Menonton televisi studi fenomenologi ten

1. Latar Belakang
Sejak dikembangkan oleh John Logie Baird pada kisaran tahun 1920-an, televisi menjadi
salah satu produk massal yang menjanjikan baik dari segi ekonomi, efektivitas penyebaran
pesan, hingga aspek-aspek kultural. Televisi dianggap produk yang menarik karena gambar
bergerak, teks, dan bunyi bergabung sekaligus dalam satu sajian setelah sebelumnya teks
diwakili oleh koran dan bunyi oleh radio.
Kecanggihan televisi ini terukur dari penyebarannya yang luas ke seluruh dunia, hingga
status fungsinya yang bergerak terus dari barang tersier ke sekunder hingga ke primer.
Keprimeran televisi ini tidak lepas dari keragaman kualitas barang itu sendiri. Pada mulanya
televisi diproduksi satu jenis dengan satu harga saja. Namun seiring dengan perkembangan
teknologi, televisi juga mulai beragam jenis maupun kualitasnya. Ada televisi yang memang
berkualitas tinggi dan berharga mahal, ada televisi yang diciptakan dengan kualitas rendah dan
harganya relatif murah. Pada persepsi masyarakat tertentu, persoalan mahal dan murah ini tidak
jadi problem utama dari segi konten televisi itu sendiri. Karena keduanya tetap sanggup
menyiarkan stasiun televisi yang sama tanpa ada perubahan apapun.
Pemikiran-pemikiran semacam itu cukup membantu dalam masifikasi televisi di
masyarakat hingga menengah ke bawah sekalipun. Target pasar televisi meluas dan tidak lagi
berstatus barang elit. Televisi nyaris dimiliki semua kalangan tanpa memandang status
ekonominya, oleh sebab harganya yang semakin terjangkau. Fakta kepemilikan massal televisi
ini tentu saja menjadi pertimbangan bagi sebuah stasiun televisi untuk menayangkan program
yang seperti apa. Apa yang ditayangkan adalah konsumsi publik secara luas dan aspek-aspek

kultural yang ditimbulkan sedikitnya pastilah ada.

1

2. Identifikasi Masalah
Di Indonesia, jumlah stasiun televisi nasional sekarang ada tiga belas. Dari keseluruhan
stasiun televisi tersebut, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) dipilih secara acak untuk
diteliti. Pertanyaan-pertanyaan penelitian terkait dengan latar belakang penelitian adalah:
1. Dalam tayangan-tayangan atau mata acara yang ditayangkan oleh RCTI, fenomena
apa saja yang bisa ditemukan secara tampak?
2. Pengaruh apa saja yang mungkin dihasilkan dari menyaksikan RCTI?
3. Etika apa yang ditawarkan oleh RCTI?
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi yang dicetuskan pertama kali oleh
Edmund Husserl (1859-1938). Fenomenologi mengritik metode positivisme yang mengotakkan
dunia, mengajukan asumsi, dan pada akhirnya lupa pada apa yang tampak. Fenomenologi berasal
dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu phainomenon dan logos. Jika diartikan maka
fenomenologi berarti “ilmu tentang apa yang tampak”. Menggunakan metode fenomenologi juga
berarti menggunakan tanda kurung (epoche). Artinya, segala hal yang stereotip dan asumtif
“disimpan” terlebih dahulu, agar tidak mereduksi nilai pengalaman itu sendiri. Contoh:

Air secara positivistik disebut H2O. Bagi fenomenologi, ketika ingin meneliti tentang air,
maka air sebagai H20 harus disimpan terlebih dahulu di dalam tanda kurung. Artinya, menunda
penilaian agar pengalaman tentang air tidak “dicemari” oleh sebuah asumsi sebelumnya. Pada
akhirnya, hasil penelitian mungkin membawa kita pada air yang “sesuai dengan apa yang tampak
sekaligus dialami”. Misalnya, air sebagai sarana berwudhu, air sebagai salah satu bagian dari
ritual, air sebagai obat, dan sebagainya.

2

Contoh di atas, meskipun akan membawa pada suatu keragaman, namun yang demikian
justru yang diincar oleh fenomenologi. Bahwa pengalaman manusia secara fenomenologis
memang berbeda-beda, termaksud pemahamannya akan sesuatu. Paradigma positivistik dianggap
telah menghindarkan manusia pada pemahaman personal akan fenomena yang dialaminya.

4. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di sebuah rumah di Jalan Rebana nomor 10, Bandung.
Waktu penelitian adalah sebagai berikut:
No.
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Hari/ Tanggal
Selasa, 18 Oktober 2011
Selasa, 18 Oktober 2011
Rabu, 19 Oktober 2011
Rabu, 19 Oktober 2011
Rabu, 19 Oktober 2011
Kamis, 20 Oktober 2011
Kamis, 20 Oktober 2011
Kamis, 20 Oktober 2011

Waktu
00.10 – 00.50
07.15 – 13.00

01.00 – 03.45
08.00 – 10.00
19.00 – 23.00
01.45 – 03.45
12.30 – 14.30
17.30 – 22.00

Durasi
40 menit
5 jam 45 menit
2 jam 45 menit
2 jam
4 jam
2 jam
2 jam
4 jam 30 menit
23 jam 40 menit

5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyaksikan televisi berukuran 40 (empat puluh)

inci layar datar menayangkan stasiun televisi RCTI. Remote control digunakan bukan untuk
memindahkan saluran, melainkan untuk mematikan atau menghidupkan mode mute atau
penghilangan suara. Penyaksian acara televisi dilakukan dari jarak sekitar dua setengah meter.

6. Kerangka Konseptual
6.1.
Televisi

3

Televisi diambil dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tele dan visio. Tele berarti jauh
dan visio berarti penglihatan. Dalam penyebutan sehari-hari, kata “televisi” bisa diartikan dua
hal, yaitu televisi sebagai benda (television set), ataupun program-program yang ditayangkan
oleh televisi (television programme). Pada perkembangannya, televisi tidak hanya menayangkan
program-program televisi (yang disambungkan lewat transmiter), melainkan juga rekamanrekaman seperti Laserdisc, DVD, atau Blu-Ray. Program televisi yang ditayangkan via internet
kemudian disebut juga dengan internet television.
Meski pengembangan televisi dilakukan oleh beberapa orang dalam periode waktu yang
berbeda-beda, namun sering disepakati bahwa salah satu tokoh penting dalam pengembangan
televisi adalah John Logie Baird, seorang ilmuwan asal Skotlandia. Perkembangan signifikan
televisi ia kerjakan sejak tahun 1920 dengan nama televisor. Ia sukses menayangkan gambar

hidup, bergerak, dan hitam putih dengan resolusi yang cukup jelas. Penggunaan Nipkow disk
dianggap sebagai salah satu faktor kunci dalam keberhasilan tayangan televisi pertama di dunia
tersebut.
Setelah penemuan itu, rentang waktu tahun 1930 hingga 1933 tercatat sebagai era
produksi massal televisi pertama yang langsung terjual hingga ratusan unit. Pada perkembangan
berikutnya, televisi diproduksi besar-besaran di berbagai negara. Misalnya, 19.000 unit
diproduksi di Inggris dan 1.600 unit di Jerman sebelum Perang Dunia II berlangsung.
Pada tahun 1953 untuk pertama kalinya di Amerika Serikat diperkenalkan televisi
berwarna. Meski dianggap teknologi mutakhir, namun respon pasar tidak langsung positif
terhadap televisi berwarna ini. Beberapa penyebabnya adalah belum banyak stasiun televisi yang
menyiapkan acara untuk televisi berwarna serta harganya yang cukup mahal. Di akhir tahun

4

1960-an, televisi berwarna semakin diterima dan menjadi televisi standar yang ditonton
masyarakat Amerika Serikat.
Sejak tahun 1980-an, perkembangan televisi semakin pesat. Remote control atau
pengendali jarak jauh ditemukan, yang dilanjutkan dengan televisi layar datar. Setelah itu juga
televisi dapat digunakan untuk bermain video game ataupun menyaksikan rekaman video dari
luar.

Perkembangan maupun penjualan televisi di seluruh dunia tersebut linear juga dengan
perkembangan stasiun televisi yang bertugas menayangkan program-program untuk televisi.
Indonesia sendiri mempunyai stasiun televisi dari sejak tahun 1962 bernama Televisi Republik
Indonesia (TVRI). Setelah 27 tahun menjadi stasiun televisi tunggal, tahun 1989 muncul untuk
pertama kalinya stasiun televisi swasta bernama Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI).

6.1.1. Rajawali Citra Televisi Indonesia
Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) adalah stasiun televisi swasta pertama di
Indonesia yang mengudara perdana pada tanggal 24 Agustus 1989. RCTI yang mempunyai visi
“Media Utama Hiburan dan Informasi” ini mempunyai beberapa jenis mata acara:
1. Sinetron
Sinetron merupakan salah satu tayangan unggulan di RCTI. Sinetron sendiri
merupakan akronim dari sinema elektronik. Tayangannya berupa serial yang
seringkali bertemakan drama. Tercatat ada tiga sinetron yang ditayangkan
setiap hari yaitu Dewa, Anugerah, dan Putri yang Ditukar.
2. Musik

5

Tayangan musik unggulan RCTI adalah Dahsyat yang ditayangkan setiap hari.

