HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJAD (2)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN PENELITIAN

Oleh : RUMPIATI FITRIA ELLA HIDAYATUL MUSTAFIDAH PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MADIUN TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN

PENELITIAN Disusun Sebagai Perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun

Oleh : RUMPIATI FITRIA ELLA HIDAYATUL MUSTAFIDAH PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MADIUN TAHUN 2010

ABSTRAK

Anemia merupakan kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah normal. Anemia merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia. Penelitian ini menggunakan desain analitik cross sectional. Metode sampling yang digunakan adalah random sampling. Populasi yang ada sebanyak 120 remaja di SMA Muhammadiyah Madiun, Kota Madiun bulan September - Oktober 2010, sedangkan sampel yang diambil sebanyak 92 responden. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan alat ukur tinggi badan, berat badan dan pemeriksaan kadar Hb. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji Spearman rho’s dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian remaja yaitu 73 (79,3%) status gizi kurang dan Sebagian kecil remaja yaitu 8 (8,7%) status gizi lebih. Lebih dari sebagian remaja yaitu 63 (68%) anemia ringan dan sebagian kecil remaja yaitu 11 (12%) tidak anemia. Hasil

pengujian statistik diperoleh P = 0,047 (p < 0,05) sehingga H 1 diterima artinya terdapat hubungan negatif antara status gizi dengan kejadian anemia. Melihat hasil penelitian ini maka perlu dilakukan kegiatan meliputi penyuluhan dan konseling tentang pentingnya gizi dan pencegahan anemia (pemberian tablet zat besi atau edukasi gizi) melakukan deteksi dini anemia remaja dengan pemeriksaan Hb dan pemberian tablet tambah darah secara teratur selama remaja.

Kata Kunci : status gizi, anemia remaja

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian yang berjudul: “Hubungan

status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas XI di SMA

Muhammadiyah “ sesuai waktu yang ditentukan. Penulisan penelitian ini disusun sebagai perwujudan Tri dharma Perguruan Tinggi Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun. Dalam Penyusunan penelitian ini, penulis telah mendapat bimbingan , arahan dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar –bearnya

1. Drs. H. Sudirman, Msi, selaku ketua BPH Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun

2. Nur Chotimah , SPD, selaku kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Kota Madiun

3. Rekan – rekan Akademi Kebidanan Muhammadiyah madiun yang telah banyak memberikan bantuan ikut berperan dalam memperlancar penelitian dan penulisan penelitian ini.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Madiun,Oktober 2010

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT .................................................

14 Tabel 2.2 Ciri Atau Karakteristik Seks Sekunder ...................................

19 Table 2.3 klasifikasi anemia, berdasarkan skala .....................................

22 Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan status gizi dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Muh Madiun kelas XI, kota Madiun Tahun 2010 ........................................................................................

29 Tabel 4.1 Distribusi tinggi badan remaja putri kelas XI di SMA Muhammadiyah madiun kota madiun .................................... 37 tabel 4.2 Distribusi berat badan remaja putri kelas XI di SMA Muhammadiyah madiun kota madiun .................................... 37 Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan umur di SMA Muhammadiyah

madiun kota madiun ............................................................... 38

Tabel 4.4 Status gizi pada remaja putri ..................................................

38 Tabel 4.5 Kejadian anemia ....................................................................

39 Tabel 4.6 Tabulasi silang status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Muhammadiyah madiun kota madiun Tahun 2010 .............................................................................

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan status gizi dengan kejadian

anemia pada remaja di SMA Muhammadiyah Madiun kelas

24 Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan status gizi dengan kejadian

XI, Kota MadiunTahun 2010 ................................................

anemia pada remaja di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI, kota Madiun Tahun 2010 ......................................................

