Makalah Pencemaran Sungai Musi Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan komponen utama bagi semua makhluk hidup dan kekuatan
yang membentuk permukaan bumi. Air juga menjadi faktor penentu di dalam
pengaturan iklim untuk kehidupan manusia. Salah satu contoh air di
permukaan bumi adalah sungai. Setiap sungai memiliki daerah aliran sungai.
Di dalam suatu sistem Daerah Aliran Sungai, sungai yang berfungsi
sebagai wadah pengaliran air selalu berada di posisi paling rendah dalam
landskap bumi. Menurut PP 38 Tahun 2011, kondisi sungai tidak dapat
dipisahkan dari kondisi Daerah Aliran Sungai. Kualitas air sungai dipengaruhi
oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan sedangkan
kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia
yang ada di dalamnya (Wiwoho, 2005).
Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi lahan pertanian, tegalan, dan
permukiman serta meningkatnya aktivitas industri dapat memberikan dampak
terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai. Berbagai
aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari
kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah.
Limah dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air sungai.
Penurunan kuantitas dan kualitas air terjadi pada Sungai Musi, Kota

Palembang, Sumatera Selatan. Hal tersebut ditunjukkan melalui pendapat
Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya, M.Said (dalam Kompas: 2015)
bahwa banyak aktivitas masyarakat di sepanjang Sungai Musi. Di Palembang
saja ada sejumlah industri. Di luar Palembang ada perkebunan dan tambang
yang berkontribusi terhadap kualitas dan kuantitas air. Pembukaan lahan dan
kebakaran lahan di hulu juga berpotensi memengaruhi Musi.
Badan Lingkungan Hidup Sumsel secara berkala melakukan penelitian
terhadap kondisi air Sungai Musi. Hadenli Ugihan mengatakan bahwa kualitas
air Sungai Musi tercemar dalam skala sedang dan berat. Pencemaran
meningkat tajam lima tahun ini. Kondisi ini diketahui dari hasil sampling di 72
1

lokasi yang diambil secara periodik (dalam Kompas: 2015). Berdasarkan
penelitian dan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kualitas dan
kuantitas air Sungai Musi memburuk. Diperlukan dukungan oleh semua pihak
dan cara mengatasi pencemaran air Sungai Musi. Dengan berbagai cara
mengatasi masalah tersebut kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya pun
tidak akan terganggu. Berdasarkan masalah tersebut, penulis akan menulis
mengenai cara menurunkan pencemaran air Sungai Musi dengan judul “Upaya
Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Musi Sumatera

Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana meningkatkan kualitas dan kuantitas air Sungai Musi?
C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui cara meningkatkan kualitas dan kuantitas air Sungai Musi?
D. Manfaat Makalah
1. Bagi Masyarakat Musi
a. Dapat mengetahui cara melestarikan dan menjaga DAS Musi.
b. Dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas air Sungai Musi.
2. Bagi Pemerintah
a. Dapat mengawasi dan membuat kebijakan tentang kelestarian DAS Musi.
b. Dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melestarikan DAS Musi.
3. Bagi Pembaca
a. Dapat mencegah kerusakan ataupun pencemaran sungai di daerah sekitar
masyarakat.
b. Dapat mengetahui cara meningkatkan kualitas dan kuantitas air sungai.

2

BAB II

PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Upaya
Dalam kamus Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian upaya adalah
tindakan yang dilakukan seseorang, untuk mencapai apa yang diinginkan
atau merupakan sebuah strategi.Upaya adalah aspek yang dinamis dalam
kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
upaya (Soeharto 2002; Soekamto 1984: 237).
Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara, juga dapat
dimaksud sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis,
terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal agar tidak meluas atau
timbul.
2. Pengertian Kualitas dan Kuantitas
Menurut wikipedia, kualitas ialah tingkat baik buruknya atau taraf
atau derajat sesuatu. Istilah ini lebih sering digunakan pada bidang bisnis,
teknis dan lain sebagainya. Ukuran dari sebuah kualitas ialah di saat ukuran
tersebut dinilai oleh baik atau buruknya sesuatu.
Kuantitas merupakan banyaknya atau jumlah (artikata.com). Berbeda
halnya dengan kualitas yang memiliki standard ukuran dengan baik atau

buruk. Sedangkan kuanitas lebih terarah pada jumlah sesuatu.
Tabel 1.1 Perkiraan Kuantitas Air di Bumi
Jenis Air

