ANALISIS KUALITAS UDARA DENGAN PARAMETER

ANALISIS KUALITAS UDARA DENGAN PARAMETER PARTIKEL
GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN TAHUN
PEMBUATAN KENDARAAN DAN KETERSEDIAAN TANAMAN

Khotibul Umam, S.Si, Siti Aisah, M.Si
Prodi Biologi, Fakultas Sains & Teknologi, UIN sunan Kalijaga Yogyakarta
Email : khotibulumam.msi@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tahun pembuatan
(produksi) kendaraan dan ketersediaan tanaman terhadap partikel gas buang
kendaraan bermotor. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif,
sedangkan analisis data digunakan analisis regresi linier berganda, untuk mencari
hubungan pengaruh yang ditimbulkan. Penelitian dilakukan di lingkungan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta selama 5 bulan. Hasil yang
diperoleh bahwa tahun pembuatan kendaraan berpengaruh sigifikan terhadap
jumlah partikel gas buang yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Pada
kendaraan yang diproduksi pada rentang tahun 1990-1995 jumlah partikel yang
dihasilkan sebesar 1438 μg/m3 . Pada rentang tahun 1996-2000 yakni 854,3
μg/m3, rentang tahun 2001-2005 sebesar 824,3 μg/m3 dan direntang produksi
tahun 2006-2010 sebesar 93,2 μg/m3. Ketersediaan tanaman pada wilayah
penelitian berpengaruh signifikan terhadap jumlah partikel gas buang kendaraan

bermotor. Semakin banyak jumlah tanaman maka akan semakin tinggi pula
jumlah partikel gas buang kendaraan bermotor di wilayah tersebut.
Kata kunci : Partikel gas buang, tahun pembuatan, ketersediaan tanaman

A. PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi
sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan. Adanya tingkat pertumbuhan populasi penduduk yang cepat
1

berkorelasi positif dengan tingkat kebutuhan transportasi yang semakin tinggi. Hal
ini merupakan sebuah perkembangan yang baik untuk kemajuan sebuah negara,
namun di sisi lain timbul masalah yang berdampak pada kehidupan dan aktivitas
manusia itu sendiri. Semakin tingginya kebutuhan transportasi maka prasarana
yang memadai disiapkan pemerintah pun semakin banyak dan selanjutnya
berdampak pada pencemaran lingkungan yang semakin tinggi akibat hasil
buangan dari transportasi tersebut (Solikin, 2009).
Sesuai keputusan yang dikeluarkan oleh menteri Lingkungan Hidup No 5
tahun 2006 tentang ambang batas baku Mutu Emisi kendaraan bermotor, pada
tahun 2008 jumlah kendaraan yang belum dapat memenuhi Baku Mutu Emisi

(BME) yaitu sebesar 52,6% dari 2.638 unit sample kendaraan yang diuji
khususnya kendaraan pribadi roda empat 1. Khusus untuk kendaraan Diesel, dari
645 unit kendaraan, 477 unit atau 74% kendaraan belum dapat memenuhi BME.
Pengujian yang dilakukan di propinsi DIY pada tahun 2008 untuk kendaraan
bermotor khususnya roda dua, data dari hasil pengujian emisi yang dilaksanakan
oleh Pemkab Gunung Kidul menggambarkan bahwa hanya 34% sepeda motor
yang dapat memenuhi BME (Kepmen LH, 2008). Data yang dikeluarkan oleh
survey dari kementerian lingkungan hidup ini menggambarkan luar biasa
tingginya pencemaran udara di lingkungan kita. Semakin padatnya jumlah
penduduk artinya kepemilikan kendaraan pun akan makin tinggi.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an tentang kerusakan
lingkungan.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS. Ar-Ruum
(30): 41).”
Penyebutan terjadinya kerusakan di darat bisa diartikan sebagai kerusakan
yang meliputi tanah dan udara. Terjadinya polusi merupakan hasil dari kegiatan
manusia yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat kualitas udara. Salah
1


Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2006

2

satu kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
udara adalah dari aktifitas mobilisasi, dengan menggunakan kendaraan bermotor
(transportasi).Kepemilikan transportasi yang dalam hal ini adalah kendaraan
bermotor selalu disertai dengan polusi yang dikeluarkan. Polusi yang dihasilkan
dari semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor berasal dari sisa
pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna. Efek yang timbul kemudian,
apabila setiap orang memiliki kendaraan bermotor maka pencemaran lingkungan
udara akan sangat tinggi dan akan berdampak besar pada kesehatan masyarakat
(Moetikahadi, 2001). Salah satu polusi yang mengakibatkan terganggunya
kesehatan masyarakat adalah partikel (partikulat) yang dihasilkan dari sisa
pembakaran yang tidak sempurna kendaraan bermotor. Wilayah kampus yang
termasuk salah satu kawasan dengan sumber daya manusia yang cukup besar
secara tidak langsung berkontribusi terhadap terjadinya pencemaran udara di
lingkungannya.
Upaya pemantauan jumlah emisi khususnya partikel yang dihasilkan oleh

kendaraan bermotor di wilayah kampus perlu dilakukan untuk mengetahui
pengaruh tahun pembuatan kendaraan bermotor terhadap jumlah partikel dan
pengaruh ketersediaan tumbuhan terhadap jumlah partikel gas buang kendaraan
bermotor. Tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk mengkaji pengaruh dari
tahun pembuatan dan ketersediaan tanaman terhadap jumlah partikel gas buang
yang dikeluarkan.

B. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan
dengan pemantauan pada stasiun pengamatan berdasarkan ketersebaran objek
(kendaraan bermotor) di lokasi yaitu UIN Sunan Kalijaga. Penelitian dilakukan
pada waktu dimulainya aktifitas kampus sampai sore (pukul 07.00 – 17.00).
Jangka waktu penelitian selama 5 bulan yaitu bulan Desember sampai April 2012.
Stasiun pengamatan dirancang sebanyak 12 stasiun dengan perulangan
pengamatan

sebanyak

tiga


kali.

Selanjutnya

dilakukan

penghitungan

menggunakan mikroskop pada perbesaran 40x untuk mengetahui jumlah partikel
3

dari kendaraan bermotor. Penghitungan dilakukan berdasarkan luas bidang
preparat yang diamati secara keseluruhan.
Stasiun Pengamatan
Stasiun pengamatan dilakukan untuk mempermudah dalam pengambilan
dan analisis data. Stasiun pengamatan terdiri dari sebagai berikut : Stasiun I,
lokasi pengambilan data di Fakultas Sains dan Teknologi. Stasiun II yakni jalur
gerbang kampus bagian barat yang merupakan titik sentral keluar masuknya
kendaraan. Pengambilan sampel di stasiun ini dilakukan pada dua titik, bagian
depan poliklinik UIN dan jalur gerbang masuk sepanjang 5 m. Stasiun III, lokasi

pengambilan data di Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syariah. Pengambilan data
dilakukan pada dua titik yaitu pintu masuk parkir Fakultas Tarbiyah dan titik
kedua di pintu masuk parkir Fakultas Syariah. Stasiun IV, pengambilan sampel di
Fakultas Sosial dan Humaniora. Lokasi pengambilan sampel di jalan yang berada
di. Pada stasiun ini sampel dilakukan pada dua titik yaitu sepanjang jalan area
soshum dan area parkir soshum. Stasiun V meliputi wilayah Pusat Bahasa,
Fakultas Adab dan Budaya, Pascasarjana dan Rektorat. Stasiun VI ditempatkan
pada Fakultas Dakwah, titik sampling pertama di parker Fak Dakwah dan titik
sampling kedua di area jalan masuk menuju parker Fak Dakwah. Stasiun VII di
bagian gerbang timur sebagai tempat keluar masuknya kendaraan di lingkungan
kampus timur. Stasiun VIII di Fak Ushuluddin, pengambilan sampling terbagi
dalam dua titik sampling yaitu di jalan menuju perpustakaan dan di areal parkir
Ushuluddin. Stasiun IX berada di lingkungan perpustakaan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Pengujian
Parameter uji adalah partikel yang dihasilkan dari pembakaran kendaraan
bermotor, yang digolongkan berdasarkan tahun produksi kendaraan. Sebelum
dilakukan pengambilan sampel di lapangan, gelas benda terlebih dahulu diuji
dengan diletakkan langsung dari bibir knalpot sejauh 10 cm dan dibiarkan selama
2 menit. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop partikel yang terdapat pada

gelas preparat. Teknik pengambilan dengan mengoleskan minyak pada
permukaan gelas preparat yang bertujuan untuk melekatkan partikel ke
4

