THE POSITION OF STATE RESPONSIBILITY FOR ENVIRONMENTAL POLLUTION BY CORPORATE : The Legal Studies of Implementation Paradigm Polluter Pay Principle in Environmental Law Enforcement in Indonesia
TALREV
Volume 1 Issue 2, December 2016: pp. 119-138. Copyright ©2016 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR
KEDUDUKAN TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAPPENCEMARAN
LINGKUNGAN OLEH KORPORASI:
Kajian Hukum Paradigma Penerapan Asas Pencemar Membayar dalam Penaatan
dan Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia
THE POSITION OF STATE RESPONSIBILITY FOR ENVIRONMENTAL
POLUTION BY CORPORATE:
The Legal Studies of Implementation Paradigm Polluter Pay Principle
and Environmental Law Enforcement in Indonesia
Maret Priyanta
Faculty Of Law Padjadjaran University
JL. Dipati Ukur No. 35, Coblong, Lebakgede, Coblong, Bandung, West Java, 40132, Indonesia
Telp./Fax: +62-22-4220696 Email: maret.priyanta@unpad.ac.id
Submitted: Nov 24, 2016; Reviewed: Dec 19, 2016; Accepted: Dec 20, 2016
Abstrak
Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dalam upaya mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Pemanfaatan
sumberdaya alam melalui kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh korporasi, menjadi
salah satu faktor penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Salah
satu dampak kegiatan pembangunan terhadap lingkungan adalah pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh korporasi yang menyebabkan penurunan kualitas kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Paradigma terhadap penerapan asas pencemar
membayar serta kedudukan tanggung jawab negara terhadap pencemaran yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya oleh korporasi masih menuai perbedaan
pandangan. Hal tersebut dapat dilihat dari praktek penerapan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan (TJSL), yang dianggap oleh sebagian korporasi telah menghapus perbuatan melawan hukum korporasi. Dalam hal terjadinya pencemaran, ada kalanya
korporasi tidak mampu menanggung seluruh kerugian yang diakibatkannya kepada
masyarakat termasuk pemulihan. Berkenaan dengan hal tersebut adakalanya pemerintah terpaksa mengalokasikan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), untuk
mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan yang semula disebabkan oleh kegiatan usaha yang dilakukan korporasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan permasalahan dari aspek ilmu
hukum baik dari sudut ajaran atau teori hukum maupun hukum dalam arti peraturan
perundang-undangan berkenaan dengan kedudukan tanggung jawab Negara dan korporasi terhadap pencemaran lingkungan dalam sistem hukum lingkungan Indonesia.Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, pendekatan konseptual
dan pendekatan analitis. Ruang lingkup penelitian yuridis normatif ini mencakup penelitian terhadap asas-asas dan teori hukum. Pada akhirnya, penelitian ini menggambarkan hal-hal mendasar serta lebih menekankan pada konsep perubahan paradigma sebagai dasar untuk evaluasi peraturan perundang-undangan kedepan.
Perubahan paradigm terhadap pelaksanaan serta penafsiran prinsip pencemar
membayar harus sesuaikan dengan mengacu pada ajaran atau teori hukum lingkungan.
□ 119
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Hal mendasar yang perlu diatur lebih lanjut adalah kedudukan tanggung jawab negara
terhadap pencemaran yang dilakukan korporasi, manakala korporasi tidak mampu menanggung seluruh biaya ganti rugi kepada masyarakat serta tanggung jawab dalam
pemulihan lingkungan. Pada prinsipnya kedudukan tanggung jawab negara terhadap
pencemaran yang dilakukan korporasi di Indonesia harus dapat diperbarui baik landasan pemikiran termasuk pengaturannya. Bentuk tanggung jawab sosial maupun lingkungan korporasi harus lebih diarahkan pada pemulihan dampak pencemaran akibat
langsung kegiatan usaha yang dilakukan serta bukan dalam bentuk kegiatan lain yang
tidak terlalu memiliki kaitan dengan upaya-upaya perlindungan fungsi lingkungan.
Kata Kunci: Korporasi, Lingkungan, Paradigma, Pencemaran, Tanggung Jawab
Abstract
National development is one of the efforts undertaken by the Indonesian government in
efforts to achieve a justice and prosperous society. Management of natural resources
through the business activities by the corporation, became one of the important factors
in the success of national development. One of the impacts of development activities on
the environment is the pollution to the environment by the corporation that caused a
decrease in the quality of human life and other living creatures. Paradigm through the
application of the polluter pays principle and the positionof the state's responsibility to
contamination that can not be accounted for entirely by corporation still different persperctive. It can be seen from the practice of application of the Social and Environmental
Responsibility (TJSL), which is considered by most corporations have diclaim tort. In
terms of pollution, there are times when corporations are not able to bear all the losses
they cause to society, including the recovery. In this situation there are times when the
government was forced to allocate national budget, to overcome the problems of environmental pollution caused by business activities previously carried corporation.
This study aimed to describe the problem from the aspect of legal science from the
standpoint of legal theory or doctrine or law within the meaning of the legislation with
regard to the position of State responsibility and corporate environmental pollution in
the Indonesian legal system environment. This study uses normative juridical approach,
conceptual approach and an analytical approach. The scope of this normative juridical
research includes the study of the principles and theory of law. Ultimately, this study
illustrates the basics as well as more emphasis on the concept of a paradigm change as
a basis for the evaluation of future legislation.
A paradigm shift toward the implementation and interpretation of the polluter
pays principle must be adjusted with reference to the doctrine or theory of environmental law. The basic thing that needs to be regulated more notch responsibility of the state
to discredit the corporation, when corporations are not able to bear the entire cost of
compensation to the community and responsibility in environmental recovery. In principle, the position of the state's responsibility to discredit the corporation in Indonesia
should be updated either on premise including settings. Social responsibility and corporate environment should be directed at reducing the impacts of pollution due to business
activities conducted directly and not in the form of other activities that are not so linked
to efforts to protect the environment functions.
Keywords: Corporate, Environment, Liability, Paradigm, Pollution
□ 120
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
oleh setiap orang, baik individu maupun
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional merupakan
korporasi, namun besaran dampak pence-
salah satu upaya yang dilakukan oleh ne-
maran yang ditimbulkan oleh kegiatan
gara Indonesia dalam rangka mewu-
korporasi cenderung berpotensi untuk
judkan tujuan negara sebagaimana diatur
menyebabkan terjadinya pencemaran yang
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
berdampak besar dan penting bagi manu-
1945). Mewujudkan masyarakat adil dan
sia dan makhluk hidup lainnya mengingat
makmur merupakan cita-cita yang luhur
kemampuan sumber daya sebuah kor-
sebagai sebuah bangsa sebagaimana kein-
porasi baik dari segi teknologi, sumber
ginan para pendiri negara Indonesia. 1 Dis-
daya manusia dan modal.
adari bahwa pembangunan ekonomi na-
Sejak awal pengaturan lingkungan
sional sebagaimana diamanatkan oleh
di Indonesia pada tahun 1982 hingga pen-
UUD 1945 diselenggarakan berdasarkan
gaturan dalam Undang-Undang Nomor 32
prinsip pembangunan berkelanjutan dan
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
berwawasan lingkungan. Lingkungan dan
Pengelolaan
unsur-unsur di dalamnya sebagai sebuah
(UUPPLH), pencemaran lingkungan dide-
sumberdaya
yang
finisikan sebagai sebuah kondisi masuk
penting sebagai modal pembangunan na-
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
sional.
energi, dan/atau komponen lain ke dalam
memiliki
peranan
Lingkungan
Hidup
Pembangunan memerlukan berbagai
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sumberdaya sebagai modal dalam pem-
sehingga melampaui baku mutu ling-
bangunan. Pemanfaatan sumberdaya un-
kungan hidup yang telah ditetapkan. 2
tuk kepentingan pembangunan berpotensi
Dalam definisi ini terdapat sebuah unsur
menyebabkan pencemaran dan atau peru-
yang penting dalam mengidentifikasi se-
sakan terhadap lingkungan sehingga pe-
buah
merintah perlu mengatur norma-norma
berupa baku mutu pencemaran yang di-
hukum
lampaui oleh kegiatan usaha serta dijadi-
melalui
undangan
peraturan
salah
satu
yaituadanya
batas
upaya
kan dasar atau unsur perbuatan melawan
pencegahan. Pencemaran terhadap ling-
hukum yang akibatnya diatur UUPPLH.
kungan pada prinsipnya dapat dilakukan
Baku mutu merupakan ukuran batas atau
1
sebagai
perundang-
pencemaran
Bandingkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
2
Bandingkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
□ 121
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
kungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 ten-
komponen yang ada atau harus ada
tang baku mutu air limbah serta peraturan
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
menteri lainnya berdasarkan UUPPLH
keberadaannya dalam suatu sumber daya
meliputi Kesatu, baku mutu air limbah,
tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Kedua, baku mutu air laut, Ketiga, baku
Pencemaran lingkungan dalam arti
mutu udara ambien, Keempat, baku mutu
luas merupakan pencemaran dimana ter-
emisi, Kelima, baku mutu gangguan; dan
dapat unsur-unsur dalam lingkungan ter-
Keenam, baku mutu lain sesuai dengan
masuk interaksi dalam pandangan sebuah
perkembangan ilmu pengetahuan dan
ekosistem. Dari pemahaman tersebut se-
teknologi.
cara implementatif bahwa pencemaran
Berdasarkan UUPPLH, setiap orang
berpotensi dapat terjadi disemua media
dilarang melakukan perbuatan yang me-
lingkungan dan unsur-unsurnya. Pemerin-
ngakibatkan pencemaran dan/atau perusa-
tah telah menetapkan peraturan perun-
kan lingkungan hidup. Dalam kaitannya
dang-undangan berkenaan dengan pence-
dengan hal tersebut, harus dapat dimaknai
maran dalam berbagai aspek terkait den-
orang sebagai subyek hukum dapat ber-
gan lingkungan. Adapun beberapa pera-
tindak atas nama individu (perseorangan)
turan yang telah ditetapkan antara lain:
dan orang dalam sebuah korporasi dalam
Kesatu, Peraturan Pemerintah Republik
hubungannya
Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 Tentang
subyek hukum. Hal ini menjadi penting
Pengendalian Pencemaran dan/atau Peru-
mengingat pada prinsipnya kecil kemung-
sakan Laut, Kedua, Peraturan Pemerintah
kinan orang dalam arti individu dapat
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
mencemari lingkungan dengan melebih
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
baku mutu.
badan
hukum
sebagai
Salah satu asas terkait pencemaran
Udara Ketiga, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
dalam
pengelolaan
dan
perlindungan
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
hidup
sebagaimana
Pengendalian Pencemaran Air.
