APLIKASI PAKAN KOMERSIL YANG DISUBTITUSI

SKRIPSI

APLIKASI PAKAN KOMERSIL YANG DISUBTITUSI TEPUNG SILASE DAUN MENGKUDU DENGAN INOKULAN KHAMIR LAUT

SEBAGAI PAKAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor)

MOCHAMMAD AFANDI 2009.02.5.0003

JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

PENGESAHAN SKRIPSI

Nomor : ...............................

Skripsi dengan judul : Aplikasi Pakan Komersil Yang Disubtitusi Tepung Silase Daun Mengkudu

Dengan Inokulan Khamir Laut Sebagai Pakan Ikan Sidat (Anguilla bicolor)

Yang disusun oleh : Nama

: Mochammad afandi NIM

Telah diuji pada sidang pendadaran tanggal : 16 Oktober 2013 Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Teknik dan Ilmu kelautan Universitas

Hang Tuah Surabaya, 16 Oktober 2013

Pembimbing I

Pembimbing II

Penguji

Ketua Sidang Dr. Ir. Nuhman, M. Kes Ir. Mivida Febriani, M. P

Drs. Giman Gilmawan, M. Kes

Mengetahui, Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan

Ketua Jurusan Perikanan

Dr. Drs. Viv Djanat P., M.App.Sc Ir. Hari Subagio, M. Si NIK. 01050 NIK. 01094

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Aplikasi Pakan Komersil Yang Disubtitusi Tepung Silase Daun Mengkudu Dengan Inokulan Khamir Laut Sebagai Pakan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Surabaya, 09 Oktober 2013

Mochammad Afandi NIM. 2009.02.5.0003

APLIKASI PAKAN KOMERSIL YANG DISUBTITUSI TEPUNG SILASE DAUN MENGKUDU DENGAN INOKULAN KHAMIR LAUT SEBAGAI PAKAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor)

MOCHAMMAD AFANDI 2009.02.5.0003

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Ir. Nuhman, M.Kes Ir. Mivida Febriani, M. P

ABSTRAK

Pakan ikan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya, ikan sidat adalah salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting baik didalam maupun diluar negeri, penelitian ini bertujuan untuk mencari sumber protein alternative sebagai bahan baku dalam pakan ikan, misalnya dengan fermentasi hijauan seperti silase daun mengkudu (SDM) yang difermentasi dengan inokulan khamir laut 0,04% untuk meningkatkan kualitas silase.

Rancangan penelitian ini yaitu RAK dengan 4 Perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan, perlakuan pakan (PP) pada penelitian yaitu pakan A (0%) tepung (T) SDM, B (5%) TSDM, C (10%) TSDM, D (15%) TSDM. Parameter uji antara lain laju pertumbuhan spesifik (LPS), rasio konversi pakan (FCR), rasio efisiensi protein (PER).

Hasil uji proksimat PP menunjukan PP (B) 5% SDM dapat meningkatkan kandungan lemak dan gross energi dalam pakan, hasil uji tiga parameter penelitian menunjukan PP (D) berbeda nyata F < 0,05 dengan PP A (0%), B (5%) dan C (10%), dapat disimpulkan perbedaan dosis subtitusi tepung silase daun mengkudu dalam pakan komersil berpengaruh terhadap LPS, FCR dan PER.

Key words : Silase, daun mengkudu, Ikan Sidat (Anguilla bicolor), Khamir Laut, Laju pertumbuhan spesifik, Rasio konversi pakan FCR, Rasio efisiensi protein PER.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas segala rahmat, hidayah, dan segala nikmat yang telah Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Aplikasi Pakan Komersil Yang Disubtitusi Tepung Silase Daun Mengkudu Dengan Inokulan Khamir Laut Sebagai Pakan

Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun, memperbaiki dan menyempurnakan penulisan selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan jurusan perikan universitas Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 10 Oktober 2013

Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan kali ini tidak lupa penulis haturkan terimakasih yang sangat besar ditiap millimeter langkah, tiap detik waktu, tiap 1 Rupiah uang, tiap 1 kalori energi dan segala jenis bentuk bantuan kepada :

1. Ibu Ir. Mivida Febriani, M. P selaku dosen pembimbing II yang telah membantu penulis semenjak mendaftar di Universitas Hang Tuah Surabaya, yang memberi ide dan mendanai penuh penelitian ini.

2. Bapak Dr. Ir. Nuhman, M. Kes selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis mulai dari huruf pertama hingga huruf terakhir dalam penulisan skripsi ini. Bapak adalah Sosok sebaik – baiknya dosen pembimbing bagi penulis.

3. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu Ikhlas mendoakan, membiayai kuliah penulis dan memotivasi agar cepat lulus kuliah.

4. Bapak Ir. Didik Hardianto, MT. yang telah mempertahankan saya tetap tercatat sebagai mahasiswa aktif di FTIK Universitas Hang Tuah. (Batal Cuti Aaaayey...)

5. Buat mas Wakhid yang udah memotivasi dan menemani penulis berjuang mendapatkan KRS agar bisa lulus bareng, eh malah kamu yang ketinggalan.

6. Buat Anggita dan Siska makasi udah dibantuin penelitian, mungkin q bukan partner yang baik buat kalian tapi perlu kalian tau bahwa aku ga pernah marah sama kalian.

7. Buat perikanan Hang Tuah angkatan 2010 yang udah bantuin penelitian thanks you very much.

8. Bagi pihak – pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu tenaga atau pikiran atau doa atau saran atau kritik untuk penelitian ini.

Mohon maaf penulis haturkan pula atas kata – kata, perbuatan, dan khilaf yang kurang berkenan bagi semua pihak yang merasa.

Assalammualaikum Wr. Wb ..............

