7 Pokok Pikiran Yang Terkandung Dalam Mu

7 Pokok Pikiran Yang Terkandung Dalam
Mukadimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah

NAMA

: Annisa Nur Fitriyah

NPM

: 2013320042

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JL. KH Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat, Jakarta Selatan
Telp. (021) 7492862

Fax (021) 7430756

Email: info@umj.ac.id


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam makalah
ini kami akan membahas mengenai “7 Pokok Pikiran Yang Terkandung Dalam Mukadimah
Anggaran Dasar”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa masukan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan pada makalah ini.
Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta,

Penulis


Oktober 2013

DAFTAR ISI

Lembar Judul.................................................................................................
Kata Pengantar..............................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perumusan Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.....
1.2 Hakekat dan Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah....
BAB II POKOK PIKIRAN I........................................................................
BAB III POKOK PIKIRAN II.....................................................................
BAB IV POKOK PIKIRAN III...................................................................
BAB V POKOK PIKIRAN IV.....................................................................
BAB VI POKOK PIKIRAN V.....................................................................
BAB VII POKOK PIKIRAN VI..................................................................
BAB VIII POKOK PIKIRAN VII...............................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Perumusan Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun secara formal setelah gerakan
Muhammadiyah melancarkan aktifitas dan usahanya selama 38 tahun. Tetapi dengan belum
dimilikinya

rumusan

Mukadimah

Anggaran

Dasar

Muhammadiyah,

persyarikatan


Muhammadiyah belum memiliki jiwa, semangat, dan nafas perjuangan secara pasti.
Susunan Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dilatar belakangi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan Muhammadiyah.
b. Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakkan gejala menurun, akibat terlalu
berat mengejar kehidupan duniawi.
c. Makin kuatnya berbagai pengaruh alam fikiran dari luar, yang langsung atau tidak
langsung berhadapan dengan faham dan keyakinan hidup Muhammadiyah.
d. Dorongan disusunnya Pembukaan Undang-Undang Dasar RI tahun 1945.

1.2 Hakekat dan Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
a. Hakekat Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakekatnya merupakan suatu
kesimpulan dari perintah dan ajaran Al-Qur’an dan as-Sunnah tentang pengabdian manusia
kepada Allah SWT, amal dan perjuangan bagi setiap muslim yang sadar akan kedudukannya
selaku hamba dan khalifah di muka bumi.
b. Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan jiwa, nafas, dan semangat
pengabdian dan perjuangan ke dalam tubuh dan segala gerak organisasinya, yang harus
dijadikan asas dan pusat tujuan perjuangan Muhammadiyah.


1.3 Matan: “Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah”
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah
yang mengasuh semua alam; Yang Maha Pemurah dan Penyayang, Yang memegang
pengadilan pada hari kemudian. Hanya kepada Engkau, hamba menyembah dan hanya
kepada Engkau hamba mohon pertolongan. Berilah petunjuk kepada hamba akan jalan yang
lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan; yang tidak dimurkai dan tidak
tersesat”. (Q.S. Al-Fatihah)
“Saya ridla: ber-Tuhan kepada Allah, beragama kepada ISLAM da bernabikan
kepada MUHAMMAD RASULULLAH Shallallahu ‘alaihi wasallam”.
AMMA BA’DU, bahwa sesumgguhnya ketuhanan itu adalah hak Allah semata-mata.
Bertuhan dan beribadah serta tunduk dan taat kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan
yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia.
Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat-iradat) Allah atas kehidupan
manusia di dunia ini.
Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur, dan bahagia hanyalah dapat
diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong royong, bertolong-tolong
dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarmya, lepas daripada pengaruh syaitan
dan hawa nafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarka oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan

berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaikbaiknya.
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang mana pun juga, adalah
kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah.
Agama Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi sejak Nabi Adam
sampai Nabi Muhammad SAW dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk
mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat.
Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sejahtera sebagai yang
tersebut diatas itu, tiap-tiap orang, terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan
Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak-jejak sekalian Nabi yang suci, beribadah kepada
Allah dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya
untuk menjelmakan masyarakat itu di dunia ini, dengan niat yang murni tulus dan ikhlas
karena Allah semata-mata dan hanya mengaharapka karunia Allah dan ridla-Nya belaka,
serta mempunyai rasa tanggungjawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya; lagi pula

