dan Motivasi Pengembangan Diri Studi Ko

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

II.1.1 Komunikasi

II.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak dapat terpisahkan oleh kegiatan komunikasi.

Dalam hubungan sosialnya, manusia melakukan hubungan yang tetap dan komunikasi yang mereka lakukan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan, atau meleyapkan persengketaan apabila muncul. Manusia sebagai mahkluk individu maupun sosial memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Oleh sebab itu, komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia (Widjaja, 2002:4).

Secara etimologi (bahasa), kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (commuis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2007: 46).

Melalui komunikasi orang berusaha mendefinisikan sesuatu, termasuk istilah “komunikasi” itu sendiri. Sampai saat ini terdapat banyak definisi komunikasi yang berasal dari banyak ahli. Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner:

“Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunkan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi” (Mulyana, 2007: 68).

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi ini menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga bentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude). Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain “communication is the process to modify the behavior of other indivuduals” (Effendy, 2006: 10).

Seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperi diuraikan diatas. Untuk dapat memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, maka dapat mengutip paradigma yang dikemukakan Harold Lasswell. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:” Who Says What In Which Channel To WhomWith What Effect?” Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana,2007: 69).

Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan itu, yakni: komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel, media), komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient), efek (effect, impact, influence). Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan itu, yakni: komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel, media), komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient), efek (effect, impact, influence). Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain, dengan mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung, secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.

II.1.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah diuraikan sebelumnya, tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang melingkupinya dimana juga merupakan persyaratan agar komunikasi dapat terjadi. Dalam komunikasi, komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sumber (Source) Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang

digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. Dalam hal sumber ini, yang perlu diperhatikan adalah kredibilitas terhadap sumber (kepercayaan) baru, lama, sementara dan lain sebagainya. Apabila salah mengambil sumber, maka kemungkinan komunikasi yang dilancarkan akan berakibat lain dari yang diharapkan

b. Komunikator Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, oragnisasi komunikasi seperti surat kabar, radio,

televisi, film dan sebagainya. Dalam menyampaikan pesan, komunikator dapat menjadi sebagai komunikan dan sebaliknya. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator adalah memiliki televisi, film dan sebagainya. Dalam menyampaikan pesan, komunikator dapat menjadi sebagai komunikan dan sebaliknya. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator adalah memiliki

c. Pesan Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh

komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasinya.

d. Saluran (Channel) Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima

melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut dua saluran, yaitu saluran formal atau yang bersifat resmi yang mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi dan saluran informal atau yang bersifat tidak resmi berupa desas-desus, kabar angin dan kabar burung.

e. Komunikan Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu;

persona (komunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal), kelompok (komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu), massa (komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media). Massa disini adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Komunikasi akan berhasil baik jika pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup pengalaman komunikan.

f. Effect (hasil) Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah

laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain ini sesuai, maka berarti komunikasi berhasil, demikian pula sebaliknya. (Widjaja, 2002:11-20)

Sementara itu, Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A memaparkan unsur-unsur komunikasi berdasarkan paradigma Harold Lasswell dalam bagan proses komunikasi berikut:

Bagan 2

Proses Komunikasi

Sender Encoding Decoding Receiver

Message

Noise

Feedback Response

Sumber (Effendy, 2006:18) Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai

berikut:

a. Sender: komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

b. Encoding: penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

c. Message: pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

d. Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

e. Decoding: pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

f. Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

g. Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

h. Feedback: umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

i. Noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

(Effendy, 2006:18-19)

Komunikasi tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya unsur-unsur diatas. Model komunikasi diatas menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikator haruslah tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.

II.1.1.3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Tujuan utama dari komunikasi adalah menyampaikan pesan. Hal utama dan terutama dalam komunikasi adalah pesan. Menurut Onong Effendy terdapat beberapa tujuan dari komunikasi, yaitu sebagai berikut:

a. Mengubah sikap (to change the attitude); Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya.

b. Mengubah opini atau pendapat atau pandangan (to change the opinion); Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan

c. Mengubah perilaku (to change the behavior); Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya.

d. Mengubah masyarakat (to change the society); Perubahan Sosial dan partisipasi sosial, memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan. (Effendy, 2006:55)

Sedangkan tujuan komunikasi pada umumnya menurut Cangara Hafied adalah mengandung hal-hal sebagai berikut:

a. Supaya yang disampaikan dapat dimengerti; Seorang komunikator harus dapat menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang dimaksud oleh pembicara atau penyampai pesan (komunikator).

