pancasila nilai nilai dalam TPA

LAPORAN HASIL OBSERVASI
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)

Disusun oleh :
Tio, Adelia Sebastiani P 17.E1.0011
Nathaniel Insan Saputra

17.E1.0016

Diva Letichia Fidella

17.E1.0022

Mery Dea Rosario Indah17.E1.0028
Meryska Putri R

17.E1.0039

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIKA SOEGIJAPRANATA
2017
BAB I

PENDAHULUAN
2.1. LATAR BELAKANG
Indonesia mengenal

Pancasila

sebagai

pedoman

kehidupan bangsa oleh karenanya Pancasila memiliki peran
yang amat penting. Maka penerapan nilai-nilai Pancasila
adalah hal yang wajib dilaksanakan oleh setiap warga
negara Indonesia.
Dewasa ini semakin banyak orang yang menuntut untuk
mendapatkan penghargaan dari orang lain namun tidak

dapat memberikan hal yang sama kepada orang lain. Nilainilai

yang

terkandung

dalam

Pancasila

seakan-akan

memudar dari kehidupan masyarakat. Hal tersebut juga bisa
terjadi di masyarakat sekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Salah satu TPA yang ada di Semarang adalah TPA
Jatibarang.
Dengan melihat fakta yang telah disebutkan di atas,
observasi dengan judul Implementasi Nilai-Nilai Pancasila di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang adanya penerapan nilainilai Pancasila yang ada di masyarakat.

2.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan
yang akan dikaji adalah:
1.2.1. Bagaimana implementasi

nilai-nilai

kehidupan masyarakat lingkungan TPA?

BAB II
LANDASAN TEORI

Pancasila

dalam

2.1. Pengertian TPA
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat
dimana


sampah

pengelolaannya

mencapai
sejak

tahap

mulai

terakhir

timbul

di

dalam
sumber,


pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan.
2.2. Pengertian Nilai
Nilai adalah “Value” (bhs. Inggris) termasuk bidang
kajian filsafat. Persoalan-persoalan tentang nilai dibahas dan
dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu Filsafat Nilai
(Axiology, Theory of Value). Filsafat sering juga diartikan
sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang
filsafa dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang
artinya “keberhargaan” (Worth) atau ‘kebaikan’ (goodness),
dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu
dalam menilai atau melakukan penilaian (Prof. DR. Kaelan,
M.S, 2012: 80). Di dalam nilai itu sendiri terkandung citacita, harapan-harapan, dambaan-dambaan dan kehausan.
Maka apabila kita berbicara tentang nilai, sebenarnya kita
berbicara

tentang

hal


yang

ideal,

tentang

hal

yang

merupakan cita-cita, harapan dambaan dan keharusan
(Kodhi, 1989: 21).

2.3. Nilai-nilai Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Keyakinan adanya Tuhan berarti kepercayaan yang
berpangkal dari kesadaran manusia sebagai mahkluk Tuhan.
Negara Indonesia memberi jaminan kepada warganya sesuai

dengan keyakinannya untuk beribadah menurut agamanya

dan kepercayaan tersebut tidak boleh ditentang oleh orang
lain.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran
sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada
potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma–norma kebudayaan pada umumnya.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan bermakna idiologis, ekonomi, politik, sosial–
budaya dan keamanan. Hal ini didasarkan pada semangat
perjuangan yang telah terjalin sejak Indonesia belum
terbentuk.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam sila kerakyatan ini diakui bahwa negara RI
menganut asas Demokrasi yang bersumber pada nilai-nilai
kehidupan yang berakar dalam budaya bangsa Indonesia.
Dalam sila ke 4 ini tercermin nilai yang mengutamakan
kepentingan


negara

dan

masyarakat

yang

harus

didahulukan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial menjamin setiap warga negara
diperlakukan dengan adil dalam bidang hukum, ekonomi,
budaya,

sosial.

Kedudukan


pribadi

dan

kedudukan

masyrakat ditempatkan dalam hubungan keselarasan dan
keserasian.
2.4. Pancasila sebagai Sumber Moral Bangsa.
Di indonesia memiliki Moral yang baik dan terkenal sampai luar
pulau bahwa Indonesia kaya dengan keberagaman. Negara kita
wajib

mengamalkan

Moral

Bangsa

terhadap


orang-orang

disekitarnya. Moral sendiri itu juga ditanamkan pada nilai-nilai
Pancasila. Seperti,
1.
2.
3.
4.