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Daftar Singkatan

Amd.Keb : Ahli madya kebidanan Amd.kep

Ahli madya keperawatan Cm

: Centimeter Kg

: kilogram

M. kes : Magister Kesehatan Ns

: Ners SD

: Sekolah Dasar SMA

: Sekolah Menengah Atas SMP

: Sekolah Menengah Pertama S.ST

: Sarjana Sain Terapan SPSS

: Statisfical Product and Service Solution RT

: Rukun Tetangga RW

: Rukun Warga

Daftar Lambang

% : Persen -

: Sampai <

: Kurang dari >

: Lebih dari :

: Sama dengan /

: Atau ≤ : Lebih kecil atau sama dengan ≥ : Lebih besar atau sama dengan

s/d : Sampai dengan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden Lampiran 2 Lembar Persetujuan Lampiran 3 SOP Pemeriksaan Berat Badan Lampiran 4 Lembar permohonan Ijin Penelitian Lampiran 5 Surat Keterangan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferin menurun, mampu ikat besi total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Gultom, 2003). Baik dinegara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6gr%, disebut anemia Anemia masih banyak diderita oleh perempuan Indonesia. (Gultom, 2003)

Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Para remaja baik laki-laki maupun wanita keduanya tentu akan melalui fase pubertas (Kartono, 2006). Remaja menjadi tanda periode siklus kehidupan yang mempunyai kebutuhan nutrisi total tertinggi dan periode pertumbuhan fisik kedua yang terjadi selama tahun pertama kehidupan. Selama masa remaja individu mencapai 50% BB dewasa dan sampai 40% masa otot dewasa. Oleh karena itu nutrisi yang tidak adekuat selama masa ini akan mempunyai konsekuensi jangka panjang pada penurunan masa tulang puncak, pertumbuhan terhambat dan maturasi seksual tertunda. Lebih jauh lagi masa remaja masa peningkatan perhatian terhadap pencapaian berat badan dan penampilan terutama diantara remaja perempuan kebiasaan makan mandiri berkembang selama masa ini karena remaja menghabiskan banyak waktu di luar rumah (Helen varney, 2006 ).

Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Pada tahun 1995, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), sekitar 57% anak perempuan (10-14 tahun) dan 39,5% perempuan (15-45 tahun) diketahui menderita anemi. Departemen Kesehatan R.I pada tahun 1998/1999 di 2 propinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang meliputi 10 Kabupaten menemukan bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami anemia (Hb< 12 gr %) dan sekitar 70% calon pengantin wanita juga mengalami hal yang sama. Pada survei awal di SMA Muhammadiyah Madiun di dapatkan dari 5 siswi didapatkan 2 siswi ( 40 % ) mengalami anemia dan 3 siswi ( 60 % ) tidak mengalami anemia. Sehingga masalahnya masih tinggi kejadian anemia pada siswa perempuan di SMA Muhammadiyah Madiun .

Teori menurut Rustam Mochtar (2004:145) mengatakan kejadian anemia di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor status gizi mempengaruhi terjadinya anemia maka konsumsi makanan sebagai asupan gizi remaja putri perlu mendapatkan perhatian yang utama. Oleh karena itu di sarankan untuk masyarakat pedoman umum gizi seimbang atau PUGS melalui sekolah dan cara memilih makanan yang sehat dan pengetahuan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja perlu di berikan sedini mungkin ( Wijanarka,2007). Faktor sosial ekonomi remaja dengan ekonomi rendah cenderung mengalami gizi kurang. Hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi sehingga keadaan tersebut memungkinkan untuk terjadinya anemia pada remaja. Faktor Absorbsi makanan mempengaruhi kejadian anemia remaja harus memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air ( Krisnaluli Diah,2000:30). Faktor Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan mentruasi Karena jika kehilangan darah tubuh dengan segera menarik cairan dari jaringan di Teori menurut Rustam Mochtar (2004:145) mengatakan kejadian anemia di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor status gizi mempengaruhi terjadinya anemia maka konsumsi makanan sebagai asupan gizi remaja putri perlu mendapatkan perhatian yang utama. Oleh karena itu di sarankan untuk masyarakat pedoman umum gizi seimbang atau PUGS melalui sekolah dan cara memilih makanan yang sehat dan pengetahuan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja perlu di berikan sedini mungkin ( Wijanarka,2007). Faktor sosial ekonomi remaja dengan ekonomi rendah cenderung mengalami gizi kurang. Hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi sehingga keadaan tersebut memungkinkan untuk terjadinya anemia pada remaja. Faktor Absorbsi makanan mempengaruhi kejadian anemia remaja harus memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air ( Krisnaluli Diah,2000:30). Faktor Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan mentruasi Karena jika kehilangan darah tubuh dengan segera menarik cairan dari jaringan di

Agar anemia tidak mengakibatkan keluhan sebaiknya wanita mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga status gizinya baik, status gizi dikatakan baik, apabila nutrisi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin maupun air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan (Krummel, 1996 ) secara garis besar kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 th (2.550 kkal ) kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun kebutuahn akan semua jenis mineral juga meningkat. Peningkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena keduanya ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yang di anjurkan sebesar 800 mg (pra remaja) – 1200 mg (remaja)

Menurut Lubis, 2008 unsur zat besi bisa di dapatkan dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang yang mengandung vitamin

C (asam askorbat ).Untuk meningkatkan absorsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, the es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minuman susu pada saat makan.untuk meningkatkan absorsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung phosphate dan kalsium.

Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan kejadian anemia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana gambaran status gizi pada remaja di SMA Muhammadiyah Madiun?

1.2.2 Bagaimana gambaran kejadian anemia pada remaja di SMA Muhammadiyah Madiun ?

1.2.3 Apakah ada hubungan antara status gizi remaja dengan kejadian anemia di SMA Muhammadiyah Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan status gizi remaja dengan kejadian anemia di SMA Muhammadiyah Madiun.

1.3.2 Tujuan khusus

1) Mengidentifikasi status gizi pada siswi kelas XI SMA Muhammadiyah Madiun .

2) Mengidentifikasi kejadian anemia pada siswi kelas XI SMA Muhammadiyah Madiun.

3) Menganalisis hubungan status gizi remaja dengan kejadian anemia pada siswi XI SMA Muhammadiyah Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Akademis Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam memberikan informasi yang tepat dan akurat tentang hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja .

1.4.2 Bagi praktis penelitian ini akan berguna bagi :

1) Bagi Instansi Terkait

Penelitian ini dapat memberikan masukan untuk lebih meningkatkan perannya dalam memberikan informasi yang tepat dan akurat bagi remaja.

2) Bagi Profesi Kebidanan Hasil penelitian ini memberikan masukan kepada profesi kebidanan dalam memberikan informasi pada remaja dalam memenuhi kebutuhan gizinya.

3) Bagi Peneliti Yang Akan Datang Sebagai data awal untuk meneliti status gizi yang dapat mempengaruhi kejadian anemia. Dukungan dari faktor lain dengan populasi yang besar sehingga hasilnya lebih representatif dan dapat digeneralisasikan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam tinjauan pustaka ini akan dijelaskan tentang : Konsep dasar status gizi, remaja dan anemia.

2.1 Konsep Dasar Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status gizi Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau perwujudan dari nutrisi. (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002). faktor yang mempengaruhi status gizi :

1) Status ekonomi Keadaan ekonomi yang rendah, umumnya berkaitan erat dengan masalah kesehatan yang mereka hadapi di sebabkan ketidak mampuan dan ketidak tahuan masalah yang mereka hadapi (Effendi N,2001), remaja dengan ekonomi rendah cenderung mengalami gizi kurang. Hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi sehingga keadaan tersebut memungkinkan untuk terjadinya anemia pada remaja (Effendi N,2001)

2) Status kesehatan Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh di lupakan, remaja di anjurkan mengkonsumsi tablet mengandung zat besi atau makanan yang mengandung zat besi seperti hati bayam dan sebagainya. Demi kesuksesannya keadaan gizi remaja harus mendapatkan tambahan protein, mineal, vitamin dan energi.

3) Aktivitas

Setiap aktivitas memerlukan anergi maka banyak aktivitas yang dilakukan maka banyak energi yang diperlukan (Path EF,2004)

2.1.2 Penilaian status gizi Menurut I Dewa Nyoman, Supariasi,2001 Penilaian status gizi dapat dilakukan

penilaian secara langsung dan penilaian tidak lagsung dengan metode penilaian yang berbeda-beda. Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :

1) Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2) Klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superfiecid epithelial fissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oval atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tyroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara tepat (Rapid Clinical Survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3) Biokimia adalah pemeriksaan specemen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan Metode ini 3) Biokimia adalah pemeriksaan specemen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan Metode ini

4) Biofisik Pengertian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan-kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of right blindes) cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2.2 Konsep Dasar Antropometri

2.2.1 Pengertian Menurut asal kata Antropometri berasal dari kata “Metros” dan “Antropos”. Antropos

artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Menurut Jellife, Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam, pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat gizi (Supariasa, dkk, 2001:36).

2.2.2 Syarat penggunaan antropometri

1) Alatnya mudah didapat dan digunakan.

2) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan obyektif.

3) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus, professional juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.

4) Biaya relative murah.

5) Hasilnya mudah disimpulkan.

6) Secara ilmiah diakui kebenarannya.

2.2.3 Keunggulan dan kelemahan antropometri Dalam penentuan atau penilaian status gizi dengan menggunakan metode antropometri

mempunyai keunggulan dan kelemahan antara lain:

1) Keunggulan Keunggulan dalam metode antropometri dalam penilaian status gizi antara lain:

(1) Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. (2) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli. (3) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan, dibuat di daerah tersebut. (4) Metode ini tepat dan akurat.

2) Kelemahan Kelemahan metode antropometri dalam penilaian status gizi antara lain:

(1) Jenis parameter Tidak sensitive (2) Faktor di luar gizi dapat menurunkan spesifikasi dan sensifitas antropometri. (3) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi prosesi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri

2.2.4 Jenis parameter Antropometri sebagai indikator status gizi dapat di lakukan mengukur beberapa

parameter. Parameter adalah ukuran tunggul dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan lemak di bawah kulit. Dalam hal ini akan di uraikan tentang parameter tinggi dan berat badan karena paling menunjang.

1) Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, air dan mineral pada tulang. Pada remaja lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun.

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain:

(1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. (2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. (3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas. (4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur. (5) Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penelitian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan di mana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur. (6) Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang sudah dikenal oleh masyarakat. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di

lapangan sebaliknya memenuhi beberapa persyaratan:

1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.

2. Mudah diperoleh dan relative murah harganya.

3. Ketelitian penimbangan sebaliknya maksimum 0,1 kg.

4. Skala mudah di baca.

5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

2) Tinggi Badan Merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang terpenting. Karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac Stick). Cara mengukur tinggi badan dengan pengukur tinggi mikrotoa:

(1) Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus dan dasar setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata. (2) Lepaskan sepatu atau sandal. (3) Harus berdiri, tegak seperti sikap sempurna. (4) Turunkan mikrotoa sampai tepat kepala bagian atas, siku-siku lurus menempel pada dinding. (5) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi badan (Supariasa, dkk, 2001:42-43).

3) Indeks Antropometri IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Ambang batas IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO, WHO yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal, laki- laki adalah 20,1-25,0 dan perempuan adalah 18,7-23,8, untuk kegemukan, lebih lanjut FAO, WHO menguraikan menggunakan satu ambang batas. Ambang batas laki-laki desain perempuan. Ketentuan yang diuraikan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat (I Dewa Nyoman, Supariasi, 2001:60)

Untuk kepentingan Indonesia, ambang batas dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis hasil penelitian di beberapa negara berkembang. BB (Kg)

IMT = TB 2 (cm)

Tabel 2.1 Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

KATEGORI

IMT

Kategori kurang

1 - Kekurangan berat badan tingkat berat

- Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

2 Kategori normal 18,5 – 25,0

3 Kategori lebih - Kelebihan berat badan tingkat ringan

25,0 – 27,0 - Kelebihan berat badan tingkat berat

Sumber : Supariasi,dkk,2001 Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan

yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilannya baik, lincah dan resiko sakit rendah. Berat badan yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan resiko terhadap berbagai macam penyakit. (Supariasa, dkk, 2001: 61-62).

2.3 Konsep Dasar Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional, kompleks, dinamis serta penyesuaian sosial yang penting untuk menjadi dewasa. Identitas seksual secara normal mencapai kesempurnaan sebagaimana organ-organ reproduksi kematangan (Hamilton, 2001: 53).

Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik (Sarlito Wirawan Sarwono, 2002:52) diantara perubahan- perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah perkembangan tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi dan tanda-tanda seksual Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik (Sarlito Wirawan Sarwono, 2002:52) diantara perubahan- perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah perkembangan tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi dan tanda-tanda seksual

Mengenai umur kronologis beberapa seorang anak dikatakan remaja masih berbagai pendapat, menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut UU perkawinan pasal 7 UU No. /1974, yaitu 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria.

2.3.2 Perkembangan Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain, Adolescence, yang berarti “bertumbuh” sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial, dan psikologi bergabung untuk menciptakan karakteristik, prilaku dan kebutuhan yang unik (Bobak, 2004:827).

