PERSEPSI STAKEHOLDERS TERHADAP KURIKULUM. pdf

Vol 2, No 2, Desember 2017
Deliberatif Jurnal Ilmiah Hukum
ISSN: 2549-0583
Fakultas Hukum
Universitas Sains Cut Nyak Dhien

PERSEPSI STAKEHOLDERS TERHADAP KURIKULUM
FAKULTAS SYARIAH DAN BISNIS IAIN MALIKUSSALEH
Safriadi
Fakultas Syariah & Bisnis
IAIN Malikussaleh Lhokseumawe
Email: yadi_nsm@yahoo.co.id
Abstract: This research is a field research by using descriptive evaluative method and
philosophical normative approach to empirical data by considering answers from
interviews both from alumni and graduate users (stakeholder). The results of this study
reveal that the way to realize the curriculum within the Faculty of IAIN Malikussaleh
Syariah in accordance with the needs of stakeholders is to conduct curriculum
development. In general, Syari'ah curriculum is in accordance with the needs of the
community, but there are some courses that do not support the work of alumni in the
community. This requires reinforcement of the profession deepening courses, how to
reproduce the lab in the college courses and add proficient in-depth profession required

in accordance with the development of modern society. The relevance of the curriculum
to the needs of the community can be seen in two ways covering the curriculum relevance
in the Shari'ah Department to the Life skill of the work according to the educational
background and the relevance of the course to the work required by the appropriate
stakeholder of the educational background.
Keywords: Curriculum, Stakeholders, IAIN Malikussaleh
Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan metode deskriptif evaluatif dan pendekatan normatif filosofis terhadap
data empirik dengan mempertimbangkan jawaban dari wawancara baik yang berasal
dari alumni maupun pengguna lulusan (stakeholder). Hasil penelitian ini
mengungkapkan bahwa langkah untuk mewujudkan kurikulum di lingkungan Fakultas
Syariah IAIN Malikussaleh sesuai dengan kebutuhan stakeholder adalah dengan
melakukan pengembangan kurikulum. Secara umum, kurikulum Fakultas Syariah sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, namun ada beberapa mata kuliah yang tidak
mendukung kiprah alumni di masyarakat. Hal tersebut memerlukan penguatan terhadap
mata kuliah pendalaman profesi, caranya dengan memperbanyak praktikum pada mata
kuliah-mata kuliah tersebut dan menambah mata kuliah pendalaman profesi yang
diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat modern. Relevansi kurikulum
dengan kebutuhan masyarakat dapat dilihat dari dua cara meliputi relevansi kurikulum
di Fakultas Syariah terhadap Life skill pekerjaan yang sesuai latar belakang pendidikan

dan relevansi mata kuliah terhadap pekerjaan yang dibutuhkan oleh stakeholder yang
sesuai latar belakang pendidikan.
Kata Kunci: Kurikulum, Stakeholders, IAIN Malikussaleh

Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

Pendahuluan
Tingginya kebutuhan sumber daya manusia yang handal dan memiliki skill
yang berkualitas sangatlah ditentukan tingkat pendidikan dan kurikulum yang
diajarkan dalam dunia pendidikan terutama dunia pendidikan tinggi, khususnya di
sini adalah sebuah lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi. Salah satu tantangan kedepan adalah kemampuan dan kompetensi
kelulusan perguruan tinggi yang mempunyai daya saing yang kuat, di samping itu
bahwa hasil perguruan tinggi dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh stakeholder
sebagai pangsa pasar dari kelulusan.
Kurikulum merupakan salah satu instrumen penting dalam pengembangan
pendidikan tinggi dan kurikulum juga merupakan alat dalam pencapai target dan
tujuan dari pelaksanaan pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi (PT). Kurikulum
memiliki makna yang beragam, baik antar negara maupun antar institusi
penyelenggara pendidikan. Hal ini disebabkan adanya interpretasi yang berbeda

