e book majalah traveling backpacking keliling sumatera luar dalam
KELILING SUMATERA
LUAR DALAM
S
PROLOG
Edisi Foto Sumatera
umatera
itu tidak
biasa dan
tidak terlalu mahal.
Itu menjadi nilai
le-bih mengapa
Sumatera layak
menjadi target
jika ingin melakukan perjalanan ala backpacker. Sepuluh
provinsi di dalamnya punya keseruan yang berbeda, meskipun ada dua yang terbaik: Sumatera Utara dan Sumatera
Barat. Dua provinsi itu punya budaya yang paling kuat dan
tempat wisata yang paling banyak.
Tidak semua daerah wisata di Sumatera dapat diakses
dengan mudah. Bahkan sebaliknya, kebanyakan sulit diakses.
Misalnya untuk menuju Pulau Galang di Kepulauan Riau. Bis
tidak dapat mengaksesnya sampai tempat wisata bekas tempat pengungsian Vietnam itu. Yang ada hanya taksi, yang itu
jelas mahal.
Atau ketika ingin menuju Abai, sebuah daerah di Solok
Selatan, Sumatera Barat. Di sana terdapat rumah bagonjong
(rumah adat minangkabau) terpanjang sedunia. Tapi untuk
menuju ke sana, tidak ada ojeg dan tidak ada angkutan umum.
Tapi di situ serunya. Semakin sulit digapai semakin
seru, semakin berkesan, dan semakin bernilai cerita. Sumatera
punya banyak yang semacam itu.
Kali ini, Backpackin menghadirkan edisi khusus foto
Sumatera yang foto dan datanya banyak bercermin dari buku
“Keliling Sumatera Luar Dalam” terbitan Grasindo yang ditulis
oleh Muhammad Iqbal. Perjalanan Iqbal selama 108 hari
berkeliling Sumatera ditulis dalam catatan-catatan perjalanan
singkat yang tersegmentasi berdasarkan provinsi.
Selamat menikmati
Edisi Foto Sumatera
R
BANGUNAN
Edisi Foto Sumatera
umahrumah
adat
Sumatera memang
beragam, tetapi
tetap mempunyai
satu kesamaan: berbentuk panggung.
Dari banyak suku yang ada di Sumatera, rumah adat yang paling terkeal adalah rumah adat suku minangkabau, namanya
rumah bagonjong. Bagonjong adalah sebutan untuk bentuk
atap yang seperti tanduk kerbau.
Rumah bagonjong paling mudah ditemui di Solok
Selatan. Di sana, tepatnya di Abai, terdapat rumah bagonjong
terpanjang dengan jumlah pintu 21 buah. Sayangnya akses
jalan menuju Abai cukup sulit. Tidak ada angkutan umum.
Mencari pangkalan ojeg pun setengah mati.
Kalau mau melihat bangunan bagonjong dengan
akses jalan mudah, lebih baik menuju istana pagaruyung.
Meskipun sudah tidak asli lagi, tapi bangunan istana bisa
mencerminkan bagaimana suku minangkabau membuat
bangunan kebesarannya.
Itu di Sumatera Barat. Beda dengan Aceh. Di Aceh,
bangunan yang mudah sekali ditemui adalah masjid. Sebutan
“masjid” hanya berlaku untuk masjid yang betul-betul besar.
Kalau kecil, biasanya disebut meunasah atau langgar, yaitu
semacam mushola yang menjadi sentra kegiatan keagamaan
di Aceh. Biasanya satu kampung/desa memiliki satu buah
meunasah.
Sumatera juga memiliki jembatan-jembatan megah
yang seringkali menjadi icon wilayah setempat. Misalnya
Jembatan Ampera di Palembang dan Jembatan Barelang di
Batam. Jembatan Barelang bukan hanya menghubungkan dua
daratan yang terputus oleh sungai, tetapi menghubungkan
dua buah pulau yang terputus oleh laut, yaitu Pulau Batam
dengan pulau di Selatan-nya.
Edisi Foto Sumatera
Masjid kuning Pulau Penyengat. Konon
pembuatannya menggunakan kuning telur
sebagai bahan perekat.
Bintan,
Kepulauan Riau
Banda Aceh, NAD
Masjid Baiturrahman, icon Kota Banda Aceh
Meulaboh, NAD
Masjid termegah di tengah kota Meulaboh.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Rumah adat Mentawai. Terdapat tempat untuk
duduk-duduk di sekeliling rumah yang digunakan
untuk keluarga berkumpul, biasanya sore hari.
Siberut, Sumatera Utara
Ranah Pantai Cermin,
Sumatera Barat
Rumah bagonjong terpanjang di RPC atau
kedua terpanjang se-Sumatera Barat.
Pagaruyung, Sumatera Barat
Istana Pagaruyung menjadi lambang kerajaan Pagaruyung yang tersisa,
meskipun bukan bangunan yang sebenarnya.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Rumah sederhana ini banya terlihat
di sekitar Gunung Tujuh. Sebagian
besar masyarakat menggantungkan
hidupnya dengan bertani.
Gunung Tujuh, Jambi
Replika SD Muhammadiyah, tempat
shooting film Laskar Pelangi.
Gantong, Bangka Belitung
Bandar Lampung, Lampung
Belinyu, Bangka Belitung
Bangunan Pizza Hut menggunakan “siger” lambang
khas Lampung di atas bengunannya. Hampir seluruh
toko juga memasang lambang serupa.
Tempat ibadah yang banyak ditemukan di Belinyu.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Gapuy, NAD
Meunasah yang dimiliki setiap desa di Aceh sebagai
sentra kegiatan keagamaan desa.
Pulau Balai, NAD
Keramba jaring apung (KJA). Masyarakat pulau
Balai menggantungkan hidupnya kepada laut,
sebagian melaut, sebagian membuat KJA.
Edisi Foto Sumatera
Batam,
Kepulauan Riau
Jembatan Barelang sebagai icon Batam, penyambung dua pulau.
Edisi Foto Sumatera
B
HEWAN
Edisi Foto Sumatera
eberapa
hewan
cukup
khas di Sumatera,
misalnya harimau
sumatera atau gajah
sumatera. Yang
pa-ling terkenal sebagai sumbernya gajah adalah Way Kambas. Di dalam taman
nasional tersebut, terdapat Pusat Latihan Gajah (PLG) yang
mempunyai kandang berisi 63 ekor gajah. Semua mempunyai
nama, meskipun tidak ada yang bisa mengejanya.
Taman nasional lain yang khas adalah Taman Nasional
Gunung Leuser (TNGL). TNGL ini begitu luas dan mempunyai
beberapa titik masuk, salah satu yang terkenal adalah Bukit
Lawang. Yang menarik di Bukit Lawang adalah adanya feeding
Orang Utan setiap pagi dan sore. Wisatawan boleh ikut melihat aktivitas yang mencekam tersebut. Dikatakan mencekam
karena bukan tidak mungkin tiba-tiba Orang Utan tersebut
mendatangi pengunjung dan menggaruknya. Percayalah,
digaruk Orang Utan itu tidak enak dan tidak perlu dicoba.
