PERSEPSI PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN TENTANG REGULASI KEBERDAYAAN KONSUMEN DI PROVINSI JAWA TENGAH

4
PERSEPSI PENGETAHUAN DAN
PEMAHAMAN TENTANG REGULASI
KEBERDAYAAN KONSUMEN
DI PROVINSI JAWA TENGAH
Peraturan tentang keberdayaan konsumen sudah seyogyanya dipahami
oleh aparatur pemerintah yang menangani keberdayaan konsumen.
Pemahaman tentang berbagai peraturan keberdayaan konsumen
setidaknya dapat menjadi panduan dalam melaksanakan tugasnya. Kajian
ini memaparkan tingkat pemahaman aparatur pemerintah terhadap
empat peraturan, yaitu Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015 tentang
Kewajiban Pencantuman Label dalam Bahasa Indonesia pada Barang,
Elektronik dan Permendag No.35/MDAG/ PER/7/2013 tentang
Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan dan
Permendag No.19/M-DAG/PER/5/2009 tentang Pendaftaran Petunjuk
Penggunaan (Manual) dan Kartu Jaminan Purna Jual Dalam Bahasa
Indonesia Bagi Produk Telematika.
Dari 35 kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah, aparatur pemerintah
dari 24 kabupaten/ kota atau 69% berpartisipasi memberikan
persepsinya dalam kajian keberdayaan konsumen ini. Aparatur

pemerintah tersebut berasal dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
yang berbeda-beda, bergantung dari kewenangan untuk menangani
masalah perlindungan konsumen. Di Kabupaten Pekalongan, urusan

| 21

perlindungan konsumen berada dalam kewenangan Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi. Sementara di Kota Magelang, Kabupaten
Sragen, Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati urusan perlindungan
konsumen berada dalam kewenangan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Di Kota Tegal, Kabupaten Semarang dan Kabupaten
Purworejo, urusan perlindungan konsumen berada dalam kewenangan
Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan.
Sebagian besar kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah dalam hal ini
Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Klaten, Kota Pekalongan, Kabupaten
Cilacap, Kabupaten Demak, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Blora
kewenangan dari urusan perlindungan konsumen berada pada Dinas
Perdagangan, Koperasi, dan UKM. Di Kabupaten Kudus, Kota Semarang,
Kabupaten Kendal, Kabupaten Surakarta dan Kota Surakarta urusan
perlindungan konsumen merupakan kewenangan dari Dinas

Perdagangan. Hal yang berbeda terjadi di Kabupaten Wonogiri yang
menempatkan urusan perlindungan konsumen dalam kewenangan
Dinas KUKM dan Perindustrian Perdagangan. Sementara Kabupaten
Batang dan Kabupaten Banjarnegara menempatkan urusan perlindungan
konsumen dalam kewenangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi
dan UKM
Aparatur pemerintah sebagian besar (50%) menangani masalah
perlindungan konsumen baru selama 4-6 bulan. Hal ini terjadi mengingat
bahwa pada Januari 2017 terjadi pergantian Organisasi Perangkat
Daerah, oleh sebab itu wajar apabila beberapa dari aparatur pemerintah
relatif masih baru dalam menangani masalah perlindungan konsumen.
Berdasarkan pengisian instrumen penelitian oleh aparatur pemerintah
kabupaten/ kota diperoleh hasil bahwa menurut para aparatur
pemerintah tugas pokok dan fungsi nya di bidang keberdayaan
konsumen meliputi (a) melakukan pembinaan baik kepada konsumen
maupun pelaku usaha berkaitan dengan perlindungan konsumen; (b)
22|

melakukan sosialisasi perlindungan konsumen kepada konsumen dan
pelaku usaha; (c) monitoring pelaksanaan dari perlindungan konsumen;