permukaan. Partikel dihitung menggunakan counter count dan diulang sebanyak 3
kali, selanjutnya dijumlahkan untuk dihitung nilai rata rata (average) partikel.
Analisis Data
Data hasil penelitian berupa jumlah partikel yang didapatkan berdasarkan kategori
tahun produksi kendaraan, dianalisis dengan Regresi Linier Berganda untuk
mengetahui pengaruh antara jumlah partikel dan tahun produksi kendaraan
terhadap kualitas udara di stasiun pengamatan lingkungan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lalu Lintas di Lingkungan Kampus UIN Sunan Kalijaga
Lalu lintas kendaraan di Lingkungan kampus UIN Sunan Kalijaga
tergolong sebagai lalu lintas yang sibuk, terutama saat pagi hari kedatangan
mahasiswa ke kampus, siang hari saat istirahat dan sore saat selesainya
perkuliahan. Umumnya kondisi lalu lintas ini dimulai dari pukul 07.00 sampai
pukul 17.00 WIB, bahkan saat malam hari, namun dalam intensitas yang kecil.

Kendaraan yang beroperasi dalam wilayah UIN Sunan Kalijaga terbagi menjadi
tiga macam, yaitu sepeda, sepeda motor dan mobil.
Wilayah objek penelitian difokuskan pada wilayah kampus Barat dan
kampus Timur. Pemantauan jumlah kendaraan yang beroperasi di lingkungan UIN
Sunan Kalijaga mendapatkan hasil bahwa sepeda motor merupakan kendaraan
terbanyak yang digunakan. Hasil yang diperoleh ini menunjukkan bahwa kadar
partikel gas buang kendaraan bermotor disumbangkan paling banyak oleh sepeda
motor. Prosentase kendaraan bermotor yang beroperasi atau lalu lintas di
lingkungan kampus UIN
Sunan

Kalijaga

dalam

sehari antara lain : sepeda
motor dengan persentase
72%, dan mobil 28%
(Gambar 1). Persentase
Gambar 1. Diagram Persentase Kendaraan dalam Sehari


5

jumlah kendaraan, khususnya jenis kendaraan bermotor diperkirakan terus
meningkat setiap tahun, hal ini dikarenakan quota masuk mahasiswa stabil namun
jumlah mahasiswa yang keluar (lulus) tidak seimbang.
Waktu terbanyak lewatnya kendaraan di lingkungan UIN Sunan Kalijaga
dapat sesuai dengan penjabaran pada gambar 2.
Berdasarkan

pada

banyaknya jumlah
kendaraan

yang

lewat

arah


dua

(keluar dan masuk).
Pada pukul 07.00
Gambar 2. Diagram Waktu terbanyak lewatnya
kendaraan

sampai dengan pukul 10. 00
intensitas

terbanyak

adalah

jumlah kendaraan yang masuk sedangkan intensitas yang keluar sedikit. Pada
pukul 10.00 sampai pukul 13.00 merupakan waktu tersibuk karena pada umumnya
waktu ini bersamaan dengan berakhirnya kuliah sesi 1 dan waktu istirahat,
sehingga kendaraan yang keluar masuk fakultas sangat tinggi intensitasnya.
Berdasarkan pemantauan, maka pada waktu ini yaitu pada rentang pukul 10.00

sampai pukul 13.00 kadar partikel gas buang yang dikeluarkan dari kendaraan
bermotor paling tinggi. Pemantauan yang dilakukan dari rentang waktu pukul
13.00 sampai dengan pukul 16.00, jumlah kendaraan yang beroperasi cenderung
lebih sedikit dibandingkan dengan waktu pagi. Hal ini dikarenakan waktu kuliah
yang tidak semuanya sampai sore hari, sehingga sebagian mahasiswa sudah
pulang terlebih dahulu sebelum rentang waktu ini.

Pengaruh Tahun Produksi Kendaraan
Jumlah partikel di lingkungan kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang dihasilkan dari pengambilan langsung sampel gas buang kendaraan bermotor
berdasarkan kategori tahun pembuatan sebagai berikut:

6

Tabel 1. Jumlah partikel berdasarkan tahun pembuatan kendaraan
Rentang
Tahun
Rata rata
partikel

