LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN PROSES K
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN
PROSES KREPING VARIASI WAKTU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses Penyempurnaan biasanya dilakukan berdasarkan tujuan akhir yang
diharapkan. Seperti halnya penyempurnaan efek kreping. Penyempurnaan efek
kreping bermaksud untuk membuat kain menjadi tidak rata (berkeriput).
Efek kreping dapat dilakukan dengan metoda pencapan, dimana pasta cap terdiri dari
pengental, NaOH, dan zat pembantu lain. Biasanya kemudian dicelup dengan zat
warna untuk memperjelas efek krep atau keriput yang ditimbulkan di sekitar motif yang
telah ditentukan. Bagian bahan yang terkena pasta cap akan terwarnai lebih tua
daripada bagian bahan yang tidak dicap alkali.
Prinsip penyempurnaan efek kreping adalah penggembungan serat oleh zat kimia. Zat
utama yang digunakan dalam proses ini yaitu NaOH. Kain yang digunakan dalam
proses penyempurnaan efek kreping praktikum kali ini adalah kain kapas. Variasi
resep yang digunakan adalah variasi penggunaan waktu proses penyerapan zat yang
telah ditentukan. Prosesnya cukup mudah setelah bahan dicapkan dengan pasta cap
sesuai resep efek kreping, kemudian bahan didiamkan selama beberapa waktu yang
ditentukan. Lalu bahan dinetralkan dan dibiarkan hingga lembab, terakhir bahan
tersebut dicelup dengan zat warna yang digunakan adalah zat warna reaktif panas.
1 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
1.2 Maksud
Memberikan efek mengkeret (kreping) pada kain kapas dengan menggunakan
NaOH.
Untuk mengidentifikasi bagaimana sifat mengkeret kain kapas dengan
menggunakan NaOH
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui hasil mengkeret pada motif kain
Mengetahui dan membandingkan efek kreping yang dilakukan pada bahan
kapas dan rayon. Mengetahui hasil pencelupan yang dilakukan pada kain yang
telah dilakukan proses penyempurnaan krep.
1.4 Hipotesa
Pada kreping kain kapas melalui pengembungan dengan pereaksi kimia yaitu
NaOH.Kain kapas dicap dengan pasta yang akan menghasilkan motif salur(stripe).
Bagian kain yang mengandung soda kostik akan mengembung dan mengkeret
mengakibatkan timbulnya efek gelombang pada kain.
Variasi yang digunakan adalah variasi waktu. Waktu yang digunakan adalah 15,20,25
menit. Waktu tersebut mempengaruhi hasil proses kain krep. Hasil waktu yang terbaik
adalah 20 detik.
BAB II
TEORI DASAR
2 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
2.1 Serat Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman kapas. Tanaman kapas termasuk
dalam jenis Gossypium. Tanaman yang berhasil dikembangkan adalahjenis
Gossypiumhirsutum dan Gossypiumbarbadense. Kedua tanaman berasal dari
Amerika, Gossypiumhirsutum kemudian terkenal dengan nama kapas ”Upland”atau
kapas Amerika dan Gossypiumbarbadense kemudian dikenal dengan namakapas
”Sea Island”. Kapas upland merupakan kapas yang paling banyak diproduksidan
digunakan untuk serat tekstil, sedangkan kapas seaisland meskipunproduksinya tidak
terlalu banyak, tetapi kualitasnya sangat baik karena seratnyahalus dan panjang.
Oleh karena itu kapas seaisland digunakan untuk tekstil kualitastinggi.
2.1.1 Komposisi Kapas
Kandungan terbesar dari serat kapas adalah selulosa, zat lain selulosa akan
menyulitkan masuknya zat warna pada proses pencelupan, oleh karena itu zatselain
selulosa dihilangkan dalam proses pemasakan. Komposisi serat kapas dicantumkan
pada Tabel 2.1.1.
Tabel 2.1.1 Komposisi Serat Kapas
Senyawa
Selulosa
Protein
Pektin
Lilin
Abu
Pigmen dan
Kandungan (%)
94
1,3
1,2
0,6
1,2
zat 1,7
lain
2.1.2 Sifat Serat Kapas
Serat kapas berasal dari tanaman, oleh karena itu serat kapas termasukserat
selulosa, sehingga sifat kimia serat kapas mirip seperti sifat selulosa. Di dalamlarutan
alkali kuat serat kapas akan menggembung sedangkan dalam larutan asamsulfat
70% serat kapas akan larut. Proses penggembungan serat kapas dalam larutan
NaOH
18%
disebut
proses
merserisasi.
Kapas
yang
telah
mengalami
prosesmerserisasi mempunyai sifat kilau lebih tinggi, kekuatan lebih tinggi dan daya
serapterhadap
zat
warna
yang
tinggi.