terhadap kurikulum, yaitu dapat dipandang sebagai suatu rencana (plan) yang
dibuat oleh seseorang atau sebagai suatu kejadian atau pengaruh aktual dari suatu
rangkaian peristiwa. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan bahan kajian, proses, dan
penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi.1
Jika dikaitkan dengan sistem pendidikan tinggi, maka kurikulum dapat
berperan sebagai: 1) Sumber kebijakan manajemen pendidikan tinggi untuk
menentukan arah penyelenggaraan pendidikannya; (2) Filosofi yang akan
mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akademik; (3) Patron atau pola
pembelajaran, yang mencerminkan bahan kajian, cara penyampaian dan penilaian
pembelajaran; (4) Atmosfer atau iklim yang terbentuk dari hasil interaksi
manajerial Perguruan Tinggi dalam mencapai tujuan pembelajarannya; (5)
Rujukan kualitas dari proses penjaminan mutu; serta (6) ukuran keberhasilan
1

Permen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi


198

Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

Perguruan Tinggi dalam menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dari penjelasan ini, nampak bahwa kurikulum tidak hanya berarti sebagai suatu
dokumen saja, namun merupakan suatu rangkaian proses yang sangat krusial
dalam pendidikan.2
Dengan tingginya kebutuhan sumber daya manusia yang handal dan
memiliki skill yang berkualitas sangatlah ditentukan tingkat pendidikan dan
kurikulum yang diajarkan dalam dunia pendidikan, terutama dalam dunia
pendidikan tinggi, khususnya di sini adalah sebuah lembaga pendidikan tinggi.
Salah satu tantangan ke depan adalah kemampuan dan kompetensi kelulusan
perguruan tinggi yang mempunyai daya saing yang kuat, di samping itu lulusan
perguruan tinggi dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh stakeholder sebagai
pangsa pasar dari kelulusan, kurikulum merupakan salah satu instrument penting
dalam pengembangan pendidikan tinggi dan kurikulum juga merupakan alat
dalam mencapai target dan tujuan dari pelaksanaan pendidikan dalam pendidikan
tinggi.
Terlebih lagi dengan pesatnya perkembangan pendidikan di Indonesia,

terutama pendidikan di bidang syariah di Indonesia membutuhkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki basic skill syariah yang mumpuni.
Berdasarkan riset BI tahun 2003, ke depannya dibutuhkan 10 ribu SDM,
sementara saat ini hanya 10% SDM yang memiliki latar belakang syariah yang
bekerja di industri keuangan syariah, sisanya 90% adalah SDM berlatar belakang
dari konvensional yang dikarbit melalui pelatihan singkat perbankan syariah atau
dengan shot course syariah.
Tingginya kebutuhan SDM yang berkualitas dan memiliki basic skill
syariah merupakan tantangan bagi kalangan akademisi dan dunia pendidikan.
Untuk memenuhi kebutuhan SDM yang memiliki kualifikasi yang memadai,
maka peran institusi pendidikan, termasuk perguruan tinggi khususnya Perguruan
Tinggi Agama Islam dalam hal ini adalah lembaga pendidikan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Malikussaleh Lhokseumawe sebagai penyelenggara
2

Tim Kurikulum dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Buku
Kurikulum..., 6-7

199


Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

pendidikan formal di bidang syariah mempunyai kewajiban mengupayakan
perbaikan sumber daya manusia (Quality of human resources) beserta
kurikulumnya tidak bisa ditawar lagi. Untuk itu perlu ditata dan dirumuskan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh IAIN Malikussaleh
Lhokseumawe yaitu: Pertama, memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum
pendidikan Fakultas Syariah yang terbagi kepada empat jurusan yaitu (Ekonomi
Syariah (ES), Hukum Ekonomi Syariah (HES), Ahwal Saksyiyah (AS) dan
(Siyasah), dimana sudah saatnya ada ruang bagi pengkajian dan penelaahan
pendidikan di bidang syariah secara lebih mendalam dan aplikatif. Kedua adalah
dengan memperbanyak riset, studi, dan penelitian tentang pendidikan di bidang
syariah, baik yang berskala mikro maupun makro. Ini akan memperkaya khazanah
keilmuan dan literatur pendidikan syariah, sekaligus sebagai alat ukur
keberhasilan penerapan sistem syariah di Indonesia. Dan ketiga adalah dengan
mengembangkan networking yang lebih luas dengan berbagai institusi pendidikan
syariah lainnya, baik skala nasional maupun internasional. Di samping itu, perlu
direlevansikan antara teori dengan praktik. Bagi lembaga pendidikan yang ingin
mencetak para praktisi yang handal dan sesuai dengan kebutuhan stakeholder ,

