Tugas AKhir FIX Anang bu

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING IKAN KERING

(BAGIAN STATIS)

PROYEK AKHIR

Oleh:

Anang Darun Naja 151903101026

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING IKAN KERING

(BAGIAN STATIS)

PROYEK AKHIR

Oleh:

Anang Darun Naja 151903101026

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING IKAN KERING (BAGIAN STATIS) PROYEK AKHIR

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Teknik Mesin (DIII)

dan mencapai gelar akhir Ahli Madya

Oleh:

Anang Darun Naja 151903101026

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2018

PERSEMBAHAN

Laporan Proyek Akhir ini saya persembahkan untuk :

1. Orang tua saya Bapak H. Sholehan dan Ibu Hj. Siti Farida, terimakasih atas pengorbanan, doa, dukungan, kasih sayang, nasehat, dan air mata yang menetes dalam setiap setiap untaian doa yang senantiasa mengiringi setap langkah bagi perjuangan dan keberhasilan penulis;

2. Saudara dan kerabat dekat, terimakasih atas bantuan, motivasi, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis;

3. Guru yang telah mangajarkan saya di TK Dharma Wanita, SDN 1 Puger, SMPN 1 Puger, SMAN 1 Kencong, serta Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember. Terimakasih atas ilmu dan didikan yang telah diberikan kepada penulis;

4. Teman dan sahabat dari masa sekolah saya yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasi kepada penulis;

5. Teman-teman saya di Fakultas Teknik Universitas Jember, khususnya DIII Teknik Mesin angkatan 2015, yang memberikan pengalaman hidup yang sangat berharga bagi penulis selama masa perkuliahan;

6. Keluarga besar UKM MAHADIPA yang yang telah memberikan cerita, warna, dan pengalaman hidup yang sangat berharga bagi penulis. MAHADIPA angkatan XII (Ipas, Tlureng, Wetan, Mahok, Bogem, Kliwon, Golem, Akar, Turming, Tek-tek, Enjel, Jongos, Serasah dan Litong) yang sudah sama sama merasakan perjuangan, rasa persuadaraan, penulis kangen kalian;

7. Almamater Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Jember.

MOTTO

“ The more you give, the more you get” -Arief Yahya-

“ Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan

suatu yang melalaikan , perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam- tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan

kamu lihat warnanya kuning. Kemudian menjadi hancur dan diakhirat (nanti) ada

adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya, dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenagan yang menipu ”. (Al- Hadid : 20)

“Apapun kendala yang terjadi jangan lah dijadikan beban melainkan jadikan tantangan. Karena Allah selalu menolong hambanya yang sabar ” “MAHADIPA GET!!!” “MAHADIPA GET!!!” “MAHADIPA GET!!!”

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Anang Darun Naja NIM : 151903101026

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa proyek akhir yang berjudul “Rancang Bangun Mesin Penggiling Ikan Kering ( Bagian Satis )” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, April 2018 Yang menyatakan,

Anang Darun Naja 151903101026

PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING IKAN KERING

(BAGIAN STATIS)

Oleh Anang Darun Naja NIM 151903101026

Pembimbing:

Dosen Pembimbing Utama : Dedi Dwi Laksana, S.T.,M.T Dosen Pembimbing Anggota

: M. Fahrur Rozy H., S.T., M.T

PENGESAHAN

Proyek akhir berjudul “Rancang Bangun Mesin Penggiling Ikan Kering” (Bagian Statis )” telah diuji dan disahkan pada : Hari, tanggal : …………………2018 tempat

: Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin

Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dedi Dwi Laksana, S.T., M.T M. Fahrur RozyH., S.T, M.T NIP. 19691201 199602 1 001

NIP. 19800307 201212 1 003

Penguji

Penguji I Penguji II,

Moch. Edoward R, S.T.,M.T Ahmad Adib R, S.T.,M.T NIP.19870430 201404 1 001

NIP. 19850117 201212 1 001

Mengesahkan, Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember,

Dr. Ir. Entin Hidayah, M.U.M NIP 19661215 199503 2 001

RINGKASAN

Rancang Bangun Bagian Statis Mesin Penggiling Ikan Kering; Anang Darun Naja; 15190310102 6; ….. halaman; Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember.

Adanya ketidaksesuaian antara jumlah produksi ikan yang dihasilkan nelayan daerah Puger kabupaten Jember dibandingkan dengan jumlah kebutuhan konsumsi ikan menyebabkan sebagian ikan laut yang tidak terpakai menjadi tidak segar sehingga nilai jualnya menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan produk ikan laut yang tidak terpakai tersebut terpaksa dipasarkan dalam bentuk ikan yang telah dikeringkan setelah diolah secara konvensional, bahkan yang terlalu lama akan dibuang karena berjamur dan kualitasnya telah menurun. Sbagian kecil masyarakat Puger memanfaatkan gaplekan ikan menjadi tepung ikan, untuk selanjutnya dijual sebagai bahan baku tambahan pembuatan pakan ternak pada perusahaan pengolah pakan ternak.

Untuk meningkatkan efektifitas jumlah tenaga kerja, sehingga mesin mampu ditangani oleh satu orang tenaga kerja saat proses produksi tepung ikan serta mempersingkat proses produksi tepung ikan yang sebelumnya melalui dua kali proses penggilingan merupakan tujuan utama perancangan dan pembuatan mesin penggiling ikan kering. Selain itu diharapkan pada akhirnya mesin ini dapat menekan biaya operasional dan meningkatkan harga jual tepung ikan .

Tahap dalam perancangan dan pembuatan mesin penggiling ikan kering bagian statis diawali dengan studi literatur dan studi lapangan. Kemudian dari permasalahan yang ada di lapangan, dilakukan perancangan untuk menentukan desain mesin yang akan dibuat. Setelah itu dilanjutkan tahap pembuatan dan perakitan mesin untuk menguji kelayakan dan kinerja mesin yang dilakukan proses pengujian.

Dari hasil pehitungan diperoleh data-data spesifikasi mesin penggiing ikan kering bagian statis sebagai berikut :

1. Perencanaan Rangka

2. Perencanaan Sambungan Las

3. Perencanaan Mur dan Baut Dalam proses pengujian mesin penggiling ikan kering bagian statis

diketahui bahwa mesin dapat dioperasikan dengan melibatkan 1 orang tenaga kerja efektif secara baik. Ikan kering menjadi tepung diproses dalam penggilingan berupa berputarnya pisau bagian dinamis yang terdapat pada poros utama. Setelah itu Ikan kering akan tegiling menjadi partikel kecil pada saat pisau bagian dinamis dan statis beradu. Partikel ikan kering akan jatuh kebawah dan berada pada saringan . Setelah itu tepung ikan halus akan lolos pada lubang saringan . Dan tepung ikan yang lolos pada saringan pertama dan kedua itulah yang akan menjadi tepung ikan siap pakai.

