ANALISIS TERHADAP SEKTOR STRATEGIS PEMER
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
ANALISIS TERHADAP SEKTOR STRATEGIS PEMERINTAH INDONESIA DAN
PERKIRAAN CAPAIAN TARGET SEKTOR STRATEGIS PADA TAHUN 2025
Mouliza Kristhopher Donna Sweinstani Kebijakan Publik
Moh. Hasbi Rofiqi
PENDAHULUAN
Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025,
terdapat rumusan visi Indonesia untuk dua puluh tahun mendatang. Visi jangka panjang yang
tertuang dalam dokumen tersebut adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri,
maju, adil, dan makmur tahun 2025. (Bapenas, 2007: 36). Menjadi bangsa mandiri dalam
konteks ini diartikan sebagai bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatannya sendiri.
Karenanya, mutlak diperlukan upaya membangun kemajuan ekonomi yang salah satunya dapat
dilakukan dengan melakukan optimalisasi kemampuan daya saing Indonesia di tingkat
Internasional. Kemampuan daya saing negara ini diyakini dapat menjadi kunci utama untuk
mencapai kemajuan sekaligus kemandirian suatu bangsa yang dapat dilihat dari ketersediaan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, pemenuhan tuntutan kebutuhan dan kemajuan
pembangunannya, kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya, ketergantungan pembiayaan pembangunan dari sumber dalam negeri
yang semakin kokoh, dan kemampuan memenuhi kebutuhan pokok.
Sementara itu, berkaitan dengan keadilan dan kemakmuran yang juga menjadi visi dari
bangsa Indonesia dua puluh tahun kedepan, terdapat pula beberapa indikator yang dapat
1
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
digunakan sebagai tolak ukur dari dua aspek tersebut. Keadilan dan kemakmuran harus tercermin
dalam setiap aspek kehidupan. Semua rakyat mempunyai kesempatan yang sama dalam
meningkatkan taraf kehidupan; memperoleh lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial,
pendidikan dan kesehatan; mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik; mengamankan
dan mempertahankan negara; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum.
Bangsa yang adil berarti tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu,
gender maupun wilayah. Bangsa yang makmur adalah bangsa yang telah terpenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna penting bagi bangsa-bangsa lain di
dunia.
Apa yang tercantum dalam RPJPN tersebut, selanjutnya akan dibahasakan lebih lanjut
dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN masing-masing rezim
Pemerintahan yang mana perumusannya ini juga dipengaruhi oleh visi dan misi presiden terpilih
pada masa kampanye. Dalam Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla saat ini, dikenal sebuah
program yang berangkat dari visi-misi pasangan ini pada saat masa kampanye yang disebut
dengan Nawa Cita. Nawa Cita selanjutnya menjadi agenda prioritaas yang hendak dicapai
selama pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama kabinet kerjanya. Guna mencapai tujuan
tersebut, Pemerintah kemudian menurunkannya kedalam strategi pembangunan yang telah
ditetapkan. Strategi tersebut mencakup tiga dimensi pembangunan yang dinilai penting yakni;
Dimensi Pembangunan Manusia, Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan, dan Dimensi
Pemerataan dan Kewilayahan.1
Dalam essay ini penulis akan menitik beratkan pada dimensi sektor unggulan yang
selanjutnya dapat dimaknai sebagai sektor industri strategis Indonesia pada era pemerintahan
1
Bappenas. 2014. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019. Materi disampaikan dalam
Musrembang Regional di Palu tahun 2014. Slide ke- 11
2
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
Jowoki-JK. Sektor industri memegang peranan sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian
nasional. Sektor ini mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat dan dalam perolehan devisa negara melalui kegiatan ekspor
berbagai produk hasil industri. Lebih lanjut, bebarapa dari sektor ini juga dianggap strategis bagi
suatu negara, termasuk Indonesia. Suatu sektor selanjutnya dikatakan sebagai sektor strategis
mana kala Tentu saja, terma strategis ini sangat tergantung pada konteks kekinian suatu negara,
seperti rezim pemerintah yang berkuasa, arah politik negara, termasuk di dalamnya tuntutan
global yang secara langsung maupun tidak langsung memaksa respon dari negara-negara untuk
membuat kebijakan yang sejalan dengannya. Karenanya, bisa saja suatu kebijakan/proyek/sektor
tertentu di suatu pada mulanya dianggap sebagai sektor strategis bagi negaranya namun seiring
dengan berjalannya dinamika politik negara itu sektor tersebut tidak lagi dianggap sebagai suatu
hal yang strategis. Pada masa pemerintahan saat ini, setidaknya terdapat lima sektor yang
ditetapkan sebagai sektor strategis Indonesia. Kelima sektor yang hendak diprioritaskan yaitu: 1.
Kedaulatan pangan, 2. Kemaritiman, 3. Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, 4. pariwisata
dan industri, 5. Ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas. Lantas sudah tepatkan kelima
sektor tersebut ditetapkan sehingga keyakinan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi melalui kelima sektor ini dapat terwujud? Perlukah pemerintah sebetulnya melihat
kembali sektor lain yang dimungkinkan lebih potensial untuk ditetapkan sebagai sektor strategis
Indonesia? Keseluruhan pertanyaan kritis penulis atas kelima sektor tersebut akan penulis bahas
dengan dikaitkan dengan visi Indonesia 2025 yang telah tertuang di RPJPN. Oleh karena itu,
dalam essay ini penulis mengajukan dua pertanyaan penelitian, yaitu: apakah program tersebut
telah sejalan dengan visi Indonesia dan bagaimana prospek ketercapaian target sektor strategis
pada tahun 2025 yang disesuai dengan kebutuhan, potensi, dan kondisi Indonesia saaat ini?
3
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
PEMBAHASAN
Dasar Penetapan Kelima Sektor Strategis dalam RPJMN 2014-2019
Seperti yang telah penulis jelaskan pada bagian sebelumnya, terdapat lima sektor yang
dikategorikan sebagai sektor unggulan yang dianggap strategis pada pemerintahan saat ini.
Dikutip dari laman resmi kementerian perindustrian, Dirjen Industri Unggulan Basis Teknologi
Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Dharmadi, mengungkapkan bahwa penetapakan kelima
sektor haruslah sesuai dengan kriteria strategis itu sendiri yaitu mencakupi industri yang
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak, industri yang paling berpengaruh dan dapat
mempersatukan atau mempertahankan NKRI, serta industri yang mampu mempertahankan
eksistensi Indonesia di dalam kancah atau percaturan ekonomi dunia sekaligus mampu
menciptakan kemandirian ekonomi nasional. Atas dasar kriteria strategis yang demikianlah
dalam penjabaran Sasaran Pokok RPJMN 2014-2019, ditetapkanlah kelima sektor di atas.
Jika dilihat dari masing-masing sektor yang ditetapkan, penentuan kelima sektor tersebut
menjadi sektor strategis atau sektor yang diunggulkan oleh pemerintah Jokowi-JK tentunya
bukan tanpa alasan. Penentuan ketahanan pangan sebagi salah satu sektor strategis, misalnya,
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Nainggolan dalam Purwaningsih peranan
sekrtor pertanian di Indonesia sangat penting dilihat dari keharusannya memenuhi kebutuhan
pangan penduduk yang diprediksi laju pertumbuhan pangan per tahun berada pada kisaran 1,25
persen.2 Secara normative, penetapan ketahanan pangan sebagai salah satu sektor strategis
Indonesia merupakan perwujudan dari amanah konstitusi terutama yang berkaitan dengan
pembangunan sumber daya manusia. Hal ini dapat dilihat dari konsideran UU NO 18 Tahun
2012 tentang pangan yang tertulis bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
2
Purwaningsih, Yunastiti. (2008). Ketahanan pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 9 Nomor 1 Juni
4
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan disesuaikan
dengan konteks kekinian, dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan kapasitas kelembagaan
yang besar, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan ketahanan pangan dan
gizi pada beberapa tahun mendatang, apalagi dengan melihat keberhasilan Indonesia dalam
MDGs untuk mengurangi setengah dari jumlah penduduk yang hidup dalam kelaparan dan
kemiskinan ekstrim. Berdasarkan pada keyakinan ini pemerintah menetapkan ketahanan pangan
sebagai salah satu bidang prioritas dalam RPJMN.3
Begitu Pula dengan keempat sektor lainnya, kemaritiman ditetapkan karena melihat fakta
bahwa luas perairan Indonesia mencapai 2/3 luas Indonesia yang mana potensi ini dapat menjadi
peluang bagi Indonesia untuk menjadi penghasil ikan terbesar di ASEAN. Sektor ketahanan
energi ditetapkan karena Indonesia memiliki potensi menciptakan alternative energi dari alam
Indonesia yang cukup berlimpah namun saat ini pasokan listrik justru masih kekurangan.