DAFTAR ISI

Halaman Halaman judul

i Halaman pengesahan

ii Halaman pernyataan

iii Abstrak

iv Kata pengantar

v Ucapan terimakasih

vi Daftar isi

vii Daftar tabel

x Daftar gambar

xi Daftar lampiran

xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar belakang

1.2. Rumusan masalah

1.3. Tujuan penelitian

1.4. Manfaat penelitian

1.5. Batasan masalah

1.6. Hipotesa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daun mengkudu ( Morinda Citrifolia) 5

2.1.1. Klasifikasi daun mengkudu

2.1.2. Kandungan kimiawi Daun Mengkudu 6

2.2. Khamir laut (Marine yeast) 8

2.2.1. Karakteristik khamir laut

2.2.2. Isolasi khamir laut

2.2.3. Komposisi kimia khamir laut (Marine yeast) 13

2.3. Ikan Sidat ( Anguilla bicolor) 15

2.3.1. Klasifikasi ikan sidat

2.3.2. Pakan dan kebiasaan makan ikan sidat

2.3.3. Kebutuhan protein ikan sidat

2.3.4. Laju pertumbuhan spesifik ikan

2.3.5. Rasio Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio) 17

2.3.6. Rasio Efisiensi Protein (PER) 17 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 18

3.1. Tempat dan waktu penelitian 18

3.2. Bahan dan alat penelitian 18

3.2.1 Bahan penelitian

a) Bahan pembuatan silase

b) Bahan pakan alternatif

c) Bahan aplikasi pakan

3.2.2 Alat penelitian

a) Alat pembuatan silase

b) Alat dalam pembuatan pakan alternatif

c) Alat aplikasi pakan

3.3. Metode penelitian dan rancangan percobaan

3.3.1. Metode penelitian

3.3.2. Rancangan penelitian

3.4. Variabel penelitian

3.5. Prosedur penelitian

3.5.1. Pembuatan silase

3.5.2. Pembuatan pakan alternatif

3.5.3. Aplikasi pakan alternatif

3.5.4. Kualitas air

3.6. Prosedur analisa

3.6.1. Laju pertumbuhan spesifik

3.6.2. Rasio konversi pakan (FCR) 25

3.6.3. Rasio efisiensi protein (PER) 25

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Laju pertumbuhan spesifik

4.2. Rasio konversi pakan (FCR)

4.3. Rasio efisiensi protein (PER)

4.4. Kualitas air

35

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

38

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Komposisi kimia daun mengkudu ( Morinda citrifolia )

6 Tabel 2. Rata-rata kandungan Bahan kering, Protein, Lemak, Serat

7 kasar, Abu, Ca, Energi, dan Kecernaan Protein Silase Daun Mengkudu.

Table 3. Karakteristik khamir laut

9 Tabel 4. Perkembangan isolasi dan purifikasi khamir laut

10 Tabel 5. Pengelompokan khamir laut ( Marine Yeast ) obligate

12 Tabel 6. Kandungan nutrisi, asam amino, asam lemak, danmineral kultur khamir laut

14 Tabel 7. Alat dan fungsi dalam pembuatan silase

19 Tabel 8. Alat dan fungsi dalam pembuatan pakan alternatif

20 Tabel 9. Alat dan fungsi dalam aplikasi pakan

20 Tabel 10. Rata – rata laju pertumbuhan spesifik hari ke 10, 20 dan

30 Table 11. Rata – rata rasio konversi pakan 3 kali sampling selama

30 hari Table 12. Formulasi pakan dan hasil analisa proksimat perlakuan pakan ikan sidat

31 Table 13. Rata – rata rasio efisiensi protein 3 kali sampling selama

30 hari Table 14. Kisaran kualitas air media pemeliharaan selama 30 hari

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Daun Mengkudu ( Morinda citrifolia )

5 Gambar 2. Khamir laut hasil purifikasi

8 Gambar 3. Ikan sidat ( Anguilla bicolor )

15 Gambar 4. Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan sidat selama 30

27 hari Gambar 5. Grafik rasio konversi pakan

30 Gambar 6. Grafik rasio efisiensi protein

32

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data dan hasil analisa statistik laju pertumbuhan spesifik

38 Lampiran 2. Data dan hasil analisa statistik rasio konversi pakan (FCR) ikan sidat selama 30 hari.

ikan sidat selama 30 hari.

41 Lampiran 3. Data dan hasil analisa statistik rasio efisiensi protein (PER) ikan sidat selama 30 hari.

43 Lampiran 4. Hasil analisis proksimat.

45 Lampiran 5. Uji statistik proksimat formulasi pakan.

46 Lampiran 6. Tahapan membuat silase daun mengkudu.

47 Lampiran 7. Tahapan Membuat tepung silase daun mengkudu.

48 Lampiran 8. Tahapan pembuatan pellet.

49 Lampiran 9. Dokumentasi penelitian.

50 Lampiran 10. Biografi penulis.

51

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ikan Sidat (Anguilla bicolor) adalah species ikan yang berbentuk bulat memanjang dan memiliki sepasang sirip dada yang terletak tepat dibelakang kepala dan digolongkan sebagai ikan karnivora yang bersifat katadromus karena pada ukuran anakan sampai dewasa tinggal di perairan tawar namun ketika akan memijah beruaya ke laut dalam dan setelah memijah biasanya induk sidat akan mati. Dalam siklus hidupnya ikan sidat mempunyai beberapa tahap yakni Leptocephalus dengan bentuk lebar seperti daun, kemudian mengalami metamorphosis tubuh seperti layaknya ikan sidat namun tidak memiliki pigmen tubuh maka disebut dengan Sidat kaca (glass eel), Sidat kaca berruaya secara aktif kearah perairan tawar, mulai mengembangkan pigmen tubuh eksternal ketika memasuki kawasan pantai selanjutnya mulai menampakkan warna tubuh maka stadia ini disebut elver, perkembangan selanjutnya ikan sidat mencapai ukuran besar dengan warna tubuh coklat kekuning – kuningan hidup di perairan tawar yang disebut ikan sidat tahap (Yellow eel). Tahap terakhir ikan sidat hidup di perairan tawar terlihat pada perubahan pigmen tubuh menjadi warna perak, sehingga disebut ikan sidat perak (silver eel). Ikan sidat pada stadia ini siap melakukan ruaya dan selanjutnya memijah di laut dalam (Facey dan Avyle, 1987).

Sebagai salah satu komoditas ekspor ikan sidat mempunyai nilai ekonomis penting baik di dalam maupun luar negeri serta merupakan komoditas yang memiliki prospek baik untuk dibudidayakan, untuk mendukung keberhasilan pembesaran Sidat dalam proses budidaya diperlukan kondisi perairan yang baik dan ketersediaan pakan yang cukup baik dari kualitas dan kuantitasnya, ikan Sidat tergolong kedalam jenis ikan karnivora yang membutuhkan pakan berprotein tinggi, dengan adanya hal tersebut harga pakan komersil dengan kualitas baik dan kandungan protein yang tinggi tidaklah murah harganya, pada dasarnya total biaya produksi pada usaha budidaya peraiaran ikan – ikan karnivora sekitar 60% dari total biaya adalah untuk biaya pakan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan subtitusi pakan ikan yang lebih murah dengan mengganti sumber protein hewani dari tepung ikan dengan sumber protein nabati tepung kedelai, namun subtitusi pakan ikan menggunakan tepung bungkil kedelai mengalami kendala, oleh karena itu dibutuhkan bahan baku subtitusi alternatif lain untuk mendapatkan bahan baku pakan ikan yang lebih murah misalnya dengan silase daun mengkudu. Riset ilmiah menunjukkan bahwa buah mengkudu memiliki spektrum fitokimia yang sangat luas, salah satu senyawa alkaloid yang diketahui terkandung dalam daun mengkudu yaitu xeronin yang berfungsi untuk merangsang respon pembentukan kekebalan tubuh, membersihkan darah, mengatur fungsi sel, regenerasi sel rusak dan menghambat pertumbuhan tumor (Febriani, 2010 dan 2013) membuktikan bahwa dari 500 ekstrak tanaman herbal, mengkudu paling efektif melawan sel abnormal.