Program Studi Diploma III Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember.

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proyek akhir yang berjudul “Rancang

Bangun Mesin Penggiling Ikan Kering (Bagian Statis )”. Laporan proyek akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan diploma tiga (DIII) pada jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember.

Penyusunan proyek akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Entin Hidayah, M.U.M selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember;

2. Bapak Hari Arbiantara, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Jember;

3. Bapak Santoso Mulyadi, S.T., M.T selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam penulisan proyek akhir ini;

4. Bapak Ahmad Adib R, S.T., M.T selaku dosen pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatian dalam penulisan proyek akhir ini;

5. Bapak Hari Arbiantara B, S.T., M.T selaku dosen penguji I yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatian dalam penulisan proyek akhir ini;

6. Bapak Moch Edoward R, S.T., M.T selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatian dalam penulisan proyek akhir ini;

7. Bapak Agus Triono, S.T., M.T selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama kuliah;

8. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember yang telah memberikan ilmu, bimbingan, kritik dan saran kepada penulis;

9. Bapak H. Sholehan dan Ibu Hj. Siti Farida yang telah menjadi orang tua yang sangat baik dalam mendidik, memberi nasehat demi kehidupan penulis 9. Bapak H. Sholehan dan Ibu Hj. Siti Farida yang telah menjadi orang tua yang sangat baik dalam mendidik, memberi nasehat demi kehidupan penulis

10. Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin 2015 terutama DIII Teknik Mesin angkatan 2015 yang telah memberikan pengalaman hidup, serta cerita semasa kuliah;

11. Keluarga besar UKM MAHADIPA yang telah memberikan pengalaman berorganisasi, dan menjadi mahasiswa Pecinta Alam selama kuliah serta MAHADIPA Angakatan XII yang sudah bersama sama dalam suka duka selama diperkuliaan.;

12. Kominitas Filli Nocte,Keluarga Vespa (IPA 3 SMAN 1 Kencong),Pedes Puger, dan Grub Pugeran. Yang selalu mendengarkan keluh kesah, suka, duka dan senang;

13. Semua pihak yang telah membatu; Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan proyek akhir ini. Akhirnya penulis berharap, semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Jember, April 2018

Penulis

Gambar B.1 Perencanaan Momen .............................................................. 52 Gambar D.1 Perencanaan Las ..................................................................... 55 Gambar G.1 Mesing Penggiling Ikan Kering ............................................. 72

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara perairan yang yang sangat luas dengan hasil perikanan berlimpah. Namun demikian masih banyak terdapat beberapa hasil yang tidak terolah, seperti ikan-ikan dengan ukuran kecil ataupun jenis ikan yang kurang disukai untuk dikonsumsi ataupun diekspor. Dari bahan-bahan tersebut sebenarnya, masih ada peluang usaha yang dapat dikembangkan, yaitu pemanfaatan ikan untuk bahan baku pembuatan tepung

a. akan menyebabkan peningkatan biaya operasional dan waktu kerja menjadi lebih lama. Proses penyaringan di dalam mesin terhadap hasil ikan ikan. Kandungan protein dan mineral yang tinggi menjadikan tepung ikan ini sangat baik untuk digunakan sebagai bahan baku pakan.

Dalam pakan harus terdiri dari bahan baku yang berkualitas dan bagus agar mengasilkan ikan yang pertumbuhannya baik dan menguatkan kekebalan tubuh ikan tersebut dari pakan tersebut. terutama bahan paku harus memiliki protein, kabohidrat, lemak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada ikan tersebut dan tergantung pada ikan yang ingin diberikan pakan ikan larva, juvenil (Ikan yang tingkat perkembangannya antara pasca larva dan dewasa) dan ikan dewasa. (Darsudi,2011)

Bahan baku pakan (tepung ikan) mempunyai nutrisi yang berbeda karbohidrat , lemak dan Protein. Tepung ikan salah satu bahan yang menjadi pertimbangan dalam membuat pakan dikarenakan memiliki protein tinggi yang lengkap dan baik untuk pertumbuhan ikan serta kekebalan tubuh ikan. Komposisi tepung ikan yaitu memerlukan kandungan berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Pemilihan bahan baku pakan buatan harus memenuhi syarat sebagai berikut: Mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah dicerna oleh ikan, harganya relatif lebih murah, mudah diperoleh dan tidak mengandung racun atau zat anti nutrisi. (www.bi.go.id)

Puger merupakan salah satu tempat penghasil ikan laut di Jawa Timur yang menghasilkan ikan segar jenis ikan konsumsi dan beberapa ikan olahan yang berupa tepung ikan. Masyarakat memilih mengolah ikan yang tidak terkonsumsi menjadi tepung ikan karena nilai jual ikan olahan berupa tepung memiliki nilai jual cukup tinggi dengan jumlah yang cukup besar .

Pada pengolahan tepung ikan, salah satu hal yang penting adalah penghancuran bahan baku menjadi tepung ikan yang siap untuk dikemas. Tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : butiran – butirannya harus seragam, bebas dari sisa – sisa tulang, mata ikan dan benda asing. Dari hasil survei lapangan ditemukan kendala kendala yang dialami oleh para pengolah ikan, yaitu :

b. Proses pembuatan tepung ikan tersebut dilakukan dua kali tahap penggilingan, yaitu penghancuran ikan menjadi tepung ikan kasar, kemudian dilanjutkan dengan penggilingan lanjutan untuk menghasilkan tepung ikan dengan ukuran lebih halus, dengan dua kali tahap penggilingan ini yang sering terganggu dengan adanya penyumbatan pada bagian lubang saringan.

Oleh karena itu, dengan adanya peningkatan biaya operasional, lama waktu kerja mesin dan banyaknya tenaga kerja dapat menghambat peningkatan kuantitas produksi penulis merancang bangun mesin tepung ikan yang lebih efisien dan dapat memecahkan masalah tersebut.

1.1 Perumusan Masalah

Dengan latar belakang diatas maka muncul beberapa masalah seperti :

a. Bagaimana merancang mesin pengiling ikan kering?

b. Bagaimana membuat mesin pengiling ikan kering yang ekonomis?

c. Bagaimana melakukan perhitungan untuk menentukan dan merancang mesin pengiling ikan kering?