(d) mengawasi harga barang di pasaran untuk menjamin stabilitas harga;
(e) melakukan operasi pasar terutama untuk melakukan pengecekan
barang kadaluarsa; (f) mengawasi dan melakukan tera ulang; (g)
mengirimkan temuan barang berbahaya ke laboratorium dan
mempublikasikan kepada konsumen daftar barang-barang yang
berbahaya; (g) menerima pengaduan konsumen dan memfasilitasi
penyelesaian permasalahan yang dialami konsumen serta (h)
menghimpun data perkembangan harga kebutuhan pokok. Sementara
apa yang dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam pemberdayaan
konsumen menurut pandangan para aparatur pemerintah antara lain
melakukan pembinaan kepada karyawan, melakukan sosialisasi
perlindungan konsumen, mengawasi harga barang dipasaran untuk
menjamin stabilitas harga terutama menjelang hari-hari raya, melakukan
operasi pasar terutama untuk melakukan pengecekan barang kadaluarsa,
mengirimkan temuan barang berbahaya ke laboratorium dan
mempublikasikan kepada konsumen daftar barang-barang berbahaya
yang secara prinsip merupakan implementasi dari tupoksinya.

4.1 PERSEPSI PENGETAHUAN ATAS REGULASI
KEBERDAYAAN KONSUMEN

Pada bagian ini menganalisis pengetahuan para aparatur pemerintah
tentang keberadaan regulasi yang berkaitan dengan keberdayaan
konsumen. Pengetahuan aparatur pemerintah tentang keberadaan
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 menunjukkan bahwa sebagian besar
yaitu 54% aparatur pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengetahui
keberadaan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Sementara itu, 33% cukup mengetahui keberadaan dari
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

| 23

dan hanya 13% yang kurang mengetahui keberadaan Undang-Undang
No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Regulasi lain yaitu Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015. Permendag
No.73/M-DAG/PER/9/2015 mengatur tentang Kewajiban Pencantuman
Label dalam Bahasa Indonesia pada barang baik barang produksi dalam
negeri maupun barang yang diimpor untuk keperluan dijual di dalam
negeri. Pengetahuan aparatur pemerintah tentang Permendag No.73/MDAG/PER/9/2015 menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 50%
aparatur pemerintah cukup mengetahui keberadaan Permendag No.73/
M-DAG/PER/9/2015. Sementara aparatur pemerintah yang mengetahui

keberadaan Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015 hanya sebesar 29%
dan 21% lainnya justru kurang mengetahui keberadaan regulasi ini.
Hal yang sama dengan Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015, para
aparatur pemerintah sebagian besar (46%) dalam kategori cukup
mengetahui keberadaan dari Permendag No.35/MDAG/PER/7/2013
tentang Pencantuman Harga Barang dan tarif Jasa yang Diperdagangkan.
Para aparatur pemerintah sebesar 29% mengetahui keberadaan dari
Permendag No.35/MDAG/PER/7/2013 dan 25% kurang mengetahui
adanya regulasi tersebut.
Berbeda dengan regulasi sebelumnya yaitu UU No 8 Tahun 1999,
Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015 dan Permendag No.35/
MDAG/PER/7/2013 pengetahuan aparatur pemerintah tentang
keberadaan Permendag No.19/M-DAG/PER/5/2009 sebagian besar
atau 42% dalam kategori kurang mengetahui adanya regulasi tersebut.
Permendag No.19/M-DAG/PER/5/2009 merupakan Peraturan Menteri
Perdagangan tentang Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan
Kartu Jaminan Purna Jual Dalam Bahasa Indonesia Bagi Produk Telematika
dan Elektronik.

24|


Dalam kaitannya dengan Permendag No.19/M-DAG/PER/5/2009
tentang Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan Kartu Jaminan
Purna Jual Dalam Bahasa Indonesia Bagi Produk Telematika dan Elektronik,
sebanyak 37% aparatur pemerintah cukup mengetahui adanya regulasi
tersebut dan hanya 21% yang mengetahui keberadaan regulasi tersebut.
Secara keseluruhan, pengetahuan para aparatur pemerintah atas
Undang-Undang No.8 Tahun 1999, Permendag No.73/M-DAG/ PER/ 9/
2015, Permendag No.19/M-DAG/PER/5/2009 dan Permendag No.35/
MDAG/PER/7/2013 tersaji dalam Gambar 4.1. Pengetahuan para aparatur
pemerintah tentang adanya UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen berada pada skor 7.54 yang berarti bahwa aparatur
pemerintah mengetahui adanya regulasi ini. Sementara itu, untuk ketiga
regulasi lainnya yaitu Permendag No.73/M-DAG/PER/ 9/ 2015, Permendag
No.19/M-DAG/PER/5/2009 dan Permendag No.35/ MDAG/PER/7/2013
menunjukkan pengetahuan adanya ketiga regulasi tersebut berada pada
skor 5.17 – 6.38 yang berarti bahwa para aparatur pemerintah cukup
mengetahui adanya regulasi tersebut.
8.00


