Analisis Kelayakan Investasi Pada Proyek (1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT, karena dengan nikmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini sebagai pemenuhan sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2, Program Studi Magister Manajemen, Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian penulisan tesis ini dan proses studi penulis di Program Magister Manajemen ini, yaitu:

1. Bapak Hargo Utomo, Ph.D, M.B.A, M.Com, Direktur Program Magister

Manajemen Universitas Gadjah Mada dan seluruh staf pengajar MM-UGM.

2. Bapak Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA, dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing saya menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, M.B.A, Bapak Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A, dan Bapak Dr. Su’ad Husnan, M.B.A yang telah memberikan waktu dan pemikiran dalam menguji dan memberikan masukan untuk menyempurnakan tesis ini.

4. Seluruh staf MM-UGM yang telah memberikan banyak bantuan dalam menyelesaikan proses penyusunan tesis dan sidang.

5. Bapak Noor Wahyu Hidayat, Direktur Utama PT Mitra Energi Batam yang telah mendukung dan memberikan banyak bantuan dalam menyelesaikan proses penyusunan tesis saya ini.

6. Bapak Priandika Permana, Direktur Keuangan PT Mitra Energi Batam yang telah mendukung dan memberikan banyak bantuan dalam menyelesaikan proses penyusunan tesis saya ini.

7. Kedua orang tua dan adik-adik saya atas kasih sayang dan dukungan serta semangat yang telah diberikan.

8. Widayati Pamungkas, Davina Putri Tafanti, Mohammad Darrell Radithya A, Naufan Rama Danendra yang bersedia menjadi tempat berbagi, pemberi semangat, saran, dan dukungan di segala situasi.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan pada pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam penyelesaian tesis ini. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 5 Desember 2011

Mohammad Erfan Suprihadi

3.3.3 Alat-alat Bantu Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) …………………………………………. 26

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Asumsi Proyek …………………………………………………….. 32

4.2 Analisis Free Cash Flow Proyek …………………………………... 39

4.3 Analisis Kelayakan Investasi Pada Proyek Combine Cycle

Power Plant ………………………………………………………… 40

4.4 Analisis Sensitivitas ……………………………………………….. 45

4.5 Analisis Non Financial …………………………………………….. 50 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ……………………………………………………………. 58

5.2 Saran ………………………………………………………………… 60 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 The Expected Return-risk trade off available to investor …………... 7

Gambar 3.1 Komposisi Pelangggan Akhir Triwulan 2011 ………………………16 Gambar 3.2 Pertumbuhan Pelanggan dari tahun 2007 – akhir Triwulan 2011 ... 17 Gambar 3.3 Jumlah Konsumsi Listrik Tahun 2007 – 2010 ……………………... 18 Gambar 3.4 Mesin Pembangkit type RB211, Buatan Roll Royce, Inggris …. 18 Gambar 3.5 Siklus Rankine ………………………………………………………. 20 Gambar 3.6 Sistematika Proses Combine Cycle Power Plant …………………… 22 Gambar 3.7 Combine Cycle Power Plant ………………………………………… 23

INTISARI

Tujuan para investor melakukan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan baik untuk masa saat ini maupun masa yang akan datang dengan mempertimbangkan berapa tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return). prinsip dasar dalam pengambilan keputusan investasi adalah mempertimbangkan antara Return dan Risk , hal ini melahirkan sebuah dasar pertimbangan bahwa keuntungan yang diharapkan ( expected return ) merupakan perpaduan antara pengembalian keuntungan yang terealisasi ( realized return ) dengan resiko yang terdapat pada investasi tersebut. Keinginan mendapatkan keuntungan yang tinggi merupakan harapan investor, namun dibalik harapan yang tinggi biasanya diikuti oleh resiko yang harus ditanggung juga tinggi.

Investasi proyek berbasis Clean Development Mechanism (CDM) sangat menguntungkan karena selain membantu program penyelamatan dunia dari bahaya pemanasan global, proyek tersebut juga dapat memberikan tambahan modal pembiayaan melalui mekanisme carbon credit dengan memperoleh sertifikasi pengurangan emisi. Kelayakan investasi dapat dilakukan analisa baik dari aspek

financial maupun aspek non financial . Aspek financial dengan cara melakukan analisa payback period, net present value, internal rate of return , dan profitable index , sedangkan dari aspek non financial dapat ditinjau dari analisis terhadap teknologi yang digunakan, analisis dampak lingkungan dan lain-lain.

Kata kunci: Investasi, CDM Project

ABSTRACT

The purpose of the investors to invest is to improve the welfare of both for present and future by considering the expected rate of return. Basic principles in the investment decision is to consider between Return and Risk, with the basic consideration that the expected profit is a fusion between the return on realized gains with the risk associated in investment. The desire to earn high profits is the expectation of investors, but behind the high expectations is usually followed by a risk that might be too high to borne.

Investment projects based on Clean Development Mechanism (CDM) is very advantageous because in addition to helping to rescue program from the dangers of global warming, the project can also provide additional capital through the mechanism of carbon credit financing by obtaining certification of emissions reductions. Investment feasibility analysis can be performed either from the aspect of financial or non financial aspects. Financial aspects is by analyzing the payback period, net present value, internal rate of return, and profitable index, whereas the non-financial aspects can be observed from the analysis of the technology used, the analysis of environmental impacts and others.

Keywords: Investment, CDM Project

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bumi adalah planet ketiga dari 8 (delapan) planet dalam tata surya dan diperkirakan usianya mencapai 4,5 milyar tahun (Sehoya Cotner, et al. 2009). Mahluk hidup sangat tergantung pada bumi, namun saat ini banyak kerusakan di bumi akibat ulah manusia dalam usaha mereka bertahan hidup. Perkembangan industri dan pertumbuhan ekonomi merupakan sebagian dari beberapa faktor utama yang mendorong timbulnya penciptaan teknologi baru dan canggih, sehingga berdampak pada pencemaran lingkungan yang akhirnya menyebabkan terjadi pemanasan global.

