agustus dan september.
Selepas musim bawang, lahan diistirahatkan (tidak ditanami) sampai musim hujan tiba.
Sistem petanian pindah juga dilakukan oleh masyarakat Sambori, terutama di daerah

perbkitan yang tidak dijangkau oleh aliran sungai. Lahan yang sudah ditanami sekali
akan dibiarkan ditumbuhi tanaman perdu dan dialihkan ke lain tempat. Lahan tidur
tersebut akan ditanami kembali setelah jangka waktu 4 sampai 5 tahun dengan cara
membersihkan ternak dan dibakar. Sehingga banyak bkit-bukit gndul yang hanya
ditumbhi tanaman semak dan beberapa tegakan pohon.
Sebagian komoditi juga diperdagangkan. Mereka melakukan transaksi perdagangan di
dalam desa dengan pedagang luar yang sesekali bertandang ke Desa Sambori. Mereka
sesekali memperdagangkan komoditi pertanian di pasar terdekat Tente. Ada beberapa
komoditi utama yang diperdagangkan, seperti padi, bawang merah, bawang putih dan
jambu batu. Pada saat-saat tertentu, mereka juga mencari sumberdaya htan untuk
dijual, seperti madu dan kunyit.
Pada musim tanam, kaum laki-laki Sambori banyak menghabiskan waktunya di ladang
atau sawah. Terutama pada saat padi hamil sampai panen usai, kaum laki-laki
menginap di sawah ntk menjaga padi dari gangguan babi hutan. Mereka bbekerja dari
pagi hingga sore hari. Bahkan beberapa diantaranya menetap di sawah, tertama bagi
yang sdah bekelarga. Hanya sekali waktu mereka pulang untuk mengambil bekal
makanan. Pada saat-saat seperti ini, mereka enggan diganggu oleh kegiatan lain di luar
kegiatan mereka di sawah atau di ladang.
Sedangkan kegiatan kaum perempuan lebih banyak dicurahkan di sektor domestik.
Mereka mempersiapkan makan pagi sekitar jam 5 untk sarapan anak-anak ke sekolah

dan suami ke sawah. Jika tidak ada lagi pekerjaan di rumah, mereka mengiringi
suaminya bekerja di sawah. Tidak jarang diantaranya menemani suami menginap di
sawah beserta anggota keluarga yang masih kecil. Disela-sela itu, kaum perempuan
mencari kayu bakar, menumbuk padi, mengambil air minum, dan lain-lain.
Bulan Juni sampai Oktober merupakan waktu luang bagi penduduk Sambori untuk
kegiatan diluar pertanian. Karena pada bulan-bulan ini bersamaan dengan musim
kemarau. Kampung mulai ramai. Mereka meninggalkan sawah dan ladang untuk

berkumpul dengan keluarga mereka sambil menunggu datangnya musim hujan yang
biasanya jatuh pada Bulan Oktober atau November.
Kaum laki-laki menghabiskan waktunya di rumah sambil melakkan kegiatan-kegiatan
kecil seperti mencari kayu, memperbaiki rumah, bertandang ke tetangga,
bercengkerama dengan keluarga dan sebagainya. Sedangkan kaum perempuan
banyak melakukan kegiatan domestik seperti merawat anak, membersihkan rumah,
mencari kayu bakar, masak, menumbuk padi, menganyam tikar pandan (topo),
menenun, dan sebagainya. Namun demikian, pada musim seperti ini kaum laki-laki dan
perempuan sesekali mengunjungi ladang mereka.
Ada beberapa ternak yang dipelihara penduduk seperti kerbau, sapi, kambing, ayam
dan itik sapi merupakan ternak yang paling banyak dipelihara penduduk. Penduduk
memelihara sapi dengan cara melepas begitu saja di gunung. Hanya sekali waktu

pemilik sapi mengmpulkan. Sementara kambing dan ayam dipelihara secara intensif di
rumah. Sebelumnya kuda dan kerbau merupakan ternak utama yang banyak dipelihara
penduduk. Kini kuda tidak lagi dijumpai di Desa Sambori. Kuda yang dahulu digunakan
sebagai alat transportasi kini digantikan oleh mobil yang setiap waktu menuju Desa
Sambori. Sedangkan kerbau tidak banyak lagi dipelihara karena masyarakat lebih
memilih sapi yang dianggap lebih mudah dipelihara. Sebelumnya kerbau banyak
digunakan untuk mengolah lahan di sawah, kini tugas tersebut digantikan oleh sapi.