7.54
6.38
5.17

6.00

5.88

6.24

4.00
2.00
0.00
UU No. 8/
1999

Permendag
No. 73/2005

Permendag

No. 19/2009

Permendag
No. 35/2013

Rata-rata

Sumber: Data primer diolah, 2017

Gambar 4.1 Pengetahuan Aparatur Pemerintah tentang Regulasi
Keberdayaan Konsumen

Rata-rata pengetahuan para aparatur pemerintah atas keempat regulasi
tersebut menunjukkan skor 6.24 yang berarti bahwa secara umum
| 25

aparatur pemerintah mengetahui adanya Undang-Undang No.8 Tahun
1999, Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015, Permendag No.19/ MDAG/PER/5/2009 dan Permendag No.35/MDAG/PER/7/2013. Namun
demikian, jika dianalisis lebih lanjut menunjukkan bahwa sebagian besar
(50%) aparatur pemerintah cukup mengetahui keberadaan dari keempat

regulasi tentang keberdayaan konsumen di atas. Sementara hanya 33%
aparatur pemerintah mengetahui bahkan 17% kurang mengetahui
keberadaan dari keempat regulasi tentang keberdayaan konsumen
tersebut. Pengetahuan aparatur pemerintah regulasi tentang keberdayaan
konsumen berkaitan erat dengan masa kerja aparatur pemerintah untuk
menangani masalah keberdayaan konsumen.
Tabel 4.1 Keterkaitan antara Pengetahuan tentang Regulasi Keberdayaan
Konsumen dan Masa Kerja
Kurang
Mengetahui
5 Thn

3

Kerja

Sumber: Data primer 2017

Semakin lama masa kerja dari aparatur pemerintah untuk menangani
masalah keberdayaan konsumen dalam hal ini lebih dari satu tahun, maka

terdapat kecenderungan para aparatur pemerintah ini akan lebih
mengetahui keberadaan dari regulasi yang berkaitan dengan keberdayaan
konsumen.

4.2 PERSEPSI PEMAHAMAN ATAS REGULASI
KEBERDAYAAN KONSUMEN
Jika pengetahuan mengacu pada seberapa tahu para aparatur
pemerintah tentang adanya regulasi yang berkaitan dengan

26|

keberdayaan konsumen, pemahaman lebih kepada sejauh mana
aparatur pemerintah mengerti substansi regulasi tentang dengan
keberdayaan konsumen.
Regulasi yang yang dimaksud adalah Undang-Undang No.8 Tahun 1999
yang mengatur tentang Perlindungan Konsumen, Permendag No.73/MDAG/PER/9/2015 yang mengatur tentang Kewajiban Pencantuman Label
dalam Bahasa Indonesia pada Barang, Permendag No.19/M-DAG/PER/
5/2009 yang tentang Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan
Kartu Jaminan Purna Jual Dalam Bahasa Indonesia Bagi Produk Telematika
dan Elektronik dan Permendag No.35/MDAG/PER/7/2013 yang mengatur