Selain gajah dan orang utan, sebetulnya tidak banyak yang bisa diceritakan tentang satwa endemic Sumatera.
Hanya saja ada beberapa yang punya perilaku unik. Misalnya
sapi-sapi yang berkeliaran di Aceh. Ada yang bilang, Aceh
adalah kandang sapi terbesar di dunia. Di mana-mana ada
sapi, di pantai ada sapi, di kampung-kampung ada sapi, bahkan di jalan raya juga banyak sapi yang berkeliaran.
Aceh juga punya kekhasan unik pada kambing-kambingnya. Di sebagian tempat, ditemui kambing-kambing yang
lehernya dikalungi kayu segitiga pengaman. Kayu pengaman
itu bertujuan membatasi kambing tersebut masuk ke pekarangan tetangga. Karena kalau sudah masuk, kambing itu bisa
merusak mood pemilik pekarangan. Terhadap pekarangan, si
kambing bisa melakukan tiga hal: memakannya, menginjakinjaknya, atau memakan sembari menginjak-injaknya.
Edisi Foto Sumatera
Palang kayu ditempelkan ke leher
kambing agar tidak bisa masuk dan
merusak pekarangan tetangga.
Blang Pidie, NAD
Calang, NAD
Sapi-sapi berkeliaran di jalur lintas barat
Sumatera itu sudah pemadangan biasa.
Way Jepara, Lampung
Edisi Foto Sumatera
Kandang gajah di Pusat Latihan Gajah yang terisi 63 ekor
gajah jinak berasal dari Taman Nasional Way Kambas
Edisi Foto Sumatera
Seekor Orang Utan di Bukit Lawang sedang
menikmati makanan yang diberikan pengelola.
Feeding Orang Utan terbuka untuk wisatawan.
Bukit Lawang, Sumatera Utara
Jarai, Sumatera Selatan
Anjing-anjing dengan bebas
berkeliaran di pasar Jarai.
Geurugok, NAD
Pasar hewan selalu ada di hari Selasa. Ketika pembeli dan penjual sudah
deal harga, maka mereka akan mengucapkan akad.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Umang-umang di Pulau Bunta berjalan dengan bebas. Banyak sekali
corak dan motif umang-umang yang
terhampar di pulau cantik ini.
Pulau Bunta, NAD
Seekor kepiting sedang berkeliaran di
pantai. Ia dan kawan-kawannya akan
berpura-pura menjadi batu ketika ada
getaran mencurigakan.
Pulau Nasi, NAD
Rimo, NAD
Bukittinggi, Sumatera Barat
Tiga ekor bebek sebagai peliharaan transmigran
asal Jawa. Masih ada puluhan lagi di kandang.
Kuda-kuda wisata di Bukit Ambacang.
Dahulu tempat ini menjadi arena
wisata orang-orang Belanda ketika
masa kolonial.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Senagan, NAD
Sapi laut. Hidup, makan, dan tidur di pinggir pantai.
Pemiliknya melepasliarkan begitu saja.
Kalianda, Lampung
Seorang warga sedang memisahkan daging bekicot
dari cangkangnya, untuk digulai lauk makan siang.
Singkarak, Sumatera Barat
Ikan bilih sebagai ikan endemik Danau Singkarak. Banyak dijual di pinggiran danau.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
G
KENDARAAN
Edisi Foto Sumatera
eografisnya yang
dikelilingi
laut, diselipi bermacam sungai, dan
juga permukaannya
yang naik turun,
membuat Sumatera
punya banyak sekali jenis kendaraan. Jenis kendaraan dari
tiap-tiap kota pun bisa jadi begitu berbeda. Belum lagi kalau
bicara kendaraan tradisionalnya.
Becak bisa mempunyai definisi yang banyak sekali.
Ada yang pengemudinya di belakang, ada yang di samping.
Ada yang bermesin ada yang tidak. Dan bentuk tempat duduk
bagi penumpangnya, ada yang permanen tertutup, ada yang
bisa ditutup-buka.
Kita akan mudah menemukan pompong alias perahu
tradisional di pesisir pantai atau sungai. Kalau si pemilik punya uang agak berlebih, biasanya dia menambahkan mesin di
belakang pompongnya.
Kendaraan tradisional tidak kalah banyaknya. Misalnya
sapi sebagai alat angkut orang dan barang yang mudah ditemukan di Kayu Aro, Jambi. Atau seperti gerobak di Hinako,
sebuah pulau kecil di sebelah Barat Nias.
Taksi yang berada di Batam punya cara unik dalam
pembayaran. Bukan menggunakan argo, tetapi ongkosnya
dibebankan per kepala. jadi dalam satu taksi bia berisi empat
orang yang tidak saling kenal. Kurang lebih seperti angkot
yang ber-AC dan berkursi empuk.
Edisi Foto Sumatera
Angkutan umum Brastagi – Medan jarang
sekali memiliki atap yang bersih. Ada saja
yang mengisinya, mulai dari kursi, karung,
sepeda, bahkan sepeda motor.
Brastagi, Sumatera Utara
Padang, Sumatera Barat
Angkot Kota Padang penuh dengan stiker di sekujur bodi.
Blang Pidie, NAD
Angkutan umum di Blang Pidie disebut “labi-labi”.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Membelah Sungai Bahorok untuk menyeberangkan wisatawan yang ingin melihat
pemberian makan orang utan.
Bukit Lawang, Sumatera Utara
Toba, Sumatera Utara
Kapal-kapal penumpang menuju
Tomok, Pulau Samosir.
Kayu Aro, Jambi
Sapi penarik gerobak sebagai salah satu alat transportasi masyarakat,
terutama petani.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Becak-becak yang menggunakan
sepeda ontel sebagai penggeraknya
menjadi ciri khas Belawan.
Belawan, Sumatera Utara
Pedagang sayur menggunakan becak
motor hasil modifikasi untuk menjajakan dagangannya.
Gunung Sitoli, Sumatera Utara
Subulussalam, NAD
Merek, Sumatera Utara
Becak dengan kursi penumpang berpenutup adalah
pemandangan yang lazim di Subulussalam.
Seorang pemuda sedang menaiki kerbaunya yang
terkadang berlari dan mengguncang-guncangkan
si pemuda.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Medan,
Sumatera Utaea
Kereta api ekonomi tujuan Binjai.
Bengkalis, Riau
Odong-odong menjadi hiburan anak-anak ketika
berkunjung ke pinggir pantai Bengkalis.
Batam, Kepulauan Riau
Taksi-taksi menor di Pelabuhan Sekupang.