kurikulum haruslah dirancang secara seimbang antara teori dan praktik, jangan
hanya bersifat basic science academic semata.
Menurut Agustianto, Sekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI),
berpendapat bahwa penyusunan kurikulum Jurusan Syariah secara umum yang
ideal hendaknya mencakup sejumlah hal-hal berikut: 1) Kurikulum berbasis
kompetensi, harus ada pembedaan kurikulum untuk calon praktisi dengan
kurikulum untuk calon akademisi. 2) Kurikulum harus mampu mengintegrasikan
nilai-nilai syariah, terutama masalah fiqh dengan materi kuliah bidang syariah
secara komprehensif. 3) Kurikulum harus membekali mahasiswa dengan ilmuilmu

kuantitatif,

terkait

dengan

pengembangan

nalar


dan

logika.

4)

Mengintegrasikan antara teori dengan praktik. Misalnya program profesi untuk
calon praktisi lembaga keuangan syariah harus dilengkapi dengan laboratorium
praktik lembaga keuangan dan juga program magang di lembaga perbankan dan

200

Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

keuangan Syariah. Tenaga pembimbing untuk magang seharusnya mereka yang
memahami praktik perbankan dan keuangan, yakni praktisi perbankan, bukan
dosen yang tidak memahami praktik perbankan.
Lembaga pendidikan Institut Tinggi Agama Islam Negeri (IAIN)
Malikussaleh Lhokseumawe sebagai penyelenggara pendidikan formal khususnya
Jurusan Syariah harus mampu dan cepat tanggap serta dapat mengantisipasi setiap

perubahan yang terjadi dan mengembangkan kurikulum kompetensi yang
mengadopsi konsep link and match dan merumuskan kurikulum yang relevan
dengan kebutuhan stakeholder . Agar konsep link and match dapat dilaksanakan
dengan efektif dan efisien maka melakukan penelitian adalah langkah awal yang
perlu dilaksanakan untuk mendapat data-data yang mendukung. Oleh karena itu,
peneliti akan melihat kebutuhan stakeholder dengan kurikulum yang diterapkan di
Fakultas Syariah.
Analisis kebutuhan atau kesesuaian akan difokuskan pada isi mata kuliah
dan topik/pokok bahasan dalam konteks kurikulum sebagai dokumen tertulis
dibandingkan dengan kebutuhan stakeholder . Pada akhirnya kajian ini akan
mendapatkan pandangan menurut stakeholder tentang struktur mata kuliah
Jurusan Syariah yang telah disesuaikan dengan kebutuhan stakeholder terhadap
kompetensi lulusan agar dapat bekerja di bidangnya dengan tetap memperhatikan
perkembangan keilmuan.
Metode Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian penulis para stakeholder yang
berada di kawasan Lhokseumawe dan Aceh Utara. Sedangkan jenis penelitian
yang akan dilaksanakan termasuk dalam kategori penelitian evaluasi, penelitian
ini menggunakan pendekatan „empiris‟,
Fokus penelitian ini diarahkan pada dua variabel yaitu variabel dependen

(terikat) atau disebut sebagai objek formal yaitu variabel kurikulum dan variabel
independen (tidak terikat) atau disebut juga objek material yaitu pengguna sumber
daya manusia (stakeholder ), bisa lembaga pemerintah atau swasta. Oleh karena
itu, populasi pada penelitian ini adalah seluruh dinas pemerintah maupun swasta

201

Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

yang ada di wilayah pemerintah kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe.
Adapun sampel yang dijadikan sebagai sasaran penelitian adalah:
a.

