PERAN BKKBN PROVINSI LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA

(1)

PERAN BKKBN PROVINSI LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)

Oleh Mona Sindytia

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, ada sebagian kewenangan dalam hal pelaksanaan program keluarga berencana yang sudah diserahkan kepada daerah. Namun demikian masih ada kewenangan yang tetap dilaksanakan oleh BKKBN Provinsi sebagai instansi vertikal.

Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini yakni bagaimanakah peran BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana dan adakah hambatan yang dialami oleh BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis-empiris. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan.Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah dengan cara seleksi data, klasifikasi data, dan penyusunan data. Analisis yang digunakan adalah analisis secara deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peran BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program KB antara lain terkait pembelian alat kontrasepsi yang masih menggunakan dana APBN dan pembelian sarana-prasarana yang masih menggunakan DAK dari BKKBN Provinsi Lampung untuk keperluan Pelaksanaan Program KB. Hambatan yang dialami oleh BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program KB antara lain APBD yang terbatas sehingga pemenuhan alat kontrasepsi masih menggunakan dana APBN dari BKKBN Provinsi Lampung, sarana operasional pelaksanaan Program KB masih menggunakan DAK BKKBN Provinsi Lampung, kurangnya tenaga petugas penyuluhan dan petugas lapangan, pembinaan terhadap kader maupun terhadap akseptor yang sudah mulai berkurang, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bahaya pemakaian alat kontrasepsi berupa Suntikan dan Pil secara jangka panjang terhadap hormon dan organ tubuh perempuan.


(2)

THE ROLES OF NATIONAL FAMILY PLANNING BOARD IN LAMPUNG PROVINCE IN CONDUCTING

THE FAMILY PLANNING PROGRAM By

Mona Sindytia

Since the Law number 32 in 2004 about the regional government had been prevailed, there are some parts of family planning conducts endorsed to regional government. However, there are also some of authorities conducted by the Family Planning Coordination Board (or BKKBN) of province government as a vertical institution.

The problem statement in this research is how do the roles of the Family Planning Coordination Board (BKKBN) in Lampung province in conducting the Family Planning program, and what are obstacles faced by BKKBN of Lampung province in conducting the Family Planning program.

This research uses a jurisdiction and empirical approaches. It uses primary and secondary data that are collected from literary study and study in the field. The collected data are processed with data selection, classification, and presentation. Data are analyzed descriptively.

The results show that the role of BKKBN of Lampung province in conducting the Family Planning program is purchasing contraception tools using fund from state income and expenditure budget (APBN), and purchasing structure and infrastructure for conducting the family Planning program using special allocation fund (DAK) from BKKBN of Lampung province. The obstacles are limited fund from regional income and expenditure (APBD) in fulfilling the contraception tool necessity so that the Family Planning program still depends on APBN’s fund of BKKBN of Lampung province, the operational structure of Family Planning still uses the special allocation fund (DAK) of BKKBN of Lampung province, less extension and field officer sources, less extension to the cadres and birth control acceptors, less public understanding to the use of contraception methods for long term uses such as injection and pill to the hormone and organ of the body.


(3)

1.1. Latar Belakang

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka wewenang pemerintahan dari Pemerintah Pusat diserahkan kepada daerah otonom sebagai perwujudan asas desentralisasi. Kewenangan daerah ini meliputi kewenangan di seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan moneter, fiskal, agama, serta kewenangan lain yang berhubungan dengan kegiatan kenegaraan yang bersifat nasional. Atas dasar prinsip-prinsip negara kesatuan, urusan pemerintahan (administrasi negara) yang diserahkan oleh pemerintah kepada pemerintahan daerah otonom merupakan perwujudan dari urusan pemerintahan yang dijalankan oleh pemerintah (Juanda, 2008 : 241).

Program Keluarga Berencana (KB) adalah termasuk salah satu urusan pemerintahan yang dijalankan oleh pemerintah, dan diserahkan kepada daerah serta menjadi kewenangan pemerintah daerah yang tetap diawasi oleh pemerintah pusat. Program Keluarga Berencana (KB) ini diterapkan oleh Pemerintah dalam hal mengatasi atau mengendalikan angka kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk (BKKBN,2010:5)


(4)

Perkembangan atau pun laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat diketahui dari hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS, yaitu pada tahun 1971 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sudah berada pada angka 119,2 juta jiwa. Jumlah ini terus naik pada sepuluh tahun berikutnya dimana hasil sensus penduduk tahun 1980 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia menjadi 147,5 juta jiwa. Pada tahun 1990 jumlah penduduk ini sudah mencapai angka 179,3 juta jiwa, kemudian pada tahun 1995 jumlah penduduk Indonesia sebesar 194,7 juta jiwa. Selanjutnya menurut hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai angka 237 juta jiwa, dan untuk provinsi Lampung sendiri jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 7,6 juta jiwa (http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab+1). Melihat pesatnya perkembangan penduduk di Indonesia seperti keterangan di atas, maka bukan tidak mungkin akan timbul beberapa masalah yang berhubungan dengan kependudukan di Negara Indonesia antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Persebaran penduduk yang tidak merata, lebih banyak berdomisili di pulau Jawa. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah melaksanakan program transmigrasi

b. Tingkat pendidikan yang rendah, karena cukup tingginya angka putus sekolah Hal ini berakibat pula pada tingginya pengangguran dengan segala imbasnya seperti kriminalitas, prostitusi, dan lain-lain.


(5)

c. Angka kelahiran yang masih cukup tinggi

Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kelahiran di Indonesia atau Total Fertility Rate (TFR) adalah 2,4. Untuk kondisi TFR Provinsi Lampung adalah 2,5 artinya masih lebih tinggi dari rata-rata nasional.

(http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab+1)

Berbagai masalah yang mencul terkait dengan tingginya angka pertumbuhan penduduk akan berakibat terhadap tingginya angka kemiskinan yang akan berdampak pada tingginya angka putus sekolah, pengangguran, termasuk kriminalitas. Pemerintah telah membuat kebijakan-kebijakan, seperti program transmigrasi untuk mengatasi kepadatan penduduk di pulau Jawa, penyiapan sekolah-sekolah dengan program wajib belajar sembilan tahun. Kemudian untuk mengatasi masalah tingginya angka kelahiran, Pemerintah juga telah menerapkan Program Keluarga Berencana yang secara resminya dimulai pada Tahun 1970, , dengan dibentuknya lembaga pemerintah yaitu BKKBN sebagai pengelolanya. Dengan tujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan untuk mewujudkan keluarga sejahtera (BKKBN,2011:1).

Program KB yang pengelolaannya dilakukan oleh BKKBN mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera bagi pelaksanaan pembangunan nasional disamping program pendidikan dan kesehatan. Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


(6)

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (BKKBN,2011:1).