1.2 Batasan Masalah

Dari perancanaan membuat mesin pebuat tepung ikan perlu adanya batasan masalah agar pembahasan lebih jelas seperti :

a. Dimensi ikan yang akan digiling diasumsikan sama.

b. Limbah ikan yang dimaksud adalah ikan yang tidak layak konsumsi (ikan busuk)

c. Perencanaan yang dijelasakan nantinya hanya bagian statis pada mesin pembuat tepung ikan, seperti sebagai berikut :

d. Perencanaan kerangka dari mesin tepung Ikan.

e. Perencanaan sambungan las pada rangka.

f. Perencanaan pengikat mur dan baut.

g. Proses manufaktur yang bersifat statis.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapaun tujuan dan manfaat dari penelitian dan mesin pengiling ikan kering ini adalah :

1.3.1 Tujuan

Tujuan yang diharapkan dari mesin pengiling ikan kering seperti :

a. Merancang mesin pengiling ikan kering

b. Membuat mesin pengiling ikan kering yang ekonomis

c. Memperhitungkan dan merencanakan mesin pengiling ikan kering

1.3.2 Manfaat

Manfaat yang diharapakan dari mesin pengiling ikan kering adalah :

a. Memahami mengenai merancang mesin pengiling ikan kering

b. Memahami mesin pengiling ikan kering yang ekonomis

c. Memahami dalam memperhitungkan dan merencanakan mesin pengiling ikan kering

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Pengiling Ikan Kering

Mesin pengiling ikan kering (disk mill) adalah mesin yang digunakan untuk menghancurkan ikan yang telah kering, untuk dihaluskan menjadi tepung ikan, yangdi gunakan sebagai bahan dasar campuran makanan ternak, karena kandungan protein pada ikan sangat tinggi. Jadi proses penggiling ikan yaitu dengan memanfaatkan energi mekanik yang dihasilkan dari putaran mesin untuk menggerakkan poros,dan putaran tersebut ditransmisikan dengan menggunakan sabuk-V kemudian putaran tersebut digunakan untuk menggerakkan pisau penghancur agar dapat menghaluskan ikan yang sudah kering menjadi tepung.

Gambar 2.1 Mesin Tepung Ikan (Sumber : Mesin Penggiling Ikan Kering di Desa

Puger)

Dalam pembuatan tepung ikan, mula-mula ikan segar sudah Anda siapkan terlebih dahulu. Ikan-ikan ini dapat Anda keringkan secara manual menggunakan sinar matahari maupun mengeringkannya secara otomatis dan cepat menggunakan mesin oven pengering. Fungsi pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air sebelum diproses menggunakan mesin tepung ikan. Setelah ikan kering, barulah masukan ikan-ikan tersebut ke mesin tepung ikan untuk digiling menjadi serpihan-serpihan halus. Dengan menggunakan mesin penepung ikan ini, Anda akan mendapatkan berbagai manfaat diantaranya : Dalam pembuatan tepung ikan, mula-mula ikan segar sudah Anda siapkan terlebih dahulu. Ikan-ikan ini dapat Anda keringkan secara manual menggunakan sinar matahari maupun mengeringkannya secara otomatis dan cepat menggunakan mesin oven pengering. Fungsi pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air sebelum diproses menggunakan mesin tepung ikan. Setelah ikan kering, barulah masukan ikan-ikan tersebut ke mesin tepung ikan untuk digiling menjadi serpihan-serpihan halus. Dengan menggunakan mesin penepung ikan ini, Anda akan mendapatkan berbagai manfaat diantaranya :

b. Menggiling menggunakan mesin mampu memudahkan Anda untuk meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan tepung-tepung ikan berkualitas untuk hewan ternak.

c. Hasil akhirnya adalah tepung ikan dalam jumlah besar dapat digiling dengan cepat dan hemat tenaga. Adapun Mesin penepung ikan diatas memiliki kekurangan yaitu

a. Mesin penepung ikan masih mengalami 2 kali proses. Di mana hasil gilingan pertama masih kasar dan dilakukan pengeringan lagi lalu dilakukan penghancuran ulang hingga jadi tepung.

b. Mesin tepung ikan ini memakai bahan bakar Solar di mana pengisian bahan bakar ini habis 100.000,00 sampai 2 hari pemakian. Dalam 2 hari pemakain bisa sampai 100 Kg.

2.2 Limbah Ikan

Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan adalah berupa :

a. Ikan curah yang bernilai ekonomis rendah sehingga belum banyak dimanfaatkan sebagai pangan

b. Ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi ikan melimpah

c. Kesalahan penanganan dan pengolahan perikanan.

Limbah yang sudah membusuk tidak dapat dimanfaatkan dengan cara apapun. Limbah demikian harus ditangani secara baik agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Berikut ini gambar limbah ikan yang sudah dikeringkan

Gambar 2.2 Limbah ikan ysng sudah dikeringkan (Sumber : Ikan kering di Desan Puger)

2.3 Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan salah satu pakan sumber protein hewani yang biasa digunakan dalam ransum ternak monogastrik. Kebutuhan ternak akan pakansumber protein hewani sangat penting, karena memiliki kandungan protein relatif tinggi yang disusun oleh asam - asam amino esensial kompleks yang dapatmempengaruhi pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh ternak (Purnamasari et al. 2006). Tepung ikan yang baik mempunyai kandungan protein kasar sebesar 58- 68%, air 5,5-8,5%, serta garam 0,5-3,0% (Sitompul, 2004). Tepung ikan adalah salah satu produk yang diolah dari ikan, baik ikan bentuk utuh, limbah pengolahanikan ataupun ikan yang tidak layak dikonsumsi manusia.

Gambar 2.3 Tepung Ikan (Sumber : Hasil penggilingan di Puger)

Tepung ikan dapat diolah melalui dua metoda, yaitu dengan carapengukusan menurut Sriharti dan Sukirno (2003) dan penjemuran langsungdengan sinar matahari menurut Kurnia dan Purwani (2008). Kedua metoda inisangat mempengaruhi kandungan zat makanan (air, protein kasar, lemak kasar,serat kasar dan abu), mineral (kalsium dan fosfor) dan sifat fisik (kerapatantumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, laju pemadatan dan sudut tumpukan)tepung ikan. Selain itu, jenis dan proporsi tubuh ikan juga mempengaruhi kualitasmutu tepung ikan itu sendiri.

2.4 Proses Perancangan Rangka

Rangka dirancang untuk mendukung beban dalam bentuk tertentu dan yang terpenting dalam perancangan rangka hampir semua kasus hanya mengalami deformasi sedikit jika mengalami pembebanan. Semua struktur teknik atau unsur structural mengalami gaya eksternal atau pembebanan. Hal ini akan mengakibatkan gaya eksternal lain atau reaksi pada titik pendukung strukturnya

Semua gaya yang bekerja pada benda dianggap bekerja pada titik tersebut dan jika gaya-gaya ini tidak seimbang maka benda mengalami gerak translasi. Oleh karena itu agar sebuah sistem gaya dalam keseimbangan resultan semua gaya dan resultan semua momen terhadap suatu titik = 0 persyaratan yang harus dipenuhi adalah: Ʃ F y = 0 dan M y = 0 (Tood, 1984).