Pengembangan sektor ini nanti ditujukan untuk mendukung sektor industri di Indonesia. Sektor
pariwisata ditetapkan karena Indonesia memiliki potensi pariwisata yang cukup kaya dan
beragam namun sejauh ini jumah wisatawan mancanegara hanya 8,2 juta atau sepertiga dari
jumlah wiatawan Malaysia dan Singapura. Untuk itu, sektor ini perlu dikembangkan dan menjadi
prioritas karena sektor ini setidaknya dapat menghasilkan output yang baik dalam jangka panjang
ketika dikelola dengan baik.4 Terakhir, sektor konektivitas ditetapkan untuk meningkatkan
3
Dewan Ketahanan Pangan. 2015. Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman.
Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.
4
Dikutip dari pernyataan Andrinof Chaniago dalam Seminar Sinergi Fiskal dan Moneter Era Jokowinomics 2014.
Diakes dari http://swa.co.id/swa/business-strategy/lima-sektor-prioritas-pembangunan-ekonomi
5
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
pemerataan pembangunan infrastruktur dasar dan keterhubungan antardaerah yang mana
pembangunan sektor ini sejauh ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.5
Sasaran dan Arah Kebijakan Sektor Unggulan
Guna mewujudkan target dan sasaran kelima sektor di atas, pemerintah telah menetapkan
arah kebijakan serta menyiapkan beberapa kementerian lembaga terkait yang bertanggung jawab
atas terlaksananya implementasi kelima sektor ungguan Indonesia. Di kutip dari pemaparan
Bappenas pada tahun 2014 tentang penyusunan RPJMN 2014-2019, arah kebijakan masingmasing sektor adalah sebagai berikut:6
1. Arah kebijakan pada sektor kedaulatan pangan meliputi: 1) Peningkatan ketersediaan pangan
melalui penguatan kapasitas produksi dalam negeri; 2) Peningkatan aksesibilitas masyarakat
terhadap pangan; 3) Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi
masyarakat; dan 4) Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan pangan.
2.
Arah kebijakan pada kedaulatan energi dan ketenagalistrikan yakni: 1) Meningkatkan
produksi energi primer (minyak, gas dan batubara); 2) Meningkatkan Cadangan Penyangga
dan Operasional Energi; 3) Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam bauran
energi; 4) Meningkatkan Aksesibilitas; 5) Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi;
6) Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM yang lebih transparan dan tepat sasaran; dan 7)
Memanfaatkan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA (kelistrikan).
3.
Arah kebijakan pada maritim dan kelautan adalah: 1) Penyelesaian tata batas dan batas
landas kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan pulau-pulau dan pendaftarannya; 2)
Pengaturan dan pengendalian ALKI; 3) Penguatan lembaga pengawasan laut; 4)
5
Lihat peta Desa tanpa Penghubung Antar Desa yang dikutip dari wfp.org
Bappenas. 2014. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019. Materi disampaikan dalam
Musrembang Regional di Palu tahun 2014.
6
6
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana; 5) Meningkatkan
pembangunan sistem transportasi multimoda; 6) Melakukan upaya keseimbangan antara
transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan
kewilayahan; 7) Percepatan pengembangan ekonomi kelautan; 8) Meningkatkan dan
mempertahankan kualitas, daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut; 9)
Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan SDM dan Iptek kelautan; dan
10) Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan serta masyarakat pesisir.
4.
Arah kebijakan pariwisata dan industri meliputi: 1) Pemasaran Pariwisata Nasional:
mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan manca negara dan mendorong peningkatan
wisatawan nusantara; 2) Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik
daerah tujuan wisata sehingga berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri. 3)
Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri
pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk / jasa pariwisata
nasional di setiap destinasi periwisata yang menjdai fokus pemasaran; 3) Pembangunan
Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi
kepariwisataan nasional; 4) Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa; 5)
Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar Sembilan ribu usaha;
6) Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga
Kerja).
5.
Arah kebijakan ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas meliputi: 1) Menjamin
ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air domestic;
2) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat; 3) Mempercepat pembangunan transportasi
7
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
dengan penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan
penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global;
4) Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Jaringan Jalan Kota; 5) Mengoptimalisasi
pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas; 6)
Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband termasuk di daerah perbatasan Negara;
7) Mendorong tingkat literasi dan inovasi TIK; 8) Meningkatkan peranan Energi Baru
Terbarukan dalam Bauran Energi; 9) Meningkatkan Aksesibilitas Energi.
Tepatkah Lima sektor tersebut menjadi Sektor Strategis?
Setelah mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana kelima sektor strategis tersebut
ditetapkan, selanjutnya menjadi hal yang penting untuk melihat sudah tepatkah kelima sektor
tersebut ditetapkan sebagai sektor unggulan pemerintah. Jika melihat bahwa tujuan bangsa ini
adalah menjadi bangsa yang mandiri, adil, dan makmur penetapan kebijakan ketahanan pangan
dan ketahanan energi dapat menjadi contoh bagaimana Indonesia dapat menjadi mandiri karena
perihal kebutuhan dasar berupa kebutuhan pangan dan kebutuhan energi diupayakan untuk
dipenuhi secara mandiri. Disamping itu, dengan melihat potensi Indonesia baik dalam hal iklim
yang cocok untuk bercocok tanam, luas wilayah Indonesia, serta potensi sumber daya alam yang
dapat menjadi sumber energi, maka dua sektor ini memang tepat. Pun demikian dengan sektor
maritime dan pariwisata yang memang ditetapkan berdasarkan potensi yang dimiliki Indonesia.
Adapun sektor konektivitas dan energi serta industri dapat diartikan sebagai manifestasi dari visi
mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur, karena dalam sektor ini terkandung tujuan
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Namun apa hanya demikian analisis
yang perlu dilakukan?
8
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
Bila dilihat secara umum, sektor strategis yang telah diterapkan diatas telah sesuai
dengan potensi yang dapat dikembangkan, namun bila disesuaikan dengan visi indonesia 2025,
tidak semua sektor-sektor tersebut mendukung pencapaian RPJPN yang telah ditetapkan, padahal
seharusnya RPJMN mengacu pada RPJPN sehingga terjadi pembangunan yang simultan dan
terencana. Dalam RPJPN, arah pembangunan ekonomi Indonesia sampai tahun 2025
mengamanatkan beberapa hal, yakni: peningkatan produktivitas, pengembangan rumpun industri
(industrial cluster), penggunaan teknologi informasi, peningkatan nilai tambah pada industri
sektor primer, pengembangan UKM dan Koperasi dan ketahanan pangan.7 Namun, sektor
stratergis pembangunan pemerintah seperti yang telah diuraikan diatas tidak semuanya mengarah
seperti yang diamanatkan dalam RPJPN, seperti tidak adanya program pemeritah yang menitik
beratkan pada penggunaan dan pengembangan teknologi informasi pada tiap sektor. Peningkatan
nilai tambah ada industri primer pun sepertinya juga luput dari perhatiann pemmerintah, bahkan
pada arah sektor energi dan kelistrikan yang disebutkan adalah peningkatan produksi, bukan nilai
tambah, padahal nilai tambah ini sangatlah penting untuk efisiensi pengeluaran dan optimalisasi
pendapatan. Seperti dengan pembangunan kilang-kilang minyak maka Indonesia dapat menekan
ekspor minyak mentah dan memproduksi sendiri kebutuhan bahan bakar untuk konsumsi dalam
negeri.