Laut

Areal

361,3

Volume

Persentase

Persen dari

(setiap km

dari total air


Air Tawar

kubik)
1.338.000.00

di bumi
96,5

-

0,76
0,93
0,0012
1,7

30,1
0,05
68,6

0

Air bawah tanah
 Air tawar
 Air asin
Lengas tanah
Es di kutub

134,8
134,8
82,0
16,0

10.530.000
12.870.000
16.500
24.023.500
3

Es lain dan salju
Danau
 Air tawar

 Air asin
Marshes
Sungai
Air biologis
Air di atmosfer
Total air

0,3

340.600

0,025

1,0

1,2
0,8
2,7
148,8
510,0

510,0
510,0

91.000
85.400
11.470
2.120
1.120
12.900
1.385.984.61

0,007
0,006
0,0008
0,0002
0,0001
0,001
100

0,26

0,03
0,006
0,003
0,04
-

0
Air tawar
148,0
35.029.210
2,5
100
Tabel dari World Water Balance and Water Resources of The Earth,
Copyright: UNESCO (1978); dikutip dari Chow (1998), Maidment (1993)
(dalam Hidrologi, Indarto: 7)
3. Sungai
Sungai merupakan bagian permukaan bumi yang letaknya lebih
rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar
menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai lainnya (Satrio:2013,
http://satrio-aji-p.blogspot.com/2013/03/perairan-darat-sungai-daerahaliran.html).


Menurut

wikipedia

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai),

sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara).
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir
meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui
sungai

merupakan

di daratan untuk

cara

mengalir


yang

biasa

ke laut atau

bagi

air hujan yang

tampungan

air

yang

turun
besar

seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata
air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung
untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan
saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Pengujung
sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam
sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air,

4

limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari
lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian,
bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air
limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).
4. Sungai Musi
Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatera
Selatan, Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang
terpanjang di pulau Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua
bagian. Jembatan Ampera yang menjadi ikon Kota Palembang pun melintas
di atas sungai ini. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai
ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat (situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Musi).

Permukaan air Sungai Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Pada musim kemarau terjadi penurunan debit sungai sehingga
permukaan air Sungai Musi mencapai ketinggian yang minimum. Pola
aliran di sungai Kota Palembang dapat digolongkan sebagai pola aliran
dendritik yang artinya merupakan ranting pohon, dimana dibentuk oleh
aliran sungai utama yaitu Sungai Musi sebagai batang pohon. Sedangkan
anak-anak sungai sebagai ranting pohonnya. Pola aliran sungai seperti ini
menggambarkan bahwa daerah yang dialiri sungai tersebut memiliki
topografi mendatar. Dengan kekerasan batuan relative sama (uniform),

5

sehingga air permukaan (run off) dapat bekembang secara luas, dan
akhirnya akan membentuk pola aliran sungai (river channels) yang
menyebar ke daerah tangkapan aliran sungai (catchment area). Sumber
utama mata air Sungai Musi berasal dari Kepahiang-Bengkulu dan bermuara
di Sembilan anak sungai besar atau yang biasa disebut Batanghari Sembilan.
Sembilan anak sungai tersebut adalah sungai Ogan, sungai Komering,
sungai Lematang, sungai Kelingi, sungai Lakitan, sungai Leko, sungai
Telang, sungai semanggus dan sungai rawas.
Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, Sungai Musi
terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat. Di tepi Sungai
musi terdapat Pelabuhan Boom Baru dan Museum Sultan Mahmud
Badaruddin II. Fungsi sungai di kota Palembang sebelumnya adalah sebagai
alat anggkutan sungai ke daerah pedalaman, namun sekarang sudah banyak
mengalami perubahan fungsi, antara lain sebagai drainase dan untuk
pengendalian banjir. Selain itu aliran sungai Musi juga dimanfaatkan untuk
PLTA (dalam situs http://fransiskatya.blogspot.com/2012/11/sungai-musisumatera-selatan_11.html).