Formatnya adalah penayangan video klip disertai sajian-sajian variatif dari
ketiga (atau keempat) presenter.
3. Berita
Seputar Indonesia adalah andalan RCTI dalam penayangan berita. Seputar
Indonesia terbagi empat tayangan, yaitu Seputar Indonesia, Seputar Indonesia
Pagi, Seputar Indonesia Siang, dan Seputar Indonesia Malam. Masing-masing
ditayangkan selama tiga puluh menit.
4. Olahraga
Tayangan olahraga unggulan RCTI adalah tayangan sepakbola. Ada tiga
siaran langsung yang rutin ditayangkan RCTI yakni siaran langsung
Kualifikasi Piala Eropa 2012, UEFA Champions League, dan UEFA Europa
League. Saat ini RCTI juga bekerjasama dalam penayangan SEA Games ke26.
5. Infotainment
Infotainment adalah akronim dari informasi dan entertainment. Formatnya
seperti tayangan berita namun kontennya seringkali terkait dengan beritaberita seputar selebriti. Adapun yang disajikan tidak semata-mata fakta,
melainkan sesuatu yang dianggap punya nilai hiburan seperti gosip atau
investigasi. Infotainment yang sedang berjalan di RCTI adalah Intens, Cek
dan Ricek, Kabar Kabari, Go Spot dan Silet.
6. Film
Film terbagi dua, yaitu lokal dan mancanegara. Biasanya film ini bersifat

lepas (tidak serial) dengan durasi sekitar sembilan puluh menit hingga dua
jam.
7. Reality Show

6

Reality Show adalah mata acara yang materi tayangannya diangkat dari
spontanitas keseharian. Reality Show andalan RCTI kali ini adalah Hebad,
yang merupakan akronim dari Heboh Bareng Limbad.
8. Program Anak
Pada hari Sabtu dan Minggu, RCTI rutin menayangkan Program Anak yang
bermaterikan film animasi dengan tema-tema yang sekiranya relevan dengan
dunia anak-anak. Contoh Program Anak adalah film Tom and Jerry,
Doraemon dan 102 Dalmatians.
9. Religi
RCTI rutin menayangkan acara Religi setiap jam empat dinihari yaitu
Assalamu’alaikum Ustadz. Membahas persoalan sehari-hari dari kacamata
agama Islam, yang sebagian dari materi yang dibicarakan adalah kiriman
pemirsa lewat fax, e-mail, SMS ataupun 3G.
Di situs www.rcti.tv, profil perusahaan ditulis sebagai berikut:

“Tanggal 24 Agustus 1989, RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di
Indonesia mulai mengudara secara terrestrial di Jakarta. Menayangkan berbagai
macam program acara hiburan, informasi dan berita yang dikemas dengan
menarik. RCTI tumbuh dengan cepat menjadi agen perubahan dan pembaharu
dalam dinamika sosial masyarakat di Indonesia.
Saat ini RCTI merupakan stasiun televisi yang memiliki jaringan terluas di
Indonesia. Melalui 48 stasiun relay-nya program-program RCTI disaksikan oleh
sekitar 180 juta pemirsa yang tersebar di 302 kota di seluruh Nusantara, atau kirakira 80 % dari jumlah penduduk Indonesia. Kondisi demografi ini disertai
rancangan program-program menarik diikuti rating yang bagus, menarik minat
pengiklan untuk menayangkan promo mereka di RCTI.
Sejak awal, cita-cita RCTI adalah menciptakan serangkaian acara unggulan dalam
satu saluran, yang memungkinkan para pengiklan memilih RCTI sebagai media
iklan-iklan mereka. Cita-cita itu menjadi nyata karena sejak berdiri hingga saat ini
RCTI senantiasa menjadi market leader. Hingga tahun 2007, RCTI tetap
mempertahankan posisi market leader deangan pangsa pemirsa mencapai 17,9 %
(ABC 5+) dan 17,5% (all demo). RCTI juga berhasil mempertahankan pangsa
periklanan televisi tertinggi sebesar 15,2 % seperti dilaporkan oleh AGB Nielsen
Media Research.
7


Di RCTI, kualitas bukanlah kata tanpa makna, melainkan
harmonisasi dari kreatifitas,

idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan, dan
do’a. Enam (6) aspek tersebut tercermin dan mewarnai program-program RCTI
yang mengusung motto “Kebanggaan Bersama Milik Bangsa” namun tampil
dalam kemasan yang “oke”. Kualitas Program-program RCTI pada akhirnya
mengantarkan RCTI untuk selalu menjadi yang terdepan dalam industri penyiaran
TV di Indonesia.”
Berikut adalah perkembangan logo RCTI dari awal berdiri hingga sekarang:

Logo awal
RCTI

6.2.

Logo RCTI tahun 2000

Logo 14 tahun RCTI

Etika
Logo 15 tahun RCTI

Logo 17 tahun RCTI

Logo RCTI sekarang

Etika adalah cabang filsafat yang bertemakan tentang “apa yang baik” atau “apa yang
seharusnya dilakukan manusia dalam hubungannya dengan sesama”. Etika termasuk ke dalam
aksiologis, yaitu mengarah pada filsafat

praktis. Etika berasal dari kata

dalam
bahasa
Yunani yaitu ethikos yang berarti “timbul dari kebiasaan”. Ada beberapa pendapat dari para filsuf
tentang “apa yang baik”, misalnya:


Sokrates mengatakan bahwa yang baik adalah eudaimonia atau kebahagiaan.

