KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU

dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam

Desain Bangunan TUGAS AKHIR

Diaj ukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarj ana Teknik Strata Satu

Disusun Oleh: MIMING RATNA WULANSARI NIM. I 0204083 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR Jl . Ir. Sut ami 36A Surakart a Tel p. (0271) 643666 E-mail arsi t ek@uns. ac. id Surakart a

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

JUDUL : Sekolah Mont essori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Mont essori ke dalam Desain Bangunan PENYUSUN

: MIMING RATNA WULANSARI NIM

: I 0204083

Surakart a, April 2010

Telah Diperiksa dan Disetuj ui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Agoes Soediamhadi Ir. Leny Pramest i, MT NIP. 19460318 197501 1 001

NIP. 19610628 199802 2 001

Mengetahui,

Pembantu Dekan I Ketua Jurusan Arsitektur FT UNS

FT UNS

Ir. Noegroho Dj arwant i, MT Ir. Hardiyat i, MT NIP. 19561112 198403 2 007

NIP. 19561209 198601 2 001

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN

ii KATA PENGANTAR

iii DAFTAR ISI

iv DAFTAR GAMBAR

viii DAFTAR TABEL

x DAFTAR SKEMA

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul

B. Pengertian Judul

C. Latar Belakang

1. Sifat Dasar Anak

2. Kualitas Pendidikan di Indonesia

3. Metode Montessori Untuk Anak

4. Solo Baru dan Fasilitas Pendidikan di Dalamnya

5. Kebutuhan Sekolah di Solo Baru

D. Permasalahan

1. Permasalahan Umum

2. Permasalahan Khusus

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

2. Sasaran

F. Batasan dan Lingkup Pembahasan

1. Batasan Pembahasan

2. Lingkup Pembahasan

G. Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan

1. Metode Pengumpulan Data

2. Metode Pembahasan

H. Sistematika Pembahasan

BAB II TINJUAN TEORI DAN STUDI KASUS

A. Metode Montessori

1. Sejarah

2. Sifat

4. Teori utama tentang cara belajar

5. Prinsip pendidikan Montessori

6. Program belajar

7. Perbedaan Montessori dengan Metode Lain

8. Montessori Lebih Sesuai Dengan Karakter Anak

B. Sekolah Montessori

3. Tujuan pendidikan

4. Program yang disediakan

5. Waktu belajar

C. Tinjauan anak

1. Karakter Anak

2. Kebutuhan Anak

3. Tinjauan Keruangan (Anak dan Lingkungan Belajar)

D. Studi kasus Sekolah Montessori

1. Ruang dalam (Indoor)

2. Ruang luar (Outdoor)

BAB III TINJAUAN SOLO BARU

A. Kondisi Fisik Kota Solo Baru

B. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Solo Baru

C. Fasilitas Pendidikan dan Rencana Pengembangannya di Solo Baru

BAB IV PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU

A. Proses Penentuan Konsep Peruangan

1. Proses Penentuan Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang

2. Proses Penentuan Konsep Pola Hubungan Ruang

3. Proses Penentuan Konsep Besaran Ruang

B. Proses Penentuan Konsep Lokasi dan Site

1. Proses Penentuan Konsep Lokasi

2. Proses Penentuan Konsep Site

C. Proses Penentuan Konsep Peletakan Pintu Utama (Main Entrance) dan Pintu Servis (Service Entrance)

D. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan

E. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian

1. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)

2. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)

F. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Fungsi

G. Proses Penentuan Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

1. Proses Penentuan Konsep Bentuk Dasar Massa

2. Proses Penentuan Konsep Jumlah Massa

3. Proses Penentuan Konsep Pembagian Massa

4. Proses Penentuan Konsep Tata Massa

H. Proses Penentuan Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

I. Proses Penentuan Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

59 J. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

62 K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan

64 L. Proses Penentuan Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

Montessori

64 M. Proses Penentuan Konsep Struktur Bangunan

1. Struktur Pondasi

2. Struktur Dinding

69 N. Proses Penentuan Konsep Utilitas

3. Struktur Atap

1. Proses Penentuan Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih

2. Proses Penentuan Konsep Sistem Sanitasi

3. Proses Penentuan Konsep Sistem Kelistrikan

4. Proses Penentuan Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran

5. Proses Penentuan Konsep Jaringan Komunikasi

6. Proses Penentuan Konsep Penanganan Sampah

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU

A. Konsep Peruangan

1. Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang

2. Konsep Pola Hubungan Ruang

3. Konsep Besaran Ruang

B. Konsep lokasi dan site

1. Konsep Lokasi

2. Konsep Site

C. Konsep Peletakan Pintu Utama (Main Entrance) dan Pintu Servis (Service Entrance)

D. Konsep Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan

E. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian

1. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)

2. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)

F. Konsep Zone Berdasarkan Fungsi

G. Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

1. Konsep Bentuk Dasar Massa

2. Konsep Jumlah Massa

3. Konsep Pembagian Massa

4. Konsep Tata Massa

H. Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

89 J. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

I. Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

91 K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan

92 L. Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

Montessori

92 M. Konsep Struktur Bangunan

1. Struktur Pondasi

2. Struktur Dinding

94 N. Konsep Utilitas

3. Struktur Atap

1. Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih

2. Konsep Sistem Sanitasi

3. Konsep Sistem Kelistrikan

4. Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran

5. Konsep Jaringan Komunikasi

6. Konsep Penanganan Sampah

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN UCAPAN TERIMAKASIH

Abstrak

Miming Ratna Wulansari, I0204083, Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam Desain Bangunan.