Selain itu, pengembangan UKM dan Koperasi belum menjadi arah pembangunan
masing-masing sektor. Bahwa memang ada pelibatan Kementerian Koperasi dan UKM di hampir
setiap sektor unggulan8, namun sifatnya hanya sebagai pendorong/supporting saja. Koperasi dan
UKM tidak masuk pada sektor unggulan untuk dibangun, padahal kontribusi Koperasi dan UKM
7
Lihat UU nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 hlm
30 – 33.
8
Lihat slide Bappenas. 2014. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019. Materi
disampaikan dalam Musrembang Regional di Palu tahun 2014. Silde ke- 18 - 27
9
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
sangat lah besar bagi peningkatan ekonomi pada sektor riil dan melahirkan multiplier effect
pengembangan ekonomi masyarakat. Bahkan, koperasi dan UKM merupakan bentuk usaha yang
paling kuat dan telah terbukti mampu sebagai penopang perekonomian nasional dari efek krisis
global seperti yang terjadi pada tahun 2008.9
Kritik diatas buka berarti menafikan keungulan program-program lain yang telah
ditetapkan oleh pemerintah seperti arah ketahanan pangan yang dijabarkan secara konprehensif
dan industrial cluster yang juga terus dikembangkan sebagai pembangunan kewilayahann dan
antar wilayah. Hanya saja, RPJMN 2015 – 2019 belum menyentuh beberapa hal yang sudah
seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai visi indonesia 2025 mengingat waktu
yang terus berjalan.
Prospek Capaian Pada tahun 2025
Untuk dapat melihat prospek capaian masing-masing sektor strategis pada tahun 2025,
tentunya kita perlu melihat seberapa jauh capaian masing-masing sektor tersebut pada kondisi
saat ini dengan melihat beberapa kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan
mengacu pada kondisi saat ini dan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sektor unggulan
yang paling mungkin dan memang sudah memenuhi target yang ditetapkan adalah sektor
pariwisata. Pada bulan Desember tahun 2015, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
berkunjung ke Indonesia bahkan telah melampaui target. Angka proyeksi wisman yang
ditetapkan oleh kementerian pariwisata sampai dengan akhir 2015 sebesar kurang lebih 10.000
wisman. Namun kenyataan pada akhir tahun 2015, jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia
adalah sebesar 10.406.759 wisman, atau naik sebesar 7,2% dari tahun sebelumnya. 10 Kenaikan
9
ILO. 2009. Implikasi Krisis Ekonomi Global terhadap Lapangan Kerja di Indonesia.
BPS
10
10
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
jumlah wisman tersebut bahkan jauh mengungguli negara competitor wisata di ASEAN seperti
Malaysia yang hanya mencapai pertumbuhan wisman 2015 sebesar 4% dan Singapura sebesar
0%. Jumlah tersebut telah menyumbang kurang lebih Rp 163 Triliun kepada devisa negara.
Melihat kenyataan yang demikianlah penulis melihat bahwa sektor ini dapat lebih mudah
tercapai pada tahun 2025.
Ketika sektor pariwisata dapat sukses menjadi sektor unggulan bagi Indonesia, maka
belum tentu demikian dengan sektor lainnya. Pada sektor ketahanan pangan misalnya, ketahanan
pangan akan terjadi ketika orang memiliki akses fisik dan ekonomi yang cukup, aman, dan
makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dan preferensi makanan
untuk aktif dan hidup sehat.11 Konsekuensinya, berbagai kebijakan pangan untuk menjamin
pasokan, diversifikasi, keamanan, kelembagaan dan organisasi pangan untuk meningkatkan
kemandirian pangan dan mengantarkan pada keswadayaan sangat diperlukan. Pemenuhan
kebutuhan pangan dengan kemandirian pangan ini sangat diperlukan oleh suatu negara agar
negara tidak bergantung pada negara lain, yang mana ketika suatu negara untuk memenuhi
kebutuhan dasar warganegaranya saja bergantung pada negara lain, maka hal ini akan
menimbulkan konsekuensi politik tertentu.12 Oleh karena itu, pengembangan Pengembangan
sektor pangan diera modern ini tidaklah cukup dengan hanya mengandalkan mekanisme
tradisional perlu juga diimbangi dengan kemajuan teknologi pangan dan pertanian agar dapat
meningkatkan produksi pertanian. Pengembangan teknologi ini penting untuk dilakukan
mengingat kondisi alam Indonesia yang tidak menentu yang dapat berpengaruh pada produksi
pertanian. Sayangnya, pengembangan teknologi semacam ini masih sangat minim di Inodonesia.
11
Socha, Teresa. (2012). Food Security in a Northern First Nations Community : An Exploratory Study on Food
Availability and Accessibility. Journal of Aboriginal Health. Vol 2 (5)
12
Syaifullah, Yunan. 2013. Ketahanan Pangan dan Pola Distribusi di Provinsi Jawa Timur. Journal of Economic
and Policy 6(2) 2013. Semarang:UNNES
11
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
Bahkan dalam arah kebijakan ketahanan pangan sendiri, kementerian riset tidak dilibatkan.
Selain itu, ketahanan pangan juga bukan berarti hanya besar dari kuantitas produksi, melainkan
memerlukan kondisi pasar yang ramah agar produk pertanian lokal dapat berkembang. Hal ini
yang belum terlihat semangatnya di Indonesia untuk mengembangkan produk pertanian lokal.
Produk pertanian lokal saat ini masih kalah dengan produk pertanian import seperti dari Thailand
dan Vietnam (khususnya untuk beras). Kekurangan-kekurangan ini yang dapat menjadi
penghambat tercapainya ketahanan pangan Indonesia pada tahun 2025. Apalagi jika melihat
fakta bahwa pada tahun 2016, Indonesia masih mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam
sebesar 1.5 juta ton.13
Pada sektor maritime, upaya untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritime yang
kuat nampaknya justru dilanggar oleh pemerintah sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan kenyataan
bahwa belum terdapat perbaikan transportasi air yang baik. Pengembangan transportasi justru
masih di arahkan untuk pembangunan jalan dan jembatan, kereta cepat, serta jembatan
penghubung antarpulau yang seharusnya jembatan ini dapat digantikan oleh transportasi air.
Disamping itu, melihat produksi ikan sendiri, memang produksi ikan Indonesia meningkat
belakangan. Sayangnya hal ini belum diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan nelayannya.
Padahal jika suatu negara berkomitmen untuk menjadi negara maritime, maka kehidupan nelayan
dan pelaut juga harus diproyeksikan menjadi lebih baik.
Sementara itu, terkait dengan sektor konektivitas, pengembangan industri ini memang
mungkin untuk tercapai, namun hanya terkonsentrasi di pulau jawa. Hal ini dapat dilihat dari
pesatnya pembangunan sarana transportasi modern di Pulau Jawa, seperti Kereta Cepat, MRT,
dan sebagainya. Pembangunan ini seolah melupakan tujuan utama dari pembangunan
13
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/01/14/o0xubu219-bulog-akan-impor-lagi-700-ribu-tonberas-dari-vietnam-dan-thailand
12
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
konektivitas adalah pemerataan konektivitas di seluruh Indonesia. Pun demikian dengan potensi
pengembangan pesawat terbang nasional yang dapat membantu keterjangkauan antar daerah
terutama di daerah-daerah dengan kontur yang tidak memungkinkan untuk dibangun sarana lalu
lintas darat dan laut yang belum di kembangkan.14
Pada sektor energi dan kelistrikan pun sangat sulit untuk dapat mencapa target pada 2025.
