Makalah Akhir Management Trainee Pengemb

Disusun Oleh : NURRAHMAN WAHID, S.E

PT. WIJAYA KARYA (Persero) Tbk.

HALAMAN PENGESAHAN

Makalah akhir yang berjudul :

OPTIMALISASI

MENGGUNAKAN PENGEBONAN MATERIAL “SISTEM LOT SIZE” PADA

STOCK

DENGAN

PRODUKSI SWH TIPE 150 LXC DI PT WIKA INDUSTRI ENERGI PERIODE OKTOBER – DESEMBER 2013

ini telah diperiksa dan disahkan pada : Hari/Tanggal :

Mengesahkan,

Firmansyah, ST Manager Komersial

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

akhir dengan judul

" OPTIMALISASI STOCK DENGAN MENGGUNAKAN PENGEBONAN MATERIAL “SISTEM LOT SIZE” PADA PRODUKSI SWH TIPE 150 LXC DI PT WIKA INDUSTRI ENERGI PERIODE OKTOBER – DESEMBER 2013”

" ini dengan baik. Penulis dalam menyelesaikan tugas ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Firmansyah, ST yang telah membimbing penulis dalam masa management trainee dan pengerjaan makalah.

2. Bapak Agus Walujo, S.E yang telah membimbing penulis dalam masa management trainee.

3. Bapak Kotot, S.T yang telah membimbing penulis dalam pengerjakan makalah.

4. Bapak Heru.W, S.T yang telah membimbing penulis dalam pengerjakan makalah.

5. Segenap rekan-rekan PT WIKA Industri Energi yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menjalani masa management trainee dengan baik. Demikian sepatah kata dari penulis, saran yang membangun sangat dinantikan,

semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, February 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Semakin berkembangnya dunia industri, berbagai perusahaan manufaktur berlomba-lomba untuk bersaing dalam memproduksi produk yang bermutu dan digemari masyarakat. Dalam mengejar target yang telah ditetapkan oleh masing- masing perusahaan, mereka berkomitmen bahwa konsumen adalah segala- galanya. Untuk mendapatkan kepuasan dari konsumen, salah satu hal yang bisa ditingkatkan adalah ketepatan waktu produksi hingga pengiriman ke distributor hingga konsumen akhir.

Oleh karena itu, setiap perusahaan manufaktur harus mempunyai standar produk yang optimal untuk memenuhi kepuasan konsumen. Dalam mencapai hal tersebut, salah satu faktor yang menunjang adalah sistem produksinya. Di sini lah diperlukan adanya sistem produksi yang se-efisien mungkin. Sistem produksi yang efisien dapat diterapkan dengan salah satu cara yaitu pengelolaan material yang baik dalam proses produksi.

Bagi perusahaan manufaktur, sistem perencanaan dan pengendalian produksi perlu mendapat perhatian tersendiri. Perencanaan meliputi merencanakan apa, bagaimana, kapan, dan berapa banyak suatu produk akan diproduksi. Sedang, pengendalian berarti kontrol terhadap proses produksi agar

Perencanaan dan pengendalian dilakukan sedemikian rupa agar dapat memenuhi permintaan dari bagian pemasaran akan kebutuhan barang jadi dengan waktu dan biaya produksi yang sesuai dengan perencanaan. Tetapi yang selama ini terjadi, ada perusahaan yang tidak menerapkan efisiensi dalam pengelolaan material pada proses produksi.

Hal tersebut sering menyebabkan terjadinya kehilangan material, kerusakan, sehingga tidak terjadinya kesesuaian antara rencana produksi dengan realisasinya. Apabila hal ini terjadi, dikhawatirkan proses produksi akan berhenti. Dengan berhentinya proses produksi ini, maka target pemenuhan barang jadi tidak akan tepat waktu dan akan terjadi pembengkakan biaya produksi.

PT. Wijaya Karya Industri Energi adalah salah satu anak perusahaan yang dimiliki PT. Wijaya Karya yang bergerak dibidang perdagangan dan industri. PT WIKA Industri Energi didirikan pada tanggal 18 Juni 2010. PT WIKA Industri Energi memiliki dua bisnis unit yaitu water heater dan photovoltaik.

Bisnis unit yang bergerak pada water heater memproduksi Solar Water Heater (SWH), Aircond Water Heater (AWH), Electric Water Heater (EWH), Heat Pump, Pool Heating. Untuk yang bergerak di Photovoltaik memproduksi Solar Home System (SHS), Solar Street Light System (SSLS), Solar Pumping System (SPS) serta proyek PLTS dan PLT Hybrid.

Dari semua produk yang dimiliki oleh PT WIKA Industri Energi, produk SWH 150 LXC yang menghasilkan pemasukan terbanyak untuk perusahaan.

Dengan semakin mahalnya harga energi, maka masyarakat berlomba- lomba untuk mencari energi alternatif untuk mengurangi penggunaan energi listrik dan energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini membuat permintaan produk SWH, dan Photovoltaic banyak diminati. Dengan meningkatnya permintaan dari konsumen maka harus ditunjang dengan proses produksi yang semakin cepat dan efisien.