2.3.3 Tahap-tahap remaja Masa remaja berlangsung tiga tahapan yang masing-masing ditandai dengan isu-isu biologic, psikologik dan sosial, antara lain:

1) Masa Remaja Awal (10-14 tahun) ditandai dengan :(1) Peningkatan yang cepat dari perkembangan dan pematangan fisik, (2) Berfikir kongkret, (3) Konflik dengan orang tua, (4) Keterkaitan utama.

2) Masa Remaja Menengah ditandai dengan : (1) Hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, (2) Keterampilan-keterampilan berfikir yang baru, (3) Hubungan heteroseksual merupakan hal yang penting, (4) Remaja menunjukkan perilaku idealis dan nonsitik, (5) Remaja berjuang untuk mandiri/bebas dari orang tua, (6) Mulai melamun, berfantasi dan berfikir tentang hal-hal yang ironis, (7) Emosi yang labil, sering meledak-ledak dan mood yang sering berubah.

3) Masa Remaja Akhir (17-19 tahun) ditandai dengan : (1) Remaja mulai berpacaran dengan lawan jenisnya, (2) Remaja mulai mengembangkan rencana hidupnya untuk masa depan, (3) Remaja berusaha untuk mandiri secara emosional dan financial dari orang tua.

2.3.4 Ciri-ciri masa remaja Ciri-ciri masa remaja adalah

1) Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perkembangan fisik dan mental yang cepat. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2) Masa remaja sebagai periode perubahan. Ada 5 perubahan yaitu (1) Meningginya emosi, (2) Perubahan tubuh, minat dan peran, (3) Perubahan penilaian (kualitas lebih penting daripada kwantitas), (4) Remaja akan ditumbuhi masalah, (5) Menginginkan dan menuntut kebebasan.

3) Masa remaja sebagai usia bermasalah. Ada dua alasan remaja dalam menyelesaikan masalah sulit untuk diatasi: (1) Semasa kanak-kanak, masalah diselesaikan oleh orang tua dan guru. (2) Pada remaja merasa mandiri, ingin mengatasi sendiri dan menolak bantuan orang tua dan

guru.

4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Menurut Ericson “Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya?” Selanjutnya Ericson menjelaskan bagaimana pencarian identitas ini merupakan perilaku remaja. “Dalam usaha mencari perasaan berkesinambungan kesamaan yang baru para remaja harus memperjuangkan perjuangan tahun-tahun lalu”.

5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan Pada masa ini remaja dianggap sebagai anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa 5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan Pada masa ini remaja dianggap sebagai anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa

6) Masa remaja sebagai masa periode peralihan Peralihan berarti terputusnya hubungan atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan lainnya. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.

7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kehidupan mulai kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dengan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita.

8) Masa remaja sebagai masa ambang dewasa Dengan makin mendekatnya usia kematangan yang satu para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotipe belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa (Hurlock, 2001: 207-209).

2.3.5 Perubahan tubuh selama masa remaja

1) Perubahan Eksternal (1) Tinggi Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang antara usia 17 tahun hingga 18 tahun dan rata-rata anak laki-laki setahun sesudahnya. (2) Berat

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.

(3) Proporsi tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang baik.

(4) Organ seks Baik organ seks pria maupun organ seks wanita mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian. (5) Ciri-ciri sekunder Table 2.2 Ciri-ciri atau karakteristik seks sekunder sebagai berikut:

Wanita

Pria

• Panggul menjadi bertambah lebar • Berjalan-jalan kecil sekitar dan bulat sebagai akibat

kelenjar susu

membesarnya tulang pinggul dan • Tumbuh rambut di kemaluan, berkembangnya lemak bawah

yang gelap, lebih kasar, subur, kulit

agak keriting

• Puting susu membesar dan • Kulit menjadi lebih besar tidak menonjol payudara menjadi lebih

jernih, warnanya pucat dan pori- besar dan bulat

pori meluas

• Rambut keemaluan mulai • Kelenjar yang memproduksi berkembang setelah pinggul dan

minyak menjadi lebih aktif

payudara • Otot bertambah besar dan kuat • Kulit menjadi kasar tebal agak

• Suara berubah setelah kemaluan pucat dan lubang pori-pori

timbul, suara pecah sengkali bertambah besar

kematangan berjalan pesat

• Kelenjar lemak dan kelenjar lemak lebih aktif

• Otot semakin besar dan kuat • Suara lebih penuh dan merdu

2) Perubahan Internal (1) Sistem pencernaan, Perut menjadi lebih panjang, usus bertambah panjang dan besar, otot- otot di perut dan dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang. (2) Sistem peredaran darah, Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17-18, beratnya dua belas kali lipat pada waktu lahir. (3) Sistem pernafasan, Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17 tahun, anak laki-laki mencapai kematangan beberapa tahun kemudian. (4) Sistem endokrin, Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai dewasa. (5) Jaringan tubuh, Perkembangan kerangka rata-rata berhenti pada usia 18 tahun. (Hurlock, 2001:211)