Ketuhanan yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

dalam Permusyawarahan Perwakilan.
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bab III
TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Tempat : TPA Jatibarang
Waktu : 19 Oktober 2017
Metode : Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
mencarai data, yanng dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
Ada dua jenis wawancara yang digunakan dalam pencarian data
yaitu:


Wawancara adalah percakapan dengan maksud mencarai

data, yanng dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan

pertanyaan

dan

yang

diwawancarai

yang

memberikan jawaban atas pertanyaan.
Ada dua jenis wawancara yang digunakan dalam pencarian data
yaitu:
1. Wawancara terstuktur
Yaitu dimana pewawancara mengunakan daftar pertanyaan
sebagai proses wawancara. Dan pada disaat di TPA kelompok
kami mengunakan daftar pertanyaan.
2. Wawancara tidak terstruktur
Yaitu

dimana

pewawancara

tidak

menggunakan

daftar

pertanyaan dalam proses wawancara. Kelompok kami tidak
hanya menyiapkan daftar pertannyan tetapi kelompok kami
juuga menambahkan pertannyaan yang tidak ada didaftar
pertannyan yang kelompok kami buat.

Dari wawancara yang kami lakukan data yang didapatkan
adalah seluruh masyarakat yang berada di TPA tersebut telah
memenuhuhi pemakaian nilai-nilai pancasila. Mulai dari sila-1 di
TPA tersebut tetap ada tempat ibadah berupa Mushola. Sila ke-2,
di tempat terabut warganya tetap adil walau ada yang menjadi
pemasok sampah. Sila ke-3, di tempat tersebut terbukti adanya
persatuan dikarenakan sampai saat ini warga sekitar lingkungan
TPA masih akur walau banyak perbedaan diantara mereka. Sila
ke-4, di tempat tersebut jika ada permasalahan dan perselisihan
dibicarakan baik-baik. Sila ke-5, di tempat tersebut tidak
memandang adanya perbedaan dalam pembagian hasil.


Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

cara

peneliti

melakukan

pengamatan

secara

langsung

di

lapangan dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.
Kelompok

kami

telah

observasi

dengan

langsung

terjun

kelapangan dan mencatat hasil wawancara secara sistematik.
Suasana:
Saat kita daatang ke TPA jatibarang, suasana di sana ramai
karena saat itu jam-jam truk sampah datang dan orang” di sana
bekerja, yang paling kami perhatikan adalah bagai mana suasana
di sana yang pasti pertama, kumuh dan tidak layak untuk di
tinggali, dan yang kedua orang-orang di sana sedikit tertutup
untuk di ekspos keluar meskipun kami tidak tau kenapa dan
mengapa mereka tidak mau terlalu di ekpos, dan yang terakhir
tidak ada sosialisasi dari pemerintah tentang lingkungan tempat
tinggal mereka padahal tidak jauh dari tempat mereka
mengontrak ada pemukiman yang lebih layak unrtuk ditinggaili.

Bab IV

HASIL OBSERVASI
Penerapan Pancasila :
Sila 1
Sila 2
Sila 3
Sila 4

Sila 5

Ada tempat ibadah dan sholat berjamaah, ada toleransi agama
Mereka saling membantu saat ada yang kesulitan, tidak membedabedakan semua sama martabat, hak dan kewajibannya
Mereka tidak memandang dari mana mereka berasal, apa suku dan
ras mereka, mereka menjadi satu untuk mencari upah
Adanya musyawarah mufakat, tidak hanya dari satu suara
Mereka tidak berebut wilayah dan hidup dengan rukun, saling
berbagi saat ada yang mendapat berkah sehingga semua orang
dapat merasakannya dan peraturan yang ada berlaku bagia semua
orang

