PERAN SINERGITAS PEMERINTAH MASYARAKAT D

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

“PERAN SINERGITAS PEMERINTAH, MASYARAKAT DAN MAHASISWA
DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI”

OLEH :

NOPIYANTI
105610489314

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi, walaupun dengan keterbatasan ilmu dan
wawasan serta berpedoman pada literatur yang ada dan daftar kepustakaan

akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini walaupun masih banyak
kekurangannya.
Dalam penyusunan tugas ini kami menyadari masih banyak kekurangan
dan kelemahan sehingga perlunya adanya saran dan sumbangan pikiran agar tugas
ini menjadi sempurna dan bermanfaat bagi kalangan akademisi guna menambah
wawasan.
Harapan kami semoga tugas ini dapat digunakan sebagai bahan ilmu
pengetahuan mengenai pembahasan yang ada pada makalah ini. Dan semoga
tugas ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 12 Juni 2017

Penulis

2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................
.................................................................................................................................
iii
BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................. 3

BAB II

PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A. Konsep Sinergitas........................................................................... 4
B. Peran Sinergitas antara Pemerintah, Masyarakat, dan
Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi
......................................................................................................
......................................................................................................
6


BAB III PENUTUP............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini dalam perkembangan di dunia internasional telah
tercapai sebuah kesepakatan mengenai adanya kerjasama dalam
pemberantasan korupsi. Korupsi dianggap menggerogoti demokrasi, merusak
aturan hukum yang merupakan dasar dari setiap masyarakat, memundurkan
pembangunan, dan menjauhkan masyarakat dari manfaat persaingan bebas
dan terbuka khususnya bagi kalangan kurang mampu. Masalah korupsi
bukanlah hal yang baru di negeri ini. Sejak pemerintahan pertama terbentuk
sejak saat itu pula benih-benih korupsi ada dalam oknum-oknum yang
perlahan namun pasti menggerogoi kekayaan negara dan menyengsarakan
rakyat.
Maraknya korupsi di Indonesia disinyalir terjadi di semua bidang
dan sektor pembangunan. Apalagi setelah ditetapkannya pelaksanaan otonomi

daerah, berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
yang diperbaharui dengan UU No. 32 Tahun 2004, disinyalir korupsi terjadi
bukan hanya pada tingkat pusat tetapi juga pada tingkat daerah dan bahkan
menembus ke tingkat pemerintahan yang paling kecil di daerah. Atas nama
otonomi daerah, terjadi transformasi politik dan penyebaran kekuasaan yang
tidak hanya terpusat seperti di kala orde baru, melainkan merambah kedaerahdaerah dengan kewenangan yang dimiliki Bupati/Walikota di wilayah
kabupaten dan kota. Melalui otonomi daerah, para kepala daerah dapat
leluasa menentukan kebijakan publiknya dalam mendorong roda
perekonomian dan menggairahkan geliat investasi di daerah.
Memang patut diakui, bahwa otonomi daerah bukan merupakan satusatunya penyebab yang menyebabkan korupsi ke daerah-daerah. Banyak
faktor lain yang juga berkontribusi mewabahnya endemik korupsi, baik
menyangkut aspek moral dan integritas, sistem politik, administrasi keuangan
dan pemerintahan, maupun aspek tata laksana dan produk legislasi serta
penegakan hukumnya. Begitu pula halnya dengan eksistensi civil society yang
diharapkan menjadi kekuatan kontrol terhadap penyelenggara pemerintahan
di daerah, malah tidak cukup mampu membendung derasnya “money politic”
dan menguatnya “patron-client system” dalam pelaksanaan pembangunan di
daerah. Sebagian kalangan menganggap bahwa perubahan institusional yang
cepat juga berpengaruh terhadap pelebaran korupsi di daerah. Sebuah
perubahan struktur pemerintahan dan politik akan mempengaruhi tingkah

laku aktor politik dan mekanisme kebijakan serta efek politik yang
1

ditimbulkan. Belum lagi dengan rapuhnya aturan legal formal dan belum
komprehensif pelembagaan penegakan hukum di daerah, semakin menambah
carut-marutnya pelaksanaan otonomi di daerah.
Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam
mengatasi praktek-praktek korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui
berbagai kebijakan berupa peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi
yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai dengan Undang-Undang tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, pemerintah juga
membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa
Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
Untuk mewujudkan penyelenggaraan yang bersih dan bebas dari
korupsi, bukan hanya tanggung jawab dari penyelenggara semata tapi peran
serta masyarakat menjadi penting untuk diberi ruang luas terhadap peran serta
masyarakat. Pemberian ruang kepada masyarakat untuk berperan serta sesuai
dengan prinsip keterbukaan dalam Negara Demokrasi. Prinsip ini