Indonesia terlebih bagian timur dan di pedalaman berpotensi besar akan tetap mengalami krisis
kelistrikan seperti saat ini. Banyak hal yang mendukung hipotesa tersebut, proyek pemerintah
yang mewujudkan pembangkit listrik 35.000 MW masih jauh dari harapan. Per bulan November,
realisasi pembangunan proyek listrik 35.000 MW baru mencapai 36 persen dari target akumulatif
tahun 2016. Sedangkan realisasi pembangkit Commercial Operation Date (COD) Fast Track
Program (FTP) 1 dan FTP 2, serta regular yang merupakan bagian program 7.000 MW mencapai
83 persen dari target akumulatif sampai 2016 atau 53 persen dari target keseluruhan. 15 Hal
tersebut belum termasuk 34 proyek pembangkit listrik yang sampai saat ini masih mangkrak. 16
Alternatif Industri yang Memungkinkan Menjadi Sektor Unggulan
Penulis juga melihat bahwa sebetulnya terdapat beberapa sektor-sektor lain yang ketika
sektor tersebut dikembangkan dengan baik maka sektor ini dapat memberikan kemanfaatan bagi
sektor lainnya dan tentunya bagi bangsa Indonesia. Sektor yang potensial untuk menjadi sektor
unggulan pemerintah lainnya adalah sektor dirgantara. Memang benar, dewasa ini sektor
unggulan masa Orde Baru ini menjadi redup pasca Indonesia menjadi salah satu negara yang
terkena dampak langsung dari krisis ekonomi Asia 1997. Namun, melihat geliat pengembangan
14 Harian Jurnal Asia 24 Agustus 2014. ILHAM HABIBIE | Kemampuan Kita untuk Buat Pesawat Sudah Lengkap
15
http://finance.detik.com/energi/d-3336343/jokowi-sebut-realisasi-proyek-35000-mw-masih-minim-ini-respons-pln
16
https://finance.detik.com/energi/3344168/ada-34-proyek-pembangkit-mangkrak-pln-bukan-bagian-dari-35000mw
13
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
ilmu kedirgantaraan di Indonesia saat ini tidak menutup kemungkinan bahwa industri ini dapat
menjad sektor unggulan Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini potensi dari Industri ini belum
dapat dikembangkan lebih jauh karena perhatian dari pemerintah pun belum sepenuhnya tertuju
pada potensi ini. Padahal pemutakhiran teknologi yang dapat dilihat dari produksi pesawat N219, N-241, dan R-80 hingga saat ini memungkinkan akan memberikan efek domino bagi
kemajuan bangsa. Dampak positif lain yang sangat mungkin dihasilkan dari industri ini adalah
perputaran capital dari industri ini dapat menjadi lebih cepat karena industri ini memiliki
keterkaitan ke depan dan ke belakang, termasuk pengembangan industri manufaktur sebagai
pendukung industri ini yang berarti juga memungkinkan terbukanya lapangan pekerjaan bagi
penduduk Indonesia. Selain itu ketika industri ini dapat dikembangkan dengan baik, hal ini juga
dapat memberikan deterrance effect bagi negara-negara lain dalam memandang eksistensi
Indonesia.
Disamping sektor industri berat seperti dirgantara di atas, hal yang sangat penting yang
sampai saat ini belum menjadi perhatian pemerintah adalah pengembangan sektor koperasi dan
UKM atau industri rumahan. Sebagai industri yang riil, koperasi dan UKM jelas sangat cocok
dengan tipikal negara berkembang seperti Indonesia, ditambah pula dengan sumberdaya manusia
yang melimpah atau bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia. Seharusnya, pemerintah
mendorong UKM-UKM agar berorientasi ekspor dengan meningkatkan kemampuan para pelaku
usaha UKM. Berkaca seperti di Tiongkok yang industri rumahannya bisa menembus pasar
ekspor internasional. Tiongkok memproduksi dan mengekspor alat-alat pertanian sederhana,
suku cadang motor, mainan anak-anak diproduksi dan hal-hal sejenis dalam skala rumahan saja.
14
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
KESIMPULAN
Sektor-sektor unggulan yang telah ditetapkan Pemerintah melalui RPJMN 2015 - 2019
tidak semuanya sejalan dengan target pencapaian visi Indonesia 2025 yang telah ditetapkan di
RPJPN 2005 – 2025. Padahal, seharusnya RPJMN mengacu pada RPJPN. Visi indonesia 2025
menjadi negara yang mandiri, maju, adil, dan makmur masih jauh dari kata tercapai apabila
melihat perencanaan pembangunan yang ada saat ini. Hal ini juga menegaskan hipotesa bahwa
pergantian rezim politik di Indonesia juga berarti berganti arah pembangunan nasional. Hal
tersebut tidak lah tepat karena pembangunan jangka panjang membutuhkan konsistensi dan
keberlanjutan antar waktu.
Sektor pariwisata berpotensi untuk terus berkembang dengan baik dan mencapai target
pembangunan 2025 dilihat dari upaya yang dilakukan pemerintah saat ini dan perkembannya
yang semakin positif. Namun, untuk sektor-sektor lain masih jauh dari target ketercapaian pada
2025 dinilai dari kondisi saat ini dan juga keseriusan pemerintah, seperti ketahanan pangan dan
kelistrikan yang belum terlihat adanya perkembangan yang cukup signifikan. Pemeritah juga
masih belum concern terhadap industri-industri yang memprduksi nilai tambah atas bahan-bahan
mentah yang dimiliki oleh Indonesia, meskipun hal tersebut telah diamanahkan dalam RPJPN.
Pengembangan teknologi juga masih menjadi PR bagi pemerintah, padahal dengan teknologi,
kemajuan industri dapat dicapai.
Dalam konteks pembangunan sektor strategis, pemerintah seharusnya melirik sektorsektor lain untuk dijadikan prioritas pembangunan yang dapat menciptakan kesejahteraan
masyarakat seperti industri kreatif, koperasi dan UKM serta industri padat karya lainnya. Sektor
tersebut merupakan sektor riil dan padat karya sehingga dapat berimplikasi langsung terhadap
15
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
masyarakat indonesia serta mempunyai multiplier economy effect yang cukup besar yag langsung
dapat dirasakan masyarakat.
Referensi
Buku/Laporan Resmi
Bappenas. 2014. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019. Materi
disampaikan dalam Musrembang Regional di Palu tahun 2014.
Dewan Ketahanan Pangan. 2015. Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Indonesia 2015:
Versi Rangkuman. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.
ILO. 2009. Implikasi Krisis Ekonomi Global terhadap Lapangan Kerja di Indonesia.
Jurnal
Purwaningsih, Yunastiti. (2008). Ketahanan pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 9 Nomor 1 Juni
Syaifullah, Yunan. 2013. Ketahanan Pangan dan Pola Distribusi di Provinsi Jawa Timur.
Journal of Economic and Policy 6(2) 2013. Semarang:UNNES
Socha, Teresa. (2012). Food Security in a Northern First Nations Community : An Exploratory
Study on Food Availability and Accessibility. Journal of Aboriginal Health. Vol 2 (5)
Sumber Lain
Harian Jurnal Asia 24 Agustus 2014. ILHAM HABIBIE | Kemampuan Kita untuk Buat Pesawat
Sudah Lengkap
https://finance.detik.com/energi/3344168/ada-34-proyek-pembangkit-mangkrak-pln-bukanbagian-dari-35000-mw
http://finance.detik.com/energi/d-3336343/jokowi-sebut-realisasi-proyek-35000-mw-masihminim-ini-respons-pln
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/01/14/o0xubu219-bulog-akan-impor-lagi700-ribu-ton-beras-dari-vietnam-dan-thailand
http://swa.co.id/swa/business-strategy/lima-sektor-prioritas-pembangunan-ekonomi
16
ANALISIS TERHADAP SEKTOR STRATEGIS PEMERINTAH INDONESIA DAN
PERKIRAAN CAPAIAN TARGET SEKTOR STRATEGIS PADA TAHUN 2025
Mouliza Kristhopher Donna Sweinstani Kebijakan Publik
Moh. Hasbi Rofiqi
PENDAHULUAN
Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025,
terdapat rumusan visi Indonesia untuk dua puluh tahun mendatang. Visi jangka panjang yang
tertuang dalam dokumen tersebut adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri,
maju, adil, dan makmur tahun 2025. (Bapenas, 2007: 36). Menjadi bangsa mandiri dalam
konteks ini diartikan sebagai bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatannya sendiri.