Fungsi anak-anak sungai yang semula sebagai daerah tangkapan air,
sudah banyak ditimbun untuk kepentingan sosial sehingga berubah
fungsinya menjadi pemukiman dan pusat kegiatan ekonomi lainnya. Ratarata laju alih fungsi ini adalah 6% setiap tahunnya. Secara geomorfik,
bentang alam pada satuan geomorfik Kota Palembang berkaitan dengan
6

adanya sedimentasi sungai. Sedimentasi sungai ini dapat menyebabkan
pendangkalan sungai atau penyempitan (bottle neck) seperti yang terjadi di
daerah Mariana Kecamatan Seberang Ulu II. Hal itu disebabkan karena
penambangan pasir sungai atau gravel pada dasar sungai yang akan
mengakibatkan pendalaman cekungan, pemanfaatan bentaran pada bentaran
sungai untuk pemukiman, persawahan serta aktivitas lain yang akan
berdampak pada aliran sungai dan adanya penebangan hutan illegal di
daerah hulu sungai.
5. Daerah Aliran Sungai
Menurut Indarto (2010:57), DAS (basin, drainage basin, or watershed)
menunjukkan suatu luasan yang berkonstribusi pada aliran permukaan.
Suatu

batas

wilayah

imaginer,

dibatasi

oleh

punggung-punggung

pegunungan dan lembah, di mana air yang jatuh pada setiap lokasi di dalam
batas tersebut, mengalir dari bagian hulu DAS melalui anak-anak sungai ke
sungai utama, sampai akhirnya ke luar satu outlet.
Aliran dasar (baseflow) merupakan komponen aliran yang teramati
dalam jangka waktu yang lama. Baseflow akan teramati sebagai debit di
sungai pada saat musim kemarau. Pada saat musim kemarau, relatif tidak
ada hujan yang jatuh, tetapi pada sebagian besar sungai masih ada debit air
yang mengalir yang disebut baseflow. Aliran tersebut berasal dari cadangan
air tanah, selanjutnya pada lokasi tertentu mengalir ke luar dan bergabung
dengan aliran sungai.
Daerah Aliran Sungai sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta
mengalirkannya ke laut atau ke danau maka fungsi hidrologisnya sangat
dipengaruhi jumlah curah hujan yang diterima, geologi yang mendasari dan
bentuk

lahan

(http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/09/fungsi-

daerah-aliran-sungai.html). Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk
kapasitas DAS yaitu: mengalirkan air, menyangga kejadian puncak hujan,
melepas air secara bertahap, memelihara kualitas air, dan mengurangi

7

pembuangan

massa

(seperti

tanah

longsor)

(http://pengertian-

definisi.blogspot.com/2011/09/fungsi-daerah-aliran-sungai.html).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ekosistem yang terdiri dari
unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang
dilakukan di dalamnya (Soeryono, 1979). Sebagai suatu ekosistem, di DAS
terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik yang menggambarkan
keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan sedimentasi.
DAS merupakan kumpulan dari beberapa Sub-DAS. Mangundikoro
(1985) mengemukakan Sub-DAS merupakan suatu wilayah kesatuan
ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau mengalir
melalui sungai. Manusia dengan aktivitasnya dan sumberdaya tanah, air,
flora serta fauna merupakan komponen ekosistem di Sub-DAS yang saling
berinteraksi dan berinterdependensi. Pengelolaan DAS dapat dianggap
sebagai suatu sistemdengan input manajemen dan input alam untuk
menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan baik di tempat (on
site)maupun di luar (off-site). Secara ekonomi ini berarti bentuk dari proses
produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan input manajemen dan
input alam serta hasil ekonomi berupa nilai dari outputnya (Hulfschmidt,
1985). Tujuan pengelolaan DAS secara ringkas adalah :
a. menyediakan air, mengamankan sumber-sumber air dan mengatur
pemakaian air.
b. menyelamatkan tanah dari erosi serta meningkatkan dan
mempertahankan kesuburan tanah.
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
6. Pencemaran Air
Menurut SK menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No.
02/MENKLH/1988. “Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan / atau berubahnya tatanan (komposisi air)
oleh kegiatan manusia dan proses alam sehingga kualitas air menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukanya.”