Pada era modernisasi saat ini, dimana terlalu sedikitnya penekanan diberikan berdasarkan kebaikan hakiki dan pendidikan yang layak bagi anak, pandangan yang mendalam dan metode pengajaran Montessori yang penuh inspirasi dapat memperkenalkan suatu dimensi baru dan yang menyenangkan dalam dunia pendidikan.

Munculnya ide untuk menciptakan Sekolah Montessori adalah sebuah solusi alternatif yang mencoba untuk mengakomodasi semua perkembangan atau fenomena-fenomena baru dalam hal

penyediaan sarana pendidikan untuk anak sebagai wadah pendidikan serta pengembangan kecerdasan dan kreativitas anak. Sekolah Montessori mencoba menghadirkan suasana belajar dan bermain melalui pendekatan Metode Montessori. Melalui Prinsip-Prinsip Pendidikan Montessori, yaitu kebebasan, keindahan, keteraturan, alami, kohesi kemasyarakatan dan penggunaan alat peraga yang diterapkan ke dalam desain bangunan menjadikan Sekolah Montessori menjadi sebuah sekolah alternatif untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan sekolah dasar (SD) yang dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya, yaitu dengan Metode Montessori.

Selain itu, melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi kebutuhan masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani semua anak-anak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA.

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul

Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori di Solo Baru ke dalam Desain Bangunan.

B. Pengertian Judul

1. Sekolah

a. Suatu lembaga/bangunan untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada : dasar, menengah pertama dan menengah ke atas). 1

b. Suatu tempat/bangunan di mana pengajaran diberikan. Suatu pertemuan yang teratur bagi

guru dan murid untuk belajar mengajar. 2

2. Montessori Metode pendidikan yang ditemukan oleh pakar pendidikan usia dini, Dr. Maria Montessori yang

didasarkan pada potensi dan karakter anak sesuai dengan perkembangan usianya. 3 Tujuan pendidikan dalam metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang

berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri. 4

3. Prinsip Pendidikan Montessori Prinsip pendidikan yang meliputi kebebasan, keteraturan, keindahan, alami, alat peraga

Montessori, kohesi kemasyarakatan. 5

4. Solo baru

Salah satu kota/wilayah di Kabupaten Sukoharjo. 6

“Sekolah Montessori di Solo Baru” adalah fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra- sekolah) dan 7-12 tahun (Sekolah Dasar) yang terletak di Solo baru dengan menggunakan Metode Montessori yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri dengan penerapan prinsip Pendidikan Montessori ke dalam desain bangunan.”

C. Latar Belakang

1. Sifat Dasar Anak

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, Jakarta : Dep. 2 P&K, 1089)

3 The New Grouer Webster Int. Dictionary of English Language, Vol. 1 (1971) The English Language Inst. Of America. Inc) 4 Sumber Inspiredkids (22/03/09),”Metode Belajar yang Tepat Bagi Anak” Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november

5 2008 6 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.53 RUTR-Kawasan Solo baru 1990-2010

Pembinaan dan pendidikan anak sedini mungkin sangat berperan terhadap kemajuan perkembangan tingkat kecerdasan anak. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa pada usia 4 tahun anak mencapai 50% dari tingkat kecerdasan, dan mendekati usia 8 tahun mencapai 80%

dan setelah usia itu usaha apapun pada pendidikan hanya meningkatkan kecerdasan 10% saja. 7 Oleh sebab itu pendidikan dan pembinaan anak sangat mutlak diperhatikan dengan

sungguh-sungguh. Untuk bisa memilih metode apa yang sekiranya tepat diterapkan pada anak- anak dalam mendidik dan membina mereka, terlebih dulu kita memahami keinginan dan karakter dalam diri anak-anak. Secara normal setiap anak memliki sifat untuk mencari tahu, konsentrasi spontan, mulai memahami realita, suka keyenangan dan bekerja sendiri, memiliki rasa posesif, ingin melakukan semuanya sendiri, patuh, independen dan berinisiatif, disiplin diri spontan, serta

ceria. 8

2. Kualitas pendidikan di Indonesia Sejak berusia dua tahun, anak mempunyai keingintahuan yang sangat besar, senang bereksplorasi, dan senang mencoba hal baru. Karenanya, kita sebaiknya bisa melihat bahwa setiap anak memiliki kepribadian yang ingin dikembangkannya sendiri, mereka memiliki inisiatif, mereka memilih sendiri apa yang ingin mereka lakukan, bertahan untuk terus melakukannya dan merubahnya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sendiri. Mereka sangat ‘hand- minded’ dan senang mengamati berbagai hal dan meresponnya dengan cara mereka sendiri- sendiri sesuai dengan perkembangan motorik, sensorik dan bahasa melalui penggunaan kelima panca indera mereka.

Menurut Dr.Thomas Amstrong, pakar pendidikan dari Amerika, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan itu antara lain: keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas, vitalitas, dan fleksibilitas. Dipandang dari sudut ini maka tugas setiap orang tua dan guru hanyalah mempertahankan sifat-sifat yang mendasari kecerdasan ini agar bertahan sampai

anak-anak itu tumbuh dewasa. 9 Namun yang terjadi, pendidikan anak di Indonesia, beberapa aspek di atas kurang

mendapatkan perhatian secara mendalam. Bahkan sampai saat ini masih sering kita temui cara mengajar yang masih konvensional, di mana guru seringkali tidak memperhatikan perkembangan anak didiknya. Mereka dituntut untuk menyampaikan banyak materi kepada anak didiknya, hinggga kadangkala mereka mengabaikan sisi-sisi psikologis anak.