b. Memahami orang; Sebagai komunikator harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya. Jangan hanya berkomunikasi dengan kemauan sendiri.

c. Supaya gagasan dapat diterima oleh orang lain; Komunikator harus berusaha agar gagasan dapat diterima oleh orang lain dengan menggunakan pendekatan yang persuasif bukan dengan memaksakan kehendak.

d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu; Menggerakkan sesuatu itu dapat berupa kegiatan yang lebih banyak mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. (Hafied, 2002: 22)

Berdasarkan pendapat diatas, tujuan dari komunikasi akan semakin efektif apabila terkandung hal-hal tersebut. Seorang komunikantor diharapkan memperhatikan keempat hal tersebut agar tujuan dari komunikasi dapat tersampaikan.

Selain terdapat tujuan dari komunikasi terdapat juga beberapa fungsi dari komunikasi. Harold D. Lasswell, pakar komunikasi mengatakan bahwa komunikasi di masyarakat menunjukkan tiga fungsi, yaitu:

a. Pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance of the environment), penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat dan bagian-bagaian unsur di dalamnya. Fungsi komunikasi disini adalah untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan.

b. Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menanggapi lingkungan (correlation of the component of society in making a response to the environment). Dalam hal ini fungsi komunikasi mencakup interpretasi terhadap informasi mengenai lingkungan.

c. Penyebaran warisan sosial (transmission of the social inheritance). Disini berperan para pendidik, baik dalam kehidupan rumah tangganya maupun disekolah, yang meneruskan warisan sosial kepada keturunan berikutnya; dimana difokuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain.

(Effendy, 2006:27) Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy, terdapat beberapa

fungsi komunikasi yaitu sebagai berikut:

a. Menginformasikan (to inform); Memberikan informasi kepada masyarakat. Karena perilaku menerima informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima informasi yang benar masyarakat akan merasa aman tentram. Informasi akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan. Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan teori baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan. Informasi disampaikan pada masyarakat melalui berbagai tatanan komunikasi, tetapi yang lebih banyak melalui kegiatan mass communication .

b. Mendidik (to educate); Mendidik masyarakat. Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik masyarakat dalam arti luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan masyarakat dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan juga berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan komunikasi kelompok pada pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya.

c. Menghibur (to entertain); Menghibur masyarakat. Perilaku masyarakat menerima informasi selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan masyarakat. Apalagi pada masa sekarang ini banyak penyajian informasi melalui sarana seni hiburan.

d. Mempengaruhi (to influence); Mempengaruhi masyarakat. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan.(Effendy, 2006:20)

Berdasarkan pendapat dari kedua ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari komunikasi pada hakikatnya adalah salah satu usaha yang digunakan untuk menimbulkan suatu keseimbangan hidup dalam diri masyarakat. Fungsi komunikasi berupaya agar masyarakat semakin berkembang dalam kehidupannya.

II.1.1.4 Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari segi jumlah komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka dapat diklasifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut:

a. Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari komunikasi intra pribadi, yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem syaraf, misalnya: berpikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dll.; dan komunikasi antar pribadi, yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya, misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon anjang sana, tukar pikiran dan lain sebagainya.

b. Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi panel, seminar dan lain-lain) dan komunikasi kelompok besar.

c. Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari komunikasi media massa cetak/pers seperti surat kabar dan majalah, dan komunikasi media massa elektronik seperti radio, televisi, film dan lain-lain. (Effendy, 2006:54)

II.1.2. Komunikasi Massa

II.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa banyak diartikan oleh para ahli. Komunikasi massa pada umumnya diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media, baik media cetak maupun media elektronik.

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Komunikasi massa menggunakan media massa baik cetak ataupun elektronik, berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan- pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980:10): “Mass communication is message communicated through

a mass medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). (Mulyana, 2007:83)

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi (dikenal sebagai media elektronik), surat kabar dan majalah (disebut sebagai media cetak), serta media film (film bioskop).

Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci karakteristik komunikasi massa. Gerbner (1967) menulis, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci karakteristik komunikasi massa. Gerbner (1967) menulis, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga

Kompleksnya komunikasi massa dikemukakan oleh Werner I Severin dan James W Tankard, Jr dalam bukunya Communication Theories, Orgins, Methods, Uses, mengatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip- prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik (Effendy,2006: 21)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa bersumber dari komunikasi yang menyampaikan pesannya dengan menggunakan media massa yang ditujukan untuk masyarakat luas. Jadi salah satu ciri dari komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan merupakan pesan yang mengandung kepentingan publik.

