Nadiya Rizki Haryani 1815162738 PERAN GU

PEMBELAJARAN IPS di SD
PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN IPS di
SEKOLAH DASAR SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER
PESERTA DIDIK

Oleh:
Nadiya Rizki Haryani (1815162738)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN
PEMBELAJARAN IPS di SEKOLAH DASAR SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Nadiya Rizki Haryani
PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
e-mail : nadiyarizki10@gmail.com


Abstrak
Guru merupakan kunci utama dalam proses belajar mengajar. Peranan guru
dalam meningkatkan mutu pembelajaran menempati posisi yang secara langsung
sangat menentukan keberhasilan, mengingat guru sebagai figur yang secara
langsung terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Saat ini, pendidikan
karakter menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Mengingat
banyaknya hal – hal yang menyebabkan merosotnya nilai – nilai yang
mencerminkan karakter bangsa Indonesia pada diri siswa. Sehingga mata pelajaran
IPS yang berlandaskan pendidikan karakter menjadi sarana yang dapat
dikembangkan oleh seorang guru atau pendidik dalam mebentuk karakter siswa
dengan menggunakan strategi – strategi dan mengimplementasikan pemahaman
karakter hingga pada akhirnya terlaksanakannya pendidikan karakter yang benar –
benar mengembangkan karakter siswa SD.
Kata Kunci: peran guru, pembelajaran ips, karakter
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dan modal utama bagi suatu
bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya.
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kompetensi yang dimiliki lulusan
lembaga pendidikan, seperti sekolah. Hal ini membuat sekolah lebih terfokus
mengembangkan potensi siswa hanya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

sehingga kurang perhatian terhadap pendidikan karakter. Sistem seperti ini dapat

memberikan pengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter anak didik.
Sejak dini anak – anak sudah merasa tidak percaya diri dan rasa tidak mampu karena
tuntutan akademis yang tinggi. Kurang percaya diri dan rasa tidak mampu yang
berkepanjangan dapat membentuk pribadi yang tidak baik sehingga dapat
mendorong anak – anak berperilaku negatif.
Sebagai seorang pendidik, guru harus mengetahui bahwa profesionalisme
seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan,
tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik
dan bermakna bagi peserta didiknya. Pengetahuan yang bermakna akan diperoleh
peserta didik melalui pesan nilai karakter yang terdapat pada setiap materi
pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang terdapat di sekolah dasar adalah mata
pelajaran IPS. Keberhasilan seorang guru dalam mendidik siswanya ditentukan
apabila guru tersebut telah mewujudkan konsep Ki Hajar Dewantara. Konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu, “Ing ngarso sung tulodo” yang artinya di
depan dapat memberi teladan, “ing madya mangun karso” yang artinya di tengah
dapat memberi motivasi, dan “tut wuri handayani” yang artinya di belakang dapat
mengawasi (Aryani, 2010: 9)
Untuk itu, suasana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran adalah

suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih, dan
penghargaan terhadap masing – masing anggotanya. Dan bertujuan untuk
membantu peserta didik mengembangkan kepribadian, sehat fisik, sehat mental,
cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna. Idealnya lulusan satuan
pendidikan memiliki kompetensi sikap yang meliputi sikap spiritual (beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa), dan sikap sosial (berakhlak mulia, sehat,
mandiri, demokratis, bertanggung jawab), pengetahuan (berilmu) dan keterampilan
(cakap dan kreatif).
Namun, faktanya dunia pendidikan kita dewasa ini hanya mampu
melahirkan lulusan – lulusan manusia dengan tingkat intelektualitas yang memadai.
Banyak dari lulusan sekolah yang memiliki nilai tinggi, berotak cerdas, brilian tapi
sayangnya tidak sedikit pula diantara mereka yang cerdas itu justru tidak memiliki

perilaku cerdas dan sikap yang brilian serta kurang mempunyai mental kepribadian
yang baik (Aunillah, 2011). Pernyataan tersebut dibuktikan dengan banyaknya
persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual,
perusakan, perkelahian massa, penyalah gunaan narkoba, kehidupan ekonomi yang
konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain sebagainya.
PEMBAHASAN
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik.