2.4.1 Perancanaan Batang Kontruksi Penyangga Poros pada Rangka Jika pada suatu batang dikenei beban maka batang tersebut akan mengalami tekukkan (Buckling). Tentukkan ini dapat terjadi meskipun baesarnya tegangan maksimum pada batang lebih kecil dari yield point bahan. Beban yang sanggup ditahan oleh batang tanpa menyebabkan tekukkan (Buckling) Tersebut beban kritis.

Gambar 2.4 Analisis gaya batang terpusat

Syarat keseimbangan ∑ =0 (gaya lintang arah sumbu x ) ∑ =0 (gaya lintang arah sumbu y)

∑ =0 (gaya lintang arah sumbu x) ∑ =0 (gaya lintang arah sumbu y)

Gaya reaksi pada tumpuhan R Apabila gaya yang terjadi pada batang kontruksi dengan tumpuhan sederhana(beban terpusat), maka gaya reaksi pada tumpuhan R adalah :

Selanjutnya melakukan perancangan dengan tahap-tahap sebagai berikut

a. Menentukkan beban (F) yang dialami rangka

b. Menentukkan gaya aksi-reaksi pada tumpuan A dan B ∑ =0

Rb.L – F.a = 0.............................................................................(2.1) ∑ b=0

Ra.L – F.b = 0.............................................................................(2.2)

c. Menentukkan bidang gaya lintang Potongan I dengan 0

Gambar 2.5 Potongan I bidang geser

F 1 = -Rb.............................................................................(2.3)

Potongan II dengan

Gambar 2.6 Potongan II bidang geser

F II + Rb –F=0

F II = - Rb + F.............................................................................(2.4)

d. Menentukkan bidang momen Potongan I dengan

Gambar 2.7 Potongan I bidang momen

∑ =0 M I – Rb.x = 0

M I = Rb.x.............................................................................(2.5) Potongan II dengan batas

Gambar 2.8 Potongan II bidang momen

∑ =0 M II – Rb.(b+x) – F.x = 0

M II = Rb.(b + x) – Fx .............................................................................(2.6) M II = Rb.(b + x) – Fx .............................................................................(2.6)

............................................................................................(2.7) Dimana = Tegangan lentur yanf terjadi pada batang

= Momen lentur yang dialami pada batang Jarak serat terjauh dari sumbu tampang = Momen Inersia

Gambar 2.9 Tegangan Lentur

f. Menentukan momen inersia .............................................................................(2.8)

Di mana :

I = Momen inersia M = massa benda L = lrngan momen

2.5 Proses Perencanaan Pisau

Pisau pada mesin penggiling ikan yang ada di desa Puger hanya memakai pisau dinamis.Pisau dinamis adalah pisau yang berputar. Berikut pisau dinamis yang dipakai oleh Mesin Penggiling Ikan kering yang ada di Desa Puger.

Gambar 2.10 Pisau Dinamis (Sumber : Mesin Penggiling Ikan Kering di Desa Puger)

Pada perencenaan pisau ini ada beberapa inovasi yang diberikan yaitu adanya tambahan pisau statis yang dipakai. Pisau statis adalah pisau yang tidak mengalami pergerakan yang berfungsi untuk memotong ikan kering yang sedang berputar.

2.6 Bahan Kolom dan Rangka

Sejarah profil baja struktur tidak terlepas dari perkembangan rancangan struktur di Amerika Serikat yang kemudian diikuti oleh negara lain. Bentuk profil yang pertama kali dibuat di Amerika Serikat adalah besi siku pada tahun 1819. Baja I pertama kali dibuat di AS pada tahun 1884 dan struktur rangka yang pertama (Home Insurance Company Builing of Chicago) dibangun pada tahun yang sama.

Tentu saja dalam proses manufaktur baja akan terjadi variasi sehingga besaran penampang yang ada tidak sepenuhnya sesuai dengan yang tersedia dalam tabel manual tersebut. Untuk mengatasi variasi tersebut, toleransi maksimum telah ditentukan dalam peraturan. Sebagai konsekuensi dari toleransi tersebut, perhitungan tegangan dapat dilakukan berdasarkan properti penampang yang diberikan dalam tabel. Dari tahun ke tahun terjadi perubahan dalam penampang baja. Hal ini disebabkan tidak cukup banyaknya permintaan baja profil tertentu, atau sebagai akibat dari perkembangan profil yang lebih efisien, dll. Berikut Macam macam rangka khusus dan lebih banyak digunakan untuk struktur baja antara lain :

Gambar 2.11 Macam macam profil rangka

(sumber : https://esabudi.files.wordpress.com/2012/11/struktur-baja-dasar.pdf )

Dalam pemilihan bahan perlu diketahui kekuatan bahan yang akan digunakan untuk suatu konstruksi baja, dibawah ini terdapat tabel kekuatan bahan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kekuatan Bahan

Geser (MPa) Baja karbon tinggi

Bahan

Tarik (MPa)

Tekan (MPa)

83-138 Baja cor

Baja karbon rendah 110-2017 110-207

41-83 Besi cor

55-103

55-103

21-28 Sumber :Harris, 1982

21-28

70-110

2.6.1 Pemilihan Bahan Kolom dan Rangka

Rangka menggunakan bahan baja, dengan profil siku sama kaki. Langkah- langkah perancangan rangka alat pengiris ketela pohon adalah sebagai berikut:

a. Menentukan kekuatan izin yang diizinkan; izin = u / ……………………..............................……………(2.9) Dengan: u = Tegangan batas bahan yang dipilih (Mpa)

= Faktor keamanan

2.7 Perancangan Pengelasan

Pengelasan adalah salah satu cara untuk menyambung dua buah benda logam dengan cara kedua benda tersebut dipanaskan.

2.7.1 Metode Pengelasan Berdasarkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu:

a. Pengelasan tekan yaitu cara pengelasan yang sambungannya dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu;

b. Pengelasan cair yaitu ruangan yang hendak disambung (kampuh) diisi dengan suatu bahan cair, sehingga dengan waktu yang sama tepi bagian yang b. Pengelasan cair yaitu ruangan yang hendak disambung (kampuh) diisi dengan suatu bahan cair, sehingga dengan waktu yang sama tepi bagian yang

c. Pematrian yaitu cara pengelasan yang sambungannya diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk turut mencair.