Program Keluarga Berencana bukan hanya dimaksudkan untuk mengatur jumlah pertumbuhan penduduk saja, tetapi lebih dari itu untuk mewujudkan keluarga sakinah melalui perwujudan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, dalam upaya mempercepat perwujudan penduduk Indonesia yang lebih sejahtera, maka kualitas penduduk harus ditingkatkan seiring dengan pengendalian kuantitas penduduk (BKKBN & ’Aisyiyah,2007:1).

Terkait dengan penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional, maka pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk melakukan penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian ibu, bayi , dan anak, serta kewenangan untuk menetapkan pedoman pengembangan kualitas keluarga.

Ada pun yang masih termasuk sebagai kewenangan Pusat (yang akan dilaksanakan oleh BKKBN secara langsung) adalah kewenangan yang sifatnya makro seperti perencanaan, penetapan kebijakan nasional, dan pedoman. Sementara kewenangan selain yang diatur PP No. 25 Tahun 2000 merupakan kewenangan Daerah berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Pasal 43 No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Susunan organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, bahwa BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Keluarga


(7)

Berencana Nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sementara itu berdasarkan Peraturan Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi, Perwakilan BKKBN Provinsi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas BKKBN di provinsi serta menyelenggarakan fungsi yaitu pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk, penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga.

Kedudukan BKKBN seperti ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun 2005, adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pada saat ini status BKKBN sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang dalam tugasnya bertangung jawab kepada Presiden.

Di Provinsi Lampung sendiri Program Keluarga Berencana (KB) Nasional secara resmi mulai diselenggarakan pada Tahun 1974, dengan dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Untuk tingkat provinsi pengelolanya adalah BKKBN Provinsi Lampung sebagai perwakilan dari BKKBN Pusat. Sehingga tetap sebagai instansi vertikal yang diberi kewenangan


(8)

untuk mengelola dan melaksanakan Program KB di Provinsi Lampung. Sedangkan untuk tingkat Kabupaten/Kota pengelolanya adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang merupakan perangkat Pemerintah Kabupaten/Kota (Agoes M.Sulaiman, 2010:3).

Dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 yang diikuti dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 dan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72 Tahun 2011 maka tugas dan fungsi BKKBN Provinsi Lampung kedepan akan semakin berat dan memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mewujudkan keserasian pembangunan yang berorientasi pada kependudukan baik menyangkut kuantitas penduduk, kualitas penduduk, maupun mobilitas penduduk sebagai matra kependudukan (Soedibyo Alimoeso,2011:1).

Mengenai pelaksanaan program Keluarga Berencana setelah otonomi daerah ini adalah bagaimana penanganan pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) tersebut di tingkat local oleh BKKBN Provinsi Lampung, dimana strategi pelaksanaan program Keluarga Berencana setelah otonomi daerah ini bukan lagi berlandaskan pada hubungan hirarkhis, tetapi lebih diarahkan pada pendekatan yang bersifat pembinaan dan koordinatif .

Atas dasar uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai PERAN BKKBN PROVINSI LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KB.


(9)

1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup Permasalahan 1.2.1. Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Peran BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) ?

2. Apa sajakah hambatan yang dialami oleh BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) ?

1.2.2. Ruang Lingkup Permasalahan

Penelitian ini dibatasi pada lingkup permasalahan yaitu : 1. Ruang lingkup bidang ilmu :

Penelitian ini dibuat berdasarkan pada aspek Hukum Administrasi Negara sebagai bidang ilmunya.

2. Ruang lingkup kajian :

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup obyek, waktu, wilayah, dan keilmuan sebagai berikut :

a. Obyek, yaitu pembahasan mengenai Peran BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan program KB serta faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana di Provinsi Lampung ;

b. Waktu, penelitian dan pembahasan dibatasi tahun 2011;

c. Tempat penelitian, penelitian dibatasi pada kantor BKKBN Provinsi Lampung.


(10)

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian hukum ini adalah :

1) Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis Peran BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana, dan;

2) Untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis faktor-faktor penghambat yang dialami oleh BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian hukum ini adalah : a. Kegunaan Teoritis :

Secara teoritis penelitian ini untuk mengetahui dan menambah pengetahuan baik mengenai Peran BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana serta menambah pengetahuan mengenai faktor penghambat dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Provinsi Lampung;

b. Kegunaan Praktis :

Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan masukan serta manfaat bagi para praktisi hukum ,mahasiswa dan dosen, masyarakat umum yang membacanya, serta aparat pengelola/pelaksana program Keluarga Berencana yang ada di Provinsi Lampung, sehingga mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi BKKBN Provinsi Lampung dan Pemerintah Daerah dalam


(11)

merumuskan kebijaksanaan dan strategi pelaksanaan Program Keluarga Berencana agar bisa tercapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.


(12)

2.1. Pengertian-pengertian 2.1.1. Pengertian Peran Lembaga

Kata “peran” atau “role” dalam kamus oxford dictionary diartikan sebagai:Actor’s part; one’s task or function yang berarti aktor; tugas seseorang atau suatu fungsi (oxford University Press,2008: 383). Sedangkan istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti sebagai seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat, kedudukan dalam hal ini diartikan sebagai posisi tertentu di dalam masyarakat yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau rendah.

Kedudukan tersebut sebenarnya adalah suatu wadah yang isinya adalah hak dan kewajiban tertentu, sedangkan hak dan kewajiban tersebut dapat dikatakan sebagai peran. Oleh karena itu maka ada seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu dapat dikatakan sebagai pemegang Peran (role accupant). Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.


(13)

Suatu peran dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut : a. Peran yang ideal (deal role)

b. Peran yang seharusnya (Expexted)

c. Peran yang dianggap oleh diri sendiri (Percieved role) d. Pern sebenarnya dilakukan (actual role)

Sedangkan menurut Soejono Soekanto (1982;268), Peran yang ideal yang seharusnya datang dari luar (external). Sedangkan peran yang dianggap oleh diri sendiri serta peran yang sebenarnya dilakukan berasal dari diri sendiri pribadi (Internal). Soejono Soekamto (1990;268-269) menyatakan peran adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang menjalankan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya maka ia menjalankan suatu peran.

Peran menurut Soejono Soekamto (1990;269) menyangkut 3 (tiga) hal, yaitu : a. Peran meliputi hal-hal yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat;

b. Peran merupakan serangkaian peraturan-peraturan yang nantinya akan membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat;

c. Peran dapat juga dikatakan sebagai suatu perilaku yang ada di dalam masyarakat dimana seseorang itu berada.

Peran adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu maupun kelompok yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peran meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-praturan yang


(14)

membimbing suatu individu atau pun kelompok dalam kehidupan kemasyarakatan (Soejono Soekamto,1982:238).