8

Menurut Data Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Indikator Pencegahan Pencemaran Air bahwa pencemaran air adalah suatu
perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai,
lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air
tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air
juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat
membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan
dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi
sebagai objek wisata.
Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan
evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari
tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan
bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan
penyakit, dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya.
Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara
berkembang, negara-negara industri/maju masih berjuang dengan masalah
polusi juga.
7. Faktor-Faktor Pencemaran Air
Menurut Achmad Lutfi,2009:01 pada dasarnya pencemaran air sungai
di indonsia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
a. Berkembangnya industri-industri di Indonesia
Dewasa ini industri-industri di Indonesia semakin berkembang,
baik jumlah, teknologi, tingkat produksi maupun limbah yang di
hasilkan. Industri-industri khususnya yang berada di dekat aliran sungai
cenderung akan membuang limbahnya ke dalam sungai yang dapat
mencemari ekosistem air, karena pembuangan limbah industri ke dalam
sungai dapat menyebabkan berubahnya susunan kimia, bakteriologi, serta
fisik air. Polutan yang di hasilkan oleh pabrik dapat berupa:

9

1) Logam Berat: timbale, tembaga, seng dll.
2) Panas: air yang tinggi temperaturnya sulit menyerap oksigen
yang pada akhirnya akan mematikan biota air.
b. Belum tertanganinya pengendalian limbah rumah tangga
Limbah rumah tangga yang belum terkendali merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya air sungai.
Karena dari limbah rumah tangga dihasilkan beberapa zat organik dan
anorganik yang dibuang dan dialirkan melalui selokan-selokan dan
akhirnya bermuara ke sungai. Selain dalam bentuk zat organik dan
anorganik, dari limbah rumah tangga bisa juga membawa bibit-bibit
penyakit yang dapat menular pada hewan dan manusia sehingga
menimbulkan epidemi yang luas di masayarakat.
c. Pembuangan limbah pertanian tanpa melalui proses pengolahan.
Limbah pertanian biasanya dibuang ke aliran sungai tanpa melalui
proses pengolahan, sehingga dapat mencemari air sungai karena limbah
pertanian mengandung berbagai macam zat pencemar seperti pupuk dan
pestisida.
Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan mencemari air yang
keluar dari pertanian karena air ini mengandung bahan makanan bagi
ganggang dan tumbuhan air seperti enceng gondok sehingga ganggang
dan tumbuhan air tersebut mengalami pertumbuhan dengan cepat yang
dapat menutupi permukaan air dan berpengaruh buruk pada ikan-ikan
dan komponen ekosistem biotik lainnya.
Penggunaan pestisida juga dapat menggagu ekosistem air karena
pestisida bersifat toksit dan akan mematikan hewan-hewan air, burung
dan bahkan manusia.
d. Pencemaran air sungai karena proses alam
Proses alam juga berpengaruh pada pencemaran air sungai
misalnya terjadinya gunung meletus, erosi dan iklim. Gunung meletus
dan erosi dapat membawa berbagai bahan pencemaran salah satunya
10

berupa endapan/sediment seperti tanah dan lumpur yang dapat
menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari berkurang,
dan air kurang mampu mengasimilasi sampah. Iklim juga berpengaruh
pada tingkat pencemaran air sungai misalnya pada musim kemarau
volume air pada sungai akan berkurang, sehingga kemampuan sungai
untuk menetralisir bahan pencemaran juga berkurang.

Dari uraian penyebab pencemaran air sungai di Indonesia diatas,
bahan pencemarannya dapat dikelompokkan menjadi:
a. Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu
sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri
makanan, sampah industri gula tebu, sampah dari tanaman air seperti
enceng gondok yang mati, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan,
kotoran manusia dan kotoran hewan ternak), dll. Untuk proses
penguraian sampah-sampah tersebut memerlukan banyak oksigen,
sehingga apabila sampah-sampah tersebut berada di dalam air, maka
perairan tersebut akan kekurangan oksigen.
b. Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit yaitu bahan pencemaran
yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli. Bahan pencemar
ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari
kotoran hewan/manusia.

11

c. Bahan pencemar senyawa organik/mineral misalnya logam-logam berat
seperti merkuri (Hg), cadmium (Cd), timah hitam (Pb), tembaga (Cu),
garam-garam anorganik.
d. Bahan

pencemar

organik

yang

tidak

dapat

diuraikan

oleh

mikroorganisme yaitu senyawa organik yang berasal dari pestisida,
herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintesis, limbah industri
dan limbah minyak.
e. Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa
nitrat dan senyawa fosfat.
f.Bahan pencemar berupa zat radioaktif yang biasanya berasal dari limbah
PLTN dan dari percobaan- percobaan nuklir lainnya.
g. Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur
akibat erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang
disemburkan oleh gunung berapi yang meletus.
h. Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah
pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air
sebagai pendingin.
B. Permasalahan Menurunnya Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Musi
1. Faktor-faktor Menurunnya Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Musi
a. Berkurungnya kuantitas tanaman bakau di pesisir pantai.
b. Di sekitar DAS, pemukiman semkin padat.
c. Limbah dari aktivitas rumah tangga, industri, pembusukan, dan lainnya.
d. Pembukaan lahan dan kebakaran hutan.
e. Aktivitas perkebunan dan pertambangan di sekitar sungai yang tidak
bertanggung jawab.
2. Dampak Menurunnya Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Musi

