THE POSITION OF STATE RESPONSIBILITY FOR ENVIRONMENTAL POLLUTION BY CORPORATE : The Legal Studies of Implementation Paradigm Polluter Pay Principle in Environmental Law Enforcement in Indonesia

TALREV

Volume 1 Issue 2, December 2016: pp. 119-138. Copyright ©2016 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR

KEDUDUKAN TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAPPENCEMARAN
LINGKUNGAN OLEH KORPORASI:
Kajian Hukum Paradigma Penerapan Asas Pencemar Membayar dalam Penaatan
dan Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia
THE POSITION OF STATE RESPONSIBILITY FOR ENVIRONMENTAL
POLUTION BY CORPORATE:
The Legal Studies of Implementation Paradigm Polluter Pay Principle
and Environmental Law Enforcement in Indonesia
Maret Priyanta
Faculty Of Law Padjadjaran University
JL. Dipati Ukur No. 35, Coblong, Lebakgede, Coblong, Bandung, West Java, 40132, Indonesia
Telp./Fax: +62-22-4220696 Email: maret.priyanta@unpad.ac.id
Submitted: Nov 24, 2016; Reviewed: Dec 19, 2016; Accepted: Dec 20, 2016


Abstrak
Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dalam upaya mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Pemanfaatan
sumberdaya alam melalui kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh korporasi, menjadi
salah satu faktor penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Salah
satu dampak kegiatan pembangunan terhadap lingkungan adalah pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh korporasi yang menyebabkan penurunan kualitas kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Paradigma terhadap penerapan asas pencemar
membayar serta kedudukan tanggung jawab negara terhadap pencemaran yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya oleh korporasi masih menuai perbedaan
pandangan. Hal tersebut dapat dilihat dari praktek penerapan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan (TJSL), yang dianggap oleh sebagian korporasi telah menghapus perbuatan melawan hukum korporasi. Dalam hal terjadinya pencemaran, ada kalanya
korporasi tidak mampu menanggung seluruh kerugian yang diakibatkannya kepada
masyarakat termasuk pemulihan. Berkenaan dengan hal tersebut adakalanya pemerintah terpaksa mengalokasikan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), untuk
mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan yang semula disebabkan oleh kegiatan usaha yang dilakukan korporasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan permasalahan dari aspek ilmu
hukum baik dari sudut ajaran atau teori hukum maupun hukum dalam arti peraturan
perundang-undangan berkenaan dengan kedudukan tanggung jawab Negara dan korporasi terhadap pencemaran lingkungan dalam sistem hukum lingkungan Indonesia.Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, pendekatan konseptual
dan pendekatan analitis. Ruang lingkup penelitian yuridis normatif ini mencakup penelitian terhadap asas-asas dan teori hukum. Pada akhirnya, penelitian ini menggambarkan hal-hal mendasar serta lebih menekankan pada konsep perubahan paradigma sebagai dasar untuk evaluasi peraturan perundang-undangan kedepan.
Perubahan paradigm terhadap pelaksanaan serta penafsiran prinsip pencemar
membayar harus sesuaikan dengan mengacu pada ajaran atau teori hukum lingkungan.


□ 119

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

Hal mendasar yang perlu diatur lebih lanjut adalah kedudukan tanggung jawab negara
terhadap pencemaran yang dilakukan korporasi, manakala korporasi tidak mampu menanggung seluruh biaya ganti rugi kepada masyarakat serta tanggung jawab dalam
pemulihan lingkungan. Pada prinsipnya kedudukan tanggung jawab negara terhadap
pencemaran yang dilakukan korporasi di Indonesia harus dapat diperbarui baik landasan pemikiran termasuk pengaturannya. Bentuk tanggung jawab sosial maupun lingkungan korporasi harus lebih diarahkan pada pemulihan dampak pencemaran akibat
langsung kegiatan usaha yang dilakukan serta bukan dalam bentuk kegiatan lain yang
tidak terlalu memiliki kaitan dengan upaya-upaya perlindungan fungsi lingkungan.
Kata Kunci: Korporasi, Lingkungan, Paradigma, Pencemaran, Tanggung Jawab
Abstract
National development is one of the efforts undertaken by the Indonesian government in
efforts to achieve a justice and prosperous society. Management of natural resources
through the business activities by the corporation, became one of the important factors
in the success of national development. One of the impacts of development activities on
the environment is the pollution to the environment by the corporation that caused a
decrease in the quality of human life and other living creatures. Paradigm through the
application of the polluter pays principle and the positionof the state's responsibility to

