ANALISIS PERMINTAAN IKAN LAUT DI KABUPATEN REMBANG

ANALISIS PERMINTAAN IKAN LAUT DI KABUPATEN REMBANG SKRIPSI

Oleh : RAHMAWATI SAUMA WULANSARI

H 0306030

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ANALISIS PERMINTAAN IKAN LAUT DI KABUPATEN REMBANG

Skripsi

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : RAHMAWATI SAUMA WULANSARI

H 0306030

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ANALISIS PERMINTAAN IKAN LAUT DI KABUPATEN REMBANG

yang dipersiapkan dan disusun oleh RAHMAWATI SAUMA WULANSARI

H 0306030

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal:................................ dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Setyowati, SP. MP. NIP. 19650626 199003 2 001

Ir. Sugiharti M.H., MP.

Umi Barokah, SP. MP

Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.

2. Ir. Agustono, Msi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian UNS.

3. Ir. Sugiharti M.H., MP. selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan perhatian yang sangat membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

4. Umi Barokah, SP. MP. selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan sehingga penyusunan skripsi ini berjalan lancar.

5. Dr. Ir. Minar Farichani, MP. selaku pembimbing akademik yang telah mendampingi, membimbing dan memberikan saran dan masukan selama masa perkuliahan.

6. Mbak Ira, Pak Samsuri dan seluruh staff TU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis UNS.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian UNS terutama Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan.

8. Litbang Kabupaten Rembang yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

9. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, BPS Kabupaten Rembang, TPI Tasik Agung Kabupaten Rembang yang telah memberikan data dan informasi penting serta bantuan kepada penulis.

10. Kedua orang tua penulis Bp. M. Charis dan Ibu Jarwindah, kakak-kakakku, mas Adhi, mbak Erna, Mbak Ayu, Mas Pung, serta “anakku” tersayang, Fasya, yang telah memberikan doa restu serta dukungan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

11. Malaikat kecilku beserta keluarga yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis semoga setelah ini kita dapat bersama.

12. Keluarga besar mbah Zuhro yang banyak memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

13. Sahabat-sahabatku “bebCrez” Erna, Dina, Yanti, Iwin dan Galih, terima kasih semangatnya, semoga persahabatan kita tetap terjalin dengan baik.

14. “Franida Community”, Galih, Dina, Erna, Rihi dan Damar yang telah memberikan motivasi dan keceriaanya.

15. Teman-teman di Tahuna, Adit dan Riska yang telah banyak memberi masukan dan bantuan.

16. Teman-teman yang ada di UNY, UNDIP, IPB dan Kedokteran UMS yang telah banyak memotivasi dan memberikan suasana yang menyenangkan.

17. Teman-teman Agrobisnis 2006, yang telah memberikan pengalaman dan kebersamaannya.

18. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini dan memberi dukungan, doa dan semangat bagi penulis untuk terus berjuang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, 2010

Penulis

Tabel 21. Hasil Analisis Standard Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas Permintaan ikan layang .......................................................................... 65

Tabel 22. Hasil Analisis Standard Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas Permintaan Ikan Kembung ..................................................................... 66

Tabel 23. Hasil Analisis Standard Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas Permintaan Ikan Selar ............................................................................ 67

Tabel 24. Hasil Uji Multikolinearitas Ikan layang, Ikan Kembung dan Ikan Selar ...................................................................................................... 68

Tabel 25. Nilai Elastisitas Permintaan Ikan layang ................................................. 70 Tabel 26. Nilai Elastisitas Permintaan Ikan Kembung ............................................ 71 Tabel 27. Nilai Elastisitas Permintaan Ikan Selar .............................................

73

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan .....................................................

10 Gambar 2. Kurva Permintaan ...........................................................................

14 Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan .........................................................

16 Gambar 4. Model Kerangka Pendekatan Masalah ............................................

24

RINGKASAN

“Analisis Permintaan Ikan Laut di Kabupaten Rembang” Rahmawati Sauma Wulansari (H0306030)

Rahmawati Sauma Wulansari. H0306030. 2010. “Analisis Permintaan

Ikan Laut Di Kabupaten Rembang” dengan pembimbing Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. dan Umi Barokah, SP. MP., Fakultas Pertanian, Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan menganalisis pengaruh harga ikan laut, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan laut terhadap permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang dan menganalisis elastisitas permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Kabupaten Rembang dengan alasan Kabupaten Rembang memiliki produksi tangkap ikan laut tertinggi di Jawa Tengah akan tetapi tingkat konsumsi ikan laut masyarakatnya masih rendah. Penelitian ini menggunakan tiga sampel ikan laut yang memiliki produsi tertinggi yaitu ikan layang, ikan kembung dan ikan selar.

Hasil analisis data menggunakan metode regresi non linier berganda yang kemudian ditransformasikan menjadi log natural berganda. Persamaan ikan layang

.Y . PT L . Nilai adjusted sebesar 0,861 dan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Uji t parsial signifikansi harga ikan layang sebesar 1% dan pendapatan per kapita sebesar 5%. Persamaan

adalah Qd 2 L =2.243,96.HI L .HB

ikan kembung adalah Qd -0,027

K =714.258,34 .HI K

dengan nilai 2 adjusted sebesar 0,880 dan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Uji t parsial signifikansi harga ikan kembung sebesar 5%, produksi tangkap ikan

kembung sebesar 5% sedangkan harga daging ayam sebesar 1%. Persamaan ikan

selar adalah Qd 0,023 S =581.287,06.HI S

.Y . PT S dengan nilai 2 adjusted sebesar 0,936 dan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Uji t parsial

signifikansi harga ikan selar sebesar 5 %, produksi tangkap ikan selar sebesar 5% sedangkan harga daging ayam sebesar 1%. Koefisien elastisitas harga ikan layang, ikan kembung dan ikan selar sebesar 0,256; 0,097 dan 0,117. Koefisien elastisitas silang daging ayam terhadap ikan kembung dan ikan selar sebesar -0,181 dan -0,224. Koefisien elastisitas pendapatan permintaan ikan layang sebesar 0,272. Hasil penelitian berdasarkan uji F variabel harga ikan layang, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan layang secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan layang, variabel harga ikan kembung, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan kembung secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan kembung dan variabel harga ikan selar, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan selar secara bersama- sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan selar. Uji t menunjukan bahwa signifikansi harga ikan selar sebesar 5 %, produksi tangkap ikan selar sebesar 5% sedangkan harga daging ayam sebesar 1%. Koefisien elastisitas harga ikan layang, ikan kembung dan ikan selar sebesar 0,256; 0,097 dan 0,117. Koefisien elastisitas silang daging ayam terhadap ikan kembung dan ikan selar sebesar -0,181 dan -0,224. Koefisien elastisitas pendapatan permintaan ikan layang sebesar 0,272. Hasil penelitian berdasarkan uji F variabel harga ikan layang, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan layang secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan layang, variabel harga ikan kembung, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan kembung secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan kembung dan variabel harga ikan selar, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan selar secara bersama- sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan selar. Uji t menunjukan bahwa

Dari hasil penelitian dapat disarankan dalam rangka meningkatkan konsumsi ikan laut masyarakat Kabupaten Rembang sebaiknya pemerintah maupun swasta melakukan penyuluhan tentang manfaat ikan laut,meningkatkan pendapatan masyarakat dan maningkatkan prestise ikan laut yang memilki harga rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat pabrik pengalengan ikan. Adanya pengalengan ikan diharapkan akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi sehingga pendapatan masyarakat meningkat dan mengubah prestise terhadap ikan laut yang masih kurang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perikanan sebagai salah satu subsektor pertanian mempunyai kedudukan yang penting dalam pembangunanan Kabupaten Rembang. Hal ini disebabkan kontribusi subsektor perikanan dalam PDRB Kabupaten Rembang cukup besar. Subsektor perikanan memberikan kontribusi sebesar Rp153.465.745,00 dan retribusi sebesar satu milyar pada tahun 2007. Peranan subsektor perikanan selain memberikan kontribusi PDRB juga mempunyai kontribusi dalam menghasilkan bahan pangan protein hewani, mendorong pertumbuhan agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor hasil perikanan, menciptakan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan kesejahteraan nelayan

(BPS Rembang, 2007 a ). Peran penting subsektor perikanan dalam mewujudkan kecukupan gizi

masyarakat adalah menyediakan pangan bergizi bagi masyarakat. Subsektor perikanan terutama perikanan laut sangat berpotensi sebagai penyedia pangan bergizi di Kabupaten Rembang karena ketersediaannya melimpah. Irawan (1995) mengatakan kandungan gizi (protein) salah satu hasil perikanan laut, ikan laut sangat tinggi. Protein sangat penting bagi tubuh sehingga digunakan sebagai indikator kecukupan gizi manusia. Makanan yang kaya protein dapat mencukupi kebutuhan hemoglobin dalam darah, menjaga saraf dan otot tetap sehat, serta membentuk tulang-tulang, gigi dan kuku menjadi keras dan kuat.

Ikan laut merupakan bahan makanan hasil laut yang kaya akan zat-zat gizi essensial seperti asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Protein ikan laut amat mudah dicerna dan diabsorbsi. Ikan laut mengandung asam lemak tak jenuh yang mengandung trigliserida, rantai- rantai asam lemaknya panjang dan mengandung 5-6 ikatan rangkap (omega-3, Eicosapentaenoic acid /EPA, Docosahexanoic Acid/ DHA) yodium, selenium, florida, zat besi, magnesium, zink, taurin dan coenzyme Q10 (Anonim, 2009).

Permintaan ikan laut diklasifikasikan menjadi dua, pertama permintaan ikan laut untuk konsumsi manusia dan kedua permintaan ikan laut sebagai pakan ikan atau digunakan untuk minyak ikan. Permintaan ikan laut untuk manusia umumnya digunakan sebagai lauk pauk. Hal ini menyebabkan permintaan ikan laut dipengaruhi oleh harga beras dan harga lauk lain.

Produksi dan nilai perikanan laut Kabupaten Rembang selama tahun 2002-2006 dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1. Produksi Dan Nilai Produksi Perikanan Laut Kabupaten Rembang Dirinci Per

TPI Tahun 2002-2006

TPI Kategori

TPI Produksi Sarang

Nilai (Rp)

Produksi Kragan

Nilai (Rp)

Produksi Sluke

Nilai (Rp)

Produksi Rembang (kg)

Nilai (Rp)

Produksi Kaliori

Nilai (Rp)

31.440.522 37.888.761 Nilai (Rp)

Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka

Produksi perikanan laut Kabupaten Rembang selama tahun 2002-2006 menunjukkan tren penurunan rata-rata sebesar 4,77% per tahun, akan tetapi nilai produksi mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,03% per tahun. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang menyumbang produksi ikan terbesar adalah TPI Rembang (PPP Tasikagung), yaitu di atas 20 ribu ton pertahun, bahkan pada tahun 2006, produksi TPI Rembang ini mencapai 26.798 ton dengan nilai sekitar Rp. 80.376.413.000,00.

Produksi hasil laut Kabupaten Rembang yang besar belum sepenuhnya membuat masyarakat Rembang mencapai tingkat konsumsi ikan Indonesia yaitu sebesar 27,00 kg/kap/tahun. Konsumsi ikan laut masyarakat Rembang masih tergolong kecil. Konsumsi ikan laut masyarakat Rembang hanya sebesar 24,11 kg/kap/tahun pada tahun 2009, jumlah ini terhitung kecil jika dibandingkan jumlah konsumsi ikan laut masyarakat yang diharapkan, yaitu

30 kg/kap/tahun. Meskipun demikian produksi ikan dan ketersediannya tetap memiliki pengaruh dalam peningkatan tingkat konsumsi ikan di Kabupaten

Rembang (BPS, 2007 b ).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang, perikanan laut masih menjadi kontributor utama dalam produksi perikanan Kabupaten Rembang. Lebih dari 70% produksi perikanan berasal dari perikanan laut. Demikian pula di Jawa Tengah, proporsi perikanan laut masih sangat dominan. Permintaan akan ikan laut diduga akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan, kesadaran masyarakat akan gizi dan kesehatan, dan pengaruh dari harga sembako.

Salah satu kabupaten pemasok kebutuhan ikan laut terbesar di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar. Perairan laut di kabupaten Rembang mempunyai kekayaan sumberdaya jenis ikan dengan hasil tangkapan yang dominan dan bernilai ekonomis tinggi, antara lain ikan Layang, Kembung, Tembang, Tongkol, Bawal, Tenggiri, Teri, dan Kakap. Jenis ikan yang paling banyak terdapat di perairan Rembang berdasarkan hasil penangkapan nelayan adalah ikan layang, yang kemudian disusul dengan ikan selar dan ikan kembung, yang kesemuanya merupakan ikan jenis pelagis kecil.

(BPS, 2007 b ). Ikan layang, ikan kembung dan ikan selar merupakan ikan yang

mempunyai nilai penting bagi Kabupaten Rembang. Selain produksi tangkapnya paling tinggi, ikan-ikan ini memiliki harga yang relatif murah sebagai penyedia protein sehingga dapat dijangkau semua lapisan masyarakat.

Permintaan ikan layang, ikan kembung dan ikan selar dipengaruhi oleh harga, pendapatan dan produksi atau penawaran ikan itu sendiri. Tingkat pendapatan yang berbeda menyebabkan perbedaan pada bahan pangan yang dikonsumsi. Pada keluarga berpendapatan rendah, pada umumnya lebih mendahulukan pemenuhan kebutuhan energi yang bersifat mengenyangkan dan harga yang relatif murah. Apabila pendapatan meningkat maka mereka akan mengubah komposisi makanan, baik secara kualitas maupun kuantitas mengarah pada pangan sumber protein, vitamin dan mineral.

Perubahan harga, baik harga ikan layang, ikan kembung dan ikan selar serta harga beras sebagai barang komplementer dan daging ayam sebagai barang subtitusi akan mempengaruhi permintaan ikan layang, ikan kembung dan ikan selar. Selain harga, penawaran ikan layang, ikan kembung dan ikan selar akan sangat berpengaruh terhadap permintaan ikan layang, ikan kembung dan ikan selar karena tanpa adanya ketersediaan barang tidak akan terjadi permintaan. Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh faktor produksi tangkap ikan laut, harga ikan laut, beras, daging ayam dan pendapatan per kapita terhadap permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang?

2. Bagaimanakah elastisitas permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian terhadap permintaaan ikan laut ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh produksi tangkap ikan laut, harga ikan laut, harga beras, harga daging ayam dan pendapatan perkapita terhadap permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang.

2. Menganalisis elastisitas permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan dengan permintaan ikan laut.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dalam penelitian berikutnya.

II. TI NJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Zulaeha (2001) yang berjudul ”Analisis Permintaan Ikan di Kabupaten Pemalang” menggunakan analisis model non regresi linier berganda, time series dalam periode 1984-1999, menunjukkan bahwa permintaan ikan di kabupaten Pemalang dipengaruhi variabel harga ikan dan

pendapatan. Uji yang digunakan adalah uji statistik yang meliputi uji t, uji F, R 2 dan uji asumsi klasik yang meliputi uji heteroskedastisitas, multikoliniearitas

dan autokorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan daging ikan di Kabupaten Pemalang mempunyai koefisien regresi negatif dan pendapatan mempunyai koefisien regresi yang positif. Hasil statistik dengan Uji t, Uji F

dan R 2 menunjukkan bahwa variabel harga ikan dan pendapatan adalah signifikan atau berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan. Koefisien

elastisitas harga ikan nilainya negatif dan lebih kecil dari 1 yaitu -0,377. Ini berarti permintaan ikan bersifat inelastis sedangkan elastisitas pendapatan nilainya positif, yaitu 1,107 yang berarti ikan termasuk barang mewah.

Penelitian Ayuningtyas (2005) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ikan di Kota Surakarta” dari hasil analisis menggunakan analisis model nonregresi linier berganda, time series dalam periode 1990-2004, menggunakan sampel tiga jenis ikan yaitu ikan bandeng, ikan kakap dan ikan lele dumbo memberikan kesimpulan bahwa variabel harga ikan bandeng segar, harga ikan lele dumbo, harga ikan kakap, harga daging ayam ras dan pendapatan per kapita dan jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap. Harga ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap berpengaruh negatif sedangkan harga daging ayam ras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap. Berdasarkan elastisitas harga, harga ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap bersifat inelastis karena memiliki nilai elastisitas yang kurang dari satu. Elastisitas silang daging ayam ras menunjukkan bahwa daging ayam ras merupakan barang subtitusi dilihat

dari nilai elastisitas yang positif terhadap ketiga jenis permintaan ikan. Berdasarkan elastisitas pendapatan, ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap merupakan barang normal.

Penelitian Widodo (2007) berjudul ”Dinamika Kebijakan Tehadap Nelayan Tinjauan Historis Pada Nelayan Pantai Utara Jawa, 1900-2000 “ menunjukkan bahwa ikan laut dan nasi merupakan sajian pokok dalam pemenuhan kebutuhan nabati dan hewani. Ikan dan nasi merupakan sajian yang saling melengkapi dalam pengkonsumsiannya. Sehingga apapun yang menggantikan ikan sebagai lauk, sebagian besar masyarakat tetap menyebutnya ikan, seperti ikan kambing, ikan ayam dll.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini permintaan ikan laut yang akan diteliti meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan elastisitas permintaannya. Analisis yang digunakan adalah model nonregresi linier berganda, time series 15 tahun, dalam periode 1994-2008, menggunakan sampel tiga jenis ikan yaitu ikan layang, ikan kembung dan ikan selar. Variabel yang digunakan dalam Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini permintaan ikan laut yang akan diteliti meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan elastisitas permintaannya. Analisis yang digunakan adalah model nonregresi linier berganda, time series 15 tahun, dalam periode 1994-2008, menggunakan sampel tiga jenis ikan yaitu ikan layang, ikan kembung dan ikan selar. Variabel yang digunakan dalam

B. Landasan Teori

1. Ikan Laut Total jenis ikan yang ada di lautan Indonesia tidak kurang dari 2000

jenis. Di antara ribuan spesies tersebut, banyak di antaranya memiliki potensi ekonomi tinggi, misalnya ikan pelagis kecil. Ikan pelagis adalah ikan yang berenang bebas dan tidak pernah hidup di dasar. Pelagis kecil meliputi 1.200 jenis yang antara lain meliputi layang, kembung, lemuru, selar, hingga teri. Ikan-ikan ini hidup di perairan dekat pantai, tempat penaikan massa air (upwelling) sering terjadi. Sedangkan ikan pelagis besar jumlahnya lebih sedikit. Jenis ini yang paling penting antara lain tuna, cakalang, hiu dan situhuk. Ikan-ikan seperti ini hidup di wilayah laut dalam (laut jeluk). Letaknya berkisar di kawasan Zona Ekonomi Eklusif (ZEE), seperti di Samudra Pasifik, dan Samudra Hindia (Iswanto, 2007).

Jenis-jenis ikan laut yang bernilai ekonomis penting dan sering tertangkap di perairan Indonesia adalah langkau, ikan lidah, ikan nomei, ikan peperek, manyung, ikan beloso, ikan biji nangka, ikan gerot-gerot, ikan merah, ikan kerapu, ikan lencam, ikan kakap, ikan kurisi, ikan swanggi, ikan ekor kuning, ikan gulamah, ikan cucut, pari, ikan bawal hitam, bawal putih, alu-alu, ikan layang, selar, kuwe, tetengkek, ikan daun bamboo, sunglir, ikan terbang, belanak, senangin, julung-julung, teri, japuh, tembang, lemuru, golok-golok, terubuk, kembung, tengiri, tuna, cakalang dan tongkol. Ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah ikan laut yang mempunyai nilai pasaran tinggi, volume produksi yang tinggi dan luas, dan memiliki daya produksi yang tinggi (Rifa’I dan Komar, 1982).

Ikan laut sebagai bahan pangan memiliki nilai yang tinggi. Daging ikan laut mengandung gizi yang cukup besar dibanding dengan hewan darat lain. Pada daging ikan laut terdapat unsur-unsur yang amat berguna bagi Ikan laut sebagai bahan pangan memiliki nilai yang tinggi. Daging ikan laut mengandung gizi yang cukup besar dibanding dengan hewan darat lain. Pada daging ikan laut terdapat unsur-unsur yang amat berguna bagi

Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan (BRKP-DKP) yang bekerja sama dengan P3O LIPI tahun 2001 menyatakan potensi lestari (MSY atau Maximum Suatinable Yield) perikanan Indonesia mencapai 6,4 juta ton per tahun. Potensi ini tersebar di berbagai belahan perairan Indonesia seperti samudra Hindia (1.076,8 ton per tahun), laut Cina Selatan (1.057,05 ton per tahun), selat Makassar dan laut Flores (929,72 ton per tahun), laut Jawa (796 ton per tahun), laut Arafuru di dekat Papua (771,55 ton per tahun), laut Sulawesi dan samudra Pasifik (632,72 ton per tahun), sedangkan laut Seram di kepulauan Maluku dan teluk Tomini di dekat kepala burung Pulau Papua sebesar 590,62 ton per tahun. Di antara perairan di atas, beberapa perairan telah mengalami tangkap lebih atau overfishing, seperti laut Jawa, selat Malaka, laut Banda, selat Makassar dan laut Flores (Iswanto, 2007). 2. Harga

Harga adalah jumlah uang yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk dan jasa. Harga berperan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen-elemen lain menimbulkan biaya (Kotler, 1998).

Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah

Menurut Mubyarto (1989), dalam grafik yang sangat sederhana dapat digambarkan terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat dari perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran. Apabila harga berada di atas harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih besar dari pada jumlah yang diminta, barang-barang tidak laku dan menumpuk sehingga terpaksa harga diturunkan, sebaliknya jika harga berada dibawah harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih sedikit daripada jumlah barang yang diminta sehingga pembeli saling berebut, persediaan barang segera menipis dan harga akan naik lagi.

Keadaan ekuilibrium tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut : P (Harga) S

Q (Jumlah barang)

Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan Sumber: Sukirno, 2000

Harga yang terjadi di pasar merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran akan tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada tingkat petani dan konsumen di samping harga pedagang. Pembentukan harga yang murni terjadi pada tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang agak sempurna.

Pada umumnya penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu. Harga eceran dan harga pada tingkat petani biasanya tinggal memperhitungkan dari harga perdagangan besar yaitu dengan menambah dan mengurangi dengan apa yang disebut margin pemasaran (Mubyarto, 1989). 3. Permint aan

Menurut Sudarsono (1985) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu dan pasar tertentu pula, atau dalam pengertian sehari-hari, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta atau dibutuhkan. Berdasarkan kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang, berarti makin banyak jumlah penduduk maka semakin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Kenyataannya barang di pasar mempunyai nilai atau harga. Jadi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh “daya beli” permintaan barang sehingga merupakan permintaan efektif (effeective demand). Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut/ potensial (absolut/potensial demand).

Jumlah dari suatu komoditas yang akan dibeli sebuah rumah tangga dinamakan jumlah yang diminta dari komoditas tersebut. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini, pertama, jumlah yang diminta merupakan suatu jumlah yang diinginkan. Jumlah ini adalah berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu suatu komoditi, harga komoditi lain, pendapatan, selera dan lain-lain. Hal ini merupakan suatu jumlah yang berbeda dari jumlah sebenarnya yang dibeli rumah tangga. Perbedaan dua konsep ini adalah istilah jumlah yang diminta digunakan untuk menerangkan jumlah yang ingin dibeli. Sedangkan jumlah yang sebenarnya dibeli atau jumlah yang dipertukarkan untuk menerangkan pembelian yang sebenarnya. Kedua, diingini tidak berarti impian hampa atau kemungkinan di masa depan, tapi menerangkan permintaan efektif, artinya jumlah orang yang ingin membeli dengan harga yang berlaku untuk Jumlah dari suatu komoditas yang akan dibeli sebuah rumah tangga dinamakan jumlah yang diminta dari komoditas tersebut. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini, pertama, jumlah yang diminta merupakan suatu jumlah yang diinginkan. Jumlah ini adalah berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu suatu komoditi, harga komoditi lain, pendapatan, selera dan lain-lain. Hal ini merupakan suatu jumlah yang berbeda dari jumlah sebenarnya yang dibeli rumah tangga. Perbedaan dua konsep ini adalah istilah jumlah yang diminta digunakan untuk menerangkan jumlah yang ingin dibeli. Sedangkan jumlah yang sebenarnya dibeli atau jumlah yang dipertukarkan untuk menerangkan pembelian yang sebenarnya. Kedua, diingini tidak berarti impian hampa atau kemungkinan di masa depan, tapi menerangkan permintaan efektif, artinya jumlah orang yang ingin membeli dengan harga yang berlaku untuk

Menurut Sukirno (2005) permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri Semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah yang akan diminta, apabila faktor lain dianggap tetap. Sebaliknya naiknya harga suatu komoditi menyebabkan permintaan terhadap komoditi tersebut turun.

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut

Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu: barang pengganti (substitusi), barang penggenap/pelengkap (komplementer), dan barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral).

1) Barang pengganti Sesuatu barang dinamakan barang pengganti apabila dapat menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya adalah minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh. Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap barang yang digantikannya akan turun.

2) Barang pelengkap Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain. Contohnya adalah gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka permintaan terhadap suatu komoditas akan turun.

3) Barang Netral Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku.

c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat Perubahan pendapatan akan menimbulkan perubahan dalam permintaan barang. Berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan menjadi empat golongan : barang inferior, barang esensial, barang normal, dan barang mewah.

1) Barang Inferior Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang- orang yang berpendapatan rendah. Bila pendapatan naik, permintaan akan barang inferior tersebut berkurang. Contoh, pada pendapatan yang sangat rendah orang-orang mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan pokok. Setelah pendapatannya meningkat dan mampu membeli beras, maka orang tersebut akan meninggalkan ubi kayu sebagai makanan pokoknya.

2) Barang Esensial Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yang biasanya berupa barang kebutuhan pokok seperti beras. Permintaan terhadap barang ini tidak berubah walaupun pendapatan meningkat.

3) Barang Normal Sesuatu barang dinamakan barang normal apabila barang tersebut mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. Kebanyakan barang yang ada dalam masyarakat adalah barang normal, misalnya pakaian, sepatu, perabot rumah, dan berbagai jenis makanan.

4) Barang Mewah

Barang mewah adalah jenis barang yang akan dibeli masyarakat apabila ia sudah berpendapatan sangat tinggi, misalnya perhiasan, perabot rumah yang mahal, mobil sedan, dan lainnya. Biasanya barang-barang tersebut baru dibeli masyarakat setelah mereka memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan perumahan.

d. Cita rasa masyarakat Perubahan cita rasa masyarakat dapat mempengarui permintaan berbagai jenis barang.

e. Jumlah penduduk Jumlah penduduk tidak secara langsung berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti dengan perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian akan semakin banyak orang yang menerima pendapatan dan ini akan menambah daya beli masyarakat. Dengan penambahan daya beli ini permintaan terhadap suatu barang akan bertambah.

f. Ekspektasi masa depan Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan konsumen bahwa harga-harga akan bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang.

Sukirno (2000) menyatakan, dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan di antara dua pengertian, permintaan dan jumlah barang yang diminta. Di dalam analisis ekonomi, permintaan mengambarkan keseluruhan hubungan antara harga dan permintaan sedangkan jumlah barang yang diminta berarti jumlah barang yang diminta pada suatu tingkat tertentu.

Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga naik akibatnya kuantitas yang diminta akan mengalami penurunan dan jika harga turun maka jumlah yang Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga naik akibatnya kuantitas yang diminta akan mengalami penurunan dan jika harga turun maka jumlah yang

P (Harga)

P1

P2

Q1 Q2 Gambar 2. Kurva Permintaan

Sumber: Samuelson, 1979 Kurva permintaan akan bergeser jika salah satu atau lebih dari variabel-variabel yang dianggap konstan berubah. Arah pergeseran (ke kanan atau ke kiri) tergantung kepada hubungan antara kuantitas barang yang diminta dan variabel yang berubah tersebut (Arsyad, 1995).

Menurut Lipsey (1986), suatu kurva permintaan dibuat berdasarkan asumsi bahwa semua faktor lain kecuali harga, akan tetap atau konstan/ tidak berubah. Suatu perubahan dalam setiap variabel yang semula dianggap konstan akan menggeser kurva permintaan pada kedudukan yang baru.

Penelitian sebelumnya, BPS melalui data susenas telah mencoba menangkap faktor pengaruh selera menggunakan variabel proporsi anggaran belanja rumah tangga yang diperuntukkan bagi konsumen hasil perikanan. Hasil percobaan regresi tidak menggambarkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel barang yang diminta. Penelitian yang dilakukan oleh C. Peter Timmer (1971) dalam bukunya “Wheat Flour Consumption In Indonesia” tentang konsumsi terigu di Indonesia, ternyata selera konsumen adalah tetap, besarnya alokasi barang secara signifikan hanya akan berubah bila harga relatif berubah (Sudarsono, 1991).

Permintaan suatu barang terhadap suatu kondisi disuatu daerah dengan daerah yang lain tidak selalu sama. Permintaan suatu barang dapat Permintaan suatu barang terhadap suatu kondisi disuatu daerah dengan daerah yang lain tidak selalu sama. Permintaan suatu barang dapat

Menurut Lipsey et al (1991), jumlah komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh variabel penting berikut ini:

a. Harga komoditi itu sendiri

b. Rata-rata penghasilan rumah tangga

c. Harga komoditi yang berkaitan

d. Selera

e. Distribusi pendapatan diantara rumah tangga

f. Besarnya populasi Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat seperti grafik berikut ini:

AR

Kuantitas per periode

Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan (Lipsey et al., 1991) Pergeseran kurva permintaan ke kanan (dari D 0 ke D 1 ) menunjukkan adanya kenaikan permintaan bisa disebabkan oleh naiknya pendapatan, kenaikan harga barang substitusi, turunnya harga barang komplementer, perubahan selera yang mengarah ke komoditi itu, kenaikan jumlah penduduk, adanya pendistribusian kembali pendapatan kepada kelompok yang menyukai komoditi itu. Pergeseran kurva permintaan ke kiri (dari D 0

ke D 2 ) menunjukkan adanya penurunan permintaan bisa disebabkan oleh turunnya pendapatan, turunnya harga barang substitusi, naiknya harga barang komplementer, perubahan selera yang tidak menyukai komoditi itu, ke D 2 ) menunjukkan adanya penurunan permintaan bisa disebabkan oleh turunnya pendapatan, turunnya harga barang substitusi, naiknya harga barang komplementer, perubahan selera yang tidak menyukai komoditi itu,

Soediyono (1989) menyatakan, apabila kurva permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang diminta dengan harga satuan barang tersebut, maka fungsi permintaan menghubungkan kuantitas yang diminta. Harga barang dan faktor-faktor lain, juga besar pengaruhnya tehadap jumlah barang yang ingin dan sangggup dibeli oleh konsumen seperti, pendapatan konsumen, harga barang pengganti, barang komplementer, dan selera konsumen. Hal ini penting agar dapat membedakan elastisitas harga, elastisitas pendapatan dan elastisitas silang.

Konsep permintaan (Arsyad, 1991) digunakan untuk menunjukkan keinginan-keinginan (intentions) seorang pembeli pada suatu pasar. Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara kuantitas suatu barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya. Fungsi permintaan dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = f (harga produk X, harga barang-barang saingan, harapan akan adanya perubahan-perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan preferensi, dan lain-lain).

4. Elast isit as Permint aan a. Teori Elast isit as Koefisien elastisitas permintaan mengukur persentase perubahan

jumlah barang per unit waktu yang diakibatkan persentase perubahan dari variabel yang mempengaruhi. Satuan persentase digunakan dalam mengukur elastisitas dengan tujuan menyeragamkan suatu barang yang diminta. Ada beberapa yang diukur menggunakan satuan kilogram, kwintal, meter, dosin, dan lainnya. Apabila menggunakan persamaan matematis akan sulit untuk menentukan pengaruh perubahan harga dari barang yang berbeda. Apabila perubahan tersebut dilihat dalam persentase, maka perbedaan satuan tersebut tidak menjadi masalah (Nicholson, 1992).

Menurut Mankiw (2003) pengukuran angka elastisitas ini dapat dilakukan dengan tiga macam analisis elastisitas:

1) Elastisitas Harga Elastisitas harga mengukur seberapa banyak kuantitas permintaan atas suatu barang berubah mengikuti perubahan harga barang tersebut. Permintaan dikatakan elastis jika kuantitas yang diminta berubah secara subtansial akibat perubahan harganya. Sebaliknya, permintaan dikatakan inelastis jika kuantitas yang diminta hanya sedikit berubah akibat perubahan harga. Hal-hal yang menentukan elastisitas harga dari permintaan adalah:

a) Kebut uhan versus kemew ahan Permintaan barang akan kebutuhan pokok umumnya inelastis sedangkan permintaan akan barang-barang mewah lazimnya elastis. b) Ket ersedian subst it usi

Barang-barang yang substitusinya banyak cenderung elastis, karena konsumen mudah meninggalkannya dan berganti ke barang substitusi lain.

c) Dif inisi pasar Elastisitas permintaan di setiap pasar juga tergantung pada batas pasarnya misal, jika pasarnya kecil atau terbatas, permintaannya cenderung lebih elastis dibandingkan pasarnya yang besar karena dalam pasar yang kecil konsumen lebih mudah menemukan barang substitusi. d) Rent ang w akt u

Permintaan berbagai barang cenderung elastis dalam rentang waktu yang panjang. Rumus Elastisitas Harga dari Permintaan:

% Perubahan kuantitas barang yang diminta

% Perubahan harga

2) Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan dari permintaan mengukur seberapa besar perubahan kuantitas yang diminta apabila pendapatan konsumen berubah. Elastisitas Pendapatan Permintaan:

% Perubahan kuantitas barang yang diminta

% Perubahan pendapatan

Pada barang normal kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan kuantitas barang yang diminta. Barang normal memiliki elastisitas positif karena hubungan kuantitas barang yang diminta dan pendapatan berbanding lurus, sedangkan pada barang inferior, peningkatan pendapatan justru menurunkan kuantitas barang yang diminta.

3) Elastisitas Silang Elastisitas harga silang digunakan untuk mengukur seberapa besar perubahan kuantitas yang diminta untuk suatu barang ketika harga barang lainnya berubah. Rumus Elastisitas Harga silang Permintaan:

% Perubahan kuantitas barang yang diminta dari barang 1 =

% Perubahan harga dari barang 2 Positif atau negatifnya nilai elastisitas dari harga silang ini

tergantung apakah barang tersebut subtitusi atau komplementer. Jika barang tersebut substitusi elastisitas harga silangnya bernilai positif, untuk barang komplementer elastisitasnya negatif.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

1. Teori Dasar Permintaan Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya (Arsyad,1995).

Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga, secara grafis skala pada sumbu ordinat (vertikal) mengukur harga, sedangkan skala pada sumbu absis (horizontal) mengukur kuantitas barang. Perumusan matematisnya secara umum adalah

X d  f ( P x ) dimana X adalah kuantitas barang x sedangkan superskrip d adalah yang diminta dan Px adalah harga barang X tersebut. Cara

pembahasan ini hanya dapat dilaksanakan dengan metode matematis. Dalam kerangka ini permintaan dirumuskan secara umum sebagai berikut: (Sudarsono, 1991).

X D J = F (Px1, Px2,… Pxn, Y, E) dimana

X D J adalah jumlah barang x1 yang diminta

Px1 adalah harga barang x1 tersebut Px2,…Pxn adalah harga barang-barang lain Y pendapatan konsumen yang tersedia untuk dibelanjakan

E adalah selera dan faktor-faktor lain yang tidak dapat dibahas satu demi satu

2. Estimasi Fungsi Permintaan Sudarsono (1991), menyatakan bahwa dalam banyak studi empiris atau penelitian tentang permintaan biasanya digunakan bentuk fungsi permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Metode ini mendasarkan diri atas anggapan bahwa elastisitas permintaan terhadap perubahan variabel yang menjadi determinannya selalu tetap.

Bentuk fungsinya adalah fungsi kepangkatan dengan menggunakan beberapa variabel sebagai determinan, yang dirumuskan sebagai berikut :

b1 b2 b3 b4 Qd b5 = bo. PT . Hx . Hk . Hs . Y .e Keterangan:

Qd = Jumlah permintaan bo

= Konstanta PT

= Produksi Tangkap Ikan Laut Hx

= Harga barang itu sendiri

Hk = Harga barang komplementer Hs

= Harga barang substitusi Y

= Pendapatan riil

b 1 -b 5 = koefisien regresi

e = error Variabel yang dianggap mempengaruhi permintaan ikan laut dalam penelitian di Kabupaten Rembang adalah hasil tangkap/produksi tangkap ikan laut, harga ikan laut itu sendiri (digunakan sampel harga ikan layang, ikan kembung dan ikan selar), harga non ikan laut (harga beras sebagai barang komplementer dan harga daging ayam sebagai barang substitusi) dan pendapatan riil masyarakat dan fungsi permintaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ln Qd = Lnbo + b 1 Ln PT + b 2 Ln Hx + b 3 Ln Hk + b 4 Ln Hs + b5 Y + e Keterangan: Qd

= Jumlah Permintaan ikan laut PT

= Produksi tangkap ikan laut dalam tahun t (kg) Hx

= Harga ikan laut tahun t (Rp/kg) Hk = Harga beras tahun t (Rp/kg)

Hs = Harga daging ayam tahun t (Rp/kg) Y

= Pendapatan perkapita penduduk pada tahun t (Rp) b1 – b5 = Koefisien regresi

e = error Nilai koefisien regresi parsial dari masing-masing variabel

menggambarkan persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan faktor-faktornya, dinamakan nilai elastisitas. Oleh karena itu nilai-nilai koefisien regresi variabel yang bersangkutan merupakan nilai elastisitas.

3. Elastisitas Arsyad (1995) menyatakan, elastisitas adalah derajat kepekaan kuantitas yang diminta atau ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan. Elastisitas biasanya menjelaskan respon 3. Elastisitas Arsyad (1995) menyatakan, elastisitas adalah derajat kepekaan kuantitas yang diminta atau ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan. Elastisitas biasanya menjelaskan respon

Rumus Elastisitas: % Perubahan kuantitas yang diminta

= % Perubahan faktor yang mempengaru hi permintaan

Menurut Gasperz (1999), pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas suatu produk, antara lain:

a. Banyaknya produk subtitusi yang tersedia di pasar pada tingkat harga kompetitif dimana semakin banyak produk subtitusi yang tersedia di pasar akan menyebabkan elastisitas permintaan suatu produk tertentu menjadi semakin elastis.

b. Pengeluaran periode waktu elastisitas permintaan suatu produk lebih elastis dalam jangka panjang daripada jangka pendek.

c. Masa pakai dari produk, semakin lama masa pemakaian untuk suatu produk yang bermasa pakai lama maka elastisitas produk tersebut semakin tinggi.

d. Derajat kepentingan atau kebutuhan terhadap produk.

e. Range penggunaan dari produk.

f. Prosentase anggaran konsumen yang dibenjakan untuk produk. Menurut Arsyad (1995) dalam ilmu ekonomi dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu:

a. Elastisitas harga

b. Elastisitas pendapatan

c. Elastisitas harga silang Ketiga jenis elastisitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Elastisitas Harga Adalah persentase perubahan kuantitas yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut sebesar 1 (satu) persen.

% Perubahan kuantitas barang yang diminta Elastisitas harga =

% Perubahan harga barang tersebut   Q / Q  Q P 

Atau Eh = - 

Simbol delta menunjukkan suatu perubahan kedua rumus tersebut digunakan untuk menghitung elastisitas sedangkan elastisitas harga biasanya ditunjukkan untuk suatu angka positif, dengan cara menambahkan tanda nilai mutlak pada rumus tersebut (Arsyad, 1995).

2) Elastisitas pendapatan (E I )

Adalah persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan (Income) sebesar 1 persen.

%Perubahan kuantitas barang yang diminta Elastisitas pendapatan=

%Perubahan pendapatan (  Q / Q )  Q I

Suatu produk normal yang memiliki koefisien elastisitas pendapatan bernilai tinggi (biasanya lebih besar dari I), maka dianggap sebagai produk normal atau sekunder sedangkan produk

normal koefisien elastisitas pendapatan di bawah satu (0<E I <1) dianggap sebagai barang primer atau kebutuhan pokok (Gasperz,1999).

3) Elastisitas silang Menurut Arsyad (1995) elastisitas (harga) silang adalah persentase perubahan kuantitas x yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang Y (yang mempunyai hubungan) sebesar satu persen.

%Perubahan kuantitas barang X yang diminta Elastisitas silang=

%Perubahan harga barang Y

Nilai elastisitas silang bisa positif, nol atau negatif. Tanda tersebut penting untuk menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut.

D. Model Kerangka Pendekatan Masalah

Permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Faktor-faktor sosial ekonomi