harus sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang
menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan penuh
pengharapan perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
Untuk melaksanakan terwujudya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat
dan rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Qur’an:
“Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada keislaman,

menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan
yang berbahagia.” (Q.S. Ali Imran:104)
Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh
almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu persyarikatan sebagai “gerakan Islam” dengan
nama “MUHAMMADIYAH” yang disusun dengan Majlis-majlis (bahagian-bahagiannya),
mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan “syura” yag dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaraan atau Muktamar.
Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah
Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW guna mendapat karunia dan
ridla-Nya, di dunia dan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang senantausa dan
bahagia , disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah, sehingga merupakan:
“Suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan
Yang Maha Pengampun”.
Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan umat Islam dapatlah diantarkan
ke pintu gerbang Syurga “Jannatun Na’im” dengan keridlaan Allah Yang Rahman dan
Rahim.

1.4 Sistematika Rumusan Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Rumusan Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, terdiri dari:
1. Surat Al-Fatihah.

2. Pernyataan diri atau ikrar: Radli tu billahi Rabban.
3. Diktum matan/ materi “Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah”.

Diktum matan/ teks Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah terdiri dari 7
paragraf, yang setiap paragraf berisi satu pokok pikiran, yaitu:
PERTAMA

: Hidup manusia harus berdasarkan “TAUHID", yaitu mengesakan Allah;
ber-Tuhan, beribadah serta patuh hanya kepada Allah semata.

KEDUA

:

Hidup manusia bermasyarakat.

KETIGA

: Hanya ajaran Islam satu-satunya ajaran hidup yang dapat dijadikan sendi
pembentuk pribadi utama


dan mengatur ketertiban hidup bersama

(bermasyarakat) menuju hidup bahagia sejahtera yang hakiki dunia dan
akhirat.
KEEMPAT

:

Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk
mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT
adalah WAJIB, sebagai ibadah kepada Allah, dan berbuat islah dan ihsan
kepada sesama manusia.

KELIMA

: Perjuangan menegakkan menjunjung tinggi agama Islam hanyalah akan
berhasil bila dengan mengikuti jejak (ittiba’) perjuangan para Nabi,
terutama perjuangan Nabi Muhammad SAW.


KEENAM

:

Perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran diatas hanya dapat
dilaksanakan sebaik-baiknya dan akan berhasil bila dengan cara
berorganisasi.

KETUJUH

: Seluruh Perjuangan diarahkan kepada tercapainya tujuan Muhammadiyah,
yaitu terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah
SWT.

Ketujuh pokok pikiran tersebut pada hakekatnya menggambarkan suatu ideologi yang
dianut oleh Muhammadiyah secara signifikan. Sebagaimana ideologi pada umumnya, di
dalam setiap ideologi pasti terdapat 3 unsur paling utama, yaitu:
a. Adanya suatu realitas yang diyakini dalam hidupnya (keyakinan hidup). Tergambar
dalam pokok pikiran I, II, III, dan IV.
b. Keyakinan tersebut dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan hidup yang dicitacitakan. Tergambar dalam pokok pikiran VII.


c. Cara atau ajaran yang digunakan untuk merealisasikan tujuan yang dicita-citakan.
Tergambar dalam pokok pikiran V dan VI.

BAB II
POKOK PIKIRAN I
HIDUP MANUSIA HARUS BERDASARKAN TAUHID; YAITU
BERTUHAN, BERIBADAH SERTA TUNDUK DAN TAAT HANYA
KEPADA ALLAH SEMATA

Benih meyakini terhadap eksistensi Allah merupakan fitrah atau sesuatu yang bersifat
kodrati. Mengikuti apa yang diperintahkan Allah dalam Q.S. Muhammad 47:19 agar
menggunakan segala potensi yang dimilikinya untuk membaca ‘ayat-ayat Allah’ guna
memperkokoh ‘belief’, yang sudah tertanam dalam lubuk hati seseorang, para filosuf
mengemukakan adanya 4 argumentasi pembuktian terhadap eksistensi Allah, yaitu:
a. Pembuktian Kosmologis, yaitu suatu bukti yang berhubungan dengan ide tentang
kasualitas/ sebab.
b. Pembuktian Ontologis, yaitu pembuktian adanya Tuhan berdasarkan Refleksi atas
kenyataan obyektif dengan berpedoman pada konsep mengenai ADA YANG
SEMPURNA.
c. Pembuktian Teleologis, yaitu pembuktian tentang adanya Tuhan dengan berpedoman
pada konsep keterpolaan (desain) di dalam alam semesta yang membutuhkan ‘desainer’.
d. Pembuktian Moral, yaitu pembuktian adanya Tuhan dengan berpegang pada pengandaian
adanya hukum moral umum yang memperlihatkan adanya ‘penjamin moral’.