Seorang guru tidak hanya sekedar dituntut untuk bisa mengajar atau memaparkan
materi dengan baik di dalam ruangan kelas, tapi guru harus bisa memikul tugasnya
sebagai seorang pendidik dengan amanah. Seorang guru profesional tidak hanya
bisa mengajar di dalam kelas, tapi bisa juga memahami dan mengimplementasikan
apa yang tertuang dalam Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Di dalam proses pembelajaran, hal
terpenting terletak pada interaksi guru dengan siswa.
Sebelum membahas mengenai peran guru dalam pembelajaran, adapun
pengertian guru itu sendiri menurut Uno (2007:15), guru adalah orang yang
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Secara definisi
kata guru bermakna sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada jalur pendidikan formal (Danim, 2011:5). Berdasarkan pengertian –
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru merupakan seseorang yang
memiliki profesi di bidang kependidikan dan bertugas mentransfer ilmu kepada

siswa agar dapat mencapai pola tingkah laku baru sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Wrightman (dalam Usman 2013), peran guru merupakan
terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dan dilakukan dalam
suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku
dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Sedangkan menurut Sardiman
(2014) peran guru adalah gambaran pola tingkah laku yang diharapkan dalam
berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun
dengan staf yang lain. Berdasarkan uraian tersebut, maka peran guru adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru yang saling berhubungan dalam
suatu proses membelajarkan siswa di dalam situasi dan kondisi tertentu dengan
tujuan pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan.
Setelah mengetahui dan memahami pengertian guru dan peran guru dalam
pembelajaran. Kita juga perlu memahami hakikat dari pembelajaran IPS. PP No 22
Tahun 2006 tentang standar isi untuk tingkat SD/MI bahwa ilmu pengetahuan sosial
merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI
maka pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Lalu,
menurut Sapriya (2009) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang
berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial,

humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Berbagai
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang mengajarkan pengetahuan dan nilai – nilai sosial yang ada di
masyarakat.
Pembentukan karakter peserta didik sangat penting dilakukan karena,
Murphy (2009) menyatakan bahwa: That character education: will help young
people understand such core ethical values as fairness, honesty, responsibility,
respect, tolerance of others, fortitude, selfdiscipline, teamwork, and leadership.

Maksud dari kutipan tersebut bahwa pendidikan karakter akan menolong orang –
orang muda mengerti nilai etis seperti kewajaran, kejujuran, tanggung jawab,
hormat, toleransi dengan orang lain, kecekatan, disiplin diri, kerjasama
sekelompok, dan kepemimpinan yang baik.

Penanaman karakter yang baik harus dimulai dari usia dini agar setelah anak
dewasa prilaku yang baik itu sudah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu usaha
untuk membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal – hal
yang menyesatkan dan menjerumuskan. Selain itu, pentingnya membentuk karakter
diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kesuksesan dan kegagalan
seseorang disegala aspek kehidupan tidak ditentukan semata – mata oleh

pengetahuan dan kemampuan teknis saja, tetapi lebih pada faktor kepribadian atau
sikap. Hasil penelitian yang dimaksud antara lain; hasil penelitian di Universitas
Standford menyimpulkan bahwa kesuksesan ditentukan oleh 87,5% attitude (sikap)
dan hanya 12,5% karena kemampuan akademik seseorang (Mardiansyah dan
Senda, 2011).
Setiap karakter yang ingin ditanamkan kepada peserta didik memerlukan
sebuah proses yang simultan dan berkesinambungan. Menurut Lickona (1997),
terdapat tiga komponen pembentukan karakter baik, yaitu mengetahui hal yang baik
(Moral Knowing), keinginan untuk melakukan yang baik (Moral Feeling), dan
melakukan hal yang baik (Moral Behavior ). Ketiga hal ini diperlukan untuk
mengarahkan dan membentuk pendewasaan moral. Adapun 18 nilai – nilai dalam
pendidikan karakter menurut Kemdiknas adalah: 1)Religius; 2)Jujur; 3)Toleransi;
4)Disiplin; 5) Kerja Keras; 6)Kreatif; 7)Mandiri; 8)Demokratis; 9) Rasa ingin
Tahu; 10)Semangat Kebangsaan; 11)Cinta Tanah Air; 12)Menghargai Prestasi;
13)Bersahabat/Komunikatif; 14)Cinta Damai; 15)Gemar Membaca; 16)Peduli
Lingkungan; 17)Peduli Sosial; dan 18)Tanggung Jawab.
Dalam membentuk karakter peserta didik mulai sekolah dasar hingga
perguruan tinggi dilaksanakan melalui semua mata pelajaran, salah satunya dalam
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan
diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran di sekolah karena IPS memberikan tempat