Pada prinsip pembuatan silase daun mengkudu ( Morinda citrifolia ) adalah fermentasi hijauan oleh bakteri asam laktat dalam kondisi anaerob yang terjadi secara alamiah. Selama proses fermentasi, asam laktat yang dihasilkan akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Berdasarkan penelitian Indriani dan Febriani (2008), menyatakan bahwa tepung daun mengkudu yang dicobakan dalam pakan ikan nila menggantikan tepung ikan sebesar 25%, hasilnya terhadap laju pertumbuhan kurang baik walaupun konsumsi pakan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kadar serat kasar daun mengkudu yang tinggi (22,12%) sehingga sulit dicerna oleh ikan. Oleh karena itu sebelum digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk pakan ikan, daun mengkudu perlu diberi perlakuan dengan cara silase dan penambahan khamir laut (yeast) untuk memudahkan ikan dalam mencernanya.

Khamir laut sudah sejak lama dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia sejak sebelum masehi dan pemanfaatan khamir secara umum semakin berkembang hingga sekarang, Khamir termasuk fungi, tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang uniseluler. Khamir dapat tumbuh dan aktif pada berbagai substrat dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, dalam keadaan kering berupa khamir dengan substratnya yang digunakan sebagai bahan pakan. Khamir yang terkandung dalam kultur yeast setelah sampai pada alat pencernaan, dengan kondisi yang sesuai kehidupannya akan hidup dan aktif kembali sehingga Khamir laut sudah sejak lama dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia sejak sebelum masehi dan pemanfaatan khamir secara umum semakin berkembang hingga sekarang, Khamir termasuk fungi, tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang uniseluler. Khamir dapat tumbuh dan aktif pada berbagai substrat dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, dalam keadaan kering berupa khamir dengan substratnya yang digunakan sebagai bahan pakan. Khamir yang terkandung dalam kultur yeast setelah sampai pada alat pencernaan, dengan kondisi yang sesuai kehidupannya akan hidup dan aktif kembali sehingga

kecernaan protein (81,607% SD ±0,208 c ) secara in vitro (Nizah, 2009). Dengan adanya hal tersebut subtitusi pakan ikan komersil dengan silase

daun mengkudu yang difermentasi menggunakan khamir laut 0,04 % pada dosis tertentu dimungkinkan dapat dicerna lebih baik oleh ikan, maka diperlukan penelitian ilmiah mengenai formulasi pakan ikan yang akan disubtitusi dengan tepung silase daun mengkudu agar efisien dalam aplikasinya.

1.2. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh perbedaan dosis tepung silase daun mengkudu yang difermentasi dengan inokulan khamir laut (marine yeast) sebagai pakan alternative terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) ?

b. Pada dosis berapa tepung silase daun mengkudu mempunyai pengaruh terbaik terdahap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) ?

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis tepung silase daun mengkudu ( Morinda citrifolia ) yang difermentasi menggunakan khamir laut dalam formulasi pakan yang disubtitusikan dengan pakan komersil terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) sebagai pakan alternative untuk ikan sidat ( Anguilla bicolor ).

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta informasi tentang pemanfaatan silase daun mengkudu yang difermentasi dengan inokulan khamir laut (Marine yeast) sebagai pakan alternative, serta mengetahui dosis formulasi pakan yang disubtitusikan dengan pakan komersil dan aplikasinya pada ikan sidat (Anguilla bicolor).

1.5. Batasan masalah

Pada penelitian ini batasan permasalahan adalah pengaruh perbedaan dosis tepung silase daun mengkudu (Morinda citrifolia) yang difermentasi menggunakan khamir laut dalam formulasi pakan yang disubtitusikan sebanyak 5%, 10% dan 15% dari jumlah pakan komersil terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) pada ikan sidat (Anguilla bicolor).

1.6. Hipotesa

H 0 : Perbedaaan dosis tepung silase daun mengkudu (Morinda citrifolia) yang difermentasi dengan khamir laut (marine yeast) 0,04 % dalam formulasi subtitusi pakan tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) pada ikan sidat (Anguilla bicolor) yang dibudidayakan.

H ı : Pada dosis tertentu tepung silase daun mengkudu (Morinda citrifolia) yang difermentasi dengan khamir laut (marine yeast) 0,04 % dalam formulasi subtitusi pakan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) pada ikan sidat (Anguilla bicolor) yang dibudidayakan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daun mengkudu ( Morinda citrifolia )

2.1.1. Klasifikasi tumbuhan mengkudu Tumbuhan ini berbentuk pohon dengan tinggi sekitar 4 – 8 m. Batangnya

berkayu, bulat, kulit kasar, percabangan monopoidal. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing. Panjang 10 – 40 cm. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai, benang sari 5. Buah bongkol, permukaan tidak teratur, berdaging, panjang 5 – 10cm, hijau kekuningan (Bangun dan Sarwono, 2002. Dalam Khamilah, 2011) dan klasifikasinya sebagai berikut :

Sumber : Khamilah, 2011 Gambar 1. Daun Mengkudu ( Morinda citrifolia )

Divisi : Spermatophyta Sub divisi

: Angiospermae Kelas

: Dicotyledone Anak kelas

: Sympatalae Bangsa

: Rubiales Suku

: Rubiaceae Marga /genus : Morinda Jenis /spesies : Morinda citrifolia .