Mahkamah Syar‟iyah Kota Lhokseumawe

b.

Kementarian Agama Kabupaten/Kota

c.


Pengadilan Negeri Kota Lhokseumawe

d.

Kejaksaan Negeri Kota Lhokseumawe

e.

Kantor Majelis Permusyawaratan Ulama Kabupaten/Kota

f.

Dinas Syari‟at Islam Kabupaten/Kota

g.

Lembaga Keuangan Syariah Kabupaten/Kota

h.

Lembaga Pendidikan Negeri dan Swasta tingkat MI dan Perguruan
Tinggi Kabupaten/Kota

Penentuan sampel di atas dilakukan dengan menggunakan teknik
„purpossive sampling’ dengan mempertimbangkan sisi relevansi antara lembaga
pendidikan dengan pengguna sumber daya manusia (stakeholder ). Data yang
dipergunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif. Sajian datanya dijelaskan
secara deskriptis. Adapun sumber data yang diperoleh untuk menjelaskan
permasalahan di atas diperoleh dari wawancara dan dokumen.
Pembahasan
A. Mewujudkan

Kurikulum

Fakultas

Syariah

yang Berbasis

Pada

Kebutuhan Stakeholder
Salah satu cara mewujudkan kurikulum Fakultas Syariah yang berbasis
pada kebutuhan stakeholder adalah dengan melakukan pengembangan kurikulum.
Yang dimaksudkan dengan pengembangan kurikulum di sini adalah revisi atau
pembaruan atau penyempurnaan terhadap kurikulum sebelumnya atau dapat pula
berarti penciptaan kurikulum baru yang sebelumnya belum ada.3
Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan dasar. Salah satu teori yang
berbicara tentang kebutuhan dasar manusia adalah teori hierarki kebutuhan (needhierarchy theory) yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Abraham
3

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Joko Nurkamto, Guru Besar FKIP Universitas
Sebelas Maret pada Workshop Metode Pembelajaran Bahasa Arab dan Inggris di Aula Gedung
Pascasarjana IAIN Surakarta pada tanggal 14-15 Juli 2012.

202

Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

Maslow, sebagaimana dikutip oleh Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso,
kebutuhan manusia pada dasarnya bertingkat-tingkat, mulai dari yang paling
bawah sampai ke tingkatan yang paling tinggi.4 Kebutuhan yang paling tinggi
akan timbul sebelum kebutuhan yang lebih mendasar terpenuhi. Salah satu
kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan
aktualisasi diri menuntut seseorang untuk bekerja sesuai dengan kompetensinya di
bidang yang menjadi profesinya.
Kurikulum di Fakultas Syariah IAIN Malikussaleh, secara global sudah
mengarah pada kebutuhan masyarakat.5 Di antaranya adalah beberapa mata kuliah
yang termasuk pendalaman profesi seperti fiqh ibadah, fiqh munakahat, hukum
perwakafan, hukum perkawinan, hukum zakat, infak dan shadaqah, praktik
peradilan, hukum acara perdata dan sebagainya.6 Walaupun ada beberapa juga
mata kuliah yang tidak mendukung kebutuhan masyarakat. Demikian juga
profesi-profesi seperti hakim, panitera, naib, nadzir wakaf, advokat muslim, atau
guru agama membutuhkan alumni Jurusan Syariah yang diharapkan menguasai
kompetensi syariah dalam profesionalisme kerjanya.
Hal tersebut memerlukan penguatan terhadap mata kuliah pendalaman
profesi, caranya dengan memperbanyak praktikum pada mata kuliah-mata kuliah
tersebut dan menambah mata kuliah pendalaman profesi yang diperlukan sesuai
dengan perkembangan masyarakat modern. Contohnya profesi yang ada di KUA
membutuhkan pengetahuan semacam psikologi keluarga untuk memberikan
nasihat bagi pasangan yang akan menikah agar menjaga pernikahannya untuk
tetap langgeng dan harmonis, tentunya di samping hukum agama yang terkait
dengan pernikahan. Mata kuliah keadvokatan dimasukkan pada pendalaman
profesi agar lebih mengarahkan mahasiswa prodi al-Ahwal al-Syakhshiyyah
khususnya menjadi advokat muslim yang baik dan terampil. Demikian pula
profesi seperti hakim, panitera, bussiness, pengusaha, dan lain-lain, juga