Ada banyak permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak tatkala mereka mengikuti kegiatan belajar di sekolah-sekolah umum. Salah satu hal yang seringkali kita temui dalam kegiatan belajar di sekolah umum adalah kesibukan yang luar biasa. Terutama bagi sekolah- sekolah yang telah menerapkan konsep akselerasi, dimana anak didik mereka dituntut pandai dan tahu dalam segala hal, namun mereka mengabaikan kondisi psikologis anak didiknya. Hal

7 Dikutip dari Wijanarko, Wijang, Fasilitas Pendidikan Anak, Yogyakarta, TA-UGM, 1998

9 Sumber Inspiredkids,”Metode Belajar yang Tepat Bagi Anak”, 22/03/09 http//mandikdasmen.aptisi3.org/download 3 november 2008 9 Sumber Inspiredkids,”Metode Belajar yang Tepat Bagi Anak”, 22/03/09 http//mandikdasmen.aptisi3.org/download 3 november 2008

Jika kita lihat sistem pendidikan di sekolah-sekolah umum, terlihat begitu kurangnya interaksi anak dengan lingkungan. Metode mengajar yang diberikan bersifat teoritis, jarang sekali anak-anak dicoba dan diajak belajar langsung dari obyek-obyek yang mereka pelajari. Padahal kita mengetahui bahwa memori, kreativitas dan daya ingat anak-anak sangatlah tajam. Terlebih lagi bagi anak-anak taman kanak-kanak, mereka sangat membutuhkan sistem pendidikan yang mampu memberi rangsangan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Rangsangan ini sangat penting agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Beberapa hal inilah yang seharusnya kita perhatikan secara mendalam demi keberhasilan pendidikan anak dimasa yang akan datang. Dan yang terpenting kehidupan anak bukanlah milik kita karena mereka berhak untuk menentukan keinginan dan masa depan, sedangkan kita hanya sebagai pendamping mereka, pengarah dan fasilitator bagi mereka.

Bertolak dari kenyataan itulah perlu dikembangkan pendekatan pendidikan yang menjadi alternatif bagi sekolah pada umumnya. Penyediaan sebuah sekolah alternatif ini haruslah dirancang atas pendekatan bahwa setiap anak itu mempunyai kecerdasannya sendiri. Lingkungan sekolah dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya.

3. Metode Montessori Untuk Anak Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang terdiri dari proses, cara, serta perbuatan mendidik dengan tujuan membantu anak agar mampu melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Namun dewasa ini pendidikan dengan kurikulum atau metode yang berubah-ubah sering tidak mengakar dan membuat bingung para siswa. Pendidikan yang seharusnya memberi peluang bagi anak untuk berkembang dalam setiap aspek kehidupannya, kadang hanya menyentuh satu aspek saja. Misalnya kurikulum yang terus berganti membuat anak hanya belajar untuk mengejar nilai tanpa peduli akan lingkungan

dan kehidupan sosialnya. 10

10 Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november 2008

Pendekatan ‘Teacher Centre’ yang digunakan dalam pendidikan nasional kita kurang begitu berhasil dalam mengembangkan kemampuan anak seutuhnya karena metode ini

membuat kelas cenderung pasif dan membosankan. 11

Dr. Maria Montessori sebagai pakar pendidikan yang sekaligus peduli akan kehidupan anak mengembangkan metode pendidikan yang tidak hanya memperhatikan aspek kognitif, tetapi juga melalui latihan-latihan praktis yang menyentuh jiwa anak. Ia mengemukakan bahwa kemandirian seseorang harus dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-kanak. Ia melatih kemandirian anak lewat latihan-latihan yang sederhana misalnya di sekolahnya ia merancang berbagai alat sederhana yang menunjang anak dalam belajar atau melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, anak tidak hanya menerima pengetahuan dari gurunya tetapi mengembangkan diri dengan berbagai sarana yang ada. Semuanya ini menjadi satu kebutuhan bersama dalam kehidupan anak. Jika anak hanya berkembang pada satu sisi akan mempengaruhi sisi yang lain. Maka pentinglah pendidikan mencakup semua aspek tersebut di atas.

Pada Montessori, metode yang digunakan adalah ‘Child Centre’, dimana anak sebagai subjek pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. Pendidikan merupakan usaha dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu atau membantu anak agar mampu melaksanakan tugas hidupnya sendiri secara mandiri. Menurut Dr. Maria Montessori, untuk menjadi pribadi yang mandiri, seseorang harus dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-kanak karena pada masa itu merupakan masa peka dimana anak mampu menerima segala sesuatu yang diajarkan.

Pendidikan dalam metode Montessori memberikan tempat bagi anak untuk beraktivitas sebebas-bebasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing yang sekaligus merupakan basis pembentukan kemandirian dan kedisiplinan bagi anak. Bagi Montessori, pendidikan tidak berarti anak hanya menerima dari guru melainkan anak juga bisa menemukan sendiri apa yang berguna bagi mereka melalui aktivitas mereka sendiri. Kebebasan dalam Metode Montessori adalah kebebasan yang mendukung perkembangan seluruh kepribadian anak bukan hanya secara fisik tetapi juga mental termasuk perkembangan otak.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam Metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri.

4. Solo Baru dan Fasilitas Pendidikan di Dalamnya Solo Baru adalah salah satu wilayah alternatif bagi Kota Surakarta sebagai pusat untuk menampung jumlah penduduk yang semakin bertambah dari beberapa wilayah di Surakarta.

11 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005

Solo Baru dapat dianggap sebagai kota satelit atau kota yang dalam perkembangannya selalu mengikuti laju pertumbuhan kota lama.

Solo Baru yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo, dalam perkembangannya jelas akan saling berpengaruh dengan kondisi regional yang melengkapinya. Dari potensi dan kondisi yang ada bahwa Solo Baru terletak di antara wilayah Sukoharjo dan Surakarta, mengakibatkan peran Solo Baru yang cukup strategis dalam mendukung perkembangan di sekitarnya.