Selama bulan Oktober – Desember 2013 terjadi pemesanan sebanyak 689 unit SWH 150 LXC. Untuk mencapai target pemesanan sejumlah tersebut dan ketepatan waktu, dibutuhkan proses produksi yang efisien. Salah satu yang mempengaruhi efisiensi produksi adalah pengelolaan material dalam proses produksi yang baik. Selama ini WINNER menerapkan proses produksi dengan sistem bon material tanpa menggunakan satuan jumlah dan set. Selain itu waktu dilakukannya bon dari produksi ke gudang adalah ketika material itu habis. Sehingga waktu proses produksi terhambat apabila terjadi line stop yang diakibatkan keterlambatan bon. Selain itu untuk mencari kesesuaian antara material masuk dan barang jadi sulit untuk dilakukan. Dari makalah ini akan diusulkan penerapan sistem Lot untuk mengoptimalkan waktu proses produksi, mempermudah cek material masuk dengan barang jadi. Apabila hal ini telah tercapai maka diharapkan akan terjadinya peningkatan efisiensi produksi.

1.2 RUMUSAN MAKALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan makalah dalam

1. Optimalisasi penggunaan stock material pada proses produksi SWH 150 LXC dengan sistem Lot agar sesuai dengan rencana, untuk mencapai efisiensi produksi.

1.3. TUJUAN PENELITIAN DAN SASARAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan makalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tercapaianya efisiensi dalam penggunaan stock material sehingga efisiensi produksi tercapai.

2. Sasaran Penelitian

a. Mengidentifikasi penggunaan stock material yang sudah berlangsung

b. Mengevaluasi rencana dengan realisasi penggunaan stock material

c. Membuat rencana optimalisasi penggunaan stock material melalui sistem Lot

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Diterapkannya sistem yang lebih evisien yaitu sistem Lot

2. Meningkatkan efisiensi produksi

3. Sebagai bahan evaluasi pada proses produksi

4. Meningkatkan ketercapaian target waktu dan jumlah unit penjualan SWH 150 LXC

1.5. BATASAN MAKALAH

1. Fokus penelitian ini hanya pada Biro Produksi PT WIKA Industri Energi

2. Fokus penelitian ini hanya pada pengebonan material dari Biro Produksi ke gudang

3. Fokus penelitian ini hanya pada produk SWH 150 LXC

4. Evaluasi hanya sebatas bulan Oktober 2013 – Desember 2013

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I Pendahulan

Bab ini berisikan latar belakang , rumusan makalah, tujuan penelitian dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, batasan makalah serta sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisikan studi literatur mengenai pokok bahasan atau topik yang diambil dalam penyelesaian permakalahan pada tugas akhir

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang urutan langkah dan metode – metode yang digunakan dalam menyelesaikan makalah

Bab IV Analisa Sistem

Bab ini berisikan tinjauan umum dan analisa terhadap sistem yang ada, data – data yang digunakan dalam analisis makalah dan data penunjang yang digunakan dalam pemecahan makalah.

Bab V Perancangan Sistem Lot

Bab ini berisi tentang perancangan sistem Lot berdasarkan analisis dan

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan analisis pengolahan data dan saran bagi aplikasi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi tentang referensi yang digunakan dalam pembahasan.

LAMPIRAN

Berisi data-data hasil penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pabrik / Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana factor-faktor produksi seperti manusia, mesin, alat, material, energi, uang (modal/capital), informasi dan sumber daya alam (tanah, air, mineral, dan lain-lain) dikelola bersama-sama dalam suatu system produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif, efisien dan aman.

Pabrik – yang dalam istilah asingnya dikenal sebagai factory atau plant – adalah setiap tempat dimana faktor seperti :

 Manusia,

 Energi,  Uang (modal/kapital),  Informasi, dan  Sumberdaya alam (tanah, air, mineral, dll)

dikelola bersama-sama dalam produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif, efisien, dan aman. Istilah pabrik ini sering diartikan sama dengan industri, meskipun industri sebenarnya memiliki pengertian yang lebih luas. Pabrik pada dasarnya merupakan salah satu jenis industri yang terutama akan menghasilkan produk jadi (finished good product). Seperti halnya yang dijumpai dalam industri manufaktur.

Dengan pertimbangan aktivitas-aktivitas yang umum dilaksanakan, maka industri akan dapat diklarifikasikan sebagai :

a) Industri penghasil bahan baku (The primary raw material industries) Yaitu industri yang aktivitas produksinya adalah mengolah sumber daya alam guna mengasilkan bahan maupun bahan tambahan lainnya yang dibutuhkan oleh industri penghasil produk atau jasa. Industri tipe ini umum dikenal pula sebagai “extractive/primary industry”. Contoh : industri perminyakan, industri pengolahan biji besi, dll.

b) Industri Manufaktur (The Manufacturing Industries), Yaitu indusri yang memproses bahan baku guna dijadikan bermacam- macam bentuk/model produk, baik yang masih berupa produk setengah b) Industri Manufaktur (The Manufacturing Industries), Yaitu indusri yang memproses bahan baku guna dijadikan bermacam- macam bentuk/model produk, baik yang masih berupa produk setengah

c) Industri penyalur (Distribution industries) Yaitu industri yang berfungsi untuk melaksanakan pelayanan jasa industri

baik unuk bahan baku maupun “finished good product”. Disini bahan baku ataupun bahan setengah jadi akan didistribusikan dari produsen ke konsumen. Operasi kegiatan akan meliputi aktivitas pembelian dan penjualan, penyimpanan, sorting, grading, packaging dan moving goods (transportasi).

d) Industri pelayanan/ jasa (Service Industries) Yaitu industri yang bergerak dibidang pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan menunjang aktivitas industri yang lain maupun langsung memberikan pelayanan/jasa kepada konsumer.

Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku:

1. Industri ekstraktif Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.

2. Industri nonekstaktif Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.

3. Industri fasilitatif Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya

Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal.

1. Industri padat modal adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya

2. Industri padat karya adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986

1. Industri kimia dasar contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb

2. Industri mesin dan logam dasar misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll

3. Industri kecil Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll

4. Aneka industri misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.

Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja

1. Industri rumah tangga Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4

2. Industri kecil Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-

19 orang.

3. Industri sedang atau industri menengah Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-

99 orang.

4. Industri besar Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi

1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry) Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.

2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power oriented industry). Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.

3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply

Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.

Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan

1. Industri primer adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.

2. Industri sekunder industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.

3. Industri tersier Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

2.2 Pengertian dan Jenis-Jenis Proses Produksi

2.2.1 Pengertian produksi

Menurut Indriyo Gitosudarmo (2000:2) mengatakan bahwa ”Proses produksi adalah interaksi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu, tenaga kerja

dan mesin-mesin serta alat- alat perlengkapan yang dipergunakan”. Menurut Teguh Baroto (2002:13) “proses produksi adalah aktivitas

Menurut Arman Hakim Nasution (2003:1)”proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi prod uk”. Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa. Contoh : pabrik batre yang memproduksi batu baterai, pabrik mutifa yang memproduksi obat-obatan, dan lain sebagainya. Pengertian produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen.

Menurut Pandji Anoraga (2000:197) ”produksi nampaknya berkonotasi sebagai organisasi produk, yaitu aktivitas yang menghasilkan barang, baik barang

jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang, dan komponen- komponen”.

Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan usaha mendayagunakan masukan berupa tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan. Perkembangan dari pada proses produksi menghasilkan banyak macam jenis-jenis proses produksi dalam perusahaan.

2.2.2 Jenis- Jenis proses produksi

Menurut Sofyan Assauri (1999:75) ada 2 jenis proses produksi :

1) Proses produksi yang terus-menerus (continuous processses)

2) Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processses)

untuk memproduksi sesuatu produk atau beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Sebagai contoh dapat dilihat apabila kita menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam memproduksi produk dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian diubah atau dipersiapkan (diset-up) kembali untuk memproduksi produk lain, maka dalam hal ini prosesnya terputus-putus tergantung dari produk yang dikerjakan. Proses yang terputus-putus disebut intermitten processs / manufacturing. Dalam proses seperti ini terdapat waktu yang pendek (short run) dalam persiapan (set up) peralatan untuk perubahan yang tepat guna dapat menghadapi variasi produk yang berganti-ganti, misalnya terlihat dalam pabrik yang menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti : pabrik kapal, atau bengkel besi / las. Dalam contoh lain dapat dilihat adanya perusahaan pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam memproduksi produk dalam jangka waktu yang panjang / lama, tanpa mengalami perubahan, maka dalam hal ini prosesnya terus- menerus selama jenis produk yang sama dikerjakan. Proses yang terus-menerus ini disebut continuous processs / manufacturing. Dalam proses ini terdapat waktu yang panjang tanpa adanya perubahan-perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta peralatannya. Proses seperti ini terdapat dalam pabrik yang menghasilkan produknya untuk pasar (produksi massa) seperti pabrik susu atau pabrik ban.

Sifat-sifat atau ciri-ciri proses produksi yang terus-menerus (continuous

1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi massa) dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandardisir.

2) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan.

3) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan nama Special Purpose Machines.

4) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.

5) Apabila terjadi salah satu mesin / peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses produksi akan terhenti.

6) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil maka job structurenya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.

7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah daripada intermitten processs / manufacturing.

8) Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus maka proses seperti ini membutuhkan maintenance specialist yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak.

9) Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang fixed (fixed path equipment) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (conveyer).

Sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi yang terputus-putus (intermitten processs / manufacturing) ialah :

1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang sangat besar (berbeda) dan didasarkan atas pesanan.

2) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan processs lay out atau departmentation by equipment.

3) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama, mesin mana dikenal dengan nama General Purpose Machines.

4) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya kurang otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut.

5) Proses produksi tidak mudah / akan terhenti walaupun terjadi

6) Oleh karena mesin-mesin bersifat umum dan variasi dari produknya besar, maka terhadap pekerjaan (job) yang bermacam-macam menimbulkan pengawasan (control) nya lebih sukar.

7) Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses lebih tinggi daripada continuous processs / manufacturing, karena prosesnya terputus-putus / terhenti- henti.

8) Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang dapat flexible (varied path equipment) yang menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift.

9) Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak balik sehingga perlu adanya ruangan gerak (aisie) yang besar dan ruangan tempat bahan-bahan dalam proses (work in processs) yang besar.

Kekurangan / kerugian proses produksi yang terus menerus (continuous manufacturing) adalah :

1) Terdapat kesukaran untuk menghadapi perubahan produk yang diminta oleh konsumen atau pelanggan. Jadi proses produksi seperti ini khusus untuk menghasilkan produk-produk yang :

a) Permintaan (demand) nya besar dan stabil

b) Style produknya tidak mudah berubah

2) Proses produksi mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan di suatu tempat / tingkat proses (di awal, di tengah atau di belakang), maka kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang disebabkan adanya saling hubungan dan urut-urutan antara masing- masing tingkat proses.