Peningkatan suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan- perubahan kondisi alam di bumi, seperti naiknya permukaan air laut, peningkatan intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat lain dari pemanasan global, yaitu hasil pertanian yang menurun, hilangnya gletser, dan kepunahan berbagai jenis hewan. Para ilmuwan masih meragukan tentang seberapa besar jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Akibat kondisi tersebut, saat ini masih terjadi perdebatan politik dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan Peningkatan suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan- perubahan kondisi alam di bumi, seperti naiknya permukaan air laut, peningkatan intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat lain dari pemanasan global, yaitu hasil pertanian yang menurun, hilangnya gletser, dan kepunahan berbagai jenis hewan. Para ilmuwan masih meragukan tentang seberapa besar jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Akibat kondisi tersebut, saat ini masih terjadi perdebatan politik dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan

Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, [2001]) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit ) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2000. IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2000, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. Karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) berupaya untuk mengurangi dampak

pemanasan global dengan cara penyelenggarakan forum kesepatan dunia yang dikenal dengan sebutan Kyoto protocol , yaitu perjanjian konsensi internasional pemanasan global dengan cara penyelenggarakan forum kesepatan dunia yang dikenal dengan sebutan Kyoto protocol , yaitu perjanjian konsensi internasional

Pemerintah Indonesia sangat mendukung dan termasuk salah satu negara yang telah meratifikasi perjanjian dunia tersebut, bentuk dukungan tersebut diwujudkan dengan dibuatnya payung hukum berupa Undang-Undang No 6 Tahun 1994 tanggal 1 Agustus 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) dan Undang-Undang No

17 Tahun 2004 tanggal 28 Juli 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Tentang Perubahan Iklim).

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu pelaksanaan Kyoto Protocol , yaitu dengan melakukan pengembangan proyek Clean Development Mechanism (CDM), proyek ini merupakan proyek yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi dampak emisi gas rumah kaca sehingga dapat bersama-sama menjaga kerusakan bumi akibat pemanasan global. Salah satu bentuk proyek yang dapat mendukung pelaksanaan terciptanya good environment adalah melalui program pembangunan pembangkit listrik yang ramah lingkungan di daerah Batam yang akan dilakukan oleh PT Mitra Energi Batam. Pembangunan proyek ini merupakan salah satu dukungan perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan, terutama bahaya akibat Salah satu pelaksanaan Kyoto Protocol , yaitu dengan melakukan pengembangan proyek Clean Development Mechanism (CDM), proyek ini merupakan proyek yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi dampak emisi gas rumah kaca sehingga dapat bersama-sama menjaga kerusakan bumi akibat pemanasan global. Salah satu bentuk proyek yang dapat mendukung pelaksanaan terciptanya good environment adalah melalui program pembangunan pembangkit listrik yang ramah lingkungan di daerah Batam yang akan dilakukan oleh PT Mitra Energi Batam. Pembangunan proyek ini merupakan salah satu dukungan perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan, terutama bahaya akibat

Pembangunan proyek pembangkit tersebut merupakan salah satu proyek yang ramah lingkungan, karena teknologi yang digunakan telah dapat mengurangi

produksi CO 2 yang tidak berlebihan, teknologi tersebut dikenal dengan sebutan Combine Cycle Power Plant (CCPP). Teknologi CP merupakan teknologi

yang memanfaatkan energi panas gas buang dari pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) untuk dikelola dan dimanfaatkan menjadi energi listrik. Berdasarkan paparan diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: Melakukan kajian terhadap kelayakan investasi dalam pembangunan proyek yang berbasis CDM pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan teknologi

Combine Cycle Power Plant (CCPP) di PT Mitra Energi Batam.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan proyek, seberapa besar dan apa saja keuntungan tambahan yang dapat diperoleh oleh perusahaan atas investasi pada proyek yang berbasis CDM. Penelitian ini akan menekankan pada beberapa indikator dari penilaian kelayakan investasi dan memberikan gambaran berupa simulasi dari profil proyeksi keuangan pada proyek yang berbasis CDM.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

b. Bagi Investor, akan mendapatkan manfaat CDM dari proyek CCPP.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini berisikan landasan teori yang relevan dalam mendukung penelitian

BAB III Gambaran Umum Proyek Bab ini menjelaskan gambaran umum tentang industri kelistrikan di pulau Batam, gambaran umum tentang perusahaan (PT Mitra Energi Batam), dan gambaran umum tentang teknologi Combine Cycle Power Plant .

BAB IV Analisis dan Pembahasan Bab ini menjelaskan analisis dan pembahasan dari penelitian. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini memuat kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

Pengertian investasi menurut Jones (2007) ialah komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang . Investasi dititikberatkan pada pengelolaan kekayaan investor, yaitu jumlah dari pendapatan saat ini dan nilai nilai sekarang dari seluruh pendapatan masa yang akan datang.

Tujuan para investor melakukan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan baik untuk masa saat ini maupun masa yang akan datang dengan mempertimbangkan berapa tingkat pengembalian yang diharapkan ( expected return ). Menurut Jones (2007), prinsip dasar dalam pengambilan keputusan investasi adalah mempertimbangkan antara Return dan Risk , hal ini melahirkan sebuah dasar pertimbangan bahwa keuntungan yang diharapkan ( expected return ) merupakan perpaduan antara pengembalian keuntungan yang terealisasi ( realized return ) dengan resiko yang terdapat pada investasi tersebut. Keinginan mendapatkan keuntungan yang tinggi merupakan harapan investor, namun dibalik harapan yang tinggi biasanya diikuti oleh resiko yang harus ditanggung juga tinggi. Resiko investasi dapat dikurangi salah satu caranya melalui diversifikasi resiko, yaitu penentuan alokasi dana untuk investasi tidak dalam satu investasi saja. Ilustrasi tersebut dapat dijelaskan melalui gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 The Expected Return-risk trade off available to investor