mengharuskan penyelenggara Negara membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif.
Peran serta masyarakat tersebut adalah untuk melakukan kontrol
sosial terhadap penyelenggara pemerintahan. Masyarakat hendaknya tidak
hanya dijadikan objek penyelenggaraan negara tetapi harus dilibatkan juga
sebagai subjek. Supaya pelaksanaan peran serta masyarakat berjalan dengan
“tertib”. Perang serta masyarakat hendaknya tidak hanya dipandang dari satu
sisi yaitu untuk memeberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarkat yang hendak menggunakan haknya untuk memperoleh dan
menyampaikan informasinya tentang penyelenggara negara tetapi harus juga
dipandang sebagai upaya untuk menertbikan pengggunaan hak tersebut.
Dengan perkataan lain kebebasan menggunakan hak tersebut harus disertai
dengan tanggungjawab untuk mengemukakan fakta dan kejadian yang
sebenarnya dengan mentaati dan menghormati aturan-aturan moral yang
diakui umum serta hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengaturan peran serta masyarakat hendaknya tidak terlalu
membatasi gerak masyarkaat yang hendak berperan serta dalam mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN. Dengan demikian
pengaturan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara harus
memuat paling tidak tiga esensi yaitu, perlindungan dan kepastian hukum

bagi masyarakat, kebebasan yang bertanggungjawab bagi masyarakat dalam
2

menggunakan haknya, dan penciptaan ruang yang leluasa bagi masyarakat
untuk berperan serta.
Selain pemerintah dan masyarakat sipil, upaya mahasiswa dalam
memerangi korupsi juga memiliki peranan yang sangat penting. Karena
mahasiswa sebagai agent of social control yang menunjukkan bahwa
mahasiswa memiliki tugas sebagai pengontrol sosial melalui perjuangannya
dalam memerangi ketidak adilan dalam pimpinan bangsa. Di masa sekarang
ini, mahasiswa dihadapkan pada tantangan yang tidak kalah besar
dibandingkan dengan kondisi masa lampau. Kondisi yang membuat bangsa
Indonesia terpuruk, yaitu masalah korupsi yang merebak di seluruh bangsa
ini. Mahasiswa harus berpandangan bahwa korupsi adalah musuh utama
bangsa Indonesia dan harus diperangi.
Memerangi korupsi mencakup pula mempertahankan dan
memperkuat nilai-nilai etika dalam semua masyarakat. Karena itu sangat
penting untuk menumbuhkan sinergitas diantara pemerintah, masyarakat,
maupun mahasiswa dalam pemberantasan korupsi di Indonesia agar
menjadikan pemerintahan yang bersih.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud sinergitas?
2. Bagaimana peran sinergitas antara
mahasiswa?

pemerintah,

masyarakat

dan

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud sinergitas.
2. Untuk mengetahui peran sinergitas antara pemerintah, masyarakat dan
mahasiswa.

3


BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Sinergitas
Sinergitas berasal dari kata sinergi, dapat disebut pula dengan
sinergisme ataupun sinergisitas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
sinergi berarti kegiatan atau operasi gabungan. Menurut Covey, sinergisitas
sebagai:
“Kombinasi atau paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan
keluaran lebih baik dan lebih besar daripada dikerjakan sendiri-sendiri, selain
itu gabungan beberapa unsur akan menghasilkan suatu produk yang lebih
unggul. Oleh sebab itu, sinergitas dalam pembangunan berarti keterpaduan
berbagai unsur pembangunan yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik
dan lebih besar. Covey meambahkan sinergitas akan mudah terjadi bila
komponen-komponen yang ada mampu berpikir sinergi, terjadi kesamaan
pandang dan saling menghargai”.
Najiyati dan Rahmat , mengartikan sinergi sebagai kombinasi atau
paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan
lebih besar. Jadi sinergi dapat dipahami sebagai operasi gabungan atau
perpaduan unsur untuk menghasilkan output yang lebih baik. Sinergitas dapat
terbangun melalui dua cara yaitu