Lembaga merupakan terjemahan dari dua istilah atau kata yaitu Institut dan Institusi keduanya mempunyai arti yang berbeda, institut merupakan wujud kongkrit/nyata dari sebuah lembaga, misalnya Institut Teknologi Bandung (ITB), atau Institut Pertanian Bogor (IPB). Sementara Institusi merupakan wujud Abstrak dari suatu Lembaga, sebab merupakan sekumpulan norma-norma pengatur prilaku dalam aktivitas hidup tertentu (Sugianto, 2002;19). Batasan Lembaga Menurut Jhon R Commons adalah “ollec tiveae tionen control of individual action”, inti Lembaga adalah action atau tindakan positif berbuat sesuatu yang dibenarkan atau tidak berbuat sesuatu, yaitu menahan diri, mengekang diri untuk tidak berbuat sesuatu yang dilarang. Artinya sebagai pengawasan, Lembaga dapat pula diartikan peraturan yang mengendalikan atau mengawasi tindakan yang dilakukan secara bersama-sama pula (Sugianto,2002;20).

Jadi yang dimaksud Peran Lembaga adalah seperangkat tingkah laku positif yang dilakukan oleh Institusi yang meliputi pengawasan, pengendalian, serta pembatasan perbuatan seseorang atau pun kelompok yang didasarkan pada tugas pokok dan fungsi Institusi tersebut. Dalam hal ini peran BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana di provinsi Lampung yaitu melaksanakan kewajibannya sesuai dengan fungsi yang telah disepakati sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 Pasal 43, disebutkan bahwa BKKBN mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan


(15)

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKKBN menyelenggarakan fungsi :

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera ;

b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKKBN;

c. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan Instansi pemerintah, swasta, Lembaga Sosial, dan Organisasi Masyarakat, serta masyarakat di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

d. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

Sedangkan kewenangan BKKBN berdasarkan pasal 45 adalah :

a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;

c. Perumusan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian ibu, bayi, dan anak;

d. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera


(16)

2.1.2. Pengertian Pelaksanaan Program

Program adalah cara yang dipisahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut. Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, yang antara lain adalah:

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai

b. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu c. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui d. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan

e. Adanya strategi dalam pelaksanaan

Unsur keduanya yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

Sementara itu untuk dapat memahami pengertian dari pelaksanaan, Wahab (1991:51), merumuskan pengertian pelaksanaan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat kelompok-kelompok


(17)

pemerintahan atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan.

Berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur pelaksananya. Unsur pelaksana itu merupakan unsur ketiga. Pelaksana penting artinya karena pelaksanaan suatu program, baik itu organisasi ataupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelola maupun pengawasan dalam pelaksanaan.

2.1.3. Tolok Ukur Evaluasi Program

Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang bisa dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung, berhasilnya atau tidak berhasilnya suatu program berdasarkan tujuan yang sudah tentu memiliki tolak ukur yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya. Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi suatu program adalah:

a. Apakah hasil suatu proyek sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai b. Kesediaan sarana untuk mencapai tujuan tersebut

c. Apakah sarana atau kegiatan benar-benar dapat dicapai atau dimanfaatkan oleh orang-orang yang benar-benar membutuhkan

d. Apakah sarana yang disediakan benar-benar dilakukan untuk tujuan semula e. Berapa persen jumlah atau luas sasaran sebenarnya yang dapat dijangkau oleh


(18)

f. Bagaimana mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan oleh program (kualitas hidup, kualitas barang)

g. Berapa banyak sumber daya dan kegiatan yang dilakukan benar-benar dimanfaatkan secara maksimal

h. Apakah kegiatan yang dilakukan benar-benar memberikan masukan terhadap perubahan yang diinginkan.

2.2. Pemerintahan Daerah

2.2.1. Asas-Asas Pemerintahan Daerah Asas-asas Pemerintahan Daerah adalah :

a. Asas Desentralisasi

Dalam UU No. 32 Tahun 2004, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa penyelenggaraan desentralisasi, baik pembentukan daerah otonom maupun penyerahan kewenangan dalam bidang pemerintahannya, hanya dilakukan oleh pemerintah pusat.

b. Asas Dekonsentrasi

Asas Dekonsentrasi adalah asas yang diartikan sebagai pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat yang lebih tinggi kepada pejabat-pejabat di daerah.Dalam dekonsentrasi


(19)

tanggung jawab tetap ada pada pemerintah pusat.Baik perencanaan, pelaksanaannya maupun pembiayaan tetap menjadi tanggung jawab pemerintahan pusat. Unsur pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala daerah dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat (Nurmayani,2009:10).

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertical diwilayah tertentu. Latar belakang diadakannya sistem dekonsentrasi adalah bahwa tidak semua urusan Pemerintahan Pusat dapat diserahkan kepada Pemerintah Daerah menurut asas desentralisasi (C.S.T. Kansil dan Catherine S.T. Kansil,2004:4).

c. Asas Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan

Asas otonomi daerah tercantum dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 Perubahan kedua, yang menyatakan “Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.” Ketentuan ini menegaskan bahwa pemerintah daerah adalah suatu pemerintahan otonom dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.Dalam pemerintahan daerah hanya ada pemerintahan otonomi (termasuk tugas pembantuan). Dengan kata lain, ketentuan ini hanya mengatur mengenai otonomi, otonomi hanyalah salah satu bentuk desentralisasi. Desentralisasi bukan asas melainkan suatu proses, yang asas adalah otonomi dan tugas pembantuan (Nurmayani, 2009:11).


(20)

Asas tugas pembantuan adalah asas yang menyatakan tugas turut serta dalam pelaksanaan urusan pemerintah yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah dengan kewajiban mempertanggungjawabkannya kepada yang memberi tugas. Misalnya, daerah menarik pajak-pajak tertentu seperti pajak kendaraan, yang sebenarnya menjadi hak dan urusan Pemerintah Pusat. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, jelas bahwa wilayah Indonesia dibagi menjadi daerah-daerah otonom dan wilayah administrasi (C.S.T. Kansil dan Catherine S.T. Kansil,2004:4)

2.2.2. Hubungan Antara Tingkat-Tingkat dalam Pemerintahan

Philipus M.Hadjon dalam bukunya Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (2005:74)membedakan mengenai hubungan diantara tingkat-tingkat dalam pemerintahan, anatara lain :

a. Hubungan Vertikal (pengawasan, kontrol, dsb);

Pada tahap pertama ditempatkan soal pengawasan yang dilaksanakan oleh badan-badan pemerintah yang bertingkat lebih tinggi terhadap badan-badan yang lebih rendah. Ada beberapa bentuk pengawasan yang dikemukanan Philipus M.Hadjon dalam bukunya, antara lain :

1) Pengawasan represif, yaitu pengawasan yang dilakukan kemudian :

Keputusan badan-badan yang bertingkat lebih rendah akan dicabut kemudian apabila bertentangan dengan undang-undang atau kepentingan


(21)

umum. Dalam situasi yang menuntut tindakan cepat, dapat juga diambil tindakan penangguhan keputusan, sebelum dilakukan pencabutan.