Solo Baru sebagai fungsi primer diharapkan mampu untuk ikut mendukung perkembangan di sekelilingnya yaitu Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo baik sebagai terminal distribusi barang, jasa, maupun fasilitas lain. Selain kaitannya dengan perkembangan regional, Solo Baru yang juga tumbuh dan berkembang juga harus mampu melayani tuntutan kebutuhan penduduk di wilayahnya. Dengan demikian Solo Baru harus mampu seoptimal mungkin mengembangkan sektor kegiatan yang ada di wilayahnya.

Kawasan Solo Baru yang merupakan perluasan dari Kabupaten Sukoharjo dan Kotamadya Surakarta mempunyai jumlah penduduk usia pra sekolah yang cukup banyak.

Banyaknya anak usia sekolah yang seharusnya sangat potensial untuk mendapat pendidikan dan bimbingan sebagai bekal masa depannya tidak diimbangi dengan ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan yang cukup. Tabel I.1 Analisa Kuantitas Fasilitas Jasa Pendidikan

No Fasilitas

1 unit/1000 penduduk

1 unit/1600 penduduk

1 unit/4800 penduduk

31 5 Sumber : Hasil perhitungan 2003 dalam RUTRK Solo Baru 1990-2010

1 unit/4800 penduduk

Kebanyakan dari TK tersebut tidak dilengkapi dengan play group atau kelompok bermain untuk anak berumur 2-3 tahun. Berdasarkan tabel di atas, maka untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sampai akhir tahun perencanaan masih diperlukan.

5. Kebutuhan Sekolah Montessori di Solo Baru Pada era modernisasi saat ini, dimana terlalu sedikitnya penekanan diberikan berdasarkan kebaikan hakiki dan pendidikan yang layak bagi anak, pandangan yang mendalam dan metode pengajaran Montessori yang penuh inspirasi dapat memperkenalkan suatu dimensi baru dan yang menyenangkan dalam dunia pendidikan.

Munculnya ide untuk menciptakan Sekolah Montessori adalah sebuah solusi alternatif yang mencoba untuk mengakomodasi semua perkembangan atau fenomena-fenomena baru dalam hal penyediaan sarana pendidikan untuk anak sebagai wadah pendidikan serta pengembangan kecerdasan dan kreativitas anak. Sekolah Montessori mencoba menghadirkan suasana belajar dan bermain melalui pendekatan metode Montessori.

Melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi Melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi

Hal ini merupakan salah satu pertimbangan utama untuk merencanakan sebuah sekolah alternatif untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan sekolah dasar (SD) yang dirancang agar anak- anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya, yaitu dengan Metode Montessori.

D. Permasalahan

1. Permasalahan Umum Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru yang mampu mewadahi kegiatan belajar anak usia 2-12 tahun guna mengembangkan seluruh potensi anak dengan menggunakan Metode Montessori melalui konsep tata ruang, baik interior maupun eksterior.

2. Permasalahan Khusus

a. Bagaimana rumusan konsep peruangan yang meliputi :

1) Konsep program kegiatan dan kebutuhan ruang

2) Konsep pola hubungan ruang

3) Konsep besaran ruang

b. Bagaimana rumusan konsep lokasi dan site

c. Bagaimana rumusan konsep pintu utama (main entrance) dan pintu servis (Service Entrance)

d. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan tingkat kebisingan

e. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan pada pencapaian

1) Konsep zone berdasarkan pada pintu utama (ME)

2) Konsep zone berdasarkan pada pintu servis (SE)

f. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan pada fungsi

g. Bagaimana rumusan konsep massa meliputi :

1) Konsep bentuk dasar massa

2) Konsep jumlah massa

3) Konsep pembagian massa

4) Konsep tata massa

h. Bagaimana rumusan konsep sirkulasi berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

i. Bagaimana rumusan konsep tampilan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori yang meliputi :

1) Konsep Eksterior

2) Konsep Interior j.

Bagaimana rumusan konsep pemilihan bahan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

k. Bagaimana rumusan konsep warna berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori l.

Bagaimana rumusan konsep lansekap berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori Bagaimana rumusan konsep lansekap berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan Menyusun rumusan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru yang mampu mewadahi kegiatan belajar anak usia 3-12 tahun guna mengembangkan seluruh potensi anak dengan menggunakan metode Montessori melalu konsep tata ruang, baik interior maupun eksterior.

2. Sasaran

a. Rumusan konsep peruangan yang meliputi :

1) Konsep program kegiatan dan kebutuhan ruang

2) Konsep pola hubungan ruang

3) Konsep besaran ruang

b. Rumusan konsep lokasi dan site

c. Rumusan konsep pintu utama (main entrante) dan pintu servis (Service Entrante)

d. Rumusan konsep zone berdasarkan tingkat kebisingan

e. Rumusan konsep zone berdasarkan pada pencapaian

1) Konsep zone berdasarkan pada pintu utama (ME)

2) Konsep zone berdasarkan pada pintu servis (SE)

f. Rumusan konsep zone berdasarkan pada fungís

g. Rumusan konsep massa meliputi :

1) Konsep bentuk dasar massa

2) Konsep jumlah massa

3) Konsep pembagian massa

4) Konsep tata massa

h. Konsep sirkulasi berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori i.

Rumusan konsep tampilan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori yang meliputi :

1) Konsep Exterior

2) Konsep Interior j.

Rumusan konsep pemilihan bahan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

k. Rumusan konsep warna berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori l.

Rumusan konsep lansekap berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori m. Rumusan konsep sistem struktur bangunan n. Rumusan konsep utilitas

F. Batasan dan Lingkup Pembahasan

1. Batasan Pembahasan

Pembahasan ditekankan sesuai dengan permasalahan perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru yang dapat mengungkap faktor perencanaan dan perancangan fisik dengan menggunakan metode Montessori.