3) Terdapat kesukaran dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan, karena biasanya tingkat produksi (rate of production) nya telah tertentu, sehingga sangat kaku (rigid).

Kebaikan / kelebihan proses produksi yang terus menerus (continuous manufacturing) adalah :

1) Dapat diperoleh tingkat biaya produksi per unit (unit production cost) yang rendah apabila :

a) Dapat dihasilkannya produk dan volume yang cukup besar.

b) Produk yang dihasilkan distandarsir.

2) Dapat dikuranginya pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga manusia, terutama karena sistem pemindahan bahan yang menggunakan tenaga mesin / listrik.

3) Biaya tenaga kerja (labor cost) nya adalah rendah, karena jumlah tenaga kerjanya yang sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang setengah ahli) dalam pengerjaan produk yang dihasilkan.

4) Biaya pemindahan bahan di dalam pabrik juga lebih rendah, karena

Kekurangan / kerugian proses produksi yang terputus-putus (intermitten manufacturing) adalah :

1) Scheduling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat sukar dilakukan karena kombinasi urut-urut pekerjaan yang banyak sekali di dalam memprodusir satu macam produk, dan disamping itu dibutuhkan scheduling dan routing yang banyak sekali karena produknya yang berbeda tergantung dari pemesanannya.

2) Oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar dilakukan, maka pengawasan produksi (production control) dalam proses produksi seperti ini sangat sukar dilakukan.

3) Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan mentah dan bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus- putus dan produk yang dihasilkan tergantung dari pesanan.

4) Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.

Kebaikan / kelebihan dari proses produksi yang terputus-putus (intermitten manufacturing) adalah :

1) Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan variasi yang cukup besar. Fleksibilitas ini diperoleh terutama dari :

a) Sistem penyusunan peralatan (lay out) nya yang berbentuk a) Sistem penyusunan peralatan (lay out) nya yang berbentuk

c) Sistem pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga kerja mesin tetapi tenaga manusia.

2) Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum (general purpose machines), maka biasanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin-mesin, sebab harga mesin- mesin ini lebih murah daripada mesin-mesin yang khusus (special purpose machines).

3) Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau kemacetan di suatu tempat / tingkat proses.

2.2.3 Faktor-Faktor Produksi

Proses produksi mempuyai hubungan yang erat antara input dari proses produksi dengan output proses produksi pada pelaksanaan kegiatan proses produksi terdapat pola atau tahap urutan tertentu. Urutan penyelesaian proses produksi akan berbeda-beda dan bermacam-macam antara satu produk dengan produk lainnya.

Untuk kegiatan pelaksanaan proses produksi akan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Sumber-sumber tersebut adalah unsur terpenting dalam proses produksi dengan demikian penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif, efisien, serta memperkecil kemungkinan

Suatu perusahaan memerlukan sumber daya yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang. Sumber daya tersebut adalah bahan mentah , bahan pembantu, mesin-mesin dan peralatan-peralatan lain, tenaga kerja, modal serta tanah untuk lokasi perusahaan. Tiap-tiap perusahaan tentu saja akan mempunyai jumlah dan jenis sumber-sumber produksi yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Pengusaha akan berusaha agar dengan faktor-faktor produksi tertentu yang ada padanya itu menghasilkan barang-barang yang mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Jenis dan jumlah faktor-faktor produksi inilah yang menentukan jenis serta jumlah barang-barang yang dapat dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jenis serta jumlah faktor-faktor produksi ini sangat terbatas adanya. Di sinilah letak pentingnya kebijaksanaan pimpinan perusahaan untuk mengatur jenis dan jumlah barang-barang yang harus diproduksinya dengan faktor-faktor yang terbatas adanya itu agar keuntungan yang diperolehnya maksimal. Kurang tepatnya penentuan luas produksi akan berakibat semakin kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Kerugian ini terjadi karena orang berproduksi kurang dari optimal, sehingga biaya tetap hanya ditanggung oleh satuan-satuan hasil (unit-unit produk) yang sedikit sehingga biaya tetap per unit menjadi terlalu tinggi. Berproduksi lebih dari optimal berarti adanya sebagian barang-barang hasil yang tidak akan terjual. Hal ini akan menimbulkan tanggungan beban biaya pergudangan yang terlalu besar, lagi pula sebenarnya faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-

Disamping itu penentuan luas produksi yang tepat akan berarti pula suatu pengusahaan lebih efektif memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia bagi perusahaan yang bersangkutan. Ketidaktepatan penentuan luas produksi akan berakibat ketidaktepatan alokasi faktor-faktor produksi. Hal ini membuat semakin besarnya kerugian finansial yang diderita oleh perusahaan. Disamping faktor- faktor produksi yang tersedia, jumlah permintaan akan menentukan luas produksi yang paling menguntungkan. Dari uraian di atas jelas bahwa luas produksi yang optimal akan dipengaruhi atau dibatasi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Tersedianya bahan dasar

2) Tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dimiliki

3) Tersedianya tenaga kerja

4) Batasan permintaan

5) Tersedianya faktor-faktor produksi yang lain Pentingnya luas produksi untuk masing-masing perusahaan berbeda-beda :

1) Bagi perusahaan yang memproduksi barang-barang yang bermacam- macam jenisnya. Hal ini disebabkan karena sifat alat-alat produksi / mesin-mesin yang dimilikinya) harus diselenggarakan perencanaan yang teliti terhadap penentuan luas produksi. Tiap jenis barang yang dihasilkan akan mendatangkan keuntungan yang berbeda-beda besarnya. Oleh karena itu harus dianalisa, diteliti secermat-cermatnya, sampai seberapa besar

2) Bagi perusahaan yang karena alat-alat produksinya (mesin-mesin digunakan) Mengakibatkan barang-barang yang diproduksi itu tertentu / telah pasti dan tidak mudah untuk diubah-ubah dalam jangka pendek, maka bagi perusahaan ini menentukan apa dan berapa yang harus diproduksi tidak atau kurang penting dibandingkan dengan perusahaan jenis pertama di atas.