Menurut Brigham & Houston (2004), “ No investment will be undertaken unless the expected return is high enough to compensate the investor for the perceived risk of investment ”. Jenis investasi yang ditawarkan oleh pasar sangatlah beragam dan juga memiliki resiko yang bervariasi sehingga keputusan investasi yang diambil harus mempertimbangkan investasi mana saja yang memiliki tingkat pengembalian yang dapat menutupi resiko yang akan terjadi. Pada pasar saham menurut Pablo Fernandez (2007) seorang professor of corporate finance IESE Business School Univercity of Navarra dalam sebuah jurnal berjudul “ Equity Premium:Historical, Expected, Required and Implied ” diterangkan bahwa equity premium yang disebut juga market risk premium , atau equity risk premium , atau market premium , atau risk premium merupakan gambaran sebuah profil return atas keinginan investor terhadap pengembalian investasi dari sebuah portfolio dan merupakan salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

2.2 Metode Penilaian investasi

2.2.1 Payback Period

Menurut Brigham & Houston (2004), payback period ialah “ The expected number of years required to recover the original investment .” Formula ditulis sebagai berikut.

Unrecovered Cost at Start of year Payback = Year before full recovery +

���� ���� ������ ���� Semakin pendek payback period -nya, maka proyek tersebut semakin

menguntungkan. Sebuah pengembalian investasi memperhitungkan time value of money , termasuk didalamnya terdapat resiko atas investasi sehingga dalam

perkembanganya menurut Brealey & Myers (2003) ,“ a dollar today is worth more than a dollar tomorrow ”, dan muncul istilah yang dikenal sebagai discount factor .

Menurut Brigham & Ehrhardt (2005), “ The discounted payback period is defined as the number of years required to recover the investment from discounted net cash flow ”. Hal ini dapat mempengaruhi periode pengembalian

investasi menjadi lebih panjang, karena investor mengakui adanya resiko dari pengembangan investasi, besarnya resiko tersebut diukur oleh berapa biaya capital ( cost of capital ) yang harus ditanggung oleh investor dalam suatu investasi.

2.2.2 Net Present Value (NPV) Difinisi Net Present Value (NPV) menurut Shapiro (2006) ialah “ The present value of future cash flow discounted at the project cost of capital minus the initial net cash flow outlay for the project. ” Formula ditulis sebagai berikut

ini.

NPV = −� � +

I o = the initial cash investment

X t = the net cash flow in period t k = the project‟s cost of capital n = the investment horizon

NPV bernilai nol (zero) menandakan bahwa arus kas dari proyek tersebut dapat mencukupi pembayaran kembali modal yang sudah diinvestasikan dan dapat memberikan tingkat pengembalian ( rate of return ) sesuai dengan permintaan, akan dapat terpenuhi.

Nilai NPV positive dari sebuah proyek menunjukkan bahwa proyek tersebut dapat menghasilkan lebih banyak kas dibanding membutuhkan pinjaman dan dapat memberikan keuntungan bagi pemilik modal, yaitu dapat menaikan kekayaan stockholders .

2.2.3 Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Brigham & Ehrhardt (2005) ,“ Internal Rate of Return is defined as the discount rate that equates the present value of project‟s expected cash inflow to the present value of the project‟s cost.”

Present Value (Inflows) = Present Value (Investment Cost)

IRR merupakan tingkat pengembalian dengan kondisi NPV sama dengan 0 (nol). Proyek akan diterima apabila memiliki IRR lebih besar dari pada biaya untuk

mendapatkan modal ( cost of capital), hal ini menunjukan bahwa terdapat kelebihan kas bagi investor atau shareholder setelah kelebihan kas yang dihasilkan tersebut digunakan untuk membayar biaya modal. Formula IRR dapat ditulis sebagai berikut.

CF 1 CF 2 CF � CF � +

1 − IRR =0 1 − IRR 1 − IRR

CF � NPV = � =0 (1 + IRR)

2.2.4 Modified Internal Rate of Return (MIRR)

Metode IRR masih belum mempertimbangkan konsep “ Time Value of Money ” sehingga timbul suatu metode lain, yaitu Modified Internal Rate of Return (MIRR). Menurut Brigham & Ehrhardt (2005), terdapat alasan mengapa MIRR lebih baik dibandingkan IRR, diantaranya MIRR memiliki asumsi bahwa seluruh arus kas dari proyek diinvestasikan kembali dengan cost of capital-nya, sehingga proyek dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang sudah memperhitungkan faktor resiko. Formula MIRR dapat ditulis sebagai berikut:

��� �−t

(1 + MIRR) �

2.2.5 Profitability Index (PI) Metode ini dapat juga disebut metode benefit cost ratio , cara

perhitungannya dengan membandingkan nilai saat ini dari arus kas bersih ( free cash flow ) masa mendatang dan nilai saat ini dari investasi. Sebuah proyek akan diterima jika nilai PI proyek tersebut lebih dari 1 (satu) dan sebaliknya. Formula PI dapat ditulis sebagai berikut.

PV �

PI =

2.3 Clean Development Mechanism (CDM)

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada tahun 1992 berhasil menyelenggarakan sebuah konvensi internasional yang diselenggarakan di Rio de

Janeiro, Brazil dan 150 negara telah berikrar untuk bersama-sama mengangani masalah pemanasan global di bumi. Puncak dari kesepakatan dunia tersebut, dengan ditandatangani sebuah perjanjian dunia yang lebih dikenal dengan sebutan Kyoto Protocol pada tanggal 11 Desember 1997 di Kyoto Jepang, perjanjian ini merupakan persetujuan bersama untuk saling berkomitmen antara negara-negara dunia dalam upaya mengurangi dampak emisi gas rumah kaca (GRK). Adapun jenis-jenis GRK yang dimaksud dalam Kyoto Protocol terinci dalam Annex A, rincian dalam Annex A tersebut tersaji dalam table 2.1.