2.4 Konsep Anemia Remaja

2.4.1 Pengertian Anemia dalam remaja adalah suatu kondisi dimana kadar HB atau eritrosit lebih

rendah dari harga normal, dikatakan anemia bila HB < 12 g pada wanita dan HB < 14 g pada pria (Arif Marsjoer,dkk 2001). Menurut Rustam Mochtar (2004:145) faktor yang mempengaruhi kejadian anemia yaitu :

(1) Sosial ekonomi keadaan ekonomi yang rendah, umumnya berkaitan erat dengan masalah kesehatan yang

mereka hadapi di sebabkan ketidak mampuan dan ketidak tahuan masalah yang mereka hadapi (Effendi N,2001), remaja dengan ekonomi rendah cenderung mengalami gizi kurang. Hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi sehingga keadaan tersebut memungkinkan untuk terjadinya anemia pada remaja (Effendi N,2001)

(2) Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan mentruasi Karena jika kehilangan darah tubuh dengan segera menarik cairan dari jaringan di luar

pembuluh darah, akibatnya darah menjadi encer dan persentasi sel darah merah berkurang. (3) Status gizi Remaja dengan status gizi yang rendah memungkinkan untuk terjadinya anemia, karena gizi merupakan suatu proses organisme yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme.

(4) Absorbsi makan makanan yang di konsumsi oleh remaja harus memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang

sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air (Krisnaluli Diah,2000:30)

Diagnosa Anemia Pada remaja Untuk menegakkan diagnosa anemia dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa

akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang–kunang. Pemeriksaan dan pengawasan kadar Hb dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan kadar Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 2.3 Klasifikasi Anemia menurut manuaba, 2007 : 38

No Nilai Hb putri (gram %) Nilai Hb putra (gram %) Kriteria

1 11 13 Tidak anemia

2 9-10

11-12

Anemia ringan

3 7-8

9-10

Anemia sedang

Anemia berat

Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar Remaja mengalami anemia.

2.4.2 Klasifikasi Anemia Klasifikasi anemia menurut Rustam Mochtar (2004:145) yaitu :

1) Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi yang mencapai 62,3 % disebabkan karena kurang masuknya unsur

besi dengan makanan, karena gangguan reasobsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada perdarahan haid menstruasi.

2) Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik yang mencapai 29,0% disebabkan karena kekurangan asam folat,

jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B 12. Biasanya karena mal nutrisi dan infeksi

yang kronik.

3) Anemia Hipoplasti Anemia Hipoplasti yang mencapai 8,0 % disebabkan oleh hipofungsi sum-sum tulang,

membentuk sel darah merah baru.

4) Anemia Hemolitik Anemia Hemolitik yang mencapai 0,7 % disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah

merah yang terdapat dari pembuatannya, sehingga dari klasifikasi di atas yang sering terjadi dimasyarakat adalah Anemia Defisiensi Besi.

3) Pencegahan anemia Pencegahan anemia menurut Wiknojosastro 2005:453 yaitu setiap remaja diberi sulfas

ferrosus glukonas ferrosus cukup 1 tablet sehari. Selain itu remaja Dianjurkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.

4) Penanganan Terapi anemia defisiensi besi adalah preparat besi oral atau parenteral. Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisitrat.

Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gram%/bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat pada Na-fero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat. Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 µ g asam folat untuk profilaksis anemia.

Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relative lebih cepat yaitu

2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat dan kepatuhan yang buruk. Efek samping yang utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/IM dan bila tidak ada reaksi dapat diberikan seluruh dosis ( Sarwono, 2002:282).