3) Perusahaan yang memproduksikan barang-barang untuk keperluan pasar Penentuan luas produksi dalam perusahaan ini sangat penting, sebab dalam hal ini perusahaan harus mengadakan ramalan-ramalan untuk masa-masa yang akan datang terhadap jumlah serta jenis barang yang diminta oleh para pembeli potensial, kemudian menyesuaikan jumlah dan jenis yang diramalkan tersebut dengan kemampuan yang ada pada perusahaan untuk memproduksinya. Untuk keperluan ini perusahaan perlu metode analisa yang baik

4) Perusahaan yang memproduksikan barang-barang untuk keperluan langganan (pesanan) Tidakla begitu sulit untuk merencanakan penentuan luas produksinya. Apa dan berapa yang harus diproduksi tergantung pada apa dan berapa yang dipesan oleh para langganan. Perusahaan cukup

2.3 Persediaan

2.3.1 Pengertian Persediaan

Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin dan timbulnya sumber daya menganggur (idle resources) yang keberadaannya menunggu proses lebih lanjut tetap membuat ongkos yang ditimbulkan efisien.

Menurut Sofjan Assauri (1993; 219) : “Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan

bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen ata u langganan setiap waktu.”

Menurut Roger G. Schroeder (1994; 4) : “Sediaan (inventory) adalah stok bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan.”

Menurut Lalu Sumayang (2003; 197) : “Inventori atau persediaan merupakan simpanan material yang berupa

bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi.”

Berdasarkan definisi di atas disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan baku yang disimpan dan dirawat dalam tempat persediaan agar selalu siap pakai memenuhi kebutuhan.

2.3.2 Jenis Persediaan

Menurut Sofjan Assauri (1993; 219), persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan atas :

a) Batch Stock atau Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.

b) Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

c) Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat. Di samping perbedaan menurut fungsi, persediaan itu dapat pula

dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk yaitu :

a) Persediaan Bahan Baku (Raw Materials stock) yaitu persediaan dari a) Persediaan Bahan Baku (Raw Materials stock) yaitu persediaan dari

b) Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/komponent stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

c) Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

d) Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in processs/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiaptiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

e) Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang- barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada langganan atau perusahaan lain.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian dalam hal ini adalah sistem pengelolaan stock material SWH 150 LXC dalam proses produksi.

Definisi operasional dari pengelolaan stock material SWH 150 LXC dalam proses produksi yaitu suatu sistem yang dilakukan oleh manajemen dalam mengatur stock material pada saat proses produksi berlangsung untuk mencapai efisiensi produksi.

Tabel 3.1

Variabel, Indikator, dan Skala Pengukuran

Skala Pengukuran Sistem

Pengelolaan stock

Permintaan

material SWH 150

Produksi LXC dalam proses 2. Alur Produksi Bagan Arus

produksi

3. Bahan Baku Unit

3.2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data berasal dari sumber internal perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data-data tersebut meliputi: Data Primer, berupa :

 Aliran Proses Produksi  Data Permintaan Produksi  Data Kebutuhan Material  Data rencana produksi  Data Pengebonan material  Data realisasi produksi  Data Work in processs  Prosedur pengebonan saat ini

3.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data adalah:  Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan

pihak yang berwenang dalam perusahaan.  Dokumentasi perusahaan, mencatat data dari arsip atau dokumen-

dokumen dari perusahaan.

3.4 Teknik Analisis

Setelah semua data yang diperlukan sudah diperoleh, maka selanjutnya akan dilakukan Analisis data, yaitu :

3.4.1 Analisis aliran proses produksi

Dari bagan arus aliran proses produksi, penulis menganalisis data tersebut menjadi data deskriptif untuk mempermudah dalam merencanakan stock sistem.

3.4.2 Analisis data permintaan produksi

Dari data permintaan produksi ini akan di sinkronkan dengan data rencana produksinya.

3.4.3 Analisis data kebutuhan material

Dari data kebutuhan material ini, akan digunakan dalam membantu perencanaan stock sistem.

3.4.4 Analisis rencana produksi

Dari data analisis rencana produksi ini, akan digunakan dalam membantu perencanaan stock sistem, serta mencari gap dengan realisasi produksi.

3.4.5 Analisis data realisasi produksi

Dari data analisis rencana produksi ini, akan digunakan dalam membantu perencanaan stock sistem kemudian membandingkan dengan hasil produksi setelah penerapan stok sistem.

3.4.6 Analisis data Work in processs

Dari data ini, akan digunakan untuk membandingkan dengan data WIP dari hasil sistem yang baru

3.4.7 Analisis gap material masuk dengan unit jadi

3.5 Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah sistem pengebonan untuk produk SWH 150 LXC yang diproduksi oleh PT. WIKA Industri Energi di Jalan Raya Narogong Km 26, Cileungsi, Bogor.