contamination that can not be accounted for entirely by corporation still different persperctive. It can be seen from the practice of application of the Social and Environmental
Responsibility (TJSL), which is considered by most corporations have diclaim tort. In
terms of pollution, there are times when corporations are not able to bear all the losses
they cause to society, including the recovery. In this situation there are times when the
government was forced to allocate national budget, to overcome the problems of environmental pollution caused by business activities previously carried corporation.
This study aimed to describe the problem from the aspect of legal science from the
standpoint of legal theory or doctrine or law within the meaning of the legislation with
regard to the position of State responsibility and corporate environmental pollution in
the Indonesian legal system environment. This study uses normative juridical approach,
conceptual approach and an analytical approach. The scope of this normative juridical
research includes the study of the principles and theory of law. Ultimately, this study
illustrates the basics as well as more emphasis on the concept of a paradigm change as
a basis for the evaluation of future legislation.
A paradigm shift toward the implementation and interpretation of the polluter
pays principle must be adjusted with reference to the doctrine or theory of environmental law. The basic thing that needs to be regulated more notch responsibility of the state
to discredit the corporation, when corporations are not able to bear the entire cost of
compensation to the community and responsibility in environmental recovery. In principle, the position of the state's responsibility to discredit the corporation in Indonesia
should be updated either on premise including settings. Social responsibility and corporate environment should be directed at reducing the impacts of pollution due to business
activities conducted directly and not in the form of other activities that are not so linked
to efforts to protect the environment functions.

Keywords: Corporate, Environment, Liability, Paradigm, Pollution

□ 120

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

oleh setiap orang, baik individu maupun

PENDAHULUAN
Pembangunan nasional merupakan

korporasi, namun besaran dampak pence-

salah satu upaya yang dilakukan oleh ne-

maran yang ditimbulkan oleh kegiatan

gara Indonesia dalam rangka mewu-

korporasi cenderung berpotensi untuk


judkan tujuan negara sebagaimana diatur

menyebabkan terjadinya pencemaran yang

dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD

berdampak besar dan penting bagi manu-

1945). Mewujudkan masyarakat adil dan

sia dan makhluk hidup lainnya mengingat

makmur merupakan cita-cita yang luhur

kemampuan sumber daya sebuah kor-

sebagai sebuah bangsa sebagaimana kein-

porasi baik dari segi teknologi, sumber


ginan para pendiri negara Indonesia. 1 Dis-

daya manusia dan modal.

adari bahwa pembangunan ekonomi na-

Sejak awal pengaturan lingkungan

sional sebagaimana diamanatkan oleh

di Indonesia pada tahun 1982 hingga pen-

UUD 1945 diselenggarakan berdasarkan

gaturan dalam Undang-Undang Nomor 32

prinsip pembangunan berkelanjutan dan

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


berwawasan lingkungan. Lingkungan dan

Pengelolaan

unsur-unsur di dalamnya sebagai sebuah

(UUPPLH), pencemaran lingkungan dide-

sumberdaya

yang

finisikan sebagai sebuah kondisi masuk

penting sebagai modal pembangunan na-

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

sional.


energi, dan/atau komponen lain ke dalam

memiliki

peranan

Lingkungan

Hidup

Pembangunan memerlukan berbagai

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia

sumberdaya sebagai modal dalam pem-

sehingga melampaui baku mutu ling-

bangunan. Pemanfaatan sumberdaya un-


kungan hidup yang telah ditetapkan. 2

tuk kepentingan pembangunan berpotensi

Dalam definisi ini terdapat sebuah unsur

menyebabkan pencemaran dan atau peru-

yang penting dalam mengidentifikasi se-

sakan terhadap lingkungan sehingga pe-

buah

merintah perlu mengatur norma-norma

berupa baku mutu pencemaran yang di-

hukum


lampaui oleh kegiatan usaha serta dijadi-

melalui

undangan

peraturan
salah

satu

yaituadanya

batas

upaya

kan dasar atau unsur perbuatan melawan


pencegahan. Pencemaran terhadap ling-

hukum yang akibatnya diatur UUPPLH.

kungan pada prinsipnya dapat dilakukan

Baku mutu merupakan ukuran batas atau

1

sebagai

perundang-

pencemaran

Bandingkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

2

Bandingkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

□ 121

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

Kadar makhluk hidup, zat, energi, atau

kungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 ten-

komponen yang ada atau harus ada

tang baku mutu air limbah serta peraturan

dan/atau unsur pencemar yang ditenggang

menteri lainnya berdasarkan UUPPLH

keberadaannya dalam suatu sumber daya

meliputi Kesatu, baku mutu air limbah,

tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

Kedua, baku mutu air laut, Ketiga, baku

Pencemaran lingkungan dalam arti

mutu udara ambien, Keempat, baku mutu

luas merupakan pencemaran dimana ter-

emisi, Kelima, baku mutu gangguan; dan

dapat unsur-unsur dalam lingkungan ter-

Keenam, baku mutu lain sesuai dengan

masuk interaksi dalam pandangan sebuah

perkembangan ilmu pengetahuan dan

ekosistem. Dari pemahaman tersebut se-

teknologi.