UUPPLH adalah asas pencemar mem-
dimaksud
dalam
Dalam rangka mendukung serta
bayar. Asas tersebut didefinisikan bahwa
memberikan panduan secara teknis terkait
setiap penanggung jawab yang usaha
batas baku mutu yang tidak boleh dilam-
dan/atau
paui, ditetapkan Peraturan Menteri Ling-
pencemaran dan/atau kerusakan lingkun-
kegiatannya
menimbulkan
□ 122
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
gan hidup wajib menanggung biaya pemu-
berlangsung lama, dimana masyarakat
lihan
kembali
lingkungan.
Dalam
perspektif
kepada
kebiasaannya
untuk
UUPPLH, pencemaran cenderung dituju-
menggunakan plastik dalam keseharian-
kan bagi penanggung jawab usaha dan
nya.
atau kegiatan serta seolah-olah menge-
Pencemaran lingkungan yang me-
sampingkan pence-maran yang dilakukan
lampaui baku mutu cenderung dilakukan
oleh individu. Asumsi ini didasarkan
oleh korporasi karena kegiatan usaha yang
bahwa sedikit sekali kegiatan yang dila-
dilakukan oleh korporasi didukung modal,
kukan oleh orang perseorangan yang da-
sarana prasarana, infrastruktur, peralatan
pat
serta teknologi tinggi. Di Jawa Barat, sa-
menyebabkan
pencemaran
yang
melampaui Baku mutu lingkungan.
Dalam
perkembangannya
lah satu kasus yang cukup menarik perhasecara
tian adalah pencemaran sungai yang terja-
luas, asas pencemaran membayar juga di-
di di Rancaekek yang diduga disebabkan
jadikan dasar untuk membebankan indi-
oleh limbah usaha tektil. Dalam perkem-
vidu melalui kebijakan pemerintah untuk
bangannya, kasus ini menuju pada sebuah
membebankan biaya plastik pada kon-
konflik sosial di masyarakat dimana dam-
sumen. Berdasarkan Surat Edaran Kemen-
pak pencemaran tersebut mengakibatkan
terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
rusaknya lahan pertanian dan pencemaran
Nomor S.1230/PSLB3-PS /2016 tentang
air bagi warga sekitar seluas 415 hektare.
Harga dan Mekanisme Penerapan Kan-
Namun, di sisi lainnya di salah satu pabrik
tong Plastik Berbaya. Disepakati kantong
tekstil tersebut terdapat 40 ribu pegawai
plastik berbayar. 3Namun permasalahan
yang berasal dari warga sekitar. Hal ini
kebijakan tersebut bukan pada biaya yang
menunjukan konflik antara kepentingan
dibebankan kepada konsumen, namundia-
ekonomi dan lingkungan. 4
lokasikan untuk kegiatan apadana yang
Baku mutu pencemaran merupakan
dikeluarkan konsumen untuk pembelian
hal yang penting dalam menentukan suatu
plastik dikumpulkan dan digunakan untuk
kondisi tercemar, namun memerlukan
pemulihan atau perlindungan lingkungan.
penbuktian salah satunya melalui uji labo-
Kebijakan ini pada pelaksanaannya tidak
ratorium. Dalam kasus yang terjadi di
3
Republika, Perbaiki Aturan Kantong Plastik
Berbayar
dalam
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini
-koran/16/03/05/o3k4la1-perbaiki-aturankantong-plastik-berbayar.
4
Lihat Ecep Sukirman, Pikiran Rakyat, Kasus
Pencemaran Lingkungan di Rancaekek Picu
Konflik Sosial, dalam http://www.pikiranrakyat.com/bandung-raya.
□ 123
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Rancaekek,
BPLHD
Jawa
Barat
bekerjasama dengan beberapa Lembaga/
kondisi yang pasti untuk menyatakan
pencemaran telah melampaui Baku mutu.
Universitas melakukan berbagai upaya
Kasus lumpur lapindo merupakan
untuk menyelesaikan masalah tersebut
salah satu kasus lingkungan yang menyita
diantaranya mengadakan penelitian dan
perhatian secara nasional. Kasus yang
pengkajian. Hasil beberapa penelitian
diawali
yang telah dilaksanakan terkait Pencema-
akhirnya dinyatakan sebagai bencana.
ran di Rancaekek, antara lain: Kesatu, Ba-
Dalam rangka mengupayakan penye-
lai Besar Selulosa (Juni, 1997), dengan
lesaian kasus lapindo pemerintah me-
kesimpulan kualitas air limbah PT. Kaha-
netapkan Peraturan Presiden No. 14 Ta-
tex, PT. Insan Sandang dan PT. Five Star
hun 2007 Tentang Badan Penanggulangan
melebihi baku mutu, Kedua, Fakultas Per-
Lumpur Sidoarjo. Kasus lapindo menjadi
tanian UNPAD (Oktober 1999) dengan
salahsatu kasus wujud penerapanasas
kesimpulan terdapat serapan logam berat
tanggung jawab Negara 5 dalam perlindu-
pada akar, jerami, dan bulir padi dengan
ngan dan pengelolaan lingkungan hidup.
serapan terbesar pada akar, Ketiga, Dinas
Negara bahkan menganggarkan Rp 9,53
Kesehatan Propinsi Jawa Barat (Tahun
triliun ditambah Rp 781 miliar, atau total-
1999) dengan kesimpulan terjadi lonjakan
nya Rp 10,311 triliun,sedangkan manaje-
kasus “dermatitis” (penyakit eksim) terha-
men Lapindo l menyatakan perusahaannya
dap masyarakat Rancaekek akibat kontak
telah mengeluarkan dana sekitar Rp 3,8
fisik dengan air yang tercemar limbah,
triliun. Dana itu digunakan sebagai kom-
Keempat, Balai Besar Penelitian dan Pen-
pensasi kepada masyarakat yang terkena
gembangan Industri Tekstil /BBT (No-
dampak semburan lumpur ini serta masih
vember 2001) dengan kesimpulan IPAL
ada sisa Rp 781 miliar yang belum di-
PT. Kahatex, PT. Insan Sandang dan PT.
bayarkan manajemen kepada masyarakat,
Five Stars belum optimal sehingga air
atau mencapai 20 persen. 6
kegiatan
pengeboran
pada
limbah yang dibuang ke sungai Cikijing
Dalam Evaluasi 10 Tahun Kasus
masih belum memenuhi Baku Mutu. Hasil
Lapindo, masih banyak permasalahan se-
uji labortorium yang berbeda memunculkan perdebatan sehingga sulit dalam
pembuktian
dalam
memastikan
suatu
5
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6
Tempo, Kasus Lapindo, Duit Negara Rp. 10
T,
Ical
3.8
T
dalam
http://m.tempo.co/read/news/2014
□ 124
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
bagai dampak kasus Lapindo yang masih
di bidang dan/atau berkaitan dengan sum-
dirasakan hingga saat ini. Jimly Assidiqie
berdaya
menyatakan bahwa Negara tidak boleh
Undang.
menang sendiri dan rakyat tidak boleh
sosial dan lingkungan tersebut dimaksud-
menjadi korban. Peraturan pertambangan
kan untuk: Kesatu, meningkatkan kesada-
sangat terbuka direvisi, dimana terkait lo-
ran Perseroan terhadap pelaksanaan tang-
kasi pengeboran dan jarak aman dengan
gung jawab sosial dan lingkungan di In-
permukiman penduduk untuk menghindari
donesia, Kedua, memenuhi perkembangan
jatuhnya korban. Sebab, pada akhirnya,
kebutuhan
inti pembangunan negara adalah masyara-
mengenai tanggung jawab social dan ling-
kat, Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam
kungan; dan Ketiga, menguatkan penga-
kasus semburan lumpur panas Lapindo di
turan tanggung jawab sosial dan lingkun-
Sidoarjo, hukum belum terintegrasi den-
gan yang telah diatur dalam berbagai pera-
gan baik sehingga justru berpotensi mela-
turan perundang-undangan sesuai dengan
hirkan konflik. Oleh karena itu, penyele-
bidang kegiatan usaha Perseroan yang
saian masalah tidak bisa dilakukan berda-
bersangkutan.