2. Lingkup Pembahasan Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu Arsitektur, hal-hal diluar disiplin ilmu Arsitektur dibatasi dan disesuaikan dengan masalah-masalah yang muncul dalam mewujudkan Sekolah Montessori di Solo Baru yang hendak dicapai.

G. Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan

1. Metode Pengumpulan Data

a. Data Primer Data-data yang didapat secara langsung melalui survey lapangan dan hasil wawancara dengan pihak terkait, yang meliputi:

1) Pendataan eksisting site.

2) Pencarian potensi dan permasalahan yang terdapat pada site.

b. Data sekunder Data yang didapat dari studi literatur (pustaka dan internet) yang berhubungan dengan pembuatan konsep bangunan Sekolah Montessori di Solo Baru.

2. Metode Pembahasan

a. Analisa Kuantitatif, yaitu analisa yang menyangkut perhitungan pasti, seperti besaran ruang yang dibutuhkan guna mewadahi kegiatan Sekolah Montessori di Solo Baru.

b. Analisa Kualitatif, yaitu analisa yang tidak menyangkut besaran pasti, seperti kurikulum Montessori, suasana, kenyamanan, jenis fasilitas yang dibutuhkan, serta keindahan di dalam lingkungan sekolah Montessori.

c. Sintesa, yaitu tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman empiris yang telah dikaji pada tahap analisa dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep perencanaan dan perancangan

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan direncanakan : Tahap I

: Memaparkan latar belakang dan permasalahan. Tahap II

: Memaparkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tahap III

: Memaparkan batasan serta lingkup pembahasan yang akan dilakukan. Tahap IV

: Memaparkan metode yang akan digunakan serta sistematika pembahasan. Tahap V

: Memaparkan tinjauan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam menentukan rancangan Sekolah Montessori agar sesuai dengan tujuan dan sasaran. Tinjauan teori tentang Metode Montessori mencakup sejarah; sifat; kekhasan; teori utama tentang cara belajar; prinsip pendidikan Montessori; perbedaan metode Montessori dengan metode lain, Sekolah Montessori mencakup : Memaparkan tinjauan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam menentukan rancangan Sekolah Montessori agar sesuai dengan tujuan dan sasaran. Tinjauan teori tentang Metode Montessori mencakup sejarah; sifat; kekhasan; teori utama tentang cara belajar; prinsip pendidikan Montessori; perbedaan metode Montessori dengan metode lain, Sekolah Montessori mencakup

Tahap VI : Memaparkan tinjauan teori tentang anak, meliputi karakter anak, kebutuhan anak, dan tinjauan keruangan (anak dan lingkungan belajar). Tahap VII

: Memaparkan studi kasus Sekolah Montessori. Tahap VIII

: Memaparkan tinjauan umum mengenai Solo Baru, keadaan fisik, lingkungan geografi, fasilitas pendidikan dan rencana pengembangannya di Solo Baru. Tahap IX

: Memaparkan proses penentuan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori di Solo Baru. Tahap X

: Memaparkan kesimpulan dari tahap analisis penentuan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru.

BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI KASUS

A. Metode Montessori

1. Sejarah 12 Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah.

Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata.

Dr. Maria Montessori melanjutkan bekerja dengan anak-anak dari berbagai budaya dan latar belakang. Tidak hanya anak cacat, tetapi juga anak normal. Maria Montessori menyimpulkan anak perlu lebih dari sekadar perawatan fisik dan medis guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan raga. Anak memerlukan lebih dari sekadar pelajaran yang diajarkan sekolah umum.

Dr. Maria Montessori memperkenalkan strategi pendidikan yang mencakup melatih panca indera dan ketrampilan motorik anak, dengan alat peraga khusus, di lingkungan ramah

12 http://www.wikipedia.org/ 12 http://www.wikipedia.org/

2. Sifat

Sifat dari metode pembelajaran Montessori adalah 13 :

a. Anak-anak bekerja/bermain dalam satu kelompok/group, baik group kecil maupun besar.

b. Pada pre-school tidak ada penggolongan kelas berdasarkan umur.

c. Tidak ada aktivitas kompetitif.

d. Pembelajaran dengan cara permainan/games, tentu saja dengan material dan permainan yang mempunyai tujuan pembelajaran tertentu.

e. Suasana gembira dalam belajar.

f. Kelas aktif, karena anak-anak yang bekerja sedangkan guru sebagai pembimbing.

g. Lebih banyak pembinaan gerak motorik dan kreativitas.

h. Penekanan pada proses, bukan pada produk. i.

Bebas bekerja dengan langkah dan material yang mereka pilih sendiri. j.

Lingkungan disiapkan untuk memaksimalkan pelajaran yang mandiri dan mengundang anak untuk belajar dan ber-eksplorasi.

k. Guru sebagai perancang lingkungan, peraga, penjaga, peninjau tiap-tiap pertumbuhan dan perilaku anak.