BAB IV ANALISA SISTEM

4.1 Deskripsi Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Wika Intrade Energi (PT WINNER) secara resmi berdiri pada tanggal

18 Juni 2010 sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar Perseroan No 32 tanggal 18 Juni 2010 yang ditandatangani dan disahkan oleh Notaris Ryan Bayu Candra, SH, M.kn. dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-32045.AH.01.01 tanggal 24 Juni Tahun 2010.

Saat ini PT. Wika Intrade Energi sudah berubah nama menjadi PT. Wika Industri Energi sebagaimana ditetapkan pada akta nomor 35 tanggal 20 Mei 2013 yang ditandatangani dan disahkan oleh Notaris M. Nova Faisal, SH, M.Kn. Dan Anggaran Dasar Perseroan tetap yaitu yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU- 39922.AH.01.02 tahun 2013 tanggal 23 Juli 2013.

Dibentuknya PT. WINNER sebagai Entitas yang terpisah dari PT Wika Intrade adalah untuk mempermudah terlaksananya Kerjasama Strategis dengan pihak luar dalam rangka pengembangan usaha atas bisnis dan produk yang dikelola. Selain itu peluang pasar atas produk-produk Konversi Energi, khususnya energi terbarukan yang semakin besar dan terbuka di masa-masa mendatang juga

Hal ini tidak terlepas dari “Road Map Portofolio Energi” Pemerintah yang akan meningkatkan porsi energi terbarukan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan energi nasional dan “Target Elektrifikasi” PT. PLN (Persero).

Produk-produk yang dihasilkan dan dikelola Perseroan pada saat awal berdirinya perusahaan yaitu Solar Water Heater (SWH), AirCon Water Heater (AWH) dan Solar Home System sebagai aplikasi dari Photovoltaik (PV). Dalam perkembangannya, sampai dengan akhir tahun 2013 perusahaan telah menambah dan mengembangkan beberapa varian produk dari Water Heater. Produk-produk water heater yang telah dikembangkan yaitu Electric Water Heater (EWH), Heat Pump (HP) dan Pool Heating (PH) agar dapat meraih berbagai segmen pasar Water Heater yang selama ini belum dikuasai.

Selain pengembangan atas produk water heater, perusahaan juga telah melaksanakan pengembangan atas produk Photovoltaik. Jika sebelum ini pemasaran Photovoltaik masih berupa Solar Home System (SHS) yang tersebar, saat ini perusahaan telah berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) serta PLT Hybrid Surya dan Angin sebagai 1 (satu) kesatuan aplikasi Photovoltaik yang terpusat. Melalui kerjasama strategis, perusahaan juga telah membangun pabrik Laminasi Solar Sel untuk Modul Surya. Kerjasama strategis tersebut selain mendasarkan pertimbangan pada besarnya potensi pasar atas kebutuhan Modul Surya di dalam negeri, juga sebagai antisipasi adanya

persyaratan “Tingkat Kandungan Dalam Negeri” (TKDN) dalam proses

Dengan mempertimbangkan potensi pasar dari produk Water Heater dan Photovoltaik yang diyakini cukup besar, pada tahun 2013 perusahaan telah melaksanakan Restrukturisasi Organisasi dengan mengembangkan dan menambah organ pemasaran dari yang semula terpisah antara Water Heater dengan Photovoltaik menjadi satu kesatuan dalam wilayah. Hal ini dengan tujuan agar pembinaan dan pemberdayaan Distributor Water Heater sekaligus juga sebagai agen pemasaran produk-produk Photovoltaik bisa lebih fokus dan optimal.

4.1.2 Struktur Organisasi

Organisasi adalah adanya orang-orang yang usahanya harus dikoordinasikan, tersusun dari sejumlah sub sistem yang saling berhubungan dan saling tergantung, bekerja sama atas dasar pembagian kerja, peran, dan wewenang, serta mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.

Berikut struktur organisasi PT WIKA Industri Energi:

Gambar 4.1

4.1.3 Proses Produksi Gambar 4.2 PROSEDUR PELAKSANAAN PRODUKSI PABRIK PRODUK KONVERSI ENERGI

NO. URAIAN KEGIATAN

Regu Assy /

External

Ka. Jalur

Komponen

Regu Las

Finish/Packing REKAMAN

WO Pengambilan Material / Suku Cadang)

1. Menerima WO (Work Order) & SPM (Surat C1

Persiapan &

Pengendalian

Ka. Jalur

SPM

proses produksi

2. Mengklasifikasi Proses dan penyerahan SPM SPM ke masing-masing regu.

Ka. Jalur

D2

3. Pengambilan Material di Gudang

SPM Ka. Regu

Gudang

Komponen

4. Melakukan pemeriksaan, jika alat rusak

I2 Opr. Regu

Formulir perbaikan Peralatan

buat laporan kerusakan alat Pelaksanaan

Komponen

Perbaikan Alat

5. Membuat komponen sesuai Instruksi Kerja Opr. Regu

(WI-E1-409-IK-007 (IK)

Komponen

Lamp: 9.1.a-e, g, i-o, q,

s-w,y,z Lamp :g,h,i-q, s, t, v)

dan '(WI-E1-409-IK-011 Lamp. 9,10, 11,12,14,15)

6. Memeriksa hasil pembuatan komponen Ka. Regu

di riject

repair

Label inspeksi kualitas waskat

di buang

7. Mengisi label inspeksi kualitas dan Label inspeksi kualitas menempatkan komponen ke stock 1/2 jadi

Ka. Regu

- SPM stock 1/2 Jadi

8. Pengambilan Material di Gudang dan di G Ka. Regu

Gudang

Las

- Kartu Stock 1/2 jadi

9. Melakukan pemeriksaan alat, jika alat rusak

Formulir Perbaikan buat laporan kerusakan alat

I4 Opr. Regu

Perbaikan alat

10. Melaksanakan proses pengelasan sesuai IK

Opr. Regu

(WI-E1-409-IK-007

Las

Lamp: 9.1.h, 9.2.f) (WI-E1-409-011 Lamp: 9.2)

Tidak

QC

Ya

NO.

