PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI (Studi Kasus Industri Tahu Sari Murni Surakarta)

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI (Studi Kasus Industri Tahu Sari Murni Surakarta)

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ITA DESTIANA I1305036 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi :

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI (Studi Kasus Industri Tahu Sari Murni Surakarta)

Ditulis oleh:

Ita Destiana

I 1305036

Mengetahui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing II

Bambang Suhardi, ST, MT Rahmaniyah Dwi A, ST, MT NIP. 19740520 200012 1 001

NIP. 19760122 199903 2 001

Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS

Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1 001

Pembantu Dekan I Ketua Jurusan Fakultas Teknik

Teknik Industri UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Lobes Herdiman, MT NIP 19561112 198403 2 007

NIP 19641007 199702 1 001

ii

LEMBAR VALIDASI

Judul Skripsi :

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI (Studi Kasus Industri Tahu Sari Murni Surakarta)

Ditulis oleh: Ita Destiana

I 1305036

Telah disidangkan pada hari Jumat tanggal 30 April 2010 Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan

Dosen Penguji

1. Taufiq Rochman, STP, MT NIP 19701030 199802 1 001

2. Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT NIP. 19791005 200312 1 003

Dosen Pembimbing

1. Bambang Suhardi, ST, MT NIP 19740520 200012 1 001

2. Rahmaniyah Dwi A, ST, MT NIP 19760122 199903 2 001

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama

: Ita Destiana

Nim

: I 1305036

Judul tugas akhir : Perancangan Alat Penyaring Tahu Berdasarkan Prinsip Ergonomi (Studi Kasus Industri Tahu Sari Murni Surakarta)

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung segala konsekuensinya.

Surakarta, 4 Mei 2010

Ita Destiana

I 1305036

iv

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama

: Ita Destiana

Nim

: I 1305036

Judul tugas akhir : Perancangan Alat Penyaring Tahu Berdasarkan Prinsip Ergonomi (Studi Kasus Industri Tahu Sari Murni Surakarta)

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya ilmiah Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 4 Mei 2010

Ita Destiana

I 1305036

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb Dengan segala kerendahan hati dan kebesaran jiwa, penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini seperti yang diharapkan. Atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu

1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri fakultas teknik UNS.

2. Bapak Bambang Suhardi, ST. MT selaku pembimbing I yang selalu memberikan segala bimbingan, arahan, pengertian dan perbaikan selama penyusunan tugas akhir ini.

3. Ibu Rahmaniah Dwi Astuti, ST. MT selaku pembimbing II, yang selalu memberikan segala kemudahan, motivasi, masukan dan perbaikan selama penyusunan tugas akhir ini.

4. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT dan Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku penguji, terima kasih atas kesediaannya memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini.

5. Ayah, ibu dan adik-adikku tercinta untuk setiap doa yang terucap, perhatian yang tercurah, dan kasih sayang yang melimpah.

6. My lovely “Ardian“, yang selalu memberikanku semangat, pengertian, bantuan dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhirku thanx for everyting.

7. Pak Rubi, untuk semua ide dan masukannya dalam pembuatan prototipe tugas akhir ini.

8. Pak Acok, selaku pemilik industri Sari Murni terimakasih atas semua bantuan dan masukan yang diberikan selama penelitian.

9. Teman-temanku Raihana tercinta atas semua keceriaan kalian.

vi

10. Andika, sahabat sekaligus ”saudara” terbaik yang pernah aku miliki. Terima kasih atas semua waktu dan kebersamaanya.

11. Teman-temanku “Afiq, Rendi, Rangga, bang Sunar, Picil, Hanafi, Antok, Anis, Dika, Alex” you are my best friends, thanx for your help, terima kasih buat semua persahabatan pengertian, waktu, dukungan, semangat, semuanya.

12. Buat Lia thanx banget atas semua bantuannya.

13. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU, terima kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di teknik industri ini.

14. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2005, yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku, jaga kekeluargaan meski kita akan jarang bertemu.

15. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu penulis di masa yang akan datang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat berguna bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 4 Mei 2010

Penulis

vii

ABSTRAK

Ita Destiana, NIM: I1305036. PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI. ( STUDI KASUS : INDUSTRI TAHU SARI MURNI SURAKARTA). Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2010.

Sari Murni merupakan industri tahu yang terletak di daerah Mojosongo, Surakarta. Proses produksi tahu terdiri dari beberapa tahapan yaitu pencucian, penggilingan, pemasakan, penyaringan, pengepresan dan pencetakan, pemotongan serta finishing. Berdasarkan perhitungan tingkat konsumsi energi dari tahapan- tahapan tersebut, tingkat konsumsi energi tersebar terdapat pada bagian penyaringan, sebesar 6,06 kcal/min yang tergolong ke dalam jenis pekerjaan berat. Melalui kuisoner Nordic Body Map yang diberikan pada pekerja bagian penyaringan, dapat diketahui rata-rata tingkat keluhan rasa sakit terbesar yaitu bagian bahu, leher, lengan, pinggang, siku, pergelangan tangan, tangan, lutut, betis, pergelangan kaki dan kaki.