Oksidator
selama terkontrol
kondisi
pengerjaanya tidak mempengaruhi sifat serat, tetapi oksidasi yang berlebihan akan
menurunkan kekuatan tarik serat kapas. Oleh karena itu pada proses pengelantangan
3 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
yang
menggunakan
oksidator
harus
digunakan
konsentrasi
oksidator
dan
suhupengerjaan yang tepat agar tidak merusak serat.
Morfologi serat kapas jika dilihat dibawah mikroskop mempunyai penampang
memanjang seperti pita yang terpilin dan penampang melintang sepertiginjal dengan
lubang ditengah yang disebut lumen.
Beberapa karakteristik serat kapas tercantum dalam Tabel 2.1.2 berikut :
Tabel 2.1.2 Karakteristik Serat Kapas
Daya serap
Elastisitas
Kimia
Hidrofilik, Moisture Regain : 8.5 %.
Kurang baik.
Tidak tahan terhadap asam yang kuat, tidak tahan terhadap alkali,
Pembakaran
Stabilitas
tidak tahan terhadap bahan kimia yang berlebihan.
Terbakar habis, tidak meniggalkan abu.
Dapat terjadi penyusutan jika dilakukan pencucian yang tidak
dimensi
Kekuatan
sesuai.
2 – 3 gram/denier, kekuatan akan meningkat 10 % lebih kuat
Mulur
ketika basah.
Mulur serat kapas berkisar antara 4-13 % bergantung pada
jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.
Gambar 2.1.3 Struktur Serat Kapas
4 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
2.1.3
Penggunaan Serat Kapas
Serat kapas banyak digunakan untuk tekstil pakaian, tekstil rumah tangga.Serat-
serat yang sangat pendek yang disebut linter karena sulit dipintal, umumnyadigunakan
sebagai bahan baku serta rayon.
2.2
Penyempurnaan kreping
Yang dimaksud dengan penyempurnaan kreping adalah membuat kain menjadi
tidak rata (berkeriput). Benang dengan puntiran tinggi memiliki kecenderungan besar
untuk terbuka dan puntirannya bila dibebaskan dari penahanya, akan tetapi bila kedua
ujung benang tersebut dipegang, sehingga pembukaan puntiran tidak dapat berlangsung
sempurna, lalu saling didekatkan maka akan terbentuk gelungan-gelungan (loops) kecil
di sepanjang benang akibat dari gaya torsional benang yang semula bertahan dan
kemudian terbebaskan saat kedua ujung benang didekatkan.
Kecenderungan
pembukaan puntiran pada benang atau energi torsionalnya sangat ditentukan oleh
derajat puntirannya, sehingga semakin tinggi puntiran suatu benang maka semakin
besar pula kecenderungannya untuk terbuka dari puntiran. Pada benang yang terbuat
dari serat hidrofil kecenderungan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh sifat
penggelembungannya pada pembasahan, semakin besar penggelembungan seratnya
semakin besar pula kecenderungan benang untuk terbuka dari puntirannya.
Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan mengakibatkan mengkeret kain
kearah lebarnya, akan tetapi karena pembukaan puntiran benang tertahan oleh
pinggiran kain, maka energi puntiran benang beralih dan terpakai untuk membentuk
gelungan-gelungan seperti yang telah dijelaskan diatas. Mengingat bahwa benang pada
kain tersusun dalam suatu anyaman tertentu maka pembentukan gelungan tidak dapat
berlangsung sempurna sehingga menimbulkan suatu efek gelombang atau riak pada
permukaan kain yang dikenal dengan istilah krep (crepe). Dengan demikian prinsip
penyempurnaan
krep
adalah
kecenderungan
untuk
terbuka
mengkeret
dari
benang
puntirannya,
dengan
serta
puntiran
tinggi
dan
didasarkan
pada
sifat
penggelembungan serat. Berdasarkan prinsip ini maka serat dengan penggelembungan
besar di dalam air sangat baik begi pembuatan benang ataupun krep. Selulosa yang
diregenerasi banyal dipilih untuk proses ini karena penggelembungannya yang besar
didalam air (dalam keadaan basah serat rayon memiliki volume dua kali daripada
volumenya dalam keadaan kering absolut).
5 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
2.3 Kreping pada kain kapas
Pada dasarnya terdapat 2 cara untuk membuat kain krep kapas, yaitu sebagai berikut :
1. Membuat kain dengan benang-benang krep atau yang mempunyai antihan
tinggi. Pada cara ini efek krep yang terjadi tergantung dari relaksasi dari
antihan benang.
2. Penggunaan zat kimia yang dapat menyebabkan penggelembungan serat
kapas. Pembuatan kain krep kapas cara pertama sama seperti pada cara
pembuatan kain krep pada rayon.