Tahun Pembuatan
1990 -1995

1996 - 2000

2001 - 2005

2006 - 2010

1438

854,3

824,3

93,2

Kendaraan yang menjadi sampel diambil secara random dari mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta dan masing masing rentang tahun diambil sebanyak
tiga sampel. Pengambilan sampel untuk mengetahui jumlah partikel gas buang
kendaraan bermotor, dilakukan juga wawancara yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat perawatan pengendara terhadap kendaraannya. Salah satu penyebab
tingginya polusi yang dikeluarkan kendaraan tergantung pada perawatannya
(service).
Data yang diperoleh menunjukan bahwa partikel terbanyak dihasilkan dari
kendaraan bermotor yang berada pada rentang tahun 1990-1995. Rentang tahun
1996-2000 dan 2001-2005 partikel gas buang yang dihasilkan relatif sama,
sedangkan pada rentang tahun 2006-2010 partikel gas buang yang dihasilkan
cenderung sedikit. Data mengindikasikan bahwa kendaraan pada rentang di bawah
tahun 2005 masih menghasilkan partikel gas buang yang cukup tinggi.
Analisis data awal pada masing masing kategori tahun menunjukan hasil
yang fluktuatif. Antara rentang tahun 1990-1995 dan 1996-2000 terdapat sampel
kendaraan yang jumlah partikelnya rendah. Faktor yang mempengaruhi adanya
fluktuatif data yaitu
tingkat

perawatan

kendaraan (service).
Kendaraan bermotor
yang

dirawat

(service)

secara

berkala

sesuai

dengan

ketentuan

Gambar 3. Diagram Persentase Tingkat
Perawatan Kendaraan

7

akan menghasilkan tingkat polusi (partikel) gas buang yang lebih sedikit
dibandingkan kendaraan bermotor yang jarang diservis atau tidak pernah diservis.

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Partikel
Partikel (partikulat) merupakan pencemar udara yang paling prevalens
(Soedomo, 2001). Partikulat berada di atmosfer dalam bentuk suspensi yang
terdiri atas partikel padat maupun cair. Umumnya semua aktifitas manusia akan
mempengaruhi partikel yang terdapat di udara bebas. Faktor yang sangat
mempengaruhi jumlah partikel yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor
yang terdapat pada udara bebas, antara lain jumlah kendaraan, aliran udara
(kecepatan angin), cuaca (suhu dan kelembaban) dan kondisi wilayah.
1. Jumlah Kendaraan
Jumlah kendaraan dilihat berdasarkan intensitas keluar masuknya
kendaraan ke lingkungan kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Pengamatan dilakukan dari jam 07.00 (mulai masuknya kendaraan) sampai
jam 17.00 (waktu efektif perkuliahan). Tempat pemantauan di dua titik, yakni
pada gerbang masuk bagian barat dan gerbang masuk bagian timur kampus
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rentang waktu pengamatan ini paling tepat
untuk melihat intensitas kendaraan yang masuk ke lingkungan kampus UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta karena waktu tersebut merupakan waktu efektif
aktifitas SDM di kampus.

8

Gambar 4. Pengaruh jumlah kendaraan terhadap jumlah partikel di UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta

Jumlah kendaraan mempengaruhi kuantitas partikel gas buang dari
kendaraan bermotor di udara bebas (Diana, 2009). Berdasarkan (gambar4) di
atas, semakin banyak jumlah kendaraan bermotor yang masuk ke lingkungan
kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta maka akan semakin tinggi pula
jumlah partikel gas buang dari kendaraan bermotor pada lingkungan tersebut.
Jumlah rata rata kendaraan yang masuk ke wilayah kampus UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dibedakan sesuai jalur masuk, yakni wilayah kampus
bagian Barat dan bagian Timur. Pemantauan yang dilakukan selama tiga hari
dengan kondisi yang homogen memperoleh hasil bahwa dalam sehari ada
sebanyak 2.824 kendaraan yang masuk di kampus bagian Barat. Partikel gas
buang kendaraan yang dikeluarkan ke udara bebas sejumlah 201,68 μg/m3.
Pada wilayah kampus bagian Timur, kendaraan yang masuk ke wilayah
tersebut sebanyak 1.139 dalam sehari. Jumlah partikel gas buang kendaraan
yang dilepaskan ke udara sebanyak 149,17 μg/m3. Hasil yang diperoleh ini
diakumulasikan dari data yang diperoleh dari stasiun pengambilan data pada
setiap Fakultas yang ada di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada
setiap stasiun hanya dilakukan pengukuran jumlah partikel, sedangkan untk
mengetahui jumlah kendaraan yang masuk dalam lingkungan kampus
dipusatkan pada jalur masuknya (Gambar 5).
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh terhadap partikel polutan yang
dikeluarkan oleh kendaraan bermotor baik secara horizontal maupun vertical
(Subaid, 2002). Pengaruh faktor lingkungan terhadap penyebaran partikel
dalam skala pengamatan di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogykarta dianalisis
dengan metode statistik dan diketahui pengaruh faktor lingkungan pada
masing masing stasiun pengambilan data yang terdiri dari pengaruh suhu,
angin, kelembaban dan kebisingan.