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu relita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (baik yang diteliti maupun tidak diteliti). Kerangka konsep akan membatu penelitian dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2003 : 55)

Faktor Yang

normal Mempengaruhi Status mempengaruhi anemia

Faktor yang

gizi Status ekonomi

Status gizi anemia

ringan

sedang Status kesehatan

Absorbsi makanan

Aktivitas

Kehilangan darah yg

berat

disebabkan

oleh

mentruasi

Keterangan

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 2.1 : Kerangka konseptual penelitian hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Muhammadiyah Madiun .

Kejadian anemi pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : Status gizi, sosial ekonomi, absorbsi makanan dan kehilangan darah yang disebabkan oleh menstruasi, yang mana dari status gizi tersebut dapat menyebabkan anemia. Faktor yang mempengaruhi status gizi adalah : status ekonomi, status kesehatan dan aktivitas. Anemia dapat digolongkan menjadi anemia ringan, sedang dan berat.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban semementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Menurut Ia Biondo Wood dan Haber (1994) hipotesis adalah suatu pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2003: 57) Berdasarkan Kerangka Konseptual dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H 1 : Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian Anemia pada Remaja putri kelas

XI di SMA Muhammadiyah Madiun .

BAB 3 METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari : 1) Desain Penelitian, 2) Waktu dan Tempat Penelitian, 3) Kerangka Kerja, 4) Identifikasi Variabel, 5) Definisi Operasional, 6) Populasi, Sampel dan Sampling, 7) Pengumpulan dan Analisa Data,

8) Etika Penelitian

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2003 :80).

Desain penelitian ini yang digunakan adalah studi korelasi yang merupakan penelitian hubungan dua variabel pada suatu situasi ataupun sekelompok subjek(Soekidjo Notoatmodjo, 2002 :42). Dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional, dimana penelitian menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2003 : 85). Pada penelitian ini menghubungkan status gizi dengan kejadian anemia di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan september - Oktober 2010. Tempat penelitian di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI.

3.3 Kerangka Kerja (frame Work) Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal penelitian akan dilaksanakan (Nursalam, 2003 :56).

Kerangka kerja dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Populasi : seluruh remaja putri di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI dengan jumlah 120 responden

Sampling : Simple Random Sampling

Sampel : Sebagian remaja putri di SMA Muh Madiunkelas XI yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 92 responden.

Status gizi pada remaja Kejadian anemia

Pengumpulan data : timbangan, tinggi badan, HB sahli

Pengolahan dan Analisa data : Editing, Coding, Tabulating, Scoring, kemudian

dianalisa dengan uji spearman rank (Rho)

Penyajian Hasil

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI , Kota Madiun Tahun 2010

3.4 Identifikasi variabel Identifikasi variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002 :70). Variabel dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel independen Variabel independen adalah variabel bebas, sebab ataupun variabel yang mempengaruhi variabel dependen (Notoatmodjo, 2002 :70). Variabel independen dalam penelitian ini adalah status gizi pada remaja putri.

2) Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel tergantung, akibat, ataupun variabel yang terpengaruh oleh variabel independen (Notoatmodjo, 2002:70). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian anemia

3.5 Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003 :106). Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI , Kota Madiun Tahun 2010.

Kategori operasional

Parameter

Alat ukur

data

Variabel Hasil

- Kurang IMT < obsevasi

tinggi badan - Normal IMT = 18,5 – 25,0

dan berat status gizi

Lebih IMT > badan pada

pada remaja remaja 27,0

Variabel

- Hb >11 gram % di periksa

Remaja yang - Haemometer Hb sahli

Ordinal

= baik dependen

kadar HB - Hb > 9-11 gram dan terjadi

% = anemia kejadian

anemia ringan anemia pada

- Hb 7-8 gram % =

anemia remaja

sedang Hb < 7 gram %

= anemia berat

3.6 Populasi, Sampel, dan sampling

3.6.1 Populasi Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003:93). Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua remaja putri di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI Kota Madiun Tahun 2010 sejumlah 120 remaja putri.