4

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1994), hal. 48-49.
5
Penelitian ini di lakukan pada tahun 2015 pada prodi yang sudah memiliki lulusan atau
alumni yaitu prodi Ahwal al-Syakhsyiyyah dan Ekonomi Islam
6
Penulis menganalisa tentang sebaran mata kuliah di Prodi/Jurusan AS

203

Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

membutuhkan alumni yang tanggap terhadap kemajuan ilmu dan teknologi.
Karena itulah, perlu untuk memasukkan mata kuliah pendalaman profesi yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat kekinian.

B. Relevansi Kurikulum Jurusan Syariah Terhadap Kebutuhan Stakeholder
Relevansi kurikulum meliputi relevansi kurikulum di Fakultas Syariah
terhadap Life skill pekerjaan yang sesuai latar belakang pendidikan dan relevansi
mata kuliah terhadap pekerjaan yang dibutuhkan oleh stakeholder yang sesuai
latar belakang pendidikan.
a. Relevansi kurikulum terhadap Life Skill
Life skill lulusan berkaitan dengan pekerjaan saat ini terutama yang sesuai

latar belakang pendidikan diperoleh jawaban hasil survey terhadap lulusan
mengenai relevansi kurikulum terhadap life skill jenis pekerjaan yang sesuai latar
pendidikan diperoleh hasil bahwa banyak para lulusan yang menyatakan bahwa
tidak adanya relevansi antara kurikulum yang diterapkan dengan life skill.
Beberapa lulusan yang menjawab “tidak” menyatakan bahwa life skill yang paling
diperlukan

yaitu

berkaitan

dengan

keterampilan

non

jurusan

seperti

kewirausahaan, dan penggunaan IT.
b. Relevansi Materi Perkuliahan terhadap Pekerjaan
Relevansi materi perkuliahan terhadap jenis pekerjaan yang sesuai latar
belakang pendidikan diperoleh hasil yang beragam. Karena bagi responden yang
bekerja atau berprofesi sebagai Hakim Pengadilan Agama dan Penghulu di KUA
menyatakan bahwa materi perkuliahan yang telah mereka terima cukup memadai
dan menunjang pada profesionalisme pekerjaan. Sedangkan bagi mereka yang
bekerja diluar dari dua profesi tersebut menyatakan bahwa materi perkuliahan
yang

mereka

peroleh

memberikan

dukungan

tidak

langsung

kepada

profesionalisme pekerjaan, namun memberikan dukungan langsung kepada
integritas (etika dan moral) alumni dan kemampuan pengembangan diri.
Para lulusan mengusulkan beberapa materi kuliah yang dianggap sangat
mendukung pekerjaan tetapi belum diperoleh sewaktu mengikuti perkuliahan, hal

204

Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

ini bisa menjadi bahan masukan bagi jurusan IAIN Malikussaleh agar kedepannya
penyesuaian kurikulum sesuai dengan kebetuhan pasar atau masyarakat.
Khususnya di wilayah Lhokseumawe banyak para alumni yang mengisi
kegiatan atau mendapatkan pekerjaan di instansi pemerintah maupun swasta.
Indikasi ini terlihat dari data wawancara di lokasi penelitian. Dari hasil
wawancara yang peneliti lakukan dengan berbagai intansi di Kota Lhokseumawe
dan Aceh Utara, secara umum sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
stakeholder di berbagai instansi terkait, walaupun jika dilihat persentasenya masih