9

Gambar 5. Pola faktor lingkungan

Data menunjukkan bahwa pengaruh faktor lingkungan terhadap jumlah
partikel di wilayah kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta secara umum
pada masing masing stasiun pengamatan tidak memiliki pengaruh yang nyata
atau pengaruh yang ditimbulkan tidak signifikan. Wilayah yang termasuk
dalam kategori pengaruh tidak nyata antara faktor lingkungan dengan partikel
antara lain pada fakultas Saintek, Tarbiyah/syariah, Adab dan sekitarnya, fak
Dakwah, Ushuluddin, Perpus dan gerbang barat kampus. Sedangkan yang
termasuk dalam kategori pengaruh nyata yaitu Fakultas Soshum dan Gerbang
bagian Timur. Pengaruh kecepatan angin tidak nyata menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh namun pengaruh tersebut sangatlah sedikit terhadap jumlah
partikel di wilayah tersebut, begitu juga sebaliknya.
Selama periode penelitian, kecepatan angin di wilayah kampus UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta berada pada rentang 8 m/s sampai 13 m/s.
Kecepatan angin ini termasuk kategori angin lemah menurut skala Beaufort.
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengukuran bahwa kecepatan angin di
wilyah ini tidak memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah partikel karena
adanya barier (penghambat). Barier tersebut dapat berupa bangunan dan
pepohonan yang terdapat di stasiun pengambilan sampel (Mediastika, 2004).
Semakin tinggi kecepatan angin maka penyebaran partikel akan semakin
10

besar sehingga proses akumulasi partikel tidak berjalan dengan sempurna
(Lutgens dan Tarbuck, 1982). Hal ini akan menyebabkan jumlah partikel di
suatu wilayah tertentu menurun.
Beberapa stasiun pengamatan yang memiliki pengaruh tidak nyata
antara faktor lingkungan terhadap partikel bersesuaian dengan yang
dijelaskan

oleh

Subaid

(2002)

bahwa

kondisi

topografi

wilayah

mempengaruhi. Kondisi topografi tersebut mencakup ketinggian, data cuaca,
posisi bangunan dan jumlah tanaman.

Tetapi untuk variabel yang perlu

ditekankan adalah dilihat dari jumlah tanaman yang ada pada wilayah
wilayah tersebut.
Data yang diperoleh dari 9 stasiun pengambilan data, umumnya
kecepatan angin cenderung berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah partikel.
Pada stasiun 4 (Fak Soshum) dan stasiun 9 (Gerbang Timur) kecepatan angin
berpengaruh signifikan terhadap jumlah partikel di stasiun tersebut. Pada
wilayah pengamatan lain, selain dua stasiun tersebutdi atas, pengaruh
kecepatan angin tidak signifikan. Kecepatan angin merupakan salah satu
variabel yang berpengaruh terhadap terjadinya akumulasi partikel di suatu
wilayah. Semakin tinggi kecepatan angin maka akan semakin menurun
jumlah partikel di wilayah tertentu akibat terbawanya partikel oleh hembusan
angin. Harrison, dkk (1997) membuktikan bahwa pada suatu area dengan
kecepatan angin yang lebih tinggi maka konsentrasi partikel pada area
tersebut akan lebih rendah bila dibandingkan area lainnya. Pada dua stasiun
ini, hembusan angin akan terhalang oleh bariermya yang berupa tanaman
sehingga partikel terakumulasi dengan baik.
Cuaca berkaitan dengan suhu dan kelembaban udara, selain itu adanya
hujan akan menjadi faktor yang mempengaruhi. Saat hujan partikel yang
terdapat pada udara bebas akan luruh bersama air hujan dan proses akumulasi
tidak dapat terjadi. Pengambilan sampel tidak bisa dilakukan pada saat
terjadinya hujan karena akan mengaburkan penelitian, selain itu juga saat
hujan jumlah kendaraan yang masuk ke wilayah Fakultas Sains dan
Teknologi cenderung menurun.
11

Kelembaban

dan

suhu

pada

stasiun

pengamatan

cenderung

menunjukkan tidak ada pengaruh nyata terhadap jumlah partikel. Kondisi
udara yang lembab akan membantu proses pengendapan partikel. Pada
keadaan udara yang lembab maka beberapa bahan pencemar berbentuk
partikel akan berikatan dengan air yang ada dalam udara dan membentuk
partikel yang berukuran lebih besar sehingga mudah mengendap ke
permukaan bumi oleh gaya tarik bumi (Achmadi, 1993).