Tabel 2.1 Emisi Gas rumah Kaca

Greenhouse gases

Carbon dioxide (CO 2 )

Methane (CH 4 ) Nitrous oxide (N 2 O) Hydrofluorocarbons (HFCs) Perfluorocarbons (PFCs) Sulphur hexafluoride (SF6)

Perjanjian ini menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan GRK untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990, Sedangkan Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 % (persen), dan Jepang 6 % (persen). Adapun 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan GRK. Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W.

Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa kenapa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan

persyaratan pengurangan karbon dioksida (CO 2 ) ini.

Kyoto Protocol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri maju yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi GRK pada

tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005. Kyoto protocol hanya dapat mengikat secara hukum agar sedikitnya 55 negara peserta ( parties ) konvensi perubahan iklim mau meratifikasi dan berkomitmen untuk menurunkan total emisinya mencapai 55% dari emisi negara industri maju sesuai konvensi perubahan iklim pada tahun 1990. Persyaratan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa tidak ada satupun negara/pihak yang dapat mengagalkan Kyoto protocol yang telah terikat secara hukum. Dengan telah disampaikannya dokumen dan instrumen ratifikasi oleh Pemerintah Rusia kepada Sekretariat Konvensi pada bulan November 2004, Kyoto protocol telah mengikat secara hukum pada 16 Februari 2005.

Pelaksanaan dari Kyoto protocol, yaitu dengan cara melaksanakan suatu proyek yang berbasis CDM, yaitu proyek yang dapat memberikan kontribusi dalam mengurangi adanya pencemaran lingkungan yang pada akhirnya mengurangi terjadinya pemanasan global.

Ada dua tipe mekanisme Carbon Market , pertama Pasar Wajib ( Compliance Market ) dan kedua Pasar Sukarela ( Voluntary Market ). Pasar Wajib tercipta karena negara-negara maju berkewajiban mengurangi level emisinya sebesar rata-rata 5% dibawah emisi pada tahun 1990 yang dideklerasikan dalam Kyoto protocol . Pasar ini terbagi menjadi tiga jenis mekanisme, yaitu:

 Joint Implementation (JI)  Clean Development Mechanism (CDM)  International Emission Trading (IET).

Berdasarkan ketiga mekanisme tersebut hanya CDM yang melibatkan negara berkembang sedangkan mekanisme yang lain hanya melibatkan sesama negara maju. CDM adalah mekanisme yang mengatur kewajiban negara-negara industry maju untuk menurunkan emisi gas rumah kaca seperti yang diatur dalam Kyoto protocol dengan cara membantu negara-negara berkembang melaksanakan proyek-proyek yang mempu menurunkan atau menyerap emisi GRK.

Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menandatangani Kyoto protocol dari the United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCC) pada tahun 2007 dan telah meratifikasinya melalui Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 tentang Convention On Climate Change ( Kyoto protocol atas Konvensi Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perubahan Iklim).

BAB III GAMBARAN UMUM PROYEK

3.1 Gambaran Umum Industri Kelistrikan di Pulau Batam

Kebijakan pemerintah kota Batam dibidang kelistrikan salah satunya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi dalam sektor industri, dengan penyediaan listrik yang cukup diharapkan kegiatan ekonomi akan berkembang dan memberikan peningkatan pertumbuhan industri di kota Batam kearah yang lebih baik. Berdasarkan laporan bulan Agustus tahun 2011 bahwa kota Batam yang bekerja sama dengan PT. Pelayanan Listrik Nasional (PLN) Batam telah memiliki pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang sebesar 100.332 kW yang berasal dari 9 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) melalui 18 unit mesin pembangkit dengan Daya Mampu Netto (DMN) sebesar 66.520 kW.

Disisi lain pemerintah kota Batam melalui PLN Batam juga melakukan kerjasama dengan perusahaan yang tergolong sebagai independent power producer (IPP) yang merupakan mitra swasta dan telah memiliki kapasitas terpasang sebesar 274.380 kW dengan DMN sebesar 252.400 kW, sehingga secara total pembangkit yang dikelola dengan daya terpasang sebesar 374.712 kW dan DMN total sebesar 318.920 kW, sehingga pemerintah kota Batam berharap kebutuhan listrik di pulau Batam dan sekitarnya dapat terpenuhi sampai 2 (dua) atau 3 (tiga) tahun kedepan. Profil lengkap dari dukungan akan penyediaan listrik di kota Batam tersaji dalam tabel 3.1 dan tabel 3.2.

Tabel 3.1 Profil Pembangkit Listrik (Milik PLN Batam) di Kota Batam

Daya Daya

Jenis

Jumlah

No Unit Pembangkit terpasang Mampu

Pembangkit

Unit

(kW) (kW)

1 Batu Ampar Lama

PLTD

2 Batu Ampar Baru I

PLTD

3 Batu Ampar Baru II

PLTD

4 Sekupang II

2 24,688 19,000 Tanjung Sengkuang

PLTD

2 10,436 3,500 Ex Tunas

6 PLTD

7 Ex Tunas

PLTD

8 Latrade (Paxman)

PLTD

9 Latrade (CAT)

PLTD

Jumlah Pembangkit

Sumber: Laporan Menejemen Triwulan I PT. PLN Batam

Tabel 3.2 Profil Pembangkit Listrik (Non PLN Batam/Kerjasama dengan IPP) di Kota Batam

Daya Daya

Jenis

Jumlah

No Unit Pembangkit terpasang Mampu

Pembangkit

Unit

(kW) (kW)