II.1.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Telah diketahui bahwa definisi-definisi komunikasi massa yang sebelumnya, pada prinsipnya mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi dengan definisi yang lainnya dianggap saling Telah diketahui bahwa definisi-definisi komunikasi massa yang sebelumnya, pada prinsipnya mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi dengan definisi yang lainnya dianggap saling

Adapun beberapa komunikasi massa menurut Ardianto, yaitu sebagai berikut:

a. Komunikator Terlembaga Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain.

b. Pesan bersifat umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa yang berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Proses komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, ataupun penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan.

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping ananoim, komunikasi massa adalah heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pemdidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi yang lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama juga. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi yang lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama juga. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungn sekaligus. Pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang digunakan.

f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

g. Stimulus Alat Indera Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulus alat indera yang “terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulus alat indra berganting pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca banyak melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar sedangkan pada media televisi dan film kita menggunakan alat indra penglihatan dan pendengaran.

h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apa pun. Efktifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan komunikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback) (Ardianto, 2004:7-12).

Selain yang telah disebutkan diatas, Nurudin menambahkan dua hal berikut sebagai karakteristik komunikasi massa:

a. Komunikasi Massa mengandalkan peralatan teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik.

Peran pemancar dalam media elektronik merupakan hal utama yang tidak dapat dihilangkan.

b. Komunikasi Massa dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi atau palang pintu atau penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa serta merupakan pihak yang menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan. (Nurudin, 2007:30-32)

II.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide. Sejumlah upaya mencoba mensistimasisasikan fungsi utama komunikasi massa, yang pada mulanya dimulai oleh Lasswell (1948) yang memberikan ringkasan/kesimpulan mengenai fungsi dasar komunikasi sebagai berikut: pengawasan lingkungan; pertalian (korelasi) bagian-bagian masyarakat dalam memberikan respon terhadap lingkungannya; transmisi warisan budaya.

Dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many Voices One World) Sean MacBride dan kawan-kawan menerangkan dengan cukup gamblang yang patut disimak oleh para mahasiswa dan peminat komunikasi. Diuraikan bahwa apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan Dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many Voices One World) Sean MacBride dan kawan-kawan menerangkan dengan cukup gamblang yang patut disimak oleh para mahasiswa dan peminat komunikasi. Diuraikan bahwa apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan

a. Informasi: Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data,

gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

b. Sosialisasi (pemasyarakatan): Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang

bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

c. Motivasi: Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya,

mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

d. Perdebatan dan diskusi: Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk

memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

e. Pendidikan: Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan

intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

f. Memajukan kebudayaan: Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan

warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya.

g. Hiburan: Penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari,

kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olah raga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.

h. Integrasi: Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan

memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.

(Effendy, 2006:27-28) Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa erat hubungannya dengan pengguna media massa,

komunikasi massa berfungsi sebagai alat pemuas kebutuhan para penguna media.

II.1.2.4 Efek Komunikasi Massa

Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuyk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Berikut klasifikasi efek komunikasi massa menurut Effendy:

a. Efek Kognitif (Cognitive effect) Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang

sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh

informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja. Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka terjadilah efek proposional behavioral.

b. Efek Afektif (Affective effect) Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak

agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah- gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.

c. Efek Konatif (Behavioral effect) Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak

dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan atau kebiasaan berperilaku. Karena berbentuk perilaku maka sebagaimana disinggung di atas maka efek dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan atau kebiasaan berperilaku. Karena berbentuk perilaku maka sebagaimana disinggung di atas maka efek

(Effendy, 2006:318-319). Efek komunikasi massa berbeda pada setiap individu, hal itu tergantung dari tingkat pemahaman masing-masing individu.

II.2 Televisi

Televisi sudah tidak terdengar asing dalam kehidupan masyarakat. Televisi dapat dikatakan sebagai suatu hal yang mampu melengkapi kehidupan masyarakat dalam memperoleh informasi. Namun walaupun dianggap penting, banyak masyarakat yang tidak mengetahui apakah sebenarnya arti televisi itu sendiri.

Istilah televisi terdiri dari dua suku kata,yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur- unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 2004:192).

Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai negara. Dengan demikian kata televisi disini diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmisi atau pancara, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai negara. Dengan demikian kata televisi disini diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmisi atau pancara, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah

Pada hakikatnya, media televisi terlahir karena perkembangan teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi sekitar tahun 1883 sampai 1884. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang. Televisi sendiri mulai dinikmati oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1939 yaitu, ketika berlangsungnya “World Fair” di kota New York hingga saat ini. Televisi memberikan banyak pengaruh pada kehidupan manusia. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan suatu keamanan negara (Kuswandi, 1996:6).

Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuaannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika. Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran televisi yang memiliki keahlian yang berbeda ini ialah kreatifitas perorangan. Tanpa kreatifitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan penontonnya (Wahyudi, 1986:49-51).

Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas negara pun bukan lagi hal yang sulit untuk diterjang melainkan begitu mudah untuk diterobos. Karena itu, bila informasi media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya penjajahan negara dalam hal informasi.

Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert K. Afery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Message-A Reader in Human Communication’ Random House, New York 1980, mengungkapkan tiga fungsi media yaitu:

a. The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan.

b. The corelation of the part of society in responding the environment yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.

c. The transmition of the social heritage from one generation to he next, maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya sari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga fungsi diatas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana secara sosiologis menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai – nilai tertentu kepada masyarakat. Itulah media televisi dengan berbagai kelebihan serta kekurangan nya. Melihat posisi dan peranannya, bukan tidak mungkin pada suatu saat media televisi akan memberikan kemajuan bagi manusia sebagai aset informasi dan komunikasi (Kuswandi, 1996 : 24 – 25 ).

II.2.1 Perkembangan Televisi di Indonesia

Setelah memamparkan sejarah perkembangan televisi dunia, berikut sejarah perkembangan dunia pertelevisisan Indonesia.

Ketika peresmian satelit komunikasi Palapa dilakukan oleh Presiden Seoharto pada tanggal 17 Agustus 1976, mulailah dunia komunikasi massa di Indonesia berkembang dengan sendirinya. Satelit Palapa memiliki 12 transponder, tiap transponder bisa meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran telepon bolak-balik atau 800 saluran telepon satu arah. Satelit ini dihubungkan dengan 40 buah stasiun bumi, 27 diantaranya terletak di ibu kota proponsi.

Di Indonesia dunia pertelevisian berkembang pesat, terbukti dengan bermunculannya televisi swasta dibarengi dengan deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah, sejak tanggal 23 Agustus 1990. Ada berbagai alternatif tontonan bagi masyarakat Indonesia saat ini yaitu, TVRI, RCTI, SCTV, ANTV, MetroTV, GlobalTV, TransTV, Trans7, Indosiar, TVOne, dan MNCTV (Kuswandi, 1996:34).

Dengan demikian, semakin maraklah persaingan media televisi di Indonesia, baik dengan televisi lokal maupun televisi internasional. Hal ini akan membawa pengaruh pada pemasangan iklan di media televisi. Seandainya setiap media televisi lokal di Indonesia tidak mampu mengelola manajemennya dan personifikasi orang dibalik media tersebut secara profesional buka tidak mungkin pada suatu saat, televisi lokal akan

‘bangkrut’ tergilas oleh kehebatan televisi asing dalam berbagai sajian program maupun iklan.

Tahun 1965, memiliki 2 stasiun penyiaran dengan 4 stasiun pemancar dan 5 stasiun penghubung. Antara tahun 1973-1978, TVRI menambah 5 buah stasiun penyiaran dengan 77 buah pemancar dan 11 stasiun penghubung. Tahun 1980 terdapat 9 buah stasiun penyiaran dengan dilangkapi 124 pemancar dan stasiun penghubung. Menurut Deppen, tahun 1991 jaringan nasional TVRI meliputi sarana yang di klasifikasikan sebagai berikut: 10 stasiun siaran, 7 stasiun keliling, dan 225 stasiun transmisi (Kuswandi, 1996:35-36).

Badan televisi swasta pertama di Indonesia adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang beroperasi sejak bulan April 1989. Kemudian ditetapkan secara resmi tayang nasional pada tanggal 24 Agustus 1989 sekaligus pencabutan decoder RCTI. Misi dari RCTI yakni ikut serta dalam proses pencerdasan bangsa melalui tayangan yang menghibur sekaligus informatif dan mendidik. Kemudian pada bulan Agustus 1989 mengudaralah Surya Citra Televisi (SCTV), dalam perkembangannya SCTV meerencanakan membangun 20 stasiun relay, dimana setiap stasiun relay berkekuatan rata-rata 1 kilowatt (Kuswandi, 1996:36-38).

Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelola oleh PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI) pimpinan Siti Hardiyanti Rukmana, diresmikan penyiarannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Januari 1981 bertempat di Studio 12 TVRI Senayan Jakarta. Meskipun TPI berstatus swasta, tetapi penyiarannya bekerjasama dengan TVRI. TPI terikat pada UU no.2/1989 tentang pendidikan nasional. Hal ini menyebabkan TPI harus bekerjasama dengan Deppen dan Depdikbud.

Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu tayangannya. Kemudian pada tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta lainnya seperti Indosiar, TransTV, Trans7, GlobalTV, MetroTV, ANTV, dan TVOne. Sehingga sampai saat ini terdapat 11 stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional di Indonesia (Kuswandi, 1996:38-40).

II.2.2 Kekuatan Media Televisi

Media massa merupakan salah satu media yang mampu diterima di semua kalangan masyarakat. Hal itu dapat dikuatkan dengan adanya penggunaan media massa secara terus-menerus dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Media massa mampu memberi arti penting dalam hati masyarakat dalam membantu memperoleh informasi.

Kehadiran media massa pada masyarakat negara berkembang mempunyai arti sangat penting. Terlebih lagi bagi negara kepulauan Indonesia. Jarak psikologis dan jarak geografis semakin kecil dan sempit. Media massa terbagi atas dua bagian yaitu: media massa elektronik (televisi dan radio), media massa cetak (koran, majalah dan sejenisnya). Setiap media massa mempunyai kekuatan masing-masing. Tetapi pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khayalak sasaran agar well informed (tahu informasi).

Adapun beberapa unsur penting dalam media massa, yaitu:

a. Adanya sumber informasi

b. Isi pesan (informasi) b. Isi pesan (informasi)

d. Khalayak sasaran (masyrakat)

e. Umpan balik khalayak sasaran (Kuswandi, 1996:98).

Dari lima komponen diatas maka terciptalah proses komunikasi antara pemilik isi sumber pesan (sumber informasi) dengan penerima pesan melalui saluran informasi (media). Proses komunikasi ini dimaksudkan untuk mencapai kebersamaan terhadap isi pesan yang disampaikan. Dalam menjalankan fungsinya, media massa menghadapi berbagai macam khalayak sasaran yang berbeda status sosial ekonominya.

Media massa televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara geografis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa, serta dampak yang ditimbulkan juga berbeda-beda.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Jadi, efektif atau tidaknya isi pesan itu tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa dan lingkungan sosialnya

Berdasarkan hal itulah maka timbul pendapat pro dan kontra terhadap dampak acara televisi (effect) menurut Kuswandi yaitu:

a. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

b. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

c. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan masyarakat.

(Kuswandi, 1996:100). Perbedaan pendapat tentang dampak acara televisi merupakan hal

yang wajar. Karena media televisi dalam operasionalnya berhubungan institusi sosial lainnya yang ada dalam masyarakat, serta adanya perbedaan sudut pandang dari khalayak sasaran.

Ada 3 dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa menurut Kuswandi, yaitu:

a. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memamhami acara yang ditayangkan televsi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

b. Dampak peniruan yaitu pemirsa diharapkan pada trend aktual yang ditayangkan televisi.

c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Kuswandi, 1996:99).

Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkapkan di atas hanya bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam. Banyak tayangan-tayangan yang tidak sesuai sasaran, hal itu dikuatkan dengan pernyataan dari Kuswandi sebagai berikut:

Banyak tayangan-tayangan televisi yang diperuntukkan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak. Kunci penyelesaiannya ialah para pengelola dan perencana acara televisi tetap harus konsisten dan konsekuen membuat paket acara dengan tujuan yang jelas dan pasti diiringi tanggung Banyak tayangan-tayangan televisi yang diperuntukkan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak. Kunci penyelesaiannya ialah para pengelola dan perencana acara televisi tetap harus konsisten dan konsekuen membuat paket acara dengan tujuan yang jelas dan pasti diiringi tanggung

II.2.3 Karakteristik Televisi

Ditinjau dari stimulus alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan.