URAIAN KEGIATAN

DOKUMEN/

External

Ka. Jalur

Regu Komponen

Regu Las

Regu Assy / Finish/Packing

REKAMAN

11. - SPM - Kartu Stock 1/2 Jadi

12. Surat Laporan kerusakan alat

13. (WI-E1-409-IK-007 Lamp: 9.1.p,x Lamp: 9.2.i,w) & (WI-E1-409-IK-011 Lamp 13)

14. WI-E1-409-IK-007 Lamp: 9.1.ac Lamp: 9.2.j

15.

Repair

Label Inspeksi Kualitas WI-E1-408-IK-001 Lamp: 9.4, 5, 6, 7

16. WI-E1-409-IK-007 Lamp: 9.1.aa, ab Lamp: 9.2.k, x

Repair

17. Label Inspeksi Kualitas WI-E1-408-IK-001 Lamp: 9.4, 5, 6, 7

18. WI-E1-409-IK-007 Lamp: 9.1.aa, ab/9.2.k,x WI-E1-409-IK-011 Lamp: 9.2 dan 3

19. Laporan Harian Produk jadi

20.

21. Laporan Harian Produk jadi

Bagian

Pengambilan Material di Gudang dan Stock 1/2 Jadi

Melakukan Pemeriksaan alat, jika alat rusak buat laporan kerusakan alat

Pelaksanaan proses perakitan tangki/panel sesuai IK

Pelaksanaan proses finishing tangki panel sesuai IK

Mengajukan permintaan pemeriksaan finishing.

Melaksanakan proses packing sesuai IK

Mengajukan permintaan Pemeriksaan.

Menyelesaikan proses packing sesuai IK

Mengisi form laporan hasil produksi

Membuat laporan hasil produksi

Menyerahkan hasil produksi berupa Laporan Harian produk jadi

Ka. Jalur

Opr. Regu

Opr. Regu

Finishing

H4

Persiapan & pengendalian proses produksi

C1

Ka. Regu Perakitan

Pelaksanaan Perbaikan alat

I2

Opr. Regu

Perakitan

Opr. Regu

Finishing

Opr. Regu

Packing

Ka. Regu

Packing

Opr. Regu

Packing

Ka. Regu

Packing

Ka. Jalur

H5

Gambar 4.3

PROSES ASSEMBLING

NO. URAIAN KEGIATAN

DOKUMEN/

UNIT KERJA

PROSES REKAMAN

1. Menerima surat perintah produksi dari Bisnis Unit/M. Produksi.

Ka. Pabrik

- Rencana Produksi terkait.

2. Memerintahkan fungsi PEP membuat rencana produksi sesuai SPB, membuat rencana produksi & mendistribusikan ke fungsi

PEP Pabrik

3. PEP membuat rencana produksi & mendistribusikan ke fungsi-fungsi terkait.

Casting, Machining,

4. Fungsi terkait menerima program produksi & menyiapkan Fungsi Tek, QC, Lat,

Pelaksana - Form Peminjaman Alat sarana maupun kebutuhannya sesuai fungsi serta melakukan

Kasi Prod.

Pelaksana

KP, WS, Ka. Prod.

Assembling

Pengemasan

Pengiriman - Form Control Alat

koordinasi dengan staf di bagiannya.

- Form Instruksi Produksi untuk melakukan program produksi, penyiapan mould &

5. Kasi. Prod Assembling melakukan koordinasi dengan Karu Kasi Prod./ Pelaksana

Assembling

peralatan2 lainnya.

6. Karu & Operator menyiapkan proses dan sarana untuk

7. Karu & Operator melakukan proses produksi Assembling.

Karu &

- Laporan Hasil Produksi

Operator

8. Fungsi-fungsi QC, Teknik, Peralatan & Workshop melakukan proses kontrol terhadap tugasnya & melakukan perbaikan bila

QC, Tek, Lat,

ada kerusakan-kerusakan alat sesuai tugasnya.

WS

- Form Inspeksi/Tes pelaksanaan & hasil produksi.

9. Fungsi QC melakukan program inspeksi terhadap No

Yes

10. Fungsi Pelaksana/Karu assembling menerima hasil inspeksi

& meneruskan ke proses lanjutan (packing/pengemasan) &

Pelaksana/ Karu

melaporkan hasil pekerjaan secara harian ke PEP.

Assembling

Pelaksana/ Karu

Fungsi/Pelaksana

Fungsi/Pelaksana

Pengemasan

Pengiriman

- Laporan Produksi assembling & meneruskan instruksi proses lanjutan ke fungsi

11. Fungsi PEP menerima laporan produksi dari proses produksi PEP

- Program Pengemasan pengemasan serta pengiriman.