Karenanya, mutlak diperlukan upaya membangun kemajuan ekonomi yang salah satunya dapat
dilakukan dengan melakukan optimalisasi kemampuan daya saing Indonesia di tingkat
Internasional. Kemampuan daya saing negara ini diyakini dapat menjadi kunci utama untuk
mencapai kemajuan sekaligus kemandirian suatu bangsa yang dapat dilihat dari ketersediaan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, pemenuhan tuntutan kebutuhan dan kemajuan
pembangunannya, kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya, ketergantungan pembiayaan pembangunan dari sumber dalam negeri
yang semakin kokoh, dan kemampuan memenuhi kebutuhan pokok.
Sementara itu, berkaitan dengan keadilan dan kemakmuran yang juga menjadi visi dari
bangsa Indonesia dua puluh tahun kedepan, terdapat pula beberapa indikator yang dapat
1
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
digunakan sebagai tolak ukur dari dua aspek tersebut. Keadilan dan kemakmuran harus tercermin
dalam setiap aspek kehidupan. Semua rakyat mempunyai kesempatan yang sama dalam
meningkatkan taraf kehidupan; memperoleh lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial,
pendidikan dan kesehatan; mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik; mengamankan
dan mempertahankan negara; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum.
Bangsa yang adil berarti tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu,
gender maupun wilayah. Bangsa yang makmur adalah bangsa yang telah terpenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna penting bagi bangsa-bangsa lain di
dunia.
Apa yang tercantum dalam RPJPN tersebut, selanjutnya akan dibahasakan lebih lanjut
dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN masing-masing rezim
Pemerintahan yang mana perumusannya ini juga dipengaruhi oleh visi dan misi presiden terpilih
pada masa kampanye. Dalam Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla saat ini, dikenal sebuah
program yang berangkat dari visi-misi pasangan ini pada saat masa kampanye yang disebut
dengan Nawa Cita. Nawa Cita selanjutnya menjadi agenda prioritaas yang hendak dicapai
selama pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama kabinet kerjanya. Guna mencapai tujuan
tersebut, Pemerintah kemudian menurunkannya kedalam strategi pembangunan yang telah
ditetapkan. Strategi tersebut mencakup tiga dimensi pembangunan yang dinilai penting yakni;
Dimensi Pembangunan Manusia, Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan, dan Dimensi
Pemerataan dan Kewilayahan.1
Dalam essay ini penulis akan menitik beratkan pada dimensi sektor unggulan yang
selanjutnya dapat dimaknai sebagai sektor industri strategis Indonesia pada era pemerintahan
1
Bappenas. 2014. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019. Materi disampaikan dalam
Musrembang Regional di Palu tahun 2014. Slide ke- 11
2
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
Jowoki-JK. Sektor industri memegang peranan sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian
nasional. Sektor ini mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat dan dalam perolehan devisa negara melalui kegiatan ekspor
berbagai produk hasil industri. Lebih lanjut, bebarapa dari sektor ini juga dianggap strategis bagi
suatu negara, termasuk Indonesia. Suatu sektor selanjutnya dikatakan sebagai sektor strategis
mana kala Tentu saja, terma strategis ini sangat tergantung pada konteks kekinian suatu negara,
seperti rezim pemerintah yang berkuasa, arah politik negara, termasuk di dalamnya tuntutan
global yang secara langsung maupun tidak langsung memaksa respon dari negara-negara untuk
membuat kebijakan yang sejalan dengannya. Karenanya, bisa saja suatu kebijakan/proyek/sektor
tertentu di suatu pada mulanya dianggap sebagai sektor strategis bagi negaranya namun seiring
dengan berjalannya dinamika politik negara itu sektor tersebut tidak lagi dianggap sebagai suatu
hal yang strategis. Pada masa pemerintahan saat ini, setidaknya terdapat lima sektor yang
ditetapkan sebagai sektor strategis Indonesia. Kelima sektor yang hendak diprioritaskan yaitu: 1.
Kedaulatan pangan, 2. Kemaritiman, 3. Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, 4. pariwisata
dan industri, 5. Ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas. Lantas sudah tepatkan kelima
sektor tersebut ditetapkan sehingga keyakinan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi melalui kelima sektor ini dapat terwujud? Perlukah pemerintah sebetulnya melihat
kembali sektor lain yang dimungkinkan lebih potensial untuk ditetapkan sebagai sektor strategis
Indonesia? Keseluruhan pertanyaan kritis penulis atas kelima sektor tersebut akan penulis bahas
dengan dikaitkan dengan visi Indonesia 2025 yang telah tertuang di RPJPN. Oleh karena itu,
dalam essay ini penulis mengajukan dua pertanyaan penelitian, yaitu: apakah program tersebut
telah sejalan dengan visi Indonesia dan bagaimana prospek ketercapaian target sektor strategis
pada tahun 2025 yang disesuai dengan kebutuhan, potensi, dan kondisi Indonesia saaat ini?
3
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
PEMBAHASAN
Dasar Penetapan Kelima Sektor Strategis dalam RPJMN 2014-2019
Seperti yang telah penulis jelaskan pada bagian sebelumnya, terdapat lima sektor yang
dikategorikan sebagai sektor unggulan yang dianggap strategis pada pemerintahan saat ini.
Dikutip dari laman resmi kementerian perindustrian, Dirjen Industri Unggulan Basis Teknologi
Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Dharmadi, mengungkapkan bahwa penetapakan kelima
sektor haruslah sesuai dengan kriteria strategis itu sendiri yaitu mencakupi industri yang
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak, industri yang paling berpengaruh dan dapat
mempersatukan atau mempertahankan NKRI, serta industri yang mampu mempertahankan
eksistensi Indonesia di dalam kancah atau percaturan ekonomi dunia sekaligus mampu
menciptakan kemandirian ekonomi nasional. Atas dasar kriteria strategis yang demikianlah
dalam penjabaran Sasaran Pokok RPJMN 2014-2019, ditetapkanlah kelima sektor di atas.
Jika dilihat dari masing-masing sektor yang ditetapkan, penentuan kelima sektor tersebut
menjadi sektor strategis atau sektor yang diunggulkan oleh pemerintah Jokowi-JK tentunya
bukan tanpa alasan. Penentuan ketahanan pangan sebagi salah satu sektor strategis, misalnya,
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Nainggolan dalam Purwaningsih peranan
sekrtor pertanian di Indonesia sangat penting dilihat dari keharusannya memenuhi kebutuhan
pangan penduduk yang diprediksi laju pertumbuhan pangan per tahun berada pada kisaran 1,25
persen.2 Secara normative, penetapan ketahanan pangan sebagai salah satu sektor strategis
Indonesia merupakan perwujudan dari amanah konstitusi terutama yang berkaitan dengan
pembangunan sumber daya manusia. Hal ini dapat dilihat dari konsideran UU NO 18 Tahun
2012 tentang pangan yang tertulis bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
2
Purwaningsih, Yunastiti. (2008). Ketahanan pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 9 Nomor 1 Juni
4
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan disesuaikan
dengan konteks kekinian, dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan kapasitas kelembagaan
yang besar, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan ketahanan pangan dan
gizi pada beberapa tahun mendatang, apalagi dengan melihat keberhasilan Indonesia dalam
MDGs untuk mengurangi setengah dari jumlah penduduk yang hidup dalam kelaparan dan
kemiskinan ekstrim. Berdasarkan pada keyakinan ini pemerintah menetapkan ketahanan pangan
sebagai salah satu bidang prioritas dalam RPJMN.3
Begitu Pula dengan keempat sektor lainnya, kemaritiman ditetapkan karena melihat fakta
bahwa luas perairan Indonesia mencapai 2/3 luas Indonesia yang mana potensi ini dapat menjadi
peluang bagi Indonesia untuk menjadi penghasil ikan terbesar di ASEAN. Sektor ketahanan
energi ditetapkan karena Indonesia memiliki potensi menciptakan alternative energi dari alam
Indonesia yang cukup berlimpah namun saat ini pasokan listrik justru masih kekurangan.