3.6.2 Sampel Sampel penelitian adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek peneliti melalui sampling (Nursalam, 2003:95). Pada penelitian ini, sampel yang dipergunakan adalah sebagian remaja putri yang berada di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI yang memenuhi kriteria inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003:96). Menurut Nursalam (2003), besarnya sampel dihitung menggunakan rumus:

N.z ² .p.q

d². (N-1) + z². p.q

Keterangan :

n : Perkiraan jumlah sampel N

: Perkiraan jumlah populasi z

: Nilai standart normal untuk α = 0,05 (1,96) p

: Perkiraan proporsi, jika diketahui dianggap 50%=0,5 q

: 1-p (100%-p)=0,5

d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05) Berdasarkan rumus di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :

n = 120 . (1,96)². 0,5. 0,5

(0,05)². (120-1) + (1,96)². 0,5. 0,5 n = 115,2 = 91,6 atau dibulatkan 92

1,2575 Jadi besarnya sampel adalah 92 responden

3.6.3 Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar 3.6.3 Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar

Dalam penelitian ini mengambil sampel menggunakan simple random sampling yaitu bahwa setiap anggota / unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo,2002:85)

Untuk mencapai sampling ini setiap elemen di seleksi secara random (secara acak). Adapun cara pengambilanya dilakukan undian dipopulasi yang terpilih akan menjadi sampel penelitian.

3.7 Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.7.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses

pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003:115)

1) Proses pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian ini peneliti perlu mendapat ijin dari pihak terkait yaitu kepala sekolah di SMA Muhammadiyah Madiun, Kota Madiun,. Peneliti melakukan pendekatan kepada subyek untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden, selanjutnya peneliti menjelaskan bagaimana cara pemeriksaan yang akan dilakukan.

2) Instrumen pengumpulan data Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suhasimi Arikunto, 2006:160). Pada penelitian ini untuk variabel independen dan variabel dependen mengunakan observasi yaitu BB, TB, dan HB dengan cara sahli. Observasi merupakan cara pengumpulan data 2) Instrumen pengumpulan data Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suhasimi Arikunto, 2006:160). Pada penelitian ini untuk variabel independen dan variabel dependen mengunakan observasi yaitu BB, TB, dan HB dengan cara sahli. Observasi merupakan cara pengumpulan data

3.7.2 Analisa Data Analisa data merupakan proses penataan secara sistematis atau transkrip wawancara, data dan daftar isian materi lain untuk selanjutnya diberi makna, baik secara tunggal maupun simultan (Sudarwan Danim, 2002:268).

Setelah data terkumpul melalui kuesioner yang telah diberikan kemudian dilakukan :

1) Editing Editing data yang dilakukan mengecek kelengkapan identitas dan format pengumpulan data, apakah sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat dapat diproses lebih lanjut.

2) Coding Coding data meliputi memberikan kode pada atribut dari variable untuk memudakan

dalam analisa data.

3) Scoring Scoring data meliputi memberi nilai terhadap item-item yang perlu diberikan skor untuk variable independen status gizi pada remaja : kurang diberi skor 1, normal skor 2 dan lebih skor 3 sedangkan untuk variable dependen kejadian anemia : tidak anemia di beri skor

0, anemia ringan skor 1, anemia sedang skor 2, dan anemia berat skor 3

4) Tabulating Mengelompokkan data ke dalam suatu tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditemukan. Selanjutnya data yang sudah dikelompokkan dan diprosentasikan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisis sesuai dengan pendapat Suharsmini Arikunto (2006 :245) antara lain sebagai berikut :

100% : Seluruh 76-99% : Hampir seluruh 51-75% : Lebih dari sebagian 50%

: Sebagian 26-49% : Hampir sebagian 1-25% : Sebagian kecil 0%

: Tidak satupun.

5) Pengolahan data Mengingat penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia, dimana variable independen skala data ordinal, variable dependen skala data ordinal maka analisa data yang digunakan adalah uji spermen’s Rank (r s ) tetapi sebelum dianalisa dengan cara mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian melakukan tabulasi silang dengan tingkat keyakinan 95% (α= < 0,05) Rumus uji spermean’s Rank

2 r s =1-6 ∑d 1 N(N 2 -1)

Keterangan : r s = Koefisiensi korelasi jenjang (Rank Spearman’s)

d 1 = Nilai beda (Difference) setiap jenjang N = Banyaknya sampel

RumusT Hitung=r s √n-2

2 √1-r s

Keterangan : r s= Koefisiensi korelasi n = Besar Sampel Keterangan : r s= Koefisiensi korelasi n = Besar Sampel

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Informed Consent Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian (Aziz A. Hidayat, 2007:83). Lembar persetujuan ini diberikan kepada subjek yang termasuk dalam kriteria inklusi, dalam hal ini peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data, jika subjek bersedia diteliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak subjek.