- Laporan Pengiriman

Fungsi/Pelaksana

Fungsi/Pelaksana

Pengemasan

Pengiriman

12. Proses Assembling telah selesai dan proses berpindah ke

Selesai

pengemasan & pengiriman.

Gambar 4.4

PROSES PENGEMASAN

NO. URAIAN KEGIATAN

DOKUMEN/

UNIT KERJA

- Surat Rencana

1. PEP meminta penanggung jawab produksi/fungsi gudang

PEP

Pengiriman

melakukan pengemasan .

2. Fungsi Produksi/Gudang menerima instruksi pengemasan & meneruskan ke fungsi QC untuk dilakukan pemeriksaan,

kemudian fungsi pengemasan melakukan pengemasan/

Kasi/Karu

pemeriksaan kemasan.

3. Fungsi QC menginformasikan produk-produk yang telah lulus pemeriksaan/inspeksi ke fungsi Pengemasan.

Karu

4. Fungsi Pengemasan melakukan pengemasan (perbaikan

Staf

- Laporan pelaksanaan

pengemasan) berdasarkan instruksi dari Kasi/Koordinator

pengemasan

Produksi/Gudang.

5. Fungsi Pengemasan meminta Fungsi QC untuk melakukan

pemeriksaan hasil pengemasan & memberikan pengesahan. QC

- Form Inspeksi

6. Fungsi Pengemasan menerima hasil pemeriksaan & memastikan label-label telah dituliskan.

7. Produk/barang/material hasil pengemasan disimpan di tempat

penyimpanan/dimasukkan ke dalam truk. Staf

8. Fungsi Gudang/Pengangkutan menerima kiriman produk/ - Laporan produk dalam

barang/material dalam kemasan untuk ditindak lanjuti dalam

Karu/Staf

kemasan

penyimpanan atau di proses pengiriman.

Staf Gudang/

9. Proses selesai.

Selesai

4.1.4 Kebutuhan Material

Berikut ini adalah komponen material utama yang dibutuhkan untuk membuat satu buah SWH:

Tabel 4.2 Kebutuhan Material

No MATERIAL

SPESIFIKASI

SAT VOL

1 Cover LXC SUS 430 BA 0.4 x 1860 x 1000 mm Lbr 1 2 Tangki Dalam Enamel 150

Plat Low Carbon 2mm coating Enamel Unit 1 3 Plat Box Panel SWH

Zincalume 0.3 x 1190 x 2190 mm Lbr 1 4 Kaca Es LXT / NXG

pcs 1 5 Pipa Header

5 mm x 1985 x 985

Roll 0,25 6 Pipa Riser SWH

Cu Ø 3/ 4"x 0,71 mm x 964 mm

Btg 7 7 Al. SunStrip Anode LXT/ NXG

Cu Ø 1/ 2"x 0.3 mm x 1840 mm

Btg 7 8 Tutup Samping Kanan LXT/ LXC

Al Extrusi 160 mm x 1800 mm

Pcs 1 9 Tutup Samping Kiri LXT/ LXC

4.1.5 Rencana Produksi Oktober – Desember 2013

Tabel 4.3

RENCANA PRODUKSI OKTOBER 2013

STANDARD

NO TYPE

SAT BUFFER STOK

GUDAN UTANG FORCAST PRODUKSI

STOK

RENCANA

+ PINDAHAN G KIRIM Desenber BULAN INI

OKTOBER

a b c f g 40 41 42 43 44

a+(c+d+e+f)-(b)

TANGKI SWH PANEL SWH

Dari data di atas dapat dilihat bahwa Biro Produksi membuat rencana produksi berdasar Forcast, stock serta standar buffer stock sejumlah 176 unit Dari data di atas dapat dilihat bahwa Biro Produksi membuat rencana produksi berdasar Forcast, stock serta standar buffer stock sejumlah 176 unit

Tabel 4.4

RENCANA PRODUKSI NOVEMBER 2013

NO TYPE

SAT BUFFER STOK

GUDAN UTANG

FORCAST

G KIRIM Desenber BULAN INI

a+(c+d+e+f)-(b)

TANGKI SWH

PANEL SWH 4 PSC 130

Dari data di atas dapat dilihat bahwa Biro Produksi membuat rencana produksi berdasar Forcast, stock serta standar buffer stock sejumlah 152 unit untuk tangki dan 378 untuk panel, yang kemudian di bagi menjadi empat minggu dengan masing – masing sejumlah 38, 38, 38, 38 unit untuk tangki dan masing – masing sejumlah 96, 94, 94, 94 untuk panel.

Tabel 4.5

RENCANA PRODUKSI DESEMBER 2013

BUFFER STOK GUDAN UTANG FORCAST SAT RENCANA PRODUKSI

STANDARD

STOK

NO TYPE

+ PINDAHAN

G KIRIM

DESEMBER

Desenber

BULAN INI

a b c f g 49 50 51 52

a+(c+d+e+f)-(b)

TANGKI SWH

PANEL SWH 4 PSC 130

UNIT

5 PA LXC

UNIT

6 PB LXC

UNIT

JUMLAH

4.1.6 Pengebonan material Oktober – Desember 2013

Tabel 4.6 Pengebonan material Bulan Oktober 2013

OKTOBER No

34 74 34 82 26 2 Tangki Dalam Enamel 150

1 Cover LXC

Lbr

31 71 31 89 28 3 Plat Box Panel SWH

4 Kaca Es LXT / NXG