2.1.2. Kandungan kimiawi daun mengkudu Secara umum mengkudu merupakan bahan makanan yang bergizi lengkap.

Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh antara lain: karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial juga tersedia dalam buah maupun daun mengkudu. Hasil uji kandungan xeronin (Febriani, 2013) pada silase daun mengkudu menunjukan nilai 2073,399/100mg dan 2059,899/100mg. xeronin adalah senyawa alkaloid yang dapat mengatur pembentukan dan flexibilitas protein tertentu, serta dapat meningkatkan fungsi struktur hormon, antibodi, enzim dan neurotransmitter. Komposisi kimia daun mengkudu dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1 . Komposisi kimia daun mengkudu (Morinda citrifolia)

No Komposisi Kimia

Fungsi

1 Asam Amino : Arginin

untuk pertumbuhan optimal ikan muda Lisin

untuk pertumbuhan, defisiensi lisin menyebabkan nekrosis, merupakan A.A pembatas dalam bahan makanan sumber protein nabati

Histidin & threonin untuk menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh dan pertumbuhan larva ikan.

Leusin, isoleusin, valin, untuk mencegah penyakit dan merupakan AA pembatas Metionin & sistin.

dalam bahan makanan sumber protein nabati. Fenilalanin & tirosin

untuk mendorong sintesis protein dan fungsi fisiologis pada Tryptophan

ikan

Prolin, Serin, Alanin, untuk mencegah penyakit, defisiensi tryptophan akan Asam aspartat, Sistein,

meningkatkan kadar Ca, Mg, Na, K dalam ginjal dan hati Glisin, Asam glutamate

ikan.

3 Vitamin Asam askorbat

untuk berbagai macam reaksi metabolic Β karoten

untuk berbagai macam reaksi metabolic Niacin

untuk berbagai macam reaksi metabolic Thiamin

fungsi normal sistim syaraf

Riboflavin untuk pertumbuhan, berfungsi dalam produksi hormon kortikosteroid, pengatur aktif enzim tiroid.

4 Mineral: Ca proses pertumbuhan, berperanan dalam proses kontraksi otot dan rangsangan syaraf, berperanan agar enzim-enzim tertentu dapat bekerja dengan normal

P untuk proses kontraksi otot, osifikasi dan sekretoris Fe untuk proses biologis didalam sel

Se membantu proses sintesis immunoglobulin dan ubiquinone

Sumber : Wijayanti, 2001

Pembuatan silase dapat memperbaiki kualitas bahan yang dibuat silase dalam hal ini daun mengkudu. Proses fermentasi mengakibatkan kandungan serat kasar terutama lignin yang merupakan faktor pembatas penghambat daya cerna Pembuatan silase dapat memperbaiki kualitas bahan yang dibuat silase dalam hal ini daun mengkudu. Proses fermentasi mengakibatkan kandungan serat kasar terutama lignin yang merupakan faktor pembatas penghambat daya cerna

Kecernaan serat pakan bukan hanya ditentukan oleh kandungan lignin, tetapi juga ditentukan oleh kuatnya ikatan lignin dengan gugus karbohidrat lainnya (Djajanegara, 1986, dalam Febriani 2010). Menurut Lubis (1963) kadar serat kasar yang tinggi dapat mengganggu pencernaan zat-zat yang lainnya, akibatnya tingkat kecernaan menjadi menurun. Kadar serat yang tinggi akan menurunkan nilai TDN (Total Digestible Nutrients) dari bahan makanan. Rata – rata nutrisi daun mengkudu dan silase hasil fermentasi dengan khamir laut disajikan pada table 2 Rata-rata kandungan bahan kering, Protein, lemak, serat kasar, abu, Ca, energi, dan kecernaan protein silase daun mengkudu.

Table 2. Rata – rata kandungan bahan kering, protein, lemak, serat kasar, abu, Ca,

energi, dan kecernaan protein silase daun mengkudu.

Silase dengan Parameter

Silase tampa

Daun mengkudu

khamir laut

0,04% khamir laut

Warna

Coklat kehitaman Tekstur

Hijau kecoklatan Coklat kehitaman

Lunak Bau

liat

Lunak

Asam, Manis Suhu (°c )

Daun segar

Asam, Manis

27ºC

27ºC a pH a 5 ± 0,5 5,16 ± ,289

b Bahan Kering (%) ab 89,947 96,896 ± 0.867 95,398 ± 0,878 a Protein kering (% ) b 15,924 18,039 ± 0,631 19,788 ± 0,825 a Lemak kasar (% ) a 23,266 21,571 ± 1,587 20,783 ± 0,833

b Serat kasar (%) ab 22,120 21,553 ± 1,202 19,814 ± 0,651 a BETN (%) a 16,502 21,895 ± 3,180 21,396 ± 1,116

a Abu (%) a 12,135 13,835 ± 0,638 13,616 ± 0,060 bc Ca (%) a 2,0194 2,689 ± 0,038 2,406 ± 0,061

b Energi (Kcal/kg) ab 2865,17 3010,8 ± 22,976 2989,8 ± 44,962

b K. protein (%) c 80,823 79,98 ± 0,525 81,607 ± 0,208

Sumber : Febriani, 2010

2.2. Khamir laut

2.2.1. Karakteristik khamir laut

Sumber : Sukoso, 2002

Gambar 2. Khamir laut hasil purifikasi

Yeast adalah organisme seluler dari golongan jamur, bersifat kemoorganotrop bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan pertunasan dan pembelahan atau kombinasi keduanya (Kreger-van Rij, 1984). Reed (1991) menjelaskan dalam sistematik yeast termsuk dalam kingdom Fungi divisi Eumecotina yang tebagi dalam dalam 4 subdivisi : Phycomycetes (zigomycetes), Ascomecetes, Basidiomycetes, dan deuteromycetes. Sebagian besar yeast di alam adalah sub divisi Ascomycetes dan Deuteremycetes (tidak berspora), dan sebagian kecil lainnya termasuk dalam sub divisi Basidiomycetes, Phycomycetes adalah fungi berfilamen, karena tidak ada khamir yang temasuk dalam sub divisi ini.

Khamir termasuk fungi, tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang uniseluler. Reproduksi vagetatif pada khamir terutama pada pertunasan, sebagai sel tunggal, khamir tumbuh dan berkembang biak dengan cepat dibandingkan dengan kapang yang tumbuh dengan perkembangan filamen, khamir berbeda dengan ganggang karena tidak dapat melakukan fotosintesis, dan berbeda dengan protozoa karena mempunyai dinding sel yang kuat, khamir mudah dibedakan dari bakteri karena ukurannya lebih besar dan morfologinya berbeda (Ferdias, 1992 dalam Barlianto, 2008)

Sebagaimana dengan mikroorganisme yang lainnya , yeast mempunyai habitat yang amat luas, berbagai jenis dapt ditemukan di darat, perairan tawar dan laut. Menurut Angka dan Suhartono (2000) bahwa kawasan perairan laut

Indonesia yang luasnya 5,0 juta km² yang ditengarai mempunyai potensi kekayaan mikrobiologi laut yang besar, termasuk didalamnya marine yeast.