12

a. Berkurangnya kuantitas tanaman bakau di pesisir pantai menyebabkan
intrusi laut. Hal ini dibuktikan dengan nelayan berhasil menangkapikan
hiu di sekitar jembatan Ampera, Palembang. Padahal jarak Ampera ke
ambang batas laut di Selat Bangka sekitar 100 kilometer. Penurunan
kualitas daerah hulu juga terjadi sehingga paokan air tawa berkurang.
b. Limbah dari aktivitas rumah tangga, industri, pembusukan, dan lainnya
menyebabkan kualitas air menurun dan jumlah air bersih menurun pula.
Limbah merupakan sisa-sisa produksi. Limbah dari industri, rumah
tangga, dan lainnya dibuang secara langsung ke sungai sehingga air
sungai tercemar. Ekosistem di sungai pun juga terganggu, makhluk hidup
air mati, dan air berwarna hitam (kotor).
c. Lahan di sekitar sungai dijadikan perkebunan dan perindustrian sehingga
fungsi daerah sungai menurun, daerah aliran sungai tidak terdapat tempat
penyerapan. Sehingga jika musim hujan tidak ada tempat resapan dan
menyebabkan banjir. Kebakaran hutan saat musim kemarau dapat
menyebabkan kualitas air menurun karena abu dan asap yang
mengkontaminasi air sungai.
d. Dari sisi sedimentasi, kedalaman Musi tidak merata, mulai dari 2 meter
hingga 20 meter. Beda kedalaman air saat musim hujan dan kemarau ada
yang mencapai 2 meter sehingga riskan bagi aktivitas pelayaran dan
pemanfaatan air bersih oleh perusahaan air minum daerah.
e. kerusakan yang terjadi pada Musi jelas mengancam pasokan air bersih
kepada warga. Selama ini Musi dan delapan anak sungainya menjadi
sumber utama bahan baku air bersih. Pendangkalan sungai juga
mengakibatkan bencana banjir terus meluas beberapa tahun terakhir.
f. Pada tahun ini tingkat pencemaran naik 10 persen karena angka baku
mutu menjadi 10 miligram perliter. Untuk besi, fosfat, dan fenol, nilai
ambang baku mutu masing-masing 0,3 miligram per liter. Penyebabnya:
(1) fosfat berasal dari limbah detergen; (2) fenol adalah zat kimia yang
kerap dipakai dalam aktivitas industri. Di Palembang, fenol digunakan
untuk menghilangkan karat pada kapal. Fenol paling berbahaya bagi
13

manusia. Oleh karena itu, perlu menjadi perhatian semua pihak. Kondisi
ini tidak hanya memengaruhi ekosistem di Sungai Musi, tetapi juga
berdampak ke anak-anak sungainya.
g. Data yang disampaikan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumsel
menyebutkan, sekitar 70 persen air Sungai Musi tercemar limbah rumah
tangga, sedangkan sisanya 30 persen tercemar limbah perusahaan atau
industri.. Berdasarkan hasil pengujian 9 dari 10 anak sungai yang airnya
diteliti ternyata kualitas baku mutu sungai terus menurun. Dengan kata
lain, terjadi kenaikan kenaikan kadar kandungan zat berbahaya.Beberapa
anak sungai di Kota Palembang berisiko tercemar tersebut di antaranya,
yaitu Sungai Bendung, Sungai Aur, Sungai Sekanak, Sungai Buah,
Sungai Ogan, Sungai Demang Jambul, Sungai Sintren, Sungai Jeurju,
dan Sungai Rendang. Selain menimbulkan bau tidak sedap, sampah
mengambang di aliran anak sungai ini.
3. Solusi untuk Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Musi
Aspek