alamberdasarkan
Pengaturan
hukum
Undang-
tanggung
dalam
jawab
masyarakat
sarkan hukum semata. Apalagi secara hu-
Berdasarkan Pedoman Corporate
kum, tanggung jawab perusahaan sangat
Social Respnsibility(CSR) Bidang ling-
terbatas. 7
kungandinyatakan beberapa bentuk pen-
Salah satu paradigma yang berkem-
erapan konsep TJSL bagi kegiatan usaha,
bang dikalangan usaha terkait tanggung
Kesatu, Cleaner Production (Produksi
jawab kegiatan usaha adalah tanggung
Bersih), Kedua, Eco Office (Kantor
jawab sosial dan lingkungan sebagaimana
Ramah Lingkungan), Ketiga, Konservasi
diatur dalam Peraturan Pemerintah Repub-
Energi Dan Sumber Daya Alam, Keempat,
lik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Ten-
Pengelolaan Sampah Melalui 3R, Kelima,
tang Tanggung Jawab Sosial Dan Ling-
Renewable Energy (energi terbarukan),
kungan Perseroan Terbatas (TJSL). Pada
Keenam, Adaptasi Perubahan Iklim, dan
prinsipnya TJSL diwajibkan bagi Perse-
Ketujuh, Pendidikan Lingkungan Hidup.
roan yang menjalankan kegiatan usahanya
Apabila dikaji, terdapat paradigma dan
pandangan bahwa bentuk-tanggung jawab
7
Lihat Kompas, Evaluasi, 10 Tahun Kasus
Lapindo, dalam
http://regional.kompas.com/read/2016/04/26/
15050011/Evaluasi.10.Tahun.Kasus.Lapindo.
yang dirumuskan dalam pedoman tersebut
cenderung
menggangap
tidak
terjadi
□ 125
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
pencemaran dalam kegiatan yang di-
sistematika hukum. Penelitian ini meru-
jalankan karena bentuk kegiatan CSR ti-
pakan penelitian deskriptif. Objek peneli-
dak berorientasi langsung pada upaya
tian hukum normatif ini berupa bahan hu-
mengurangi
dampak
kum yang bersifat kualitatif yaitu baik ba-
pencemaran yang telah terjadi meskipun
han hukum primer (peraturan perundang-
berdasarkan UUPPLH unsur melampaui
undangan) dan bahan hukum sekunder
baku mutu belum terpenuhi. 8
(bahan pustaka). Terhadap data penelitian,
atau
pemulihan
Berdasarkan latar belakang diatas
baik data sekunder maupun data primer,
dapat dirumukan beberapa identifikasi
dilakukan analisis yang bersifat yuridis
masalah yaitu, Kesatu, bagaimanakah
kualitatif dengan menggunakan metode
kedudukan tanggung jawab negara terha-
penafsiran hukum, terutama penafsiran
dap pencemaran yang dilakukan oleh kor-
gramatikal, penafsiran sejarah, dan penaf-
porasi. Kedua, Bagaimanakah Perubahan
siran sistematis.
Paradigma dalam Penerapan Asas Pencemar Membayar dalam Penegakan Hukum
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia merupakan sebuah Negara
Lingkungan di Indonesia ke Depan.
yang merdeka dan berdaulat, Pasal 1 ayat
METODE PENELITIAN
(3) UUD 1945 menyatakan secara tegas
Penelitian ini menggunakan pende-
bahwa Indonesia merupakan Negara hu-
katan yuridis normatif, melalui metode
kum, sehingga sudah menjadi sebuah ke-
pendekatan perundang-undangan, pende-
harusan konsep kedaulatan hukum harus
katan konseptual dan pendekatan analitis.
menjadi sebuah paradigma (kerangka ber-
Ruang lingkup penelitian yuridis normatif
pikir atau cara pandang) 9dalam pemben-
ini mencakup penelitian terhadap asas-
tukan hukum di Indonesiatermasuk pera-
asas hukum, penelitian terhadap inventari-
turan
sasi hukum positif dan penelitian terhadap
dalam pandangan Thomas Kuhn 10 meru-
perundang-undangan.
Paradigma
pakan sebuah “… Constellation of Group
8
Pedoman CSR Bidang lingkungan dipublikasikan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup Tahun 2011, dalam pedoman ini
dipisahkan secara tegas istilah Community
Development, Corporate Social Responsibility dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Penulis memaknaik ketiga istilah tersebut sebagai tanggung jawab korporasi terhadap sosial (masyarakat) dan Lingkungan
(mempertahankan daya tampung, daya dukung dan daya lenting).
Commitments. Pandangan ini pada intinya
9
Arti Kata dalam
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ind
ex.php
10
Kuhn, Thomas S, The Structure of Scientific
Revolutions, Second Edition, Enlarged, Volumes I and II, Foundations Of The Unity Of
Science Volume II, Number 2, hlm. 181
□ 126
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
menyatakan bahwa sebuah Cara pandang
dengan pemikiran pakar-pakar hukum as-
serta komitmen yang ada dalam masyara-
ing. 13
kat memegang peranan penting dalam
E.M Meyer dan Leon Duguit me-
menentukan arah suatu pemahaman ma-
nyatakan, bahwa hukum merupakan atu-
syarakat, termasuk pandangannya terha-
ran yang ditujukan kepada tingkah laku
dap hukum dan permasalahan lingkungan.
manusia dalam masyarakat 14 Perilaku ma-
Kedaulatan hukum nasional menjadi
nusia sangat dipengaruhi oleh lingkun-
faktor penting dalam pembentukan hukum
gannya serta merupakan tanggapan atau
di Indonesia, salah satu pendekatan yang
reaksi seseorang (individu) terhadap rang-
harus dilakukan adalah melalui pengem-
sanganatau lingkungan sekitarnya. Skiner
bangan konsep pemikiran para ahli atau
menyatakan bahwa perilaku merupakan
ilmuan hukum Indonesia. Hal ini menjadi
respon atau reaksi seseorang terhadap sti-
penting karena lemahnya apresiasi para
mulus dari luar, sehingga perilaku yang
cendekiawan hukum terhadap pemikiran
dilakukan manusia merupakan tindakan
tokoh hukum bangsa Indonesia sendiri
atau aktifitas manusia itu sendiri yang
serta cenderung mengedepankan pemiki-
mempunyai bentangan yang sangat luas.
ran tokoh hukum asing. 11Sejalan dengan
Lebih lanjut Bohar Soeharto mengatakan
pandangan tersebut Sunaryati Hartono
perilaku adalah hasil proses belajar men-
menyatakan bahwa pengembangan ilmu
gajar yang terjadi akibat dari interaksi di-
hukum nasional harus didasarkan wawa-
rinya dengan lingkungan sekitarnya yang
san nusantara dan wawasan kebang-
diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman
saan, 12sehingga perkembangan ilmu hu-
pribadi. 15
kum nasional harus diupayakan berdasar-
Perilaku bangsa Indonesia saat ini
kan pemikiran-pemikiran yang dikem-
terbentuk, salah satunya melalui pengala-
bangkan oleh pakar-pakar hukum Indone-
man-pengalaman individunya yang pada
sia sendiri, baru kemudian dilengkapi
masa lalu memiliki kesamaan nasib seba-
11
Shidarta dan Myrna A. Safitri, Prawacana:
Eksistensi dan Implikasi Sebuah Teori Tentang Hukum dalam Sidharta (ed), Mochtar
Kusuma-Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan: Eksistensi dan Implikasi, Episteme
Institute dan Huma, Jakarta: 2012., hlm.3
12
Lihat juga Amiruddin A. Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Kawasan Pesisir:
Harmonisasi dalam Pembangunan Berkelanjutan,
Logoz
Publishing,
Bandung:
2014.hlm.24.
13
Sunaryati Hartono,Politik Hukum Menuju
Satu Sistem Hukum Nasional, PT Alumni
Bandung: 1991, hlm. 55.
14
C.T.S Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan
Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, 1989, ,
hlm.36.
15
Bandingkan, Yayat Suharyat, Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Perilaku Manusia,
REGION Volume I. No. 3, September 2009,
hlm. 15.
□ 127
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
gai bangsa yang mengalami penjajahan
lingkungan harus juga memperhatikan
atau masa kolonial. Pengalaman tersebut
aspek non-hukum. Hal tersebut menunju-
secara tidak langsung mempengaruhi ka-
kan bahwa dalam mendekati setiap per-
rakteristik bangsa Indonesia serta para-
masalahan lingkungan sebaiknya mem-
digma masyarakat terhadap berbagai ma-
perhatikan hal-hal antara lain: 17
cam hal termasuk Cara pandang terhadap
hukum serta pelaksanaannya.Idealnya dalam pembentukan sebuah hukum di Indonesia mempertimbangkan faktor manusia
sebagai pihak yang akan menjalankan sekaligus terkena dampak dari sebuah aturan
yang disusun dan ditetapkan.
Karateristik bangsa Indonesia harus
menjadi pertimbangan utama dalam me-
Kesatu, pandangan holisme sebagai
pandangan
yang
lingkungan,
utuh
mengingat
terhadap
bahwa semua
komponen kehidupan saling berinteraksi
satu
dengan
yang
lain,
saling
mempengaruhi dan saling terkait. M.
Daud Silalahi menyatakannya sebagai
pendekatan ekosistem atau pendekatan
holistik 18,
mandang suatu permasalahan termasuk
Kedua, pandangan hukum mininum,
bagaimana penerapan-penerapan prinsipprinsip yang berlaku secara umum, namun
tetap dalam cara pandang bangsa Indonesia memandang lingkungannya dalam
konsepsi wawasan nusantara. 16 Karakteristik bangsa tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap permasalahan lingkungan
serta efektifitas dalam penegakan hukum
di Indonesia.