Pengaruh ketersediaan tanaman
Beberapa stasiun yang termasuk dalam kategori pengaruh tidak nyata
memiliki jumlah dan jenis tanaman yang sedikit berbeda dengan stasiun yang
masuk dalam kategori pengaruh nyata atau signifikan. Pada wilayah kampus
bagian barat dimulai dari stasiun II pada titik sampling halaman poliklinik dan
masjid, ketersediaan barier yang berupa tanaman memang ada namun wilayah
sampling cukup terbuka sehingga faktor lingkungan seperti angin, suhu dan
kelembaban tidak terlalu berpengaruh. Selain itu jenis tanaman yang terdapat di
wilayah sampling mempengaruhi jumlah partikel. Tanaman yang memiliki bentuk
morfologi tertentu (permukaan daun dan luas penampang) akan mengendapkan
partikel sehingga akumulasi partikel di wilayah udara tidak sempurna
(Mediastika, 2004). Pada umumnya stasiun pengamatan yang termasuk kategori
pengaruh tidak nyata, memiliki keadaan yang sama dengan ulasan di atas.
Wilayah yang termasuk dalam kategori terdapat beda nyata pengaruh
faktor lingkungan terhadap jumlah dan persebaran partikel, terdapat sedikit
perbedaan dilihat dari bariernya. Fakultas Sosial dan Humaniora memiliki jumlah
tanaman yang cukup banyak dari yang perdu sampai pepohonan. Lingkungan di
stasiun pengamatan pada fakultas ini cenderung tertutup oleh kanopi pepohonan.
Kerimbunan daun sangat mempengaruhi faktor lingkungan (Mediastika, 2004)
yang akan memberikan dampak pada jumlah dan persebaran partikel yang
diamati. Sama halnya dengan lokasi pengamatan di gerbang timur, ketersediaan
barier meskipun tidak sebanyak yang ada di fak Ish, namun kanopi pohon
beringin (Ficus benjamina) cukup rindang sehingga areal pengambilan sampling
12

cukup tertutup. Selain itu pohon beringin memiliki kemampuan untuk menyerap
polutan yang dihasilkan dari sumber polutan seperti kendaraan bermotor (Lubis
dkk, 2002). Adanya hal tersebut tersebut mengakibatkan pengaruh faktor
lingkungan di kedua stasiun pengamatan ini sangat nyata.

Upaya Pencegahan dan Pengelolaan
Lingkungan kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta secara umum belum
termasuk kategori lingkungan tercemar oleh partikel gas buang kendaraan
bermotor. Namun pada stasiun pengambilan sampel tertentu yakni pada wilayah
Fakultas Sains dan Teknologi, wilayah Gerbang masuk bagian barat dan bagian
timur kampus termasuk wilayah yang memiliki jumlah partikel melebihi baku
mutu partikel di udara. Keadaan ini perlu di tanggulangi sedini mungkin karena
mencegah sebelum terjadi lebih baik sebelum menunggu kondisi yang lebih parah
lagi. Paparan partikel seperti dijelaskan pada bahasan sebelumnya menyebabkan
masalah seperti pada kesehatan, konsentrasi belajar terganggu, psikis, estetika
bangunan dan lain sebagainya. Upaya pencegahan ini dapat dikelola dengan tepat
dan efektif dengan mengacu kepada data data yang diperoleh dari penelitian ini.
Penyebab utamanya adalah banyaknya jumlah kendaaan bermotor di lingkungan
kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan minimnya barier tumbuhan yang
ada.
Upaya mengendapkan partikel halus di udara dengan memanfaatkan
tumbuhan merupakan salah satu cara efektif. Cara pencegahan ini harus dengan
memilih tanaman yang memenuhi syarat yakni tumbuh-tumbuhan berdaun lebat
yang memiliki permukaan daun tidak licin (misal: berbulu). Tumbuh-tumbuhan
berdaun lebat dengan posisi dedaunannya yang tumpang tindih akan membentuk
suatu bidang pengendapan dengan luasan yang lebih luas bila dibandingkan
bidang yang datar sempurna. Tanaman juga secara alamiah memiliki permukaan
daun yang tidak 100% licin, hal ini berkesuaian dengan penemuan Schneider
(1999). Namun demikian, mengingat sumber pencemaran partikel halus terletak
pada ketinggian lebih kurang 0-1 m (sumbernya adalah gesekan roda kendaraan
13