Tarif yang dipakai adalah tarif per kepala,
bukan per taksi.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
K
MAKANAN
Edisi Foto Sumatera
uliner
Sumatera
terkenal
dengan masakanmasakannya yang
pedas dan berbumbu tajam. Terutama
Sumatera Barat.
Sentra masakan padang di Sumatera Barat adalah di Bukittinggi. Jangan harap menemukan label “masakan padang”
di sini, karena memang semuanya masakan padang. Sama
seperti, jangan harap menemukan “mie aceh” di Aceh.
Pempek tidak kalah terkenalnya dengan masakan
padang. Mudah sekali menemukan pempek di Sumatera
Selatan dan Bangka Belitung. Tinggal pilih, mau yang seribuan
atau yang empat ribuan?
Beda sekali dengan kawan-kawan di Kepulauan Mentawai. Kalau mayoritas masyarakat Indonesia makannya beras, penduduk Mentawai mayoritas makan sagu. Pohon sagu
terhapar di mana-mana. Masyarakat tidak perlu menanam
untuk bisa mendapatkan pohon sagu. Sama halnya dengan
pisang, masyarakat tidak perlu menanam pisang untuk bisa
mendapatkan pisang gratis.
Bicara buah, jangan lupakan Brastagi. Kalau kita sering
makan jeruk medan, maka sebetulnya itu adalah jeruk brastagi. Tapi mungkin karena Medan lebih terkenal dari Brastagi,
dan mungkin secara branding dirasa lebih oke, maka disebutlah jeruk medan. Brastagi punya banyak sekali jenis buah
tropis selain jeruk.
Edisi Foto Sumatera
Laksa untuk sarapan, dimakan
dengan kuah kuning.
Sungailiat, Bangka Belitung
Kuala Simpang, NAD
Lemang di pasar Kuala Simpang.
Brastagi, Sumatera Utara
Beragam buah yang dijual di pasar Brastagi.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Kue-kue kecil yang dijual di dalam gerobak oleh
seorang yang berkeliling Kota Pagaralam.
Pagaralam, Sumatera Selatan
Pagaralam, Sumatera Selatan
Kerupuk ikan dan kopi yang disediakan
penyelenggara hajat pernikahan kepada
warga yang membantu.
Sungailiat, Bangka Belitung
Pantiaw banyak dijual di pagi hari, dimakan dengan kuah bening.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Telur dijual per butir dengan harga
berbeda, tergantung ukuran.
Belawan, Sumatera Utara
Tuak mudah ditemui di dalam warung-warung
makan. Satu botol empat ribu rupiah.
Gunung Sitoli, Sumatera Utara
Pagaruyung, Sumatera Barat
Bengkalis, Riau
Durian dijual dengan hitungan potong. Satu
potong sekitar seribu rupiah.
Lempuk durian yang sangat khas Bengkalis.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Siberut, Sumatera Utara
Sagu sebagai makanan utama masyarakat
Kepulauan Mentawai.
Padang, Sumatera Barat
Teh telor, minuman berenergi dari tanah Minang.
Bukittinggi,
Sumatera Barat
Yoghurt dalam bambu yang dikenal dengan sebutan dadiah
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
D
WISATA DAN
BUDAYA
Edisi Foto Sumatera
ibandingkan beberapa pulau
besar di Indonesia,
Sumatera punya
gunung-gunung
yang lebih tinggi,
danau-danau yang
lebih luas, pantai-pantai yang lebih bagus, air-air terjun yang
lebih tinggi, bahasa yang lebih beragam, dan suku yang lebih
banyak. Meskipun untuk mencapainya juga lebih sulit, karena
akses jalan dan kendaraan yang kurang.
Ujung-ujungnya, wisatawan perlu mengeluarkan
ongkos yang lebih banyak untuk transportasi, akomodasi, dan
konsumsi. Tapi coba perhatikan apa yang bisa didapat. Sebut
saja Kota Padang. Di dalam satu kota, Padang mempunyai
pantai sekaligus gunung. Pantai Padang membentang di Barat
kota dan menjadi tempat santai bagi penduduknya.
Hanya selang dua jam dari Kota Padang, kita sudah
sampai ke Bukittinggi yang disebut-sebut sebagai Kota Wi-
sata. Bagaimana tidak, dalam Bukittinggi terdapat Ngarai
Sianok, Benteng Fort de Kock, kebun binatang, Lobang Jepang
sebagai peninggalan sejarah, dan tak lupa icon Jam Gadang
yang melegenda.
Jangan lupakan wisata alam. Gunung tertinggi di
Sumatera adalah Gunung Kerinci di Jambi. Di sebelahnya,
terdapat Gunung Tujuh yang di atasnya memiliki danau indah.
Meskipun Danau Tujuh adalah yang danau tertinggi
di Sumatera, tetapi bukan yang terluas. Beberapa danau yang
terluas di Sumatera –dan ternyata juga terluas di Indonesiaadalah Danau Toba, Danau Singkarak, dan Danau Maninjau.
Pantai-pantai Bangka Belitung melejit terkenal setelah
Andrea Hirata menceritakannya dalam novel Laskar Pelangi.
Tapi sebetulnya bukan karena Andre Hirata. Dari dulu pantaipantai di Bangka Belitung memang sudah bagus, hanya saja
baru terekspos.
Selain penuh dengan tempat wisata, Sumatera juga
memiliki corak budaya yang tinggi. Ini wajar karena memang
setiap provinsi memiliki latar suku dan bahasa yang berbeda.
Terkadang malah di sebuah provinsi terdapat beberapa suku.
Edisi Foto Sumatera
Kuburan-kuburan Cina menghiasi
pinggiran jalan setapak menuju
puncak Gunung Padang.
Padang, Sumatera Barat
Sungei Penuh, Jambi
Penggilingan kopi tradisional dengan kayu sebagai
bahan dasar pembuat api untuk “memasak” kopi.
Sungailiat, Bangka Belitung
Edisi Foto Sumatera
Pantai Parai Tenggiri yang dikelola swasta. Pengunjung
pun harus bayar untuk menikmati pantai ini.
Edisi Foto Sumatera
Ayunan tradisional untuk menidurkan anak
Babahrot, NAD
Calang, NAD
Geurute menjadi peristirahatan bagi pejalan dari Calang ke Banda Aceh, atau
sebaliknya. Dari bukit Geurute, terlihat beberapa pulau kecil berpasir putih.
Edisi Foto Sumatera
Merek, Sumatera Utara
Air terjun sipiso-piso, tertinggi di
Sumatera.
Edisi Foto Sumatera
amparan perkebunan teh Kayu Aro
menjadi halaman Gunung Kerinci.
Kayu Aro, Jambi
Pantai Tanjung Tinggi, tempat shooting Laskar
Pelangi. Penuh dengan batu-batu besar, ada beberapa batu yang sebesar rumah.