3. Kekhasan

25 karakteristik metode Montessori 14 :

Tabel II.1. Karakteristik Metode Montessori

Menghargai anak Belajar kesopanan dan saling menghormati Menghargai sesama

Motivasi intrinsik

Ragam budaya

Inisiatif

Kemampuan untuk menyesuaikan diri

Lingkungan yang dipersiapkan

Cosmic education

Material yang mendidik

Kepribadian

Penggabungan kurikulum

Kemandirian

Sense of order

Kebebasan memilih

Pengelompokan secara heterogen

Pembelajaran “hands-on”

Kepekaan diri

Cinta pekerjaan

Moving

Peduli pada diri sendiri

Auto education

Konsentrasi secara spontan

Guru sebagai fasilitator

Disiplin diri Sumber : A Child’s Place Montessori School, 2009

14 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005 A Child’s Place Montessori School, 2009

4. Teori utama tentang cara belajar 15

a. Proses Pikiran Penyerap (Absorbent Mind) Kapasitas belajar dari dalam diri anak. Belajar lewat berinteraksi dengan lingkungan dan alat peraga. Anak melatih, melihat, mendengar, membaui, merasakan, dan meraba lingkungan.

b. Lingkungan yang disiapkan (Prepared Environment) Lingkungan pembelajaran yang disusun guna terjadinya pengembangan pengertian- pengertian tertentu dalam diri anak. Dalam model Montessori, guru mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan pembelajaran bagi murid-muridnya dengan memilih dan menyusun alat-alat belajar sehingga memungkinkan proses belajar terjadi. Alat untuk belajar harus dipilih dengan cermat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah menarik minat anak. Meja dan tempat duduk harus sesuai dengan ukuran anak. Berat perabotan harus pula disesuaikan dengan kekuatan anak sehingga memungkinkan anak memindahkannya sesuai kemampuan mereka. Lingkungan harus ditata sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kesadaran akan keindahan.

c. Auto-education Kemampuan anak untuk mengorganisasikan pemikiran sendiri apabila dikaitkan dengan kegiatan tertentu. Guru bertanggung jawab menyajikan materi pelajaran sedemikian rupa sehingga menumbuhkan pengalaman yang bersifat logis. Anak perlu mendapat kesempatan mengamati dan kemudian melakukan sesuatu yang berarti anak mengorganisasi dunianya dan pemikirannya sendiri. Peran utama guru dalam model Montessori adalah memperagakan bagaimana suatu alat dipergunakan dan bagaimana suatu tugas diselesaikan. Sebagian besar dari alat-alat yang dipergunakan Montessori bersifat ‘mengoreksi diri’. Materi dirancang sedemikian rupa sehingga apabila anak menggunakan alat tersebut mereka langsung mendapat umpan balik terhadap bertepatan anak dalam menggunakan alat tersebut.

5. Prinsip pendidikan Montessori

a. Kebebasan Pengertian kebebasan 16 :

1) Berlapang-lapang, longgar, leluasa, los, merdeka, sesuka hati.

2) Informal, lapang, lega, rileks, santai, terbuka.

“Jika anak dihadapkan pada lingkungan yang tepat, dan memberikan peluang kepada mereka untuk secara bebas merespon secara individual terhadap lingkungan tersebut, maka

pertumbuhan alami anak terbuka dalam kehidupan mereka.” 17

16 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.17 17 Dikutip dari David Gettman (1987),”Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives” (New York: St. Martin’Press), hal 30 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007

Metode Montessori menekankan pentingnya kebebasan karena kebebasan memberikan ruang gerak dan kemampuan untuk mencoba hal-hal baru dan mendapatkan pengalaman baru yang beragam. Kebebasan untuk anak di dalam kelas Montessori :

1) Kebebasan bergerak (di dalam maupun di luar ruangan).

2) Kebebasan memilih aktivitasnya sendiri di dalam kelas.

3) Kebebasan berbicara.

4) Kebebasan untuk tumbuh dan membangun mental dalam lingkungan yang dirancang.

5) Bebas untuk menyayangi dan disayangi.

6) Bebas dari bahaya.

7) Bebas dari persaingan.

8) Bebas dari tekanan. Meskipun anak diberi kebebasan namun ada juga batasan ataupun arahan dalam pemberian aktivitas kepada anak, antara lain :

1) Anak bebas untuk melakukan aktivitas apa saja sejauh tidak melanggar/merampas hak orang lain dalam kelas (menghormati orang lain).

2) Menghormati barang mainan (alat peraga); anak dapat menggunakan alat peraga untuk melakukan aktivitas sejauh menggunakannya dengan cara yang benar (tidak merusak barang tersebut atau benda lain di sekitarnya. Tugas guru untuk mengarahkan hal-hal seperti ini.

3) Menghormati lingkungan; anak diarahkan untuk dapat memperlakukan semua aspek dengan penuh kasih sayang, perhatian dan penghargaan. Anak diarahkan untuk memperlakukan teman lain dan guru dengan lembut, sopan dan penuh penghargaan.

4) Menghormati diri sendiri.

b. Keteraturan

Pengertian keteraturan 18 :

1) Apik, simetris, sistematis, terorganisasi, tertata, rapi, tertib, urut, berirama, harmonis.

2) Ajek, konstan, periodik.

“Ruangan yang dipergunakan untuk ‘belajar’ harus punya iklim yang teratur, terawat dan estetis. Hal itu tidak hanya membangkitkan semangat belajar namun juga memberikan

kebebasan dan kemerdekaan anak untuk mengolah diri” 19 Keteraturan alam semesta harus tercermin dalam lingkungan kelas Montessori.

Melalui keteraturan, anak akan belajar untuk percaya pada lingkungan dan belajar berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang positif.

19 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 Hainstock, 1997 : 8, mengutip Montessori, 1995 19 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 Hainstock, 1997 : 8, mengutip Montessori, 1995

Pengertian keindahan 20 : artistik, bagus, cakap, cantik, elok, permai.

Lingkungan Montessori harus sederhana. Semua yang ada di dalamnya harus memiliki desain dan kualitas yang baik.

d. Alami

Pengertian alami 21 : alamiah, natural, wajar.