8



Paham Hedonisme mengatakan bahwa yang baik adalah menjauhi rasa sakit dan



mendekati kenikmatan.
Paham Utilitarianisme mengatakan bahwa yang baik adalah yang berguna bagi



orang banyak.
Immanuel Kant mengatakan bahwa yang baik adalah apa yang dibayangkan



secara universal sebagai baik.
Jean Paul Sartre mengatakan bahwa yang baik adalah ketika manusia
bertanggungjawab pada apa yang dipilihnya.

Jika mengaitkan dengan bidang lain seperti misalnya etika berpolitik, maka hal tersebut
berbicara tentang bagaimana berpolitik “yang baik”, demikian halnya dengan etika ekonomi,
etika berbusana, etika komunikasi, dan lain sebagainya.
7. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan lewat aktivitas menonton televisi yang dilakukan selama 23 jam 40
menit. Berdasarkan aktivitas tersebut, diperoleh pengelompokan tayangan yang dialami, sebagai
berikut:

No.

Kategori Tayangan

Judul Tayangan

1.

Sinetron

Dewa
Putri yang Ditukar
Anugerah
Si Doel Anak Sekolahan

Waktu Tayang

Waktu Tayang
yang Dialami
Setiap
hari, 3 jam
pukul 18.00 –
20.00
Setiap
hari, 2 jam
pukul 20.00 –
21.00
Setiap
hari, 2 jam 30 menit
pukul 21.00 –
22.30
Senin – Jumat, 30 menit
pukul 06.45 –
9

2.

Musik

3.

Berita

4.

5.

6.

7.

Olahraga

Infotainment

Film (Mega Sinema)

Iklan

07.45
Dahsyat
Setiap
hari,
pukul 07.45 –
10.45
Seputar Indonesia Siang
Setiap
hari,
pukul 12.00 –
12.30
Seputar Indonesia Malam Setiap
hari,
pukul 01.00 –
01.30
Siaran Langsung UEFA Rabu,
19
Champions League: Real Oktober, pukul
Madrid vs Lyon
01.45 – 03.45
Siaran Langsung UEFA Kamis,
20
Champions
League: Oktober, pukul
Barcelona vs Plzen
01.45 – 03.45
Intens
Setiap
hari,
pukul 11.00 –
12.00
Silet
Setiap hari pukul
17.30 – 18.00
7 Hari 7 Kekasih
Senin - Selasa,
17 – 18 Oktober,
pukul 23.00 –
01.00
Busway Jurusan Cinta
Selasa,
18
Oktober, 12.30 –
14.30
Jamu Tolak Cinta
Kamis,
20
Oktober, 12.30 –
14.30
Tidak diketahui

5 jam
30 menit
30 menit
2 jam
2 jam
1 jam
30 menit
40 menit

30 menit
2 jam
Termasuk
ke
dalam tayangan
23 jam 40 menit

Dari hasil menyaksikan tayangan-tayangan tersebut, diperoleh beberapa pengalaman
sebagai berikut:
7.1.

Gambar, Bunyi, dan Teks
Gambar diartikan sebagai fenomena yang ditangkap oleh indra penglihatan.
Sedangkan bunyi adalah fenomena yang ditangkap oleh indra pendengaran. Teks

10

adalah bahasa yang ditangkap oleh indra penglihatan, dapat berupa huruf, kata, atau
kalimat. Teks dalam hal ini berarti teks yang berada “di dalam” tayangan. Artinya,
teks-teks seperti judul tayangan yang berada di pembuka atau penutup tidak
dikategorikan sebagai teks. Selain itu, teks yang dimaksud adalah teks yang
mempunyai korelasi dengan apa yang ditayangkan. Running text yang berisikan iklan
ataupun informasi tayangan di luar tayangan yang tengah disajikan, bukan termasuk
ke dalam teks.
Televisi ternyata tidak identik dengan gambar. Banyak tayangan di RCTI adalah
gabungan dinamis dari gambar (visual), bunyi (audio), dan teks. Beberapa kali
percobaan dilakukan dengan melakukan mute atau penghilangan suara. Hasil yang
didapat adalah sebagai berikut:
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kategori Tayangan
Sinetron
Musik
Berita
Olahraga
Infotainment
Film
Iklan

Gambar








Teks

Bunyi













Ketika bunyi dihilangkan
Tidak dapat dipahami
Tidak dapat dipahami
Dapat dipahami
Dapat dipahami
Tidak dapat dipahami
Dapat dipahami
Dapat dipahami