tentang Pencantuman Harga Barang dan tarif Jasa yang Diperdagangkan.
Berkaitan dengan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa sebagian
besar yaitu 58% aparatur pemerintah Provinsi Jawa Tengah cukup
memahami regulasi tersebut. Sementara itu, hanya 4% yang memahami
bahkan 38% aparatur pemerintah kurang memahami Undang-Undang
No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Dalam regulasi lain, yaitu Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015 yang
mengatur tentang Kewajiban Pencantuman Label dalam Bahasa
Indonesia pada barang baik barang produksi dalam negeri maupun
barang yang diimpor untuk keperluan dijual di dalam negeri menunjukkan
bahwa tidak ada satupun aparatur pemerintah memahami isi dari regulasi
ini. Hanya 42% dari aparatur pemerintah yang cukup memahami bahkan
58% kurang memahami isi Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015.
Hal yang sama dengan Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015, para
aparatur pemerintah tidak satupun memahami isi dari Permendag
No.35/MDAG/PER/7/2013 tentang Pencantuman Harga Barang dan tarif
Jasa yang Diperdagangkan. Para aparatur pemerintah sebesar 50%
cukup memahami dan 50% lainnya kurang memahami Permendag
No.35/MDAG/PER/7/2013.
| 27

Hal yang senada dengan pemahaman aparatur pemerintah tentang
Permendag No.73/M-DAG/PER/9/2015 dan Permendag No.35/MDAG/
PER/7/2013, pemahaman para aparatur pemerintah tentang adanya
Permendag No.19/M-DAG/PER/5/2009 adalah tidak satupun yang
memahami regulasi tersebut. Sebagian besar atau 58% dari aparatur
pemerintah bahkan kurang memahami isi regulasi tersebut. Sisanya
yaitu 42% aparatur pemerintah cukup memahami isi dari Permendag
No.19/M-DAG/PER/5/2009.
Gambar 4.2 menunjukkan pemahaman aparatur pemerintah tentang
Undang-Undang No.8 Tahun 1999, Permendag No.73/M-DAG/ PER/ 9/
2015, Permendag No.19/M-DAG/PER/5/2009 dan Permendag No.35/
MDAG/PER/7/2013 secara keseluruhan.
4.50
4.40

4.42

4.30

4.22

4.20

4.21

4.23

4.10
4.00

4.00
3.90
3.80
3.70
UU No. 8/
1999

Permendag
No. 73/2005

Permendag
No. 19/2009

Permendag
No. 35/2013

Rata-rata

Sumber: Data primer diolah 2017
Keterangan: untuk kepentingan analisis maka skor dibagi kedalam tiga kategori
meliputi; untuk skor antara 1,00 –4,00 = tidak memahami; 4,01-7,00 = cukup
memahami ; 7,01-10 = memahami

Gambar 4.2 Pemahaman Aparatur Pemerintah tentang Regulasi
Keberdayaan Konsumen

Pemahaman aparatur pemerintah tentang UU No. 8 Tahun 1999
memiliki skor 4.42 yang berarti bahwa aparatur pemerintah cukup
memahami isi dari UU No. 8 Tahun 1999. Sementara itu, pemahaman
aparatur pemerintah tentang Permendag No.73/M-DAG/ PER/ 9/2015
28|

memiliki skor 4.22 yang berarti bahwa aparatur pemerintah cukup
memahami isi regulasi tersebut.
Hal yang cukup mengkhawatirkan adalah pemahaman aparatur
pemerintah tentang Permendag No.19/M-DAG/PER/5/2009. Skor
pemahaman aparatur pemerintah tentang regulasi ini adalah sebesar
4.00 yang berarti bahwa aparatur pemerintah kurang memahami
bagaimana tata cara pendaftaran petunjuk penggunaan dan kartu jaminan
purna jual dalam Bahasa Indonesia. Sementara itu, pemahaman aparatur
pemerintah tentang Permendag No.35/ MDAG/ PER/7/2013 menunjukkan
skor 4.21 yang berarti bahwa para aparatur pemerintah cukup memahami
isi regulasi tersebut.
Rata-rata pengetahuan para aparatur pemerintah tentang keempat regulasi
tersebut menunjukkan skor 4.23 yang berarti bahwa aparatur pemerintah
cukup memahami isi Undang-Undang No.8 Tahun 1999, Permendag
No.73/M-DAG/PER/9/2015, Permendag No.19/M-DAG/PER/5/2009
dan Permendag No.35/MDAG/PER/7/2013.
Pemahaman aparatur pemerintah tentang regulasi yang berkaitan
dengan keberdayaan konsumen ini diduga berkaitan erat dengan masa
kerja para aparatur pemerintah untuk menangani keberdayaan konsumen.
Hal ini tidak bisa dipungkiri sebab masa kerja sebagian besar dari
aparatur pemerintah masih memiliki masa kerja dalam urusan
perlindungan konsumen antara 4 sampai 6 bulan.
Tabel 4.2 Keterkaitan antara Pemahaman dan Masa Kerja