Pada penelitian ini, perancangan fasilitas kerja yang berupa alat penyaring tahu dilakukan dengan menganalisa energi ekspenditure awal terlebih dahulu dengan menghitung denyut jantung, kemudian menentukan dimensi anthropometri guna menentukan dimensi alat penyaring tahu dan memperoleh hasil rancangan secara ergonomi. Data anthropometri diambil dari pekerja Sari Murni pada saat penelitian.

Berdasarkan hasil perancangan dengan prototipe dan perhitungan konsumsi energi, alat penyaring tahu hasil rancangan dengan pendekatan anthropometri dapat memberikan perbaikan pada konsumsi energi pekerja. Hasil konsumsi energi rata-rata sebelum perancangan adalah 6,06 kcal/min artinya tergolong dalam jenis pekerjaan berat, sedangkan hasil konsumsi energi rata-rata setelah perancangan adalah 1,13 artinya tergolong dalam jenis pekerjaan ringan.

Kata kunci: nordic body map, anthropometri, konsumsi energi, ergonomi, alat penyaring tahu

Lxxx + 80 halaman, 16 tabel, 23 gambar, 2 lampiran Daftar pustaka: 18 (1979-2008)

viii

ABSTRACT

Ita Destiana, NIM: I1305036. DESIGNING FOR TOFU FILTER BASE ON ERGONOMIC PRINCIPLE. (CASE STUDY OF SARI MURNI TOFU INDUSTRI OF SURAKARTA) FINAL ASSESMENT. Surakarta : Industrial Engineering Department, Engineering Faculty, The University of Sebelas Maret, on April 2010.

Sari Murni is the industry of tofu which lies in Mojosongo, Surakarta. Tofu industry is the chain of production process of tofu, consisting of many stages, they are: washing, milling, cooking, filtering, processing, cutting, and finishing. According to the counting of energy consumption level of those stages, the highest, level of energy consumption is in the filtering stage. Which is the amount of 6,06 kcal/min. This number is categorized as a weight working type. Thorough the Nordic Body Map Questionnarized given to the workers of filtering stage, the highest race of pain compliment was derived from shoulder, neck, arm, waist, elbow, wrist, hand, knee, calf, tarsus, and leg.

The design of work facilities in this research is in the form of tofu filter. It could be done by analyzing the energy of frist expenditure earlier by counting the heartbeat. Then the anthropometrical dimension was determined on order to decide the tofu filter and to get the result ergonomically. The anthropometric data were taken from the workers of Sari Murni.

Beside on the result with prototype and counting energy consumption, this tofu filter with anthropometrical approach could given an improvement for the workers energy consumption. The rare of energy consumptions result before designing was 6,06 kcal/min. this means that it belongs to the weight work type. Meanwhile, the rate after designing was 1,13. This belongs to the was light work type.

Keywords : Nordic body map, anthropometry, energy expenditure, ergonomics, tofu filter

Lxxx + 80 pages, 16 table, 23 drawings, 2attachments Bibliography: 9 (1989 -2008)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tindakan yang harus dilakukan sesuai batas angkat II-6 Tabel 2.2

Kriteria pekerjaan berdasarkan konsumsi energi, II-7 denyut jantung dan energy ekspenditure

Tabel 2.3 Macam persentil dan cara perhitungan dalam II-20 distribusi normal

Tabel 2.4 Klasifikasi Roda Gigi II-26 Tabel 4.1

Aktivitas penyaringan tahu Sari Murni IV-1 Tabel 4.2

Rekapitulasi keluhan pekerja IV-4 Tabel 4.3

Rekapitulasi keinginan pekerja IV-5 Tabel 4.4

Penentuan Solusi Perancangan IV-7 Tabel 4.5

Konsumsi Energi pada Bagian Penyaringan IV-8 Tabel 4.6

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Persentil Data IV-9 Anthropometri

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dimensi Alat Saring IV-14 Tabel 4.8

Estimasi biaya material IV-24 Tabel 4.9

Estimasi biaya non material IV-25 Tabel 5.1

V-2 Tabel 5.2

Rekapitulasi Hasil Validasi Konsumsi Energi

Perbandingan Hasil Kecepatan Proses V-2 Tabel 5.3

Mekanisme penggunaan alat penyaring tahu V-4 sebelum dan sesudah memakai hasil rancangan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Tahu II-2 Gambar 2.2