1. Komunikasi
Sofyandi dan Garniwa, pengertian komunikasi dapat dibedakan atas
dua bagian, yaitu:
a. Pengertian komunikasi yang berorientasi pada sumber menyatakan
bahwa, komunikasi adalah kegiatan dengan mana seseorang (sumber)
secara sungguh-sungguh memindahkan stimuli guna mendapatkan
tanggapan.
b. Pengertian komunikasi yang berorientasi pada penerima memandang
bahwa, komunikasi sebagai semua kegiatan di mana seseorang
(penerima) menanggapi stimulus atau rangsangan.
2. Koordinasi
Disamping adanya komunikasi dalam menciptakan sinergitas juga
memerlukan koordinasi. Komunikasi tidak dapat berdiri sendiri tanpa
adanya koordinasi seperti yang dinyatakan oleh Hasan bahwasannya
dalam komunikasi dibutuhkan koordinasi. Silalahi berpendapat bahwa
“koordinasi adalah integrasi dari kegiatan-kegiatan individual dan unit4

unit ke dalam satu usaha bersama yaitu bekerja kearah tujuan bersama”.
Moekijat menyebutkan ada 9 (sembilan) syarat untuk mewujudkan
koordinasi yang efektif, yaitu

a) Hubungan langsung
Bahwa koordinasi dapat lebih mudah dicapai melalui hubungan
pribadi langsung.
b) Kesempatan awal
Koordinasi dapat dicapai lebih mudah dalam tingkat-tingkat awal
perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan.
c) Kontinuitas
Koordinasi merupakan suatu proses yang kontinu dan harus
berlangsung pada semua waktu mulai dari tahap perencanaan.
d) Dinamisme
Koordinasi harus secara terus-menerus diubah mengingat perubahan
lingkungan baik intern maupun ekstern.
e) Tujuan yang jelas
Tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh koordinasi yang
efektif.
f) Organisasi yang sederhana
Struktur organisasi yang sederhana memudahkan koordinasi yang
efektif.
g) Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas
Wewenang yang jelas tidak hanya mengurangi pertentangan di antara
pegawai-pegawai yang berlainan, tetapi juga membantu mereka
dalam pekerjaan dengan kesatuan tujuan.
h) Komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif merupakan salah satu persyaratan untuk
koordinasi yang baik.
i) Kepemimpinan supervisi yang efektif
Kepemimpinan yang efektif menjamin koordinasi kegiatan orangorang.
Sinergitas dapat diartikan kegiatan gabungan atau kerjasama yang
dilakukan guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan terhubung
oleh beberapa peran yang berbeda namun terkait didalamnya. Oleh karena itu
seluruh komponen pemerintah, masyarkaat dan mahasiswa diharapkan
bersinergi dalam pemberantasan korupsi.

5

B. Peran Sinergitas antara Pemerintah, Masyarakat dan Mahasiswa dalam
Pemberantasan Korupsi
1. Peran Pemerintah dalam Pemberantasan Korupsi
Dalam kaitan arah pemberantasan korupsi ke depan maka peraturan
perundangan mengenai aparatur penegak hukum haruslah dilakukan
harmonisasi, terutama berkaitan dengan 2 (dua) hal. Pertama, tugas dan
fungsi penyelidikan/penyidikan. Semakin banyak penyelidik/penyidik
tindak pidana korupsi adalah semakin baik dalam tugas pemberantasan
korupsi. Kedua, tugas dan fungsi penuntutan tindak pidana korupsi.
Adapun kedua strategi mendasar yang dilakukan oleh kejaksaan
dalam penegakan hukum, khususnya penanggulangan dan pemberantasan
korupsi, yaitu:
a. Tindakan Represif
Pendekatan represif berupa penindakan dan penanganan
terhadap terjadinya tindak pidana korupsi dilakukan secara
profesional dan proporsional. Dalam melakukan penindakan hukum
terhadap tindak pidana korupsi tersebut, Kejaksaan menerapkan
prinsip optimalisasi dan berkualitas serta memprioritaskan kasuskasus korupsi yang big fish dan still going on yaitu dengan
mendahulukan penindakan untuk perkara besar dan perbuatan pidana
yang dilakukan secara terus menerus serta mengusahakan semaksimal
mungkin pengembalian atau penyelamatan keuangan negara. Upaya
represif yang dilakukan Kejaksaan tersebut, setelah melalui
serangkaian kegiatan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan
eksekusi sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku
serta peraturan perundang-undangan yang ada.
b. Upaya Preventif
Tindakan preventif lain yang cukup strategis dalam rangka
pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi di Indonesia antara lain:
1) Meningkatkan efektivitas kebijakan dan kelembagaan, terutama
terkait dengan pelayanan publik termasuk juga antara lain
kebijakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) terintegrasi
dalam program Single Identification Number (SIN).

