revolusi mental Jokowi dalam reformasi

Pengertian Reformasi birokrasi
Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan
perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama
menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business
prosess) dan sumber daya manusia aparatur.
Menurut

Khan

(1981),

pengertian

reformasi

sebagai

suatu

usaha


perubahan pokok dalam suatu sistem birokrasi yang bertujuan mengubah
struktur, tingkah laku, dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama.
Sedangkan menurut Quah (1976), reformasi sebagai suatu proses untuk
mengubah proses, prosedur birokrasi publik dan sikap serta tingkah laku birokrat
untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan pembangunan nasional.
Aktivitas reformasi sebagai padanan lain dari change, improvement, atau
modernization. Dari pengertian ini, maka reformasi ruang lingkupnya tidak hanya
terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan perubahan pada
tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics being). Arah yang akan dicapai
reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan masyarakat secara efektif
dan efisien.Reformasi bertujuan mengoreksi dan membaharui terus-menerus
arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh menyimpang, kembali ke citacita proklamasi. Reformasi birokrasi penting dilakukan agar bangsa ini tidak
termarginalisasi oleh arus globalisasi.
Adapun visi reformasi birokrasi yang tercantum dalam lembaran Grand
design Reformasi Birokrasi Indonesia adalah “terwujudnya pemerintahan kelas
dunia”. Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas
dunia, yaitu pemerintahan yang professional dan berintegritas tinggi yang
mampu

menyelenggarakan


pelayanan

prima

kepada

masyarakat

dan

manajemen pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan
pada abad ke 21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.
Sedangkan Misi reformasi birokrasi Indonesia adalah :
a) Membentuk/

menyempurnakan

peraturan


perundang-undnagan

dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
b) Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana,
manajemen

sumber

daya

manusia

aparatur,

pengawasan,

akuntabilitas, kualitas pelayanan public, mindset, dan cultural set.
c) Mengembangkan mekanisme control yang efektif
d) Mengelola sengketa administrated secara efektif dan efisien


Implementasi Reformasi Birokrasi di Indonesia

Salah satu contoh reformasi birokrasi di Indonesia adalah konsep
“revolusi mental” dan “nawacita” yang dicanangkan oleh presiden RI
2014-2019 Ir. Joko Widodo atau yang biasa dikenal dengan sebutan jokowi.
Isitilah “revolusi mental” dan “nawacita” populer lekat dengan komitmen
pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang akrab dipanggil Jokowi, untuk
membangun bangsa dan negara Republik Indonesia. Revolusi mental—
menurut Jokowi—adalah perubahan paradigma, mind-set, atau budaya
politik dalam rangka pembangunan bangsa (nation-building) sesuai
dengan cita-cita Proklamasi Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur.
Sementara nawacita adalah sebutan yang menunjuk pada 9
program prioritas pemerintahan Jokowi-JK, yaitu: (1) Menghadirkan
kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga negara; (2) Membuat pemerintah tidak absen
dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya; (3) Membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara
Kesatuan; (4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;

(5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; (6) Meningkatkan
produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional; (7) Mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik; (8) Melakukan revolusi karakter bangsa; (9)
Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Penerapan revolusi mental dan nawacita di Kementerian PAN RB
pada dasarnya adalah implementasi visi dan misi Kementerian PAN RB
yang yang dijiwai dan digerakkan oleh revolusi mental dan nawacita
pemerintahan Jokowi-JK. Dengan demikian, revolusi mental dan nawacita
dalam konteks tulisan ini diposisikan sebagai cara dan panduan
implementasi visi dan misi Kementerian PAN RB.
Visi Kementerian PAN RB adalah “Mewujudkan Aparatur Negara Yang
Bersih, Kompeten dan Melayani”, dengan misinya sebagai “Penggerak
Utama Reformasi Birokrasi”.
Isi nawacita yang terkait langsung dengan visi dan misi Kementerian PAN
RB yaitu poin 2, “Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya”. Kata kunci untuk itu adalah reformasi birokrasi.