Tanjung Tinggi, Bangka Belitung
Danau Kerinci, Jambi
Banda Aceh, NAD
Danau Kerinci yang ternyata tidak dekat
dari Gunung Kerinci.
Nama-nama korban tsunami 2004 yang tertulis di
dalam Museum Tsunami.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Sidikalang,
Sumatera Utara
Taman Wisata Iman di Kabupaten Dairi, Sidikalang
Halau, Sumatera Barat
Lembah Halau semakin memesona dengan adanya
sawah-sawah yang menghampar di sekelilingnya.
Padang, Sumatera Barat
Tempat bagi pejalan kaki di Jembatan Siti
Nurbaya. Di bawah jembatan tersebut, banyak
perahu-perahu tradisional yang sedang parkir.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
K
OUTSTANDING
Edisi Foto Sumatera
etika
berkeliling
Sumatera,
tampak beberapa
hal di luar dugaan.
Misalnya Pertamini
di Bukittinggi. Dari
namanya yang mirip,
bisa ditebak bahwa ini ada kaitannya dengan Pertamina.
Kesamaannya adalah bahwa keduanya sama-sama menjual
minyak premium. Bedanya, di Pertamina punya alat-alat besar
dan tanki yang besar di bawah tanah, sementara di Pertamini
alat-alatnya kecil dan tanki minyaknya juga kecil. Meskipun
tidak mempunyai legalitas, tapi toh masih banyak ditemukan
Pertamini di Bukittinggi.
Di Pulau Balai-NAD dan Pulau Sebesi-Lampung,
kita akan dengan mudah menemukan tumpukan batu
karang. Masyarakat membangun rumahnya dengan batubatu karang ini. “Mana kuat beli bahan-bahan material dari
seberang,” kata seorang warga Pulau Balai. Memang akan
jauh lebih murah membeli batu karang ketimbang membeli bahan material bangunan. Beberapa nelayan memang
mempunyai mata pencarian mencari batu karang lalu menjualnya kepada warga pulau.
Intrik kepulauan lain misalnya di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai. Mayoritas masyarakat di pulau ini belum
terakses listrik. Mereka menggunakan lampu petromak ketika
malam hari. Sebagian di antaranya memiliki genset berbahan
bakar solar yang harganya melejit Rp 10.000/liter. Padahal itu
solar bersubsidi yang seharusnya Rp 4.500/liter.
Dengan lampu minyak, anak-anak sekolah belajar
seadanya. Tapi tidak terlihat satupun anak seusia SD dan SMP
yang menggunakan kacamata, meskipun setiap malam belajar
dengan lampu yang intesnsitas cahayanya naik turun itu.
Selain tidak teraliri listrik, Siberut juga tidak kedapatan
sinyal HP yang memadai. Percuma saja punya HP dan punya
banyak sinyal, wong terima SMS saja sulit. Masyarakat di
Saibi –salah satu daerah di Siberut- harus berjalan ke bukit
untuk mencari sinyal. Terkadang sudah menunggu berjamjam di bukit tersebut, tetap saja tidak kebagian sinyal.
Edisi Foto Sumatera
Pertamini, pom bensin mini. Meski ilegal,
tapi banyak ditemukan.
Bukittinggi, Sumatera Barat
Sebesi, Lampung
Tumpukan batu karang berada di depan sebuah rumah
warga untuk kemudian menjadi bahan mendirikan rumah.
Siberut, Sumatera Barat
Edisi Foto Sumatera
Seorang siswi SD sedang belajar dengan bantuan lampu
minyak, karena listrik belum masuk ke daerahnya.
Edisi Foto Sumatera
Di pasar Belimbing, dua jam setelah Lahat ke arah Pagaralam,
terdapat plang Mandiri dengan penunjuk arah dan keterangan:
28 km lagi. Tampaknya itu adalah bank terdekat.
Belimbing, Sumatera Selatan
Way Jepara, Lampung
Lampu belor digunakan warga di sekitar Taman Nasional Way Kambas untuk
menakut-nakuti gajah liar yang masuk
ke ladang atau pemukiman.
Pulau Hinako, Sumatera Utara
Masyarakat menggunakan kelambu untuk tidur agar terhindar dari demam berdarah.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Wajah anak-anak Siberut.
Seorang warga sedang menunggu
sinyal datang ke telepon selularnya.
Siberut, Sumatera Barat
Siberut, Sumatera Barat
Siberut, Sumatera Barat
Siberut, Sumatera Barat
Dua kakak beradik keturunan Siberut sedang dudukduduk di teras rumahnya.
Anak panah beracun yang digunakan warga
Siberut untuk berburu.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Gunung Tujuh, Jambi
Pendakian Gunung Tujuh akan melewati hamparan hutan yang sudah ditebang dan ditanami warga dengan komoditi pertanian.
Pulau Balai, NAD
Seorang nelayan sedang memindahkan batu
karang yang diambilnya dari laut, untuk
kemudian dijual kepada warga pulau yang
ingin membangun rumah.
Samosir, Sumatera Utara
Beberapa penjual di pasar tradisional
Samosir dengan penutup kepala dari
lipatan kain yang khas.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
“
Keliling Sumatera Luar Dalam” menjadi buku travelling pertama Muhammad Iqbal. Pria keturunan Aceh ini lahir 4 May
1986. Sejak duduk di bangku kuliah, Iqbal, sapaan akrabnya,
sudah berkecimpung di dunia jurnalistik dengan bergabung di
Koran Kampus Institut Pertanian Bogor.
Lepas kuliah, Iqbal tetap menekuni dunia jurnalistik dengan bergabung di beberapa media. Dari liputan keluar kota hingga keluar
provinsi inilah timbul hobi jalan-jalannya.
Iqbal lebih memilih jalan-jalan “ala kadar”-nya atau sekarang ini
sedang tren dengan sebutan backpacker-an. Ini cara dia “menikmati” perjalanannya, keluar
dari zona nyaman yang selama ini dia dapat.
Dari hobi backpacker-an, iqbal bersua banyak kawan. Belum banyak orang Indonesia yang
tahu keindahan alam Indonesia, Iqbal bersama teman-teman kemudian mendirikan majalah online Backpackin Magazine. Tujuannya sederhana : meyakinkan dan menunjukkan
kepada orang Indonesia bahwa Indonesia itu Indah.
Tak cukup itu, dengan memberanikan diri keluar dari tempat dia bekerja, iqbal mengembara selama tiga bulan untuk mengeksplor Pulau Sumatera. Tujuannya sama : menunjukkan keindahan Pulau Sumatera, karena belum banyak yang tahu keindahan wisata dan
alam pulau tersebut. Dan akhirnya melalui penerbit Grasindo, pengembaraannya dibukukan di dalam buku “Keliling Sumatera Luar Dalam”.
Selamat membaca, semoga buku ini menginspirasi para pembaca untuk menjelajah
wisata-wisata di Indonesia karena INDONESIA ITU INDAH!.