II-4 Aktivitas Faali Gambar 2.3

Hubungan Kecepatan Denyut Jantung dengan

Kuisioner NBM II-10 Gambar 2.4

II-15 Fasilitas Gambar 2.5

Anthropometri Untuk Perancangan Produk atau

Distribusi Normal Yang Mengakomodasi 95% dari II-17 populasi Gambar 2.6

Ilustrasi Seseorang dengan Tinggi Badan P 50

II-19

Mungkin Saja Memiliki Jangkauan Tangan Ke Samping P55

Gambar 2.7 Langkah-langkah Ergonomi dalam Perancangan II-23 Produk Gambar 2.8

Nama-nama dan Istilah dalam Roda Gigi II-29 Gambar 3.1

Metodologi Penelitian III-1 Gambar 4.1

Alat Saring Saat Ini IV-3 Gambar 4.2

Alat Saring Tampak Atas (2d) IV-11 Gambar 4.3

Alat Saring Tampak Depan (2d) IV-12 Gambar 4.4

Alat Saring Tampak Samping (2d) IV-12 Gambar 4.5

Alat Penyaring Tahu (3d) IV-13 Gambar 4.6

Rancangan Alat Saring IV-13 Gambar 4.7

Bill of material Alat Penyaring Tahu IV-14 Gambar 4.8

Bevel Gear IV-16 Gambar 4.9

Sprocket IV-16 Gambar 4.10 Flywheel

IV-17 Gambar 4.11 Wadah Penyaringan

IV-17 Gambar 4.12 Rangka

IV-18 Gambar 4.13 Proses Perakitan Alat Saring

IV-19 Gambar 4.14 Prototipe Rancangan Alat Penyaring Tahu

IV-19

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

L.1.1 Kuesioner (Nordic Body Map) L-1 L.2.1 Layout Sari Murni

L-4

xv

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi yang yang diangkat dalam penelitian serta sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian.

1.1 Latar Belakang

Sari Murni merupakan salah satu industri tahu berskala kecil yang terletak di daerah Mojosongo, Surakarta. Industri tersebut memiliki jumlah pekerja sebanyak 16 orang dan mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Proses pembuatan tahu Sari Murni masih bersifat sederhana, sebab masih banyak proses yang dilakukan secara manual. Adapun proses pembuatan tahu meliputi: proses pencucian, penggilingan, masak, penyaringan, pencetakan dan pengepresan, pemotongan serta finishing.

Proses pencucian diawali dengan merendam kedelai ke dalam bak selama

15 menit, baru dilakukan pencucian. Proses tersebut membutuhkan waktu 30 menit. Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin giling untuk menghaluskan kedelai, pada tahap ini waktu yang dibutuhkan adalah 10 menit. Tahap selanjutya adalah proses masak, dalam hal ini aktivitas pekerja adalah mengangkut kedelai cair (bubur kedelai) yang telah digiling untuk dipindahkan ke dalam tungku masak untuk didihkan/direbus dengan mengalirkan uap panas, proses ini menghabiskan waktu sebesar 15 menit. Pada proses penyaringan, bubur kedelai yang telah mendidih diangkat dan dipindahkan dengan menggunakan ember (berkapasitas 5 lt) ke dalam tungku penyaring yang sebelumnya telah dilapisi kain syfon, kemudian disaring. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali proses penyaringan adalah 30 menit. Pencetakan dan pengepresan dilakukan dengan mencetak kedelai cair hasil penyaringan ke dalam cetakan yang telah dilapisi kain, kemudian dipres (ditumpu) dengan batu selama 30 menit. Pemotongan dalam proses ini dilakukan dengan memotong tahu yang telah mengeras sesuai dengan selera atau permintaan konsumen. Proses pemotongan 15 menit, baru dilakukan pencucian. Proses tersebut membutuhkan waktu 30 menit. Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin giling untuk menghaluskan kedelai, pada tahap ini waktu yang dibutuhkan adalah 10 menit. Tahap selanjutya adalah proses masak, dalam hal ini aktivitas pekerja adalah mengangkut kedelai cair (bubur kedelai) yang telah digiling untuk dipindahkan ke dalam tungku masak untuk didihkan/direbus dengan mengalirkan uap panas, proses ini menghabiskan waktu sebesar 15 menit. Pada proses penyaringan, bubur kedelai yang telah mendidih diangkat dan dipindahkan dengan menggunakan ember (berkapasitas 5 lt) ke dalam tungku penyaring yang sebelumnya telah dilapisi kain syfon, kemudian disaring. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali proses penyaringan adalah 30 menit. Pencetakan dan pengepresan dilakukan dengan mencetak kedelai cair hasil penyaringan ke dalam cetakan yang telah dilapisi kain, kemudian dipres (ditumpu) dengan batu selama 30 menit. Pemotongan dalam proses ini dilakukan dengan memotong tahu yang telah mengeras sesuai dengan selera atau permintaan konsumen. Proses pemotongan

Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan aktivitas otot serta energi sebagai suplai terhadap beban kerja. Pada proses produksi tahu dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi energi untuk masing-masing proses adalah sebagai berikut: proses pencucian konsumsi energi sebesar 2,48 kcal/min (yang tergolong jenis pekerjaan ringan), proses penggilingan sebesar 1,66 kcal/min (tergolong jenis pekerjaan ringan), proses masak sebesar 3,79 kcal/min (termasuk jenis pekerjaan sedang), rata-rata proses penyaringan sebesar 6,06 kcal/min (termasuk jenis pekerjaan berat), rata-rata proses pencetakan dan pengepresan sebesar 1,70 kcal/min (termasuk jenis pekerjaan ringan), rata-rata untuk proses pemotongan sebesar 1,77 kcal/min (termasuk jenis pekerjaan ringan), sedangkan finishing 1,76 kcal/min (termasuk jenis pekerjaan ringan). Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran konsumsi energi pada tiap-tiap proses adalah 15 menit. Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi terbesar terdapat pada proses penyaringan, maka dalam hal ini penelitian difokuskan pada proses penyaringan.

Pada proses penyaringan, aktivitas yang dilakukan pekerja dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: aktivitas pertama, pekerja hanya bekerja memasangkan kain syfon ke dalam pengait. Pada tahap kedua pekerja memindahkan kedelai cair (bubur kedelai) panas dari tungku masak ke tungku penyaringan yang sebelumnya telah dilapisi kain syfon. Pemindahan kedelai tersebut menggunakan fasilitas angkut berupa ember dengan kapasitas 5 lt. Pada tahap kedua ini pekerja bekerja dengan posisi tubuh membungkuk dengan proses yang berulang-ulang. Pada tahap ketiga, pekerja dengan posisi berdiri melakukan aktivitas penyaringan, dimana aktivitas tersebut dilakukan dengan menggoyang- goyangkan beban seberat 90 kg dengan kondisi suhu disekitar tungku sebesar 32ºC. Aktivitas penyaringan yang dilakukan pada kondisi diatas, ternyata menyebabkan keluhan rasa sakit dan pegal-pegal pada bagian tubuh pekerja. Melalui kuisioner Nordic Body Map (NBM) yang dibagikan pada empat orang Pada proses penyaringan, aktivitas yang dilakukan pekerja dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: aktivitas pertama, pekerja hanya bekerja memasangkan kain syfon ke dalam pengait. Pada tahap kedua pekerja memindahkan kedelai cair (bubur kedelai) panas dari tungku masak ke tungku penyaringan yang sebelumnya telah dilapisi kain syfon. Pemindahan kedelai tersebut menggunakan fasilitas angkut berupa ember dengan kapasitas 5 lt. Pada tahap kedua ini pekerja bekerja dengan posisi tubuh membungkuk dengan proses yang berulang-ulang. Pada tahap ketiga, pekerja dengan posisi berdiri melakukan aktivitas penyaringan, dimana aktivitas tersebut dilakukan dengan menggoyang- goyangkan beban seberat 90 kg dengan kondisi suhu disekitar tungku sebesar 32ºC. Aktivitas penyaringan yang dilakukan pada kondisi diatas, ternyata menyebabkan keluhan rasa sakit dan pegal-pegal pada bagian tubuh pekerja. Melalui kuisioner Nordic Body Map (NBM) yang dibagikan pada empat orang

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari tugas akhir ini yaitu ”bagaimana merancang alat penyaring tahu yang ergonomik?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu menghasilkan alat penyaring tahu yang ergonomik untuk mengurangi beban kerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengurangi kelelahan pekerja pada bagian penyaringan.

2. Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi resiko cidera pada anggota tubuh.

1.5 Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kondisi pekerja dianggap dalam keadaan sehat saat dilakukan penelitian.

2. Kondisi lingkungan dianggap tidak berpengaruh terhadap aktivitas pekerja.

3. Sumur ataupun tungku dianggap mampu penumpu beban dengan baik.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan pada penyusunan laporan tugas akhir, seperti diuraikan di bawah ini.

BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah yang diangkat dalam penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, penetapan asumsi-asumsi serta sistematika yang digunakan dalam penelitian.

BAB II Studi Pustaka

Bab ini memberi penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan oleh penulis sebagai kerangka pemecahan masalah.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini berisikan gambaran terstruktur tahap-tahap proses pelaksanaan penelitian dan tahapan pengerjaan pengolahan data yang digambarkan dalam diagram alir.

BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab ini berisikan uraian mengenai data-data penelitian yang digunakan dalam proses pengolahan data sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan pada bab sebelumnya.

BAB V Analisa dan Interpretasi Hasil

Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan.

