SISTEM INFORMASI MANAJEMEN OPERASIONAL P

TUGAS FINAL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
OPERASIONAL PADA SUB-BIDANG
OUTPUT

INDIRAWATI TAJERIMIN N.
A211 12 137

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

I. Executive Summary
II. INTRODUCTION
Sistem pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksinya berdasarkan pada
peramalan kebutuhan di masa yang akan datang. Padahal tidak seorangpun yang dapat memprediksi
masa yang akan datang dengan pasti walaupun memiliki pemahaman yang sempurna tentang masa
lalu dan memiliki insting yang tajam terhadap kecendrungan yang terjadi di pasar.

Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal
memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan
permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, munculah ide Just In Time yang memproduksi
apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh
proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa
perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan
lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan
perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan
kinerja pengiriman.
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada
permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat
diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta.
Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus
untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan. Terdapat empat aspek pokok dalam
konsep Just In Time yaitu:
1. Menghilangkan semua aktifitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap
produk atau jasa.
2. Komitmen terhadap kualitas prima.
3. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.


4. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas yang
memberikan nilai tambah.



Lampiran

III. SYSTEM OBJECTIVES AND CONSTRAINS
Sistem produksi ini mempunyai kaitan dengan bidang operasional yaitu sub-output.


Model Sistem Informasi Manufaktur

SUPPLIER

INPUT

PROCESS


OUTPUT

MARKETING

Proses Produksi Perusahaan Manufaktur

JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
1.

Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat
dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.

2.

Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan
unit cacat mengalir ke proses berikutnya.

3.

Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi

permintaan.

4.

Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan.

Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem JIT adalah:
1. Zero Defect (tidak ada barang yang rusak)
2. Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up)
3. Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot)
4. Zero Handling (tidak ada penanganan)
5. Zero Queues (tidak ada antrian)
6. Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin)
7. Zero Lead Time (tidak ada lead time)

IV. POSSIBLE SYSTEM ALTERNATIVE
Operasi ramping (lean production) merupakan suatu pola operasi suatu perusahaan yang
menjalankan proyek manufakturnya dengan cara memasok sesuai dengan keinginan pelanggan ketika
pelanggan menginginkannya, tanpa pemborosan dan melalui perbaikan berkelanjutan. Operasi
ramping bisa dibilang dipengaruhi oleh tarikan berupa pemesanan oleh pelanggan. Jika operasi

ramping dan JIT dipadukan dalam keseluruhan proses manufaktur, JIT dan operasi ramping dapat
memelihara keunggulan kompetitif dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Pola operasi
ramping juga bisa dikatakan berkonsep pada peniadaan “limbah”. Bila produsen secara umum
memliki pemikiran tentang produk yang gagal produksi sebagai produk cacat / limbah, namun bagi
produsen yang berpola pikiran “ramping” akan berpikir dari sisi yang berbeda, tidak ada bagian

produk yang cacat, tidak ada persediaan hanya aktivitas yang menambah nilai dan tidak ada sampah
ataupun limbah.

Bagi produsen dengan pola operasi ramping menganggap bahwa kegiatan apapun yang tidak
menambahkan nilai di mata konsumen adalah “sampah”. Bagi produden dengan pola pikir ini, produk
yang bahkan tidak ingin dibayar oleh konsumen juga dikategorikan sebagai sampah. Sehingga,
produsen dengan pola operasi ramping selalu mengupayakan peniadaan sampah ini. Kemudian,
produsen dengan pola pikir ini, selalu berupaya mengurangi variabilitas yang disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal. Variabilitas yang dimaksud dalam konteks ini adalah segala penyimpangan
yang berasal dari proses optimal yang mengluarkan produk sempurna dengan tepat waktu dan setiap
saat. Semakin sedikit variabilitas di dalam sistem, maka semakin sedikit pemborosan di dalam sistem
itu.

V. THE RECOMMENDED SYSTEM STUDY PROJECT



Task To Be Performed
Dalam menerapkan pola Just In Time dalam proses produksi, perlu diperhatikan kebjakan-

kebijakan dalam beberapa bidang yang patut diterapkan, yang di antaranya ;

1.

Pemasok

Dalam penerapan sistem JIT, kita harus dapat mengupayakan kerja sama dengan pemasok yang
mampu memasok barang dengan kualitas tinggi dan dapat memprioritaskan ketepatan waktu dalam
pengiriman barang ke area kerja. Beberapa perhatian dari pemasok juga perlu ditindaklanjuti. Adapun
perhatian tersebut meliputi ;
a.