dengan jalan dan knalpot kendaraan) maka tanaman tersebut seyogyanya berdaun
lebat pada ketinggian 0-1,5 m diatas permukaan tanah (Fakuard, 1996).
Tanaman semacam ini adalah jenis semak dan perdu-perduan atau
tanaman rambat (climbing plants) yang ditanam pada frame pagar (Mediastika,
2004). Pemakaian tanaman dengan ketinggian rendah ini juga diharapkan
memberikan kesempatan pada lubang ventilasi yang letaknya melebihi ketinggian
tanaman tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karenanya, sistematisasi
strategi pencegahan perlu dilakukan dengan pihak birokrasi fakultas atau kampus,
tujuannya adalah untuk membuat regulasi penanaman tumbuhan yang memenuhi
kriteria dan juga penggunaan kendaraan bermotor di wilayah kampus UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Seleksi jenis kendaraan bermotor yang layak dan memenuhi
standar emisi kendaraan dalam penggunaannya. Selain itu, membuat jalur khusus
kendaraan bermotor dengan melihat keadaan lingkungan, artinya kendaraan
bermotor diperbolehkan masuk lingkungan kampus pada jalur yang ditentukan.
Jalur khusus ini tentu juga harus memiliki potensi untuk meminimalisir emisi
yang dikeluarkan oleh tanaman yang memenuhi syarat sebagai tanaman penyerap
polutan di sepanjang jalurnya. Membangun wilayah parkir yang berada di luar
areal kampus yang bertujuan untuk mencegah masuknya sumber polutan ke
lingkungan kampus. Adanya parkir kendaraan yang berada di dalam areal kampus
berarti mengizinkan sumber polutan hadir di tengah tengah aktifitas kita.
Birokrasi setiap Fakultas khususnya dan Universitas umumnya menghidupkan
program Campus go Green, karena dengan semakin banyaknya tumbuh tumbuhan
di lingkungan Universitas maka pencemaran udara akibat emisi yang dikeluarkan
dari kendaraan bermotor dapat di minimalisir.

Kualitas Udara Berdasarkan Partikel
Lingkungan kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta secara deskriptif
berpotensi menjadi wilayah yang akan terus meningkat pencemaran udaranya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah jumlah SDM yang meningkat setiap
tahunnya, sehingga terjadi juga peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Hal ini
berdampak pada peningkatan pencemaran lingkungan udara di lingkungan
14

kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sisa pembakaran yag tidak sempurna
dari kendaraan bermotor menghasilkan residu berupa partikel gas dan
terakumulasi di udara dalam jangka waktu yang lama. Peningkatan terjadi apabila
tidak diimbangi dengan laju kearifan di wilayah tersebut. Kearifan ini tidak hanya
sebatas penghijauan saja tetapi juga harus dilengkapi dengan pengambilan
kebijakan lingkungan yang tepat dan tata bangunan yang ramah lingkungan.
Jumlah partikel yang berada dalam lingkungan kampus UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dilihat berdasarkan stasiun pengambilan yang ditentukan
berdasarkan lokasi masing masing fakultas. Jumlah partikel gas buang kendaraan
bermotor di udara bebas yang diperoleh dari stasiun pengambilan data dianalisis
dengan metode Regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh factor
lingkungan terhadap jumlah partikel. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
sifatnya sekunder, sedangkan faktor primernya adalah jumlah kendaraan dan
jenisnya. Data jumlah partikel pada masing masing stasiun disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 2. Jumlah partikel pada setiap stasiun
Stasiun Sampling

Rata rata

Kategori

partikel μg/m

ambang mutu

Gerbang barat

292

Melebihi

Fak Saintek

457

Melebihi

Fak Tarbiyah dan Syariah

124.17

Normal

Fak Soshum

104.33

Normal

Fak Adab dan sekitarnya

107.4

Normal

Gerbang Timur

239

Melebihi

Fak Dakwah

104

Normal

Fak Ushuluddin

136.17

Normal

Perpustakaan

127.5

Normal

3

*Ambang baku mutu partikel yang disyaratkan (PM10 sebesar 150
μg/m3, PM2,5 sebesar 65 μg/m3, TSP sebesar 230 μg/m3)