BAB VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis pemecahan masalah maupun hasil pengumpulan data serta saran-saran perbaikan atas permasalahan yang dibahas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas gambaran umum industri tahu Sari Murni Mojosongo yang merupakan tempat peneliti mengamati sistem yang berlangsung di dalamnya dan teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada.

2.1 Profil Sari Murni

Sari Murni merupakan salah satu industri tahu yang terletak di dukuh Krajan, Mojosongo. Wilayah tersebut berada ± 5 km dari pusat kota ke arah utara. Sari Murni didirikan oleh Bapak Acok pada tahun 2002. Jumlah pekerja pada industri Sari Murni sebanyak 16 orang, dimana sebagian besar (mayoritas) pekerja berjenis kelamin laki-laki. Pekerja tersebut berasal dari berbagai macam daerah, ada yang berasal dari daerah sekitar Mojosongo, adapula yang berasal dari luar Mojosongo, seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, dll.

2.1.1 Proses Produksi Tahu

Proses produksi tahu Sari Murni masih bersifat sederhana, sebab sebagian besar peralatan yang digunakan masih bersifat manual. Adapun proses produksi tahu, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Proses pencucuian, pada proses ini semua bahan baku yang berupa kedelai direndam terlebih dahulu selama ±15 menit, kemudian baru dilakukan pencucian.

2. Proses penggilingan, kedelai yang telah dicuci dimasukkan ke dalam mesin giling untuk proses penghalusan.

3. Proses masak, semua kedelai yang telah digiling (dihaluskan) dimasukkan ke dalam ember untuk diangkut dan dipindahkan ke dalam tungku masak/ tong dengan ditambah sedikit air, kemudian dialiri uap air untuk mendidihkan kedelai cair.

4. Proses penyaringan, kedelai yang telah mendidih diangkut dengan menggunakan ember ke dalam tempat penyaring/ tong (yang sebelumnya telah diletakkan alat saring dan kain syfon diatasnya), kemudian ditambah dengan sedikit air (± 10 liter), baru dilakukan proses penyaringan. Proses tersebut dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan dan dilakukan secara berulang hingga kedelai cair yang berada dalam tungku masak/ tong habis.

5. Proses pencetakan dan pengepresan, kedelai cair yang telah disaring kemudian diangkut dan dicetak ke dalam cetakan yang sebelumnya telah dilapisi kain syfon dan kemudian di press dengan menggunakan batu.

6. Proses pemotongan, tahu yang sudah jadi dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan/ diinginkan oleh konsumen.

7. Proses finishing, pada proses ini tahu yang telah dipotong kecil kemudian dibungkus dengan kain syfon untuk direbus dengan air asam (air sisa proses pemasakan kedelai) selama ± 10 menit, dan kemudian dicuci hingga bersih, setelah itu ditiriskan dan tahu siap untuk dijual. Proses tersebut digambarkan pada gambar 2.1 sebagi berikut:

Proses Pencucian

Proses Penggilingan

Proses Masak

Proses Penyaringan

Proses Pencetakan & Pengepresan

Proses Pemotongan

Proses Finishing

Gambar 2.1 Proses pembuatan tahu Sumber: Sari Murni, 2009

2.2 Fatigue / Kelelahan

Fatigue adalah kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Makin berat beban yang dikerjakan dan semakin tidak teraturnya pergerakan, maka timbulnya fatigue akan semakin cepat. Jika seseorang bekerja pada tingkat energi diatas 5,2 kcal per menit , maka pada saat itu timbul rasa lelah. Menurut Murrel (1965) kita masih mempunyai cadangan sebesar 25 kcal sebelum munculnya asam laktat sebagai tanda saat dimulainya waktu istirahat. Cadangan energi akan hilang jika kita bekerja lebih dari 5,0 kcal per menit. Selama periode istirahat, cadangan energi tersebut dibentuk kembali. Timbulnya Fatigue ini perlu dipelajari untuk menentukan kekuatan otot manusia, sehingga kerja yang akan dilakukan atau dibebankan dapat disesuaikan dengan kemampuan otot tersebut.

Ralph M Barnes (1980) menggolongkan kelelahan ke dalam 3 golongan tergantung dari mana hal ini dilihat yaitu: 1) Merasa lelah, 2) Kelelahan karena perubahan fisiologi dalam tubuh, dan 3) Menurunkan kemampuan kerja. Ketiga tersebut pada dasarnya berkesimpulan sama yaitu bahwa kelelahan terjadi jika kemampuan otot telah berkurang dan lebih lanjut lagi mengalami puncaknya bila otot tersebut sudah tidak mampu lagi bergerak (kelelahan sempurna).

