LAPORAN PRAKTIKUM MATEMATIKA

LAPORAN PRAKTIKUM MATEMATIKA

Pengukuran Menggunakan
Klinometer Sederhana
(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Matematika Wajib yang
Disampaikan oleh Bapak Yusdi Faruliansyah, S.Pd)

Nama :

1. Altriani Effendi ( )
2. Fadilla Nur Affifa ()
3. Rossa Khairunisa (31)

Kelas :
XII IPA 5
SMA Negeri 1 Cianjur
2015/2016

Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada seluruh hambanya, terutama bagi kami yang

Alhamdulillah telah mampu menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul :
“Praktikum Pengukuran Menggunakan Klinometer Sederhana”
Informasi yang disajikan dalam makalah ini tentunya akan sangat bermanfaat
bagi teman-teman yang membutuhkan, karena informasi yang disajikan berkaitan
langsung dengan benda-benda disekitar kita, terutama benda-benda yang tinggi,
sehingga teman-teman tak perlu merasa heran bagaimana cara seseorang bisa dan
mampu mengetahui ketinggian suatu benda dengan alat ukur yang tergolong sederhana.
Selain itu, dalam menulis makalah ini, Alhamdulillah penyusun tidak
mendapatkan kendala yang berarti, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan
baik.
Disini juga, penyusun ingin menyampaikan jikalau ada terdapat hal-hal yang tidak sesuai
dengan harapan, dengan senang hati penyusun akan menerima tanggapan, kritikan, dan
komentar yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penyusun
ucapkan terimakasih.

Cianjur,28 Februari
2016

Tim Penulis,


Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Manfaat
c. Tujuan
d. Alat dan Bahan
Bab II : Pembahasan
a. Isi
Bab III : Penutup
a. Kesimpulan
Daftar Pustaka

Bab I : Pendahuluan
a. Latar Belakang
Klinometer
Kita tahu jika sudut itu adalah daerah yang diapit oleh dua sinar garis, banyak
aplikasi yang diperoleh dari penggunaan sudut dan trigonometri, contohnya dalam
pembuatan Klinometer Sederhana. Kita cari tahu dahulu. Apa itu klinometer ? Klinometer

adalah alat sederhana untuk mengukur sudut elevasi antara garis datar dan sebuah garis
yang menghubungkan sebuah titik pada garis datar tersebut dengan titik puncak (ujung)
sebuah objek. Aplikasinya digunakan untuk mengukur tinggi ( panjang ) suatu objek
dengan memanfaatkan sudut elevasi. Klinometer dibuat di Finlandia.

Klinometer juga dikenal sebagai inklinometer adalah perangkat yang digunakan untuk
menentukan pengukuran yang akurat yang berkaitan dengan landai, ketinggian, jarak
dan kemiringan suatu gedung. Klinometer ini sering digunakan dalam meteorologi, serta
kehutanan dan survei serta juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengukur
ketinggian pohon
Salah satu penggunaan dari klinometer harus dilakukan dengan mengukur sudut yang
berkaitan dengan kemiringan formasi alam atau bangunan dan proyek-proyek konstruksi
manusia lainnya yaitu dengan mengukur sudut dengan mata ke arah agar dapat
mengidentifikasi setiap jumlah lereng, sehubungan dengan gravitasi. Klinometer tersebut
dapat digunakan untuk mengukur tanjakan dan penurunan, berdasarkan perspektif
individu dalam menghitung pengukuran tersebut.
Klinometer ini juga membantu untuk bidang meteorologi yang ingin mengukur ketinggian
awan di malam hari. Dengan memanfaatkan sinar cahaya yang dipancarkan oleh
perangkat ini maka tujuan balok di sebuah tempat di awan dan mengukur seberapa jauh
dari permukaan bumi pembentukan awan saat ini. Hal ini dapat membantu ahli

meteorologi secara akurat memprediksi beberapa kondisi cuaca yang berbeda.
Klinometer tersebut sudah ada sejak awal abad 20. Versi awal sangat bergantung pada
bobot sebagai sarana untuk menentukan kemiringan dan jaraknya. Kemudian inkarnasi
dari klinometer membuat penggunaan tabung kaca melengkung diisi dengan beberapa
jenis cairan redaman dan bola baja untuk memetakan sudut dan lereng. Saat ini,
penggunaan sensor elektronik merupakan komponen penting dalam desain dan fungsi
dari klinometer modern.