sangat sedikit alumni Jurusan Syariah yang dipergunakan oleh instansi baik
pemerintah maupun swasta. Hal ini didukung oleh tersebarnya alumni yang
bekerja di berbagai instansi baik yang berada di Kota Lhokseumawe dan Aceh
Utara, misalnya di Majelis Permusyawaratan Ulama Kota Lhokseumawe, alumni
Jurusan Syariah yang bekerja di sana adalah Karlina amelia, S.EI dan Susi Yanti,
S.HI.7di Mahkamah Syar‟iyah Kota Lhokseumawe, yaitu Syahron, S.HI, dan
Safrizal, S.HI, Dinas Syari‟at Islam Aceh Utara, adalah Zulkarnaini, S.HI, dan
Karlina, S.HI,8 dan masih banyak alumni yang bekerja pada berbagai instansi di
Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.
Penutup
Cara untuk mewujudkan kurikulum di lingkungan Jurusan Syariah IAIN
Malikussaleh sesuai dengan kebutuhan stakeholder adalah dengan melakukan
pengembangan kurikulum. Secara umum, kurikulum Jurusan Syariah sudah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, namun ada beberapa mata kuliah yang tidak
mendukung kiprah alumni di masyarakat. Hal tersebut memerlukan penguatan
terhadap mata kuliah pendalaman profesi, caranya dengan memperbanyak
praktikum pada mata kuliah-mata kuliah tersebut dan menambah mata kuliah
pendalaman profesi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat
modern.

7

Hasil wawancara dengan Sekretaris MPU Kota Lhokseumawe
Hasil wawancara dengan Ibu Ratna Dewi, Kasi Biro Umum Dinas Syariat Islam
Lhokseumawe
8

205

Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

Banyak para lulusan yang menyatakan bahwa tidak adanya relevansi
antara kurikulum yang diterapkan dengan life skill, kemudian kesimpulan
selanjutnya bahwa bagi responden yang bekerja atau berprofesi sebagai Hakim
Pengadilan Agama dan Penghulu di KUA menyatakan bahwa materi perkuliahan
yang telah mereka terima cukup memadai dan menunjang pada profesionalisme
pekerjaan. Sedangkan bagi mereka yang bekerja diluar dari dua profesi tersebut
menyatakan bahwa materi perkuliahan yang mereka peroleh memberikan
dukungan tidak langsung kepada profesionalisme pekerjaan.

Bibliography
Books

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum (Jokjakarta: Ar Ruzz Media, 2007)
Darmawati dan Parno, analisis pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(studi kurikulum program studi muamalah jurusan Syariah dan Ekonomi
Islam STAINSamarinda).Jurnal FENOMENA, Volume V, No. 2, 2013.

Hamid Hasad. Kurikulum dan Tujuan Pendidikan. (Bandung: UPI 1984).
Hendyat Soetopo dan Wastry Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum, edisi IV (Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Indriyani, evaluasi kurikulum program studi ekonomi islam di lembaga
pendidikan

tinggi

ilmu

agama

Islam

Miftahul

‘Ulum

Tanjung

Pinang,(studi evaluatif kesesuaian mata kuliah program studi ekonomi

islam dengan kebutuhan stakeholders)Edisi Khusus No. 2, Agustus
2011.http://jurnal.upi.edu/file/30-Indriyati-EDIT.pdf
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013).
Nasution, I.S.P and Macalister, J. 2010. Languace Curiculum Design. New York:
Routlegde.
Nasution. S, M.A, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

206

Safriadi, Persepsi Stakeholders Terhadap Kurikulum…

Oliva, Peter F. Developing the Curriculum (third ed). New York: Harper Collins
Publishers(1992).
Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
2007.
Soemantri, dkk, kajian relevansi lulusan jurusan pendidikan geografi UNY tahun
2005

hingga

2009,

(Yogyakarta:Fakultas

Ilmu

Sosial

dan

Ekonomi,Universitas Negeri Yogyakarta, 2010).
Sukmadinnata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Bandung:Remaja
Rosda karya, 2012)
Tim Kurikulum dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi, Dirjen PT KemendikbudJakarta

Agutus 2014.
Zais. R.S.. Curriculum: Principles and Foundations. (Newyork: Harperand Row
Publishers 1976), dan Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya 2009).
Laws

UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Undang-Undang 1989 Sistem Pendidikan Nasional Tahun.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bab I
pasal 19)
Permen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

207