Khamir (yeast) adalah fungi uniseluler yang bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan pertunasan, pembelahan atau kombinasi keduanya (Kreger-van Rij, 1984). Habitat khamir amat luas dan beragam sesuai dengan jenis strainnya (Walkel, 1998). Khamir yang mampu hidup dilingkungan bersalinitas tinggi dikenal dengan nama khamir laut (marine yeast) . Karakteristik khamir laut tidak jauh berbeda dengan khamir pada umumnya kecuali habitat.

Khamir secara umum telah dimanfaatkan sejak 6000 tahun sebelum masehi oleh bangsa Sumeria dan Babilonia (Tuite dan Oliver, 1991). Berbeda dengan khamir dihabitat darat, khamir laut pertama kali diisolasi pada tahun 1886 kemudian oleh Fischer tahun 1894 dilanjutkan oleh Zo Bell dan Feltham (Kohlmayer dan Kohlmayer 1979) sejarah dan perkembangan isolasi dan purifikasi khamir laut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik khamir laut Faktor

Karakteristik

Klasifikasi

Kingdom Fungi : Divisi Eumycota; Sub Divisi Ascomycetes, deuteromycetes, dan sebagian kecil Basidiomycets (Reed,

Morfologi

Berukuran lebih besar dari bakteri (5-8 µm atau lebih), berbentuk oval memanjang, elips, atau bulat (Jay,1992).

Dinding sel tebal (100-200), beratnya 15-25% dari berat kering biomasa, tidak berkloropil dan beberapa pigmen (Walkel, 1998). Dinding sel terdiri atas glukan/selulusa

khamir (30-15%), mannan (30%) lemak (8,5-13%), protein 6- 8%) dan kitin (1-2%) dari berat kering sel (Ferdiaz,1992).

Tidak berklorofil, mempunyai pigmen, kisaran ph dari 2,2-8 (pelczar dan chan, 1989) kisaran suhu optimum 25-30 ºC dengan suhu maksimum 35-47 ºC (Ferdiaz 1992), karakteristik dalam identifikasi khamir : asimilasi karbohidrat, asimilasi KNO3, fermentasi karbohidrat, kemampuan tumbuh pada medium tanpa vitamin, pembentukan pulicle, dan kemapuan tumbuh pada 37 ºC (Lin dan Fang,1987)

Fisiologi

Tidak berklorofil, mempunyai pigmen, kisaran ph dari 2,2-8 (pelczar dan chan, 1989) kisaran suhu optimum 25-30 ºC dengan suhu maksimum 35-47 ºC (Ferdiaz 1992), karakteristik dalam identifikasi khamir : asimilasi karbohidrat, asimilasi KNO3, fermentasi karbohidrat, kemampuan tumbuh pada medium tanpa vitamin, pembentukan pulicle, dan kemapuan tumbuh pada 37 ºC (Lin dan Fang,1987)

Habitat

Air laut, hewan laut, alga, sedimen, dan tanaman (Kohlmayer dan Kohlmayer, 1979)

Reproduksi Seksual dengan spora dan aseksual dengan pertunasan,

pembelahan, kombinasi keduanya (Kreger-van Rij, 1984)

Nutrisi

Protein mencapai 25,1 % dengan Asam Amino seimbang, kaya akan asam lemak tak jenuh (Kinsella,1987) serta vitamin-meneral (Pelczar dan Reid, 1965)

Sumber : Febriani, 2001

Tabel 4. Perkembangan isolasi dan purifikasi khamir laut Tahun

Hasil

1886  Khamir laut pertama di isolasi kemudian oleh Fischer 1894 dan dilanjutkan oleh Zo Bell dan Feltham (Kohlmayer dan Kohlmayer,

 Isolasi Khamir laut dari Biscayne Bay Florida, diperoleh 179 isolat terdiri dari khamir Berspora (Debaryomyces Kloekeri, Hansenula

1976 anomala, dan Saccaromyces fructuum) dan Khamir tidak berspora

(candida, Rhodotorola, torulopsis, dan Cryptocossus)(Fell, et al (1976)  Telah teridentifikasi 177 khamir dari perairan laut, sebagian

1979 merupakan khamir obligat (benar-benar habitatnya di perairan laut). Austin (1988)

Telah diisolasi khamir laut dari perairan dan estuari dengan tingkat 1981 

polosi yang berbeda di Rio de Jainero Brasil (Hagler dan Hagler 1981)  Didaparkan 48 strain khamir laut dari lumpur laut pada kedalaman

1995 1168 di Sagami bay Jepang dimana 3 strain diantaranya berupa khamir beracun (Hansenula Saturnus) (Nagahama et . al 2001a)

 99 strain berhasil diisolasi dari perairan laut samudra Pasifik 40 strain diantaranya merupakan khamir laut merah (Rhodotorula dan Sporobolomyces) yang 81,5 % didapatkan dari binatang laut dan 10,6

% sedimen (Nagahama et . al 2001b) 2001  Didapat distribusi khamir laut yang bersifat haloterolan dan

fermentatif perairan sungai dan laut di Jepang, didapat batas toleransi NaCl khamir laut 2,3-2,5 m dan Khamir sungai 1,5-1,9 M kemampuan

fermentasi pada kadar garam 2,5 M adalah 17-31% pada khamir laut 0-4% pada khamir sungai. Secara umum jumlah koloni makin menurun dengan naiknya tekanan osmosis dan meningkat dengan makin banyaknya jumlah karbon organik (Urano et.al, 2001)

Sumber : Febriani, 2001 Walker (1998 dalam Barlianto, 2008), mendefenisikan fisiologis khamir

sebagai pengetahuan tentang pertumbuhan dan metabolisme sel – sel khamir, Yakni fisiologi yeast terkait dengan interaksi dengan lingkungan biotik dan abiotik dan fisiologi yeast mencakup bagaimana sel – sel khamir memperoleh makanan, melakukan aktivitas metabolisme, tumbuh, bereproduksi (seksual dan aseksual), bertahan hidup dan kematian.