2.7.2 Kampuh Las Agar perlakuan las dapat memperoleh kampuh yang baik dengan pelekatan atau pelelehan yang baik terhadap benda kerja dilas maka sebaiknya:

a. Pelat dengan ketebalan ≤ 2,5 mm dapat diletakkan tumpuk satu terhadap yang lain dan disambung dengan satu sisi;

b. Pelat dengan ketebalan ≥ 2,5 mm dapat dilas dengan diberi ruang antara 1-5 mm dan las dua sisi sebaiknya terlabih dahulu diberi tepi miring pada pelat dengan jalan mengetam atau mengefrais atau dapat juga menggunakan dengan pembakar potong (proses persiapan tepi).

2.7.3 Mampu Las Tidak semua bahan yang mampu untuk dilas dan dapat dihandalkan serta dapat dibuat dengan tujuan yang dikehendaki, baik dari segi kekuatan maupun ketangguhan. Beberapa faktor penting untuk mengetahui bahan yang dapat dan mampu dilas:

a. Sifat fisik dan sifat kimia bahan untuk bagian hendak dilas termasuk prasejarahnya (cara pengelasan, metode pemberian bentuk, dan perlakuan panas);

b. Tebal bagian yang hendak disambung, dimensi dan kekuatan konstruksi yang hendak dibuat;

c. Teknologi metode las yaitu sifat dan susunan elektroda, urutan pengelasan, perlakuan panas yaitu sebelum dan setelah pengelasan serta temperature pada waktu pengelasan dilakukan.

2.7.4 Perhitungan Kekuatan Las Sambungan las dengan menggunakan las pada konstruksi rangka banyak mengalami tegangan terutama tegangan lentur dan tegangan geser. Oleh karena itu perlu adanya perhitungan pada daerah sambungan yang dirasa kritis, sehingga 2.7.4 Perhitungan Kekuatan Las Sambungan las dengan menggunakan las pada konstruksi rangka banyak mengalami tegangan terutama tegangan lentur dan tegangan geser. Oleh karena itu perlu adanya perhitungan pada daerah sambungan yang dirasa kritis, sehingga

Permukaan 1 y2 ’

C(x’,y’)

Permukaan 2

x2

Gambar 2.12 Bentuk penampang lasan

a. Menentukan gaya yang terjadi pada lasan …………….….................................………………….(2.10) Dengan: = Gaya (N) = Beban (kg)

2 = Gaya gravitasi (m/det )

b. Momen lentur ……………………….................................…………..(2.11)

Dengan : = Momen lentur (N.mm) = Gaya (N) = panjang benda yang mendapatkan beban kegaris normal (mm) Dengan : = Momen lentur (N.mm) = Gaya (N) = panjang benda yang mendapatkan beban kegaris normal (mm)

’ = . …….……................................……………………….(2.12) Dengan :

2 ’ = Tegangan normal (N/mm ) = Momen lentur (N.mm)

4 = Momen inersia (mm ) = Setengah panjang benda kerja yang mendapat beban ke garis normal

(mm)

d. Menentukan tegangan geser dalam kampuh ………………................................…..…………………....(2.13)

Dengan :

2 = Tegangan geser dalam kampuh (N/mm ) = Gaya (F)

2 = Luas penampang kampuh (mm )

e. Menentukan tegangan resultan √( ) ( ) …………......................…………….(2.14) Dengan :

2 = Tegangan resultan (N/mm )

2 = Tegangan geser dalam kampuh (N/mm )

f. Pengujian persyaratan kekuatan las ’ < ………………….....................................……………......(2.15)

Dengan : = Tegangan resultan (N/mm 2 )

2 = Tegangan normal (N/mm )

2.8 Pemilihan Baut dan Mur

Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segi tiga digulung pada sebuah silinder, seperti diperlihatkan dalam Gambar dalam Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segi tiga digulung pada sebuah silinder, seperti diperlihatkan dalam Gambar dalam

Gambar 2.13 Profil ulir pengikat (Sumber: Sularso dan Suga, 1987)

Ulir disebut tunggal atau satu jalan bila hanya ada satu jalur yang melilit silinder dan disebut dua atau tiga jalan bila ada dua atau tiga jalur. Jarak antara puncak-puncak yang berbeda satu putaran dari suatu jalur disebut kisar.

Gambar 2.14 Jenis-jenis jalur ulir (Sumber: Sularso dan Suga, 1987)

Ulir juga dapat berupa ulir kanan dan ulir kiri, ulir kanan bergerak maju bila diputar searah jarum jam dan ulir bergerak maju bila diputar berlawanan arah jarum jam. Pada umunya ulir kanan lebih banyak dipakai.

Gambar 2.15 Ulir kanan dan ulir kiri (Sumber: Sularso dan Suga, 1987)

Dalam perancangan rangka mesin pengiris ketela pohon digunakan ulir standart metris kasar karena pada konstruksi rangka mesin ini tidak diperlukan ulir dengan ketelitian yang tinggi.

Gambar 2.16 Ulir standart (Sumber: Sularso dan Suga, 1987)

Baut dan mur dibagi menjadi baut penjepit, baut untuk pemakaian khusus, sekrup mesin, sekrup penetap, sekrup pengetap dan mur. Dalam perancangan mesin pengiris ketela pohon hanya digunakan baut penjepit berbentuk baut tembus untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus yang diletakkan dengan sebuah mur.

Gambar 2.17 Jenis-jenis baut pengikat (Sumber: Sularso dan Suga, 1987)

Baut dan mur adalah elemen pengikat yang sangat penting untuk menyatukan rangka. Pemilihan baut dan mur harus dilakukan secara cermat untuk mendapatkan ukuran yang sesuai.