6

2) Meningkatkan pengawasan terhadap pelayanan pemerintah,
sehingga dapat diakses oleh publik yang transparan dan
akuntabel.
3) Memperbaiki manajemen keuangan daerah
manajemen pengadaan barang/jasa pemerintah.

termasuk

4) Memperkuat komitmen anti korupsi, (termasuk melalui
lembaga-lembaga pendidikan secara edukatif) terkait dengan
integritas nasional bagi anggota masyarakat, pelaku usaha dan
aparatur pemerintahan/negara.

2. Peran Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi
Pemerintahan yang baik dan bersih mempunyai delapan unsur, yang
salah satunya adalah adanya peran serta masyarakat dalam laju
pemerintahan. Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang
menyebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta membantu upaya
pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Adapun peran serta masyarakat dalam UU Pidana Korupsi dapat
diwujudkan dalam bentuk:
a. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi.
b. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak
pidana korupsi.
c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana
korupsi.
d. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya
yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paing lama 30
hari.
peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi telah
dikembangkan melaluii Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000
Tentang Tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dan pemberian
penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi. Peran serta masyarakat diartikan sebagai peran aktif organisasi

7

masyarakat, perorangan, atau lembaga swadaya masyarakat dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

8

3. Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi
Untuk dapat berperan secara optimal dalam pemberantasan korupsi
adalah pembenahan terhadap diri dan kampusnya. Dengan kata lain,
mahasiswa harus mendemonstrasikan bahwa diri dan kampusnya harus
bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, upaya pemberantasan korupsi
dimulai dari awal masuk perkuliahan. Pada masa ini merupakan masa
penerimaan mahasiswa, dimana mahasiswa diharapkan mengkritisi
kebijakan internal kampus dan sekaligus melakukan pressure kepada
pemerintah agar undang-undang yang mengatur pendidikan tidak
memberikan peluang terjadinya korupsi. Di samping itu, mahasiswa
melakukan kontrol terhadap jalannya penerimaan mahasiswa baru dan
melaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang atas penyelewengan
yang ada.
Selain itu, mahasiswa juga melakukan upaya edukasi terhadap rekanrekannya ataupun calon mahasiswa untuk menghindari adanya praktikpraktik yang tidak sehat dalam proses penerimaan mahasiswa. Selanjutnya
adalah pada proses perkuliahan. Dalam masa ini, perlu penekanan terhadap
moralitas mahasiswa dalam berkompetisi untuk memperoleh nilai yang
setinggi-tingginya, tanpa melalui cara-cara yang curang. Upaya preventif
yang dapat dilakukan adalah dengan jalan membentengi diri dari rasa
malas belajar. Hal krusial lain dalam masa ini adalah masalah penggunaan
dana yang ada dilingkungan kampus. Untuk itu diperlukan upaya
investigatif berupa melakukan kajian kritis terhadap laporan-laporan
pertanggungjawaban realisasi penerimaan dan pengeluarannya. Sedangkan
upaya edukatif penumbuhan sikap anti korupsi dapat dilakukan melalui
media berupa seminar, diskusi, dialog. Selain itu media berupa lombalomba karya ilmiah pemberantasan korupsi ataupun melalui bahasa seni
baik lukisan, drama, dan lain-lain juga dapat dimanfaatkan juga.
Selanjutnya pada tahap akhir perkuliahan, dimana pada masa ini
mahasiswa memperoleh gelar kesarjanaan sebagai tanda akhir proses
belajar secara formal. Mahasiswa harus memahami bahwa gelar
kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi berupa tanggung jawab
moral sehingga perlu dihindari upaya-upaya melalui jalan pintas.