Pengembangan sektor ini nanti ditujukan untuk mendukung sektor industri di Indonesia. Sektor
pariwisata ditetapkan karena Indonesia memiliki potensi pariwisata yang cukup kaya dan
beragam namun sejauh ini jumah wisatawan mancanegara hanya 8,2 juta atau sepertiga dari
jumlah wiatawan Malaysia dan Singapura. Untuk itu, sektor ini perlu dikembangkan dan menjadi
prioritas karena sektor ini setidaknya dapat menghasilkan output yang baik dalam jangka panjang
ketika dikelola dengan baik.4 Terakhir, sektor konektivitas ditetapkan untuk meningkatkan
3
Dewan Ketahanan Pangan. 2015. Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman.
Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.
4
Dikutip dari pernyataan Andrinof Chaniago dalam Seminar Sinergi Fiskal dan Moneter Era Jokowinomics 2014.
Diakes dari http://swa.co.id/swa/business-strategy/lima-sektor-prioritas-pembangunan-ekonomi
5
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
pemerataan pembangunan infrastruktur dasar dan keterhubungan antardaerah yang mana
pembangunan sektor ini sejauh ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.5
Sasaran dan Arah Kebijakan Sektor Unggulan
Guna mewujudkan target dan sasaran kelima sektor di atas, pemerintah telah menetapkan
arah kebijakan serta menyiapkan beberapa kementerian lembaga terkait yang bertanggung jawab
atas terlaksananya implementasi kelima sektor ungguan Indonesia. Di kutip dari pemaparan
Bappenas pada tahun 2014 tentang penyusunan RPJMN 2014-2019, arah kebijakan masingmasing sektor adalah sebagai berikut:6
1. Arah kebijakan pada sektor kedaulatan pangan meliputi: 1) Peningkatan ketersediaan pangan
melalui penguatan kapasitas produksi dalam negeri; 2) Peningkatan aksesibilitas masyarakat
terhadap pangan; 3) Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi
masyarakat; dan 4) Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan pangan.
2.
Arah kebijakan pada kedaulatan energi dan ketenagalistrikan yakni: 1) Meningkatkan
produksi energi primer (minyak, gas dan batubara); 2) Meningkatkan Cadangan Penyangga
dan Operasional Energi; 3) Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam bauran
energi; 4) Meningkatkan Aksesibilitas; 5) Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi;
6) Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM yang lebih transparan dan tepat sasaran; dan 7)
Memanfaatkan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA (kelistrikan).
3.
Arah kebijakan pada maritim dan kelautan adalah: 1) Penyelesaian tata batas dan batas
landas kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan pulau-pulau dan pendaftarannya; 2)
Pengaturan dan pengendalian ALKI; 3) Penguatan lembaga pengawasan laut; 4)
5
Lihat peta Desa tanpa Penghubung Antar Desa yang dikutip dari wfp.org
Bappenas. 2014. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019. Materi disampaikan dalam
Musrembang Regional di Palu tahun 2014.
6
6
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana; 5) Meningkatkan
pembangunan sistem transportasi multimoda; 6) Melakukan upaya keseimbangan antara
transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan
kewilayahan; 7) Percepatan pengembangan ekonomi kelautan; 8) Meningkatkan dan
mempertahankan kualitas, daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut; 9)
Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan SDM dan Iptek kelautan; dan
10) Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan serta masyarakat pesisir.
4.
Arah kebijakan pariwisata dan industri meliputi: 1) Pemasaran Pariwisata Nasional:
mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan manca negara dan mendorong peningkatan
wisatawan nusantara; 2) Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik
daerah tujuan wisata sehingga berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri. 3)
Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri
pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk / jasa pariwisata
nasional di setiap destinasi periwisata yang menjdai fokus pemasaran; 3) Pembangunan
Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi
kepariwisataan nasional; 4) Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa; 5)
Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar Sembilan ribu usaha;
6) Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga
Kerja).
5.
Arah kebijakan ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas meliputi: 1) Menjamin
ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air domestic;
2) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat; 3) Mempercepat pembangunan transportasi
7
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
dengan penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan
penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global;
4) Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Jaringan Jalan Kota; 5) Mengoptimalisasi
pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas; 6)
Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband termasuk di daerah perbatasan Negara;
7) Mendorong tingkat literasi dan inovasi TIK; 8) Meningkatkan peranan Energi Baru
Terbarukan dalam Bauran Energi; 9) Meningkatkan Aksesibilitas Energi.
Tepatkah Lima sektor tersebut menjadi Sektor Strategis?
Setelah mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana kelima sektor strategis tersebut
ditetapkan, selanjutnya menjadi hal yang penting untuk melihat sudah tepatkah kelima sektor
tersebut ditetapkan sebagai sektor unggulan pemerintah. Jika melihat bahwa tujuan bangsa ini
adalah menjadi bangsa yang mandiri, adil, dan makmur penetapan kebijakan ketahanan pangan
dan ketahanan energi dapat menjadi contoh bagaimana Indonesia dapat menjadi mandiri karena
perihal kebutuhan dasar berupa kebutuhan pangan dan kebutuhan energi diupayakan untuk
dipenuhi secara mandiri. Disamping itu, dengan melihat potensi Indonesia baik dalam hal iklim
yang cocok untuk bercocok tanam, luas wilayah Indonesia, serta potensi sumber daya alam yang
dapat menjadi sumber energi, maka dua sektor ini memang tepat. Pun demikian dengan sektor
maritime dan pariwisata yang memang ditetapkan berdasarkan potensi yang dimiliki Indonesia.
Adapun sektor konektivitas dan energi serta industri dapat diartikan sebagai manifestasi dari visi
mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur, karena dalam sektor ini terkandung tujuan
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Namun apa hanya demikian analisis
yang perlu dilakukan?
8
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
Bila dilihat secara umum, sektor strategis yang telah diterapkan diatas telah sesuai
dengan potensi yang dapat dikembangkan, namun bila disesuaikan dengan visi indonesia 2025,
tidak semua sektor-sektor tersebut mendukung pencapaian RPJPN yang telah ditetapkan, padahal
seharusnya RPJMN mengacu pada RPJPN sehingga terjadi pembangunan yang simultan dan
terencana. Dalam RPJPN, arah pembangunan ekonomi Indonesia sampai tahun 2025
mengamanatkan beberapa hal, yakni: peningkatan produktivitas, pengembangan rumpun industri
(industrial cluster), penggunaan teknologi informasi, peningkatan nilai tambah pada industri
sektor primer, pengembangan UKM dan Koperasi dan ketahanan pangan.7 Namun, sektor
stratergis pembangunan pemerintah seperti yang telah diuraikan diatas tidak semuanya mengarah
seperti yang diamanatkan dalam RPJPN, seperti tidak adanya program pemeritah yang menitik
beratkan pada penggunaan dan pengembangan teknologi informasi pada tiap sektor. Peningkatan
nilai tambah ada industri primer pun sepertinya juga luput dari perhatiann pemmerintah, bahkan
pada arah sektor energi dan kelistrikan yang disebutkan adalah peningkatan produksi, bukan nilai
tambah, padahal nilai tambah ini sangatlah penting untuk efisiensi pengeluaran dan optimalisasi
pendapatan. Seperti dengan pembangunan kilang-kilang minyak maka Indonesia dapat menekan
ekspor minyak mentah dan memproduksi sendiri kebutuhan bahan bakar untuk konsumsi dalam
negeri.