Diversifikasi : keinginan pemasok untuk memiliki banyak pelanggan dengan tidak terikat

pada satu pelanggan saja.


b.

Penjadwalan : Ketidakyakinan pemasok terhadap kemampuan pembeli dalam memproduksi

pesanan dalam jadwal yang lancar dan terkoordinasi.
c.

Perubahan : Perubahan teknik dan spesifikasi yang diterapkan pembeli kerap menjadi

malapetaka bagi JIT karena kurangnya waktu tunggu bagi pemasok untuk mengimplementasikan
perubahan yang diperlukan.
d.

Kualitas : anggaran permodalan, proses-proses dan teknologi dapat membatasi kualitas

produk.
e.

Ukuran lot : pengiriman dengan lot yang kecil, dianggap sebagai suatu cara mentransfer biaya


penyimpanan yang seharusnya ditanggung pembeli kepada pemasok.

2.

Tata Letak (layout)

Untuk lebih mengefisienkan proses produksi, penataan letak ruang kerja merupakan salah satu factor
yang penting. Dengan penataan letak yang strategis dan teratur maka akan memudahkan moblisasi
pekerja dalam mengerjakan masing-masing tugasnya dan koordinasi dengan sesama pekerja dapat
berlangsung lebih maksimal.
Adapun teknik-teknik dalam layout yang dapat diterapkan di antara lain :
a.

Membangun area kerja untuk kelompok-kelompok produk

b.

Melakukan sejumlah besar operasi dalam area yang kecil


c.

Meminimalisasir jarak antar segmen produksi

d.

Merancang area kecil untuk persediaan

e.

Meningkatkan komunikasi antar pekerja

f.

Menggunakan peralatan poka yoke (mistake proofing)

g.

Menyediakan perlengkapan yang fleksibel dan mudah dipindahkan


h.

Melatih silang para pekerja untuk menambah fleksibilitas

3.

Persediaan

Dalam JIT, persediaan biasanya bersifat just in case (jaga – jaga) jika terjadi sesuatu yang tidak beres.
Persediaan just in time adalah persediaan minimum yang diperlukan untuk menjaga agar suatu sistem
dapat berjalan dengan sempurna. Dengan metode persediaan just in time, barang tiba saat dibutuhkan.
4.

Penjadwalan

Dalam menerapkan pola JIT, ketepatan jadwal dalam proses produksi harus dapat diprioritaskan.
Ketepatan jadwal akan membantu proses produksi yang berkesinambungan dan tidak sampai
menunda proses produksi yang ada.
5.


Pemeliharaan preventif

Selain kebijakan di atas, upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan juga patut mendapat
perhatian khusus.
6.

Pemberdayaan pekerja

Pemberdayaan pekerja dengan cara pelatihan, klasifikasi dan pembagian kerja yang tepat dan fleksibel
dapat berkontribusi besar bagi produktivitas yang lebih optimal bagi para pekerja.
7.

Komitmen

Kesungguhan manajemen serta seluruh komponen yang mendukung proses produksi sangat penting
untuk mempertahankan kualitas produk dan kepuasan konsumen akan produk buatan kita.



Estimated Cost
Estimasi biaya yang harus dikeluarkan perusahaan ketika ingin menerapkan sistem ini

adalah :
1) Tata letak ruang kerja dan produksi
2) Menyediakan perlengkapan yang fleksibel
3) Biaya pelatihan karyawan

VI. EXPECTED IMPACT OF THE SYSTEM


Impact on the Firm’s Organization Structure
Pengaruh sistem ini kedalam struktur perusahaan adalah perusahaan perlu menambahkan

beberapa karyawan dan juga perlu member pelatihan khusus.


Impact on The Firm’s Operation
Sistem pembelian Just In Time (JIT) ini diharapkan untuk dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas pada perusahaan manufaktur. Sistem pembelian Just In Time (JIT) dapat menghasilkan
efisiensi biaya yang menciptakan produktivitas perusahaan. Perusahaan manufaktur yang membeli
bahan baku sesuai dengan yang dibutuhkan dari pemasok dengan tepat waktu dapat meminimalkan
biaya pemborosan. Penekanan biaya pemborosan tersebut secara langsung akan meningkatkan
efisiensi dan produktivitas. Contohnya, penyimpanan bahan baku yang masih belum digunakan akan
meningkatkan biaya penyimpanan (pemborosan) yang menyebabkan ketidakefisienan, sedangkan jika
perusahaan dapat mengendalikan penyimpanan bahan baku dengan tepat waktu dan sesuai kebutuhan,
maka akan meningkatkan efisiensi. Dengan efisiensi, maka perusahaan dapat mengurangi jumlah
masukan yang akan meningkatkan produktivitas. Sebagian besar peningkatan efisiensi mengurangi
jumlah sumber daya yang digunakan untuk memproduksi produksi (output) perusahaan, maka
efisiensi akan dapat meningkatkan produktivitas.