2.1 Pengertian Tauhid
Istilah tauhid berasal dari ‘a-ha-da’, artinya satu, tunggal. Dilihat dari arti bahasa,
tauhid bermakna menunggalkan atau mengesakan. Sementara kalau dilihat dari istilah yang
dimaksud dengan tauhid adalah “mengesakan Allah SWT, baik dari segi dzat, nama dan sifat
maupun perbuatan-Nya”.
Para ulama telah sepakat bahwa didalam makna tauhid tersebut terkandung 3 unsur
yang mutlak, yaitu:

a. Tauhid Rububiyah
Istilah Rabb dilihat dari arti pokoknya mengandung arti yang majemuk. Rabb bisa
berarti mendidik, membimbing, membesarkan, mengasuh, menjaga, mengawasi,
menghimpun, memperbaiki, memimpin, mengepalai, memiliki dan pencipta langit dan
bumi. Dari beberapa arti tersebut dapat disimpulkan bahwa kata-kata rabb mencakup
semua pengertian, yaitu:
1. Pencipta alam semesta beserta isinya.
2. Pembimbing yang menjamin tersedianya segala kebutuhan dan yang bertugas
mengurus soal pendidikan dan pertumbuhan.
3. Pengasuh, penjaga dan yang bertanggungjawab dalam mengajar dan memperbaiki
keadaan.
4. Pemimpin yang dijadikan kepala, yang bagi anak buahnya takubah sebagai pusat
tempat mereka berhimpun di sekelilingnya.
5. Pemuka yang ditaati, kepala dan pemilik kekuasaan mutlak, yang putusannya dipatuhi
dan kedudukan serta ketinggiannya diakui, serta berwewenang untuk memilih dan
menentukan kebijaksanaan.
6. Raja yang dipertuan.
b. Tauhid Mulkiyah
Tauhid mulkiyah disebut juga ‘tauhid al-asma’ wa as-syifah’, yaitu mengakui
Allah sebagai satu-satunya Dzat yang menyandang nama dan sifat-sifat kemuliaan
sebagaimana yang tercermin dalam asmaul husna.
c. Tauhid Uluhiyah
Mentauhidkan Allah yang disertai perubahan sikap hidup secara total inilah yang
disebut tauhid ulu:hiyah. Ulu:hiyah berasal dari al-ila:hu, artinya “al-ma’lu:h” yakni
sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan dan pengagungan.
Dengan memahami tauhid uluhiyah KHR. Hadjid merumuskan bahwa pernyataan
“La: ila:ha illa Allah” mengandung 4 sikap sebagai konsekuensinya, yaitu:
a. Tidak ada ‘ilah’, sesuatu yang ‘dipertuhankan’ yang berhak dicintai kecuali hanya
cinta kepada Allah semata (la hubban illa lilla:hi).
b. Tidak ada ‘ilah’, sesuatu yang ‘dipertuhankan’ yang berhak ditakuti kecuali hanya
takut kepada Allah semata (la khasyyatan illa lilla:hi).
c. Tidak ada ‘ilah’, sesuatu yang ‘dipertuhankan’ yang berhak ditaati kecuali hanya taat
kepada Allah semata (la tha ‘atan illa lilla:hi).

d. Tidak ada ‘ilah’, sesuatu yang ‘dipertuhankan’ yang berhak diagungkan dan disembah
kecuali hanya menyembah dan mengabdikan diri kepada Allah semata (la ‘iba:datan
illa lilla:hi).

2.2 IBADAH
Secara etimologis ibadah berasal dari kata ‘ubu:dah, ‘ubu:diyah, dan ‘abdiyah, yang
artinya tunduk dan merendahkan diri. Maksudnya menyerah dan tunduknya seseorang
terhadap orang lain secara patuh tanpa perlawanan, penyelewengan dan pendurhakaan,
hingga dilayaninya orang itu menurut keinginannya dan kemauannya. Majelis Tarjih
Muhammadiyah membedakan ibadah menjadi 2, yaitu:
1. Ibadah Khusus/ ibadah madlah, yaitu ibadah yang telah ditetapkan secara pasti oleh syari’.
2. Ibadah ‘Am, ibadah umum atau dinamakan muamalat duniawiyah, yaitu segala amalan
keduniaan yang diizinkan oleh Allah.