Selain itu, pengembangan UKM dan Koperasi belum menjadi arah pembangunan
masing-masing sektor. Bahwa memang ada pelibatan Kementerian Koperasi dan UKM di hampir
setiap sektor unggulan8, namun sifatnya hanya sebagai pendorong/supporting saja. Koperasi dan
UKM tidak masuk pada sektor unggulan untuk dibangun, padahal kontribusi Koperasi dan UKM
7
Lihat UU nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 hlm
30 – 33.
8
Lihat slide Bappenas. 2014. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019. Materi
disampaikan dalam Musrembang Regional di Palu tahun 2014. Silde ke- 18 - 27
9
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
sangat lah besar bagi peningkatan ekonomi pada sektor riil dan melahirkan multiplier effect
pengembangan ekonomi masyarakat. Bahkan, koperasi dan UKM merupakan bentuk usaha yang
paling kuat dan telah terbukti mampu sebagai penopang perekonomian nasional dari efek krisis
global seperti yang terjadi pada tahun 2008.9
Kritik diatas buka berarti menafikan keungulan program-program lain yang telah
ditetapkan oleh pemerintah seperti arah ketahanan pangan yang dijabarkan secara konprehensif
dan industrial cluster yang juga terus dikembangkan sebagai pembangunan kewilayahann dan
antar wilayah. Hanya saja, RPJMN 2015 – 2019 belum menyentuh beberapa hal yang sudah
seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai visi indonesia 2025 mengingat waktu
yang terus berjalan.
Prospek Capaian Pada tahun 2025
Untuk dapat melihat prospek capaian masing-masing sektor strategis pada tahun 2025,
tentunya kita perlu melihat seberapa jauh capaian masing-masing sektor tersebut pada kondisi
saat ini dengan melihat beberapa kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan
mengacu pada kondisi saat ini dan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sektor unggulan
yang paling mungkin dan memang sudah memenuhi target yang ditetapkan adalah sektor
pariwisata. Pada bulan Desember tahun 2015, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
berkunjung ke Indonesia bahkan telah melampaui target. Angka proyeksi wisman yang
ditetapkan oleh kementerian pariwisata sampai dengan akhir 2015 sebesar kurang lebih 10.000
wisman. Namun kenyataan pada akhir tahun 2015, jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia
adalah sebesar 10.406.759 wisman, atau naik sebesar 7,2% dari tahun sebelumnya. 10 Kenaikan
9
ILO. 2009. Implikasi Krisis Ekonomi Global terhadap Lapangan Kerja di Indonesia.
BPS
10
10
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
jumlah wisman tersebut bahkan jauh mengungguli negara competitor wisata di ASEAN seperti
Malaysia yang hanya mencapai pertumbuhan wisman 2015 sebesar 4% dan Singapura sebesar
0%. Jumlah tersebut telah menyumbang kurang lebih Rp 163 Triliun kepada devisa negara.
Melihat kenyataan yang demikianlah penulis melihat bahwa sektor ini dapat lebih mudah
tercapai pada tahun 2025.
Ketika sektor pariwisata dapat sukses menjadi sektor unggulan bagi Indonesia, maka
belum tentu demikian dengan sektor lainnya. Pada sektor ketahanan pangan misalnya, ketahanan
pangan akan terjadi ketika orang memiliki akses fisik dan ekonomi yang cukup, aman, dan
makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dan preferensi makanan
untuk aktif dan hidup sehat.11 Konsekuensinya, berbagai kebijakan pangan untuk menjamin
pasokan, diversifikasi, keamanan, kelembagaan dan organisasi pangan untuk meningkatkan
kemandirian pangan dan mengantarkan pada keswadayaan sangat diperlukan. Pemenuhan
kebutuhan pangan dengan kemandirian pangan ini sangat diperlukan oleh suatu negara agar
negara tidak bergantung pada negara lain, yang mana ketika suatu negara untuk memenuhi
kebutuhan dasar warganegaranya saja bergantung pada negara lain, maka hal ini akan
menimbulkan konsekuensi politik tertentu.12 Oleh karena itu, pengembangan Pengembangan
sektor pangan diera modern ini tidaklah cukup dengan hanya mengandalkan mekanisme
tradisional perlu juga diimbangi dengan kemajuan teknologi pangan dan pertanian agar dapat
meningkatkan produksi pertanian. Pengembangan teknologi ini penting untuk dilakukan
mengingat kondisi alam Indonesia yang tidak menentu yang dapat berpengaruh pada produksi
pertanian. Sayangnya, pengembangan teknologi semacam ini masih sangat minim di Inodonesia.
11
Socha, Teresa. (2012). Food Security in a Northern First Nations Community : An Exploratory Study on Food
Availability and Accessibility. Journal of Aboriginal Health. Vol 2 (5)
12
Syaifullah, Yunan. 2013. Ketahanan Pangan dan Pola Distribusi di Provinsi Jawa Timur. Journal of Economic
and Policy 6(2) 2013. Semarang:UNNES
11
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
Bahkan dalam arah kebijakan ketahanan pangan sendiri, kementerian riset tidak dilibatkan.
Selain itu, ketahanan pangan juga bukan berarti hanya besar dari kuantitas produksi, melainkan
memerlukan kondisi pasar yang ramah agar produk pertanian lokal dapat berkembang. Hal ini
yang belum terlihat semangatnya di Indonesia untuk mengembangkan produk pertanian lokal.
Produk pertanian lokal saat ini masih kalah dengan produk pertanian import seperti dari Thailand
dan Vietnam (khususnya untuk beras). Kekurangan-kekurangan ini yang dapat menjadi
penghambat tercapainya ketahanan pangan Indonesia pada tahun 2025. Apalagi jika melihat
fakta bahwa pada tahun 2016, Indonesia masih mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam
sebesar 1.5 juta ton.13
Pada sektor maritime, upaya untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritime yang
kuat nampaknya justru dilanggar oleh pemerintah sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan kenyataan
bahwa belum terdapat perbaikan transportasi air yang baik. Pengembangan transportasi justru
masih di arahkan untuk pembangunan jalan dan jembatan, kereta cepat, serta jembatan
penghubung antarpulau yang seharusnya jembatan ini dapat digantikan oleh transportasi air.
Disamping itu, melihat produksi ikan sendiri, memang produksi ikan Indonesia meningkat
belakangan. Sayangnya hal ini belum diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan nelayannya.
Padahal jika suatu negara berkomitmen untuk menjadi negara maritime, maka kehidupan nelayan
dan pelaut juga harus diproyeksikan menjadi lebih baik.
Sementara itu, terkait dengan sektor konektivitas, pengembangan industri ini memang
mungkin untuk tercapai, namun hanya terkonsentrasi di pulau jawa. Hal ini dapat dilihat dari
pesatnya pembangunan sarana transportasi modern di Pulau Jawa, seperti Kereta Cepat, MRT,
dan sebagainya. Pembangunan ini seolah melupakan tujuan utama dari pembangunan
13
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/01/14/o0xubu219-bulog-akan-impor-lagi-700-ribu-tonberas-dari-vietnam-dan-thailand
12
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
konektivitas adalah pemerataan konektivitas di seluruh Indonesia. Pun demikian dengan potensi
pengembangan pesawat terbang nasional yang dapat membantu keterjangkauan antar daerah
terutama di daerah-daerah dengan kontur yang tidak memungkinkan untuk dibangun sarana lalu
lintas darat dan laut yang belum di kembangkan.14
Pada sektor energi dan kelistrikan pun sangat sulit untuk dapat mencapa target pada 2025.