LUAR DALAM
S
PROLOG
Edisi Foto Sumatera
umatera
itu tidak
biasa dan
tidak terlalu mahal.
Itu menjadi nilai
le-bih mengapa
Sumatera layak
menjadi target
jika ingin melakukan perjalanan ala backpacker. Sepuluh
provinsi di dalamnya punya keseruan yang berbeda, meskipun ada dua yang terbaik: Sumatera Utara dan Sumatera
Barat. Dua provinsi itu punya budaya yang paling kuat dan
tempat wisata yang paling banyak.
Tidak semua daerah wisata di Sumatera dapat diakses
dengan mudah. Bahkan sebaliknya, kebanyakan sulit diakses.
Misalnya untuk menuju Pulau Galang di Kepulauan Riau. Bis
tidak dapat mengaksesnya sampai tempat wisata bekas tempat pengungsian Vietnam itu. Yang ada hanya taksi, yang itu
jelas mahal.
Atau ketika ingin menuju Abai, sebuah daerah di Solok
Selatan, Sumatera Barat. Di sana terdapat rumah bagonjong
(rumah adat minangkabau) terpanjang sedunia. Tapi untuk
menuju ke sana, tidak ada ojeg dan tidak ada angkutan umum.
Tapi di situ serunya. Semakin sulit digapai semakin
seru, semakin berkesan, dan semakin bernilai cerita. Sumatera
punya banyak yang semacam itu.
Kali ini, Backpackin menghadirkan edisi khusus foto
Sumatera yang foto dan datanya banyak bercermin dari buku
“Keliling Sumatera Luar Dalam” terbitan Grasindo yang ditulis
oleh Muhammad Iqbal. Perjalanan Iqbal selama 108 hari
berkeliling Sumatera ditulis dalam catatan-catatan perjalanan
singkat yang tersegmentasi berdasarkan provinsi.
Selamat menikmati
Edisi Foto Sumatera
R
BANGUNAN
Edisi Foto Sumatera
umahrumah
adat
Sumatera memang
beragam, tetapi
tetap mempunyai
satu kesamaan: berbentuk panggung.
Dari banyak suku yang ada di Sumatera, rumah adat yang paling terkeal adalah rumah adat suku minangkabau, namanya
rumah bagonjong. Bagonjong adalah sebutan untuk bentuk
atap yang seperti tanduk kerbau.
Rumah bagonjong paling mudah ditemui di Solok
Selatan. Di sana, tepatnya di Abai, terdapat rumah bagonjong
terpanjang dengan jumlah pintu 21 buah. Sayangnya akses
jalan menuju Abai cukup sulit. Tidak ada angkutan umum.
Mencari pangkalan ojeg pun setengah mati.
Kalau mau melihat bangunan bagonjong dengan
akses jalan mudah, lebih baik menuju istana pagaruyung.
Meskipun sudah tidak asli lagi, tapi bangunan istana bisa
mencerminkan bagaimana suku minangkabau membuat
bangunan kebesarannya.
Itu di Sumatera Barat. Beda dengan Aceh. Di Aceh,
bangunan yang mudah sekali ditemui adalah masjid. Sebutan
“masjid” hanya berlaku untuk masjid yang betul-betul besar.
Kalau kecil, biasanya disebut meunasah atau langgar, yaitu
semacam mushola yang menjadi sentra kegiatan keagamaan
di Aceh. Biasanya satu kampung/desa memiliki satu buah
meunasah.
Sumatera juga memiliki jembatan-jembatan megah
yang seringkali menjadi icon wilayah setempat. Misalnya
Jembatan Ampera di Palembang dan Jembatan Barelang di
Batam. Jembatan Barelang bukan hanya menghubungkan dua
daratan yang terputus oleh sungai, tetapi menghubungkan
dua buah pulau yang terputus oleh laut, yaitu Pulau Batam
dengan pulau di Selatan-nya.
Edisi Foto Sumatera
Masjid kuning Pulau Penyengat. Konon
pembuatannya menggunakan kuning telur
sebagai bahan perekat.
Bintan,
Kepulauan Riau
Banda Aceh, NAD
Masjid Baiturrahman, icon Kota Banda Aceh
Meulaboh, NAD
Masjid termegah di tengah kota Meulaboh.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Rumah adat Mentawai. Terdapat tempat untuk
duduk-duduk di sekeliling rumah yang digunakan
untuk keluarga berkumpul, biasanya sore hari.
Siberut, Sumatera Utara
Ranah Pantai Cermin,
Sumatera Barat
Rumah bagonjong terpanjang di RPC atau
kedua terpanjang se-Sumatera Barat.
Pagaruyung, Sumatera Barat
Istana Pagaruyung menjadi lambang kerajaan Pagaruyung yang tersisa,
meskipun bukan bangunan yang sebenarnya.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Rumah sederhana ini banya terlihat
di sekitar Gunung Tujuh. Sebagian
besar masyarakat menggantungkan
hidupnya dengan bertani.
Gunung Tujuh, Jambi
Replika SD Muhammadiyah, tempat
shooting film Laskar Pelangi.
Gantong, Bangka Belitung
Bandar Lampung, Lampung
Belinyu, Bangka Belitung
Bangunan Pizza Hut menggunakan “siger” lambang
khas Lampung di atas bengunannya. Hampir seluruh
toko juga memasang lambang serupa.
Tempat ibadah yang banyak ditemukan di Belinyu.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Gapuy, NAD
Meunasah yang dimiliki setiap desa di Aceh sebagai
sentra kegiatan keagamaan desa.
Pulau Balai, NAD
Keramba jaring apung (KJA). Masyarakat pulau
Balai menggantungkan hidupnya kepada laut,
sebagian melaut, sebagian membuat KJA.
Edisi Foto Sumatera
Batam,
Kepulauan Riau
Jembatan Barelang sebagai icon Batam, penyambung dua pulau.
Edisi Foto Sumatera
B
HEWAN
Edisi Foto Sumatera
eberapa
hewan
cukup
khas di Sumatera,
misalnya harimau
sumatera atau gajah
sumatera. Yang
pa-ling terkenal sebagai sumbernya gajah adalah Way Kambas. Di dalam taman
nasional tersebut, terdapat Pusat Latihan Gajah (PLG) yang
mempunyai kandang berisi 63 ekor gajah. Semua mempunyai
nama, meskipun tidak ada yang bisa mengejanya.
Taman nasional lain yang khas adalah Taman Nasional
Gunung Leuser (TNGL). TNGL ini begitu luas dan mempunyai
beberapa titik masuk, salah satu yang terkenal adalah Bukit
Lawang. Yang menarik di Bukit Lawang adalah adanya feeding
Orang Utan setiap pagi dan sore. Wisatawan boleh ikut melihat aktivitas yang mencekam tersebut. Dikatakan mencekam
karena bukan tidak mungkin tiba-tiba Orang Utan tersebut
mendatangi pengunjung dan menggaruknya. Percayalah,
digaruk Orang Utan itu tidak enak dan tidak perlu dicoba.