Permasalah lingkungan tidak sepe-
bahwa nilai, hasil atau kualitas suatu
sistem
ditentukan
oleh
faktor
pendukungnya dalam keadaan minimum,
sehingga
hukum
minimum
dapat
ditentukan permasalahan lingkungan yang
terpenting untuk menentukan hal yang
menjadi prioritasnya, Pandangan ini terkait pentingnya sebuah baku mutu sebagai
batas kemampuna daya tampung, daya
dukung dan daya lenting lingkungan
Ketiga,
nuhnya bersumber dari permasalahan hu-
etika
merupakan
melandasari pembentukan undang-undang
sebagai petunjuk atau
di bidang lingkungan. Sehubungan dengan
praktis manusia dalam mengusahakan
17
18
16
Amuruddin A. Dajaan Imami, Loc.Cit.
moral
yang
kum, namun juga didasari ilmu yang
hal tersebut pendekatan permasalahan
prinsip
lingkungan
lingkungan
arah perilaku
Idem, hlm.15-16
M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam
Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Alumni, 2001, hlm.2
□ 128
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
terwujudnya moral lingkungan. Dalam
inventarisasi dan klasifikasi habitat, data
etika
dasar
lingkungan
mengimbangi
terhadap
kita
hak
tidak
dengan
lingkungan,
saja
kewajiban
tetapi
etika
spesies,
mengganggu
dinamika
rejim
yang
serta
kajian
populasi.
Kelima,pemantauan,
dimana
pengelola
lingkungan juga membatasi tingkah laku
lingkungan
untuk mengendalikan berbagai kegiatan
tindakan yang dilakukan agar sebuah ke-
agar tetap berada dalam batas kelentingan
berhasilan dan atau kegagalan dapat
lingkungan.
diukur. Keenam, pengelolaan adaptif,
Lingkungan sebagai sebuah ekosis-
dimana
harus
mencatat
memperlakukan
segala
pengelolaan
tem menunjukan keterkaitan antara unusr-
sebagai proses belajar, serta mendorong
unsur dalam lingkungan.Dalam kaitannya
penyesuaian yang terus menerus. Ketujuh,
dengan
ekosistem,
kerjasama antar lembaga, dalam rangka
pandangan
meningkatkan
pengelolaan
Grumbine 19
memberikan
kapasitas
pengelolaan.
mengenai sepuluh tema utama terkait
Kedelapan, perubahan organisasi, dalam
ekosistem sebagai identifikasi prinsip-
penerapan
prinsip
perubahan dalam struktur dan proses yang
ekologi
dalam
pengelolaan
pendekatan
ekosistem, antara lain: Kesatu, konteks
digunakan
yang hirarki, dalam tema ini dinyatakan
lingkungan dan sumberdaya harus selalu
bahwa
pengelolaan
ada. Kesembilan, manusia sebagai bagian
ekosistem perhatian harus juga diberikan
tak terpisahkan dari alam, bahwa manusia
hubungan setiap tingkatan keragaman
adalah bagian dari alam, bukan sesuatu
yang disebut perspektif sistem. Kedua,
yang tersendiri, dan Kesepuluh, nilai,
batas-batas
bahwa
dalam
konteks
ekologi,
yang
menuntut
oleh
ekosistem,
lembaga
pendekatan
pengelola
ekosistem
harus
perhatian pada unit-unit bio-fisik dan
menerima bahwa baik pengetahuan lokal
ekologi daripada batas administratif dan
maupun
politis. Ketiga, keterpaduan ekologi yang
kemanusiaan harus disertakan.
menuntut
intergrasi
dalam
memelihara
keragaman.
pengumpulan
data,
19
dalam
upaya
Keempat,
rangka
Bandingkan Bruce Mitchell, B. Setiawan,
dan Dwita Hadi Rahmi, Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan, Gadjah Mada
University Press, Cetakan Kedua, 2003,
hlm.9.
ilmiah,
Pada
lingkungan,
serta
prinsipnya
unsur-unsur
nilai-nilai
dalam
yang
definisi
saling
berinteraksi membentuk sumberdaya yang
meliputi sumber daya alamiah dan buatan.
Sumberdaya
alam
merupakan
sumberdaya
yang
terbentuk
suatu
karena
□ 129
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Perlindungan
kekuatan alamiah, misalnya tanah, air dan
dan
pengelolaan
ruang
lingkungan pada prinsipnya menjadi tang-
mineral, tentang alam (landscape), panas
gung jawab Negara. Konsep tanggung ja-
bumi dan gas bumi, angin, pasang
wab Negara dalam perkembangan perma-
surut/arus laut. Lebih lanjut dinyatakan
salahan lingkungan global, disepakati da-
bahwa
lam
perairan,
biotisme
sumberdaya
udara
alam
dan
yang
ada
Deklarasi
Rio
1992
menya-
merupakan unsur dari lingkungan yang
takan: 21“States have, in accordance with
mendukung kehidupan dimuka bumi.
the Charter of the United Nations and the
Amiruddin Ahmad Dajaan Imami berpan-
principles of international law, the sove-
dangan bahwa lingkungan Indonesia ada-
reign right to exploit their own resources
lah ruang, tempat Negara Republik Indo-
pursuant to their own environmental and
nesia melaksanakan kedaulatan, hak ber-
developmental policies, and the responsi-
daulat serta yurisdiksinya yang diatur da-
bility to ensure that activities within their
lam undang-undang tentang lingkungan.
jurisdiction or control do not cause dam-
Dalam kaitannya dengan peraturan perun-
age to the environment of other States or
dang-undangan terkait lingkungan melipu-
of areas beyond the limits of national ju-
ti: Kesatu, Sumberdaya manusia, memuat
risdiction. Prinsip tersebut menegaskan
ketentuan peraturan perundang-undangan
bahwa negara berdasarkan Piagam PBB
tentang kependudukan, kemasyarakatan,
dan prinsip-prinsip internasional mempu-
badan usaha dan Pemerintahan, Kedua,
nyai hak berdaulat dan bukan kedaula-
Sumberdaya Budaya, memuat ketentuan
tan. 22
peraturan perundang-undangan tentang
Berdasarkan UUPPLH, asas tang-
sistem perencanaan pembangunan, renca-
gung jawab negara diatur dalam Pasal 2
na tata ruang, Ketiga, Sumberdaya Alam,
huruf a. Pemaknaan asas ini dalam
memuat ketentuan peraturan perundang-
UUPPLH adalah kewajiban negara, Kesa-
undangan tentang Sumberdaya alam dan
tu, negara menjamin pemanfaatan sumber
ekosistemnya, sumberdaya hutan, sum-
daya alam akan memberikan manfaat
berdaya tanah, sumberdaya air, dan sumberdaya mineral dan migas. 20
20
Amiruddin A. Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Pesisir: Harmonisasi dalam
Pembangunan Berkelanjutan. Bandung: Logoz Publishing, 2014, hlm 27.
21
Pasal 2 United Nations Conference on Environment and Development (UNCED), dalam
www.un.org/geninfo/bp/enviro.html
22
Bandingkan dengan Huala Adolf, AspekAspek Negara dalam Hukum Internasional,
Edisi Revisi, Cetakan Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm 305.
□ 130
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
kannya kegiatan pemanfaatan sumber
“National authorities should endeavour to promote the internalization
of environmental costs and the use of
economic instruments, taking into account the approach that the polluter
should, in principle, bear the cost of
pollution, with due regard to the public
interest and without distorting international trade and investment”. 24
Pada dasarnya prinsip yang disepa-
daya alam yang menimbulkan pencemaran
kati mendorong negara-negara untuk da-
dan/atau kerusakan lingkungan hidup. 23
pat mendukung dan merumuskan pengatu-
Implemantasi asas ini tidak secara tegas
ran serta menerapkan asas pencemar
diatur dalam norma dalam UUPPLH se-
membayar dengan tetap mempertimbang-
hingga dapat dipandang pemaknaan asas
kan kepentingan masyarakat. Dalam pe-
ini dapat ditafsirnya secara luas.
mahaman ini, peran serta tanggung jawab
dan mutu hidup rakyat, baik generasi
masa kini maupun generasi masa depan.
Kedua, negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Ketiga, negara mencegah dilaku-
Pencemaran terhadap lingkungan
pada prinsipnya dapat dilakukan oleh seluruh unsur-unsur dalam lingkungan termasuk manusai dan makhluk hidup lainnya. Dalam kaitan pencemaran dengan
Negara menjadi penting untuk dapat menegaskan secara tegas mengenai kedudukan serta mengatur penerapan asas tersebut menjadi sistem hukum nasionalnya
yang mengikat secara luas.