Impact On The Firm’s Resources
Pengaruh dari penerapan sistem ini terhadap sumber daya perusahaan adalah perusahaan akan

memiliki sumber daya yang sangat unggul dan terlatih di segala aspek produksi perusahaan. Hal ini
dikarenakan setiap perusahaan yang menetapkan sistem ini diharapkan untuk memberi pelatihan yang
lebih terhadap SDMnya terkait dengan skill-skill tambahan.

VII. GENERAL DEVELOMPENT PLAN


Analysis

Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada
permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat
diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan
kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan meminimalisasi
pemborosan. Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In Time adalah
suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan
suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.


Design

CUSTOMER

(Full System)

Supplier

Continous
Continous Flow
Flow
Process
Process
Process Process
fF
fF

Leveled
Production



Produksi berdasarkan apa yang
dibutuhkan, kapan dibutuhkan
dan berapa banyak jumlah yang
dibutuhkan

Implementation Phase

1) Perencanaan dan Analisa
2) Pembuatan System
3) Pelatihan Karyawan
4) Percobaan System
5) Penerimaan System

VII. SUMMARY
Tujuan utama JIT adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang
dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.

Prinsip dasar JIT adalah meningkatkan kemampuan secara terus-menerus untuk merespon
perubahan dengan meminimisasi pemborosan. Ada empat aspek pokok dalam sistem JIT yaitu :
• Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap
produk.
• Komitmen terhadap kualitas prima.
• Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
• Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas yang memberikan
nilai tambah.
Persediaan JIT adalah untuk sistem persediaan yang dirancang guna mendapatkan barang
secara tepat waktu. Pada persediaan JIT mensyaratkan bahwa proses atau orang yang membuat unitunit rusak dapat dikirim untuk menunggu pengerjaan ulang atau menjadi bahan sisa. Sistem JIT
menghapus kebutuhan akan persediaan karena tidak ada produksi sampai barang akan dijual. Hal ini
berarti bahwa perusahaan harus mempunyai pesanan terus menerus agar dapat berproduksi dalam
sistem JIT menerapkan untuk membeli barang hanya dalam kuantitas yang dibutuhkan saja. Untuk itu
perusahaan harus mengikat kontrak panjang kepada pemasok agar bersedia mengirimkan barang yang
kita pesan sesering mungkin. Hal ini agar tidak adanya persediaan di gudang.
Produsi JIT adalah suatu sistem dimana tiap komponen dalam jalur produksi menghasilkan
secepatnya saat diperlukan dalam langkah selanjutnya dalam jalur produksi. Perusahaan harus
memproduksi barang sesuai dengan jumlah pesanan agar tidak adanya persediaan.
Pada sistem JIT perusahaan harus meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan yang lain. Untuk perusahaan harus memperhatikan kualitas mutunya. Dalam pengiriman
barang dalam JIT harus tepat waktu, sesuai dengan jumlah pesanan dan dengan kualitas yang bermutu
tinggi. Karena hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan produksi.
Jika pelanggan senang maka ia akan sering melakukan pemesanan terhadap perusahaan produksi dan
sebaliknya jika pelanggan tidak puas maka pelanggan akan memilih ke perusahaan produksi lainnya.

Dengan efisiensi biaya maka perusahaan dapat mengurangi jumlah biaya produksi (input) dan
menambah produksi (output) sehingga akan dapat meningkatkan produktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Jaelani, E., 2009, Just In Time, 2 Februari.

Hayzer Jay, Render Barry .Manajemen Operasi Edisi 9, Jakarta : Salemba Empat, 2010

Indiscribd, 2009, Konsep Pengendalian Persediaan – Just In Time (JIT), diakses 27 November 2009,
http://indiscribd.blogspot.com/2009/04/konsep-pengendalian-persediaan-just-in.html.

https://www.academia.edu/7251311/JIT_MANAJEMEN_OPERASI

http://riskymahira.blogspot.co.id/2013/05/makalah-manajemen-persediaan-just-in.html

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

SISTEM OTOMATISASI SONAR (LV MAX SONAR EZ1) DAN DIODA LASER PADA KAPAL SELAM

15 214 17

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

SIMULASI SISTEM KENDALI KECEPATAN MOBIL SECARA OTOMATIS

1 82 1

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL DI KABUPATEN PRINGSEWU

10 119 159

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59