Selain gajah dan orang utan, sebetulnya tidak banyak yang bisa diceritakan tentang satwa endemic Sumatera.
Hanya saja ada beberapa yang punya perilaku unik. Misalnya
sapi-sapi yang berkeliaran di Aceh. Ada yang bilang, Aceh
adalah kandang sapi terbesar di dunia. Di mana-mana ada
sapi, di pantai ada sapi, di kampung-kampung ada sapi, bahkan di jalan raya juga banyak sapi yang berkeliaran.
Aceh juga punya kekhasan unik pada kambing-kambingnya. Di sebagian tempat, ditemui kambing-kambing yang
lehernya dikalungi kayu segitiga pengaman. Kayu pengaman
itu bertujuan membatasi kambing tersebut masuk ke pekarangan tetangga. Karena kalau sudah masuk, kambing itu bisa
merusak mood pemilik pekarangan. Terhadap pekarangan, si
kambing bisa melakukan tiga hal: memakannya, menginjakinjaknya, atau memakan sembari menginjak-injaknya.
Edisi Foto Sumatera
Palang kayu ditempelkan ke leher
kambing agar tidak bisa masuk dan
merusak pekarangan tetangga.
Blang Pidie, NAD
Calang, NAD
Sapi-sapi berkeliaran di jalur lintas barat
Sumatera itu sudah pemadangan biasa.
Way Jepara, Lampung
Edisi Foto Sumatera
Kandang gajah di Pusat Latihan Gajah yang terisi 63 ekor
gajah jinak berasal dari Taman Nasional Way Kambas
Edisi Foto Sumatera
Seekor Orang Utan di Bukit Lawang sedang
menikmati makanan yang diberikan pengelola.
Feeding Orang Utan terbuka untuk wisatawan.
Bukit Lawang, Sumatera Utara
Jarai, Sumatera Selatan
Anjing-anjing dengan bebas
berkeliaran di pasar Jarai.
Geurugok, NAD
Pasar hewan selalu ada di hari Selasa. Ketika pembeli dan penjual sudah
deal harga, maka mereka akan mengucapkan akad.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Umang-umang di Pulau Bunta berjalan dengan bebas. Banyak sekali
corak dan motif umang-umang yang
terhampar di pulau cantik ini.
Pulau Bunta, NAD
Seekor kepiting sedang berkeliaran di
pantai. Ia dan kawan-kawannya akan
berpura-pura menjadi batu ketika ada
getaran mencurigakan.
Pulau Nasi, NAD
Rimo, NAD
Bukittinggi, Sumatera Barat
Tiga ekor bebek sebagai peliharaan transmigran
asal Jawa. Masih ada puluhan lagi di kandang.
Kuda-kuda wisata di Bukit Ambacang.
Dahulu tempat ini menjadi arena
wisata orang-orang Belanda ketika
masa kolonial.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Senagan, NAD
Sapi laut. Hidup, makan, dan tidur di pinggir pantai.
Pemiliknya melepasliarkan begitu saja.
Kalianda, Lampung
Seorang warga sedang memisahkan daging bekicot
dari cangkangnya, untuk digulai lauk makan siang.
Singkarak, Sumatera Barat
Ikan bilih sebagai ikan endemik Danau Singkarak. Banyak dijual di pinggiran danau.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
G
KENDARAAN
Edisi Foto Sumatera
eografisnya yang
dikelilingi
laut, diselipi bermacam sungai, dan
juga permukaannya
yang naik turun,
membuat Sumatera
punya banyak sekali jenis kendaraan. Jenis kendaraan dari
tiap-tiap kota pun bisa jadi begitu berbeda. Belum lagi kalau
bicara kendaraan tradisionalnya.
Becak bisa mempunyai definisi yang banyak sekali.
Ada yang pengemudinya di belakang, ada yang di samping.
Ada yang bermesin ada yang tidak. Dan bentuk tempat duduk
bagi penumpangnya, ada yang permanen tertutup, ada yang
bisa ditutup-buka.
Kita akan mudah menemukan pompong alias perahu
tradisional di pesisir pantai atau sungai. Kalau si pemilik punya uang agak berlebih, biasanya dia menambahkan mesin di
belakang pompongnya.
Kendaraan tradisional tidak kalah banyaknya. Misalnya
sapi sebagai alat angkut orang dan barang yang mudah ditemukan di Kayu Aro, Jambi. Atau seperti gerobak di Hinako,
sebuah pulau kecil di sebelah Barat Nias.
Taksi yang berada di Batam punya cara unik dalam
pembayaran. Bukan menggunakan argo, tetapi ongkosnya
dibebankan per kepala. jadi dalam satu taksi bia berisi empat
orang yang tidak saling kenal. Kurang lebih seperti angkot
yang ber-AC dan berkursi empuk.
Edisi Foto Sumatera
Angkutan umum Brastagi – Medan jarang
sekali memiliki atap yang bersih. Ada saja
yang mengisinya, mulai dari kursi, karung,
sepeda, bahkan sepeda motor.
Brastagi, Sumatera Utara
Padang, Sumatera Barat
Angkot Kota Padang penuh dengan stiker di sekujur bodi.
Blang Pidie, NAD
Angkutan umum di Blang Pidie disebut “labi-labi”.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Membelah Sungai Bahorok untuk menyeberangkan wisatawan yang ingin melihat
pemberian makan orang utan.
Bukit Lawang, Sumatera Utara
Toba, Sumatera Utara
Kapal-kapal penumpang menuju
Tomok, Pulau Samosir.
Kayu Aro, Jambi
Sapi penarik gerobak sebagai salah satu alat transportasi masyarakat,
terutama petani.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Becak-becak yang menggunakan
sepeda ontel sebagai penggeraknya
menjadi ciri khas Belawan.
Belawan, Sumatera Utara
Pedagang sayur menggunakan becak
motor hasil modifikasi untuk menjajakan dagangannya.
Gunung Sitoli, Sumatera Utara
Subulussalam, NAD
Merek, Sumatera Utara
Becak dengan kursi penumpang berpenutup adalah
pemandangan yang lazim di Subulussalam.
Seorang pemuda sedang menaiki kerbaunya yang
terkadang berlari dan mengguncang-guncangkan
si pemuda.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Medan,
Sumatera Utaea
Kereta api ekonomi tujuan Binjai.
Bengkalis, Riau
Odong-odong menjadi hiburan anak-anak ketika
berkunjung ke pinggir pantai Bengkalis.
Batam, Kepulauan Riau
Taksi-taksi menor di Pelabuhan Sekupang.