Hasil proses kreping melalui penggelembungan setempat tidak menampakkan efek riak
seperti yang diperoleh dari penggunaan benang puntiran tinggi, meskipun demikian ada
kesamaan hal dalam efek mulur seperti yang biasa ditemui pada struktur krep.
Pembentukan krep dengan cara ini lebih merupakan hasil proses kimia dengan
menggunakan zat penggembung (swelling agent) seperti soda kostik, asam sulfat, seng
klorida.
Penggembungan setempat melalui teknik pencapan (pencapan langsung maupun
rintang) merupakan prinsip dari pembuatan krep dengan mengguanakan zat kimia.
Pada perendaman dalam air serat pada bagian yang mengandung soda kostik akan
menggelembung dan mengkeret, serta
menyebabkan bagian kain lainnya kusut,
sehingga menimbulkan efek berkerut-kerut pada permukaan kain.
2.4 Penggelembungan selulosa
Seperti telah diketahui, selulosa alam terdiri dari bagian-bagian yang kristalin dan
bagian-bagian yang amorf. Bagian-bagian kristalin
ini demikian kompak sehingga
tak dapat ditembus oleh molekul-molekul yang sangat kecil, misalnya molekul air. Bila
selulosa direndam dalam air, molekul air hanya dapat masuk sampai daerah amorf dan
permukaan bagian kristalin.Dengan menambahkan zat-zat penggelembung seperti
NaOH,
yaitu
terjadi penggelembungan serat. Bila konsentrasi NaOH ini cukup pekat
13% pada suhu 20 0 C bagian kristalin mulai menggelembung dan terjadi
perubahan kisi-kisi kristal menjadi Selulosa II yang permanen (kisi-kristal selulosa alam
I = selulosa).
Dalam teori, selulosa yang menggelembung ini tidak mengalami degradasi, hanya
mempunyai daya serap dan reaktifitas yang lebih besar daripada asalnya. Tetapi
6 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
dalam praktek mungkin terjadi pula degradasi, terutama bila berhubungan dengan
udara dan terjadi oksiselulosa.
7 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
Baker Gelas 500ml.
Mesin stenter.
Pengaduk
Timbangan digital
Baking
Screen kosong
Rakel
3.1.2 Bahan :
Kain kapas
NaOH kripik
Tapioka
Zat warna reaktif panas
3.2 Cara kerja
Siapkan kain contoh dan zat-zat yang diperlukan untuk membuat pasta cap
Buat pasta cap dengan resep yang sesuai
Cap kain dengan pasta cap yang telah mengandung soda kostik dan biarkan
selama 20 menit
Bilas kain dengan air dingin dan jangan digosok agar motif tidak hilang.
Keringkan kain dengan cara di angin-anginkan.
Kondisikan kain pada suhu ruangan dan amati kerutan yang timbul pada
permukaan kain.
3.3 Resep
Variasi
NaOH
Tapioka
Waktu
Garin
400 g/l
3%
15
Herlina
400 g/l
3%
20
8 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
Selly
400 g/l
3%
25
3.3.1 Fungsi zat :
NaOH : Untuk mengembungkan serat selulosa.
Tapioka : Sebagai pengental pasta cap.
3.4 Diagram Alir
Buat larutan lalu timbang
dan persiapkan bahan
beserta motif
Kemudian larutan
tersebut masukan
kedalam Baker gelas
Tuangkan larutan pasta
cap tersebut ke screen
kosong
Lakukanlah efek kreping
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil krep sebelum dicelup
No.
Resep
Gambar
9 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
1.
Garin
(15 menit)
2.
Herlina
(20 menit)
10 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
3.
Selly
(25 menit)
Perbandingan hasil kain sebelum dicelup dengan variasi waktu
(kiri ke kanan : 15,20,25 menit)
11 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
4.2 Hasil krep setelah dicelup
Perbandingan hasil kain setelah dicelup dengan variasi waktu
(kiri ke kanan : 15,20,25 menit)
12 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
BAB V
PENUTUP
5.1 Diskusi
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan proses kreping pada kain kapas
putih. Kain kapas putih yaitu kain yang telah melewati proses persiapan penyempurnaan,
sehingga kain ini telah bersih dari kotoran – kotoran berupa kanji, lemak, malam dll yang
akan mempengaruhi proses penyerapan zat – zat kimia.
Sebelum melakukan praktikum, kami membuat motif pada kertas HVS. Tujuannya agar
kain tidak semuanya terkena pasta sehingga kain yang terkena pasta sesuai motif
memberikan gaya atau tarikan – tarikan pada kain. Tarikan – tarikan tersebut yang
membuat kain memiliki efek mengkerut.
Bahan yang digunakan adalah tapioka yang dilarutkan dalam air sebagai pengental.
Selanjutnya
ditambahkan
NaOH
sebagai
zat
untuk
menggembungkan
serat.