2.3 Jenis Kelelahan

Jenis kelelahan kerja dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:

1. Kelelahan fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga ‘manual operation’ dimana performans kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung.Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan factor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat / ringannya suatu pekerjaan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja mental. Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antar satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui :

Ø Konsumsi oksigen Ø Denyut jantung Ø Peredaran udara dalam paru-paru Ø Temperatur tubuh Ø Konsentrasi asam laktat dalam darah Ø Komposisi kimia dalam darah dan air seni Ø Tingkat penguapan Ø Faktor lainnya Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan konsumsi

energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran : Ø Kecepatan denyut jantung

Ø Konsumsi Oksigen

2. Kelelahan mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari otak kita. Pekerjaan ini akan mengakibatkan kelelahan mental bila kerja tersebut dalam kondisi yang lama, bukan diakibatkan oleh aktivitas fisik secara langsung melainkan akibat kerja otak kita. Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang sangat erat dengan aktivitas faali lainnya (dapat dilihat pada gambar 2.2).

Gambar 2.2 Hubungan kecepatan denyut jantung dengan aktivitas faali Sumber: Modul fisiologi praktikum ergonomic, 2007

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fatigue :

Pada hakekatnya kekuatan dan daya tahan tubuh ini tidak hanya dipengaruhi oleh otot saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor subyektif antara lain : Ø Besarnya tenaga yang diperlukan

Ø Kecepatan Ø Cara dan sikap melakukan aktivitas Ø Jenis Olah Raga Ø Jenis Kelamin Ø Umur

2.5 Cara mengukur fatigue

Cara mengukur kelelahan, antara lain:

a) Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernafasan.

b) Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, Temperatur badan, Komposisi kimia dalam urine dan darah.

c) Menggunakan alat penguji kelelahan Riken Fatigue Indikator dengan ketentuan pengukuran elektroda logam melalui tes variasi perubahan air liur (saliva) karena lelah.

2.6 Penyebab Kelelahan

Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu beban kerja, beban tambahan dan faktor individu.

1. Beban Kerja Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik fisik

maupun mental dan tanggung jawab (Depkes, 1991: 146). Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja. Apabila aktivitas kerja tersebut dilakukan secara berulang – ulang dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama maka akan menimbulkan kelelahan dan dapat menimbulkan cidera otot muscolosceletal. Berikut ini tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat

Level Batas Angkat (Kg) Tindakan

1 Dibawah 16 Tidak diperlukan tindakan khusus

Tidak diperlukan

alat dalam

2 16 - 34 mengangkat Ditekankan pada metode angkat

Tidak diperlukan

alat dalam

3 34 - 50 mengangkat Dipilih job design

Harus dibantu dengan peralatan

4 Diatas 50

mekanis

Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1986

2. Beban Tambahan Menurut Depkes RI 1991:146, beban tambahan merupakan beban diluar beban

kerja yang harus ditanggung oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berasal dari lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya seperti lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan adalah faktor individu yang meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, kondisi kesehatan, kondisi psikologi dan sikap kerja.

Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya otot, dan aktivitas otot yang memerlukan energi dimana suplai energi memberi beban kepada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Sistem pernafasan dibebani oleh kerja fisik karena adanya peningkatan ventilation (inhalation dan exhalation) untuk mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan pekerjaan. Sedangkan pembebanan pada sistem kardiovaskular dikarenakan jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang terlibat melalui pembuluh darah. Kesimpulannya bahwa saat tubuh melakukan kerja fisik akan terjadi perubahan pada kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi oksigen, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure.

Tabel 2.2 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen, denyut jantung, dan Tabel 2.2 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen, denyut jantung, dan

Energy

Work Severity Expenditure

Heart

Rate

VO 2 (beats/min)

(kcal/min)

Light Work

<2,5 Moderate Work

2,5-5,0 Heavy Work

90-110

5,0-7,5 Very Heavy Work 1.5 – 2.0

110-130

7,5-10,0 Extremely Heavy

Sumber: Modul praktikum APK, 2007

Ketika seseorang mulai bekerja, denyut jantung dan tingkat konsumsi oksigen meningkat sampai memenuhi kebutuhan. Peningkatan ini tidak terjadi tiba-tiba, sehingga kebutuhan ini akan dipenuhi terlebih dahulu oleh energi yang tersimpan di otot. Dengan cara yang sama, ketika seseorang berhenti bekerja, kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen akan menurun secara perlahan- lahan sampai kondisi normal. Untuk melakukan penilaian beban fisik dalam bekerja dengan metode fisiologi maka pengukuran harus dimulai sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. Pengukuran terus dilakukan selama waktu bekerja sampai sebelum variable fisiologi kembali ke level awal.

Metode yang biasa dipakai untuk mengukur energi expenditure adalah mengukur konsumsi oksigen saat bekerja dengan memakai spirometer. Kemudian dilakukan penghitungan konsumsi energi (energi expenditure). Pengukuran seperti ini disebut pengukuran langsung.