2.8.1 Perancangan Pehitungan Baut dan Mur

a. Menentukan besarnya beban maksimum yang diterima oleh masing-masing baut dan mur. Dengan faktor koreksi ( ) = 1,2 – 2,0 untuk perhitungan terhadap deformasi (Sularso, 1997). ……………………...........................……….(2.16)

Dengan : = Beban (N)

= Faktor koreksi

b. Menentukan jenis bahan baut dan mur

Tegangan tarik yang diizinkan ( ):

Tegangan geser yang diizinkan ( ):

= ……….................................………………………..(2.18) Dengan :

= Beban (N) = Faktor koreksi

2 = Kekuatan tarik (N/mm )

2 = Tegangan geser yang diizinkan (N/mm )

c. Dengan mengetahui besar beban maksimum dan besar tegangan yang diizinkan pada baut, maka diameter ini ( ) baut dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Dengan : = Diameter yang diperlukan (mm) = Beban rencana (N)

2 = Kekuatan tarik bahan yang diizinkan (N/mm )

d. Ulir baut dan mur dipilih ulir metris ukuran standart dengan dimensi sebagai berikut:

1) = Diamater luar ulir dalam (mm)

2) = Jarak bagi (mm)

3) = Diameter inti (mm)

4) = Diameter efektif ulir dalam (mm)

5) = Tinggi kaitan (mm)

e. Menentukan jumlah dan tinggi ulir yang diperlukan ………..............................………………………...(2.20)

Dengan : = Jumlah ulir yang diperlukan

= Diameter efektif ulir dalam (mm) = Tinggi kaitan (mm)

2 = Tekanan permukaan yang diizinkan (N/mm )

f. Jumlah ulir yang diperlukan untuk panjang H dalam mm adalah ( ) ……............................………………………...(2.21) f. Jumlah ulir yang diperlukan untuk panjang H dalam mm adalah ( ) ……............................………………………...(2.21)

h. Tegangan geser akan ulir mur

= ………………………...…........................................(2.23) Dengan :

2 = Tegangan geser akan ulir mur (N/mm ) = Konstanta ulir metris 0,84

i. Tegangan geser akan ulir dalam adalah

= ……….................................……………….....….....(2.24) Dengan :

2 = Tegangan geser akan ulir dalam (N/mm ) = Diameter ulir dalam

j = Konstanta jenis ulir metris 0,75 j. Persyaratan kelayakan dari baut dan mur yang direncanakan ………………………….......................................….....(2.25) ………….................................………………......….....(2.26)

Dimana perancangan baut dan mur dapat diterima apabila harga dan ( ) lebih kecil dari .

2.9 Perencanaan Kerja Bangku

Dalam perencanaan rangka, langkah yang dibutuhkan adalah proses manufaktur yaitu proses perakitan dan permesinan. Proses perakitan adalah merupakan proses kerja yang akan dikerjakan dengan menggunakan alat yaitu :

a. Pengukuran : merupakan membandingkan besaran yang akan diukur dengan suatu ukuran pembanding yang telah tertera. Macam-macam alat ukur panjang yang sederhana yaitu:

a. Mistar baja

b. Jangka

c. Meteran sabuk

2.10 Perencanaan Permesinan

2.10.1 Pengeboran Mesin bor termasuk mesin perkakas dengan gerak utama berputar, fungsi pokok mesin ini adalah untuk membuat lubang yang silindris pada benda kerja dengan mempergunakan mata bor sebagai alatnya (Syamsir, 1986).

a. Menentukan kecepatan potong (mm/menit) .

v c =𝜋 . …………………………………………………….....…..(2.27) 1000

b. Kecepatan pemakanan (mm/menit) vf = f.n ………………………………………………………....…….(2.28)

a. Jarak bebas bor (mm)

A = 2. (0,3). D …………………………………………………...….(2.29)

b. Jarak pengeboran keseluruhan (mm) L=t+l 1 +A ……………………………...………………………...(2.30)

c. Waktu pengeboran (menit) T m =

𝑉 Dimana :

vc = Kecepatan potong (mm/menit)

D = Diameter mata bor (mm) n = Putaran bor (rpm) v f = Kecepatan pemakanan (mm/menit) s = Gerak pemakanan (mm/menit)

A = jarak bebas bor (mm) L = Jarak pengeboran keseluruhan (mm) t = Tebal benda kerja yang akan di bor (mm)

2.10.2 Pembubutan Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang dalam proses kerjanya benda kerja bergerak dan disayat dengan alat potong yang diam. Mesin ini 2.10.2 Pembubutan Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang dalam proses kerjanya benda kerja bergerak dan disayat dengan alat potong yang diam. Mesin ini

a. Kecepatan potong

Vc= ............................................................................................(2.31)

b. Jumlah penyayatan ∑

c. Waktu pemotongan (menit) ..............................................................................................(2.33)

Dimana: vc = Kecepatan potong (mm/menit)

d = Diameter benda kerja (mm) n = Putaran spindel (rpm) ∑A = Jumlah penyayatan

A = Tebal yang akan dikurangi (mm)

A max= Tebal yang di tentukan (mm) tc = Waktu pengerjaan (menit) L= Jarak panjang pembubutan (mm) f= feeding

2.10.3 Penggerindaan Penggerindaan adalah suatu proses untuk mengasah benda kerja untuk membuat permukaan benda kerja menjadi lebih rata dengan menggunakan mesin gerinda. Secara umum mesin gerinda terdiri dari motor listrik, batu gerinda, poros, dan perlengkapan pendukung lainnya.

BAB 3. METODOLOGI PERANCANGAN

3.1 Alat dan Bahan

Yang digunakan dalam pernacangan proyek akhir pembuatan rangka tepung ikan adalah sebagai berikut :

3.1.1 Alat

1. Mesin Gerinda;

11. Kikir;

2. Mesin Gerinda potong;

12. Ragum;

3. Mesin Bor;

13. Gergaji Tangan;

4. Mesin Las;

14. Kunci Pas;

5. Pelindung Mata;

15. Penggores;

6. Mesin Bubut;

16. Palu.

7. Mesin Bor duduk;

8. Jangka Sorong;

9. Gunting Plat;

10. Jangka Sorong;

3.1.2 Bahan

1. Pelat 6. Mur dan baut

2. Pulley

7. Elektroda

3. Motor Listrik

4. Bearing (Bantalan)

5. Poros

3.2 Waktu dan Tempat

3.2.1 Waktu Analisis, perancancangan, pembuatan dan pengujian alat dilaksanakan selama kurang lebih 3,5 bulan berdasarkan pada jadwal yang ditentukan.

3.2.2 Tempat Tempat palaksanaan perancangan dan pembuatan mesin pengiling ikan kering adalah laboraturium kerja logam dan laboratorium teknologi terapan, jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Studi Literatur Mempelajari literatur yang membantu dan mendukung perancangan mesin (Bagian Statis), mempelajari dasar perancagan dan pembuatan mesin pengiling ikan kering (Bagian Statis), serta literatur lain yang mendukung.

3.3.2 Studi Lapangan Perancangan dan pembuatan mesin pengiling ikan kering dikerjakan dengan melakukan pengamatan secara langsung pada mesin pengiling ikan kering lainnya untuk melihat mekanisme dan prinsip kerjanya sebagai dasar dalam perancangan dan pembuatan mesin ini.

3.3.3 Konsultasi Konsultasi dengan dosen pebimbing maupun dosen lainnya untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk tentang perancangan dan pembuatan mesin pengiling ikan kering (Bagian Statis)

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1 Pencarian Data Dalam merencanakan mesin penepung ikan bagian dinamis, maka terlebih dahulu dilakukan pengamatan di lapangan, studi literatur dan konsultasi yang mendukung pembuatan proyek akhir ini.