Asas pencemar membayar meru-
kegiatan atau aktivitas manusia, berkembang pemahaman dalam kaitaanya dengan
tanggung jawab yaitu asas pencemar
membayar
Dalam
(Polluter
pays
perkembangannya,
Principle).
asas
ini
disepakati sebagai sebuah prinsip yang
mengikat secara moral (soft law) oleh
masyarakat internasional dalam Rio Declaration on Environment and Development
(Earth Summit) 1992. Dalam Prinsip ke16 disepakati bahwa:
pakan salah satu asas dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan di Indonesia
berdasarkan Pasal 2 huruf j UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan
Penjelasan Pasal 2 huruf a Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan
Ling-
kungan Hidup. Asas pencemar membayar
dimaknai
dimana
setiap
penanggung
jawab yang usaha dan/atau kegiatannya
menimbulkan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup wajib menang24
23
dan
Rio Declaration on Environment and development, The United Nations Conference on
Environment
and
Development,
Volume 1 Issue 2, December 2016: pp. 119-138. Copyright ©2016 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR
KEDUDUKAN TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAPPENCEMARAN
LINGKUNGAN OLEH KORPORASI:
Kajian Hukum Paradigma Penerapan Asas Pencemar Membayar dalam Penaatan
dan Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia
THE POSITION OF STATE RESPONSIBILITY FOR ENVIRONMENTAL
POLUTION BY CORPORATE:
The Legal Studies of Implementation Paradigm Polluter Pay Principle
and Environmental Law Enforcement in Indonesia
Maret Priyanta
Faculty Of Law Padjadjaran University
JL. Dipati Ukur No. 35, Coblong, Lebakgede, Coblong, Bandung, West Java, 40132, Indonesia
Telp./Fax: +62-22-4220696 Email: maret.priyanta@unpad.ac.id
Submitted: Nov 24, 2016; Reviewed: Dec 19, 2016; Accepted: Dec 20, 2016
Abstrak
Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dalam upaya mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Pemanfaatan
sumberdaya alam melalui kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh korporasi, menjadi
salah satu faktor penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Salah
satu dampak kegiatan pembangunan terhadap lingkungan adalah pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh korporasi yang menyebabkan penurunan kualitas kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Paradigma terhadap penerapan asas pencemar
membayar serta kedudukan tanggung jawab negara terhadap pencemaran yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya oleh korporasi masih menuai perbedaan
pandangan. Hal tersebut dapat dilihat dari praktek penerapan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan (TJSL), yang dianggap oleh sebagian korporasi telah menghapus perbuatan melawan hukum korporasi. Dalam hal terjadinya pencemaran, ada kalanya
korporasi tidak mampu menanggung seluruh kerugian yang diakibatkannya kepada
masyarakat termasuk pemulihan. Berkenaan dengan hal tersebut adakalanya pemerintah terpaksa mengalokasikan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), untuk
mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan yang semula disebabkan oleh kegiatan usaha yang dilakukan korporasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan permasalahan dari aspek ilmu
hukum baik dari sudut ajaran atau teori hukum maupun hukum dalam arti peraturan
perundang-undangan berkenaan dengan kedudukan tanggung jawab Negara dan korporasi terhadap pencemaran lingkungan dalam sistem hukum lingkungan Indonesia.Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, pendekatan konseptual
dan pendekatan analitis. Ruang lingkup penelitian yuridis normatif ini mencakup penelitian terhadap asas-asas dan teori hukum. Pada akhirnya, penelitian ini menggambarkan hal-hal mendasar serta lebih menekankan pada konsep perubahan paradigma sebagai dasar untuk evaluasi peraturan perundang-undangan kedepan.
Perubahan paradigm terhadap pelaksanaan serta penafsiran prinsip pencemar
membayar harus sesuaikan dengan mengacu pada ajaran atau teori hukum lingkungan.
□ 119
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Hal mendasar yang perlu diatur lebih lanjut adalah kedudukan tanggung jawab negara
terhadap pencemaran yang dilakukan korporasi, manakala korporasi tidak mampu menanggung seluruh biaya ganti rugi kepada masyarakat serta tanggung jawab dalam
pemulihan lingkungan. Pada prinsipnya kedudukan tanggung jawab negara terhadap
pencemaran yang dilakukan korporasi di Indonesia harus dapat diperbarui baik landasan pemikiran termasuk pengaturannya. Bentuk tanggung jawab sosial maupun lingkungan korporasi harus lebih diarahkan pada pemulihan dampak pencemaran akibat
langsung kegiatan usaha yang dilakukan serta bukan dalam bentuk kegiatan lain yang
tidak terlalu memiliki kaitan dengan upaya-upaya perlindungan fungsi lingkungan.
Kata Kunci: Korporasi, Lingkungan, Paradigma, Pencemaran, Tanggung Jawab
Abstract
National development is one of the efforts undertaken by the Indonesian government in
efforts to achieve a justice and prosperous society. Management of natural resources
through the business activities by the corporation, became one of the important factors
in the success of national development. One of the impacts of development activities on
the environment is the pollution to the environment by the corporation that caused a
decrease in the quality of human life and other living creatures. Paradigm through the
application of the polluter pays principle and the positionof the state's responsibility to
contamination that can not be accounted for entirely by corporation still different persperctive. It can be seen from the practice of application of the Social and Environmental
Responsibility (TJSL), which is considered by most corporations have diclaim tort. In
terms of pollution, there are times when corporations are not able to bear all the losses
they cause to society, including the recovery. In this situation there are times when the
government was forced to allocate national budget, to overcome the problems of environmental pollution caused by business activities previously carried corporation.
This study aimed to describe the problem from the aspect of legal science from the
standpoint of legal theory or doctrine or law within the meaning of the legislation with
regard to the position of State responsibility and corporate environmental pollution in
the Indonesian legal system environment. This study uses normative juridical approach,
conceptual approach and an analytical approach. The scope of this normative juridical
research includes the study of the principles and theory of law. Ultimately, this study
illustrates the basics as well as more emphasis on the concept of a paradigm change as
a basis for the evaluation of future legislation.
A paradigm shift toward the implementation and interpretation of the polluter
pays principle must be adjusted with reference to the doctrine or theory of environmental law. The basic thing that needs to be regulated more notch responsibility of the state
to discredit the corporation, when corporations are not able to bear the entire cost of
compensation to the community and responsibility in environmental recovery. In principle, the position of the state's responsibility to discredit the corporation in Indonesia
should be updated either on premise including settings. Social responsibility and corporate environment should be directed at reducing the impacts of pollution due to business
activities conducted directly and not in the form of other activities that are not so linked
to efforts to protect the environment functions.
Keywords: Corporate, Environment, Liability, Paradigm, Pollution
□ 120
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
oleh setiap orang, baik individu maupun
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional merupakan
korporasi, namun besaran dampak pence-
salah satu upaya yang dilakukan oleh ne-
maran yang ditimbulkan oleh kegiatan
gara Indonesia dalam rangka mewu-
korporasi cenderung berpotensi untuk
judkan tujuan negara sebagaimana diatur
menyebabkan terjadinya pencemaran yang
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
berdampak besar dan penting bagi manu-
1945). Mewujudkan masyarakat adil dan
sia dan makhluk hidup lainnya mengingat
makmur merupakan cita-cita yang luhur
kemampuan sumber daya sebuah kor-
sebagai sebuah bangsa sebagaimana kein-
porasi baik dari segi teknologi, sumber
ginan para pendiri negara Indonesia. 1 Dis-
daya manusia dan modal.
adari bahwa pembangunan ekonomi na-
Sejak awal pengaturan lingkungan
sional sebagaimana diamanatkan oleh
di Indonesia pada tahun 1982 hingga pen-
UUD 1945 diselenggarakan berdasarkan
gaturan dalam Undang-Undang Nomor 32
prinsip pembangunan berkelanjutan dan
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
berwawasan lingkungan. Lingkungan dan
Pengelolaan
unsur-unsur di dalamnya sebagai sebuah
(UUPPLH), pencemaran lingkungan dide-
sumberdaya
yang
finisikan sebagai sebuah kondisi masuk
penting sebagai modal pembangunan na-
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
sional.
energi, dan/atau komponen lain ke dalam
memiliki
peranan
Lingkungan
Hidup
Pembangunan memerlukan berbagai
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sumberdaya sebagai modal dalam pem-
sehingga melampaui baku mutu ling-
bangunan. Pemanfaatan sumberdaya un-
kungan hidup yang telah ditetapkan. 2
tuk kepentingan pembangunan berpotensi
Dalam definisi ini terdapat sebuah unsur
menyebabkan pencemaran dan atau peru-
yang penting dalam mengidentifikasi se-
sakan terhadap lingkungan sehingga pe-
buah
merintah perlu mengatur norma-norma
berupa baku mutu pencemaran yang di-
hukum
lampaui oleh kegiatan usaha serta dijadi-
melalui
undangan
peraturan
salah
satu
yaituadanya
batas
upaya
kan dasar atau unsur perbuatan melawan
pencegahan. Pencemaran terhadap ling-
hukum yang akibatnya diatur UUPPLH.
kungan pada prinsipnya dapat dilakukan
Baku mutu merupakan ukuran batas atau
1
sebagai
perundang-
pencemaran
Bandingkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
2
Bandingkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
□ 121
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
kungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 ten-
komponen yang ada atau harus ada
tang baku mutu air limbah serta peraturan
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
menteri lainnya berdasarkan UUPPLH
keberadaannya dalam suatu sumber daya
meliputi Kesatu, baku mutu air limbah,
tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Kedua, baku mutu air laut, Ketiga, baku
Pencemaran lingkungan dalam arti
mutu udara ambien, Keempat, baku mutu
luas merupakan pencemaran dimana ter-
emisi, Kelima, baku mutu gangguan; dan
dapat unsur-unsur dalam lingkungan ter-
Keenam, baku mutu lain sesuai dengan
masuk interaksi dalam pandangan sebuah
perkembangan ilmu pengetahuan dan
ekosistem. Dari pemahaman tersebut se-
teknologi.
cara implementatif bahwa pencemaran
Berdasarkan UUPPLH, setiap orang
berpotensi dapat terjadi disemua media
dilarang melakukan perbuatan yang me-
lingkungan dan unsur-unsurnya. Pemerin-
ngakibatkan pencemaran dan/atau perusa-
tah telah menetapkan peraturan perun-
kan lingkungan hidup. Dalam kaitannya
dang-undangan berkenaan dengan pence-
dengan hal tersebut, harus dapat dimaknai
maran dalam berbagai aspek terkait den-
orang sebagai subyek hukum dapat ber-
gan lingkungan. Adapun beberapa pera-
tindak atas nama individu (perseorangan)
turan yang telah ditetapkan antara lain:
dan orang dalam sebuah korporasi dalam
Kesatu, Peraturan Pemerintah Republik
hubungannya
Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 Tentang
subyek hukum. Hal ini menjadi penting
Pengendalian Pencemaran dan/atau Peru-
mengingat pada prinsipnya kecil kemung-
sakan Laut, Kedua, Peraturan Pemerintah
kinan orang dalam arti individu dapat
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
mencemari lingkungan dengan melebih
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
baku mutu.
badan
hukum
sebagai
Salah satu asas terkait pencemaran
Udara Ketiga, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
dalam
pengelolaan
dan
perlindungan
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
hidup
sebagaimana
Pengendalian Pencemaran Air.