Penggembungan sesuai motif inilah yang membuat kain disekitar motif mengkerut. NaOH
yang digunakan cukup banyak yaitu 400 g/L dengan tujuan penggembungan serat
semakin baik sehingga serat tertarik ke arah lebar dan penyerapan zat warna baik (terlihat
pada hasil celup, bagian yang terkena NaOH memiliki warna yang lebih tua). Kami tidak
menambahkan zat pembasah karena kain yang kami gunakan adalah kain kapas putih.
Pertimbangan
kami
adalah
kain
kapas
putih
telah
melalui
proses
–
proses
penyempurnaan sebelumnya sehingga daya serapnya cukup baik. Selain itu, kami dapat
menghemat biaya proses dengan tidak menggunakannya pembasah.
Sebelumnya, screen disiapkan atau dibersihkan dari zat – zat kimia yang menempel agar
pasta keluar dari screen dengan baik. Lalu pasta dirakel dan pasta akan menempel pada
kain sesuai motif yang sudah dibuat. Setelah itu, kain didiamkan sesuai waktu yang telah
ditentukan. Pada saat didiamkan dengan waktu tersebut, NaOH yang terkandung pada
pasta cap akan masuk dan berpenetrasi ke dalam serat kapas. Serat kapas dapat
menggembung bila terkena alkali. Penggembungan terjadi pada bagian motif saja (bukan
pada semua bagian kain seperti proses merserisasi atau pemasakan). Ini menyebabkan
13 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
bagian yang terkena motif saja yang menggembung sehingga ujung - ujung kain yang
diberi motif akan menarik kain di luar motif sehingga kain yang tidak terkena pasta (kain di
luar motif) akan berkerut – kerut sesuai dengan tujuan proses.
Kami melakukan percobaan kreping dengan variasi waktu penetrasi NaOH terhadap kain
kapas putih. Variasi waktu yang kami gunakan yaitu 15, 20, dan 25 menit. Hasil dari kain
dengan efek mengkeret yang baik dengan menggunakan waktu 25 menit dimana terlihat
lebih jelas mengkeret dan motifnya pada kain dibandingkan dengan menggunakan waktu
15 dan 20 menit. Pada waktu penetrasi NaOH 15 menit, kain tidak terlihat begitu
mengkeret. Waktu 20 menit memberikan efek krep lebih jelas dibanding dengan waktu 15
menit karena NaOH yang terserap ke dalam serat lebih banyak tetapi tidak sejelas dan
mengkeret pada waktu 25 menit.
Setelah waktu penetrasi kain habis, kemudian kain dicuci dengan air mengalir. Tujuannya
agar pasta hilang dan kain bersih seperti sebelum dicap. Kemudian kain dikeringkan
dengan mesin stenter. Setelah itu dapat dilihat perbedaan antar kain dengan perbedaan
variasi waktu.
Agar lebih terlihat lagi efek mengkeretnya, kemudian dilakukan proses pencelupan dengan
menggunakan zat warna reaktif panas. Zat warna reaktif panas dipillih pada proses
pencelupan ini karena zat warna reaktif berikatan baik dengan kain kapas sehingga
memiliki daya tahan luntur warna terhadap pencucian yang cukup baik. Zat warna reaktif
panas memiliki kereaktifan yang kecil sehingga pada proses pencelupannya perlu
diproses pada suhu panas.
Variasi waktu juga berpengaruh pada hasil warna pada kain. Pada waktu kreping 25 menit,
didapat hasil celup pada kain dengan warna yang lebih tua dibandingkan variasi waktu 15
dan 20 menit. Terutama pada motif kain yang terkena NaOH. Warnanya jauh lebih tua dari
kain yang tidak terkena NaOH.
14 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
5.2 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, didapat kesimpulan bahwa kain yang menggunakan waktu
penetrasi NaOH 25 menit memiliki efek kreping yang paling jelas dan warna hasil celup
paling tua.
15 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
5.3 Daftar Pustaka
Soeparman,
Surdia,
Budiarti,
Hendrodyantopo.
1973.
Teknologi
Penyempurnaan. Bandung : ITT.
S. Hendroyantopo, dkk. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
Soeparman, Dkk. 1977. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
Nadyalestari.blogspot.com/2012/03/penyempurnaan-kreping-kain-kapas100.html?m=1 (27/03/2016 18:40WIB)
Septianuraini125404011.blogspot.com/2014/03/crepe-kreping-crepingpengkerutan.html?m=1 (27/03/2016 18:42 WIB)
https://plus.google.com/app/basic/stream/z13aytkrlmmpi5qdi22ycx2gsv3pslo5e
04 (27/03/2016 18:43 WIB)
dokumen.tips/document/lap-penyem-kreeping-kel4.html
WIB)
16 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
(27/03/2016
18:48
PROSES KREPING VARIASI WAKTU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses Penyempurnaan biasanya dilakukan berdasarkan tujuan akhir yang
diharapkan. Seperti halnya penyempurnaan efek kreping. Penyempurnaan efek
kreping bermaksud untuk membuat kain menjadi tidak rata (berkeriput).