cara implementatif bahwa pencemaran

Berdasarkan UUPPLH, setiap orang

berpotensi dapat terjadi disemua media

dilarang melakukan perbuatan yang me-

lingkungan dan unsur-unsurnya. Pemerin-

ngakibatkan pencemaran dan/atau perusa-

tah telah menetapkan peraturan perun-

kan lingkungan hidup. Dalam kaitannya

dang-undangan berkenaan dengan pence-

dengan hal tersebut, harus dapat dimaknai

maran dalam berbagai aspek terkait den-

orang sebagai subyek hukum dapat ber-

gan lingkungan. Adapun beberapa pera-

tindak atas nama individu (perseorangan)

turan yang telah ditetapkan antara lain:

dan orang dalam sebuah korporasi dalam

Kesatu, Peraturan Pemerintah Republik

hubungannya

Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 Tentang

subyek hukum. Hal ini menjadi penting

Pengendalian Pencemaran dan/atau Peru-

mengingat pada prinsipnya kecil kemung-

sakan Laut, Kedua, Peraturan Pemerintah

kinan orang dalam arti individu dapat

Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

mencemari lingkungan dengan melebih

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran

baku mutu.

badan

hukum

sebagai

Salah satu asas terkait pencemaran

Udara Ketiga, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001

dalam

pengelolaan

dan

perlindungan

Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan

hidup

sebagaimana

Pengendalian Pencemaran Air.

UUPPLH adalah asas pencemar mem-

dimaksud

dalam

Dalam rangka mendukung serta

bayar. Asas tersebut didefinisikan bahwa

memberikan panduan secara teknis terkait

setiap penanggung jawab yang usaha

batas baku mutu yang tidak boleh dilam-

dan/atau

paui, ditetapkan Peraturan Menteri Ling-

pencemaran dan/atau kerusakan lingkun-

kegiatannya

menimbulkan

□ 122

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

gan hidup wajib menanggung biaya pemu-

berlangsung lama, dimana masyarakat

lihan

kembali

lingkungan.

Dalam

perspektif

kepada

kebiasaannya

untuk

UUPPLH, pencemaran cenderung dituju-

menggunakan plastik dalam keseharian-

kan bagi penanggung jawab usaha dan

nya.

atau kegiatan serta seolah-olah menge-

Pencemaran lingkungan yang me-

sampingkan pence-maran yang dilakukan

lampaui baku mutu cenderung dilakukan

oleh individu. Asumsi ini didasarkan

oleh korporasi karena kegiatan usaha yang

bahwa sedikit sekali kegiatan yang dila-

dilakukan oleh korporasi didukung modal,

kukan oleh orang perseorangan yang da-

sarana prasarana, infrastruktur, peralatan

pat

serta teknologi tinggi. Di Jawa Barat, sa-

menyebabkan

pencemaran

yang

melampaui Baku mutu lingkungan.
Dalam

perkembangannya

lah satu kasus yang cukup menarik perhasecara

tian adalah pencemaran sungai yang terja-

luas, asas pencemaran membayar juga di-

di di Rancaekek yang diduga disebabkan

jadikan dasar untuk membebankan indi-

oleh limbah usaha tektil. Dalam perkem-

vidu melalui kebijakan pemerintah untuk

bangannya, kasus ini menuju pada sebuah

membebankan biaya plastik pada kon-

konflik sosial di masyarakat dimana dam-

sumen. Berdasarkan Surat Edaran Kemen-

pak pencemaran tersebut mengakibatkan

terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

rusaknya lahan pertanian dan pencemaran

Nomor S.1230/PSLB3-PS /2016 tentang

air bagi warga sekitar seluas 415 hektare.

Harga dan Mekanisme Penerapan Kan-

Namun, di sisi lainnya di salah satu pabrik

tong Plastik Berbaya. Disepakati kantong

tekstil tersebut terdapat 40 ribu pegawai

plastik berbayar. 3Namun permasalahan

yang berasal dari warga sekitar. Hal ini

kebijakan tersebut bukan pada biaya yang

menunjukan konflik antara kepentingan

dibebankan kepada konsumen, namundia-

ekonomi dan lingkungan. 4

lokasikan untuk kegiatan apadana yang

Baku mutu pencemaran merupakan

dikeluarkan konsumen untuk pembelian

hal yang penting dalam menentukan suatu

plastik dikumpulkan dan digunakan untuk

kondisi tercemar, namun memerlukan

pemulihan atau perlindungan lingkungan.

penbuktian salah satunya melalui uji labo-

Kebijakan ini pada pelaksanaannya tidak

ratorium. Dalam kasus yang terjadi di

3

Republika, Perbaiki Aturan Kantong Plastik
Berbayar
dalam
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini
-koran/16/03/05/o3k4la1-perbaiki-aturankantong-plastik-berbayar.

4

Lihat Ecep Sukirman, Pikiran Rakyat, Kasus
Pencemaran Lingkungan di Rancaekek Picu
Konflik Sosial, dalam http://www.pikiranrakyat.com/bandung-raya.