2.3 BERIBADAH YANG IKHLAS
Tumbuhnya kesadaran dan keyakinan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Dzat Yang Maha
Mencipta dan Yang Berkuasa, Yang Berdaulat terhadap seluruh alam semesta. Pengabdian
yang mutlak semata-mata hanya mencari ridla dan ma’unah Allah akan ditunaikannya dengan
hati dan niat suci yang bersih dari berbagai motivasi lain atau pamrih. Kehidupan yang
semacam ini dituntut oleh Allah untuk ditunaikan, sebagaimana dalam Q.S Al-Bayyinah
98:5, yaitu:
“ padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya mengabdikan diri kepada Allah dengan
memurnikan, mengikhlaskan, ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus”.

BAB III
POKOK PIKIRAN II
HIDUP MANUSIA ADALAH BERMASYARAKAT

Hidup bermasyarakat bagi manusia dalam pandangan Islam merupakan sunatullah,
sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. Al-Hujurat 49:13. Dalam tinjauan filsofis manusia
disoroti dari berbagai segi hakekatnya. Dilihat dari hakekat kedudukannya ia adalah makhluk
Tuhan (Homo divinan) sekaligus sebagai makhluk mandiri, yang memiliki kebebasan
kehendak (free will) dan kebebasan memilih (free choice). Sedangkan ditilik dari hakekat
sifatnya, manusia adalah makhluk pribadi (Homo Individualicum) sekaligus sebagai makhluk
sosial (Homo Socius – zoon politikon).
Manusia yang tunggal dan tersendiri tanpa hubungan dengan manusia-manusia lain
adalah tak lengkap, ia selalu bertautan dengan satu kekeluargaan, kekerabatan,
kemasyarakatan. Singkatnya hakekat manusia ialah ada dalam suatu kebersamaan (being in
communion).
Dalam tinjauan psikologi ditegaskan bahwa dalam diri manusia terdapat 2 dorongan
hidup yang paling dominan, yaitu dorongan keakuan (Ichhaftigkeit); dorongan kekitaan
(Sachlichkeit/ Wirhaftigkeit). Kedua dorongan ini jelas merupakan landasan/ dasar
munculnya 2 hakekat sifat manusia selaku makhluk individu dan makhluk sosial.
Islam berpendirian bahwa bersatunya manusia dalam masyarakat adalah suatu
keharusan. Islam mengakui manusia sebagai makhluk yang paling mulia dalam Q.S. Al-Isra
17:70. Sekalipun demikian selaku makhluk sosial ia tidak boleh melepaskan diri dari
tanggungjawabnya dalam kehidupan bersama. Islam sangat menekankan arti pentingnya
menghormati dan mencintai kepada sesama.

BAB IV
POKOK PIKIRAN III
ISLAM SATU-SATUNYA AGAMA YANG BENAR (HAK), DAN SATUSATUNYA AGAMA YANG SEMPURNA

Islam adalah ajaran hidup yang memberikan bimbingan yang sangat sempurna serta
memberikan kepuasan batin yang maksimal kepada setiap orang selaku ‘homo divinan’ dan
‘homo religius’ maupun ‘homo socius’. Pokok pikiran ke-3 ini menjadi keyakinan yang
kokoh dan kuat bagi Muhammadiyah sebagai hasil pemahaman dan telaah terhadap Islam.
Ada 2 kelebihan ajaran Islam yang dibawakan oleh Rasulullah Muhammad SAW,
yaitu:
1. Agama Islam adalah agama yang mutlak kebenarannya
Pernyataan seperti ini didasarkan pada firman Allah sebagai berikut:
“Kebenaran itu adalah Tuhanmu, oleh karena itu janganlah sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang menyangsikannya”. (Q.S. Al-Baqarah 2:147)
“Sesungguhnya agama (di:n) yang ada di sisi Allah hanyalah agama Islam”. (Q.S. Ali
‘Imran 3:19)
“Dan siapa pun yang mecari agama selain Islam tidaklah akan diterima dan di akhirat ia
termasuk golongan orang-orang yang merugi”. (Q.S. Ali ‘Imran 3:85)
Kemu’jizatan Al-Qur’an, antara lain:
a. Gaya bahasa Al-Qur’an yang sangat mengagumkan.
b. Terpeliharanya otentistas/ keshahihan Al-Qur’an sampai akhir zaman.
c. Rasulullah SAW sebagai penerima wahyu Al-Qur’an adalah seorang Rasul yang
‘ummi’ (buta aksara), yang sama sekali tidak dapat baca tulis. Namun sekian banyak
ayat-ayat Al-Qur’an mengungkapkan pengetahuan yang sangat tinggi, yang pada saat
Al-Qur’an diturunkan umat sama sekali belum dapat memahaminya.
d. Al-Qur’an bukanlah buah ciptaan Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an diturunkan
sedikit demi sedikit selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari yang didalamnya terdapat
beberapa kata yang cukup mencengangkan. Abdurrazaq Naufal dalam “Al-I’jaz alAdaby li al-Qur’an al-kariem” membeberkan kemu’jizatan Al-Qur’an, antara lain:

1. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan antonimnya, yaitu:
-

al-Hayah (hidup) dan al-maut (mati), masing-masing 145 kali.

-

al-naf’u (manfaat) dan al-madlaraah (mudarat), masing-masing 50 kali.

-

al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing 4 kali.

-

al-thama’ninah (kelapangan/ ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan), masingmasing 13 kali.

-

al-rahbah (cemas/ takut) dan al-raghbah (harap/ ingin), masing-masing 8 kali.

-

al-kufr (kekufuran) dan al-iman dalam bentuk difinitif, masing-masing 17 kali.

-

al-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan), masing-masing 167 kali.

-

al-shayf (musim panas) dan al-syita’ (musim dingin), masing-masing 1 kali.

2. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonim/ makna yang dikandungnya,
yaitu:
-

al-harts dal al-zira’ah (membajak/ bertani), masing masing 14 kali.

-

al-ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/ angkuh), masing masing 27 kali.

-

al-dhallun dal-mauta (orang sesat/ mati jiwanya), masing masing 17 kali.

-

al-jahr dan al-‘alaniyah (nyata), masing masing 16 kali.

3. Keseimbangan khusus, yaitu:
-

Kata al-yaumu atau hari diulang sebanyak 365 kali, yang menunjukkan jumlah
hari dalam setahun.

-

Kata al-ayya:mu (bentuk jamak dari al-yaumu) diulang sebanyak 365 kali,
yang menunjukkan jumlah hari dalam satu bulan.

-

Kata as-syahru atau bulan diulang sebanyak 12 kali, yang menunjukkan
jumlah bulan selama setahun.

-

Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”. Penjelasan ini diulang-ulang
sebanyak 7 kali.

-

Kata-kata yang menunjuk pada untusan Tuhan (Nabi, Rasul, basyir; pembawa
kabar gembira, nadzir; pemberi peringatan) seluruhnya berjumlah 518 kali.
Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan Rasul, Nabi, basyir dan
nadzir yaitu 518 kali.

e. Al-Qur’an memuat kisah sejarah umat para Nabi dan Rasul, atau umat yang terdahulu,
serta beberapa ramalan yang terbukti kebenarannya.
f. Kandungan isinya sangat kompleks sekali, yang dapat dijadikan landasan untuk
mengatur kehidupan duniawi dan akhirat.

2. Agama Islam adalah agama yang sempurna (kamil) dan momot (syamil)
Kesempurnaan ajaran Islam ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
“Pada hari ini telah AKU sempurnakan agama untuk kalian, dan telah aku cukupkan
pula nikmat-Ku kepada kalian, serta AKU rela Islam sebagai agama kalian”. (Q.S. AlMaidah 5:3)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian dalam Islam secara menyeluruh, dan
janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
nyata bagi kalian”. (Q.S. Al-Baqarah 2:208)
Dengan memahami kedua ayat di atas ditambah dengan pemahaman secara umum
sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, Muhammadiyah memiliki
keyakinan yang teguh bahwa Islam bukan sekedar mengajarkan bagaimana seharusnya
seseorang menghubungkan dirinya kepada al-Khaliq semata, tapi juga kepada sesama
muslim.
Kesempurnaan Islam benar-benar bersifat obyektif dan riil (nyata), dan sama
sekali bukan sekedar pengakuan dari orang-orang yang terlibat didalamnya, yang
biasanya cenderung bersifat subyektif. Kesempurnaan dan syamil ajaran Islam tidak
mungkin dipungkiri oleh siapapun bila jujur dalam mengkaji dan mempelajarinya secara
proporsional. Berikut beberapa pengakuan dari non Islam yang terus terang mengakui
kesempurnaan ajaran Islam:
1. Profesor H.A.R Gibb seorang Orientalis yang ahli dalam bahasa-bahasa Semit
menulis bukunya yang berjudul “The Wither of Islam” dengan ungkapan “Islam is
indeed much more than a system of theology. Islam is civilization”.
2. V.N Dean, seorang Orientalis yang menulis buku: “The Nature of the Non Western
World”, menyatakan “Islam is complete integration of religion, political system,
way of life and interpretation of history”.