Yeast sebagai sumber protein mikroba yang diperlukan memiliki karakteristik laju pertumbuhan tinggi, dapat tumbuh pada media sederhana tanpa

membutuhkan bahan – bahan tambahan yang mahal, generasi dari hasil panen tinggi pada substrat karbon, mampu tumbuh pada sel yang tinggi, tetap tumbuh pada kepadatan tinggi, tetap tumbuh dalam kultur yang terus menerus atau berkelanjutan, dapat menggunakan ammonia sebagai sumber nitrogen (Ramesh, et al., 1997 dalam Febriani, 2001)

2.2.2. Isolasi khamir laut Isolasi marine yeast sudah dimulai sejak tahun 1894 oleh Fisher,

dilanjutkan oleh Zo Bell dan Feltham, Fell, Ahearn, Meyes dan Roth (1976) melaporkan hasil isolasi marine yeast dari Biseayne Bay, Florida dan dari sedimen laut dalam Bahamas. Austin (1993) menyatakan bahwa dari 179 spesies yeast yang berasal dari laut, dimasukkan dalam kelompok marine yeast obligate.

Zona dan kondisi perairan laut menentukan kepadatan yeast. Populasi yeast makin menurun kepadatannya seiring dengan bertambahnya kedalaman dan makin jauh jaraknya dari daratan. Lautan lepas mengandung yeast dengan kepadatan 10 sel/liter atau kurang. Pelzcar, Reid dan Chan (1981) mengemukakan bahwa kepadatan yeast masih bisa didapatkan pada kedalaman kurang dari 1000 m lebih tinggi dibandingkan dengan zona laut yang lebih dalam. Pada kedalaman lebih dari 1000 m hanya didapatkan yeast dengan kepadatan 25 % dibandingkan dengan di zona yang lebih dangkal. Hagler dan Ahearn (1987) dalam Phaff (1990 dalam Barlianto, 2008), menjelaskan perbedaan kepadatan tersebut disebabkan

oleh makin menurunnya kadar O 2 dan meningkatnya H 2 S. Pada kondisi plankton melimpah, polusi, arus kecil dan termoklin, kepadatan yeast hingga diatas 10 5

sel/liter. Tabel 5. Pengelompokan khamir laut (marine yeast obligate)

Sub Division

Debaryomyces, hansenula, Ascomycotina

Metschnikowiaceae,

Saccharomycetaceae

Kluyveromyces, Pichia Saccharomyces Leucosporidium,

Basidiomycotina

Sporobolomycetaceae

Rhodosporidium, Sporobolomyces

Candida, Cryptococcus, Rhodotorula,

Deuteromycotina

Torulopsidaceae

Sterigmatomyces, Torulopsis, Trichosporan

Sumber : Austin, 1993 dalam Barlianto, 2008

2.2.3. Komposisi kimia khamir laut (marine yeast) Kultur khamir adalah produk bioteknologi mikroorganisme uniselluler

dalam keadaan kering berupa khamir dengan substratnya yang digunakan sebagai bahan pakan. Khamir dapat tumbuh dan aktif pada berbagai substrat dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya.

Khamir yang terkandung dalam kultur yeast setelah sampai pada alat pencernaan, dengan kondisi yang sesuai dengan kehidupannya akan hidup dan aktif kembali sehingga akan memproduksi berbagai enzim protease, amylase, lipase yang akan membantu perncernaan zat – zat makanan dalam tubuh ikan (Made et al., 1990 dalam Febriani, 2001).

Di jelaskan lebih lanjut bahwa selain karakteristik fisiologis, yeast secara umum sebagai protein mikroba memerlukan beberapa karakteristik tambahan yaitu : Daya cerna produk tinggi, Kandungan nutrisi tinggi, Kandungan asam nukleat tinggi, Tidak bersifat racun, Mudah memperoleh kembali, Dapat dipertanggung jawabkan terhadap proses selanjutnya, seperti pengeringan, tanpa merubah warna, tekstur dan bau (Rames et al 1997 dalam Febriani 2001).

Kandungan yeast yang diketahui yakni mengandung asam amino, sulfurnya rendah tetapi sumber yang baik akan vitamin B, sedikit mengandung vitamin E dan provitamin D. Dibandingkan dengan bakteri, yeast mempunyai kandungan asam nukleat yang lebih rendah, ukurannya lebih besar, potensial toksiknya lebih rendah dan lebih banyak diterima sebagai sumber protein oleh konsumen (Rames et al., 1997 dalam Febriani, 2001).

Secara umum, nilai nutrisi yeast menghasilkan 40 – 50 % protein murni. Kualitas protein tergantung pada komposisi asam aminonya, semua asam amino ada pada produk mikroba, meskipun kandungan asam amino sulfurnya seperti methionin dan cystin rendah. Total kandungan lemak produk mikroba bervariasi, 1 – 15 % sudah termasuk trigliserida, phospolipid dan sterol, fraksi serat kasar sel 0,5 – 10 % dari bahan kering sel. Pada yeast, glucan dan mannan adalah komponen pokok dari dinding sel, sisanya adalah protein dan lemak. Kandungan karbohidrat dari produk mikroba bervariasi 3,4 – 40 % dari berat kering sel. Pada yeast, glycogen ditemukan sebagai tempat penyimpanan energi. Total mineral (kandungan abu/produk mikroba) 4 % - 12 % dari berat kering, 20 % dari Secara umum, nilai nutrisi yeast menghasilkan 40 – 50 % protein murni. Kualitas protein tergantung pada komposisi asam aminonya, semua asam amino ada pada produk mikroba, meskipun kandungan asam amino sulfurnya seperti methionin dan cystin rendah. Total kandungan lemak produk mikroba bervariasi, 1 – 15 % sudah termasuk trigliserida, phospolipid dan sterol, fraksi serat kasar sel 0,5 – 10 % dari bahan kering sel. Pada yeast, glucan dan mannan adalah komponen pokok dari dinding sel, sisanya adalah protein dan lemak. Kandungan karbohidrat dari produk mikroba bervariasi 3,4 – 40 % dari berat kering sel. Pada yeast, glycogen ditemukan sebagai tempat penyimpanan energi. Total mineral (kandungan abu/produk mikroba) 4 % - 12 % dari berat kering, 20 % dari

Kandungan Persentase (%) mg/100 g

Analisa proksimat :

Bahan kering oven

Serat kasar

- Asam amino esensial : Arginin

Metionin + sistin

- Asam lemak :

17.437 - Mineral :

Sumber: Febriani, 2001

2.3. Ikan sidat (Anguilla bicolor)

2.3.1. Klasifikasi ikan sidat Klasifikasi ikan sidat menurut Weber and de Beaufort (1928) adalah

sebagai berikut:

Sumber : Khamilah, 2011

Gambar 3. Ikan sidat (Anguilla bicolor)

Fillum : Chordata Subfillum

: Euchordata Kelas

: Osteichtyes Subkelas

: Actinoptrygii Infrakelas

: Teleostei Superordo

: Elopomorpha Ordo

: Anguilliformes Famili

: Anguillidae Genus

: Anguilla Species

: Anguilla bicolor Beberapa anggota famili Anguillidae yang terdapat diwilayah Indonesia diantaranya adalah: (1) Anguilla ancertralis, (2) Anguilla bicolor bicolor, (3) Anguilla pacifica, (4) Anguilla borneoensis, (5) Anguilla celebesensis dan (6) Anguilla mauritiana (7) Anguilla marmorata.