“Manusia adalah milik alam, begitu pula khususnya bagi anak. Mereka membutuhkan gambaran dunia yang akan mereka hadapi kelak melalui alam. Semua hal yang diperlukan untuk mengembangkan jiwa dan raga mereka adalah alam sebenarnya.” (Dr. Maria Montessori)

Montessori percaya bahwa alam merangsang pertumbuhan otak dan tubuh. Lingkungan pendidikan Montessori didasarkan atas prinsip realita dan alami. Segala

sesuatunya dirancang sealami dan serealistis mungkin, baik lingkungan indoor maupun outdoor. Lingkungan belajar yang alami memberikan kesempatan anak untuk :

1) Belajar sambil bermain karena bermain merupakan cara belajar anak

2) Belajar dari lingkungan

3) Belajar mengalami realita secara alami

4) Merangsang pertumbuhan otak dan tubuh

e. Alat Peraga Montessori “Hal penting pertama perkembangan anak adalah konsentrasi … Ia harus menemukan cara bagaimana berkonsentrasi, dan oleh karenanya mereka membutuhkan benda-benda yang dapat membuatnya berkonsentrasi … “ (Dr. Maria Montessori)

Alat peraga Montessori merupakan benda-benda atau alat-alat bermain yang dapat membantu pembentukan internal anak, untuk membantu perkembangan fisik dan pembangunan diri anak, disesuaikan dengan kebutuhan internal anak. Setiap benda atau alat bermain dirancang agar memungkinkan terjadinya auto-edukasi. Artinya kontrol kesalahan berada pada benda tersebut bukan pada guru. Kontrol kesalahan ini akan mebimbing anak dalam menggunakan benda tersebut dan memungkinkan anak menyadari kesalahannya sendiri dan memperbaikinya.

Alat-alat yang digunakan dalam pendidikan di Sekolah Montessori terbagi dalam empat kategori, yaitu : Tabel II.2. Alat-Alat Peraga Montessori

a. Alat Menumbuhkan : Ketrampilan yang dipergunakan sehari-hari pengembangan

- disiplin diri adalah mengurus diri dan lingkungannya,

21 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 21 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007

seperti :

- konsentrasi - kepercayaan diri

- alat untuk belajar memasang kancing - alat untuk belajar memasang tali sepatu - alat untuk menyapu lantai, dll

Gb.II.1.Contoh alat pengembangan ketrampilan Sumber : www.a2zmontessori.co.nz/

b. Alat - Pertumbuhan intelektual - Menara pink (1 set sepuluh kubus pengembangan

- Mengembangkan fungsi indera untuk dengan berbagai ukuran) membantu kecerdasan anak

- 7 Macam tekstil yang berbeda fungsi sensoris

kualitasnya, mulai dari yang halus sampai yang kasar (beludru, sutera, wol, linen halus, linen kasar, katun halus,

katun kasar) - Cylinder blocks

- Constructive triangles - Knobless cylinders

Gb.II.2.Contoh alat pengembangan fungsi sensoris Sumber : www.Imj365.com/ShippingProof-2.htm

c. Alat Mengembangkan kemampuan akademik

Bahasa

pengembangan anak - Huruf-huruf yang dapat dipindah- akademis

pindahkan, permukaannya terdiri dari ampelas yang dapat ditempelkan pada papan flannel

- Sandpaper letters, dll

Gb.II.3.Contoh alat pengembangan bahasa Sumber : www.montessori.ie/

Matematika - Sandpaper numbers - Numerical rods - Papan penambahan - Papan pembagian, dll

Gb.II.4.Contoh alat pengembangan matematika Sumber : www.montessori.ie/

Geografi

- Globe - Puzzle map - Flags of the world - Land and water form cards, dll

Gb.II.5.Contoh alat pengembangan geografi Sumber : www.montessori.ie/

Biologi - Botany puzzles

- Zoology puzzles - Leaf cards, dll

Gb.II.6.Contoh alat pengembangan biologi Sumber : www.montessori.ie/

Dll

d. Alat Membantu anak untuk belajar menyukai - Alat-alat musik, seperti Pentatonic pengembangan

dan menghargai seni dan budaya Montessori Bells, not position materials, dll

artistik atau yang berorientasi pada budaya

Gb.II.7.Contoh alat-alat musik

Sumber : www.a2zmontessori.co.nz/

- Gamelan

Gb.II.8.Contoh gamelan Sumber :

www.google.com Gb.II.9.Contoh wayang

- Wayang Sumber : www.google.com

Sumber :Elizabeth G.Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008

f. Kohesi Kemasyarakatan

1) Pengertian kohesi 22 : daya gabung, keterikatan, ketertarikan.

2) Pengertian kemasyarakatan 23 : sosial.

Lingkungan ramah anak merangsang anak berkomunikasi dengan anak lain secara alami dan melatih sosialisasi.

6. Program Belajar 24

a. Kehidupan Praktis Anak akan belajar bagaimana menyikat gigi, mencuci tangan, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, membawa piring ke dapur, mengambil piring di meja, menuangkan air dari teko ke gelas, dan makan dengan garpu. Selain itu, anak dilatih ketrampilan bermasyarakat, seperti bermain peran (menyapa, menyela, berterima kasih, bereaksi terhadap lawan bicara, berperilaku di acara sosial dan di pelajaran). Aktivitas-aktivitas tersebut menyumbang pada kendali dan koordinasi gerakan, pengembangan ketrampilan berkonsentrasi dan peningkatan rasa percaya diri anak.