2) Pengawasan preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan sebelumnya : Pengawasan preventif adalah pengawasan terhadap keputusan-keputusan dari aparat pemerintahan yang lebih rendah yang dilakukan sebelumnya, 3) Pengawasan yang positif :

Termasuk dalam bentuk pengawasan ini adalah keputusan-keputusan badan-badan yang lebih tinggi untuk memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada badan-badan lebih rendah.Kadang-kadang juga dapat terjadi badan-badan yang lebih tinggi kadang-kadang memaksakan instansi yang lebih rendah untuk kerjasama tertentu.

4) Konsultasi dan Perundingan :

Kadang-kadang beberapa keputusan baru boleh diambil oleh badan yang lebih rendah setelah mengadakan perundingan dengan badan-badan yang lebih tinggi, atau badan-badan lebih tinggi itu memperoleh kesempatan sebelumnya untuk memberikan nasihat-nasihat pada badan-badan yang lebih rendah mengenai suatu persoalan.

5) Dinas-dinas Pemerintahan yang di dekonsentrasikan :

Dinas-dinas jabatan dari pemerintah pusat seringkali tersebar di seluruh negeri, antara lain kepada badan-badan pemerintah yang lebih rendah untuk mengadakan kontrol, memberikan nasehat, dan sebagainya (Philipus M.Hadjon,2005:75-76).


(22)

b. Hubungan Horizontal (perjanjian kerjasama diantara para pejabat yang berada pada tingkat yang sama).

Disamping hubungan secara vertikal yang diuraikan diatas, ada pula hubungan secara horizontal. Banyak tugas-tugas Pemerintah hanya dapat dilaksanakan secara memuaskan melalui jalan kerjasama. Bagi suatu kerjasama di antara para instansi Pemerintah diperoleh berbagai macam jalan.J alan yang pertama ialah dengan menandatangani perjanjian yang sifatnya hukum perdata. Disamping itu di beberapa negara dapat ditemukan adanya kemungkinan kerjasama yang sifatnya hukum publik diantara para pejabat instansi atas dasar suatu undang-undang yang dibuat untuk hal tersebut. Dengan demikian, di negeri Belanda dikenal aturan-aturan yang berlaku untuk (masyarakat) umum. Undang-undang ini terdiri dari tiga macam kerjasama :

1) Fungsi yang dipusatkan

Dalam rangka kerjasama, beberapa wewenang dari kabupaten/kota-kabupaten/kota yang ikut ambil bagian, diserahkan/dikuasakan pada salah satu dari yang mengambil bagian, yaitu suatu kotapraja yang merupakan suatu sentrum (pemusatan) yang besar.

2) Badan/Lembaga untuk bersama

Suatu bentuk kerjasama yang lebih berat adalah mengenai pembentukan suatu badan bersama tanpa memiliki sifat dari badan hukum.Lembaga ini jadinya hanya memiliki wewenang untuk melaksanakan wewenang yang sifatnya hukum publik.


(23)

3) Badan hukum untuk bersama

Bentuk yang paling maju dalam bidang kerjasama ialah suatu badan hukum menurut undang-undang hukum perdata dengan adanya lembaga-lembaga yang bersifat hukum public seperti : pengurus umum, pengurus harian dan seorang ketua (Philipus M.Hadjon,2005:78-79).

2.3. Tentang Program Keluarga Berencana (KB) 2.3.1. Pengertian Program Keluarga Berencana

Kata program berasal dari bahasa Inggris yaitu “programme” atau “program” yang artinya acara atau suatu rencana yang harus diselesaikan (Oxford University Press,2008:351). Program juga dapat diartikan sebagai suatu sistem perencanaan baik dalam bentuk produk atau pun jasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan suatu masyarakat dalam suatu wilayah.

Program Keluarga Berencana adalah suatu sistem perencanaan yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatur dan mengendalikan jumlah pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kesejahteraan keluarga sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang mencakup empat program pokok yaitu program pelayanan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera ; program kesehatan reproduksi remaja ; program ketahanan dan pemberdayaan keluarga; serta Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas. (BKKBN,2008: 7). Dengan telah diundangkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang menggantikan


(24)

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sejahtera. Dalam ketentuan Pasal 1 angka 8 UU Nomor 52 Tahun 2009 telah dirumuskan bahwa yang diartikan Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Mengenai Program KB, tidaklah melulu mengenai alat/obat kontrasepsi sebagai alat pengendali kelahiran, memang Program KB selalu identik dengan alat/obat kontrasepsi seperti Pil KB, Suntik KB, Spiral, dan lain-lain. Namun dalam perkembangannya, ada empat program pokok yaitu :

a. Program Keluarga Berencana,

Program ini mencakup kegiatan-kegiatan pelayanan kontrasepsi, tidak saja untuk kaum wanita tetapi juga untuk kaum pria. Metode kontrasepsi yang ditawarkan untuk wanita adalah pil, suntikan, IUD atau spiral, implant, dan tubektomi atau Medis Operasi Wanita, dan metode lain tetapi sekarang sangat jarang diterapkan yaitu seperti tissue KB. Untuk pria adalah dengan metode alat kontrasepsi kondom dan metode vasektomi atau Medis Operasi Pria.

b. Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Sasaran dari program ini adalah para remaja yang tentunya akan memasuki kehidupan rumah tangga, sehingga pada saatnya tiba remaja sudah memahami tentang kesehatan reproduksi. Termasuk dalam program ini adalah mengenai


(25)

bahaya penyakit menular sexual, HIV/AIDS dan pengaruh buruk akibat narkotika dan obat-obat terlarang.

c. Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga

Program ini sasarannya adalah keluarga-keluarga, dan kegiatannya meliputi Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga remaja (BKR), dan Bina keluarga Lansia (BKL). Termasuk juga adalah mengenai upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui usaha peningkatan pendapatan/ekonomi.

d. Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas

Program ini berkaitan dengan penguatan jejaring pelayanan KB seperti klinik, rumah sakit termasuk swasta, kelompok-kelompok KB dan lain-lain.

Program KB adalah merupakan program sosial dasar yang sangat penting artinya bagi kemajuan bangsa, selain pendidikan dan kesehatan. Hasil dari Program KB memang tidak bisa dinikmati seketika, karena program ini adalah program investasi dan bisa dinikmati dalam waktu yang lama, karena yang dibangun adalah sumber daya manusia. Oleh sebab itu Program KB tetap diperlukan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.