2.3.2. Pakan dan kebiasaan makan ikan sidat Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

keberhasilan budidaya ikan sidat mulai dari pemeliharaan glass eel sampai ukuran siap panen. Sepanjang hidupnya, di perairan umum terutama di air tawar, ikan keberhasilan budidaya ikan sidat mulai dari pemeliharaan glass eel sampai ukuran siap panen. Sepanjang hidupnya, di perairan umum terutama di air tawar, ikan

2.3.3. Kebutuhan protein ikan sidat Kebutuhan protein dipengaruhi oleh umur, ukuran, fungsi fisiologis,

kualitas, sumber protein dan energi non protein (karbohidrat dan lemak), suhu air, jumlah pakan yang dimakan, kualitas protein. Kebutuhan ikan terhadap protein umumnya berkisar 38% – 52%. Ikan sidat jepang Anguilla japonica kandungan protein pakan optimal 45%, Ikan sidat lokal Anguilla bicolor bicolor, kadar protein optimalnya 45% atau kadar protein minimal 40% (Affandi,1994).

2.3.4. Laju pertumbuhan spesifik ikan Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat bobot

persatuan waktu dari suatu jenis makhluk hidup. Pertumbuhan dapat secara utuh atau meliputi bagian-bagian tertentu saja dari suatu populasi hewan atau tumbuhan (Effendie, 2002 dalam Kamilah 2011).

Laju perumbuhan spesifik adalah rata – rata pertumbuhan harian yang dinyatakan dalam persentase dari berat awal (steffens,1989), jika pertumbuhan pada waku tertentu (dt = 0), maka laju pertumbuhan relatif dinyatakan sebagai laju pertumbuhan spesifik, bila pertumbuhan eksponensial laju pertumbuhan spesifik adalah konstan maka pertambahan berat merupakan logaritma natural dari perbandingan berat akhir dengan berat awal, perhitungan laju pertumbuhan spesifik dapat digunakan dalam waktu pemeliharaan atau penelitian yang pendek namun kurang baik bila digunakan utuk menghitung pertumbuhan seluruh masa hidup suatu species yang dipelihara (Sukardi dan Yuwono, 2010).

Laju pertumbuhan spesifik dapat digunakan untuk mengkategorikan pertumbuhannya capat atau lambat suatu species ikan misalnya laju pertumbuhan harian suatu jenis ikan mempunyai nilai 1,2 – 1,4 % maka dapat dikategorikan mempunyai pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan nilai laju pertumbuhan harian 0,6 – 0,72 % yang dikategorikan lambat (Sukardi dan

Yuwono, 2010). Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari suatu proses metabolisme pakan yang diakhiri dengan penyusunan unsur-unsur tubuh (Hariati, 1989). Tidak semua pakan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari pakan digunakan untuk memelihara tubuh sisanya untuk aktivitas, pertumbuhan, dan reproduksi (Fujaya, 1994).

2.3.5. Rasio konversi pakan (Feed conversion ratio) Konversi pakan diartikan sebagai kemampuan suatu species mengubah

pakan menjadi daging. konversi pakan dalam bahasa praktis adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging ikan atau bobot pakan yang dibutuhkan dan bobot daging ikan yang dihasilkan atau feed conversion ratio (FCR). Semakin rendah nilai konversi pakan, semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan bobot daging ikan. Artinya semakin efisien pakan tersebut terhadap pertambahan bobot atau pertumbuhan ikan maka pakan tersebut baik bagi pertumbuhan.

FCR terkait dengan daya cerna ikan terhadap suatu bahan makanan. Nilai kecernaan suatu makanan atau disebut juga dengan koefisien pencernaan ( digestibility ) menggambarkan kemampuan ikan dalam mencerna pakan dan menggambarkan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh ikan. Informasi tentang nilai kecernaan suatu bahan makanan atau suatu pakan sangat penting sebagai dasar dalam menilai mutu pakan dan dalam merancang ransum/pakan. Apabila daya cerna pakan menurun maka nilai FCR akan meningkat. Ini disebabkan ikan tidak mampu mencerna makanan karena mengandung serat yang tinggi sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan akibatnya, pertumbuhan ikan akan berjalan lambat (Wijayanti, 2008 dalam Kamilah 2011).

2.3.6. Rasio efisiensi protein (Protein efficiency ratio) Rasio efisiensi protein atau Protein efficiency ratio (PER) digunakan untuk

mengetahui penggunaan protein dengan membandingkan antara berat yang dicapai dan konsumsi protein khususnya untuk species yang tergolong dalam kategori pertumbuhan yang cepat, semakin tinggi nilai PER semakin efesien penggunaan protein (Sukardi dan Yuwono, 2010).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Universitas Hang Tuah Surabaya dan Hatchery Universitas Hang Tuah Surabaya pada bulan Mei 2013 sampai bulan Juni 2013.

3.2. Bahan dan alat penelitian

3.2.1. Bahan penelitian Bahan yang akan digunakan secara rinci adalah sebagai berikut:

a) Bahan pembuatan silase  Daun mengkudu ( Morinda citrifolia )

Hijauan yang digunakan adalah daun mengkudu ( Morinda citrifolia) diambil di sekitar kampus Universitas Hang Tuah Surabaya.

 Molases Molases yang digunakan dalam pembuatan silase daun mengkudu

sebanyak 2,5% dari berat sampel daun mengkudu.  Khamir laut (Marine Yeast)

Khamir laut didapatkan dari Balai Besar Budidaya Air Payau Jepara, kemudian di kultur massal dengan media air laut yang telah dipupuk dengan KCl, urea, gula dan TSP. Setelah lima (5) hari dipanen, disaring lalu dikeringkan di bawah sinar matahari selama ± 3 hari, Setelah kering, siap digunakan sebagai biokatalisator dalam pembuatan silase daun mengkudu dengan dosis 0,04 % dari berat daun.

b) Bahan pakan alternatif  Silase daun mengkudu didapatkan setelah difermentasi mengunakan

molases 2,5% dan khamir laut sebanyak 0,04% selama 21 hari yang kemudian dikeringkan dan digiling untuk dijadikan tepung.