9

Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat, mahasiswa
merupakan faktor pendorong dan pemberi semangat sekaligus memberikan
contoh dalam menerapkan perilaku terpuji. Peran mahasiswa dalam
masyarakat secara garis besar dapat digolongkan menjadi peran sebagai
kontrol sosial dan peran sebagai pembaharu yang diharapkan mampu
melakukan pembaharuan terhadap sistem yang ada. Salah satu contoh
yang paling fenomenal adalah peristiwa turunnya orde baru dimana
sebelumnya di dahului oleh adanya aksi mahasiswa yang masif di seluruh
Indonesia.
Sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat melakukan peran preventif
terhadap korupsi dengan membantu masyarakat dalam mewujudkan
ketentuan dan peraturan yang adil dan berpihak pada rakyat banyak,
sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak adil dan tidak berpihak pada
masyarakat. Kontrol terhadap kebijakan pemerintah tersebut perlu
dilakukan karena banyak sekali peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang hanya berpihak pada golongan tertentu saja dan tidak
berpihak pada kepentingan masyarakat banyak. Kontrol tersebut bisa
berupa tekanan berupa demonstrasi ataupun dialog dengan pemerintah
maupun pihak legislatif.
Mahasiswa juga dapat melakukan peran edukatif dengan
memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat baik pada saat
melakukan kuliah kerja lapangan atau kesempatan yang lain mengenai
masalah korupsi dan mendorong masyarakat berani melaporkan adanya
korupsi yang ditemuinya pada pihak yang berwenang.
Fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi
merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga
masyarakat. Artinya keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai
terancam. Maka dari itu sinergitas sangat diperlukan antara pemerintah,
masyarakat dan mahasiswa dalam pemberantasan korupsi.

10

BAB III
PENUTUP
Korupsi adalah tindakan yang harus diberantas segera karena
mengancam keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu peran
serta semua lapisan masyarakat juga mahasiswa sebagai salah satu bagian
masyrakat yang mempunyai pengaruh signifikan dalam mempengaruhi
kebijakan pemerintah dan menggerakkan lapisan masyarakat yang lain. Peran
pemerintah dalam pemberantasan korupsi dapat dengan tindakan represif dan
upaya preventif kemudian peran masyarakat membantu upaya pencegahan,
pengendalian, dan pemberantasan tindak pidana korupsi sedangkan peran
mahasiswa sebagai social control dapat melakukan peran preventif terhadap
korupsi dengan membantu masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan
peraturan yang adil sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak adil dan tidak
berpihak pada masyarakat.
Dengan adanya sinergitas antara pemerintah, masyarakat, dan
mahasiswa sesuai dengan peranannya dalam pemberantasan korupsi maka
kekuatan tersebut bagaikan pisau yang bermata dua, disatu sisi mampu
mendorong dan menggerakkan stake holders untuk bertindak atas ketidak
adilan sistem termasuk didalamnya tindakan penyelewengan jabatan dan
korupsi. Sedangkan disisi lain merupakan faktor penekan bagi penegak
hukum bagi pelaku korupsi serta pengawal bagi terciptanya kebijakan publik
yang berpihak pada kepentingan masyarakat banyak.

11

DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2012. Peran Serta Masyarkat dalam Memberantas Korupsi.
http://gresnews.com/. Diakses tanggal 12 Juni 2017.
Fauziah. 2010. Peran dan Upaya Mahasiswa dalam Memberantas Korupsi.
http://munajathati.wordpress.com/. Diakses tanggal 12 Juni 2017.
Risbiyantoro. 2005. Peranan Mahasiswa dalam Memerangi
http://www.bpkp.go.id/. Diakses tanggal 12 Juni 2017.

Korupsi.

Tampubolon, Samuel Mangapul. 2014. Peran Pemerintah dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi Kaitannya dengan Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 (e-journal). http://ejournal.unsrat.ac.id/. Diakses tanggal 12
Juni 2017.
Wanusmawatie, Ike dkk. 2014. Sinergitas Stake holders dalam Inovasi Daerah
(e-journal). http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/. Diakses
tanggal 12 Juni 2017.

12

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

PERAN PT. FREEPORT INDONESIA SEBAGAI FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

12 85 1

PENGARUH KONFLIK PEREBUTAN LAHAN TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA NIPAH KUNING KECAMATAN MESUJI KABUPATEN MESUJI LAMPUNG TAHUN 2012

9 59 54

SIKAP MASYARAKAT KOTA PALEMBANG TERHADAP PEMINDAHAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PASAR 16 ILIR PALEMBANG KE PASAR RETAIL JAKABARING

4 84 128

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100