UUPPLH adalah asas pencemar mem-
dimaksud
dalam
Dalam rangka mendukung serta
bayar. Asas tersebut didefinisikan bahwa
memberikan panduan secara teknis terkait
setiap penanggung jawab yang usaha
batas baku mutu yang tidak boleh dilam-
dan/atau
paui, ditetapkan Peraturan Menteri Ling-
pencemaran dan/atau kerusakan lingkun-
kegiatannya
menimbulkan
□ 122
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
gan hidup wajib menanggung biaya pemu-
berlangsung lama, dimana masyarakat
lihan
kembali
lingkungan.
Dalam
perspektif
kepada
kebiasaannya
untuk
UUPPLH, pencemaran cenderung dituju-
menggunakan plastik dalam keseharian-
kan bagi penanggung jawab usaha dan
nya.
atau kegiatan serta seolah-olah menge-
Pencemaran lingkungan yang me-
sampingkan pence-maran yang dilakukan
lampaui baku mutu cenderung dilakukan
oleh individu. Asumsi ini didasarkan
oleh korporasi karena kegiatan usaha yang
bahwa sedikit sekali kegiatan yang dila-
dilakukan oleh korporasi didukung modal,
kukan oleh orang perseorangan yang da-
sarana prasarana, infrastruktur, peralatan
pat
serta teknologi tinggi. Di Jawa Barat, sa-
menyebabkan
pencemaran
yang
melampaui Baku mutu lingkungan.
Dalam
perkembangannya
lah satu kasus yang cukup menarik perhasecara
tian adalah pencemaran sungai yang terja-
luas, asas pencemaran membayar juga di-
di di Rancaekek yang diduga disebabkan
jadikan dasar untuk membebankan indi-
oleh limbah usaha tektil. Dalam perkem-
vidu melalui kebijakan pemerintah untuk
bangannya, kasus ini menuju pada sebuah
membebankan biaya plastik pada kon-
konflik sosial di masyarakat dimana dam-
sumen. Berdasarkan Surat Edaran Kemen-
pak pencemaran tersebut mengakibatkan
terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
rusaknya lahan pertanian dan pencemaran
Nomor S.1230/PSLB3-PS /2016 tentang
air bagi warga sekitar seluas 415 hektare.
Harga dan Mekanisme Penerapan Kan-
Namun, di sisi lainnya di salah satu pabrik
tong Plastik Berbaya. Disepakati kantong
tekstil tersebut terdapat 40 ribu pegawai
plastik berbayar. 3Namun permasalahan
yang berasal dari warga sekitar. Hal ini
kebijakan tersebut bukan pada biaya yang
menunjukan konflik antara kepentingan
dibebankan kepada konsumen, namundia-
ekonomi dan lingkungan. 4
lokasikan untuk kegiatan apadana yang
Baku mutu pencemaran merupakan
dikeluarkan konsumen untuk pembelian
hal yang penting dalam menentukan suatu
plastik dikumpulkan dan digunakan untuk
kondisi tercemar, namun memerlukan
pemulihan atau perlindungan lingkungan.
penbuktian salah satunya melalui uji labo-
Kebijakan ini pada pelaksanaannya tidak
ratorium. Dalam kasus yang terjadi di
3
Republika, Perbaiki Aturan Kantong Plastik
Berbayar
dalam
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini
-koran/16/03/05/o3k4la1-perbaiki-aturankantong-plastik-berbayar.
4
Lihat Ecep Sukirman, Pikiran Rakyat, Kasus
Pencemaran Lingkungan di Rancaekek Picu
Konflik Sosial, dalam http://www.pikiranrakyat.com/bandung-raya.
□ 123
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Rancaekek,
BPLHD
Jawa
Barat
bekerjasama dengan beberapa Lembaga/
kondisi yang pasti untuk menyatakan
pencemaran telah melampaui Baku mutu.
Universitas melakukan berbagai upaya
Kasus lumpur lapindo merupakan
untuk menyelesaikan masalah tersebut
salah satu kasus lingkungan yang menyita
diantaranya mengadakan penelitian dan
perhatian secara nasional. Kasus yang
pengkajian. Hasil beberapa penelitian
diawali
yang telah dilaksanakan terkait Pencema-
akhirnya dinyatakan sebagai bencana.
ran di Rancaekek, antara lain: Kesatu, Ba-
Dalam rangka mengupayakan penye-
lai Besar Selulosa (Juni, 1997), dengan
lesaian kasus lapindo pemerintah me-
kesimpulan kualitas air limbah PT. Kaha-
netapkan Peraturan Presiden No. 14 Ta-
tex, PT. Insan Sandang dan PT. Five Star
hun 2007 Tentang Badan Penanggulangan
melebihi baku mutu, Kedua, Fakultas Per-
Lumpur Sidoarjo. Kasus lapindo menjadi
tanian UNPAD (Oktober 1999) dengan
salahsatu kasus wujud penerapanasas
kesimpulan terdapat serapan logam berat
tanggung jawab Negara 5 dalam perlindu-
pada akar, jerami, dan bulir padi dengan
ngan dan pengelolaan lingkungan hidup.
serapan terbesar pada akar, Ketiga, Dinas
Negara bahkan menganggarkan Rp 9,53
Kesehatan Propinsi Jawa Barat (Tahun
triliun ditambah Rp 781 miliar, atau total-
1999) dengan kesimpulan terjadi lonjakan
nya Rp 10,311 triliun,sedangkan manaje-
kasus “dermatitis” (penyakit eksim) terha-
men Lapindo l menyatakan perusahaannya
dap masyarakat Rancaekek akibat kontak
telah mengeluarkan dana sekitar Rp 3,8
fisik dengan air yang tercemar limbah,
triliun. Dana itu digunakan sebagai kom-
Keempat, Balai Besar Penelitian dan Pen-
pensasi kepada masyarakat yang terkena
gembangan Industri Tekstil /BBT (No-
dampak semburan lumpur ini serta masih
vember 2001) dengan kesimpulan IPAL
ada sisa Rp 781 miliar yang belum di-
PT. Kahatex, PT. Insan Sandang dan PT.
bayarkan manajemen kepada masyarakat,
Five Stars belum optimal sehingga air
atau mencapai 20 persen. 6
kegiatan
pengeboran
pada
limbah yang dibuang ke sungai Cikijing
Dalam Evaluasi 10 Tahun Kasus
masih belum memenuhi Baku Mutu. Hasil
Lapindo, masih banyak permasalahan se-
uji labortorium yang berbeda memunculkan perdebatan sehingga sulit dalam
pembuktian
dalam
memastikan
suatu
5
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6
Tempo, Kasus Lapindo, Duit Negara Rp. 10
T,
Ical
3.8
T
dalam
http://m.tempo.co/read/news/2014
□ 124
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
bagai dampak kasus Lapindo yang masih
di bidang dan/atau berkaitan dengan sum-
dirasakan hingga saat ini. Jimly Assidiqie
berdaya
menyatakan bahwa Negara tidak boleh
Undang.
menang sendiri dan rakyat tidak boleh
sosial dan lingkungan tersebut dimaksud-
menjadi korban. Peraturan pertambangan
kan untuk: Kesatu, meningkatkan kesada-
sangat terbuka direvisi, dimana terkait lo-
ran Perseroan terhadap pelaksanaan tang-
kasi pengeboran dan jarak aman dengan
gung jawab sosial dan lingkungan di In-
permukiman penduduk untuk menghindari
donesia, Kedua, memenuhi perkembangan
jatuhnya korban. Sebab, pada akhirnya,
kebutuhan
inti pembangunan negara adalah masyara-
mengenai tanggung jawab social dan ling-
kat, Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam
kungan; dan Ketiga, menguatkan penga-
kasus semburan lumpur panas Lapindo di
turan tanggung jawab sosial dan lingkun-
Sidoarjo, hukum belum terintegrasi den-
gan yang telah diatur dalam berbagai pera-
gan baik sehingga justru berpotensi mela-
turan perundang-undangan sesuai dengan
hirkan konflik. Oleh karena itu, penyele-
bidang kegiatan usaha Perseroan yang
saian masalah tidak bisa dilakukan berda-
bersangkutan.