3.4.2 Perencanaan dan Perancangan Setelah melakukan pencarian data dan pembuatan konsep yang didapat dari studi literatur, studi lapangan dan konsultasi maka dapat direncanakan bahan- bahan yang dibutuhkan dalam perancangan dan pembuatan mesin pengiling ikan kering (Bagian Statis).

Dari studi literatur, studi lapangan dan konsultasi tersebut dapat dirancang pemesinan. Dalam proyek ini proses yang akan dirancang adalah :

a. Perancangan konstruksi dan elemen mesin pengiling ikan kering ;

b. Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan;

c. Proses perakitan dan finishing;

3.4.3 Proses Manufaktur Proses ini merupakan proses pembuatan mesin pengiling ikan kering yang meliputi proses pemesinan untuk membentuk suatu alat sesuai dengan desain yang diinginkan. Adapun macam-macam proses pemesinan yang dilakukan dalam pembuatan alat yaitu meliputi :

a. Proses pemotongan;

b. Proses pengeboran;

c. Pembuatan poros;

d. Proses Penyambungan

3.4.4 Proses Perakitan Proses perakitan dilakukan setelah proses pembuatan (pemesinan) selesai, sehingga akan membentuk sistem penepung ikan. Proses perakitan bagian –bagian mesin penepung ikan meliputi :

a. Memasang motor listrik;

b. Memasang silinder mesin penepung ikan;

c. Memasang poros dan pisau

3.4.5 Pengujian Alat Dilakukan untuk mengetahui apakah mesin pengiling ikan kering dapat bekerja dengan baik. Hal-hal yang dilakukan dalam pengujian alat sebagai berikut :

a. Melihat apakah elemen mesin bekerja dengan baik;

b. Menghitung komponen statis yang ada di perancangan dan pembuatan mesin pengiling ikan kering;

c. Melihat hasil dari proses penepungan ikan

3.4.6 Penyempurnaan Alat Penyempurnaan alat dilakukan apabila tahap pengujian terdapat masalah atau kekurangan, sehingga dapat berfungsi dengan baik sesuai prosedur, tujuan dan perancangan yang dilakukan.

3.4.7 Pembuatan Laporan Pembuatan laporan proyek akhir ini dilakukan secara bertahap dari awal analisa, desain, perancangan dan pembuatan mesin penepung ikan (Bagian Statis)

3.5 Diagram Alir Perancangan dan Pembuatan

Tahap tahap perancangan dan pembuatan mesin pengiling ikan kering (Bagian Statis) dijelaskan secara garis besar berupa diagram alir proses pembuatan rangka seperti di bawah ini

Mulai

Survey

Studi Pustaka Study pustaka

Ide

Perancangan Perencanaan

Bagian Dinamis Dinamis

Bagian Statis Statis

Krangka Kerangka

Sambungan Las

Mur dan Baut

Perakitan Perakitan

Perbaikan Perbaikan

Pengujian

Pembuatan Laporan Pembuatan Laporan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perencangan dan Pembuatan Alat

Berikut ini adalah desain dari mesin Penggiling Ikan Kering

Gambar 4.1 Mesin Penggiling Ikan Kering

Keterangan :

1. Motor listrik

7. Hooper

2. V- belt

8. Pisau Statis

11. Frame/rangka

6. Pisau Dinamis

4.1.1 Cara Kerja Alat

1. Menyiapkan bahan yang akan digiling yaitu ikan kering

2. Memastikan semua sambungan sabuk v dan Pulley dan tersambung dengan baik

3. Menghidupkan motor dan cek terlebih dahulu apakah baut sudah erat

4. Masukkan ikan kering yang akan digiling pada hooper

5. menunggu beberapa waktu hingga ikan kering tergiling sempurna

6. setelah selessai, matikan motor listrik

4.2 Analisis Hasil Perencangan dan Perhitungan Rangka

Berikut adalah bentuk rangka dari Mesin Penggiling Ikan Kering

Gambar 4.2 Rangka Mesin Penggiling Ikan Kering

Berdasarkan Perhitungan yang terdapat pada lembar lampiran perhitungan, terdapat beberapa batang penumpu yang mendapatkan pembebanan diantaranya

a. Batang A-B yang menerimah beban dari berat motor listrik dan Pulley sebesar 172 N sehingga dalam lampiran perhitungan diperoleh nilai yang telah sesuai yaitu 10.535 , maka ukuran batang yang dipeelukan 40 mm x 40 mm x 3 mm mampu menahan bebean alat.

b. Batang E-F berat hooper dan berat Pisau statis sebesar 106 N sehingga diperoleh nilai dari perhitungan telah sesuai syarat yaitu 6.600 , maka ukuran batang yang diperoleh 40 mm x 40 mm x 3 mm mampu menahan beban

4.3 Hasil Perancangan Kolom

Dalam perencangan kolom ada dua hal yang akan dibahas yaitu perencangan beban kritis dan perencangan bahan kolom. Dalam perencangan beban kritis 5325,8 kg dapat diketahui analisis beban yang akan terjadi pada kolom. Dari hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan beban krits (Pcr) = 4307, 684 kg. Harga ini lebih besar dari beban yang diterima kolom sehingga disimpulkan bahwa kolom tersebut telah memenui syarat.

4.4 Hasil Pengelasan

Pada pengelasan elektroda yang digunakan adalah jenis AWS E6013 dengan diameter 2 mm. Hasil dari pengalasan elektroda jenis ini memiliki kekeuatan tarik 47,1 kg/

dan perpanjangan 17%. Sedangkan benda kerja yang dilas st – 37 berukuran 40 mm x 40 mm x 3 mm. Dengan benda kerja jenis ini dari tabel didapat harga

Tegangan normal yang dizinkan ( = 13,5 kg/ Tegangan geseryang dizinkan (

= 13,5 kg/ Dalam perencanaan las didapat harga Tegangan normal yang terjadi (

= 1,91 kg/ Tegangan geser yang diizinkan (

= 0, 129 kg/ Dari hasil diatas maka sambungan las telah memenui syarat

4.5 Hasil Perencangan Baut dan Mur

Baut dan Mur pngikat berat Motor 17 kg. Mengambil faktr koreksi sebesar 1,2 bahan baut dan mur yang dipilih adalah baja liat dengan kadar karbon 0,2% C. Dari Perhitungan dipilih jenis ulir metris ukuran stndar M10 untuk pengikat motor listrik dan M10 untuk mengikat Bearing didataptkan harga :

a. Dimensi baut dan mur pengikat ulir pengepress sebagai berikut ; - Diameter inti baut (d1)