Gambarnya adalah sebagai berikut:
Cara penggunaan klinometer untuk mengukur ketinggian dapat diilustrasikan dengan
gambar berikut:

Sedangkan cara menghitungnya ada dua cara.
Menggunakan kesebangunan segitiga
Meletakkan ujung klinometer (titik A) tepat didepan mata
Mengarahkan ujung lain dari klinometer ke puncak benda(titik E)
Mengukur jarak titik A kebenang penunjuk sudut (titik B)
Mengukur jarak pangkal benang penunjuk sudut (titik C) ke titik B
mengukur jarak pengamat ke benda yang akan diukur ketinggiannya (FG)
Menghitung panjang DE dengan konsep kesebangunan segitiga, yaitu:

Bila tinggi pengamat adalah AF=DG, dan tinggi DE telah diketahui, maka tinggi
benda GE = AF + DE
Menggunakan rumus tangen sudut elevasi
Meletakkan ujung klinometer (titik A) tepat didepan mata
Mengarahkan ujung lain dari klinometer ke puncak benda (titik E)
Membaca skala derajat yang ditunjuk oleh benang (CB)
Mengukur jarak pengamat ke benda (FG)
Menghitung besar DE dengan persamaan trigonometri :
sehingga
Menghitung GE = DE+AF, dengan AF adalah tinggi pengamat.
~Trigonometri~
Trigonometri (dari bahasa Yunani trigonon = tiga sudut dan metro = mengukur) adalah
sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi
trigonometrik sepertisinus, cosinus, dan tangen. Trigonometri memiliki hubungan dengan
geometri, meskipun ada ketidaksetujuan tentang apa hubungannya; bagi beberapa
orang, trigonometri adalah bagian dari geometri.
Awal trigonometri dapat dilacak hingga zaman Mesir Kuno dan Babilonia dan peradaban
Lembah Indus, lebih dari 3000 tahun yang lalu. Matematikawan India adalah perintis
penghitungan variabelaljabar yang digunakan untuk menghitung astronomi dan juga
trigonometri. Lagadha adalah matematikawan yang dikenal sampai sekarang yang

menggunakan geometri dan trigonometri untuk penghitungan astronomi dalam bukunya
Vedanga, Jyotisha, yang sebagian besar hasil kerjanya hancur oleh penjajah India.
Matematikawan Yunani Hipparchus sekitar 150 SM menyusun tabel trigonometri untuk
menyelesaikan segitiga.

Matematikawan Yunani lainnya, Ptolemy sekitar tahun 100 mengembangkan
penghitungan trigonometri lebih lanjut.
Matematikawan Silesia Bartholemaeus Pitiskus menerbitkan sebuah karya yang
berpengaruh tentang trigonometri pada 1595 dan memperkenalkan kata ini ke dalam
bahasa Inggris danPerancis.
Dasar dari Trigonometri adalah Konsep kesebangunan segitiga siku-siku. Sisi-sisi yang
bersesuaian pada dua bangun datar yang sebangun memiliki perbandingan yang sama.
Pada geometri Euclid, jika masing-masing sudut pada dua segitiga memiliki besar yang
sama, maka kedua segitiga itu pasti sebangun. Hal ini adalah dasar untuk perbandingan
trigonometri sudut lancip. Konsep ini lalu dikembangkan lagi untuk sudut-sudut non
lancip (lebih dari 90 derajat dan kurang dari nol derajat).
Ada banyak aplikasi trigonometri. Terutama adalah teknik triangulasi yang digunakan
dalam astronomi untuk menghitung jarak ke bintang-bintang terdekat, dalam geografi
untuk menghitung antara titik tertentu, dan dalam sistem navigasi satelit.
Bidang lainnya yang menggunakan trigonometri termasuk astronomi (dan termasuk

navigasi, di laut, udara, dan angkasa), teori musik, akustik, optik, analisis pasar finansial,
elektronik, teori probabilitas, statistika, biologi, pencitraan medis/medical imaging (CAT
scan dan ultrasound), farmasi, kimia, teori angka (dan termasuk kriptologi), seismologi,
meteorologi, oseanografi, berbagai cabang dalam ilmu fisika, survei darat dan geodesi,
arsitektur, fonetika, ekonomi, teknik listrik, teknik mekanik, teknik sipil, grafik komputer,
kartografi, kristalografi.
Ada pengembangan modern trigonometri yang melibatkan "penyebaran" dan
"quadrance", bukan sudut dan panjang. Pendekatan baru ini disebut trigonometri
rasional dan merupakan hasil kerja dari Dr. Norman Wildberger dari Universitas New
South Wales. Informasi lebih lanjut bisa dilihat di situs webnya.