alamberdasarkan
Pengaturan
hukum
Undang-
tanggung
dalam
jawab
masyarakat
sarkan hukum semata. Apalagi secara hu-
Berdasarkan Pedoman Corporate
kum, tanggung jawab perusahaan sangat
Social Respnsibility(CSR) Bidang ling-
terbatas. 7
kungandinyatakan beberapa bentuk pen-
Salah satu paradigma yang berkem-
erapan konsep TJSL bagi kegiatan usaha,
bang dikalangan usaha terkait tanggung
Kesatu, Cleaner Production (Produksi
jawab kegiatan usaha adalah tanggung
Bersih), Kedua, Eco Office (Kantor
jawab sosial dan lingkungan sebagaimana
Ramah Lingkungan), Ketiga, Konservasi
diatur dalam Peraturan Pemerintah Repub-
Energi Dan Sumber Daya Alam, Keempat,
lik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Ten-
Pengelolaan Sampah Melalui 3R, Kelima,
tang Tanggung Jawab Sosial Dan Ling-
Renewable Energy (energi terbarukan),
kungan Perseroan Terbatas (TJSL). Pada
Keenam, Adaptasi Perubahan Iklim, dan
prinsipnya TJSL diwajibkan bagi Perse-
Ketujuh, Pendidikan Lingkungan Hidup.
roan yang menjalankan kegiatan usahanya
Apabila dikaji, terdapat paradigma dan
pandangan bahwa bentuk-tanggung jawab
7
Lihat Kompas, Evaluasi, 10 Tahun Kasus
Lapindo, dalam
http://regional.kompas.com/read/2016/04/26/
15050011/Evaluasi.10.Tahun.Kasus.Lapindo.
yang dirumuskan dalam pedoman tersebut
cenderung
menggangap
tidak
terjadi
□ 125
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
pencemaran dalam kegiatan yang di-
sistematika hukum. Penelitian ini meru-
jalankan karena bentuk kegiatan CSR ti-
pakan penelitian deskriptif. Objek peneli-
dak berorientasi langsung pada upaya
tian hukum normatif ini berupa bahan hu-
mengurangi
dampak
kum yang bersifat kualitatif yaitu baik ba-
pencemaran yang telah terjadi meskipun
han hukum primer (peraturan perundang-
berdasarkan UUPPLH unsur melampaui
undangan) dan bahan hukum sekunder
baku mutu belum terpenuhi. 8
(bahan pustaka). Terhadap data penelitian,
atau
pemulihan
Berdasarkan latar belakang diatas
baik data sekunder maupun data primer,
dapat dirumukan beberapa identifikasi
dilakukan analisis yang bersifat yuridis
masalah yaitu, Kesatu, bagaimanakah
kualitatif dengan menggunakan metode
kedudukan tanggung jawab negara terha-
penafsiran hukum, terutama penafsiran
dap pencemaran yang dilakukan oleh kor-
gramatikal, penafsiran sejarah, dan penaf-
porasi. Kedua, Bagaimanakah Perubahan
siran sistematis.
Paradigma dalam Penerapan Asas Pencemar Membayar dalam Penegakan Hukum
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia merupakan sebuah Negara
Lingkungan di Indonesia ke Depan.
yang merdeka dan berdaulat, Pasal 1 ayat
METODE PENELITIAN
(3) UUD 1945 menyatakan secara tegas
Penelitian ini menggunakan pende-
bahwa Indonesia merupakan Negara hu-
katan yuridis normatif, melalui metode
kum, sehingga sudah menjadi sebuah ke-
pendekatan perundang-undangan, pende-
harusan konsep kedaulatan hukum harus
katan konseptual dan pendekatan analitis.
menjadi sebuah paradigma (kerangka ber-
Ruang lingkup penelitian yuridis normatif
pikir atau cara pandang) 9dalam pemben-
ini mencakup penelitian terhadap asas-
tukan hukum di Indonesiatermasuk pera-
asas hukum, penelitian terhadap inventari-
turan
sasi hukum positif dan penelitian terhadap
dalam pandangan Thomas Kuhn 10 meru-
perundang-undangan.
Paradigma
pakan sebuah “… Constellation of Group
8
Pedoman CSR Bidang lingkungan dipublikasikan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup Tahun 2011, dalam pedoman ini
dipisahkan secara tegas istilah Community
Development, Corporate Social Responsibility dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Penulis memaknaik ketiga istilah tersebut sebagai tanggung jawab korporasi terhadap sosial (masyarakat) dan Lingkungan
(mempertahankan daya tampung, daya dukung dan daya lenting).
Commitments. Pandangan ini pada intinya
9
Arti Kata dalam
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ind
ex.php
10
Kuhn, Thomas S, The Structure of Scientific
Revolutions, Second Edition, Enlarged, Volumes I and II, Foundations Of The Unity Of
Science Volume II, Number 2, hlm. 181
□ 126
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
menyatakan bahwa sebuah Cara pandang
dengan pemikiran pakar-pakar hukum as-
serta komitmen yang ada dalam masyara-
ing. 13
kat memegang peranan penting dalam
E.M Meyer dan Leon Duguit me-
menentukan arah suatu pemahaman ma-
nyatakan, bahwa hukum merupakan atu-
syarakat, termasuk pandangannya terha-
ran yang ditujukan kepada tingkah laku
dap hukum dan permasalahan lingkungan.
manusia dalam masyarakat 14 Perilaku ma-
Kedaulatan hukum nasional menjadi
nusia sangat dipengaruhi oleh lingkun-
faktor penting dalam pembentukan hukum
gannya serta merupakan tanggapan atau
di Indonesia, salah satu pendekatan yang
reaksi seseorang (individu) terhadap rang-
harus dilakukan adalah melalui pengem-
sanganatau lingkungan sekitarnya. Skiner
bangan konsep pemikiran para ahli atau
menyatakan bahwa perilaku merupakan
ilmuan hukum Indonesia. Hal ini menjadi
respon atau reaksi seseorang terhadap sti-
penting karena lemahnya apresiasi para
mulus dari luar, sehingga perilaku yang
cendekiawan hukum terhadap pemikiran
dilakukan manusia merupakan tindakan
tokoh hukum bangsa Indonesia sendiri
atau aktifitas manusia itu sendiri yang
serta cenderung mengedepankan pemiki-
mempunyai bentangan yang sangat luas.
ran tokoh hukum asing. 11Sejalan dengan
Lebih lanjut Bohar Soeharto mengatakan
pandangan tersebut Sunaryati Hartono
perilaku adalah hasil proses belajar men-
menyatakan bahwa pengembangan ilmu
gajar yang terjadi akibat dari interaksi di-
hukum nasional harus didasarkan wawa-
rinya dengan lingkungan sekitarnya yang
san nusantara dan wawasan kebang-
diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman
saan, 12sehingga perkembangan ilmu hu-
pribadi. 15
kum nasional harus diupayakan berdasar-
Perilaku bangsa Indonesia saat ini
kan pemikiran-pemikiran yang dikem-
terbentuk, salah satunya melalui pengala-
bangkan oleh pakar-pakar hukum Indone-
man-pengalaman individunya yang pada
sia sendiri, baru kemudian dilengkapi
masa lalu memiliki kesamaan nasib seba-
11
Shidarta dan Myrna A. Safitri, Prawacana:
Eksistensi dan Implikasi Sebuah Teori Tentang Hukum dalam Sidharta (ed), Mochtar
Kusuma-Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan: Eksistensi dan Implikasi, Episteme
Institute dan Huma, Jakarta: 2012., hlm.3
12
Lihat juga Amiruddin A. Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Kawasan Pesisir:
Harmonisasi dalam Pembangunan Berkelanjutan,
Logoz
Publishing,
Bandung:
2014.hlm.24.
13
Sunaryati Hartono,Politik Hukum Menuju
Satu Sistem Hukum Nasional, PT Alumni
Bandung: 1991, hlm. 55.
14
C.T.S Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan
Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, 1989, ,
hlm.36.
15
Bandingkan, Yayat Suharyat, Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Perilaku Manusia,
REGION Volume I. No. 3, September 2009,
hlm. 15.
□ 127
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
gai bangsa yang mengalami penjajahan
lingkungan harus juga memperhatikan
atau masa kolonial. Pengalaman tersebut
aspek non-hukum. Hal tersebut menunju-
secara tidak langsung mempengaruhi ka-
kan bahwa dalam mendekati setiap per-
rakteristik bangsa Indonesia serta para-
masalahan lingkungan sebaiknya mem-
digma masyarakat terhadap berbagai ma-
perhatikan hal-hal antara lain: 17
cam hal termasuk Cara pandang terhadap
hukum serta pelaksanaannya.Idealnya dalam pembentukan sebuah hukum di Indonesia mempertimbangkan faktor manusia
sebagai pihak yang akan menjalankan sekaligus terkena dampak dari sebuah aturan
yang disusun dan ditetapkan.
Karateristik bangsa Indonesia harus
menjadi pertimbangan utama dalam me-
Kesatu, pandangan holisme sebagai
pandangan
yang
lingkungan,
utuh
mengingat
terhadap
bahwa semua
komponen kehidupan saling berinteraksi
satu
dengan
yang
lain,
saling
mempengaruhi dan saling terkait. M.
Daud Silalahi menyatakannya sebagai
pendekatan ekosistem atau pendekatan
holistik 18,
mandang suatu permasalahan termasuk
Kedua, pandangan hukum mininum,
bagaimana penerapan-penerapan prinsipprinsip yang berlaku secara umum, namun
tetap dalam cara pandang bangsa Indonesia memandang lingkungannya dalam
konsepsi wawasan nusantara. 16 Karakteristik bangsa tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap permasalahan lingkungan
serta efektifitas dalam penegakan hukum
di Indonesia.