2.3.2. Tujuan dan Manfaat Program Keluarga Berencana a. Tujuan Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana bertujuan untuk membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Di samping itu pelaksanaan program KB juga


(26)

diarahkan untuk menurunkan tingkat kelahiran atas dasar kesadaran dan tanggung jawab seluruh masyarakat dengan cara memilih metode alat kontrasepsi. Dengan demikian KB akan merupakan cermin dari upaya menurunkan tingkat kelahiran dan sekaligus membangun keluarga sejahtera (BKKBN,2008:63).

Tujuan umum program Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial dan ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (BKKBN,2008:64)

Kesimpulan dari tujuan program KB adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga, dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikan taraf hiduup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akaln pelayanan KB dan Keluarga Sejahtera yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.(BKKBN,2008:64).

b. Manfaat Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Manfaat dalam penggunaan program Keluarga Berencana ini antara lain :


(27)

1) Manfaat untuk ibu :

a) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan b) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu c) Menjaga kesehatan ibu

2) Manfaat untuk anak :

a) Mengurangi resiko kematian bayi b) Meningkatkan kesehatan bayi c) Mencegah bayi kekurangan gizi d) Tumbuh kembang bayi lebih terjamin

e) Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relative dapat terpenuhi f) Mendapatkan kualitas kasih saying yang lebih maksimal

3) Manfaat untuk keluarga :

a) Meningkatkan kesejahteraan keluarga

b) Harmonisasi keluarga lebih terjaga (http://www.puskel.com/3-manfaat- utama-program-keluarga-berencana/).

2.4. Sasaran, Dampak, dan Desentralisasi Program KB 2.4.1. Sasaran program KB

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN, yang meliputi

a. Menurunnya rata-rata pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen pertahun;

b. Menurunnya angka kelahiran total (TRF) menjadi sekitar 2,2 persen per perempuan;


(28)

c. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen;

d. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien;

e. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun;

f. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak;

g. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi produktif;

h. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional (http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/).

2.4.2. Dampak Program Keluarga Berencana (KB)

Program Keluarga Berencana (KB) memberikan dampak, yaitu : a. Penurunan angka kematiam ibu dan anak;

b. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi c. Peningkatan kesejahteraan keluarga;

d. Peningkatan derajat kesehatan;

e. Peningkatan mutu dan pelayanan KB–KR;


(29)

Serta pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar (http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/).

2.4.3. Desentralisasi Program Keluarga Berencana

Sejak keluarga berencana menjadi salah satu program pembangunan nasional yaitu sejak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang Pembentukan BKKBN, kemudian berlakunya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera sampai dengan tahun 1999, keluarga berencana masih menjadi urusan Pemerintah. Namun sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, program keluarga berencana sudah menjadi salah satu program pembangunan yang diserahkan kepada daerah. Hal ini disebabkan menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 pemerintahan daerah menganut sistem otonomi, yaitu daerah menyelenggarakan sendiri urusan rumah tangganya atas dasar otonomi yang seluas-luasnya kecuali untuk urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, agama, masih merupakan urusan pemerintah.(Agoes M.Sulaiman,2009:32).

Desentralisasi program keluarga berencana hanya untuk Kabupaten/Kota sedangkan untuk provinsi penyelenggaraan program keluarga berencana masih dilakukan oleh BKKBN Provinsi sebagai perwakilan BKKBN Pusat. Sesuai dengan perintah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dilakukan proses penyerahan urusan keluarga berencana dari BKKBN Pusat kepada


(30)

Bupati/Walikota setelah dilakukan penilaian P3D (Personalia, Perangkat, Pembiayaan dan Dokumentasi).

Tim ini terdiri dari unsur Departemen Dalam Negeri, BPKP, dan BKKBN yang bekerja sampai dengan tahun 2003.Dengan demikian seluruh personalia BKKBN yang ada di Kabupaten/Kota sampai Petugas Lapangan di Kecamatan dan Desa/Kelurahan menjadi aparat pemerintahan daerah.


(31)

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah merupakan suatu ilmu mengenai jenjang-jenjang yang harus dilalui dalam suatu proses penelitian atau merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah berdasarkan suatu sistem; sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan penelitian dengan tujuan untuk mempelajari permasalahan yang timbul dari gejala hukum tertentu (Rianto Adi, 2007:2).

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Yuridis-Empiris. Dimana pendekatan masalah yang dilakukan yaitu melalui studi kepustakaan dan kajian bahan-bahan hukum seperti peraturan perundang-undangan, serta buku-buku literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Serta diikuti dengan penelitian di lapangan untuk mendapatkan data dan informasi dengan mewawancarai para informan yang mengetahui dengan jelas


(32)

tentang peran BKKBN provinsi Lampung dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB).

3.2. Data dan Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini berasal dari dua jenis data, yaitu :

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari kegiatan penelitian secara langsung di lapangan, berupa keterangan-keterangan atau penjelasan dari para informan dengan melakukan studi lapangan (Muhamad Muhdar,2010:8). Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pegawai yang berkompeten di bidangnya pada Kantor BKKBN Provinsi Lampung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara memilih bahan-bahan hukum yang relevan dengan objek penelitian yang diajukan (Muhamad Muhdar,2010:10). Diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang bekaitan dengan permasalahan,yakni :

1) Bahan hukum primer, adalah aturan perundang-undangan yang mengikat, seperti halnya :

a) Undang- Undang No.5 Tahun 1974 dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan dalam perkembangannya


(33)

kemudian diganti dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, karena dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tututan otonomi (Nurmayani,2005:23);

b) Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; c) Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;

d) PP No. 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;

e) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Susunan organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, beserta beberapa kali perubahannya terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun 2005;

f) Peraturan Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional No. 82/PER/B5/2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi.

2) Bahan hukum sekunder,

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang member penjelasan terhadap bahan hukum primer yang terdiri dari


(34)

literatur-literatur, buku-buku ilmu pengetahuan hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan.