Sasaran revolusi mental dalam konteks reformasi birokrasi adalah

terwujudnya perubahan radikal-positif atas mind-set dan culture-set,
kapabilitas, perilaku, dan gaya aparatur birokrasi. Aparatur birokrasi harus
bersih, kompeten, bekerja efektif dan efisien, serta bermental dan
bergaya sebagai pelayan publik, bukan sebagai priyayi yang minta
dilayani.
Penerapan revolusi mental dan nawacita pada aparatur birokrasi
menyangkut tiga hal yang merupakan satu kesatuan dan saling terkait
satu sama lain yakni rekrutmen, pembinaan, dan pengawasan. Ketiganya
berperan membentuk aparatur birokrasi yang bersih, kompeten, dan
melayani sebagaimana visi Kemeterian PAN RB. Rekrutmen adalah
penerimaan PNS dan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).
Rekrutmen
tersebut
harus
dilakukan
dengan
prinsip terbuka,
transparan, profesional, dan sesuai kebutuhan. Terbuka bermakna
setiap warga negara yang memenuhi syarat memiliki kesempatan yang
sama untuk mengikuti proses rekrutmen. Transparan berarti semua

tahapan prosesnya bisa diketahui oleh setiap peserta maupun publik,
termasuk kriteria penilaian untuk menentukan diterima atau tidaknya
calon aparatur dimaksud. Profesional diartikan bahwa seluruh proses
rekrutmen dilaksanakan sesuai standar dan tidak melanggar peraturan
perundang-undangan, serta berlangsung jujur. Sesuai kebutuhan,
maksudnya, rekrutmen itu berdasarkan pada analisis kebutuhan pegawai
yang dilakukan secara obyektif. Secara umum kondisi eksisting aparatur
(pegawai) berjumlah terlalu banyak. Oleh karenanya, rekrutmen tersebut
tidak boleh berdampak inflasi jumlah pegawai.
Kritisi terhadap reformasi birokrasi di indonesia
Dalam implementasi dari revolusi mental yang diterapkan oleh Jokowi
harus merupakan bagian dari reformasi sistem dan proses, administrasi negara.
Dalam konteks SANKRI, reformasi birokrasi di dalamnya pada hakikinya
merupakan transformasi berbagai dimensi nilai yang terkandung dalam
konstitusi. Dalam hubungan itu, reformasi birokrasi juga merupakan jawaban
atas tuntutan akan tegaknya aparatur pemerintahan yang berdaya guna,
berhasil guna, bertanggung jawab, bersih dan bebas KKN
Untuk dapat meluruskan kembali birokrasi pada posisi dan misi atau
perannya yang sebenamya selaku “pelayan publik” ( public servant), diperlukan
kemampuan dan kemauan kalangan birokrasi untuk melakukan langkah-langkah

reformasi birokrasi yang mencakup perubahan perilaku yang mengedepankan
“netralitas, professionalitas, demokratis, transparan, dan mandiri”, disertai
perbaikan semangat kerja, cara kerja, dan kinerja terutama dalam pengelolaan
kebijakan dan pemberian pelayanan publik, serta komitmen dan pemberdayaan
akuntabilitas instansi pemerintah. Untuk memperbaiki cara kerja birokrasi
diperlukan birokrasi yang berorientasi pada hasil

Selain itu, diperlukan sosok pemimpin yang memiliki komitmen dan
kompetensi terhadap reformasi Birokrasi negara secara tepat, termasuk dalam
penyusunan
agenda
dan
pelaksanaan
kebijakan
pemerintahan
dan
pembangunan yang ditujukan pada kepentingan rakyat, peningkatan ketahanan
dan daya saing bangsa. Dalam rangka itu, diperlukan pula reformasi struktural,
seperti independensi sistem peradilan dan sistem keuangan negara, disertai
upaya peningkatan transparansi dan akuntabilitasnya kepada publik.