Permasalah lingkungan tidak sepe-
bahwa nilai, hasil atau kualitas suatu
sistem
ditentukan
oleh
faktor
pendukungnya dalam keadaan minimum,
sehingga
hukum
minimum
dapat
ditentukan permasalahan lingkungan yang
terpenting untuk menentukan hal yang
menjadi prioritasnya, Pandangan ini terkait pentingnya sebuah baku mutu sebagai
batas kemampuna daya tampung, daya
dukung dan daya lenting lingkungan
Ketiga,
nuhnya bersumber dari permasalahan hu-
etika
merupakan
melandasari pembentukan undang-undang
sebagai petunjuk atau
di bidang lingkungan. Sehubungan dengan
praktis manusia dalam mengusahakan
17
18
16
Amuruddin A. Dajaan Imami, Loc.Cit.
moral
yang
kum, namun juga didasari ilmu yang
hal tersebut pendekatan permasalahan
prinsip
lingkungan
lingkungan
arah perilaku
Idem, hlm.15-16
M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam
Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Alumni, 2001, hlm.2
□ 128
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
terwujudnya moral lingkungan. Dalam
inventarisasi dan klasifikasi habitat, data
etika
dasar
lingkungan
mengimbangi
terhadap
kita
hak
tidak
dengan
lingkungan,
saja
kewajiban
tetapi
etika
spesies,
mengganggu
dinamika
rejim
yang
serta
kajian
populasi.
Kelima,pemantauan,
dimana
pengelola
lingkungan juga membatasi tingkah laku
lingkungan
untuk mengendalikan berbagai kegiatan
tindakan yang dilakukan agar sebuah ke-
agar tetap berada dalam batas kelentingan
berhasilan dan atau kegagalan dapat
lingkungan.
diukur. Keenam, pengelolaan adaptif,
Lingkungan sebagai sebuah ekosis-
dimana
harus
mencatat
memperlakukan
segala
pengelolaan
tem menunjukan keterkaitan antara unusr-
sebagai proses belajar, serta mendorong
unsur dalam lingkungan.Dalam kaitannya
penyesuaian yang terus menerus. Ketujuh,
dengan
ekosistem,
kerjasama antar lembaga, dalam rangka
pandangan
meningkatkan
pengelolaan
Grumbine 19
memberikan
kapasitas
pengelolaan.
mengenai sepuluh tema utama terkait
Kedelapan, perubahan organisasi, dalam
ekosistem sebagai identifikasi prinsip-
penerapan
prinsip
perubahan dalam struktur dan proses yang
ekologi
dalam
pengelolaan
pendekatan
ekosistem, antara lain: Kesatu, konteks
digunakan
yang hirarki, dalam tema ini dinyatakan
lingkungan dan sumberdaya harus selalu
bahwa
pengelolaan
ada. Kesembilan, manusia sebagai bagian
ekosistem perhatian harus juga diberikan
tak terpisahkan dari alam, bahwa manusia
hubungan setiap tingkatan keragaman
adalah bagian dari alam, bukan sesuatu
yang disebut perspektif sistem. Kedua,
yang tersendiri, dan Kesepuluh, nilai,
batas-batas
bahwa
dalam
konteks
ekologi,
yang
menuntut
oleh
ekosistem,
lembaga
pendekatan
pengelola
ekosistem
harus
perhatian pada unit-unit bio-fisik dan
menerima bahwa baik pengetahuan lokal
ekologi daripada batas administratif dan
maupun
politis. Ketiga, keterpaduan ekologi yang
kemanusiaan harus disertakan.
menuntut
intergrasi
dalam
memelihara
keragaman.
pengumpulan
data,
19
dalam
upaya
Keempat,
rangka
Bandingkan Bruce Mitchell, B. Setiawan,
dan Dwita Hadi Rahmi, Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan, Gadjah Mada
University Press, Cetakan Kedua, 2003,
hlm.9.
ilmiah,
Pada
lingkungan,
serta
prinsipnya
unsur-unsur
nilai-nilai
dalam
yang
definisi
saling
berinteraksi membentuk sumberdaya yang
meliputi sumber daya alamiah dan buatan.
Sumberdaya
alam
merupakan
sumberdaya
yang
terbentuk
suatu
karena
□ 129
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
Perlindungan
kekuatan alamiah, misalnya tanah, air dan
dan
pengelolaan
ruang
lingkungan pada prinsipnya menjadi tang-
mineral, tentang alam (landscape), panas
gung jawab Negara. Konsep tanggung ja-
bumi dan gas bumi, angin, pasang
wab Negara dalam perkembangan perma-
surut/arus laut. Lebih lanjut dinyatakan
salahan lingkungan global, disepakati da-
bahwa
lam
perairan,
biotisme
sumberdaya
udara
alam
dan
yang
ada
Deklarasi
Rio
1992
menya-
merupakan unsur dari lingkungan yang
takan: 21“States have, in accordance with
mendukung kehidupan dimuka bumi.
the Charter of the United Nations and the
Amiruddin Ahmad Dajaan Imami berpan-
principles of international law, the sove-
dangan bahwa lingkungan Indonesia ada-
reign right to exploit their own resources
lah ruang, tempat Negara Republik Indo-
pursuant to their own environmental and
nesia melaksanakan kedaulatan, hak ber-
developmental policies, and the responsi-
daulat serta yurisdiksinya yang diatur da-
bility to ensure that activities within their
lam undang-undang tentang lingkungan.
jurisdiction or control do not cause dam-
Dalam kaitannya dengan peraturan perun-
age to the environment of other States or
dang-undangan terkait lingkungan melipu-
of areas beyond the limits of national ju-
ti: Kesatu, Sumberdaya manusia, memuat
risdiction. Prinsip tersebut menegaskan
ketentuan peraturan perundang-undangan
bahwa negara berdasarkan Piagam PBB
tentang kependudukan, kemasyarakatan,
dan prinsip-prinsip internasional mempu-
badan usaha dan Pemerintahan, Kedua,
nyai hak berdaulat dan bukan kedaula-
Sumberdaya Budaya, memuat ketentuan
tan. 22
peraturan perundang-undangan tentang
Berdasarkan UUPPLH, asas tang-
sistem perencanaan pembangunan, renca-
gung jawab negara diatur dalam Pasal 2
na tata ruang, Ketiga, Sumberdaya Alam,
huruf a. Pemaknaan asas ini dalam
memuat ketentuan peraturan perundang-
UUPPLH adalah kewajiban negara, Kesa-
undangan tentang Sumberdaya alam dan
tu, negara menjamin pemanfaatan sumber
ekosistemnya, sumberdaya hutan, sum-
daya alam akan memberikan manfaat
berdaya tanah, sumberdaya air, dan sumberdaya mineral dan migas. 20
20
Amiruddin A. Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Pesisir: Harmonisasi dalam
Pembangunan Berkelanjutan. Bandung: Logoz Publishing, 2014, hlm 27.
21
Pasal 2 United Nations Conference on Environment and Development (UNCED), dalam
www.un.org/geninfo/bp/enviro.html
22
Bandingkan dengan Huala Adolf, AspekAspek Negara dalam Hukum Internasional,
Edisi Revisi, Cetakan Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm 305.
□ 130
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 2, December 2016
yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
kannya kegiatan pemanfaatan sumber
“National authorities should endeavour to promote the internalization
of environmental costs and the use of
economic instruments, taking into account the approach that the polluter
should, in principle, bear the cost of
pollution, with due regard to the public
interest and without distorting international trade and investment”. 24
Pada dasarnya prinsip yang disepa-
daya alam yang menimbulkan pencemaran
kati mendorong negara-negara untuk da-
dan/atau kerusakan lingkungan hidup. 23
pat mendukung dan merumuskan pengatu-
Implemantasi asas ini tidak secara tegas
ran serta menerapkan asas pencemar
diatur dalam norma dalam UUPPLH se-
membayar dengan tetap mempertimbang-
hingga dapat dipandang pemaknaan asas
kan kepentingan masyarakat. Dalam pe-
ini dapat ditafsirnya secara luas.
mahaman ini, peran serta tanggung jawab
dan mutu hidup rakyat, baik generasi
masa kini maupun generasi masa depan.
Kedua, negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Ketiga, negara mencegah dilaku-
Pencemaran terhadap lingkungan
pada prinsipnya dapat dilakukan oleh seluruh unsur-unsur dalam lingkungan termasuk manusai dan makhluk hidup lainnya. Dalam kaitan pencemaran dengan
Negara menjadi penting untuk dapat menegaskan secara tegas mengenai kedudukan serta mengatur penerapan asas tersebut menjadi sistem hukum nasionalnya
yang mengikat secara luas.
Asas pencemar membayar meru-
kegiatan atau aktivitas manusia, berkembang pemahaman dalam kaitaanya dengan
tanggung jawab yaitu asas pencemar
membayar
Dalam
(Polluter
pays
perkembangannya,
Principle).
asas
ini
disepakati sebagai sebuah prinsip yang
mengikat secara moral (soft law) oleh
masyarakat internasional dalam Rio Declaration on Environment and Development
(Earth Summit) 1992. Dalam Prinsip ke16 disepakati bahwa:
pakan salah satu asas dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan di Indonesia
berdasarkan Pasal 2 huruf j UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan
Penjelasan Pasal 2 huruf a Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan
Ling-
kungan Hidup. Asas pencemar membayar
dimaknai
dimana
setiap
penanggung
jawab yang usaha dan/atau kegiatannya
menimbulkan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup wajib menang24
23
dan
Rio Declaration on Environment and development, The United Nations Conference on
Environment
and
Development,