3) Bahan hukum tersier :

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang berguna untuk memberikan penjelasan terhadap hukum primer maupun sekunder, seperti hasil penelitian, Kamus Besar Bahasa Indonesia, bulletin, majalah, artikel-artikel dari internet dan bahan-bahan lain yang sifatnya karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

3.3. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 3.3.1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan :

a. Studi Pustaka, yang terdiri dari :

1) Survey kepustakaan, yaitu usaha koleksi data dalam jumlah besar. Usaha koleksi ini merupakan usaha inventarisasi yang menyeluruh atas data yang terdiri dari literatur dan peraturan-peraturan hukum positif yang berlaku. 2) Studi kepustakaan, yaitu membaca, mengutip dan menganalisisi

bahan-bahan bacaan hasil koleksi tersebut diatas.

b. Studi Lapangan

Untuk menunjang data sekunder, maka dilakukanlah kegiatan studi lapangan di lokasi penelitian dengan menggunakan teknik wawancara secara langsung dengan informan. Tujuan dilakukannya studi lapangan ini adalah untuk


(35)

mendapatkan data primer yang digunakan sebagai bahan analisis data mengeni Peran BKKBN provinsi Lampung dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB). Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pegawai yang berkompeten di bidangnya pada Kantor BKKBN Provinsi Lampung, antara lain :

1) Kepala BKKBN Provinsi Lampung;

2) Kepala Sub Bagian Hukum dan Kepegawaian BKKBN Provinsi Lampung; 3) Kepala Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Provinsi Lampung;

4) Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Provinsi Lampung.

3.3.2. Prosedur Pengolahan Data

Dari hasil penelitian data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan, selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Seleksi Data

Semua data yang telah diperoleh, diteliti kembali (diseleksi) untuk mengetahui apakah data-data tersebut sudah cukup baik agar dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Dengan cara ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas kebaikan data yang hendak dianalisis.


(36)

b. Klasifikasi Data

Setelah tahap seleksi selesai, selanjutnya proses yang dilakukan adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari informan menurut kriteria yang telah ditetapkan sesuai pokok bahasan.

c. Penyusunan Data

Data yang telah diklasifikasikan kemudia disusun dan ditempatkan pada setiap pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan untuk dianalisis lebih lanjut.

3.4. Analisis Data

Semua data yang telah diperoleh, Dianalisis dengan cara deksriptif artinya dengan cara menguraikan data ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis, kemudian dilakukan interpretasi sehingga diperoleh pemahaman dan gambaran yang jelas mengenai jawaban permasalahan untuk kemudian diambil kesimpulan-kesimpulan umum.


(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Peran BKKBN Provinsi Lampung tidak banyak namun sangat dominan, tidak banyaknya peran BKKBN Provinsi Lampung ini sendiri dikarenakan sejak tahun 2003 atau sejak berlakunya otonomi daerah serta kemudian diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, peran BKKBN Provinsi Lampung dalam Pelaksanaan Program Keluaraga Berencana sudah banyak berpindah kepada BKKBN Kabupaten/Kota, tetapi dengan peran yang sedikit ini BKKBN Provinsi Lampung tetap meiliki peran yang sangat penting antara lain dalam hal pembelian alat-alat kontrasepsi yang masih menggunakan dana APBN, serta pembelian sarana dan prasarana yang masih menggunakan DAK dari BKKBN Provinsi Lampung yang semuanya itu untuk keperluan Pelaksanaan Program KB di BKKBN Kabupaten/Kota sampai pada tingkat desa.


(38)

b. Dalam melaksanakann tugasnya terkait Pelaksanaan Program KB, BKKBN Provinsi Lampung menemui beberapa hambatan, antara lain : (1) Dukungan Dana/Anggaran APBD yang masih tergolong sangat terbatas dalam pelaksanaan Program KB, sehingga pemenuhan alat-alat kontrasepsi masih sepenuhnya menggunakan anggaran APBN dari BKKBN Pusat melalui BKKBN Provinsi, (2) Sarana operasional pelaksanaan Program KB masih sangat terbatas, dikarenakan masi tergantungnya BKKBN Kabupaten/Kota dalam hal pembiayaan belanja sarana dan prasarana operasional yang selama ini masih menggunakan DAK dari BKKBN Provinsi Lampung, (3) Kurangnya Tenaga Petugas penyuluhan dan Petugas Lapangan, (4) Pembinaan terhadap kader maupun terhadap akseptor yang sudah mulai berkurang dikarenakan kurangnya tenaga petugas penyuluhan dan pembinaan di Kab/Kota, (5) Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat peserta KB di provinsi Lampung yang meggunakan alat kontrasepsi berupa Suntikan dan Pil akan bahaya pemakaian secara jangka panjang terhadap hormon dan organ tubuh perempuan

5.2. Saran

Atas hambatan yang dialami oleh BKKBN Provinsi Lampung dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB), maka saran yang dapat diberikan oleh Peneliti adalah :

a. APBD Pemerintah Kabupaten/Kota tetap harus menganggarkan pembelian alat-alat kontrasepsi, karena mau tidak mau daerah harus siap dan mandiri dalam melaksanakan Program Keluarga Berencana tersebut.


(39)

b. Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Keluarga Berencana disarankan tetap diberikan oleh Pemerintah untuk menunjang pelaksanaan program Keluarga Berencana, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan Keluarga Berencana seperti mobil pelayanan, mobil unit penerangan, alat-alat kesehatan guna pelayanan keluarga berencana seperti IUD kit dan Implan kit, alat-alat penyuluhan keluarga berencana seperti KIE kit, BKB kit dan sebagainya.

c. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan profesionalitas petugas, yang dilakukan dengan cara mengadakan pelatihan teknis dan manajerial, baik yang dilaksanakan di tingkat Provinsi (BKKBN Provinsi Lampung) maupun oleh Pemerintah Pusat (BKKBN Pusat). Sedangkan Kaitannya dengan tenaga program PLKB , bahwa pemerintah daerah diharapkan untuk mengajukan formasi untuk penerimaan pegawai baru dalam formasi penyuluhan program Keluarga Berencana.

d. Mengupayakan peningkatan pengadaan dan penyempurnaan sarana dan prasarana operasional serta teknologi informasi dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat.


(40)

Oleh

MONA SINDYTIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(41)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1... Latar Belakang ... 1

1.2... Permasalahan dan Ruang Lingkup Permasalahan ... 7

1.2.1. Permasalahan... 7

1.2.2. Ruang Lingkup Permasalahan... 7

1.3... Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1.3.1. Tujuan Penelitian... 8

1.3.2.Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pengertian-Pengertian ... 10

2.1.1 Pengertian Peran Lembaga ... 10

2.1.2 Pengertian Pelaksanaan Program ... 14

2.1.3 Tolok Ukur Evaluasi Program ... 15

2.2 Pemerintahan Daerah ... 16

2.2.1 Asas-Asas Pemerintahan Daerah ... 16

2.2.2 Hubungan antara Tingkat-Tingkat dalam Pemerintahan Daerah ... 18

2.3 Tentang Program Keluarga Berencana (KB) ... 21

2.3.1 Pengertian Program Keluarga Berencana ... 21

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Program Keluarga Berencana 23 2.4 Sasaran, Dampak, dan Desentralisasi Program KB ... 25

2.4.1 Sasaran Program KB ... 25


(42)

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Pendekatan Masalah ... 29

3.2 Data dan Sumber Data ... 30

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 32

3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data ... 32

3.3.2 Prosedur Pengolahan Data ... 33

3.4 Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Gambaran Umum BKKBN Provinsi Lampung ... 35

4.1.1 Latar Belakang BKKBN Provinsi Lampung ... 35

4.1.2 Visi dan Misi BKKBN Provinsi Lampung ... 37

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi BKKBN Provinsi Lampung 37 4.1.4 Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Lampung ... 38

4.1.5 Kedudukan BKKBN Provinsi Lampung ... 47

4.2 Peran BKKBN Provinsi Lampung dalam Pelaksanaan Program KB ... 49

4.3 Bentuk-Bentuk Pelaksanaan Program Keluarga Berencana oleh BKKBN Provinsi Lampung ... 61

4.3 Hambatan yang Dihadapi BKKBN Provinsi Lampung dalam Pelaksanaan Program KB ... 66

BAB V PENUTUP ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(43)

Literatur

Adi, Rianto. 2007.Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Granit. Jakarta.