Efek kreping dapat dilakukan dengan metoda pencapan, dimana pasta cap terdiri dari
pengental, NaOH, dan zat pembantu lain. Biasanya kemudian dicelup dengan zat
warna untuk memperjelas efek krep atau keriput yang ditimbulkan di sekitar motif yang
telah ditentukan. Bagian bahan yang terkena pasta cap akan terwarnai lebih tua
daripada bagian bahan yang tidak dicap alkali.
Prinsip penyempurnaan efek kreping adalah penggembungan serat oleh zat kimia. Zat
utama yang digunakan dalam proses ini yaitu NaOH. Kain yang digunakan dalam
proses penyempurnaan efek kreping praktikum kali ini adalah kain kapas. Variasi
resep yang digunakan adalah variasi penggunaan waktu proses penyerapan zat yang
telah ditentukan. Prosesnya cukup mudah setelah bahan dicapkan dengan pasta cap
sesuai resep efek kreping, kemudian bahan didiamkan selama beberapa waktu yang
ditentukan. Lalu bahan dinetralkan dan dibiarkan hingga lembab, terakhir bahan
tersebut dicelup dengan zat warna yang digunakan adalah zat warna reaktif panas.
1 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
1.2 Maksud
Memberikan efek mengkeret (kreping) pada kain kapas dengan menggunakan
NaOH.
Untuk mengidentifikasi bagaimana sifat mengkeret kain kapas dengan
menggunakan NaOH
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui hasil mengkeret pada motif kain
Mengetahui dan membandingkan efek kreping yang dilakukan pada bahan
kapas dan rayon. Mengetahui hasil pencelupan yang dilakukan pada kain yang
telah dilakukan proses penyempurnaan krep.
1.4 Hipotesa
Pada kreping kain kapas melalui pengembungan dengan pereaksi kimia yaitu
NaOH.Kain kapas dicap dengan pasta yang akan menghasilkan motif salur(stripe).
Bagian kain yang mengandung soda kostik akan mengembung dan mengkeret
mengakibatkan timbulnya efek gelombang pada kain.
Variasi yang digunakan adalah variasi waktu. Waktu yang digunakan adalah 15,20,25
menit. Waktu tersebut mempengaruhi hasil proses kain krep. Hasil waktu yang terbaik
adalah 20 detik.
BAB II
TEORI DASAR
2 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
2.1 Serat Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman kapas. Tanaman kapas termasuk
dalam jenis Gossypium. Tanaman yang berhasil dikembangkan adalahjenis
Gossypiumhirsutum dan Gossypiumbarbadense. Kedua tanaman berasal dari
Amerika, Gossypiumhirsutum kemudian terkenal dengan nama kapas ”Upland”atau
kapas Amerika dan Gossypiumbarbadense kemudian dikenal dengan namakapas
”Sea Island”. Kapas upland merupakan kapas yang paling banyak diproduksidan
digunakan untuk serat tekstil, sedangkan kapas seaisland meskipunproduksinya tidak
terlalu banyak, tetapi kualitasnya sangat baik karena seratnyahalus dan panjang.
Oleh karena itu kapas seaisland digunakan untuk tekstil kualitastinggi.
2.1.1 Komposisi Kapas
Kandungan terbesar dari serat kapas adalah selulosa, zat lain selulosa akan
menyulitkan masuknya zat warna pada proses pencelupan, oleh karena itu zatselain
selulosa dihilangkan dalam proses pemasakan. Komposisi serat kapas dicantumkan
pada Tabel 2.1.1.
Tabel 2.1.1 Komposisi Serat Kapas
Senyawa
Selulosa
Protein
Pektin
Lilin
Abu
Pigmen dan
Kandungan (%)
94
1,3
1,2
0,6
1,2
zat 1,7
lain
2.1.2 Sifat Serat Kapas
Serat kapas berasal dari tanaman, oleh karena itu serat kapas termasukserat
selulosa, sehingga sifat kimia serat kapas mirip seperti sifat selulosa. Di dalamlarutan
alkali kuat serat kapas akan menggembung sedangkan dalam larutan asamsulfat
70% serat kapas akan larut. Proses penggembungan serat kapas dalam larutan
NaOH
18%
disebut
proses
merserisasi.
Kapas
yang
telah
mengalami
prosesmerserisasi mempunyai sifat kilau lebih tinggi, kekuatan lebih tinggi dan daya
serapterhadap
zat
warna
yang
tinggi.