□ 123

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

Rancaekek,

BPLHD

Jawa

Barat

bekerjasama dengan beberapa Lembaga/

kondisi yang pasti untuk menyatakan
pencemaran telah melampaui Baku mutu.

Universitas melakukan berbagai upaya

Kasus lumpur lapindo merupakan

untuk menyelesaikan masalah tersebut

salah satu kasus lingkungan yang menyita

diantaranya mengadakan penelitian dan

perhatian secara nasional. Kasus yang

pengkajian. Hasil beberapa penelitian

diawali

yang telah dilaksanakan terkait Pencema-

akhirnya dinyatakan sebagai bencana.

ran di Rancaekek, antara lain: Kesatu, Ba-

Dalam rangka mengupayakan penye-

lai Besar Selulosa (Juni, 1997), dengan

lesaian kasus lapindo pemerintah me-

kesimpulan kualitas air limbah PT. Kaha-

netapkan Peraturan Presiden No. 14 Ta-

tex, PT. Insan Sandang dan PT. Five Star

hun 2007 Tentang Badan Penanggulangan

melebihi baku mutu, Kedua, Fakultas Per-

Lumpur Sidoarjo. Kasus lapindo menjadi

tanian UNPAD (Oktober 1999) dengan

salahsatu kasus wujud penerapanasas

kesimpulan terdapat serapan logam berat

tanggung jawab Negara 5 dalam perlindu-

pada akar, jerami, dan bulir padi dengan

ngan dan pengelolaan lingkungan hidup.

serapan terbesar pada akar, Ketiga, Dinas

Negara bahkan menganggarkan Rp 9,53

Kesehatan Propinsi Jawa Barat (Tahun

triliun ditambah Rp 781 miliar, atau total-

1999) dengan kesimpulan terjadi lonjakan

nya Rp 10,311 triliun,sedangkan manaje-

kasus “dermatitis” (penyakit eksim) terha-

men Lapindo l menyatakan perusahaannya

dap masyarakat Rancaekek akibat kontak

telah mengeluarkan dana sekitar Rp 3,8

fisik dengan air yang tercemar limbah,

triliun. Dana itu digunakan sebagai kom-

Keempat, Balai Besar Penelitian dan Pen-

pensasi kepada masyarakat yang terkena

gembangan Industri Tekstil /BBT (No-

dampak semburan lumpur ini serta masih

vember 2001) dengan kesimpulan IPAL

ada sisa Rp 781 miliar yang belum di-

PT. Kahatex, PT. Insan Sandang dan PT.

bayarkan manajemen kepada masyarakat,

Five Stars belum optimal sehingga air

atau mencapai 20 persen. 6

kegiatan

pengeboran

pada

limbah yang dibuang ke sungai Cikijing

Dalam Evaluasi 10 Tahun Kasus

masih belum memenuhi Baku Mutu. Hasil

Lapindo, masih banyak permasalahan se-

uji labortorium yang berbeda memunculkan perdebatan sehingga sulit dalam
pembuktian

dalam

memastikan

suatu

5

Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6
Tempo, Kasus Lapindo, Duit Negara Rp. 10
T,
Ical
3.8
T
dalam
http://m.tempo.co/read/news/2014

□ 124

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

bagai dampak kasus Lapindo yang masih

di bidang dan/atau berkaitan dengan sum-

dirasakan hingga saat ini. Jimly Assidiqie

berdaya

menyatakan bahwa Negara tidak boleh

Undang.

menang sendiri dan rakyat tidak boleh

sosial dan lingkungan tersebut dimaksud-

menjadi korban. Peraturan pertambangan

kan untuk: Kesatu, meningkatkan kesada-

sangat terbuka direvisi, dimana terkait lo-

ran Perseroan terhadap pelaksanaan tang-

kasi pengeboran dan jarak aman dengan

gung jawab sosial dan lingkungan di In-

permukiman penduduk untuk menghindari

donesia, Kedua, memenuhi perkembangan

jatuhnya korban. Sebab, pada akhirnya,

kebutuhan

inti pembangunan negara adalah masyara-

mengenai tanggung jawab social dan ling-

kat, Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam

kungan; dan Ketiga, menguatkan penga-

kasus semburan lumpur panas Lapindo di

turan tanggung jawab sosial dan lingkun-

Sidoarjo, hukum belum terintegrasi den-

gan yang telah diatur dalam berbagai pera-

gan baik sehingga justru berpotensi mela-

turan perundang-undangan sesuai dengan

hirkan konflik. Oleh karena itu, penyele-

bidang kegiatan usaha Perseroan yang

saian masalah tidak bisa dilakukan berda-

bersangkutan.