1 Panaran I

PLTG

2 Panaran II

4 Jembo (BOO)

PLTD

5 PLTMG Kabil I

PLTMG

6 PLTMG Kabil II

PLTMG

7 Aggreko I

PLTMG

8 Aggreko II

PLTMG

9 PLTMG Jembo II

Jumlah Pembangkit

Sumber: Laporan Menejemen Triwulan I PT. PLN Batam

Berdasarkan peraturan pemerintah nomer 46 tahun 2007 bahwa kawasan Batam telah ditetapkan sebagai daerah free trade zone yang telah memberikan perubahan signifikan, yaitu ditandai dengan pesatnya perkembangan industri yang Berdasarkan peraturan pemerintah nomer 46 tahun 2007 bahwa kawasan Batam telah ditetapkan sebagai daerah free trade zone yang telah memberikan perubahan signifikan, yaitu ditandai dengan pesatnya perkembangan industri yang

Tabel 3.3 Profil Pelanggan Sampai dengan Akhir Triwulan I 2011

Jumlah No

Kelompok Tarif

Pelanggan

1 Sosial 2,145

2 Rumah tangga 191,142

Sumber: Laporan Menejemen Triwulan I PT. PLN Batam

Rumah Tangga 86.91%

Gambar 3.1 Komposisi Pelangggan Akhir Triwulan 2011

Sumber: Laporan Menejemen Triwulan I PT. PLN Batam

Pertumbungan pelanggan dari tahun ke tahun telah memberikan ilustrasi bahwa pertumbuhan ekonomi di kota Batam mengalami perkembangan yang baik. Gambar 3.2 berikut akan memberikan informasi mengenai data pertumbungan pelanggan dari tahun 2007 sampai dengan akhir triwulan tahun 2011.

Gambar 3.2 Pertumbuhan Pelanggan dari tahun 2007 – akhir Triwulan 2011

Sejalan dengan peningkatan jumlah pelanggan, maka konsumsi masyarakat akan listrik pun meningkat. Berdasarkan data laporan triwulan 1 2011 PLN Batam menyebutkan bahwa konsumsi masyarakat pada triwulan I 2011 telah mencapai 360,797 MWh. Hal ini didominasi oleh konsumsi dari pelanggan industri yang mencapai 113,324 MWh atau sebesar 31% dari total relalisasi konsumsi pada triwulan 1 2011. Tabel 3.4 dan gambar 3.3 akan menyajikan data konsumsi listrik berdasarkan pelanggan pada triwulan I 2011 dan 4 tahun terakkhir (2007 – 2010).

Tabel 3.4 Jumlah Konsumsi Listrik Akhir Triwulan I 2011

Triwulan I No

Kelompok Tarif

1 Sosial 6,769

2 Rumah tangga 104,287

3 Bisnis 112,089

4 Industri 113,324

5 Publik 10,092

6 Multiguna 14,237

Total

Gambar 3.3 Jumlah Konsumsi Listrik Tahun 2007 – 2010

3.2 Gambaran Umum PT Mitra Energi Batam

PT. Mitra Energi Batam (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 17 November 2003 dan telah memiliki serta mengoperasikan Pembangkit Listrik

Tenaga Gas (PLTG) berkapasitas 2 x 27.75 MW. Perusahaan merupakan salah satu IPP PLN Batam yang berlokasi di Panaran I, Batam. Pada tahun 2004 tepatnya pada tanggal 30 Oktober, Perusahaan secara perdana telah berhasil

mengoperasikan PLTG berkapasitas nett output 55 MW atau 385,440 MWh per tahun, dan melalui kapasitas produksi tersebut Perusahaan dapat menyediakan 27 % kebutuhan konsumsi listrik di kota Batam per tahun. PLTG Panaran I tersebut memakai teknologi dual fuel mesin gas turbin buatan Roll Royce, Inggris tipe RB211 sesuai dengan gambar 3.4.

Gambar 3.4 Mesin Pembangkit type RB211, Buatan Roll Royce, Inggris Source: Process Plant Machinary, 2 nd edition, Bloch & Soares, C published by butterworth Heinemann, 1998

Mesin dengan tipe tersebut dapat dioperasikan dengan mengunakan bahan bakar gas atau solar sehingga jika salah satu resource bahan bakar mengalami gangguan pasokan maka operasional tetap terjaga availability- nya dalam menyediakan pasokan listrik ke PLN Batam. Berdasarkan perjanjian jual beli listrik yang dikenal dengan sebutan Purchase Power Agreement (PPA) yang telah ditandatangani oleh Perusahaan dan PLN Batam, maka hasil prosuksi listrik dijual oleh Perusahaan kepada PLN Batam dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di kota Batam dan sekitarnya. Proses pengoperasian PLTG ini oleh Perusahaan dikenal dengan nama Simple Cycle System , dalam kesepakatan antara Perusahaan dengan PLN Batam disebutkan bahwa dari pembangkit Simple Cycle Power Plant (SCPP ) akan dikembangkan menjadi pembangkit Combine Cycle Power Plant (CCPP ) , pengembangan tersebut akan menguntungkan Perusahaan dan PLN Batam karena melalui teknologi CP tersebut akan mendapatkan tambahan produksi listrik sebesar 148,639 MWh per tahun tanpa penambahan konsumsi bahan bakar yang signifikan. Penjelasan mengenai Combine Cycle Power Plant ini akan dijelaskan dalam sub bab tersendiri.

3.3 Gambaran Umum Teknologi Combine Cycle Power Plant

3.3.1 Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)

Proses pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) secara praktis mengacu pada pada siklus dasar yang dikenal dengan sebutan siklus Rankine. Gambaran umum siklus tersebut dapat dijelaskan berdasarkan gambar 3.5 berikut ini.