bagi peserta didik untuk belajar dan mempraktekan demokrasi, membantu peserta
didik menjelaskan "dunianya", sarana untuk pengembangan diri peserta didik
secara positif, meningkatkan kepekaan peserta didik terhadap masalah – masalah
sosial dan melalui pembelajaran IPS diharapkan peserta didik dapat mengusai ilmu

sosial, sehingga siap untuk hidup, menghadapi gejala – gejala sosial dan
permasalahannya dengan tetap mempertahankan budi pekerti yang luhur.
Secara umum, tujuan pembelajaran IPS dapat dirumuskan antara lain untuk
mengantarkan, membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik agar: (1)
menjadi warga negara (dan juga warga dunia) yang baik; (2) mengembangkan
pemahaman mengenai pengetahuan dasar kemasyarakatan, (3) mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dengan penuh kearifan dan keterampilan inkuiri untuk
dapat memahami, menyikapi, dan mengambil langkah – langkah untuk ikut
memecahkan masalah sosial kebangsaan, (4) membangun komitmen terhadap nilai
– nilai kemanusiaan dan menghargai serta ikut mengembangkan nilai – nilai luhur
dan budaya Indonesia, dan (5) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan
bekerja sama dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, baik lokal, regional
maupun internasional.
Untuk itu guru harus memiliki kompetensi dan peran yang sesuai dalam
pembelajaran


untuk

meningkatkan

kualitas

pembelajaran.

Pada

proses

pembelajaran guru harus memiliki kompetensi profesional, yaitu memiliki
pengetahuan dan pemahaman mengenai pendidikan karakter sebelum dapat
mengajarkan dan menanamkan karakter kepada peserta didik mereka. Guru juga
harus mampu membangkitkan minat peserta didik untuk menggali sendiri secara
lebih dalam pelajaran yang diterimanya dengan menerapkan metode belajar aktif,
tidak hanya sekedar memberikan peserta didik berbagai materi dan teori. Guru
harus bisa berperan sebagai motivator, mediator, dan fasilitator pendidikan yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari, membangun, dan
menerapkan pengetahuan dalam kehidupannya.
Selain itu, guru juga perlu memiliki kompetensi pedagogis agar dapat
mengenali karakteristik peserta didiknya sehingga dapat memberikan pembelajaran
pendidikan karakter yang sesuai. Kompetensi yang paling mendasar untuk menjadi
seorang guru yang mampu mendidik karakter anak didik, yaitu kompetensi
kepribadian. Hal ini dikarenakan kompetensi inilah yang menjadi cikal bakal
lahirnya komitmen diri, dedikasi, kepedulian dan kemauan kuat untuk terus berbuat

yang terbaik dalam kiprahnya di dunia pendidikan (Nurchaili, 2010). Proses
pembelajaran melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain, dalam hal ini
guru, membutuhkan seorang guru yang dapat menjadi role model yang tepat maka
dibutuhkan guru yang memiliki kompetensi kepribadian dan sosial yang baik.
Adapun dalam proses pembelajaran terdapat faktor yang mendukung peran
guru melalui pembelajaran IPS dalam pembentukan karakter peserta didik adalah
pemahaman guru terhadap tugas dan fungsinya, memahami visi dan misi sekolah,
kesungguhan dalam menjalankan pekerjaan sebagai guru, memiliki empat
kompetensi dasar seorang guru, kerja sama dengan seluruh pihak sekolah, serta
dukungan dari orang tua peserta didik, sedangkan faktor penghambat peran guru
dalam pembentukan karakter peserta didik adalah terjadi miskomunikasi dengan