alamberdasarkan
Pengaturan

hukum

Undang-

tanggung

dalam

jawab

masyarakat

sarkan hukum semata. Apalagi secara hu-

Berdasarkan Pedoman Corporate

kum, tanggung jawab perusahaan sangat

Social Respnsibility(CSR) Bidang ling-

terbatas. 7

kungandinyatakan beberapa bentuk pen-

Salah satu paradigma yang berkem-

erapan konsep TJSL bagi kegiatan usaha,

bang dikalangan usaha terkait tanggung

Kesatu, Cleaner Production (Produksi

jawab kegiatan usaha adalah tanggung

Bersih), Kedua, Eco Office (Kantor

jawab sosial dan lingkungan sebagaimana

Ramah Lingkungan), Ketiga, Konservasi

diatur dalam Peraturan Pemerintah Repub-

Energi Dan Sumber Daya Alam, Keempat,

lik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Ten-

Pengelolaan Sampah Melalui 3R, Kelima,

tang Tanggung Jawab Sosial Dan Ling-

Renewable Energy (energi terbarukan),

kungan Perseroan Terbatas (TJSL). Pada

Keenam, Adaptasi Perubahan Iklim, dan

prinsipnya TJSL diwajibkan bagi Perse-

Ketujuh, Pendidikan Lingkungan Hidup.

roan yang menjalankan kegiatan usahanya

Apabila dikaji, terdapat paradigma dan
pandangan bahwa bentuk-tanggung jawab

7

Lihat Kompas, Evaluasi, 10 Tahun Kasus
Lapindo, dalam
http://regional.kompas.com/read/2016/04/26/
15050011/Evaluasi.10.Tahun.Kasus.Lapindo.

yang dirumuskan dalam pedoman tersebut
cenderung

menggangap

tidak

terjadi

□ 125

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

pencemaran dalam kegiatan yang di-

sistematika hukum. Penelitian ini meru-

jalankan karena bentuk kegiatan CSR ti-

pakan penelitian deskriptif. Objek peneli-

dak berorientasi langsung pada upaya

tian hukum normatif ini berupa bahan hu-

mengurangi

dampak

kum yang bersifat kualitatif yaitu baik ba-

pencemaran yang telah terjadi meskipun

han hukum primer (peraturan perundang-

berdasarkan UUPPLH unsur melampaui

undangan) dan bahan hukum sekunder

baku mutu belum terpenuhi. 8

(bahan pustaka). Terhadap data penelitian,

atau

pemulihan

Berdasarkan latar belakang diatas

baik data sekunder maupun data primer,

dapat dirumukan beberapa identifikasi

dilakukan analisis yang bersifat yuridis

masalah yaitu, Kesatu, bagaimanakah

kualitatif dengan menggunakan metode

kedudukan tanggung jawab negara terha-

penafsiran hukum, terutama penafsiran

dap pencemaran yang dilakukan oleh kor-

gramatikal, penafsiran sejarah, dan penaf-

porasi. Kedua, Bagaimanakah Perubahan

siran sistematis.

Paradigma dalam Penerapan Asas Pencemar Membayar dalam Penegakan Hukum

HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia merupakan sebuah Negara

Lingkungan di Indonesia ke Depan.

yang merdeka dan berdaulat, Pasal 1 ayat
METODE PENELITIAN

(3) UUD 1945 menyatakan secara tegas

Penelitian ini menggunakan pende-

bahwa Indonesia merupakan Negara hu-

katan yuridis normatif, melalui metode

kum, sehingga sudah menjadi sebuah ke-

pendekatan perundang-undangan, pende-

harusan konsep kedaulatan hukum harus

katan konseptual dan pendekatan analitis.

menjadi sebuah paradigma (kerangka ber-

Ruang lingkup penelitian yuridis normatif

pikir atau cara pandang) 9dalam pemben-

ini mencakup penelitian terhadap asas-

tukan hukum di Indonesiatermasuk pera-

asas hukum, penelitian terhadap inventari-

turan

sasi hukum positif dan penelitian terhadap

dalam pandangan Thomas Kuhn 10 meru-

perundang-undangan.

Paradigma

pakan sebuah “… Constellation of Group
8

Pedoman CSR Bidang lingkungan dipublikasikan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup Tahun 2011, dalam pedoman ini
dipisahkan secara tegas istilah Community
Development, Corporate Social Responsibility dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Penulis memaknaik ketiga istilah tersebut sebagai tanggung jawab korporasi terhadap sosial (masyarakat) dan Lingkungan
(mempertahankan daya tampung, daya dukung dan daya lenting).