Alimoeso, Sudibyo. 2011.Kebijakan, Strategi dan Pokok-Pokok Kegiatan Sekretariat

Utama Tahun 2011.Konsultasi Bidang. Batam.

BKKBN. 2010.Pengelolaan Pengembangan Kapasitas Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta.

BKKBN. 2011.Pedoman Operasional Bina Ketahanan Keluarga Lansia Dan Rentan.Jakarta.

BKKBN dan ’Aisyiyah.2007.Pelayanan KB & KR Melalui Fasilitas Kesehatan dan KB ’Aisyiyah.Jakarta.

Hadjon, Phillipus M. 2005.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.Introduction to the Indonesian Administrative Law.Gajah Mada University. Yogyakarta. HR, Ridwan. 2002.Hukum Administrasi Negara.UII Press. Jogjakarta.

Juanda. 2008. Hukum Pemerintahan daerah, Pasang Surut Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah. Alumni. Bandung.

Kansil, C.S.T. & Christine S.T. Kansil. 2004.Pemerintahan Daerah Indonesia.Hukum Administrasi Daerah.Sinar Grafika. Jakarta.

Manan, Bagir. 2001.Menyongsong Fajar OtonomiDaerah. Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII. Jogjakarta.

Muhdar, Muhamad. 2009.Metode Penelitian Hukum. PT.RajaGrasindo Persada. Jakarta.

Nurmayani. 2009.Hukum Administrasi Daerah.Universitas Lampung. Soekamto,Soejono. 2003.Sosiologi Suatu Pengantar. PT. RajaGrafindo


(44)

Departemen Pendidikan Nasional. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Poerwadarminta,W.J.S. 1985.Kamus Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka .Jakarta. Oxford University Press. 2008. Oxford Learner’s Pocket Dictionary.China.

Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Peraturan Kepala Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional Provinsi.

Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Susunan organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, beserta beberapa kali perubahannya terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun 2005.

Website

Sudayasa, Putu. 2010. 3 Manfaat Utama Program Keluarga Berencana.(online). (http://www.puskel.com/3-manfaat-utama-program-keluarga-berencana/), diakses tanggal 19 Oktober 2011.


(45)

Oktober 2011.

Putra, Zulfikar. 2011.Pengertian Pengelolaan.(online).

(http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/). Diakses tanggal 19 Oktober 2011.

Badan Pusat Statistika. (online).

(http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12& notab=1). Diakses tanggal 19 Oktober 2011.

Karya Ilmiah

Sulaiman, Agoes Mochammad. 2010.Koordinasi Antara BKKBN Provinsi Lampung Dan SKPD Kabupaten/Kota dalam Pengelolaan Program KB Di Provinsi


(46)

(Skripsi)

Oleh

MONA SINDYTIA

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(47)

KELUARGA BERENCANA Nama Mahasiswa :Mona Sindytia

No. Pokok Mahasiswa : 0812011060

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Nurmayani, S.H.,M.H. Syamsir Syamsu, S.H,.M.H.

NIP 1961 1219 198803 2 002 NIP 1961 0805 198903 1 005

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP 1961 1219 198803 2 002


(48)

1. Tim Penguji

Ketua :Nurmayani, S.H., M.H. ...

Sekretaris :Syamsir Syamsu, S.H., M.H. ...

Penguji Utama :Upik Hamidah, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M S. NIP19621109 198703 1 003


(49)

Kita berdoa ketika kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.

(Mona Sindytia)

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.

(KhalifahUmar)

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang

lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki,

tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.

(Khalifah Umar)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka berusaha untuk mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri


(50)

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kedua orang tuaku yang sangat aku cintai, dengan seluruh rasa hormat dan kasih sayangku; Papi dan Mami, dua orang yang telah membawaku hadir ke dunia ini, membesarkanku, dan mendidikku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, yang dengan cinta dan keikhlasannya itulah ALLAH SWT ridho akan semua keberhasilanku. Untuk abangku Muchammad Richardo dan adikku Mona Vindytia yang selalu memberikan semangat, dukungan, doa, canda dan tawa, disetiap hari yang kita lewati bersama serta menjadikan aku adik sekaligus kakak yang sangat beruntung memiliki kalian.


(51)

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh penulis yaitu Pendidikan Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Kabupaten Lampung Selatan di Kalianda diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar di SD Al-azhar 1 Kedaton Bandar Lampung diselesaikan tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 di Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 10 di Bandar Lampung diselesaikan tahun 2008.

Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui Penelusuran Akademik dan Bakat (PKAB). Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi sebagai Wakil Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMA HAN) periode 2011-2012. Pada tahun 2011 Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Mona Sindytia dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Oktober 1990, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Chandri, S.H. dan Ibu Hj. Maria Qiftia, S.H.


(52)

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul : Peran BKKBN Provinsi Lampung dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan untuk meraih gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih untuk:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M S. selaku Dekan Fakultas Hukum Unila; 2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Unila dan Pembimbing Utama pada ujian skripsi atas masukan dan saran yang telah diberikan yang selalu bersedia dan sabar untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Unila dan Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan dan saran yang telah diberikan;


(53)

kesediaannya memberikan bimbingan dan masukan yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Nurul Fajri Oesman, S.H., M.H. Selaku Pembahas II pada saat seminar 1 dan 2 atas masukan dan saran yang telah diberikan;

6. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktunya saat penulis ingin berkonsultasi;

7. Seluruh anggota staff dan dosen pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung, atas ilmu yang telah diterima oleh Penulis;

8. Bapak Drs. Ipin ZA Husni, MPA; Bapak Drs Zainal Aspin; dan Ibu dr.Husna Aryanita di Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung;

9. Papi Chandri, Mami Maria yang telah dengan sabar mendampingi dalam doa dan semangat;

10. Abang Richard, dan Adikku Mona Vindytia, terima kasih untuk motivasi, doa, semangat, ketulusan, kasih sayang, perhatian, dan penghiburan di hari-hari yang berat;

11. Teteh Lia, yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada Penulis;

12. My lovely Beber, Joni, Oow, untuk kelucuan dan tingkah laku kalian; 13. Sahabat-sahabat terbaikku: Putri Dwi Wulanayu, Sri Rizky Pertiwi

‘kiwiw’, Marissa Febriana Putri ‘icha’,Ira Famillia Sari ‘irul’, Yunita Dwi Utami Mafaza ‘ndum’, Primayani Yustyasari ‘yanik’, Nadia Raissofi H ‘sist nad’, Iqbal Ade Basrie ‘Iyay Iqbal’, Sandhi Togar Sanjaya ‘abang sendy’, Farhan Maulana Makki ‘hans’, Ricky Darmawan terima kasih


(54)

kita lalui bersama di Universitas Lampung ini, terima kasih untuk menjadi teman setia ketika bercerita.