BAB V
POKOK IV
BERJUANG MENEGAKKAN AGAMA ISLAM ADALAH WAJIB,
SEBAGAI IBADAH KEPADA ALLAH, DAN BERBUAT IHSAN DAN
ISLAH KEPADA MANUSIA

Pokok pikiran ini merupakan konsekuensi logis dari pokok pikiran ketiga.
Konsekuensinya yaitu apa yang telah dipilihnya kemudian harus diperjuangkan dengan
semaksimal mungkin. Bagi setiap muslim harus mempunyai kesadaran akan wajibnya
memperjuangkan tegaknya ajaran Islam dimana dan kapan pun juga sebagai tanda bukti akan
kebenaran iman dan keislamannya.
Iman adalah suatu persetujuan, suatu bentuk janji antara manusia dan Tuhan. Iman
bukan suatu pengakuan belaka tentang kepercayaan terhadap Allah. Ia adalah pengakuan
terhadap kenyataan bahwa hanya Allah sajalah Tuhan kita, Yang Berdaulat dan Yang
memerintah, dan bahwa segala sesuatu yang dimiliki manusia, termasuk hidupnya sendiri,
adalah kepunyaan Allah dan harus dipergunakan sesuai dengan petunjuk-petunjuknya.
Allah menegaskan dalam Al-Qur’an surat As-Syamsu 91:8
“Maka DIA (Allah) mengilhamkan (jalan) kefasikan dan ketaqwaan ke dalam jiwa
(manusia)”.
Dalam salah satu haditsnya Rasulullah SAW, bersabda:
“Surga itu diselimuti dengan berbagai hal yang tidak menyenangkan, dan neraka diselimuti
dengan berbagai macam kesenangan (sahwat)”.
Iman dalam pengertian agama Islam bukannya suatu konsep metafisikal belaka; ia
adalah corak suatu perjanjian yang dengannya manusia membarter atau menukar hidupnya
dan segala yang dimilikinya dengan Allah sebagai ganti bagi janji surga di akhirat nanti.

BAB VI
POKOK PIKIRAN V
PERJUANGAN MENEGAKKAN AGAMA ISLAM AKAN BERHASIL
BILA MENGIKUTI JEJAK PERJUANGAN NABI MUHAMMAD SAW

Bila dalam pokok pikiran ke-4 dibahas mengenai konsekuensi yang harus dilakukan
akibat dari telah dipilihnya Islam, maka dalam pokok pikiran ini dibahas mengenai cara dan
sikap bagaimana yang harus dijadikan pedoman untuk memperjuangkan tegaknya Islam?.
Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan figur para Nabiyullah ‘alaihimussalam,
khususnya figur Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya model dan panutan bagi setiap
muslim dalam seluruh aspek kehidupannya.
Pengabdian, perjuangan dan pengorbanan demi kemuliaan dan kejayaan Islam dan
umat Islam telah diperlihatkan secara konkrit oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana dinyatakan
oleh Allah SWT dalam firmannya:
“Niscaya sungguh bagi kalian di dalam diri pribadi mereka (para Nabi) merupakan suatu
contoh teladan yang sangat bagus sekali”. (Q.S. al-Mumtahanah 60:6)
“Niscaya sungguh bagi kalian di dalam diri pribadi Rasulullah SAW merupakan suatu suri
teladan yang bagus sekali”. (Q.S. al-Ahzab 33:21)
Kehidupan Rasulullah SAW yang sangat mempesona dan mengagumkan merupakan
gambaran yang hidup, riel dan konkrit serta tercatat dalam sejarah secara obyektif dari fasefase perjalanan hidup beliau, hakekatnya merupakan wujud nyata dari ide yang terkandung
dalam Al-Qur’an.
Dari banyak pengakuan yang sangat jujur dari orang-orang non muslim, maka wajar
jika kemudian Rasulullah SAW telah terpilih sebagai pilihan pertama tokoh seratus dunia,
sebagaimana paparan hasil penelitian Michael Hart pada tahun 1986 lewat suatu angket yang
diselenggarakan oleh suatu majalah Amerika terkenal. Hasil penelitian tersebut akhirnya
dibukukan dalam sebuah buku berjudul “The 100: A Rangking of The Most Influential
Persons in History”, dimana Nabi Muhammad SAW diletakkan pada urutan teratas sebelum