Commitments. Pandangan ini pada intinya
9

Arti Kata dalam
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ind
ex.php
10
Kuhn, Thomas S, The Structure of Scientific
Revolutions, Second Edition, Enlarged, Volumes I and II, Foundations Of The Unity Of
Science Volume II, Number 2, hlm. 181

□ 126

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

menyatakan bahwa sebuah Cara pandang

dengan pemikiran pakar-pakar hukum as-

serta komitmen yang ada dalam masyara-

ing. 13

kat memegang peranan penting dalam

E.M Meyer dan Leon Duguit me-

menentukan arah suatu pemahaman ma-

nyatakan, bahwa hukum merupakan atu-

syarakat, termasuk pandangannya terha-

ran yang ditujukan kepada tingkah laku

dap hukum dan permasalahan lingkungan.

manusia dalam masyarakat 14 Perilaku ma-

Kedaulatan hukum nasional menjadi

nusia sangat dipengaruhi oleh lingkun-

faktor penting dalam pembentukan hukum

gannya serta merupakan tanggapan atau

di Indonesia, salah satu pendekatan yang

reaksi seseorang (individu) terhadap rang-

harus dilakukan adalah melalui pengem-

sanganatau lingkungan sekitarnya. Skiner

bangan konsep pemikiran para ahli atau

menyatakan bahwa perilaku merupakan

ilmuan hukum Indonesia. Hal ini menjadi

respon atau reaksi seseorang terhadap sti-

penting karena lemahnya apresiasi para

mulus dari luar, sehingga perilaku yang

cendekiawan hukum terhadap pemikiran

dilakukan manusia merupakan tindakan

tokoh hukum bangsa Indonesia sendiri

atau aktifitas manusia itu sendiri yang

serta cenderung mengedepankan pemiki-

mempunyai bentangan yang sangat luas.

ran tokoh hukum asing. 11Sejalan dengan

Lebih lanjut Bohar Soeharto mengatakan

pandangan tersebut Sunaryati Hartono

perilaku adalah hasil proses belajar men-

menyatakan bahwa pengembangan ilmu

gajar yang terjadi akibat dari interaksi di-

hukum nasional harus didasarkan wawa-

rinya dengan lingkungan sekitarnya yang

san nusantara dan wawasan kebang-

diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman

saan, 12sehingga perkembangan ilmu hu-

pribadi. 15

kum nasional harus diupayakan berdasar-

Perilaku bangsa Indonesia saat ini

kan pemikiran-pemikiran yang dikem-

terbentuk, salah satunya melalui pengala-

bangkan oleh pakar-pakar hukum Indone-

man-pengalaman individunya yang pada

sia sendiri, baru kemudian dilengkapi

masa lalu memiliki kesamaan nasib seba-

11

Shidarta dan Myrna A. Safitri, Prawacana:
Eksistensi dan Implikasi Sebuah Teori Tentang Hukum dalam Sidharta (ed), Mochtar
Kusuma-Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan: Eksistensi dan Implikasi, Episteme
Institute dan Huma, Jakarta: 2012., hlm.3
12
Lihat juga Amiruddin A. Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Kawasan Pesisir:
Harmonisasi dalam Pembangunan Berkelanjutan,
Logoz
Publishing,
Bandung:
2014.hlm.24.

13

Sunaryati Hartono,Politik Hukum Menuju
Satu Sistem Hukum Nasional, PT Alumni
Bandung: 1991, hlm. 55.
14
C.T.S Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan
Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, 1989, ,
hlm.36.
15
Bandingkan, Yayat Suharyat, Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Perilaku Manusia,
REGION Volume I. No. 3, September 2009,
hlm. 15.

□ 127

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

gai bangsa yang mengalami penjajahan

lingkungan harus juga memperhatikan

atau masa kolonial. Pengalaman tersebut

aspek non-hukum. Hal tersebut menunju-

secara tidak langsung mempengaruhi ka-

kan bahwa dalam mendekati setiap per-

rakteristik bangsa Indonesia serta para-

masalahan lingkungan sebaiknya mem-

digma masyarakat terhadap berbagai ma-

perhatikan hal-hal antara lain: 17

cam hal termasuk Cara pandang terhadap
hukum serta pelaksanaannya.Idealnya dalam pembentukan sebuah hukum di Indonesia mempertimbangkan faktor manusia
sebagai pihak yang akan menjalankan sekaligus terkena dampak dari sebuah aturan
yang disusun dan ditetapkan.
Karateristik bangsa Indonesia harus
menjadi pertimbangan utama dalam me-

Kesatu, pandangan holisme sebagai
pandangan

yang

lingkungan,

utuh

mengingat

terhadap

bahwa semua

komponen kehidupan saling berinteraksi
satu

dengan

yang

lain,

saling

mempengaruhi dan saling terkait. M.
Daud Silalahi menyatakannya sebagai
pendekatan ekosistem atau pendekatan
holistik 18,

mandang suatu permasalahan termasuk
Kedua, pandangan hukum mininum,

bagaimana penerapan-penerapan prinsipprinsip yang berlaku secara umum, namun
tetap dalam cara pandang bangsa Indonesia memandang lingkungannya dalam
konsepsi wawasan nusantara. 16 Karakteristik bangsa tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap permasalahan lingkungan
serta efektifitas dalam penegakan hukum
di Indonesia.
Permasalah lingkungan tidak sepe-