Selain mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi oksigen, dapat juga dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan mengukur kecepatan denyut jantung seseorang. Kecepatan denyut jantung akan meningkat saat seseorang bekerja, karena jantung harus memompa lebih cepat Selain mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi oksigen, dapat juga dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan mengukur kecepatan denyut jantung seseorang. Kecepatan denyut jantung akan meningkat saat seseorang bekerja, karena jantung harus memompa lebih cepat

Pengukuran energi expenditure dengan mengukur denyut jantung, lebih mudah dilakukan dibanding mengukur perubahan konsumsi oksigen. Penting untuk diingat bahwa pengukuran harus dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.

2.7 Konsumsi Energi (Energy Expenditure)

Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat.

Untuk merumuskan hubungan antara energi expenditure dengan kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energi expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini (Sulistyadi 2003: 73).

Y = 1.80411 – (0.0229038)X + (4.71733 x 10 )X Dimana :

Y = energi (kilokalori per menit)

X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut :

KE = Et - Ej Dimana :

KE = konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori per menit) Et = pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori per menit) Ej = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit)

Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja tersebut dengan pengeluaran energi pada saat istirahat.

2.8 Nordic Body Map

Kelelahan maupun ketidaknyamanan akibat pekerjaan yang berulang- ulang sering terjadi di tempat kerja. Hal –hal yang menyebabkan terjadinya resiko tersebut adalah: Ø static positions (posisi yang tetap)

Ø body movements (pergerakan tubuh) Ø handling – lifting (pengangkatan dan penanganan benda) Ø pushing/pulling and carrying loads (pekerjaan menarik, mendorong, dan

mengangkat beban) Ø use of a localised force (penggunaan gaya setempat)

Ø repeated efforts (usaha yang berulang – ulang) Ø energy expenditure (pengeluaran energi yang berlebihan)

Untuk mengatasi mesalah tersebut ada beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam upaya penilaian dan pengendalian teerhadap resiko kelelahan otot serta ketidaknyamanan pada proses kerja. Ø Identifikasi resiko

Ø Penilaian resiko Ø Evaluasi resiko

Gambar 2.3 Kuisioner NBM

Sumber : Development ergonomic method, 2001

2.9 Ergonomi

Istilah ergonomics biasanya lebih dikaitkan dengan kerja/aktivitas fisik (physical work), sedangkan human factors lebih umum dihubungkan dengan aspek psikologi kerja (mental workloads dan cognitive issues). Belakangan batasan-batasan dari kedua istilah tersebut tampaknya menjadi kabur dan tidak lagi dibedakan/dipertentangkan. Keduanya merepresentasikan aktivitas studi tentang kerja dan interaksi antara manusia dengan system lingkungan fisik kerjanya. Tujuan utamanya adalah memperoleh kesesuaian antara kebutuhan dengan rancangan, pengembangan, implementasi dan evaluasi system manusia- mesin serta lingkungan fisiknya agar lebih produktif, nyaman, aman dan memuaskan untuk penggunaannya(Wignjosoebroto, 2001).

IEA (International Ergonomics Association) mendefinisikan ergonomi sebagai ilmu yang mengaplikasikan pengetahuan mengenai kemampuan fisik maupun mental manusia untuk merancang produk, proses, stasiun/tempat kerja (workplaces) dan interaksi manusia-mesin (juga lingkungan fisik kerja) yang kompleks. Definisi yang paling sederhana dan ringkas dari ergonomi adalah studi tentang kerja, dikaitkan dengan kerja fisik (physical) maupun mental (psychological) manusia. Dalam hal ini pendekatan ergonomi akan fokus pada evaluasi dan perancangan tempat kerja; baik problematik kerja secara fisik (manual lifting, repetitive motion, lighting, noise dan energy expanded) maupun mental-kognitif (perception, attention, decision making, dll).

Problematik kerja yang sering dialami manusia seperti eyestrain, headaches and musculoskeletal disorders akan bisa dicegah melalui pendekatan ergonomi. Begitu juga kinerja optimal akan bisa dipenuhi manakala peralatan/fasilitas kerja, stasiun kerja, produk dan tata cara kerja bisa dirancang dan disesuaikan dengan pendekatan dan prinsip-prinsip ergonomi. Pengingkaran terhadap prinsip-prinsip ergonomi akan menghasilkan berbagai masalah seperti injuries and occupational diseases , increased absenteeism, higher medical and insurance costs, increased probability of accidents and human errors, higher turnover of workers, less production output, lawsuits, low-quality of work, less spare capacity to deal with emergencies, dan lain-lain.