Newton, Kristus, Budha, Confucius, dan Snto Paulus. Dalam kata pengantarnya Hart
menyatakan bahwa “Penilaian saya ini mungkin mengejutkan beberapa pembaca, dan
mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tetapi, saya berpegang pada keyakinan, Nabi
Muhammad-lah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses
yang besar, baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi”.
Sifat-sifat perjuangan Rasulullah yang wajib diteladani antara lain sikapnya yang
konsisten terhadap prinsip yang diyakininya, ikhlas, sabar, tanggungjawab, demokratis dan
tidak suka dikultuskan, tegas, sederhana, rendah hati, ramah tamah, pemaaf, terpercaya, jujur,
dan tawakal kepada Allah.
Dan beralasan dengan sikap ittiba’ ala Rasulullah ini pula persyarikatan yang
didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan dinamakan MUHAMMADIYAH, dengan maksud
bertafa’ul atau berpengaharapan baik semoga persyarikatan beserta para pendukung citacitanya dapat mencontoh jejak perjuangandan meneladani diri pribad Rasulullah SAW,
penutup segala Nabi dan Rasul.

BAB VII
POKOK PIKIRAN VI
PERJUANGAN MEWUJUDKAN POKOK-POKOK PIKIRAN SEPERTI
DI ATAS HANYA DAPAT DILAKSANAKAN DENGAN BAIK DAN
BERHASL DENGAN CARA BERORGANISASI.

Pokok pikiran ke-6 ini membicarakan tentang alat perjuangan sebagai rangkaian yang
logis terhadap pokok-pokok pikiran sebelumnya.
Dalam upaya menjawab pertanyaan dengan cara manakah agar perjuangan dapat
berhasil dengan baik, maka jawaban yang terbaik adalah dengan mengikuti petunjuk Allah
sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah senang terhadap orang-orang yang berjuang di jalan-Nya (agama
Islam) dalam keadaaan tersusun rapi ibarat suatu bangunan yang kokoh kuat”. (Q.S. as-Shaf
61:4)
Islam adalah agama yang ajarannya multi dimensional, meliputi aspek yang bersifat
vertikal transendental dan horisontal. Dalam hubungannya dengan pelaksanaan agama yang
bersifat horisontal, khususnya yang berkaitan dengan aspek muamalat duniayawat maka
sangat diperlukan adanya kerjasama dan tolong menolong (ta’awun).
Untuk mengatur Muhammadiyah supaya:
a. Tepat, yaitu sesuai dan selalu berpijak pada prinsip-prinsip yang diyakininya.
b. Benar, yaitu sesuai dengan teori perjuangan serta lurus menuju tercapainya maksud dan
tujuan Persyarikatan.
c. Tertib, yaitu serasi tidak simpang siur dan tumpah tindih
d. Lancar, yaitu maju terus tanpa mengenal berhenti.

Maka sangat perlu diadakan berbagai peraturan Persyarikatan yang berupa:
1.

Anggaran Dasar Muhammadiyah.

2.

Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah.

3.

Berbagai mcam qaidah.

4.

Dan peraturan-peraturan lainnya yang diperlukan.

7.1 Teori Perjuangan Muhammadiyah
Demi terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT,
maka segala media yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi bentuk dan sifat
kehidupan masyarakat harus dipergunakan seoptimal mungkin.
Adapun media yang dapat bentuk dan sifat kehidupan masyarakat ada 2, yaitu:
1.

Bidang politik kenegaraan (suprastruktur).

2.