sosial

kelembagaan

menjadi

aspek

prioritas

dalam

pengendalian pencemaran air dikarenakan pemanfaatan sumber daya alam
dan kualitas lingkungan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat di
sekitarnya. Begitu pula dengan kondisi dan kualitas air sungai Musi,
dipengaruhi oleh masukkan buangan air limbah yang berasal dari daerah
tangkapan airnya yang dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat di dalamnya.
Aspek managemen perencanaan menjadi aspek prioritas kedua. Hal
ini mengindikasikan bahwa dalam strategi pengendalian pencemaran air
diperlukan suatu instrumen kebijakan yang dijadikan pedoman dalam
pengendalian pencemaran termasuk pembagian peran antar instansi terkait.
Selain itu, Aspek ekologi menjadi prioritas ketiga, bahwa dalam melakukan
upaya pencegahan pencemaran air dapat dilakukan melalui perbaikan
kualitas lingkungan sekitar sumber air.
Diperlukan peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam
menjaga kualitas sumber daya air dengan cara pencegahan terjadinya
pencemaran air sungai. Hal ini dikarenakan kondisi dan kualitas air sungai
14

Musi, dipengaruhi oleh masukkan buangan air limbah yang berasal dari
daerah tangkapan airnya yang dipengaruhi oleh pola perilaku masyarakat di
sekitarnya. Masyarakat dalam hal ini adalah penduduk yang menggunakan
air sungai Blukar sebagai tempat mandi, cuci dan buang air besar, perilaku
petani di daerah sekitar sungai dalam penggunaan pupuk dan pestisida serta
masyarakat industri yang membuang air limbah sisa produksi ke sungai
Musi.
Peningkatan koordinasi antar instansi yang berkaitan dengan
pengendalian pencemaran air juga perlu dilakukan. Peningkatan koordinasi
disini dapat dilakukan dengan penerapan persyaratan prinsip - prinsip
pengendalian pencemaran air terhadap rencana usaha/kegiatan yang
mengajukan perizinan dimana masing-masing instansi menjadi anggota tim
pertimbangan perizinan maupun dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan
yang berkaitan dengan pencegahan pencemaran air.
Selama ini masing-masing instansi menjalankan program dan kegiatan
secara sektoral dan belum terpadu dan terkoordinir, sehingga kegiatan yang
dilakukan antar masing-masing instansi belum sinkron dan belum secara
bersama-sama fokus menangani suatu daerah tertentu. Untuk melaksanakan
program dan kegiatan secara terpadu dan terkoordinir diperlukan suatu
pedoman berupa rencana induk pengelolaan sumber daya air berbasis
Daerah Aliran Sungai termasuk pembagian peran antar instansi.
Upaya meningkatkan dengan melakukan pengawasan industri yang
berada di bantaran Sungai Musi dengan memperketat baku mutu limbah
sebelum dibuang ke sungai. Seluruh masyarakat dan termasuk industri, agar
tidak membuang limbah bahan berbahaya, zat kimia, dan kotoran ke sungai.
Selain itu, pemerintah kota segera menerbitkan peraturan daerah yang
melarang orang membuang sampah dan kotoran berbahaya di Sungai Musi,
baik langsung maupun melalui anak sungainya.
Partisipasi masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar anak-anak
Sungai Musi merupakan kunci utama yang diperlukan untuk mempercepat
pembangunan dan mengatasi pencemaran anak Sungai Musi. Partisipasi
15