Masa
Kerja

5 Tahun

Kurang
Memahami
13

Pemahaman
Memahami
3
5
2

Sangat
Memahami

1

Sumber: Data primer diolah, 2017

| 29

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa aparatur pemerintah yang kurang
memahami regulasi tentang keberdayaan konsumen adalah yang
memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun. Sementara, aparatur
pemerintah yang sangat memahami regulasi tentang keberdayaan
konsumen adalah aparatur pemerintah yang memiliki masa kerja lebih
dari 5 tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya indikasi adanya
keterkaitan antara masa kerja dengan pemahaman atas regulasi
keberdayaan konsumen.

4.3. GAP ANTARA PERSEPSI PENGETAHUAN DAN
PEMAHAMAN REGULASI KEBERDAYAAN
KONSUMEN
Gap antara pengetahuan dan pemahaman atas regulasi keberdayaan
konsumen ditunjukkan dalam Gambar 4.3. Perbedaan tingkat
pengetahuan dan pemahaman aparatur pemerintah tentang regulasi
dapat menunjukkan bahwa dalam hal aparatur pemerintah mengetahui
adanya regulasi tentang keberdayaan konsumen belum tentu para
aparatur pemerintah ini memahami isi regulasi tersebut.
Gambar 4.3 menunjukkan adanya kesenjangan untuk semua regulasi.
Pengetahuan atas keempat regulasi keberdayaan konsumen menunjukkan
skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemahaman tentang isi
keempat regulasi keberdayaan konsumen. Hal tersebut secara lebih
jelas nampak dalam Tabel 4.4 yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kategori untuk keempat regulasi keberdayaan konsumen.
Untuk UU no 8 Tahun 1999 menunjukkan bahwa pengetahuan berada
dalam kategori tinggi (mengetahui) sementara pemahaman berada
dalam kategori sedang (cukup memahami).

30|

Rata-rata

4.23

Permendag No...

4.21

Permendag No.73...

4.00

Permendag No.19/...

4.22

UU No.8/1999

4.42

Pemahaman
0.00

2.00

4.00

Pengetahuan
6.00

8.00

Sumber: Data primer diolah, 2017

Gambar 4.3 Gap Pengetahuan dan Pemahaman Aparatur Pemerintah
tentang Regulasi Keberdayaan Konsumen

Ketiga regulasi lainnya yaitu Permendag No.73/M-DAG/PER/9/ 2015,
Permendag No.35/MDAG/PER/7/2013 dan Permendag No.19 /M DAG/PER/5/2 0 0 9 menunjukkan bahwa pengetahuan berada dalam
kategori sedang (cukup memahami) sementara pemahaman berada
dalam kategori rendah (tidak memahami). Gap tersebut mengindikasikan
bahwa aparatur pemerintah yang mengetahui regulasi keberdayaan
konsumen tidak senantiasa memahami isi dari regulasi tersebut.

Tabel 4.3 Analisis Gap Antara Pengetahuan dan Pemahaman Aparatur
Pemerintah tentang Regulasi Keberdayaan Konsumen
Pengetahuan
Pemahaman
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
UU No.8 Tahun 1999
Permendag
No.73 Thn 2015
Permendag
No.35 Thn 2013
Permendag
No.19 Thn 2009

v

v
v

v

v

v

v

v

Ket
Terdapat
Gap
Terdapat
Gap
Terdapat
Gap
Terdapat
Gap

| 31