pihak sekolah terkait ketegasan guru dalam membentuk karakter siswa, selain itu
orang tua peserta didik tidak mendukung sepenuhnya yang dilakukan oleh guru
disekolah dalam membentuk karakter baik dalam diri peserta didik.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa guru
atau pendidik memiliki peranan penting dalam mengembangkan nilai – nilai
karakter untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa dalam menghadapi
berbagai tantangan seiring berkembangnya zaman. Selain itu guru merupakan
seorang yang hubungannya paling dekat dengan peserta didik. Sebagian besar
interaksi yang terjadi di sekolah adalah interaksi guru dengan peserta didik. Di
sekolah guru merupakan figur yang diharapkan mampu mendidik anak yang
berkarakter, berbudaya dan bermoral.
Dalam pelaksaan pembelajaran, seorang guru atau pendidik bukan hanya
sekedar memberikan teori kepada peserta didik akan tetapi juga harus mampu
menanamkan pesan moral dari suatu materi dan harus mampu mempengaruhi
karakter peserta didik melalui materi tersebut dan tertanam secara sukarela dalam
diri peserta didik, sehingga peserta didik memiliki nilai – nilai karakter yang luhur
sesuai dengan pancasila dan budaya Indonesia serta dapat mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari – hari baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga,
dan lingkungan masyarakat. Dalam pembentukan dan pengembangan karakter
peserta didik dapat dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah,
salah satunya melalui materi atau bahan ajar pembelajaran IPS yang berperan
sebagai sarana penanaman budaya dan karakter bangsa pada peserta didik sebagai
generasi bangsa.
Dalam membentuk karakter peserta didik harus dilakukan sesuai dengan
potensi yang dimilikinya agar menjadi warganegara yang cerdas dan baik (smart
and good citizen) serta mempunyai filter sebagai benteng untuk memperthankan

nilai – nilai luhur bangsa Indonesia. Untuk mendidik anak menjadi warganegara
yang cerdas dan baik harus dilakukan secara sadar dan terencana dalam suatu proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

DAFTAR PUSTAKA


Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter . Jakarta: Rajawali



pers.



Sinar Baru Algensindo.



Ar-Ruzz Media.



Sekolah. Yogyakarta: Laksana.

Ali, Muhammad. 2014. Guru dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung:

Ardy, Novan. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Yogyakarta:

Aunillah, Isna Nurla. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di

Aqib, Zainal dan Sujak. 2012. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter .



Bandung: Yrama Widya.



Darmadi, H. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar . Bandung: Alfabeta



Gava Media.



Berwawasan Lingkungan untuk SD/MI Kelas I. Jakarta



dan Karakter Bangsa . Jakarta.



Koesoema A. 2007. Pendidikan karakter . Jakarta: Grasindo.



Danin. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Daryant. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta:

Jatmiko dan Mariyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Bangga Menjadi Insan

Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya



Lickona, Thomas. 2013. Education For Character . PT Bumi Aksara: Jakarta.



Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN Maliki Press







Mulyasa, Enco. 2008. Menjadi Guru profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter . Jakarta: Bumi Aksara.
Prayitno. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta:
Gramedia Widiasarana
Rahmadhani, Gesit. 2016. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran IPS di SD.
Semarang



Rusyan. 1990. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar .



Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.



Bandung.



Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran Hasil Evaluasi dan Hasil belajar IPS.

Siska, Yulia. 2018. Pembelajaran IPS di SD/MI. Yogyakarta: Garudhawaca
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Peran Moral, Intelektual,
Emosional, Dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri.



Jakarta: Bumi Aksara.



Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar..



Pengetahuan Sosial. Bandung: Rosdakarya



Bumi Aksara

Sudarmi, Sri. Muatan Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Ilmu

Sumatri, Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ilmu

Supardan, Dadang. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung:

Suradi. 2017. Pembentukan Karakter Siswa melalui Penerapan Disiplin
Tata Tertib Sekolah. Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4,



November 2017



Kencana.



Tiara Wacana.



Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di SD. Jakarta:

Toro, Arisman. 2008. Tinjauan Berbagai Character Building. Yogyakarta:
Undang – Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Waspodo, Sangar. 2011. Peran Pendidikan IPS Dalam Membangun Budaya
dan Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi. Diposting pada tanggal 17



April 2011
Zuhdi, Darmiyati. 2013. Model Pendidikan Karakter, Terintegrasi dalam
Pembelajaran dan Pengembangan Kultur sekolah. Yogyakarta: Multi

Presindo