masyarakat tersebut dapat dimulai dengan mendukung kebersihan dan
menggalakkan gotong royong tiap rumah masing-masing. Mulai dari
halaman rumah dan saluran pembuangan air. Di samping itu, diperlukan
peran aktif BLH Propinsi Sumsel dengan melakukan kerja sama dengan
semua pihak yang terkait guna melakukan pembersihan di beberapa anak
Sungai Musi yang tercemar.
Pemerintah mengajak perusahan-perusahan untuk menggali lumpur
Musi, kemudian ditimbunkan ke kawasan rawa-rawa di daerah Jakabaring,
Palembang.Ada pula perusahaan yang bernaung di bawah bendera PT
Pupuk Indonesia Holding Company itu menanam pohon bambu sepanjang
tepian Sungai Musi. Tahap awal ada seribu bibit pohon bambu yang
ditanam. Tanaman ini akan dilakukan terus-menerus setiap tahun, sehingga
akan ada sejuta bambu yang tumbuh di tegalan Musi.
Program yang diberi tajuk "Serumpun Bambu, Sejuta Berkah" itu
merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan pupuk tersebut
terhadap lingkungan hidup, khususnya terhadap Sungai Musi yang saat ini
terus mengalami pendangkalan. Program tersebut juga untuk pemberdayaan
masyarakat karena prospeknya yang tinggi sebagai tanaman industri, yakni
sebagai bahan baku industri tekstil dan industri kreatif (situs pusri,
http://www.pusri.co.id/ina/berita-amp-kegiatan-media-massa/sejuta-bambuuntuk-pelestarian-sungai-musi-dan-tingkatkan-perekonomian-masyarakat/)
Bambu mempunyai manfaat untuk menahan erosi, menampung air,
dijadikan sumber pendapatan,dan makanan. Bambu bisa dibuat jadi apa
saja. Mulai rebung hingga tunasnya bisa dimakan. Di sisi lain, budaya
Indonesia tidak terlepas dari peranan bambu. Bambu juga dapat dibuat
untuk keperluan rumah sakit, rumah tinggal, tempat tidur, alat musik, alat
memasak, hingga senjata yang digunakan melawan penjajah. Kelak bambu
yang ditanam bisa menjadi sumber ekonomi masyarakat, terutama yang
berada di bantaran Sungai Musi. Selain bambu, Pusri juga menanam pohon
manggis, jabon, ketapang, gaharu, dan salam untuk menjaga ekologi dan
mendorong pemberdayaan masyarakat.
16

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sungai musi merupakan salah satu sungai terbesar di Indonesia. Sungai
Musi mempunyai banyak manfaat yaitu sebagai sarana transportasi, mandi,
minum, pariwisata, dan sebagainya. Namun, kondisi sungai Musi menurun
berdasarkan kuantitas dan kualitasnya. Sungai Musi mengalami pencemaran,
air sungai berwarna hitam pekat, dan jumlah air menurun. Sehingga
mengganggu aktivitas kehidupan makhluk hidup.
Cara untuk mencegah dan meningkatkan kembali fungsi sungai Musi yaitu
pemerintah harus bertindak tegas atas pelanggaran yang dilakukan oleh pabrik
maupun perusahan ataupun masyarakat yang membuang limbah sembarangan.
Selain itu, perijinan perusahaan ataupun pabrik harus ada peraturan
melestarikan lingkungan. Perlu diadakan reboisasi hutan – hutan yang terdapat
di aliran suangai sehingga mengurangi longsor. Jadi, pemerintah, perusahaan,
pabrik, dan masyarakat harus saling bekerjasama untuk melestarikan sungai
Musi.
B. Saran
Seharusnya masyarakat, perusahaan, dan pemerintah dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas air sungai dengan bekerjasama.

17

DAFTAR PUSTAKA
Indarto. 2010. Hidrologi. Bumi Aksara: Jakarta.
P.

Aji

Satrio,

2013.

Perairan

Darat

diakses

di

http://satrio-aji-

p.blogspot.com/2013/03/perairan-darat-sungai-daerah-aliran.html pada 10
April 2015.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Tya

Fransiska.

2012.

Sungai

Musi

Sumatera

Selatan

diakses

di

http://fransiskatya.blogspot.com/2012/11/sungai-musi-sumateraselatan_11.html pada 16 April 2015.
Wiwoho. 2005. Model Identifikasi Daya Tampung Beban Cemaran Sungai
Dengan QUAL2E. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
___.2015.

Kondisi

Musi

Menurun.

Kompas

Online:

Jakarta

(http://tataruangpertanahan.com/kliping-1505-kondisi-musi-menurun.html
diakses pada tanggal 1 April 2015)
___. 2012.Pencemaran Air. Badan Lingkungan Hidup: Samarinda
(http://blh.samarindakota.go.id/index.php/public/page/detail/41 diunduh
pada tanggal 10 Aprill 2015)
___.2011. Fungsi Daerah Aliran Sungai
(http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/09/fungsi-daerah-aliransungai.html diunduh pada tanggal 10 April 2015).
___.Berita AMP Kegiatan Massa Sejuta Bambu untuk Pelestarian Sungai Musi
dan

Tingkatkan

Perekonomian

Rakyat

diakses

http://www.pusri.co.id/ina/berita-amp-kegiatan-media-massa/sejuta-

18

di

bambu-untuk-pelestarian-sungai-musi-dan-tingkatkan-perekonomianmasyarakat/ pada 16 April 2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai),

19

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157