Gambar 3.5 Siklus Rankine

a. Proses 1 ke 2, merupakan proses masuknya uap kering ( superheated vapor ) yang bertekanan dan bertemperatur tinggi yang berlangsung didalam turbin uap ( isentropic ) dan menghasilkan tenaga potensial uap sehingga menimbulkan energi putaran berupa daya luaran (W out ).

b. Proses 2 ke 3, merupakan proses yang berlangsung di dalam condenser yang memiliki temperature tetap ( isothermis ). Condenser berguna untuk mengembunkan uap jenuh yang berasal dari turbin menjadi cair. Proses pada condenser ini dapat mudah dilakukan, jika tekanan condenser di- setup dibawah tekanan atmosfer. Proses pada condenser ini akan menghasilkan daya melalui proses pelepasan kalor (Q out ).

c. Proses 3 – 4, merupakan proses pemompaan untuk menaikan tekanan fluida (cairan jenuh) secara isentropic .

d. Proses 4 – 1, merupakan proses untuk menghasilkan uap sesuai dengan kebutuhan turbin. Proses ini berlangsung pada boiler secara isobaric , yaitu proses menguapkan air dengan memasukkan panas tertentu (Q in ). bagian dari proses 4 – 1, terdapat proses 4 – 5, merupakan proses mencampur antara liquid temparatur rendah dengan temparatur tinggi, d. Proses 4 – 1, merupakan proses untuk menghasilkan uap sesuai dengan kebutuhan turbin. Proses ini berlangsung pada boiler secara isobaric , yaitu proses menguapkan air dengan memasukkan panas tertentu (Q in ). bagian dari proses 4 – 1, terdapat proses 4 – 5, merupakan proses mencampur antara liquid temparatur rendah dengan temparatur tinggi,

yang keluar dengan energy yang masuk. Energi yang keluar merupakan jumlah bersih pengurangan energy yang dihasilkan turbin dikurangi energy yang diberikan oleh pompa. Nilai efisiensi siklus ini dapat dihitung berdasarkan formula berikut ini.

Keterangan: Q 1,2 = Energi yang dihasilkan oleh turbin (kJ) Q 3,4 = Energi yang diberikan oleh pompa ke sistem (kJ) Q 4,1 = Energi yang dibutuhkan oleh boiler (kJ)

H 1 = Enthalpi pada saat uap masuk ke turbin (kJ/detik)

H 2 = Enthalpi pada saat uap meninggalkan turbin (kJ/detik)

H 3 = Enthalpi pada saat uap masuk ke pompa (kJ/detik)

H 4 = Enthalpi pada saat uap meninggalkan pompa (kJ/detik)

3.3.2 Proses Produksi Listrik Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)

Pengembangan teknologi Combine Cycle Power Plant (CCPP) banyak dikembangkan pada industri kelistrikan di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU). Proses produksi listrik dari PLTGU adalah sederhana, yaitu pembangkit listrik yang memanfaatkan sisa gas buang dari exhaust gas turbin

PLTG untuk memanaskan air pada Heat Recovery Steam Generator (HRSG) sampai menghasilkan uap kering melalui tahap pemanasan ( heater ), yang terdiri dari LP Heater , dearator , HP Heater , economizer dan superheater , kemudian uap kering bertekanan dan bertemperatur tinggi tersebut digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu turbin uap (sebagai penggerak generator) yang dikopel dengan rotor generator . Rotor generator yang dikopel dengan turbin akan ikut berputar sehingga dapat menghasilkan energy listrik dengan bantuan penguat/ exciter pada rotor generator . Pada generator terjadi proses konversi energi dari energi mekanik menjadi energi listrik, tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator dinaikkan oleh step up Transformer dari 11 kV menjadi 150 kV dan kemudian disalurkan melalui transmisi 150 kV ( switch yard ) serta melalui Main Auxiliary Transformer (MAT). Berdasarkan penjelesan diatas, berikut penjabaran melalui diagram secara sederhana dapat dilihat pada gambar 3.6 dibawah ini.

Gambar 3.6 Sistematika Proses Combine Cycle Power Plant

Konfigurasi PLTGU biasanya berupa susunan 2 Gas Turbine –2 Heat Recovery Steam Generator (HRSG) –2 Steam Turbine atau 3 Gas Turbine –3 Heat Recovery Steam Generator (HRSG) – 1 Steam Turbine sesuai dengan kebutuhan. Pada PLTGU Panaran I ini menggunakan konfigurasi 2 Gas Turbine –

2 HRSG –2 Steam Turbine . Adapun diagram Combine Cycle Power Plant secara lengkap sesuai dengan konfigurasi yang akan digunakan dalam proyek perencanaan pembangunan pembangkit PLTGU pada Panaran I, secara lengkap dapat dilihat pada gambar 3.7 dibawah ini.

Garis warna Orange Garis warna Merah

Garis warna Biru

Gambar 3.7 Combine Cycle Power Plant

Sesuai dengan gambar 3.7 diatas, dimulai dari sisi sebelah kiri gambar, bahwa proses produksi listrik dengan teknologi combine cycle ini dapat diuraikan menjadi beberapa siklus, diantaranya sebagai berikut:

1. Siklus Air dan Uap, bahan baku utama dalam proses PLTGU adalah gas untuk simple cycle (lihat nomer 4 pada gambar 3.7 diatas) dan untuk