Maksud dari “tidak dapat dipahami” adalah:
 Hubungan antar adegan tidak mengarah pada narasi tertentu yang terstruktur.
 Kemungkinan ketidaksesuaian antara persepsi pemirsa dengan pesan yang



hendak disampaikan oleh tayangan.
Dalam konteks sinetron dan film, “tidak dapat dipahami” lebih berkaitan
dengan jalan cerita atau plot dibanding ending atau adegan per adegan.
Contoh: Dua orang yang sedang mengobrol, pemirsa mungkin memahami
bahwa keduanya sedang mengobrol. Tapi obrolan ini tidak dapat dipahami

11

akan mengarahkan cerita ke mana, atau adegan berikutnya tidak ada hubungan
logis (anteseden-konsekuen) dengan adegan sebelumnya.
Satu per satu tayangan dapat dijabarkan sebagai berikut:


Sinetron, meskipun secara garis besar dapat diketahui yang mana protagonis
dan yang mana antagonis (pengamatan berdasarkan stereotip), namun jalan
cerita itu sendiri tidak dapat dipahami tanpa bunyi. Hal tersebut berdasarkan
fakta bahwa dalam sinetron sering sekali terdapat dialog-dialog yang pada
dasarnya bermaksud untuk menjelaskan suatu alur cerita. Kenyataan bahwa
sinetron adalah film yang berformat serial juga memengaruhi tingkat kesulitan



dalam memahami jalan ceritanya.
Musik, sudah cukup jelas, bahwa tanpa bunyi maka jalinan gambar tidak



menjelaskan musik itu sendiri.
Berita dapat dipahami karena meskipun suara voice over sangat mendukung
visual, namun selalu terdapat teks yang amat membantu mengilustrasikan apa
yang diberitakan. Misalnya, berita tentang pernikahan Putri Keraton
Yogyakarta, bisa dipahami dengan teks “Pernikahan Putri Keraton
Yogyakarta”. Meskipun tidak mendapatkan detail yang diperoleh dari suara,
namun jalinan gambar itu sendiri dapat dipahami berdasarkan teks ilustrasi.
Selain itu, maksud dari berita itu untuk sekedar menyampaikan sebuah berita



dianggap cukup hanya dengan gambar dan teks.
Olahraga, cukup jelas. Selama mengetahui aturan dari olahraga itu sendiri,
maka keberadaan bunyi menjadi tidak signifikan. Misalnya, menonton
sepakbola di televisi, meskipun tanpa bunyi, tetap dapat diketahui jika gol
atau tidak dengan memahami aturan-aturan bermain sepakbola.
12



Infotainment tidak dapat dipahami tanpa bunyi karena basis narasinya
berasal dari presenter serta voice over. Teks ilustrasi cukup membantu dalam
menjelaskan kejadian, namun penyajian gambar yang tidak naratif menjadikan
detail-detail menjadi kabur. Maksud dari infotainment mempunyai perbedaan
dengan berita. Infotainment ingin menyajikan detail tentang fenomena,
bahkan berupaya untuk menginterpretasinya. Sedangkan berita hanya
menyajikan fakta. Maka pada titik ini, bunyi menjadi penting sebagai sumber



penyampaian interpretasi paling utama.
Film tanpa bunyi, cukup dapat dipahami secara alur cerita, meskipun
kehilangan banyak detail. Dalam film, penyajian visual cukup naratif dan



dipadatkan sehingga mengurangi dialog yang dianggap bertele-tele.
Iklan tanpa bunyi, teks dan gambarnya cukup jelas dalam mempresentasikan
maksudnya.

Ketika gambar yang “dihilangkan”, dalam artian penelitian tidak lagi melihat ke televisi
melainkan hanya fokus saja pada bunyinya, maka hal-hal seperti ini yang diperoleh:
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kategori Tayangan
Sinetron
Musik
Berita
Olahraga
Infotainment
Film
Iklan

Gambar








Teks

Bunyi













Ketika gambar dihilangkan
Dapat dipahami
Dapat dipahami
Dapat dipahami
Dapat dipahami
Dapat dipahami
Dapat dipahami
Dapat dipahami

Maksud dari “dapat dipahami” artinya:


Hubungan antar adegan mengarah pada narasi tertentu yang terstruktur.

13



Kemungkinan terjadi kesesuaian antara persepsi pemirsa dengan pesan yang



hendak disampaikan oleh tayangan.
Dalam konteks sinetron dan film, “dapat dipahami” lebih berkaitan dengan
jalan cerita atau plot dibanding ending atau adegan per adegan.