bahwa nilai, hasil atau kualitas suatu
sistem

ditentukan

oleh

faktor

pendukungnya dalam keadaan minimum,
sehingga

hukum

minimum

dapat

ditentukan permasalahan lingkungan yang
terpenting untuk menentukan hal yang
menjadi prioritasnya, Pandangan ini terkait pentingnya sebuah baku mutu sebagai
batas kemampuna daya tampung, daya
dukung dan daya lenting lingkungan
Ketiga,

nuhnya bersumber dari permasalahan hu-

etika

merupakan

melandasari pembentukan undang-undang

sebagai petunjuk atau

di bidang lingkungan. Sehubungan dengan

praktis manusia dalam mengusahakan
17
18

16

Amuruddin A. Dajaan Imami, Loc.Cit.

moral

yang

kum, namun juga didasari ilmu yang

hal tersebut pendekatan permasalahan

prinsip

lingkungan

lingkungan

arah perilaku

Idem, hlm.15-16
M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam
Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Alumni, 2001, hlm.2

□ 128

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

terwujudnya moral lingkungan. Dalam

inventarisasi dan klasifikasi habitat, data

etika

dasar

lingkungan

mengimbangi
terhadap

kita

hak

tidak

dengan

lingkungan,

saja

kewajiban

tetapi

etika

spesies,

mengganggu

dinamika

rejim

yang

serta

kajian

populasi.

Kelima,pemantauan,

dimana

pengelola

lingkungan juga membatasi tingkah laku

lingkungan

untuk mengendalikan berbagai kegiatan

tindakan yang dilakukan agar sebuah ke-

agar tetap berada dalam batas kelentingan

berhasilan dan atau kegagalan dapat

lingkungan.

diukur. Keenam, pengelolaan adaptif,

Lingkungan sebagai sebuah ekosis-

dimana

harus

mencatat

memperlakukan

segala

pengelolaan

tem menunjukan keterkaitan antara unusr-

sebagai proses belajar, serta mendorong

unsur dalam lingkungan.Dalam kaitannya

penyesuaian yang terus menerus. Ketujuh,

dengan

ekosistem,

kerjasama antar lembaga, dalam rangka

pandangan

meningkatkan

pengelolaan

Grumbine 19

memberikan

kapasitas

pengelolaan.

mengenai sepuluh tema utama terkait

Kedelapan, perubahan organisasi, dalam

ekosistem sebagai identifikasi prinsip-

penerapan

prinsip

perubahan dalam struktur dan proses yang

ekologi

dalam

pengelolaan

pendekatan

ekosistem, antara lain: Kesatu, konteks

digunakan

yang hirarki, dalam tema ini dinyatakan

lingkungan dan sumberdaya harus selalu

bahwa

pengelolaan

ada. Kesembilan, manusia sebagai bagian

ekosistem perhatian harus juga diberikan

tak terpisahkan dari alam, bahwa manusia

hubungan setiap tingkatan keragaman

adalah bagian dari alam, bukan sesuatu

yang disebut perspektif sistem. Kedua,

yang tersendiri, dan Kesepuluh, nilai,

batas-batas

bahwa

dalam

konteks

ekologi,

yang

menuntut

oleh

ekosistem,

lembaga

pendekatan

pengelola

ekosistem

harus

perhatian pada unit-unit bio-fisik dan

menerima bahwa baik pengetahuan lokal

ekologi daripada batas administratif dan

maupun

politis. Ketiga, keterpaduan ekologi yang

kemanusiaan harus disertakan.

menuntut

intergrasi

dalam

memelihara

keragaman.

pengumpulan

data,

19

dalam

upaya
Keempat,
rangka

Bandingkan Bruce Mitchell, B. Setiawan,
dan Dwita Hadi Rahmi, Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan, Gadjah Mada
University Press, Cetakan Kedua, 2003,
hlm.9.

ilmiah,

Pada
lingkungan,

serta

prinsipnya
unsur-unsur

nilai-nilai

dalam
yang

definisi
saling

berinteraksi membentuk sumberdaya yang
meliputi sumber daya alamiah dan buatan.
Sumberdaya

alam

merupakan

sumberdaya

yang

terbentuk

suatu
karena

□ 129

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

Perlindungan

kekuatan alamiah, misalnya tanah, air dan

dan

pengelolaan

ruang

lingkungan pada prinsipnya menjadi tang-

mineral, tentang alam (landscape), panas

gung jawab Negara. Konsep tanggung ja-

bumi dan gas bumi, angin, pasang

wab Negara dalam perkembangan perma-

surut/arus laut. Lebih lanjut dinyatakan

salahan lingkungan global, disepakati da-

bahwa

lam

perairan,

biotisme

sumberdaya

udara

alam

dan

yang

ada

Deklarasi

Rio

1992

menya-

merupakan unsur dari lingkungan yang

takan: 21“States have, in accordance with

mendukung kehidupan dimuka bumi.

