IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN KELAS (AKSELERASI) DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20082009

(AKSELERASI) DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

Oleh : Darwanti K7404057 PENDIDIKAN TATA NIAGA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

Oleh: DARWANTI K7404057

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

(Dra. Kristiani M.Si) ( M. Sabandi,S.E, M.Si) NIP. 1962 04 28 1989 03.2.002

NIP. 1972 09 13 2005 01.1.001

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari

Tim Penguji Skripsi: Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua : Aniek Hindrayani, SE, M.Si 1...................

Sekretaris : Feri Setyo, SE, M.M 2.....................

Anggota I : Dra.Kristiani, M.Si 3..................

Anggota II : Muhammad Sabandi, SE, M.Si 4....................

Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 1960.07.27.1987.02.1.001

ABSTRAK

Darwanti. IMPLEMENTASI PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI

3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penyelenggaraan kelas akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta. (2) Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi. (3) Upaya-upaya yang telah dilakukan SMA Negeri 3 dalam mengatasi kendala-kendala dalam penyelenggaraan kelas akselerasi.

Penelitian berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan strategi tunggal terpancang, dalam artian penelitian terarah pada sasaran dengan satu karakteristik. Sumber data penelitian meliputi: informan, tempat dan peristiwa serta arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dari masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi sumber yang mantap dan di dukung juga dengan snowball sampling. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan analisis dokumen. Keabsahan data diperoleh melalui trianggulasi sumber dan trianggulasi metode dengan menggunakan analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Penyelenggaraan program akselerasi meliputi: (a) persiapan penyelenggraan akselerasi, meliputi seleksi siswa, perekrutan guru, persiapan kurikulum, persiapan sarana prasarana, sosialisasi. (b) proses penyelenggaraan akselerasi. (c) evaluasi penyelenggaraan program akselerasi. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui apa saja yang masih perlu di perbaiki. Hal-hal yang perlu di evaluasi antara lain sasaran pembelajaran, input atau siswa, kurikulum, sarana prasarana, tenaga kependidikan, biaya, evaluasi. (2) Kendala-kendala dalam pelaksanaan program akselerasi meliputi beban belajar yang berat bagi siswa, keterbatasan biaya. (3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yaitu dengan memberikan metode pembelajaran yang lebih bervariasi, fasilitas yang lebih bagus dibanding dengan kelas regular, bekerjasama Hasil penelitian menunjukkan (1) Penyelenggaraan program akselerasi meliputi: (a) persiapan penyelenggraan akselerasi, meliputi seleksi siswa, perekrutan guru, persiapan kurikulum, persiapan sarana prasarana, sosialisasi. (b) proses penyelenggaraan akselerasi. (c) evaluasi penyelenggaraan program akselerasi. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui apa saja yang masih perlu di perbaiki. Hal-hal yang perlu di evaluasi antara lain sasaran pembelajaran, input atau siswa, kurikulum, sarana prasarana, tenaga kependidikan, biaya, evaluasi. (2) Kendala-kendala dalam pelaksanaan program akselerasi meliputi beban belajar yang berat bagi siswa, keterbatasan biaya. (3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yaitu dengan memberikan metode pembelajaran yang lebih bervariasi, fasilitas yang lebih bagus dibanding dengan kelas regular, bekerjasama

ABSTRACT

Darwanti. THE IMPLEMENTATION OF ACCELERATION PROGRAM

AT SMA NEGERI 3 SURAKARTA, THE ACADEMIC YEAR OF

2008/2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Educational Faculty Sebelas Maret University Surakarta, September 2009.

This research was aimed for knowing: (1) The implementation of acceleration program at SMA Negeri 3 Surakarta. (2) The obstructions which were faced in the implementation of acceleration program. (3) The efforts which were done by SMA Negeri 3 Surakarta to overcome the obstructions in the implementation of acceleration program.

The research was in form of descriptive qualitative by using embedded single strategy, in which the research was directed toward the target within one characteristic. The research data resources were including: informant, place and event, and archive and document. Sampling technique which was used is purposive sampling, which purpose is to choose the informant which was sentenced knew the information of the case deeply and could be trusted to become

a stable source and also supported with snow ball sampling. Data collecting techniques were interview, observation, and document analysis. Data justification was gotten toward resource triangulation and method triangulation by using interactive analysis.

The result of the research showed: (1) Implementation of the acceleration program was included: (a) The preparation of the acceleration implementation, included students selection, teachers recruitment, curriculum preparation, instrument preparation, socialization, (b) The acceleration implementation process, (c) The evaluation of the acceleration implementation program. Evaluation was done to know every single cases which was needed to be repaired. The cases which were needed to be evaluated were teaching equipment, input or students, curriculum, instruments, education workers, cost, evaluation. (2) Obstructions in the acceleration program implementation were included heavy learning burden for students, limitation of the cost. (3) The efforts which were done to overcome the obstructions were by giving varied teaching methods, better The result of the research showed: (1) Implementation of the acceleration program was included: (a) The preparation of the acceleration implementation, included students selection, teachers recruitment, curriculum preparation, instrument preparation, socialization, (b) The acceleration implementation process, (c) The evaluation of the acceleration implementation program. Evaluation was done to know every single cases which was needed to be repaired. The cases which were needed to be evaluated were teaching equipment, input or students, curriculum, instruments, education workers, cost, evaluation. (2) Obstructions in the acceleration program implementation were included heavy learning burden for students, limitation of the cost. (3) The efforts which were done to overcome the obstructions were by giving varied teaching methods, better

MOTTO

“Dan mintalah tolong kepada Alloh dengan Sabar dan Sholat, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

(Qs Al Baqoroh : 45)

“Karena barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh, pasti orang lain akan segan

padanya, dan barang siapa yang mencari keridho’an Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkannya dari orang lain dan akan menjadikan orang lain ridho’ kepadanya “

(Al-Hikmah)

“ Ilmu itu ibarat binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya, maka ikatlah buruan mu dengan ikatan yang kuat”

(Al Imam Asy Syafi’i Rohimalloh)

“Carilah hatimu di tiga tempat, saat mendengar al qur’an, saat di majelis dzikir,

dan saat engkau sendiri, dan jika engkau tidak mendapati nya di tiga tempat itu maka mohonlah kepada Alloh agar engkau dikaruniai hati karena sesungguhnya

engkau sudah tidak punya hati”

(Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziah)

“Barang siapa yang dikehendaki menjadi baik, niscaya Alloh akan memahamkannya terhadap ilmu Din/Agama”

(Al Hadits)

“Keep the fighting spirit not the spirit for fighting and just be strong!!!”

(Penulis)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah teriring rasa syukur, penulis persembahkan skripsi ini kepada: Alloh Ta’Ala, semoga setiap air mata yang pernah tertetes selama mengerjakan skripsi ini menjadi salah bentuk ibadah hamba kepada MU Ibu, