ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA KEUANGAN pada PERUSAHAAN yang MELAKUKAN SEO (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEJ 2000-2006)

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA KEUANGAN pada PERUSAHAAN yang MELAKUKAN SEO (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEJ 2000-2006)

SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh : DWI RATNA WULANDARI NIM : F0206007 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA KEUANGAN pada PERUSAHAAN yang MELAKUKAN SEO (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEJ 2000-2006)

Surakarta, 15 April 2010 Disetujui dan Diterima oleh Pembimbing

Prof. Dr. Hartono, MS. NIP. 19531221 198003 1 004

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.

Surakarta, 1 Mei 2010 Tim Penguji Skripsi

1. Drs. Soenarjanto, M.M.

(...........................) NIP. 19560327 198503 1 004

Sebagai Ketua

2. Prof. Dr. Hartono, M.S. Sebagai Pembimbing (..........................) NIP. 19531221 198003 1 004

3. Heru Agustanto, S.E., M.E. Sebagai Anggota

(..........................) NIP. 19580814 19801 1 001

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak merubah sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ”.

QS. Al- Ra’d 13 :1 1. “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh, selain apa yang

telah diusahakannya” QS. Al-Najm 53:39

Mulai dengan bismillah dan akhiri dengan alhamdulillah (Anonim)

Kesuksesan berawal dari keyakinan bahwa kita bisa (Anonim)

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk  Allah SWT...

 Junjunganku Nabi Muhammad SAW  Ibu, Bapak dan kakakku tercinta  Keluarga Besarku  Seorang yang akan mengisi sela jariku…  Keluarga inori 3  Sahabat dan teman-teman…..  Almamater

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Hirobbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang Melakukan SEO (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2000-2006) ”, guna memenuhi tugas akhir dan syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu , pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini, yaitu:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Endang Suhari, Msi. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Reza Rahardian, SE, Msi. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Hartono, MS selaku pembimbing skripsi.

5. Dra. Hj. Mahastuti Agung, MSi. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pelayanan yang telah diberikan.

7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya pembaca yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.

Surakarta, April 2010

Penulis

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Melakukan SEO pada periode 2000-200 6……………………………………... 65 Lampiran 2 Data-Data Variabel yang Digunakan dalam Penelitian ……… 66 Lampiran 3 Hasil Uji Regresi Linear…………………………………….. 72 Lampiran 4 Hasil Uji Independent Sample T Test………………………. 81

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA KEUANGAN pada PERUSAHAAN yang MELAKUKAN SEO (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEJ 2000-2006) DWI RATNA WULANDARI F0206007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya praktek manajemen laba pada sebagian besar perusahaan yang melakukan SEO, adanya pengaruh discretionary accruals terhadap kinerja keuangan perusahaan, serta adanya perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang melakukan manajemen laba dan yang tidak melakukan manajemen laba.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Data yang digunakan adalah perusahaan yang melakukan SEO pada periode 2000-2006 dan diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pengambilan sampel dilakukan dengan pupossive sampling method. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dan uji Independent Sample T Test.

Dari penelitian ini diperoleh hasil : (1) terdapat praktek manajemen laba pada sebagian besar perusahaan yang melakukan SEO, (2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara discretionary accruals terhadap kinerja keuangan, dan (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan manajemen laba dan yang tidak melakukan manajemen laba.

Kata kunci : SEO, discretionary accruals, manajemen laba, kinerja keuangan

ABSTRACT ANALYSIS INFLUENCE OF EARNINGS MANAGEMENT TO THE SEO COMPANY FINANCIAL PERFORMANCE

(Case Study to Manufacturer Companies at BEJ 2000-2006)

DWI RATNA WULANDARI NIM F0206007

The research aims to know the existence of earnings management practice at most of SEO companies, the influence of discretionary accruals to the company financial performance, and the differences of financial performance between companies that use earnings management and those which do not use it.

This is a qualitative research using secondary data. Data being used is SEO companies in the period of 2000-2006. Purposive sampling method is used as colleting data tools. This uses Regression Analysis and Sample T Independent Test.

From the research, there are resulted: (1) there are earnings management practice done by most of SEO companies; (2) there is no significant influence between discretionary accruals to the financial effort, and (3) there is no significant difference between companies that uses earnings management and those which do not use it.

Keywords: SEO, discretionary accruals, earnings management, financial performance

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk keperluan modal usaha maupun untuk perluasan usahanya. Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan.

Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa utang maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity) melalui mekanisme go public.

Penawaran surat berharga kepada publik (go public) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu unseasoned securities dan seasoned securities (Megginson, 1997 dalam Sulistyanto, 2008). Unseasoned securities adalah penawaran surat berharga kepada publik melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO). Seasoned securities adalah surat berharga tambahan diluar surat berharga yang telah beredar di masyarakat yang ditawarkan kepada publik pada saat Seasoned Equity Offering (SEO). Penawaran surat berharga tambahan ini dilakukan perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana yang nantinya dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan ataupun membayar hutang yang jatuh tempo.

Penjualan seasoned securities dapat dilakukan dengan beberapa cara. Perusahaan dapat menjual hak (right) kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru dengan harga tertentu disebut sebagai right issue. Cara yang lain, surat berharga tersebut dijual kepada investor melalui mekanisme second offering, third offering , dan seterusnya. Namun perusahaan dengan kepemilikan yang terkonsentrasi akan cenderung menggunakan right issue untuk menambah ekuitas barunya (Eckbo dan Masulis, 1992 dalam Sulistyanto 2008).

Dalam proses SEO, perusahaan harus mempublikasikan prospektus penawaran yang berisi informasi keuangan maupun informasi lainnya untuk menilai prospek perusahaan di masa depan. Minimnya informasi yang dikuasai oleh investor dibandingkan dengan informasi yang dikuasai oleh manajemen perusahaan menyebabkan timbulnya asimetri informasi (asymmetric information) dan ketidakpastian pada saat SEO. Keunggulan manajemen dalam menguasai informasi tersebut memberi kesempatan dan memotivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba (earning management ) (Teoh et al, 1998). Usaha ini dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dari pasar yang selanjutnya menentukan jumlah dana yang diperoleh dengan menyajikan kinerja yang optimal dengan cara meningkatkan kinerja perusahaan melebihi kinerja yang sesungguhnya.

Agar kinerja perusahaan terlihat bagus, manajemen berusaha untuk mengatur laba, yaitu dengan melakukan manajemen laba. Ada berbagai cara dalam manajemen laba, di antaranya pemilihan metode akuntansi atau Agar kinerja perusahaan terlihat bagus, manajemen berusaha untuk mengatur laba, yaitu dengan melakukan manajemen laba. Ada berbagai cara dalam manajemen laba, di antaranya pemilihan metode akuntansi atau

perusahaan. Diungkapkan oleh Roshan bahwa transaksi akrual terdiri atas transaksi non-discretionary accruals dan discretionary accruals, transaksi non-discretionary accruals misalnya biaya depresiasi, sedangkan transaksi discretionary accruals misalnya waktu dari pengakuan pendapatan (Roshan, 1998). Teoh et al. (1998) juga melaporkan bahwa discreationary accruals digunakan oleh perusahaan yang melakukan SEO pada periode sebelum issue, mencapai puncaknya pada saat issue, dan menurun pada periode pasca issue.

Pendekatan lain untuk menjelaskan earnings management sebelum SEO dilakukan oleh Rangan (1998) dan Erickson dan Wang (1999) dalam Sulistyanto (2008). Penelitian-penelitian ini memberikan alternatif penjelasan atas temuan earnings management seputar penawaran saham yang terjadi karena meningkatnya transaksi discretionary accruals. Para peneliti ini menyajikan hipotesis bahwa para investor tidak memahami earnings management pada saat penawaran saham. Para manajer berusaha menunjukkan kinerja yang baik untuk mengantisipasi negosiasi harga pembelian saham oleh investor. Dengan demikian earnings management merupakan bentuk ekspektasi rasional yang perlu dilakukan untuk menarik minat investor. Pernyataan ini didukung oleh Shivakumar (2000) yang Pendekatan lain untuk menjelaskan earnings management sebelum SEO dilakukan oleh Rangan (1998) dan Erickson dan Wang (1999) dalam Sulistyanto (2008). Penelitian-penelitian ini memberikan alternatif penjelasan atas temuan earnings management seputar penawaran saham yang terjadi karena meningkatnya transaksi discretionary accruals. Para peneliti ini menyajikan hipotesis bahwa para investor tidak memahami earnings management pada saat penawaran saham. Para manajer berusaha menunjukkan kinerja yang baik untuk mengantisipasi negosiasi harga pembelian saham oleh investor. Dengan demikian earnings management merupakan bentuk ekspektasi rasional yang perlu dilakukan untuk menarik minat investor. Pernyataan ini didukung oleh Shivakumar (2000) yang

Meskipun demikian Loughran and Ritter (1997) mengatakan bahwa masih perlu diadakan pengujian lebih lanjut untuk mengidentifikasi karakteristik yang dapat digunakan untuk memprediksi penurunan kinerja sesudah SEO. Secara khusus, karakteristik yang diperoleh diharapkan akan dapat digunakan untuk menjelaskan apakah penurunan kinerja perusahaan merupakan manifestasi akibat dari kinerja sebelum SEO.

Adanya pengumuman penawaran saham biasanya akan dianggap sebagai suatu sinyal bahwa prospek perusahaan seperti yang dilihat oleh manajemen tiak terlalu cerah. Oleh karenanya, manajemen perusahaan berusaha untuk memberikan sinyal positif kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya. Sinyal positif ini diwujudkan dalam kinerja yang dilaporkannya. Namun sinyal positif ini dalam jangka panjang tidak bisa dipertahankan oleh manajemen, yang tercermin dari penurunan kinerja yang dilaporkan oleh perusahaan tersebut (Teoh et al., 1998).

Penelitian yang dilakukan oleh McLaughin et al. (1998) menganalisis cash flow pada periode sebelum dan sesudah SEO. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terjadi penurunan kinerja cash flow perusahaan sekitar 20% selama tiga tahun setelah penawaran. Temuan ini didukung penelitian

Teoh et al. (1998) yang membuktikan adanya penurunan kinerja jangka panjang (3 tahun) sesudah dilakukannya SEO. Penelitian tersebut menggunakan rasio keuangan likuiditas, leverage, operating , dan profitabilitas sebagai proksi kinerja perusahaan. Teoh et al. (1998) juga menyatakan walaupun secara umum kondisi perekonomian memburuk, tapi penurunan kinerja perusahaan yang melakukan SEO ternyata lebih besar daripada yang tidak melakukan SEO. Hasil-hasil penelitian di atas mengindikasikan adanya upaya manajemen memanipulasi laba sebelum proses SEO, agar kinerja perusahaan pada saat penawaran tersebut kelihatan bagus.

Penelitian lain oleh Alderson dan Betker (1997) dan Trail dan Vos (2001) dalam Sulistyanto (2008) menjelaskan penurunan kinerja perusahaan yang melakukan SEO dengan menggunakan kerangka windows of opportunity dan fenomena agency theory. Dalam windows of opportunity, penurunan kinerja bisa terjadi karena adanya upaya perusahaan untuk mengambil keuntungan jangka pendek pada saat pasar menilai perusahaan terlalu tinggi (overvalue), yaitu dengan mengeluarkan saham tambahannya. Padahal dalam jangka panjang penilaian yang terlalu tinggi tersebut tidak bisa dipertahankan karena pasar melakukan koreksi terhadap "kesalahannya". Sementara dalam agency theory yaitu teori yang berfokus pada masalah yang muncul antara principal-agent dalam pemisahan kepemilikan dan kontrol terhadap

perusahaan (Morris, 1987 dalam Sulistyanto 2008), manajemen perusahaan berusaha untuk memberikan sinyal positif kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya.

Di Indonesia juga terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh Harto dan Candy dalam Sulistyanto (2008) yang memberikan gambaran bahwa secara signifikan kinerja perusahaan yang melakukan SEO mengalami penurunan pada periode 3 tahun sesudah SEO. Harto (2001) mengukur kinerja yang meliputi likuiditas, leverage, operating, dan profitabilitas, sedangkan Candy (2002) mengukur kinerja keuangan dan kinerja operasional perusahaan yang melakukan SEO. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model yang sama, yaitu dengan membandingkan kinerja sebelum dan sesudah SEO. Walaupun ditemukan bukti adanya penurunan kinerja yang signifikan setelah SEO, namun penelitian-penelitian tersebut belum memberikan penjelasan tentang faktor-faktor penyebabnya. Penelitian-penelitian tersebut hanya menduga adanya manipulasi pada periode sebelum SEO yang menyebabkan penurunan kinerja sesudah SEO.

Terkait dengan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Manajemen Laba

Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang Melakukan SEO (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEJ 2000- 2006)”.

B. Batasan Masalah

Agar masalah yang diselidiki tidak terlalu luas cakupannya dan agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang akan dibahas, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut : Analisis Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang Melakukan SEO Agar masalah yang diselidiki tidak terlalu luas cakupannya dan agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang akan dibahas, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut : Analisis Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang Melakukan SEO

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat praktek manajemen laba pada perusahaan yang melakukan SEO?

2. Apakah terdapat pengaruh discretionary accruals terhadap kinerja keuangan perusahaan?

3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang melakukan manajemen laba dan yang tidak melakukan manajemen laba?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adanya praktek manajemen laba pada perusahaan yang melakukan SEO.

2. Untuk mengetahui pengaruh discretionary accruals terhadap kinerja keuangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang melakukan manajemen laba dan yang tidak melakukan manajemen laba.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini, sebagai berikut:

a. Bagi perusahaan (emiten) untuk memberikan informasi yang transparan kepada investor agar dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan investor sehingga dapat menimbulkan kepercayaan investor kepada perusahaan.

b. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia untuk menetapkan standar akuntansi keuangan yang lebih ketat bagi perusahaan dalam hal pemilihan dan perubahan metode akuntansi yang digunakan oleh perusahaan.

c. Bagi para akademisi yang tertarik untuk meneliti pasar modal di Indonesia, terutama mengenai manajemen laba dan kinerja.

BAB II TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pasar Modal

Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No 1548/KMK/90 tentang Peraturan Pasar Modal, pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank- bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.

2. Alasan Dibentuknya Pasar Modal

Pasar modal dalam perkembangannya menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Sedangkan dalam fungsi keuangan, pasar modal menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.

Mengingat pentingnya peranan pasar modal bagi lenders maupun borrowers , Husnan (1996) mengemukakan bahwa terdapat beberapa alasan atau daya tarik dibentuknya pasar modal, yaitu:

1. Dengan dibentuknya pasar modal diharapkan akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Sistem perbankan menerapkan peraturan bahwa perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana untuk ekspansi usaha hanya bisa memperoleh dana tersebut dalam bentuk kredit. Sementara dalam teori keuangan dijelaskan bahwa bagaimanapun juga akan terdapat batasan dalam penggunaan hutang. Keterbatasan tersebut diindikasikan dengan terlalu tingginya debt to equity ratio (perbandingan antara hutang dengan modal sendiri) yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, pasar modal menjadi alternatif jika perusahaan ingin menghindari dari debt to equity yang terlalu tinggi.

2. Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Dengan adanya pasar modal, para pemodal memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portfolio sesuai dengan risiko yang bersedia mereka tanggung dan tingkat keuntungan yang mereka harapkan.

3. Investasi pada pasar modal lebih likuid dibandingkan pada aktiva tetap.

4. Pasar modal merupakan alternatif pendanaan ekstern dengan biaya yang lebih rendah daripada sistem perbankan.

3. Macam-Macam Pasar Modal

Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Menurut Sunariyah (2006) jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu:

1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.

2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual.

3. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market). Dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut trading information.

4. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).

4. Bursa Efek

Menurut Husnan (1996) bursa efek adalah merupakan perusahaan yang jasa utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan perdagangan Menurut Husnan (1996) bursa efek adalah merupakan perusahaan yang jasa utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan perdagangan

Menurut Husnan (1996) perdagangan sekuritas di BEJ dilakukan pada tiga segmen pasar yang utama, yaitu:

a. Pasar reguler Perdagangan regular adalah tempat untuk para pemodal yang ingin memperoleh harga terbaik bagi sekuritas mereka. Pada perdagangan ini, harga terbentuk sesuai dengan harga lelang, dengan proses tawar menawar didasarkan atas prioritas harga dan prioritas waktu. Harga yang dicantumkan pada pasar regular adalah harga terkhir saham tersebut diperdagangkan.

b. Pasar non-reguler Perdagangan ini akan dipilih para pemodal yang ingin membeli atau menjual sekuritas dalam jumlah dan harga yang sesuai dengan kesepakatan mereka sendiri. Perdagangan non-reguler dilakukan pada papan perdagangan yang berbeda, dan terdiri dari empat tipe, yaitu: block trading, crossing, foreign board, dan odd lot. Block trading b. Pasar non-reguler Perdagangan ini akan dipilih para pemodal yang ingin membeli atau menjual sekuritas dalam jumlah dan harga yang sesuai dengan kesepakatan mereka sendiri. Perdagangan non-reguler dilakukan pada papan perdagangan yang berbeda, dan terdiri dari empat tipe, yaitu: block trading, crossing, foreign board, dan odd lot. Block trading

c. Pasar tunai Perdagangan tunai ditunjukan pada para pialang yang tidak mampu menyerahkan sekuritas yang diperdagangkan pada hari ke lima setelah transaksi (t+4).

5. Penawaran perdana ke publik

Semakin berkembang suatu perusahaan maka kebutuhan modal tambahan sangat dirasakan. Pada saat ini, perusahaan harus menentukan untuk menambah modal dengan cara utang atau menambah jumlah dari pemilikan dengan menerbitkan saham baru. Jika saham akan dijual untuk menambah modal, saham baru dapat dijual dengan berbagai macam cara sebagai berikut (Jogiyanto, 2008):

a. Dijual kepada pemegang saham yang sudah ada.

b. Dijual kepada karyawan lewat ESOP (employee stock ownership plan).

c. Menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan ).

d. Dijual langsung kepada pembeli tunggal (biasanya investor institusi) secara privat (privat placement).

e. Ditawarkan kepada publik.

6. Seasoned Equity Offering (SEO)

a. Pengertian SEO Seasoned Equity Offering (SEO) adalah surat berharga tambahan diluar surat berharga yang telah beredar di masyarakat yang ditawarkan kepada publik pada saat Seasoned Equity Offering, (Megginson, 1997 dalam Sulistyanto, 2008).

b. Tujuan SEO Seperti halnya kebijakan kredit, penawaran saham kepada publik juga bertujuan untuk memperoleh tambahan modal yang akan digunakan untuk kepentingan operasional atau investasi. SEO adalah salah satu cara yang dipilih perusahaan untuk memperoleh tambahan modal tersebut dengan menghimpun dana dari masyarakat maupun pemegang saham lama dengan tujuan, antara lain (Rejeki, 2006):

1. Membiayai kegiatan operasional perusahaan

2. Melakukan ekspansi atau perluasan usaha, baik dilakukan oleh perusahaan sendiri maupun melalui penyertaan pada anak perusahaan.

3. Membiayai proyek pengembangan usaha yang memerlukan dana besar.

4. Melakukan pendanaan ulang (refinancing), dimana dana yang diperoleh dari penjualan saham akan digunakan untuk membayar utang, sehingga berakibat menurunkan beban bunga dan pada akhirnya diharapkan meningkatkan laba perusahaan.

5. Kombinasi dari refinancing dan investasi, dimana dana yang diperoleh dari penjualan saham, sebagian untuk perluasan dan sebagian lagi untuk membayar hutang.

6. Memberikan kesempatan untuk melakukan penawaran saham yang dimiliki oleh pemegang saham pendiri.

c. Cara Melakukan SEO Penjualan SEO dapat dilakukan dengan beberapa cara.

1. Perusahaan dapat menjual hak (right) kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru dengan harga tertentu disebut sebagai right issue. Perusahaan dengan kepemilikan yang terkonsentrasi akan cenderung menggunakan right issue untuk menambah ekuitas barunya

2. Surat berharga tersebut dijual kepada investor melalui mekanisme second offering, third offering, dan seterusnya.

Right issue diartikan sebagai bukti right yang merupakan hak bagi pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten, biasanya dengan harga dibawah harga pasar. Right issue merupakan upaya emiten untuk menghemat biaya dan sekaligus menambah jumlah saham yang beredar. Karena merupakan suatu right, Right issue diartikan sebagai bukti right yang merupakan hak bagi pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten, biasanya dengan harga dibawah harga pasar. Right issue merupakan upaya emiten untuk menghemat biaya dan sekaligus menambah jumlah saham yang beredar. Karena merupakan suatu right,

Right issue merupakan kebijakan yang sering diambil oleh perusahaan-perusahaan yang ada di emerging market seperti Indonesia meskipun dengan right issue modal yang diperoleh perusahaan mungkin tidak sebesar jika menjual saham kepada publik. Alasan yang menyebabkan beberapa perusahaan memilih untuk melakukan SEO dengan right issue adalah (Rejeki, 2006):

1. Biaya lebih murah daripada penawaran umum. Dalam right issue, perusahan tidak diharuskan untuk menggunakan penjamin (underwriter) sehingga tidak memerlukan biaya tambahan untuk komisi underwriter.

2. Pemegang saham lama dapat mempertahankan proporsi kepemilikan sahamnya jika ia menginginkannya. Dengan adanya prioritas pembelian sekuritas oleh pemegang saham lama, dalam right issue , pemegang saham lama dapat tetap mempertahankan proporsi kepemilikannya dengan cara menggunakan haknya untuk membeli right tersebut.

3. Saham lebih likuid. Dalam right issue, setiap pemegang saham yang memiliki hak preemptive (hak istimewa untuk membeli lebih dahulu saham baru yang dikeluarkan perusahaan) dapat membeli atau melepaskan saham yang dimilikinya setiap saat dan dengan 3. Saham lebih likuid. Dalam right issue, setiap pemegang saham yang memiliki hak preemptive (hak istimewa untuk membeli lebih dahulu saham baru yang dikeluarkan perusahaan) dapat membeli atau melepaskan saham yang dimilikinya setiap saat dan dengan

7. Teori Akuntansi Positif

Teori Akuntansi Positif bertujuan untuk menjelaskan dan meramalkan praktik akuntansi. Teori Akuntansi Positif didasarkan pada adanya persepsi bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur/politisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kepentingan mereka, yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi dan kesejahteraan mereka (Riahi, 2007). Teori Akuntansi Positif berusaha mengungkapkan bahwa faktor-faktor ekonomi tertentu atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu bisa dikaitkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan. Lebih khususnya, teori ini mengungkapkan pengaruh dari variabel-variabel ekonomi terhadap motivasi manajer untuk memilih suatu metode akuntansi.

Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk memanaje atau mengatur data keuangan yang dilaporkan. Perlu dicatat disini bahwa manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk memanaje atau mengatur data keuangan yang dilaporkan. Perlu dicatat disini bahwa manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan

8. Manajemen Laba

a. Pengertian Manajemen Laba Manajemen laba merupakan suatu tindakan manajemen untuk melaporkan jumlah laba yang akan memaksimalkan kepentingan pribadi atau kepentingan perusahaan dengan memakai kebijakan penggunaan metode akuntansi (Scott, 2003). Sedangkan menurut Riahi (2007) definisi operasional dari manajemn laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi.

Manajemen laba dilakukan dengan menggunakan kebijakan akrual. Akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut (Suwardjono, 2008). Kebijakan akrual dipakai sebagai ukuran manajemen laba selama periode investasi yang menggambarkan info dalam studi yang dikembangkan oleh Jones. Penggunaan kebijakan Manajemen laba dilakukan dengan menggunakan kebijakan akrual. Akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut (Suwardjono, 2008). Kebijakan akrual dipakai sebagai ukuran manajemen laba selama periode investasi yang menggambarkan info dalam studi yang dikembangkan oleh Jones. Penggunaan kebijakan

b. Strategi Manajemen Laba Menurut Wild (2005), terdapat tiga jenis strategi yang diterapkan dalam manajemen laba, yaitu:

1. Manajer meningkatkan laba periode kini Salah satu strategi manajemen laba adalah meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode.

2. Mandi besar (big bath) Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (sering kali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi big bath juga sering kali dilakukan setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya. Karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak berulang, pemakai cenderung tidak memerhatikan dampak keuangannya. Hal ini memberikan kesempatan untuk menghapus semua dosa masa lalu dan 2. Mandi besar (big bath) Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (sering kali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi big bath juga sering kali dilakukan setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya. Karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak berulang, pemakai cenderung tidak memerhatikan dampak keuangannya. Hal ini memberikan kesempatan untuk menghapus semua dosa masa lalu dan

3. Perataan laba (income smoothing) Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan mencip takan cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini pada saat periode buruk.

c. Motivasi Manajemen Laba Tiga motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba dikemukakan oleh Healy dan Wahlen (1998) dalam Setyaningrum (2008) yaitu:

1. Motivasi Penilaian dan Harapan Pasar Modal

Sebagian besar investor dan analisis keuangan menggunakan informasi yang berbasis akuntansi (financial information ) untuk melakukan penilaian terhadap prospek perusahaan. Sebagai konsekuensinya, dorongan perusahaan untuk melakukan manipulasi terhadap laba semakin besar. Minimnya informasi yang dikuasai oleh investor dibandingkan dengan informasi yang dikuasai oleh manajemen perusahaan menyebabkan timbulnya asimetri informasi (asymmetric information ) dan ketidakpastian di pasar modal. Keunggulan manajemen dalam menguasai informasi tersebut memberi Sebagian besar investor dan analisis keuangan menggunakan informasi yang berbasis akuntansi (financial information ) untuk melakukan penilaian terhadap prospek perusahaan. Sebagai konsekuensinya, dorongan perusahaan untuk melakukan manipulasi terhadap laba semakin besar. Minimnya informasi yang dikuasai oleh investor dibandingkan dengan informasi yang dikuasai oleh manajemen perusahaan menyebabkan timbulnya asimetri informasi (asymmetric information ) dan ketidakpastian di pasar modal. Keunggulan manajemen dalam menguasai informasi tersebut memberi

Bukti konsisten juga ditunjukkan oleh Alderson dan Betker (1997) pada Sulistyanto (2008) menemukan bukti bahwa perusahaan yang melakukan SEO melakukan manajemen laba yang dibuktikan dengan adanya upaya perusahaan memperoleh keuntungan jangka pendek dengan cara melakukan incoming increasing .

2. Motivasi Kontraktual Pada saat ini perusahaan menerapkan kontrak kompensasi bagi manajemen. Pada awal 1970, Wan dan Zammerson menegaskan bahwa kontrak kompensasi dapat menjadi pemicu terjadinya manajemen laba. Motivasi merupakan dorongan bagi manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Apabila laba yang diperoleh rendah dari target yang ditetapkan maka akan mendorong manajer untuk melakukan manipulasi laba dengan mentransfer laba masa depan (future earning ) menjadi laba sekarang (current earning) dengan

harapan akan memperoleh bonus (Scott, 2003). Healy dan Wahlen (1998) dalam Setyaningrum (2008) menemukan bukti bahwa dewan eksekutif melakukan manipulasi terhadap harapan akan memperoleh bonus (Scott, 2003). Healy dan Wahlen (1998) dalam Setyaningrum (2008) menemukan bukti bahwa dewan eksekutif melakukan manipulasi terhadap

3. Motivasi Regulasi Pemerintah Dikemukakan oleh Jones (1991) pada Setyaningrum (2008) bahwa 23 perusahaan dari 5 industri yang sedang mengalami investigasi impor oleh United State International Trade Commission lebih memilih untuk melaporkan income yang menurun dengan menggunakan discretionary accrual untuk mempengaruhi keputusan karena adanya regulasi impor.

Sedangkan Wild (2005) mengemukakan motivasi melakukan manajemen laba dalam tiga hal, yaitu:

1. Insentif Perjanjian Perjanjian kompensasi manajer biasanya mencakup bonus berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan bawah, artinya manajer tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapatkan bonus tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti manajer memiliki insentif untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan tingkat laba yang belum diubah terkait dengan batas atas dan bawah ini.

2. Dampak Harga Saham Manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu, 2. Dampak Harga Saham Manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu,

3. Insentif Lain Alasan manajer melakukan manajemen laba antara lain untuk menghindari biaya politik dan penelitian yang dilakukan badan pemerintah, memperoleh keuntungan dari pemerintah misalnya subsidi atau proteksi dari persaingan asing, dan untuk mengelakkan permintaan buruh.

d. Mekanisme Manajemen Laba Menurut Wild (2005) dua metode utama dalam manajemen laba yaitu:

1. Pemindahan laba Merupakan manajemen laba dengan memindahkan laba dari satu periode ke periode lainnya. Pemindahan laba dapat dilakukan dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban. Bentuk manajemen laba ini biasanya menyebabkan dampak pembalik pada satu atau beberapa periode masa depan, sering kali satu periode berikutnya. Contoh pemindahan laba adalah: 1. Pemindahan laba Merupakan manajemen laba dengan memindahkan laba dari satu periode ke periode lainnya. Pemindahan laba dapat dilakukan dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban. Bentuk manajemen laba ini biasanya menyebabkan dampak pembalik pada satu atau beberapa periode masa depan, sering kali satu periode berikutnya. Contoh pemindahan laba adalah:

b) Menunda pengakuan beban dengan mengapitalisasi beban dan mengamortisasi sepanjang periode masa depan.

c) Memindahkan beban pada periode berikut dengan mengadopsi metode akuntansi tertentu. Misal memilih metode FIFO untuk persediaan (bukan LIFO) dan memilih metode penyusutan garis lurus (bukan metode percepatan) dapat menunda pengakuan beban.

d) Membuat biaya yang terjadi hanya satu waktu tertentu seperti penurunan nilai aktiva dan biaya restrukturisasi pada periode antara. Hal ini memudahkan perusahaan untuk mempercepat pengakuan beban, dan karenanya membeuat laba periode depan terlihat lebih baik.

2. Manajemen laba melalui klasifikasi Laba juga dapat ditentukan dengan cara khusus mengklasifikasi beban (dan pendapatan) pada bagian tertentu laporan laba rugi. Bentuk umum dari manajemen laba melalui klasifikasi adalah memindahkan beban dibawah garis atau melaporkan beban pada pos luar biasa dan tidak berulang 2. Manajemen laba melalui klasifikasi Laba juga dapat ditentukan dengan cara khusus mengklasifikasi beban (dan pendapatan) pada bagian tertentu laporan laba rugi. Bentuk umum dari manajemen laba melalui klasifikasi adalah memindahkan beban dibawah garis atau melaporkan beban pada pos luar biasa dan tidak berulang

a) Saat perusahaan menghentikan suatu segmen usaha, laba segmen tersebut harus dilaporkan terpisah sebagai laba (rugi) operasi yang dihentikan. Pos ini biasanya diabaikan oleh analis karena terkait dengan unit usaha yang tidak lagi memengaruhi perusahaan. Tetapi beberapa perusahaan mengalokasikan porsi biaya bersama yang cukup besar (misal biaya overhead perusahaan) pada segmen yang dihentikan, sehingga menghasilkan laba untuk bagian perusahaan lainnya.

b) Penggunaan beban khusus seperti penurunan nilai aktiva dan biaya restrukturisasi telah meningkat pesat (hampir 40% perusahaan melaporkan paling tidak satu jenis beban ini). Motivasi melakukan hal ini disebabkan oleh kebiasaan analis untuk mengabaikan biaya khusus karena sifatnya tidak biasa dan tidak berulang. Dengan mencatat biaya khusus ini secara berkala dan memasukkan beban operasi pada biaya ini, perusahaan membuat para analis mengabaikan sebagian beban operasi.

9. Kinerja Perusahaan

Husnan (1996) menyatakan bahwa kinerja perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan dan kinerja saham. Kinerja keuangan dinilai dari laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas .

Rasio merupakan gambaran hubungan atau perimbangan (mathematical judgement) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2002). Sedangkan Riyanto (1995) menyatakan bahwa rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam „arithmethical term‟ yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua data, dan jika dihubungkan dengan masalah keuangan maka akan menjadi data keuangan.

Analisis rasio sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi atau kinerja (performance) perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata industri, sedangkan bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. Analisis rasio juga bermanfaat bagi para investor dalam mengevaluasi nilai saham dan adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan pada suatu perusahaan (Munawir, 2002).

Ada bermacam-macam penggolongan rasio keuangan, namun demikian hanya beberapa golongan saja yang banyak digunakan. Golongan rasio tersebut meliputi: rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas . Dari tiap golongan tersebut dapat diperinci rasio-rasio yang terkait di dalamnya.

1. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio yang termasuk dalam golongan ini adalah current ratio dan quick ratio.

a. Current ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar menggunakan aktiva lancar. Current ratio dihitung dengan aktiva lancar dibagi kewajiban lancar.

b. Quick ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar menggunakan aktiva yang paling likuid (quick asset) berwujud kas, surat berharga, dan piutang.

Quick ratio =

2. Rasio Leverage merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur seberapa besar harta perusahaan diperoleh atau didanai dengan hutang. Rasio yang termasuk golongan ini antara lain adalah debt to equity ratio dan liabilities to total asset.

a. Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur proporsi hutang terhadap modal sendiri. Debt to equity ratio dihitung dengan total kewajiban dibagi ekuitas pemegang saham.

b. Liabilities to total asset adalah rasio yang menjelaskan seberapa besar harta yang dimiliki perusahaan didanai dengan hutang. Liabilities to total asset dihitung dengan total kewajiban dibagi dengan total asset.

3. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang terdapat dalam perusahaan. Beberapa rasio yang masuk dalam golongan ini adalah accounts receivable turnover dan inventory turnover.

a. Accounts receivable turnover adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur perputaran dana yang tertanam pada piutang periode tertentu. Account receivable turnover diperoleh dengan cara penjualan dibagi dengan rata-rata piutang usaha. Rasio ini

b. Inventory turnover adalah rasio yang mengukur perputaran dana yang tertanam pada inventory. Inventory turnover diperoleh dengan cara penjualan dibagi dengan rata-rata persediaan.

4. Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Rasio yang masuk golongan ini di antaranya adalah net profit margin ratio, return on equity, dan return on asset.

a. Net profit margin ratio adalah rasio yang mengukur perbandingan persentase laba bersih terhadap penjualan. Net Profit Margin dihitung dengan laba bersih dibagi dengan penjualan. Ratio ini member gambaran tentang laba untuk pemegang saham sebagai presentase dari penjualan.

b. Return on equity adalah rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE dihitung dengan cara laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham dibagi ekuitas saham biasa. Hubungan antara ROE dan besarnya proporsi utang terhadap total aktiva yaitu selama perusahaan masih mampu meningkatkan labanya, maka setiap utang akan mengakibatkan naiknya angka ROE, yang tentu saja menguntungkan para pemegang saham biasa. Semakin besar jumlah utang, maka makin besar ratio antara aktiva dan modal, sehingga semakin besar angka ROE.

c. Return on asset adalah rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari harta perusahaan. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.

ROA =

10. Hubungan antara manajemen laba dengan SEO

Penerbitan SEO akan memberikan pengaruh pada manajemen untuk menyajikan kinerja yang optimal guna memperoleh sinyal positif dari pasar karena akan menentukan jumlah tambahan dana yang akan diperoleh perusahaan.