Satu per satu tayangan dapat dijabarkan sebagai berikut:


Sinetron dapat dipahami tanpa gambar oleh sebab dialog yang sangat jelas.
Musik latar juga sangat mendukung narasi. “Mendengarkan” sinetron tidak
ubahnya seperti mendengarkan sandiwara radio. Bahwa tanpa gambar,
seyogianya segala aspek cerita diupayakan mudah dipahami. Seperti misalnya,
dalam

sinetron Anugerah,

terdapat

adegan

dimana

seseorang

sulit

menggerakkan kakinya di tempat tidur rumah sakit oleh sebab cedera. Maka
pun ia tetap mengungkapkan secara lisan, “Mengapa kaki saya tidak dapat
bergerak?” Contoh lain, jika dua tokoh saling berjumpa secara tiba-tiba, satu
tokoh menyebut nama tokoh satunya, “Nabila,” sehingga dapat diketahui
dengan siapa ia berjumpa. Secara sederhana, dapat diartikan bahwa aspek



audio dalam sinetron sanggup merangsang visualisasi.
Musik tanpa gambar, cukup jelas. Esensi musik itu sendiri tersampaikan.
Berita tanpa gambar, cukup jelas. Narasi penyiar serta voice over cukup



menggambarkan detail berita itu sendiri.
Olahraga tanpa gambar, selama terdapat voice over, maka dapat dipahami.



Contohnya seperti pertandingan Persib Bandung di radio RRI.
Infotainment tanpa gambar, selama terdapat voice over, maka dapat
dipahami.

14



Seperti halnya sinetron, film juga mempunyai detail yang dijabarkan secara
jelas lewat dialog-dialog maupun musik yang dihadirkan. Efeknya seperti



mendengarkan sandiwara radio yang juga merangsang visualisasi.
Iklan dapat dipahami tanpa gambar karena voice over selalu menyebutkan
produk maupun slogannya.

Untuk memperkuat pentingnya peran bunyi, diperoleh hasil pengamatan bahwa
keseluruhan tayangan di RCTI menggunakan musik sebagai latarnya. Tidak hanya ketika awal
tayangan ataupun penutup tayangan, ketika dialog pun musik selalu menjadi latar. Pengecualian
terjadi pada acara Seputar Indonesia. Ketika penyiar membacakan berita ataupun berita itu
sendiri ditayangkan, tidak ada musik di latarnya. Musik adalah sajian utama dalam tayangantayangan di RCTI. Hampir setiap tayangan mempunyai elemen musik besertanya.

7.2.

Slogan

Dalam tayangan RCTI, keberadaan iklan termasuk dominan. Iklan yang dimaksud di sini
adalah iklan yang berdiri sendiri, bukan iklan berupa running text ataupun yang bergabung
dengan suatu acara tertentu. Iklan yang dimaksud juga terbatas pada iklan komersil, bukan iklan
tayangan lainnya atau iklan layanan masyarakat.
Durasi penayangan iklan berbeda-beda tergantung dari acara maupun waktunya. Pada
acara Dahsyat misalnya, iklan dapat ditampilkan selama sembilan menit per tayang dengan
masing-masing iklan berlangsung sekitar lima belas detik. Sedangkan pada penayangan sinetron,
iklan berlangsung selama enam menit per tayang. Pada tayangan olahraga, iklan berlangsung
selama tiga menit per tayang.
15

Setiap iklan mempunyai slogan. Slogan tersebut ditujukan untuk menarik konsumen agar
membeli produknya. Apa yang dibicarakan dalam slogan seringkali berupa generalisasi, metafor
maupun superlativitas. Berikut tiga puluh iklan yang paling sering muncul beserta slogannya:
Nama Produk
Konimex
Konimag
Shinzui
Gillette Vector
Astra
Indomilk
Pepsodent
So Klin

9.
10.
11.
12.
13.

Biskuit Roma
Bango
Sunlight
Teh Botol Sosro
Lux

14.

Magnum

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.

Smart
Kapal Api
High End
Presinutri
Inza
Fastron
Baygon
Citra
Waltz Fruit Salad
Sunlight
Ajinomoto
Pepsodent
Simas
Surf

29.
30.

Chitato
So Klin

7.3.

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Slogan
Ikut Menyehatkan Bangsa
Lambung Enak, Sekali Tenggak
Karena Putih itu Shinzui
Tuntas dengan Satu Gerakan
Power of Freedom
Kebaikan Susu untuk Semua
Produk Pasta Sensitif #1 di Indonesia
Paling Lembut Paling Harum tak
Tertandingi
Tradizi Lezat, Tradisi Sehat
Benar-Benar Kecap
Bersihkan Lemak Sekali Usap
Asli Segarnya
Mengubah Kulitmu jadi Selembut
Sutra
Manjakan Dirimu dalam Kenikmatan
yang Mewah
Tidak Lelet itu Cara Hidup Smart
Secangkir Semangat untuk Indonesia
Inspire your Life
Presinutri Membantu Prestasi
Solusi Atasi Gejala Flu
Maximum Supports
Nonjok Nyamuk sampai Rontok
Awali Cantikmu
Jadikan Akhir Pekan Lebih Istimewa
100x Lebih Higienis
Eat Well, Live Well
Membuat Hidup Lebih Istimewa
Ada Senyum di Balik Kelezatan
Dapatkan Putih Cemerlang Surf
Sekarang
Live is Never Flat
So Putih, So Bersih, Hanya So Klin
Pemutih

Stereotip
16

Pada tayangan-tayangan yang dialami, selalu ada aktor, artis atau presenter yang menjadi
sentral dalam acara. Sentralitas itu sendiri ditandai dengan kehadirannya yang relatif sering
dalam acara. Masing-masing aktor, artis, atau presenter itu sendiri jika diamati mempunyai ciriciri fisik tertentu:

No.