b. Manfaat
·

Memudahkan kami mengukur suatu benda

·

Mempercepat dalam bekerja, misalkan mengukur jalan dan tinggi tiang bendera


·

Mengetahui jarak tiang pengukur yang satu terhadap yang lain, dan beda

ketinggian antara dua tempat tiang pengukur, maka kita akan dapat mengetahui berapa
gradien kenaikan tanah yang kita ukur.

·

Mengetahui ketinggian suatu benda meskipun menggunakan alat ukur sederhana

c. Tujuan
·

Mencari sudut elevasi dalam pengukuran

·

Mencari nilai tinggi gerbang, tower, dan tiang bendera.


·

Mampu membuat sendiri klinometer sederhana dan mampu menggunakannya

d. Alat dan Bahan
·

Busur Derajat ukuran besar

·

Paralon/ Pipa seukuran tongkat sapu (±0,5 m)

·

Benang jahit

·

Paku payung kecil


·

Meteran

Bab II : Isi
a. Pembahasan
Dari tugas praktikum yang kami lakukan pada hari Selasa, 25 Februari 2014 kami
berhasil menentukan tinggi dari :
·

Gapura MAN 2 MATARAM

·

Tower Telkom Plasa Mataram

·

Tiang Bendera MAN 2 MATARAM


1.) Tinggi Gapura MAN 2 MATARAM :
Diketahui :

a. Jarak

= 5 meter

b. Sudut Elevasi = 450 = tan 45 = 1
c. Tinggi Osa
Ditanya :

= 1,7 meter

Tinggi Gapura MAN 2 MATARAM seluruhnya?

Penyelesaian : Tan 45 =
1

=

X

=5x1

X

= 5 (tinggi gapura)

Tinggi Osa = 1,7 m
Tinggi seluruhnya : 5 + 1,7 = 6,7 m
Jadi, tinggi gapura MAN 2 MATARAM seluruhnya adalah 6,7 m.
2.) Tinggi Tower Telkom Plasa Mataram
Diketahui :

a. Jarak (dari tower-tembok pemisah)

= 7 meter

b. Jarak (dari tembok-pengukuran kami)

= 28 meter

c. Jarak seluruhnya
d. Sudut elevasi = 600 = tan 60
e. Tinggi Osa
Ditanya :

= 7 + 28 = 35 meter
= 1,37
= 1,7 meter

Tinggi Tower Telkom Plasa Mataram seluruhnya?

Penyelesaian : Tan 60 =
1,37

=
X

= 1,37 x 35

X

= 47,95 (tinggi tower)

Tinggi Osa = 1,7 m
Tinggi seluruhnya : 47,95 + 1,7 = 49,65 m
Jadi, tinggi Tower Telkom Plasa Mataram adalah 49,65 m.
3.) Tinggi tiang bendera MAN 2 MATARAM

Diketahui :

a. Jarak

= 10 meter

b. Sudut elevasi = 450 = Tan 45 = 1
c. Tinggi Osa
Ditanya :

= 1,7 meter

Tinggi tiang bendera MAN 2 MATARAM seluruhnya?

Penyelesaian : Tan 45 =
1

=

X

= 10 meter (tinggi tiang)

Tinggi Osa = 1,7 m
Tinggi seluruhnya = 10 + 1,7 = 11,7 m
Jadi, tinggi tiang bendera MAN 2 MATARAM seluruhnya = 11,7 m.
Bab III : Penutup
a. Kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan menggunakan klinometer sederhana, kami dapat
menyimpulkan bahwa dengan adanya klinometer memudahkan kami dalam mengukur
ketinggian suatu benda yang tidak diukur dengan menggunakan alat ukur biasa. Selain
itu, diperlukan ketelitian ketika mengukur suatu ketinggian benda, agar hasil yang
diperoleh benar dan tidak memiliki kekeliruan.