15

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah partikel pada masing masing
stasiun pengambilan data. Pada kategori ambang mutu partikel, diperoleh hasil
bahwa Fakultas Sains dan Teknologi memiliki jumlah partikel terbanyak yaitu
sebesar 457 μg/m3 dan termasuk kategori jumlah partikel yang melebihi ambang
batas normal. Selain itu Gerbang masuk kampus bagian barat dan gerbang bagian
timur dengan jumlah partikel sebesar 292 μg/m3 dan 239 μg/m3 juga menempati
kategori yang sama. Sedangkan wilayah Fakultas lainnya masih dalam jumlah
partikel yang berada dalam kisaran normal dan diperbolehkan.
Ketiga wilayah yang memiliki jumlah partikel yang melebihi ambang
batas bisa dilihat berdasarkan gambaran wilayahnya. Fakultas Sains dan
Teknologi memiliki jumlah SDM paling banyak sehingga jumlah kendaraan pun
berbanding lurus dengan SDM yang ada. Selain itu lingkungan Fak Sains dan
Teknologi berada pada jalur masuk kampus bagian barat. Oleh karena itu maka
tingkat ketercemaran oleh partikel apaling tinggi berada di wilayah ini. Meskipun
adanya barier tanaman, namun jumlah tanaman yang ada masih sangat minim.
Sedangkan gerbang bagian barat dan timur memiliki jumlah partikel yang
melebihi ambang batas dikarenakan letaknya yang langsung bersinggungan
dengan jalan raya di bagian tengah kampus UIN Sunan Kalijaga.

D. Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa tahun pembuatan kendaraan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah partikel gas buang yang dikeluarkan oleh
kendaraan bermotor. Kendaraan yang diproduksi pada rentang tahun 1990-1995
akan menghasilkan jumlah partikel yang lebih besar yakni 1438 μg/m3
dibandingkan pada rentang tahun 1996-2000 dengan 854,3 μg/m3, rentang tahun
2001-2005 sebesar 824,3 μg/m3 dan direntang produksi tahun 2006-2010 sebesar
93,2 μg/m3. Ketersediaan tanaman sebagai barrier pada wilayah penelitian
berpengaruh signifikan terhadap jumlah partikel gas buang kendaraan bermotor.
Semakin banyak jumlah tanaman maka akan semakin sedikit jumlah partikel gas
buang kendaraan bermotor di wilayah tersebut.
16

DAFTAR PUSTAKA
Al Quran dan Terjemahannya.
Anonim. 2006. Pengertian Pencemaran Udara. Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah. Jakarta.
Anonim. 2006. Pengendalian Pencemaran Udara. Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah. Jakarta.
Bapedal, PCI, USAID & Pemda DKI Jakarta. 1998. Panduan Pengantar Teknologi
Pencemaran Udara. Bapedal Jakarta.
Depkes R.I. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Fardiaz, S. 2003. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.
Imamudin, Mochammad. 2011. Lingkungan dan Pelestariannya dalam perspektif
Islam. Jurnal El-Hayah Vol. 2, No. 1. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN
Maliki. Malang.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2008. Paparan Hasil Uji Emisi Kendaraan di
kota – kota Metropolitan. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.
Nana, S & R, Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Penerbit Sinar
Baru Algesisindo, Bandung.
Nugroho, E.S. 2009. Analisis Kualitas Udara di DIY Tahun 2002-2008 Sebagai
Sumber Belajar Siswa Kelas VII SLTP/MTS. Skripsi. Pendidikan Biologi,
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Prabakusuma, A.S. 2010. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Aplikasi Biaktivator
Good Bacteria-1 (Gb-1) Untuk Pengolahan Limbah Organik Menjadi
Biofertilizer Dan Organic Fertilizer. Hibah MITI, Bidang Pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah.1999. Pengendalian Pencemaran Udara. PP RI No. 41/1999,
Jakarta.
Setiadi, T. 2007. Perananan teknik bioproses dalam mewujudkan masyarakat
berkelanjutan. Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Sianturi, Omry. 2004. Evaluasi Emisi Karbon Monoksida dan Partikel Halus Dari
Kendaraan Bermotor di Kota Semarang.Tesis, Program Magister Ilmu
Lingkungan, Universitas Diponegoro. Semarang.
Soedomo, M. 1999. Kumpulan Karya Ilmiah Mengenai Pencemaran Udara.
Penerbit ITB. Bandung.
Sofyan, A. 2001. Sistem Pendukung Keputusan Pengelolaan Kualitas Udara
Karbon Monoksida di Kota Bandung Menggunakan Multi Kotak Eulerian.
Magister Teknil Lingkungan, ITB, Bandung.
Solikin, M, dkk. 2009. Pelatihan dan Pengujian Emisi Kendaran Bermotor di
Kabupaten Sleman Yogyakarta. Fakultas Teknik UNY, Yogyakarta.
Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Wardana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Udara. Penerbit Andi, Yogyakarta.

17