steam turbin adalah air laut. Air laut terlebih dahulu diproses agar menjadi demin water yang kemudian dipompakan dengan menggunakan demin water pump menuju condenser dan demin water tersebut bersatu dengan water condenser (lihat nomer 1 pada gambar 3.7 diatas). Air dari condenser dipompa oleh condenser extraction pump menuju preheater untuk dipanaskan (lihat huruf a pada gambar 3.7 diatas) dengan menggunakan uap dari sisa gas buang ( exhaust ) gas turbin (lihat huruf d pada gambar 3.7 diatas) yang sebelumnya melewati steam jet air ejector dan masuk ke gland steam condenser menuju Dearator (lihat huruf b pada gambar 3.7 diatas). Air dari dearator dipompa oleh boiler feed pump (BFP) menuju steam drum yang kemudian disirkulasikan ke bawah pada down comer dan kembali ke atas pada raising tube pada HRSG sehingga menuju suhu yang diinginkan (lihat nomer 2 pada gambar 3.7). Pada steam drum menghasilkan uap jenuh yang mengandung titik-titik air yang kemudian dipanaskan dan disalurkan ke superheater untuk menghasilkan uap kering, hal ini disyaratkan guna menghindari kerusakan pada sudu turbin oleh uap air. (lihat nomer 3 pada gambar 3.7 diatas). Uap yang dihasilkan dialirkan ke Main Steam Line (MAT) dan diatur oleh governing valve untuk memutar turbin, kemudian uap bekas dari turbin tersebut didinginkan oleh air laut pada condenser untuk merubah wujud uap menjadi cair (lihat huruf e pada gambar 3.7). Siklus ini berlangsung secara berulang-ulang dalam rangkaian yang tertutup.

2. Siklus Air Pendingin ini terdiri dari 2 (dua) siklus utama, yaitu:

a. Siklus Air Pendingin Utama ( Condenser System ), siklus ini menggunakan air laut sebagai media pendingin utama yang dipompakan melalui circulating water pump (CWP) dan disirkulasikan menuju condenser . Pada condenser air tersebut juga digunakan untuk membantu proses kondensasi uap bekas dari Steam Turbin Generator (lihat huruf e pada gambar 3.7).

b. Siklus Air Pendingin Bantu ( Closed Colling Water ), siklus ini menggunakan air murni ( demin water ) yang dialirkan menuju turbine lube oil , generator dan heat excharger sehingga demin water yang panas itu akan dikumpulkan bersama air laut agar demin water yang panas tersebut kembali dalam kondisi dingin.

3. Siklus Minyak Pelumas, pada siklus ini minyak pelumas digunakan untuk pelumasan dan pendinginan pada bearing-bearing turbin, gear box dan juga pada bearing generator . Sebelum digunakan minyak pelumas terlebih dahulu didinginkan melalui lube oil cooler dengan media air dalam siklus Closed Cooling Water (CCW). Air yang telah dipakai pada CCW tersebut didinginkan oleh air laut yang dipompa menggunakan circulating water pump pada heat exchanger .

4. Siklus Penyaluran Tenaga Listrik, siklus ini merupakan siklus terakhir ( ending cycle ) pada suatu pembangkit, listrik akan dihasilkan diawali dengan rotor generator dikopel dengan turbin sehingga turbin ikut berputar. Perputaran ini menghasilkan energi listrik dengan bantuan 4. Siklus Penyaluran Tenaga Listrik, siklus ini merupakan siklus terakhir ( ending cycle ) pada suatu pembangkit, listrik akan dihasilkan diawali dengan rotor generator dikopel dengan turbin sehingga turbin ikut berputar. Perputaran ini menghasilkan energi listrik dengan bantuan

3.3.3 Alat-alat Bantu Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)

Pada PLTGU terdapat beberapa alat-alat bantu dalam kaitannya memproduksi listrik diantaranya:

 Alat-alat bantu pada HRSG Boiler HRSG boiler adalah suatu alat yang digunakan untuk memproduksi uap dengan tekanan dan temperature tertentu. Adapun HRSG sendiri

mempunyai alat-alat bantu sebagai berikut:

a) Economizer , adalah alat yang digunakan untuk memanaskan air pengisi dengan media pemanas dari energi kalor yang terdapat dari sisa gas buang. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan air yang suhunya tidak jauh berbeda dengan air yang terdapat pada steam drum , serta untuk menaikkan efisiensi HRSG.

b) Drum Uap/ Steam Drum , adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bagian air dan uap basah, karena didalam HRSG terjadi pemanasan bertingkat. Setiap unit HRSG dilengkapi oleh steam drum yang diletakkan pada bagian atas HRSG baik sisi high pressure (HP) maupun low pressure (LP).

c) Superheater , uap yang dihasilkan oleh steam drum masih berupa uap basah, dikarenakan uap yang diinginkan adalah uap kering sehingga perlu dipanaskan kembali pada daerah superheater . Setiap HRSG biasanya dilengkapi dengan dua buah superheater yaitu primary dan secondary superheater pada modul HP yang dipasang pada bagian depan modul HRSG setelah diverter damper sedangkan untuk LP terdapat superheater juga yang terletak paling depan pada modul LP setelah modul HP.

d) Desuperheater , merupakan spray water yang digunakan untuk mengatur temperatur uap yang dialirkan ke turbin. Terdiri dari valve yang terhubung dengan temperature main steam line yang apabila temperatur uap melebihi ketentuan yang di perbolehkan, maka desuperheater ini akan menyemprotkan air yang berasal dari discharge boiler feed pump sampai temperaturnya normal kembali.

e) Boiler Feed Pump (BFP), merupakan high pressure pump pengisi air boiler / HRSG yang mana kemampuan discharge -nya melebihi design pressure dari Main Steam untuk memutar turbinnya. Pompa tersebut akan memompakan air yang telah dipanaskan dari dearator storage tank ke boiler / HRSG.

 Alat-alat bantu pada Turbin Pada siklus tertutup turbin diperlukan main equipment ataupun auxiliary equipment yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dari proses tersebut. Adapun alat-alat tersebut yaitu:

a) Condensor , adalah berupa shell and tube design yang terdiri dari sejumlah pipa-pipa kecil ( tube side ) yang berisi air laut sebagai media pendingin, sedangkan uap bekas yang keluar dari turbin berada di bagian sisi tabung ( shell side ) yang akan memasuki sela- sela dari pipa/ tube sehingga terjadi perpindahan panas dari uap turbin yang kemudian diserap oleh air laut yang selanjutnya akan terjadi pengembunan dan kondensasi uap. Uap yang sudah berubah menjadi air didalam condensor ditampung di dalam hot well tank pada condensor . Fungsi dari condenser adalah sebagai berikut:

1. Menaikkan efisiensi turbin, karena dengan mengusahakan vacuum didalam kondensor, uap bekas dari turbin akan segera dapat keluar dan tidak memberikan reaksi tekanan terhadap putaran turbin.