Tarif yang dipakai adalah tarif per kepala,
bukan per taksi.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
K
MAKANAN
Edisi Foto Sumatera
uliner
Sumatera
terkenal
dengan masakanmasakannya yang
pedas dan berbumbu tajam. Terutama
Sumatera Barat.
Sentra masakan padang di Sumatera Barat adalah di Bukittinggi. Jangan harap menemukan label “masakan padang”
di sini, karena memang semuanya masakan padang. Sama
seperti, jangan harap menemukan “mie aceh” di Aceh.
Pempek tidak kalah terkenalnya dengan masakan
padang. Mudah sekali menemukan pempek di Sumatera
Selatan dan Bangka Belitung. Tinggal pilih, mau yang seribuan
atau yang empat ribuan?
Beda sekali dengan kawan-kawan di Kepulauan Mentawai. Kalau mayoritas masyarakat Indonesia makannya beras, penduduk Mentawai mayoritas makan sagu. Pohon sagu
terhapar di mana-mana. Masyarakat tidak perlu menanam
untuk bisa mendapatkan pohon sagu. Sama halnya dengan
pisang, masyarakat tidak perlu menanam pisang untuk bisa
mendapatkan pisang gratis.
Bicara buah, jangan lupakan Brastagi. Kalau kita sering
makan jeruk medan, maka sebetulnya itu adalah jeruk brastagi. Tapi mungkin karena Medan lebih terkenal dari Brastagi,
dan mungkin secara branding dirasa lebih oke, maka disebutlah jeruk medan. Brastagi punya banyak sekali jenis buah
tropis selain jeruk.
Edisi Foto Sumatera
Laksa untuk sarapan, dimakan
dengan kuah kuning.
Sungailiat, Bangka Belitung
Kuala Simpang, NAD
Lemang di pasar Kuala Simpang.
Brastagi, Sumatera Utara
Beragam buah yang dijual di pasar Brastagi.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Kue-kue kecil yang dijual di dalam gerobak oleh
seorang yang berkeliling Kota Pagaralam.
Pagaralam, Sumatera Selatan
Pagaralam, Sumatera Selatan
Kerupuk ikan dan kopi yang disediakan
penyelenggara hajat pernikahan kepada
warga yang membantu.
Sungailiat, Bangka Belitung
Pantiaw banyak dijual di pagi hari, dimakan dengan kuah bening.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Telur dijual per butir dengan harga
berbeda, tergantung ukuran.
Belawan, Sumatera Utara
Tuak mudah ditemui di dalam warung-warung
makan. Satu botol empat ribu rupiah.
Gunung Sitoli, Sumatera Utara
Pagaruyung, Sumatera Barat
Bengkalis, Riau
Durian dijual dengan hitungan potong. Satu
potong sekitar seribu rupiah.
Lempuk durian yang sangat khas Bengkalis.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Siberut, Sumatera Utara
Sagu sebagai makanan utama masyarakat
Kepulauan Mentawai.
Padang, Sumatera Barat
Teh telor, minuman berenergi dari tanah Minang.
Bukittinggi,
Sumatera Barat
Yoghurt dalam bambu yang dikenal dengan sebutan dadiah
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
D
WISATA DAN
BUDAYA
Edisi Foto Sumatera
ibandingkan beberapa pulau
besar di Indonesia,
Sumatera punya
gunung-gunung
yang lebih tinggi,
danau-danau yang
lebih luas, pantai-pantai yang lebih bagus, air-air terjun yang
lebih tinggi, bahasa yang lebih beragam, dan suku yang lebih
banyak. Meskipun untuk mencapainya juga lebih sulit, karena
akses jalan dan kendaraan yang kurang.
Ujung-ujungnya, wisatawan perlu mengeluarkan
ongkos yang lebih banyak untuk transportasi, akomodasi, dan
konsumsi. Tapi coba perhatikan apa yang bisa didapat. Sebut
saja Kota Padang. Di dalam satu kota, Padang mempunyai
pantai sekaligus gunung. Pantai Padang membentang di Barat
kota dan menjadi tempat santai bagi penduduknya.
Hanya selang dua jam dari Kota Padang, kita sudah
sampai ke Bukittinggi yang disebut-sebut sebagai Kota Wi-
sata. Bagaimana tidak, dalam Bukittinggi terdapat Ngarai
Sianok, Benteng Fort de Kock, kebun binatang, Lobang Jepang
sebagai peninggalan sejarah, dan tak lupa icon Jam Gadang
yang melegenda.
Jangan lupakan wisata alam. Gunung tertinggi di
Sumatera adalah Gunung Kerinci di Jambi. Di sebelahnya,
terdapat Gunung Tujuh yang di atasnya memiliki danau indah.
Meskipun Danau Tujuh adalah yang danau tertinggi
di Sumatera, tetapi bukan yang terluas. Beberapa danau yang
terluas di Sumatera –dan ternyata juga terluas di Indonesiaadalah Danau Toba, Danau Singkarak, dan Danau Maninjau.
Pantai-pantai Bangka Belitung melejit terkenal setelah
Andrea Hirata menceritakannya dalam novel Laskar Pelangi.
Tapi sebetulnya bukan karena Andre Hirata. Dari dulu pantaipantai di Bangka Belitung memang sudah bagus, hanya saja
baru terekspos.
Selain penuh dengan tempat wisata, Sumatera juga
memiliki corak budaya yang tinggi. Ini wajar karena memang
setiap provinsi memiliki latar suku dan bahasa yang berbeda.
Terkadang malah di sebuah provinsi terdapat beberapa suku.
Edisi Foto Sumatera
Kuburan-kuburan Cina menghiasi
pinggiran jalan setapak menuju
puncak Gunung Padang.
Padang, Sumatera Barat
Sungei Penuh, Jambi
Penggilingan kopi tradisional dengan kayu sebagai
bahan dasar pembuat api untuk “memasak” kopi.
Sungailiat, Bangka Belitung
Edisi Foto Sumatera
Pantai Parai Tenggiri yang dikelola swasta. Pengunjung
pun harus bayar untuk menikmati pantai ini.
Edisi Foto Sumatera
Ayunan tradisional untuk menidurkan anak
Babahrot, NAD
Calang, NAD
Geurute menjadi peristirahatan bagi pejalan dari Calang ke Banda Aceh, atau
sebaliknya. Dari bukit Geurute, terlihat beberapa pulau kecil berpasir putih.
Edisi Foto Sumatera
Merek, Sumatera Utara
Air terjun sipiso-piso, tertinggi di
Sumatera.
Edisi Foto Sumatera
amparan perkebunan teh Kayu Aro
menjadi halaman Gunung Kerinci.
Kayu Aro, Jambi
Pantai Tanjung Tinggi, tempat shooting Laskar
Pelangi. Penuh dengan batu-batu besar, ada beberapa batu yang sebesar rumah.