Kehidupan praktis membantu anak mengembangkan ketrampilan (motorik) dan belajar mandiri.

b. Pengalaman Sensorik Kurikulum Montessori berkontribusi terhadap perkembangan mental. Dengan melatih ketrampilan panca sensorimotor, alat peraga sensorik memungkinkan anak menerima pengetahuan dunia-fisik dan membuat keputusan tentang berbagai kualitas. Tujuan utama pengelaman sensorik adalah pertumbuhan intelektual. Anak mulai diperkenalkan dengan alat peraga sederhana, anak melatih panca indra dan cengkeraman jari, pengenalan warna.

c. Bahasa Kurikulum Montessori menggunakan pendekatan bunyi untuk memperkenalkan bahasa. Huruf alfabet diajarkan menurut bentuk dan ejaannya. Anak akan digiatkan untuk menunjukkan ekspresinya secara lisan, mengenali huruf sebagai awal pembelajaran membaca, tata bahasa dan menulis tangan. Pelajaran bahasa dalam kurikulum Montessori meningkatkan intelektual anak dengan menambah perbendaharaan kata, yang merupakan sarana bernalar dan berkomunikasi.

d. Matematika Anak akan belajar tentang angka sebagai dasar belajar berhitung dan ilmu ukur. Sifat alami materi-materi yang digunakan dalam kehidupan praktis dan sensor membawa kepada pengembangan beberapa keterampilan matematika: ketepatan, keteraturan, diskriminasi, pengenalan persamaan dan perbedaan, gradasi, perkiraan dan penghitungan.

e. Seni dan musik

23 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 24 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.75

Kurikulum Montessori berupaya membangkitkan minat alami anak terhadap seni dan musik. Dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk menggunakan alat lukis dan alat lain diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan pengungkapan diri. Musik menjadi komponen paling penting dalam kurikulum Montessori karena dapat membantu meningkatkan kepekaan indera pendengaran.

f. Gerakan kreatif dan gerakan fisik Kebebasan bergerak memperlancar perkembangan fisik dan motorik, serta melatih sifat mandiri pada anak yang kemudian bermanfaat untuk perkembangan sosial, emosional dan akademis anak-anak.

Setiap program bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak secara individual dan membantu mereka mengembangkan pribadinya. Tiap-Tiap tahap yang diberikan materi yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan anak.

7. Perbedaan Montessori dengan Metode Lain Untuk lebih mudah membedakan antara Montesori dengan Pendidikan Nasional, lihat

tabel dibawah ini 25 :

Tabel II.3. Perbedaan antara Montessori dengan Pendidikan Nasional

Pendidikan Nasional Pendekatan

Montessori

Childs Centre

Teacher Centre

Media/alat belajar

Dengan permainan

Dengan buku

Suasana kelas

Kelas full active

Kelas pasif

Penilaian anak

Tidak kompetitif

Kompetitif

Tujuan pembelajaran

Mengutamakan proses

Cenderung ke hasil/produk

Sifat kelas

Sesuai dengan contoh Guru

pekerjaan

Kurikulum

Depdikbud & khusus

Depdikbud

Pengembangan kemampuan

Motorik & kreativitas/imajinasi

Motorik halus

Quotient

EQ (Emotional Quotient)

IQ (Intelegen Quotient)

Fasilitas

Material Montessori

Material kurang

Model kelas

Group & moving

Individu

Waktu belajar

Full day

Part time

Sumber : Taufik Sukresno, TA-JogjaMontessori School, Fakultas Teknik UII, 2005

8. Montessori Lebih Sesuai Dengan Karakter Anak

a. Dengan kebebasan anak dalam memilih cara/material dalam menyelesaikan pekerjaan, anak-anak secara tidak langsung mengembangkan kepercayaan diri, kreativitas dan kedisiplinan.

b. Kelompok/group membantu anak dalam menukar gagasan dan mendiskusikan pekerjaan/kesulitan mereka dengan orang lain.

c. Full active. Kelas mempunyai interaksi sosial yang tinggi karena anak-anak yang menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator.

25 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005 25 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005

e. Learning by Doing. Sebagian besar pencapaian kurikulum dengan cara praktik langsung, sehingga memori anak sangat kuat dengan praktik tersebut yang tentu saja praktik tersebut mempunyai tujuan pembelajaran tertentu. Anak-anak mengajar diri mereka melalui aktivitasnya bukan guru yang mengajari mereka melalui suara/perintah.

B. Sekolah Montessori

1. Pengertian Fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra-sekolah) dan 7-12 tahun (Sekolah Dasar) untuk mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri dengan menggunakan Metode Montessori.

2. Filosofi 26

a. Setiap anak memiliki cita-cita.

b. Montessori telah mengenali bahwa satu-satunya dorongan untuk belajar anak adalah motivasi diri seorang anak.

c. Seorang anak harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi, intelektual, fisik dan spiritual, kebebasan untuk meraih sesuatu melalui perintah dan disiplin diri.

d. Perintah dan disiplin diri dapat diperoleh dalam “Lingkungan ramah anak” yang mengijinkan anak untuk belajar dengan kecepatannya sesuai kapasitas dan kemampuan mereka sendiri dalam suasana yang non-kompetitif.

e. Guru menyiapkan lingkungan, mengarahkan kegiatan dan menstimulasi anak sehingga anak dapat belajar dengan sendirinya.

f. Pola gambaran ketekunan dan kecermatan ditanamkan semenjak dini sehingga menghasilkan siswa yang percaya diri dan kompeten.

g. Montessori mengajarkan anak untuk meneliti, berpikir, dan memutuskan.

h. Metode Montessori mengenalkan kepada anak cara belajar yang menyenangkan pada tahap awal dan menyediakan kerangka kerja di mana intelektual dan disiplin sosial diajarkan.

3. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan dalam metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan

praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiril. 27

27 http://www.montessori-school.com Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november 2008

Secara keseluruhan, menurut American Montessori Society (1984), tujuan pendidikan Montessori adalah :

a. Pengembangan konsentrasi

b. Ketrampilan mengamati

c. Keselarasan memahami tingkatan dan urutan