2. Untuk mengembunkan uap bekas dari turbin dengan media pendingin air laut yang mengalir melalui pipa / tube didalam condenser sehingga air condensate tersebut disirkulasikan kembali sebagai air pengisi boiler .

b) Condenser Extraction Pump , Condensate yang terkumpul pada hot well tank tersebut akan ditransfer oleh pompa ini ke dearator dengan sebelumnya dilewatkan melalui SJAE, Gland Steam , economizer dan selanjutnya menuju dearator .

c) Steam Jet Air Ejector (SJAE), Suatu alat yang dikonstruksikan dari sebuah nozzle yang berbentuk venturi yang terhubung dengan c) Steam Jet Air Ejector (SJAE), Suatu alat yang dikonstruksikan dari sebuah nozzle yang berbentuk venturi yang terhubung dengan

1. Primiming Ejector hogging ( ), digunakan pada saat start up , kemudian bila kemampuannya sudah mencapai batas maka

penarikan untuk vacuum tersebut dilakukan oleh air ejector .

2. Air Ejector holding ( ), digunakan untuk menarik kevakuman setelah melalui proses oleh alat primming ejector .

Design SJAE ini berupa shell and tube , uap tersebut terdapat pada sisi tabung ( shell side ) sedangkan air dari condenser extraction pump dilewati melalui sisi pipa ( tube side ) sehingga panasnya dapat dimanfaatkan untuk memanaskan air condenser yang lewat agar supaya pemanfaatan kalor lebih efisien dan kemudian uap tersebut akan dikembalikan lagi ke condenser yang akan bercampur dengan condensate .

d) Packing Steam Unit , suatu alat yang dialiri oleh steam dari HP main steam line yang diatur untuk dialirkan ke steam turbine yang berfungsi sebagai sealing steam pada turbin/menahan steam yang bocor pada shaft turbin.

e) Gland Steam Condenser , untuk mencegah korosi dan meningkatkan efisiensi gland steam condenser merupakan paket kecil yang terdapat pada auxiliary steam turbine untuk menciptakan vacuum di dareah turbin seal, sehingga keadaan tersebut diharapkan tidak terjadi kondensasi pada daerah sealing air yang dialirkan oleh packing steam unit yang apabila kondensasi tersebut teroksidasi dengan oksigen dapat menimbulkan korosi. Design alat ini berupa shell dan tube bersama blower , uap dari turbine seal dihisap oleh blower yang diarahkan ke sisi tabung ( shell side ) sedangkan condensate dari condensor extraction pump melewati sisi pipanya ( tube side ) sehingga pemanfaatan kalor dari suatu sistem bisa lebih efisien dan kemudian uap tersebut akan dikembalikan lagi ke condensor yang akan bercampur dengan condensate .

f) Governing Valve , device ini terdapat pada bagian atas steam turbin tepatnya pada sisi high pressure main steam line yang berfungsi sebagai pengatur arus yang akan memutar sudu-sudu turbin.

g) Turning Gear , alat ini berupa motor yang dikopel dengan gear yang dipasang pada shaft pinion generator . Digunakan untuk memutar rotor sebelum main stop valve dibuka dan juga dioperasikan setelah turbin di shut down yang berfungsi untuk mencegah bending pada rotor karena pengaruh temperature yang tinggi.

 Alat-alat bantu pada Generator Adapun bagian-bagian pada generator sinkron, diantaranya:

1. Stator , yaitu bagian yang tidak bergerak dimana terpasang terminal untuk mengalirkan energi listrik yang dihasilkan oleh generator .

2. Rotor , yaitu bagian yang berputar yang merupakan lilitan susunan kawat tembaga sebagai sumber elektro magnet. Rotor inilah yang membangkitkan medan magnet setelah lilitannya dialiri arus DC dari suatu sistem penguat ( exciter ).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Asumsi Proyek

Asumsi yang dibangun pada proyek CP ini, dapat diuraikan dan terbagi menjadi 7 (tujuh) asumsi utama, diantaranya sebagai berikut.

1. Asumsi Umum ( General Assumption )

2. Asumsi Produksi Listrik ( Production Electricity Assumption )

3. Asumsi Tarif ( Tariff Assumption )

4. Asumsi Pinjaman ( Loan Assumption )

5. Asumsi Modal Kerja ( Working Capital Assumption )

6. Asumsi Aktiva Tetap ( Fixed Assets Assumption )

7. Asumsi Amortisasi ( Amortization Assumption )

4.1.1 Asumsi Umum ( General Assumption) Asumsi umum berisikan tentang indikator-indikator market global dari

proyek CP tersebut dan dapat diuraikan sebagai berikut:  Nilai tukar (kurs) sebesar Rp 8.700 per 1 US$, berdasarkan nilai rata-

rata ( mean ) dari kurs tengah harian Bank Indonesia (BI) periode 3 Januari – 30 September 2011.

 Tingkat suku bunga BI sebesar 6.70%, berdasarkan nilai rata-rata ( mean ) dari suku bunga bulanan BI periode Januari – September 2011.

 Weighted Average Cost Capital (WACC) sebesar 12.4%, berdasarkan perhitungan WACC yang dilakukan oleh corporate dari

Perusahaan, yaitu PT Medco Power Indonesia dengan bantuan konsultan SternStewart Co , dengan asumsi:

1. Market risk premium (MRP) sebesar 7.3%, yang dikutip dari jurnal Fernandez, Javier & Corr es (2011) berjudul “ market risk premium used in 56 countries in 2011 a survey with 6,014 answers ” bahwa untuk Indonesia MRP sebesar 7.3%

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45