Tanjung Tinggi, Bangka Belitung
Danau Kerinci, Jambi
Banda Aceh, NAD
Danau Kerinci yang ternyata tidak dekat
dari Gunung Kerinci.
Nama-nama korban tsunami 2004 yang tertulis di
dalam Museum Tsunami.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Sidikalang,
Sumatera Utara
Taman Wisata Iman di Kabupaten Dairi, Sidikalang
Halau, Sumatera Barat
Lembah Halau semakin memesona dengan adanya
sawah-sawah yang menghampar di sekelilingnya.
Padang, Sumatera Barat
Tempat bagi pejalan kaki di Jembatan Siti
Nurbaya. Di bawah jembatan tersebut, banyak
perahu-perahu tradisional yang sedang parkir.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
K
OUTSTANDING
Edisi Foto Sumatera
etika
berkeliling
Sumatera,
tampak beberapa
hal di luar dugaan.
Misalnya Pertamini
di Bukittinggi. Dari
namanya yang mirip,
bisa ditebak bahwa ini ada kaitannya dengan Pertamina.
Kesamaannya adalah bahwa keduanya sama-sama menjual
minyak premium. Bedanya, di Pertamina punya alat-alat besar
dan tanki yang besar di bawah tanah, sementara di Pertamini
alat-alatnya kecil dan tanki minyaknya juga kecil. Meskipun
tidak mempunyai legalitas, tapi toh masih banyak ditemukan
Pertamini di Bukittinggi.
Di Pulau Balai-NAD dan Pulau Sebesi-Lampung,
kita akan dengan mudah menemukan tumpukan batu
karang. Masyarakat membangun rumahnya dengan batubatu karang ini. “Mana kuat beli bahan-bahan material dari
seberang,” kata seorang warga Pulau Balai. Memang akan
jauh lebih murah membeli batu karang ketimbang membeli bahan material bangunan. Beberapa nelayan memang
mempunyai mata pencarian mencari batu karang lalu menjualnya kepada warga pulau.
Intrik kepulauan lain misalnya di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai. Mayoritas masyarakat di pulau ini belum
terakses listrik. Mereka menggunakan lampu petromak ketika
malam hari. Sebagian di antaranya memiliki genset berbahan
bakar solar yang harganya melejit Rp 10.000/liter. Padahal itu
solar bersubsidi yang seharusnya Rp 4.500/liter.
Dengan lampu minyak, anak-anak sekolah belajar
seadanya. Tapi tidak terlihat satupun anak seusia SD dan SMP
yang menggunakan kacamata, meskipun setiap malam belajar
dengan lampu yang intesnsitas cahayanya naik turun itu.
Selain tidak teraliri listrik, Siberut juga tidak kedapatan
sinyal HP yang memadai. Percuma saja punya HP dan punya
banyak sinyal, wong terima SMS saja sulit. Masyarakat di
Saibi –salah satu daerah di Siberut- harus berjalan ke bukit
untuk mencari sinyal. Terkadang sudah menunggu berjamjam di bukit tersebut, tetap saja tidak kebagian sinyal.
Edisi Foto Sumatera
Pertamini, pom bensin mini. Meski ilegal,
tapi banyak ditemukan.
Bukittinggi, Sumatera Barat
Sebesi, Lampung
Tumpukan batu karang berada di depan sebuah rumah
warga untuk kemudian menjadi bahan mendirikan rumah.
Siberut, Sumatera Barat
Edisi Foto Sumatera
Seorang siswi SD sedang belajar dengan bantuan lampu
minyak, karena listrik belum masuk ke daerahnya.
Edisi Foto Sumatera
Di pasar Belimbing, dua jam setelah Lahat ke arah Pagaralam,
terdapat plang Mandiri dengan penunjuk arah dan keterangan:
28 km lagi. Tampaknya itu adalah bank terdekat.
Belimbing, Sumatera Selatan
Way Jepara, Lampung
Lampu belor digunakan warga di sekitar Taman Nasional Way Kambas untuk
menakut-nakuti gajah liar yang masuk
ke ladang atau pemukiman.
Pulau Hinako, Sumatera Utara
Masyarakat menggunakan kelambu untuk tidur agar terhindar dari demam berdarah.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Wajah anak-anak Siberut.
Seorang warga sedang menunggu
sinyal datang ke telepon selularnya.
Siberut, Sumatera Barat
Siberut, Sumatera Barat
Siberut, Sumatera Barat
Siberut, Sumatera Barat
Dua kakak beradik keturunan Siberut sedang dudukduduk di teras rumahnya.
Anak panah beracun yang digunakan warga
Siberut untuk berburu.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Gunung Tujuh, Jambi
Pendakian Gunung Tujuh akan melewati hamparan hutan yang sudah ditebang dan ditanami warga dengan komoditi pertanian.
Pulau Balai, NAD
Seorang nelayan sedang memindahkan batu
karang yang diambilnya dari laut, untuk
kemudian dijual kepada warga pulau yang
ingin membangun rumah.
Samosir, Sumatera Utara
Beberapa penjual di pasar tradisional
Samosir dengan penutup kepala dari
lipatan kain yang khas.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
“
Keliling Sumatera Luar Dalam” menjadi buku travelling pertama Muhammad Iqbal. Pria keturunan Aceh ini lahir 4 May
1986. Sejak duduk di bangku kuliah, Iqbal, sapaan akrabnya,
sudah berkecimpung di dunia jurnalistik dengan bergabung di
Koran Kampus Institut Pertanian Bogor.
Lepas kuliah, Iqbal tetap menekuni dunia jurnalistik dengan bergabung di beberapa media. Dari liputan keluar kota hingga keluar
provinsi inilah timbul hobi jalan-jalannya.
Iqbal lebih memilih jalan-jalan “ala kadar”-nya atau sekarang ini
sedang tren dengan sebutan backpacker-an. Ini cara dia “menikmati” perjalanannya, keluar
dari zona nyaman yang selama ini dia dapat.
Dari hobi backpacker-an, iqbal bersua banyak kawan. Belum banyak orang Indonesia yang
tahu keindahan alam Indonesia, Iqbal bersama teman-teman kemudian mendirikan majalah online Backpackin Magazine. Tujuannya sederhana : meyakinkan dan menunjukkan
kepada orang Indonesia bahwa Indonesia itu Indah.
Tak cukup itu, dengan memberanikan diri keluar dari tempat dia bekerja, iqbal mengembara selama tiga bulan untuk mengeksplor Pulau Sumatera. Tujuannya sama : menunjukkan keindahan Pulau Sumatera, karena belum banyak yang tahu keindahan wisata dan
alam pulau tersebut. Dan akhirnya melalui penerbit Grasindo, pengembaraannya dibukukan di dalam buku “Keliling Sumatera Luar Dalam”.
Selamat membaca, semoga buku ini menginspirasi para pembaca untuk menjelajah
wisata-wisata di Indonesia karena INDONESIA ITU INDAH!.