the Charter of the United Nations and the

Amiruddin Ahmad Dajaan Imami berpan-

principles of international law, the sove-

dangan bahwa lingkungan Indonesia ada-

reign right to exploit their own resources

lah ruang, tempat Negara Republik Indo-

pursuant to their own environmental and

nesia melaksanakan kedaulatan, hak ber-

developmental policies, and the responsi-

daulat serta yurisdiksinya yang diatur da-

bility to ensure that activities within their

lam undang-undang tentang lingkungan.

jurisdiction or control do not cause dam-

Dalam kaitannya dengan peraturan perun-

age to the environment of other States or

dang-undangan terkait lingkungan melipu-

of areas beyond the limits of national ju-

ti: Kesatu, Sumberdaya manusia, memuat

risdiction. Prinsip tersebut menegaskan

ketentuan peraturan perundang-undangan

bahwa negara berdasarkan Piagam PBB

tentang kependudukan, kemasyarakatan,

dan prinsip-prinsip internasional mempu-

badan usaha dan Pemerintahan, Kedua,

nyai hak berdaulat dan bukan kedaula-

Sumberdaya Budaya, memuat ketentuan

tan. 22

peraturan perundang-undangan tentang

Berdasarkan UUPPLH, asas tang-

sistem perencanaan pembangunan, renca-

gung jawab negara diatur dalam Pasal 2

na tata ruang, Ketiga, Sumberdaya Alam,

huruf a. Pemaknaan asas ini dalam

memuat ketentuan peraturan perundang-

UUPPLH adalah kewajiban negara, Kesa-

undangan tentang Sumberdaya alam dan

tu, negara menjamin pemanfaatan sumber

ekosistemnya, sumberdaya hutan, sum-

daya alam akan memberikan manfaat

berdaya tanah, sumberdaya air, dan sumberdaya mineral dan migas. 20

20

Amiruddin A. Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Pesisir: Harmonisasi dalam
Pembangunan Berkelanjutan. Bandung: Logoz Publishing, 2014, hlm 27.

21

Pasal 2 United Nations Conference on Environment and Development (UNCED), dalam
www.un.org/geninfo/bp/enviro.html
22
Bandingkan dengan Huala Adolf, AspekAspek Negara dalam Hukum Internasional,
Edisi Revisi, Cetakan Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm 305.

□ 130

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016

yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan

kannya kegiatan pemanfaatan sumber

“National authorities should endeavour to promote the internalization
of environmental costs and the use of
economic instruments, taking into account the approach that the polluter
should, in principle, bear the cost of
pollution, with due regard to the public
interest and without distorting international trade and investment”. 24
Pada dasarnya prinsip yang disepa-

daya alam yang menimbulkan pencemaran

kati mendorong negara-negara untuk da-

dan/atau kerusakan lingkungan hidup. 23

pat mendukung dan merumuskan pengatu-

Implemantasi asas ini tidak secara tegas

ran serta menerapkan asas pencemar

diatur dalam norma dalam UUPPLH se-

membayar dengan tetap mempertimbang-

hingga dapat dipandang pemaknaan asas

kan kepentingan masyarakat. Dalam pe-

ini dapat ditafsirnya secara luas.

mahaman ini, peran serta tanggung jawab

dan mutu hidup rakyat, baik generasi
masa kini maupun generasi masa depan.
Kedua, negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Ketiga, negara mencegah dilaku-

Pencemaran terhadap lingkungan
pada prinsipnya dapat dilakukan oleh seluruh unsur-unsur dalam lingkungan termasuk manusai dan makhluk hidup lainnya. Dalam kaitan pencemaran dengan

Negara menjadi penting untuk dapat menegaskan secara tegas mengenai kedudukan serta mengatur penerapan asas tersebut menjadi sistem hukum nasionalnya
yang mengikat secara luas.
Asas pencemar membayar meru-

kegiatan atau aktivitas manusia, berkembang pemahaman dalam kaitaanya dengan
tanggung jawab yaitu asas pencemar
membayar
Dalam

(Polluter

pays

perkembangannya,

Principle).
asas

ini

disepakati sebagai sebuah prinsip yang
mengikat secara moral (soft law) oleh
masyarakat internasional dalam Rio Declaration on Environment and Development
(Earth Summit) 1992. Dalam Prinsip ke16 disepakati bahwa:

pakan salah satu asas dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan di Indonesia
berdasarkan Pasal 2 huruf j UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan

Penjelasan Pasal 2 huruf a Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan

Ling-

kungan Hidup. Asas pencemar membayar
dimaknai

dimana

setiap

penanggung

jawab yang usaha dan/atau kegiatannya
menimbulkan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup wajib menang24

23

dan

Rio Declaration on Environment and development, The United Nations Conference on
Environment
and
Development,