Kategori
Tayangan

Judul Tayangan

Aktor/Artis/Presenter
yang Sering Muncul

1.

Sinetron

Dewa

Naysilla Mirdad

Jenis
Kelamin
(L/P)
P

Aura Kasih

P

Cindy Fatikasari

P

Tengku Firmansyah

L

Nikita Willy

P

Glenn Alinskie

L

Rezky Aditya

L

Yasmine Wildblood

P

Nabila Syakieb

P

Dhini Aminarti

P

Sheila Marcia

P

Alexandra Gottardo

P

Anak Benyamin Syu’Aib

L

Putri yang Ditukar

Anugerah

Si
Doel
Sekolahan

Aminah Cendrakasih

P

Rano Karno

L

Ciri-ciri
(Stereotip)

fisik

Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit agak
putih,
berambut
panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Gemuk,
berkulit
hitam,
berambut
pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Gemuk,
berkulit
17

2.

3.

4.

5.

6.

Musik

Berita

Olahraga

Infotainment

Suti Karno

P

Mandra

L

Basuki

L

Olga Syahputra

L

Raffi Ahmad

L

Ayu Ting-Ting

P

Olla Ramlan

P

Seputar
Indonesia
Siang
Seputar
Indonesia
Malam
Siaran
Langsung
UEFA
Champions
League: Real Madrid
vs Lyon
Siaran
Langsung
UEFA
Champions
League: Barcelona vs
Plzen
Intens

-

L

-

L

Tio Nugroho

L

Titis Widyatmoko

L

Tio Nugroho

L

Titis Widyatmoko

L

-

P

Silet

Indah Setyani

P

Raffi Ahmad

L

Acha Septriasa

P

Ricky Balweel

L

Acha Septriasa

P

Irwansyah

L

Revalina S. Temat

P

Dahsyat

Film (Mega 7 Hari Kekasih
Sinema)
Busway Jurusan Cinta

Jamu Tolak Cinta

hitam,
berambut
pendek
Gemuk,
berkulit
hitam,
berambut
pendek
Kurus, berkulit hitam,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit hitam,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
Kurus, berkulit putih,
berambut pendek
Kurus, berkulit putih,
berambut panjang
18

8. Simpulan
Dalam hal ini, etika yang dianut oleh RCTI bukanlah sesuatu yang tersurat atau eksplisit.
Namun demikian, setelah mengalami menyaksikan RCTI beberapa jam, dapat dilihat beberapa
hal yang ingin ditonjolkan lewat tayangan-tayangan. Mengingat sifat massal kepemilikan
televisi, maka apa yang ditayangkan dapat diasumsikan adalah apa yang dianggap menghibur
bagi masyarakat, atau apa yang RCTI inginkan hal itu menjadi menghibur bagi masyarakat. Hal
tersebut mempunyai pertimbangan etis terlebih jika mengingat hubungan koherensi bahwa yang
menghibur itu baik.
Etika yang ditonjolkan pertama adalah lewat stereotip. Berdasarkan pengamatan hampir
24 jam di depan RCTI, hampir seluruh penampilan pria adalah berciri-ciri fisik kurus, berambut
pendek, dan berkulit putih. Sedangkan perempuan hampir seluruhnya berciri-ciri fisik kurus,
berambut panjang, dan berkulit putih. Jika ditambahkan premis yang mengandung unsur etikal,
maka akan terjadi kesimpulan seperti ini:
Premis Mayor: Apa yang sering ditayangkan itu baik.
Premis Minor: Pria yang berciri-ciri fisik kurus, berambut pendek, dan berkulit putih itu
sering ditayangkan.
Kesimpulan: Pria yang berciri-ciri fisik kurus, berambut pendek, dan berkulit putih itu
baik.

Berdasarkan oposisi biner, jika pria yang berciri-ciri fisik kurus, berambut pendek, dan
berkulit putih itu baik, maka hal yang persis sebaliknya yaitu pria yang berciri-ciri gendut,
berambut panjang, dan berkulit hitam itu tidak baik. Hal yang demikian berlaku pula bagi

19

perempuan yang sering ditayangkan oleh RCTI sebagai berciri-ciri fisik kurus, berambut
panjang, dan berkulit putih.
Hal ini juga berlaku pada slogan – slogan iklan yang seringkali mengandaikan ada asumsi
kebaikan etik. Misalnya iklan kartu Smart: “Tidak lelet itu cara hidup Smart”. Slogan ini dapat
diasumsikan berangkat dari asumsi bahwa yang lelet itu tidak baik. Contoh akan digabungkan
dengan slogan Shinzui: “Karena putih itu Shinzui.”
Premis Mayor: Tidak lelet itu baik.
Premis Minor: Tidak lelet itu cara hidup Smart.
Kesimpulan: Cara hidup Smart itu baik.