Indonesia terlebih bagian timur dan di pedalaman berpotensi besar akan tetap mengalami krisis
kelistrikan seperti saat ini. Banyak hal yang mendukung hipotesa tersebut, proyek pemerintah
yang mewujudkan pembangkit listrik 35.000 MW masih jauh dari harapan. Per bulan November,
realisasi pembangunan proyek listrik 35.000 MW baru mencapai 36 persen dari target akumulatif
tahun 2016. Sedangkan realisasi pembangkit Commercial Operation Date (COD) Fast Track
Program (FTP) 1 dan FTP 2, serta regular yang merupakan bagian program 7.000 MW mencapai
83 persen dari target akumulatif sampai 2016 atau 53 persen dari target keseluruhan. 15 Hal
tersebut belum termasuk 34 proyek pembangkit listrik yang sampai saat ini masih mangkrak. 16
Alternatif Industri yang Memungkinkan Menjadi Sektor Unggulan
Penulis juga melihat bahwa sebetulnya terdapat beberapa sektor-sektor lain yang ketika
sektor tersebut dikembangkan dengan baik maka sektor ini dapat memberikan kemanfaatan bagi
sektor lainnya dan tentunya bagi bangsa Indonesia. Sektor yang potensial untuk menjadi sektor
unggulan pemerintah lainnya adalah sektor dirgantara. Memang benar, dewasa ini sektor
unggulan masa Orde Baru ini menjadi redup pasca Indonesia menjadi salah satu negara yang
terkena dampak langsung dari krisis ekonomi Asia 1997. Namun, melihat geliat pengembangan
14 Harian Jurnal Asia 24 Agustus 2014. ILHAM HABIBIE | Kemampuan Kita untuk Buat Pesawat Sudah Lengkap
15
http://finance.detik.com/energi/d-3336343/jokowi-sebut-realisasi-proyek-35000-mw-masih-minim-ini-respons-pln
16
https://finance.detik.com/energi/3344168/ada-34-proyek-pembangkit-mangkrak-pln-bukan-bagian-dari-35000mw
13
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
ilmu kedirgantaraan di Indonesia saat ini tidak menutup kemungkinan bahwa industri ini dapat
menjad sektor unggulan Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini potensi dari Industri ini belum
dapat dikembangkan lebih jauh karena perhatian dari pemerintah pun belum sepenuhnya tertuju
pada potensi ini. Padahal pemutakhiran teknologi yang dapat dilihat dari produksi pesawat N219, N-241, dan R-80 hingga saat ini memungkinkan akan memberikan efek domino bagi
kemajuan bangsa. Dampak positif lain yang sangat mungkin dihasilkan dari industri ini adalah
perputaran capital dari industri ini dapat menjadi lebih cepat karena industri ini memiliki
keterkaitan ke depan dan ke belakang, termasuk pengembangan industri manufaktur sebagai
pendukung industri ini yang berarti juga memungkinkan terbukanya lapangan pekerjaan bagi
penduduk Indonesia. Selain itu ketika industri ini dapat dikembangkan dengan baik, hal ini juga
dapat memberikan deterrance effect bagi negara-negara lain dalam memandang eksistensi
Indonesia.
Disamping sektor industri berat seperti dirgantara di atas, hal yang sangat penting yang
sampai saat ini belum menjadi perhatian pemerintah adalah pengembangan sektor koperasi dan
UKM atau industri rumahan. Sebagai industri yang riil, koperasi dan UKM jelas sangat cocok
dengan tipikal negara berkembang seperti Indonesia, ditambah pula dengan sumberdaya manusia
yang melimpah atau bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia. Seharusnya, pemerintah
mendorong UKM-UKM agar berorientasi ekspor dengan meningkatkan kemampuan para pelaku
usaha UKM. Berkaca seperti di Tiongkok yang industri rumahannya bisa menembus pasar
ekspor internasional. Tiongkok memproduksi dan mengekspor alat-alat pertanian sederhana,
suku cadang motor, mainan anak-anak diproduksi dan hal-hal sejenis dalam skala rumahan saja.
14
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
KESIMPULAN
Sektor-sektor unggulan yang telah ditetapkan Pemerintah melalui RPJMN 2015 - 2019
tidak semuanya sejalan dengan target pencapaian visi Indonesia 2025 yang telah ditetapkan di
RPJPN 2005 – 2025. Padahal, seharusnya RPJMN mengacu pada RPJPN. Visi indonesia 2025
menjadi negara yang mandiri, maju, adil, dan makmur masih jauh dari kata tercapai apabila
melihat perencanaan pembangunan yang ada saat ini. Hal ini juga menegaskan hipotesa bahwa
pergantian rezim politik di Indonesia juga berarti berganti arah pembangunan nasional. Hal
tersebut tidak lah tepat karena pembangunan jangka panjang membutuhkan konsistensi dan
keberlanjutan antar waktu.
Sektor pariwisata berpotensi untuk terus berkembang dengan baik dan mencapai target
pembangunan 2025 dilihat dari upaya yang dilakukan pemerintah saat ini dan perkembannya
yang semakin positif. Namun, untuk sektor-sektor lain masih jauh dari target ketercapaian pada
2025 dinilai dari kondisi saat ini dan juga keseriusan pemerintah, seperti ketahanan pangan dan
kelistrikan yang belum terlihat adanya perkembangan yang cukup signifikan. Pemeritah juga
masih belum concern terhadap industri-industri yang memprduksi nilai tambah atas bahan-bahan
mentah yang dimiliki oleh Indonesia, meskipun hal tersebut telah diamanahkan dalam RPJPN.
Pengembangan teknologi juga masih menjadi PR bagi pemerintah, padahal dengan teknologi,
kemajuan industri dapat dicapai.
Dalam konteks pembangunan sektor strategis, pemerintah seharusnya melirik sektorsektor lain untuk dijadikan prioritas pembangunan yang dapat menciptakan kesejahteraan
masyarakat seperti industri kreatif, koperasi dan UKM serta industri padat karya lainnya. Sektor
tersebut merupakan sektor riil dan padat karya sehingga dapat berimplikasi langsung terhadap
15
Kebijakan Publik, Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia
masyarakat indonesia serta mempunyai multiplier economy effect yang cukup besar yag langsung
dapat dirasakan masyarakat.
Referensi
Buku/Laporan Resmi
Bappenas. 2014. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019. Materi
disampaikan dalam Musrembang Regional di Palu tahun 2014.
Dewan Ketahanan Pangan. 2015. Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Indonesia 2015:
Versi Rangkuman. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.
ILO. 2009. Implikasi Krisis Ekonomi Global terhadap Lapangan Kerja di Indonesia.
Jurnal
Purwaningsih, Yunastiti. (2008). Ketahanan pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 9 Nomor 1 Juni
Syaifullah, Yunan. 2013. Ketahanan Pangan dan Pola Distribusi di Provinsi Jawa Timur.
Journal of Economic and Policy 6(2) 2013. Semarang:UNNES
Socha, Teresa. (2012). Food Security in a Northern First Nations Community : An Exploratory
Study on Food Availability and Accessibility. Journal of Aboriginal Health. Vol 2 (5)
Sumber Lain
Harian Jurnal Asia 24 Agustus 2014. ILHAM HABIBIE | Kemampuan Kita untuk Buat Pesawat
Sudah Lengkap
https://finance.detik.com/energi/3344168/ada-34-proyek-pembangkit-mangkrak-pln-bukanbagian-dari-35000-mw
http://finance.detik.com/energi/d-3336343/jokowi-sebut-realisasi-proyek-35000-mw-masihminim-ini-respons-pln
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/01/14/o0xubu219-bulog-akan-impor-lagi700-ribu-ton-beras-dari-vietnam-dan-thailand
http://swa.co.id/swa/business-strategy/lima-sektor-prioritas-pembangunan-ekonomi
16