Disisi lain aplikasi ergonomi di industri (applied/industrial ergonomics dan human engineering), the science of people at industrial works terkait dengan studi yang fokus pada kinerja manusia (physiology dan psychology) untuk memperbaiki sistem kerja yang melibatkan manusia, material, mesin/peralatan, tata cara kerja (methods), energi, informasi dan lingkungan kerja (Wignjosoebroto, 2006). Ada tiga area aplikasi ergonomi industri yang sering dilakukan yaitu (a) employee safety and health concern, (b) cost-or-productivity related fields , and (c) the comfort of people. Demikian juga sesuai dengan ruang lingkup industri yang pendefinisiannya terus melebar-luas dalam hal ini industri akan dilihat sebagai sebuah sistem yang komprehensif-integral maka persoalan industri tidak lagi dibatasi oleh pemahaman tentang perancangan teknologi produk dan/atau teknologi proses (ruang lingkup mikro) saja, tetapi juga mencakup ke persoalan organisasi dan manajemen industri dalam skala sistem yang lebih luas, makro dan kompleks.

2.10 Anthropometri

Prinsip human centered design yang menyatakan bahwa manusia merupakan objek dasar dalam melakukan perancangan, manusia tidak menyesuaikan dirinya dengan alat yang dioperasikan (the man fits to the design), melainkan sebaliknya yaitu alat yang dirancang terlebih dahulu memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikannya (the design fits to the man ) (Wignjosoebroto, 2000).

Anthropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Anthropometri merupakan ilmu yang menyelidiki manusia dari segi keadaan dan ciri-ciri fisiknya, seperti dimensi linier, volume, dan berat.

Pada umumnya manusia berbeda dalam hal bentuk dan ukuran tubuh. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia (Wignyosoebroto,2000), seperti yang telah dijelaskan di atas diantaranya:

1. Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar

seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Penelitian yang dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17,3 tahun. Meskipun ada sekitar 10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun untuk laki-laki dan 21,1 tahun untuk wanita, setelah itu tidak lagi akan terjadi pertumbuhan.

2. Jenis kelamin Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali

dada dan pinggul.

3. Suku bangsa Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat lebih besar dari pada dimensi tubuh

suku bangsa negara Timur.

4. Posisi tubuh Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh

karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.

Posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh yang digunakan. Oleh karena itu, dalam anthropometri dikenal 2 cara pengukuran, yaitu:

1. Pengukuran dimensi struktur tubuh / statis (structural body dimension) Tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak. Istilah lain

untuk pengukuran ini dikenal dengan ‘static anthropometri’. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/ panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.

2. Pengukuran dimensi fungsional / dinamis (functional body dimension) Pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat melakukan gerakan-

gerakan tertentu. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

Data dari hasil pengukuran, atau yang disebut dengan data anthropometri, digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Mengingat bahwa keadaan dan ciri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu sama lainnya, maka terdapat 3 prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu:

1. Perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim. Prinsip perancangan berdasarkan individu ekstrim digunakan apabila kita

mengharapkan agar fasilitas yang akan dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian orang yang akan memakainya. Biasanya minimal oleh 95% pemakai.

2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar bisa menampung

atau dipakai dengan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Kursi pengemudi mobil yang bisa diatur maju-mundur dan kemiringan atau dipakai dengan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Kursi pengemudi mobil yang bisa diatur maju-mundur dan kemiringan

3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya. Perancangan ini hanya digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi daripada untungnya, artinya hanya sebagian kecil dari orang-orang yang merasa nyaman ketika menggunakan fasilitas tersebut. Sedangkan jika fasilitas tersebut dirancang berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan, tidak layak karena mahal harganya.

2.10.1 Dimensi Antropometri

Data antropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.4 Antropometri Untuk Perancangan Produk atau Fasilitas

Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

Keterangan gambar 2.2 di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam

gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.

8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar).

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan.

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh.

2.10.2 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Antropometri

Penerapan data antropometri, distribusi yang umum digunakan adalah distribusi normal (Nurmianto, 2004). Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata (x) dan standar deviasi (σ) dari data yang ada. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang ada dapat ditentukan percentile sesuai tabel probabilitas distribusi normal.

Adanya variansi tubuh yang cukup besar pada ukuran tubuh manusia secara perseorangan, maka perlu memperhatikan rentang nilai yang ada. Masalah adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat ‘mampu suai’ dengan suatu rentang ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan Adanya variansi tubuh yang cukup besar pada ukuran tubuh manusia secara perseorangan, maka perlu memperhatikan rentang nilai yang ada. Masalah adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat ‘mampu suai’ dengan suatu rentang ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan

maka diambil rentang 2,5 th dan 97,5 persentil sebagai batas-batasnya.

th

Gambar 2.5 Distribusi Normal Yang Mengakomodasi 95% dari populasi

Sumber: Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, 2000 Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh

manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan terletak pada ujung-ujung grafik. Menurut Julius Panero dan Martin Zelnik (2003), merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis, maka sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang berasal dari segmen populasi di bagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 95% dari kelompok populasi tersebut.