Bidang masyarakat (infrastruktur).
Untuk melaksanakan perjuangan ideologinya, Muhammadiyah membaginya menjadi

2 kekuatan, yaitu:
1. Kekuatan pertama, digunakan untuk menghadapi perjuangan politik kenegaraan.
2. Kekuatan kedua, digunakan untuk menghadapi perjuangan dalam bidang kemasyarakatan.
Dua kekuatan tersebut berjalan sendiri-sendiri, dengan alatnya sendiri-sendiri dan cara
sendiri-sendiri, namun tetap dalam kerangka saling pengertian dan tujuan yang sama.
Muhammadiyah dari sejak lahirnya hingga kapan pun juga telah meletakkan strategi dasarnya
yaitu, memilih dan meletakkan dirinya berjuang dalam bidang masyarakat.

BAB VIII
POKOK PIKIRAN VII
SELURUH PERJUANGAN DIARAHKAN UNTUK TERCAPAINYA
TUJUAN HIDUP, YAKNI TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG
UTAMA, ADIL DAN MAKMUR YANG DIRIDLAI ALLAH SWT

8.1 Matan Kepribadian Muhammadiyah
1. Latar Belakang Perumusan Kepribadian Muhammadiyah
Upaya penggalian dan perumusan Kepribadian Muhammadiyah berawal dari suatu
kursus yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah pada bulan Ramadhan 1381 H.
Salah satu pembicara dalam kursus itu adalah K.H Faqih Oesman, menyampaikan materi
tentang “Apakah Muhammadiyah itu?”, dari sinilah muncul kesadaran akan kebutuhan
Persyarikatan terhadap rumusan Kepribadian Muhammadiyah yang dapat dijadikan
pedoman perjuangan Muhammadiyah.
2. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah berfungsi sebagai landasan, pedmoan dan pegangan
bagi Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur
yang diridlai Allah SWT.
3. Matan (teks) Kepribadian Muhammadiyah
1. Apakah Muhammadiyah itu?
Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan Islam. Maksud
gerakanya adalah Da’wah Islam amar ma’ruf nahi munkar yang ditujukan pada dua
bidang; perseorangan dan masyarakat. Da’wah amar ma’ruf nahi munkar pada bidang
yang pertama terbagi menjadi 2 golongan:
a. Kepada yang Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada
ajaran-ajaran Islam yang murni.
b. Kepada yang belum Islam bersifat seruan atau ajakan untuk memeluk agama Islam.

Adapun da’wah amar ma’ruf nahi munkar yang kedua ialah kepada
masyarakat, bersifat perbaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu
dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar taqwa.
2. Dasar Amal Usaha Muhammadiyah
Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsipprinsip yang tersimpul dalam Mukadimah Anggaran Dasar, yaitu:
a. Hidup manusia harus berdasarkan Tauhid, ibadah dan taat kepada Allah.
b. Hidup manusia bermasyarakat.
c. Mematuhi ajaran-ajaran Islam denga keyakinan bahwa ajaran Islam itu satusatunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat.
d. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada manusia.
e. Ittiba’ kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
f. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.
3. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah
Muhammadiyah berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan
Rasulnya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan
cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah”.
4. Sifat Muhammadiyah.
a. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
b. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
c. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
d. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
e. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah
negara yang sah.
f. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh tauladan
yang baik.
g. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan pembangunan
sesuai dengan ajaran Islam.
h. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.

i.

Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara
dan membangun negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang
diridlai Allah.

j.

Bersifat adail serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.

8.2 Fungsi dan Misi Muhammadiyah
Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang bersumberkan ajaran Islam,
Muhammadiyah menyadari kewajibannya berjuang dan mengajak segenap golongan dan
lapisan bangsa Indonesia untuk mengatur dan membangun tanah air dan negara Indonesia
sehingga menjadi masyarakat dan negara yang adil, makmjur, sejahtera, bahagia, materiil,
dan sprituil yang diridlai Allah SWT.
Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah, bukanlah hal baru dan hakekatnya
menjadi sesuatu yang wajar. Pola perjuangan Muhammadiyah menggunakan da’wah Islam
dan amar ma’ruf nahi munkar dalam arti proporsi yang sebenar-benarnya, sebagai jalan satusatunya.

DAFTAR PUSTAKA

Pasha Musthafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban. 2009. MUHAMMADIYAH
sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: PUSTAKA SM.