Oksidator
selama terkontrol
kondisi
pengerjaanya tidak mempengaruhi sifat serat, tetapi oksidasi yang berlebihan akan
menurunkan kekuatan tarik serat kapas. Oleh karena itu pada proses pengelantangan
3 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
yang
menggunakan
oksidator
harus
digunakan
konsentrasi
oksidator
dan
suhupengerjaan yang tepat agar tidak merusak serat.
Morfologi serat kapas jika dilihat dibawah mikroskop mempunyai penampang
memanjang seperti pita yang terpilin dan penampang melintang sepertiginjal dengan
lubang ditengah yang disebut lumen.
Beberapa karakteristik serat kapas tercantum dalam Tabel 2.1.2 berikut :
Tabel 2.1.2 Karakteristik Serat Kapas
Daya serap
Elastisitas
Kimia
Hidrofilik, Moisture Regain : 8.5 %.
Kurang baik.
Tidak tahan terhadap asam yang kuat, tidak tahan terhadap alkali,
Pembakaran
Stabilitas
tidak tahan terhadap bahan kimia yang berlebihan.
Terbakar habis, tidak meniggalkan abu.
Dapat terjadi penyusutan jika dilakukan pencucian yang tidak
dimensi
Kekuatan
sesuai.
2 – 3 gram/denier, kekuatan akan meningkat 10 % lebih kuat
Mulur
ketika basah.
Mulur serat kapas berkisar antara 4-13 % bergantung pada
jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.
Gambar 2.1.3 Struktur Serat Kapas
4 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
2.1.3
Penggunaan Serat Kapas
Serat kapas banyak digunakan untuk tekstil pakaian, tekstil rumah tangga.Serat-
serat yang sangat pendek yang disebut linter karena sulit dipintal, umumnyadigunakan
sebagai bahan baku serta rayon.
2.2
Penyempurnaan kreping
Yang dimaksud dengan penyempurnaan kreping adalah membuat kain menjadi
tidak rata (berkeriput). Benang dengan puntiran tinggi memiliki kecenderungan besar
untuk terbuka dan puntirannya bila dibebaskan dari penahanya, akan tetapi bila kedua
ujung benang tersebut dipegang, sehingga pembukaan puntiran tidak dapat berlangsung
sempurna, lalu saling didekatkan maka akan terbentuk gelungan-gelungan (loops) kecil
di sepanjang benang akibat dari gaya torsional benang yang semula bertahan dan
kemudian terbebaskan saat kedua ujung benang didekatkan.
Kecenderungan
pembukaan puntiran pada benang atau energi torsionalnya sangat ditentukan oleh
derajat puntirannya, sehingga semakin tinggi puntiran suatu benang maka semakin
besar pula kecenderungannya untuk terbuka dari puntiran. Pada benang yang terbuat
dari serat hidrofil kecenderungan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh sifat
penggelembungannya pada pembasahan, semakin besar penggelembungan seratnya
semakin besar pula kecenderungan benang untuk terbuka dari puntirannya.
Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan mengakibatkan mengkeret kain
kearah lebarnya, akan tetapi karena pembukaan puntiran benang tertahan oleh
pinggiran kain, maka energi puntiran benang beralih dan terpakai untuk membentuk
gelungan-gelungan seperti yang telah dijelaskan diatas. Mengingat bahwa benang pada
kain tersusun dalam suatu anyaman tertentu maka pembentukan gelungan tidak dapat
berlangsung sempurna sehingga menimbulkan suatu efek gelombang atau riak pada
permukaan kain yang dikenal dengan istilah krep (crepe). Dengan demikian prinsip
penyempurnaan
krep
adalah
kecenderungan
untuk
terbuka
mengkeret
dari
benang
puntirannya,
dengan
serta
puntiran
tinggi
dan
didasarkan
pada
sifat
penggelembungan serat. Berdasarkan prinsip ini maka serat dengan penggelembungan
besar di dalam air sangat baik begi pembuatan benang ataupun krep. Selulosa yang
diregenerasi banyal dipilih untuk proses ini karena penggelembungannya yang besar
didalam air (dalam keadaan basah serat rayon memiliki volume dua kali daripada
volumenya dalam keadaan kering absolut).
5 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
2.3 Kreping pada kain kapas
Pada dasarnya terdapat 2 cara untuk membuat kain krep kapas, yaitu sebagai berikut :
1. Membuat kain dengan benang-benang krep atau yang mempunyai antihan
tinggi. Pada cara ini efek krep yang terjadi tergantung dari relaksasi dari
antihan benang.
2. Penggunaan zat kimia yang dapat menyebabkan penggelembungan serat
kapas. Pembuatan kain krep kapas cara pertama sama seperti pada cara
pembuatan kain krep pada rayon.