14. Teman-Teman KKN Desa Sungai Langka Pesawaran 2011, Kelompok Pemerintahan: Kak Dudu (ketua kelompok), Teteh Tiara, Yanik, Kak Cut dan adek bayi yang ada di perut, Jume, Indra ‘jenggot’, ala, dedew, iren, terima kasih untuk kebersamaan susah dan senangnya bersama kalian; 15. Sahabat-Sahabat di HIMA HAN : Iyay Iqbal, Yanik, Sist Nad, Juli, Ira,

Abang Sendy, Susi ‘cuzi’, Abi Bachrul, Yuk Queen, Wak Dira, Bunda Citra, Mami Inez, Frestia, Angga, Raden, Ferry, Raydo, Gery, Dimas, Andri, Danu, Dova, Arif, Tiara, Anday, Tangguh, Aldi, Meyzon, Nene, Adel, Jeke, James, dan semua teman di Hima HAN lainnya, terima kasih sudah memberikan cerita terbaik ketika bersama-sama duduk di bangku perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Insya Allah skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum wr. Wb.

Bandar Lampung, Februari 2012


(1)

MOTTO

Kita berdoa ketika kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.

(Mona Sindytia)

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.

(KhalifahUmar)

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang

lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki,

tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.

(Khalifah Umar)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka berusaha untuk mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri


(2)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kedua orang tuaku yang sangat aku cintai, dengan seluruh rasa hormat dan kasih sayangku; Papi dan Mami, dua orang yang telah membawaku hadir ke dunia ini, membesarkanku, dan mendidikku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, yang dengan cinta dan keikhlasannya itulah ALLAH SWT ridho akan semua keberhasilanku. Untuk abangku Muchammad Richardo dan adikku Mona Vindytia yang selalu memberikan semangat, dukungan, doa, canda dan tawa, disetiap hari yang kita lewati bersama serta menjadikan aku adik sekaligus kakak yang sangat beruntung memiliki kalian.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh penulis yaitu Pendidikan Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Kabupaten Lampung Selatan di Kalianda diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar di SD Al-azhar 1 Kedaton Bandar Lampung diselesaikan tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 di Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 10 di Bandar Lampung diselesaikan tahun 2008.

Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui Penelusuran Akademik dan Bakat (PKAB). Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi sebagai Wakil Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMA HAN) periode 2011-2012. Pada tahun 2011 Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Mona Sindytia dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Oktober 1990, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Chandri, S.H. dan Ibu Hj. Maria Qiftia, S.H.


(4)

SANWACANA

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul : Peran BKKBN Provinsi Lampung dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan untuk meraih gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih untuk:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M S. selaku Dekan Fakultas Hukum Unila; 2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Unila dan Pembimbing Utama pada ujian skripsi atas masukan dan saran yang telah diberikan yang selalu bersedia dan sabar untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Unila dan Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan dan saran yang telah diberikan;


(5)

4. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H. selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya memberikan bimbingan dan masukan yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Nurul Fajri Oesman, S.H., M.H. Selaku Pembahas II pada saat seminar 1 dan 2 atas masukan dan saran yang telah diberikan;

6. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktunya saat penulis ingin berkonsultasi;

7. Seluruh anggota staff dan dosen pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung, atas ilmu yang telah diterima oleh Penulis;

8. Bapak Drs. Ipin ZA Husni, MPA; Bapak Drs Zainal Aspin; dan Ibu dr.Husna Aryanita di Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung;

9. Papi Chandri, Mami Maria yang telah dengan sabar mendampingi dalam doa dan semangat;

10. Abang Richard, dan Adikku Mona Vindytia, terima kasih untuk motivasi, doa, semangat, ketulusan, kasih sayang, perhatian, dan penghiburan di hari-hari yang berat;

11. Teteh Lia, yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada Penulis;

12. My lovely Beber, Joni, Oow, untuk kelucuan dan tingkah laku kalian; 13. Sahabat-sahabat terbaikku: Putri Dwi Wulanayu, Sri Rizky Pertiwi

‘kiwiw’, Marissa Febriana Putri ‘icha’,Ira Famillia Sari ‘irul’, Yunita Dwi Utami Mafaza ‘ndum’, Primayani Yustyasari ‘yanik’, Nadia Raissofi H ‘sist nad’, Iqbal Ade Basrie ‘Iyay Iqbal’, Sandhi Togar Sanjaya ‘abang sendy’, Farhan Maulana Makki ‘hans’, Ricky Darmawan terima kasih


(6)

untuk kebersamaan, keceriaan, dan terima kasih untuk semua waktu yang kita lalui bersama di Universitas Lampung ini, terima kasih untuk menjadi teman setia ketika bercerita.

14. Teman-Teman KKN Desa Sungai Langka Pesawaran 2011, Kelompok Pemerintahan: Kak Dudu (ketua kelompok), Teteh Tiara, Yanik, Kak Cut dan adek bayi yang ada di perut, Jume, Indra ‘jenggot’, ala, dedew, iren, terima kasih untuk kebersamaan susah dan senangnya bersama kalian; 15. Sahabat-Sahabat di HIMA HAN : Iyay Iqbal, Yanik, Sist Nad, Juli, Ira,

Abang Sendy, Susi ‘cuzi’, Abi Bachrul, Yuk Queen, Wak Dira, Bunda Citra, Mami Inez, Frestia, Angga, Raden, Ferry, Raydo, Gery, Dimas, Andri, Danu, Dova, Arif, Tiara, Anday, Tangguh, Aldi, Meyzon, Nene, Adel, Jeke, James, dan semua teman di Hima HAN lainnya, terima kasih sudah memberikan cerita terbaik ketika bersama-sama duduk di bangku perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Insya Allah skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum wr. Wb.

Bandar Lampung, Februari 2012