= 3,24 mm - Diameter laut baut (d)

= 10 mm - Jarak bagi (p)

= 1,50 mm

- Diamater luar ulir dalam (D) = 10 mm - Diameter efektif ulir dalam (d2)

= 9,0260 mm - Tinggi ikatan (H1)

= 0,812 mm Maka

Karena harga tersebut lebih kecil dari kekuatan geser yang diizinkan maka baut dan mur tersebut memenui syarat

b. Dimensi baut dan mur pengikat dududkan cetakkan sebagai berikut - Diameter inti baut (d1)

= 3,29 mm - Diameter laut baut (d)

= 10 mm - Jarak bagi (p)

= 1,50 mm - Diamater luar ulir dalam (D)

= 10 mm - Diameter efektif ulir dalam (d2)

= 9,0260 mm - Tinggi ikatan (H1)

= 0,812 mm Maka

Karena harga tersebut lebih kecil dari kekuatan geser yang diizinkan maka baut dan mur tersebut memenui syarat

4.6 Hasil Manufaktur

4.6.1 Pemotongan (Shearing) Pemotongan baja profil siku dilakukkan dengan menggunakan gerinda potong,

berikut jumlah dan ukuran pemotongan baja profil siku untuk rangka

- 4 Batang siku dengan ukuran 790 mm = 3160 mm - 5 batang siku dengan ukuran 490 mm

= 2450 mm - 4 batang siku dengan ukuran 780 mm

= 3120 mm - 1 batang siku dengan ukuran 390 mm

= 390 mm - 4 batang siku dengan ukuran 11 mm

= 44 mm -

2 batang siku dengan ukuran 260 mm = 520 Jumlah = 9680 mm

Total panjang baja profil siku yang dilakukkan adalah 9680 mm atau sama dengan 9,684 m

Jika lanjor baja profil siku yang dijual dipasaran memiliki panjang 6 m. Maka total panjang yang dibutuhkan untuk pembuatan alat penggiling ikan kering membutuhkan 2 baja profil siku dengan panjang 6 m yang akan tersisa 2,4 m.

4.6.2 Pengeboran a.. Pengeboran pada rangka pengikat Motor litrik Pengeboran dilakukkan dengan menggunakan mata bor jenis HSS berdiameter 10

mm dengan benda kerja sT-37 dari tabel (Lampiran Hal ..) didapat harga kecapatan potng (vc) = 25 m/menit dan pemakanan (s) = 0,2. Sehingga diketahui nilai kecepatan potong (vf) = 159,24 mm/menit (lampiran hal ..). dengan tebal benda kerja 3 mm, jaraka lebih (I) pengeboran 8 mm dan jarak bebas (A) bor sebesar 6 serta 1 menit untuk setting, pahat, diketahui waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang adalah 1 menit , sehingga untuk membuat 4 lubang dengan diameter 10 mm dibutuhkan waktu 13,5 menit

b. Pengeboran pada rangka pengikat bantalan Pengeboran dilakukkan dengan menggunakan mata bor jenis HSS berdiameter 10

mm dengan benda kerja sT-37 dari tabel (Lampiran Hal ..) didapat harga kecapatan potng (vc) = 25 m/menit dan pemakanan (s) = 0,2. Sehingga diketahui nilai kecepatan potong (vf) = 159,24 mm/menit (lampiran hal ..). dengan tebal benda kerja 3 mm, jaraka lebih (I) pengeboran 8 mm dan jarak bebas (A) bor mm dengan benda kerja sT-37 dari tabel (Lampiran Hal ..) didapat harga kecapatan potng (vc) = 25 m/menit dan pemakanan (s) = 0,2. Sehingga diketahui nilai kecepatan potong (vf) = 159,24 mm/menit (lampiran hal ..). dengan tebal benda kerja 3 mm, jaraka lebih (I) pengeboran 8 mm dan jarak bebas (A) bor

c. Pengeboran pada rangka pengikat Pengeboran dilakukkan dengan menggunakan mata bor jenis HSS berdiameter 10

mm dengan benda kerja sT-37 dari tabel (Lampiran Hal ..) didapat harga kecapatan potng (vc) = 25 m/menit dan pemakanan (s) = 0,2. Sehingga diketahui nilai kecepatan potong (vf) = 159,24 mm/menit (lampiran hal ..). dengan tebal benda kerja 3 mm, jaraka lebih (I) pengeboran 6 mm dan jarak bebas (A) bor sebesar 3 serta 1 menit untuk setting, pahat, diketahui waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang adalah 1 menit , sehingga untuk membuat 4 lubang dengan diameter 5 mm dibutuhkan waktu5,04 menit

d. Pengeboran pembuatan lubang pada saringan Pengeboran dilakukkan dengan menggunakan mata bor jenis HSS berdiameter 10 mm dengan benda kerja sT-37 dari tabel (Lampiran Hal ..) didapat harga kecapatan potng (vc) = 25 m/menit dan pemakanan (s) = 0,2. Sehingga diketahui nilai kecepatan potong (vf) = 159,24 mm/menit (lampiran hal ..). dengan tebal benda kerja 3 mm, jaraka lebih (I) pengeboran 6 mm dan jarak bebas (A) bor sebesar 3 serta 1 menit untuk setting, pahat, diketahui waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang adalah 1 menit , sehingga untuk membuat 369 lubang dengan diameter 5 mm dibutuhkan waktu 369 menit

Tabel 4.1 Waktu yang dibutuhkan saat proses pengeboran Jenis pengeboran

Keterangan Dimater lubang 10 mm

Waktu (menit)

Pengboran rangka pengikat dengan 4 lubang

motor listrik

Diamater 10 mm dengan 2

23 Pengeboran pada rangka lubang 33 pengikat bantalan (2 kali

pengboran) Dimater lubang 5 mm

Pengeboran pada rangka dengan 4 lubang

pengikat hooper Diameter lubang 5 mm

Pengeboran lubang pada dengan 368 lubang

saringan Total

4.6.3 Pengelasan Pengelasan menggunakan las listrik dengan jenis elektroda AWS E6013 diameter

2 mm. Mesin las yang digunakan adalah jenis LAKONI Falcon 120 edengan arus AC. Voltase yang digunakan sebasar 220 V dan besar ampere adalah 90A. Jenis – jenis sambungan las yang ada adalah sambungan sudut, sambungan siku dan sambungan I.

4.6.4 Perakitan Berikut tahap tahap perakitan sebelum dilakukan pengujian

- Memeasang motor listrik pada rangka bagian bawah serta kencangankan