BAB V
KESIMPULAN
Dari wawancara dan observasi yang sudah dilakukan kami
melihat seberapa buruknya nasib orang yang tinggal di daerah
TPA sebagai pemulung, dari segi sosial mereka sedikit tertutup
samapai orang yang kami wawancarai tidak mau terlalu terbuka
dengan kami. Dari pengamatan kami nilai-nilai pancasila disana

masih berlaku tetapi ada beberapa nilai yang tidak terpenuhi di
sana mereka tidak mendapat sosialisasi dari pemerintah tentang
tempat tinggal mereka di sana yang sebenarnya tidak layak
untuk ditempati, dan kebanyakan pemulung berasal dari luar
kota

semarang

lebih

mengenaskannya

lagi

yang

sering

membantu mereka adalah orang yang berempati kepada mereka
meskipun

begitu

mereka

tetap

menjujung

tinggi

nilai

keberagaman mereka tidak mebeda-bedakan pemulung yang
agamanya minoritas.
Dari penjelasan kami di atas kami menyimpulkan bahwa
nilai-nilai pancasila masih berlaku di kalangan masyarakat tetapi
pemerintah tidak pernah mencoba untuk mensosialisasikan
program kepada masyarakat dan tidak ada bantuan yang di
berikan oleh pemerintah.

LAMPIRAN
Hasil Wawancara :
Narasumber : Ibu Suyatmi, 40 tahun, pemulung
selama

4

thun

Adakah

tempat

ibadah

seperti

mushola atau hanya rumah-rumah penduduk seperti
ini?


Ada

tempat

biasanya

ibadah,

beribadah

namun

mereka

dirumah

masing-

masing karena tempat ibadah tersebut
tidak ada yang merawat
Adakah acara tirakatan atau acara kumpul yang lain
semacam itu saat 17 Agustus atau hari raya?


Ada dan dilakukan setiap tahun, mereka
juga mengadakan hajatan saat keluarga
pemulung lain yang kedapatan untung /

berkah
Bagaimana dengan mayoritas agama di lingkungan ini?
Dan bila ada yang berbeda agama bagaimana kaum
mayoritas tersebut menanggapi nya?

Mayoritas agama dilingkungan

TPA

adalah islam, dan bila ada yang berbeda
agama, mereka tidak memilih-memilih
atau mengucilkan seseorang tersebut.
Mereka hidup rukun disana
Adakah Ketua RT atau RW di lingkugan TPA ini?


Tidak ada, namun di lingkungan TPA ini
ada

ketua

dan

kelompok-kelompok

mushola
Adakah nilai musyawarah di lingkungan ini?

Ada, saat mereka hendak
keputusan

bersama,

tidak

mencapai
hanya

pendapat Ketua yang memutuskan tetapi

hasil keputusan di pilih dengan cara
musyawarah
Adakah sosialisasi dari lingkungan didaerah ini seperti
saat

memilih

ketua

pemerintah?

Tidak

daerah

ada,

lingkungan
menetap,

atau

karena
TPA

sosialisasi

mereka

tersebut

mereka

hidup

juga

hanya

dari
di

tidak

mengontrak

tempat. Biasanya mereka bila sudah 10
hari pulang ke kampong halaman atau
saat ada keperluan di kampong halaman
mereka, mereka akan segera pulang. Jadi
mereka tidak tercatat sebagai warga
daerah situ.
Rata-rata pekerja disini berasal darimana?

Kebanyakan
mereka
berasal

dari

Purwodadi, Boyolali, Bawen, Rembang,
dan Jepara. Yang paling banyak dari
Rata-rata

Boyolali
berapa penghasilan

yang

pekerjaan pemulung ini?

Tidak
menentu,

didapat

seminggu

dari

mereka

menimbang sebanyak 2 kali, mereka di
beri

upah

200ribu

hingga

300ribu,

tergantung kesiapan dana yang dimiliki
Badan, disana tidak diberi ketetapan
upah
Bila

ada

dilakukan?

seseorang

yang

sakit?

Apa

aksi

yang
dari

Adakah

sosialisasi

kesehatan

pemerintah?

Mereka

cenderung

berobat

sendiri

seadanya,

karena

menggunakan

obat

tidak ada sosialisasi dan bantuan medis
kesehatan dari pemerintah, terkadang
hanya ada praktek dari puskesmas atau
klinik disekitar
Adakah campur tangan pemerintah di TPA ini?

Tidak ada, mereka tidak mendapatkan
subsidi dari pemerintah, justru mereka
mendapat

bantuan

seperti

sembako,

makanan, dan beras dari orang-orang
kampung dan orang-orang luar daerah
yang berkunjung

DAFTAR PUSTAKA

Sudiantara, Y, 2017. Pancasila dan Perubahan Sosial. Semarang
https://www.coursehero.com/file/12874402/777282715-tpa/