Adapun karakteristik televisi adalah sebagai berikut:

a. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar sekaligus dapat

dilihat (audiovisual). Karena sifatnya yang audiovisual maka siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Pemirsa pada umunya merasa terpenuhi keingintahuannya bila setiap berita televisi dilengkapi dengan film berita. Terlebih lagi bila kualitas rekamannya baik, serta momen pengambilannya tepat, seolah-olah pemirsa melihat langsung peristiwa tersebut.

b. Berpikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar.

Pertama, adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata- kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Tahap kedua dari proses ‘berpikir dalam gambar’ adalah penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontunuitasnya mengandung makna tertentu.

c. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan rado siaran, pengoperasian televisi siaran lebih

kompleks dan lebih banyak melibatkan banyak orang. Untuk kompleks dan lebih banyak melibatkan banyak orang. Untuk

II.2.4 Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan

Setelah membahas mengenai karakteristik suatu peristiwa (fakta dan opini) yang layak untuk menjadi berita yakni bahwa fakta dan opini tersebut harus mengandung unsur penting dan menarik. Begitu pula pesan lainnya yang bertujuan menghibur. Tetapi pesna yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan petimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran.

Menurut Akurifai Baksin, unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi yang harus diperhatikan, yaitu (Baksin, 2006:63-68) :

1. Penampilan Penyaji Berita Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter atau pemandu

acara adalah istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara atau program televisi. Seorang presenter televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umumnya terkenal karena menjadi presenter program tertentu. Kecuali presenter untuk program politik atau iptek yang merupakan profesional di bidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tapi punya minat di bidang tertentu lainnya.

RM Hartoko dalam Baksin menyebutkan beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu (Baksin, 2006:157) :

a. Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengetahuan.

b. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum dan daya ingat yang kuat.

c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar.

d. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup matang.

e. Penguasaan bahawa adalah kemampuan mengunakan bahasa formal dan infromal yang mudah dipahami.

2. Narasumber Narasumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang

mengetahui informasi tertentu. Menurut R. Fadli yang digolongkan menjadi narasumber yang tidak sembarangan atau spesial adalah:

a. Memiliki Kapabilitas Kapabilitas adalah kemampuan yang meliputi kemampuan dalam

bidang akademis maupun pengalaman.

b. Memiliki Kredibilitas Kredibiltas merupakan kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk

menimbulkan kepercayaan.

c. Memiliki Akseptabilitas Akseptabilitas meliputi latar belakang pribadi maupun profesi

seorang narasumber yang sesuai dengan topik pembahasan.

3. Materi Acara Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam program talkshow terletak

padamateri acara atau permasalahn (Wibowo, 2001:48). Dalam hal ini ada dua kategori untuk mengetahui samapi seberapa jauh permasalahan itu menarik, yaitu:

a. Permasalahan apa yang dibahas dalam diskusi tersbut, yaitu hal yang menjadi topik pembahsan dalam diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi masyarakat.

b. Masalah itu merupakan masalah yang aktual atau yang sedang hangat di masyarakat.

4. Perangkat Acara Wibowo juga berpendapat, memberi ilustrasi visual dari apa yang

sedang dibicarakan menambah daya tarik dan menghidupkan program talkshow (Wibowo, 2001:49). Ilustrasi visual tersebut dapat berupa sajian acara musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo, 2001:37). Perangkat acara bertugas untuk menyampaikan ilustrasi tersebut. Seperti dalam acara Mario Teguh The Golden Ways, perangkat acara adalah orang-orang yang memiliki peran dalam sedang dibicarakan menambah daya tarik dan menghidupkan program talkshow (Wibowo, 2001:49). Ilustrasi visual tersebut dapat berupa sajian acara musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo, 2001:37). Perangkat acara bertugas untuk menyampaikan ilustrasi tersebut. Seperti dalam acara Mario Teguh The Golden Ways, perangkat acara adalah orang-orang yang memiliki peran dalam

a. Keselarasan antara perangkat acara dan kerja sama tim.

b. Komunikasi antara perangkat acara yang terlihat dalam penggunaan humor merupakan daya tarik tayangan tersebut.

5. Waktu Tayang Faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam tayangan talkshow

adalaha pemilihan waktu tayang. Pemilihan waktu tayang diperlukan agar segmentasi khalayak yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pemilihan waktu tayang juga memperhatikan:

a. Frekuensi penayangan yang diperlukan untuk memudahkan penonton mengingat acara tersebut.

b. Durasi tayangan yaitu lamanya tayangan tersebut berlangsung. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari penonton dari kebosanan.

II.2.5 Program Siaran Televisi

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52