 Pellet komersil Pellet yang digunakan adalah pellet untuk udang dengan kandungan protein 40% dari PT. Matahari Sakti.

c) Bahan aplikasi pakan  Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan sidat stadia elver dengan ukuran antara 15 – 20 cm dengan berat ± 10 – 20 gram/ekor, dari benih budidaya lamongan sebanyak 150 ekor. Banyaknya ikan yang dipelihara dalam setiap akuarium adalah 9 ekor. Penempatan ikan kedalam akuarium dilakukan secara acak demikian juga akuariumnya (Steel dan Torrie, 1991).

 Media Percobaan Air yang digunakan sebagai media hidup ikan berasal dari air PDAM dengan ditreatment menggunakan Natrium thiosulfat (NaS 2 O 3 ) yang diendapkan minimal selama satu malam pengukuran kualitas air seperti Suhu, DO, pH dilakukan setiap hari.

3.2.2. Alat penelitian Alat yang akan digunakan dalam penelitian secara rinci pada tabel

sebagai berikut:

a) Alat pembuatan silase

Tabel 7. Alat dan fungsi dalam pembuatan silase No

Nama Alat

Menimbang inokulan Khamir laut merek O Haus

2 Ember plastic

Wadah pengolahan pakan

3 Toples Plastik Media fermentasi silase daun mengkudu

4 Pisau

Memotong daun mengkudu

5 Toples Plastik

Media fermentasi silase daun mengkudu Media fermentasi silase daun mengkudu

Tabel 8. Alat dan fungsi dalam pembuatan pakan alternatif No

Nama alat

Ketelitian

Fungsi

Media fermentasi silase daun

1 Toples Plastik

mengkudu

Timbangan merek

Menimbang silase daun mengkudu O Haus

3 Blender

Menghaluskan silase Mengayak tepung Silase atau pakan

c) Alat aplikasi pakan

Tabel 9. Alat dan fungsi dalam aplikasi pakan No

Nama Alat

Wadah pemeliharaan ikan sidat elver

2 pH test

Mengukur pH

3 Lutron DO-5510

Mengukur DO

Timbangan merk

Penimbangan ikan sidat dan pakan O Hous

6 Selang Aerasi

Aliran udara suplay O2

7 Batu aerasi

Memperkecil diameter gelembung udara

8 Seser

Mengambil ikan

9 Shelter

Tempat persembunyian ikan Sidat

3.3. Metode Penelitian dan Rancangan Percobaan

3.3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek peneliti serta adanya kontrol (Kemas A, 2003), merupakan suatu metode yang mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil atau hubungan kausal, tujuan dari metode eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberi perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen dan menyediakan kontrol perbandingan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dan pengamatan 3.3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek peneliti serta adanya kontrol (Kemas A, 2003), merupakan suatu metode yang mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil atau hubungan kausal, tujuan dari metode eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberi perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen dan menyediakan kontrol perbandingan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dan pengamatan

3.3.2. Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan acak kelompok (RAK), rancangan ini secara umum digunakan pada penelitian di lapangan dan pada media atau tempat, variable atau satuan percobaan yang tidak homogen maka media, tempat, variable mempunyai pengaruh berbeda terhadap populasi percobaan yang diteliti, sehingga mempengaruhi terhadap respon yang diamati. Dengan model RAK sebagai berikut :

Y ij = μ + τ i +ß j +

Keterangan: Y ij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = nilai tengah umum τ i = pengaruh perlakuan ke-i

ß j = pengaruh kelompok ke - j ε ij = pengaruh kesalahan (galat) sisa atau eror

Dalam rancangan ini dilakukan 4 perlakuan dengan 3 kelompok sebagai ulangan dan formulasi perlakuan adalah sebagai berikut:

A : 100 % Pakan komersial + 0 % Tepung silase daun mengkudu.

B : 95 % Pakan komersial + 5 % Tepung silase daun mengkudu dengan 0,04 % khamir laut.

C : 90 % Pakan komersial + 10 % Tepung silase daun mengkudu dengan 0,04 % khamir laut.

D : 85 % Pakan komersial + 15 % Tepung silase daun mengkudu dengan 0,04 % khamir laut. Pengelompokan ikan dalam satu unit akuarium didasarkan pada bobot total

9 ekor ikan sidat dengan kategori satu, dua, dan tiga pada setiap perlakuan A, B,

C, dan D dengan kisaran berat total sebagai berikut :

 Kelompok 1 dengan berat total 100 gram sampai dengan 105 gram dalam

9 ekor ikan untuk perlakuan A 1 ,B 1 ,C 1 , D 1 .

 Kelompok 2 dengan berat total 106 gram sampai dengan 110 gram dalam

9 ekor ikan untuk perlakuan A 2 ,B 2 ,C 2 , D 2 .

 Kelompok 3 dengan berat total 111 gram sampai dengan 115 gram dalam

9 ekor ikan untuk perlakuan A 3 ,B 3 ,C 3 , D 3 .

Untuk mencegah adanya pilih kasih terhadap perlakuan maka diperlukan adanya pengacakan posisi perlakuan pada tiap akuarium, pengacakan dilakukan menggunakan acuan tabel bilangan acak adalah sebagai berikut :

3.4. Variable penelitian

a) Variabel bebas : Dosis subtitusi tepung silase daun mengkudu yang berbeda dalam pakan komersil.

b) Variabel tergantung : Laju pertumbuhan spesifik, feed conversion ratio (FCR), protein eficiency ratio (PER).

c) o Variabel terkontrol : Suhu ( C), pH, oksigen terlarut (DO), molases, khamir laut, pakan udang komersil merek Fengli

dari PT. Matahari Sakti.

3.5. Prosedur penelitian

3.5.1. Pembuatan silase Daun mengkudu yang akan dibuat silase dipilih yang tidak terlalu tua dan

tidak terlalu muda. Daun mengkudu dipotong kecil – kecil lalu dilayukan (dibiarkan) ± 1-2 hari. Daun mengkudu yang sudah dipotong – potong dan ditimbang, kemudian molasses dan khamir laut (marine yeast) dicampur terlebih dahulu dengan dosis sesuai perlakuan kemudian dituang dalam potongan daun mengkudu yang diaduk hingga homogen (rata) kemudian dimasukkan ke dalam toples plastik untuk difermentasi selama 21 hari.

Silase daun mengkudu yang sudah difermentasi kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama bebrapa hari hingga kering, kemudian ditepungkan Silase daun mengkudu yang sudah difermentasi kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama bebrapa hari hingga kering, kemudian ditepungkan

3.5.2. Pembuatan pakan alternatif Hasil pembuatan silase daun mengkudu yang difermentasi dengan khamir