Hasil proses kreping melalui penggelembungan setempat tidak menampakkan efek riak
seperti yang diperoleh dari penggunaan benang puntiran tinggi, meskipun demikian ada
kesamaan hal dalam efek mulur seperti yang biasa ditemui pada struktur krep.
Pembentukan krep dengan cara ini lebih merupakan hasil proses kimia dengan
menggunakan zat penggembung (swelling agent) seperti soda kostik, asam sulfat, seng
klorida.
Penggembungan setempat melalui teknik pencapan (pencapan langsung maupun
rintang) merupakan prinsip dari pembuatan krep dengan mengguanakan zat kimia.
Pada perendaman dalam air serat pada bagian yang mengandung soda kostik akan
menggelembung dan mengkeret, serta
menyebabkan bagian kain lainnya kusut,
sehingga menimbulkan efek berkerut-kerut pada permukaan kain.
2.4 Penggelembungan selulosa
Seperti telah diketahui, selulosa alam terdiri dari bagian-bagian yang kristalin dan
bagian-bagian yang amorf. Bagian-bagian kristalin
ini demikian kompak sehingga
tak dapat ditembus oleh molekul-molekul yang sangat kecil, misalnya molekul air. Bila
selulosa direndam dalam air, molekul air hanya dapat masuk sampai daerah amorf dan
permukaan bagian kristalin.Dengan menambahkan zat-zat penggelembung seperti
NaOH,
yaitu
terjadi penggelembungan serat. Bila konsentrasi NaOH ini cukup pekat
13% pada suhu 20 0 C bagian kristalin mulai menggelembung dan terjadi
perubahan kisi-kisi kristal menjadi Selulosa II yang permanen (kisi-kristal selulosa alam
I = selulosa).
Dalam teori, selulosa yang menggelembung ini tidak mengalami degradasi, hanya
mempunyai daya serap dan reaktifitas yang lebih besar daripada asalnya. Tetapi
6 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
dalam praktek mungkin terjadi pula degradasi, terutama bila berhubungan dengan
udara dan terjadi oksiselulosa.
7 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
Baker Gelas 500ml.
Mesin stenter.
Pengaduk
Timbangan digital
Baking
Screen kosong
Rakel
3.1.2 Bahan :
Kain kapas
NaOH kripik
Tapioka
Zat warna reaktif panas
3.2 Cara kerja
Siapkan kain contoh dan zat-zat yang diperlukan untuk membuat pasta cap
Buat pasta cap dengan resep yang sesuai
Cap kain dengan pasta cap yang telah mengandung soda kostik dan biarkan
selama 20 menit
Bilas kain dengan air dingin dan jangan digosok agar motif tidak hilang.
Keringkan kain dengan cara di angin-anginkan.
Kondisikan kain pada suhu ruangan dan amati kerutan yang timbul pada
permukaan kain.
3.3 Resep
Variasi
NaOH
Tapioka
Waktu
Garin
400 g/l
3%
15
Herlina
400 g/l
3%
20
8 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
Selly
400 g/l
3%
25
3.3.1 Fungsi zat :
NaOH : Untuk mengembungkan serat selulosa.
Tapioka : Sebagai pengental pasta cap.
3.4 Diagram Alir
Buat larutan lalu timbang
dan persiapkan bahan
beserta motif
Kemudian larutan
tersebut masukan
kedalam Baker gelas
Tuangkan larutan pasta
cap tersebut ke screen
kosong
Lakukanlah efek kreping
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil krep sebelum dicelup
No.
Resep
Gambar
9 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
1.
Garin
(15 menit)
2.
Herlina
(20 menit)
10 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
3.
Selly
(25 menit)
Perbandingan hasil kain sebelum dicelup dengan variasi waktu
(kiri ke kanan : 15,20,25 menit)
11 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
4.2 Hasil krep setelah dicelup
Perbandingan hasil kain setelah dicelup dengan variasi waktu
(kiri ke kanan : 15,20,25 menit)
12 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
BAB V
PENUTUP
5.1 Diskusi
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan proses kreping pada kain kapas
putih. Kain kapas putih yaitu kain yang telah melewati proses persiapan penyempurnaan,
sehingga kain ini telah bersih dari kotoran – kotoran berupa kanji, lemak, malam dll yang
akan mempengaruhi proses penyerapan zat – zat kimia.
Sebelum melakukan praktikum, kami membuat motif pada kertas HVS. Tujuannya agar
kain tidak semuanya terkena pasta sehingga kain yang terkena pasta sesuai motif
memberikan gaya atau tarikan – tarikan pada kain. Tarikan – tarikan tersebut yang
membuat kain memiliki efek mengkerut.
Bahan yang digunakan adalah tapioka yang dilarutkan dalam air sebagai pengental.
Selanjutnya
ditambahkan
NaOH
sebagai
zat
untuk
menggembungkan
serat.