Premis Mayor: Putih itu baik
Premis Minor: (Karena) Putih itu Shinzui
Kesimpulan: Shinzui itu baik.

Atau secara konstruktif dapat dicurigai sebaliknya. Bahwa justru kedua produk diatas
bukan mengasumsikan segala sesuatu itu baik, tapi berangkat dari diri sendirinya baik, lalu
kemudian merumuskan apa yang baik.
Premis Mayor: Smart itu baik.
Premis Minor: Tidak lelet itu cara hidup Smart.
Kesimpulan: Tidak lelet itu baik.

Premis Mayor: Shinzui itu baik
Premis Minor: (Karena) Putih itu Shinzui
Kesimpulan: Putih itu baik.

20

Premis-premis ini dapat diterapkan ke iklan-iklan lainnya dengan mengasumsikan adanya
hubungan koherensi dengan apa yang dianggap baik. Pada titik ini didapati bahwa iklan juga
mempunyai pertimbangan etika apa yang sedang berkembang di masyarakat untuk lalu dikemas
menjadi slogan iklan. Atau, secara konstruktif, iklan mempunyai peran dalam menjadi
pertimbangan tentang apa yang baik bagi masyarakat.
Setelah mengamati kaitan antara gambar, teks, dan bunyi yang muncul di televisi dimana
bunyi memegang peran yang lebih dominan. Maka dapat disimpulkan bahwa gambar berfungsi
sebagai penguat impresi yang ditimbulkan oleh bunyi. Tanpa gambar, bunyi itu sendiri sudah
memberikan suatu gambaran visual yang jelas dan runut. Dalam kalimat yang lebih sederhana,
maka tayangan-tayangan RCTI adalah cerita bergambar dan bukan gambar bercerita. Selain itu,
fakta bahwa hampir tidak ada suatu tayangan pun yang tanpa musik, menunjukkan suatu
signifikansi peran musik dalam penyampaian pesan. Hal tersebut juga masih berkaitan dengan
pengaruh keberadaan bunyi yang melampaui gambar.

9. Renungan
RCTI mempunyai visi utama yaitu “Media Utama Hiburan dan Informasi”. Mengacu
pada pengalaman fenomenologis yang telah dilakukan selama 24 jam menonton acara-acaranya,
timbul beberapa pertanyaan: Apakah itu hiburan? Apakah itu informasi? Betulkah apa yang
ditayangkan adalah menghibur? Betulkah apa yang diinformasikan betul-betul sesuatu yang kita
perlu ketahui?

21

Terkait dengan hiburan, barangkali manusia merasa terhibur dengan sajian fenomena
dari ruang dan waktu yang di luar dirinya, terlepas apapun itu kontennya. “Manusia,” kata Elias
Canetti, “Sebetulnya senang mendengar orang lain mati, karena ia lega bukan dirinya yang
mati.” Apapun yang disajikan televisi, meskipun berkaitan dengan kekerasan, kematian, atau
caci maki, pada titik tertentu menimbulkan kesenangan tersendiri semata-mata karena “itu terjadi
pada orang lain”.
Sokrates pernah ke kedai serba ada. Ketika melihat barang di rak yang amat banyak, ia
berkata, “Oh, amat banyak hal yang tidak kuperlukan!” Persoalan informasi berhadapan dengan
pertanyaan: Apakah ini yang kubutuhkan, kuinginkan atau justru tidak butuh dan tidak ingin,
tapi terpaksa diterima? Ini juga problem yang berkaitan dengan penayangan infotainment
misalnya. Hal-hal seperti lamaran, hubungan personal, atau bahkan jerawat yang tumbuh di pipi
seorang artis, barangkali patut dipertanyakan tingkat keperluannya pada dunia keseharian kita.
Pada porsi tertentu, bisa saja yang demikian adalah hiburan, sesuatu yang memang “resiko
selebriti” ketika segala-galanya menjadi konsumsi publik. Namun perlu dipertimbangkan juga
kadar yang diterima pemirsa mengenai hal itu, dengan hal lain yang dirasa perlu diangkat untuk
mengimbanginya. Misalnya, tema-tema edukasi atau apa yang dibilang kritikus film Eric Sasono,
“Persoalan bangsa ini adalah korupsi, tapi berapa banyak sih film yang mengangkat tema anti
korupsi?”

22

DAFTAR PUSTAKA

Buku


Adler, Richard. Understanding Television: Essays on Television as a Social



and Cultural Force. Praeger Publishers. New York: 1981.
Casey, Bernadette. Television Studies: The Key Concepts. Routledge. New
York: 2008.

Internet



www.rcti.tv
www.wikipedia.org

23