Penggembungan sesuai motif inilah yang membuat kain disekitar motif mengkerut. NaOH
yang digunakan cukup banyak yaitu 400 g/L dengan tujuan penggembungan serat
semakin baik sehingga serat tertarik ke arah lebar dan penyerapan zat warna baik (terlihat
pada hasil celup, bagian yang terkena NaOH memiliki warna yang lebih tua). Kami tidak
menambahkan zat pembasah karena kain yang kami gunakan adalah kain kapas putih.
Pertimbangan
kami
adalah
kain
kapas
putih
telah
melalui
proses
–
proses
penyempurnaan sebelumnya sehingga daya serapnya cukup baik. Selain itu, kami dapat
menghemat biaya proses dengan tidak menggunakannya pembasah.
Sebelumnya, screen disiapkan atau dibersihkan dari zat – zat kimia yang menempel agar
pasta keluar dari screen dengan baik. Lalu pasta dirakel dan pasta akan menempel pada
kain sesuai motif yang sudah dibuat. Setelah itu, kain didiamkan sesuai waktu yang telah
ditentukan. Pada saat didiamkan dengan waktu tersebut, NaOH yang terkandung pada
pasta cap akan masuk dan berpenetrasi ke dalam serat kapas. Serat kapas dapat
menggembung bila terkena alkali. Penggembungan terjadi pada bagian motif saja (bukan
pada semua bagian kain seperti proses merserisasi atau pemasakan). Ini menyebabkan
13 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
bagian yang terkena motif saja yang menggembung sehingga ujung - ujung kain yang
diberi motif akan menarik kain di luar motif sehingga kain yang tidak terkena pasta (kain di
luar motif) akan berkerut – kerut sesuai dengan tujuan proses.
Kami melakukan percobaan kreping dengan variasi waktu penetrasi NaOH terhadap kain
kapas putih. Variasi waktu yang kami gunakan yaitu 15, 20, dan 25 menit. Hasil dari kain
dengan efek mengkeret yang baik dengan menggunakan waktu 25 menit dimana terlihat
lebih jelas mengkeret dan motifnya pada kain dibandingkan dengan menggunakan waktu
15 dan 20 menit. Pada waktu penetrasi NaOH 15 menit, kain tidak terlihat begitu
mengkeret. Waktu 20 menit memberikan efek krep lebih jelas dibanding dengan waktu 15
menit karena NaOH yang terserap ke dalam serat lebih banyak tetapi tidak sejelas dan
mengkeret pada waktu 25 menit.
Setelah waktu penetrasi kain habis, kemudian kain dicuci dengan air mengalir. Tujuannya
agar pasta hilang dan kain bersih seperti sebelum dicap. Kemudian kain dikeringkan
dengan mesin stenter. Setelah itu dapat dilihat perbedaan antar kain dengan perbedaan
variasi waktu.
Agar lebih terlihat lagi efek mengkeretnya, kemudian dilakukan proses pencelupan dengan
menggunakan zat warna reaktif panas. Zat warna reaktif panas dipillih pada proses
pencelupan ini karena zat warna reaktif berikatan baik dengan kain kapas sehingga
memiliki daya tahan luntur warna terhadap pencucian yang cukup baik. Zat warna reaktif
panas memiliki kereaktifan yang kecil sehingga pada proses pencelupannya perlu
diproses pada suhu panas.
Variasi waktu juga berpengaruh pada hasil warna pada kain. Pada waktu kreping 25 menit,
didapat hasil celup pada kain dengan warna yang lebih tua dibandingkan variasi waktu 15
dan 20 menit. Terutama pada motif kain yang terkena NaOH. Warnanya jauh lebih tua dari
kain yang tidak terkena NaOH.
14 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
5.2 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, didapat kesimpulan bahwa kain yang menggunakan waktu
penetrasi NaOH 25 menit memiliki efek kreping yang paling jelas dan warna hasil celup
paling tua.
15 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
5.3 Daftar Pustaka
Soeparman,
Surdia,
Budiarti,
Hendrodyantopo.
1973.
Teknologi
Penyempurnaan. Bandung : ITT.
S. Hendroyantopo, dkk. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
Soeparman, Dkk. 1977. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
Nadyalestari.blogspot.com/2012/03/penyempurnaan-kreping-kain-kapas100.html?m=1 (27/03/2016 18:40WIB)
Septianuraini125404011.blogspot.com/2014/03/crepe-kreping-crepingpengkerutan.html?m=1 (27/03/2016 18:42 WIB)
https://plus.google.com/app/basic/stream/z13aytkrlmmpi5qdi22ycx2gsv3pslo5e
04 (27/03/2016 18:43 WIB)
dokumen.tips/document/lap-penyem-kreeping-kel4.html
WIB)
16 | Laporan Praktikum Penyempurnaan Kreping pada Kain Kapas Putih
(27/03/2016
18:48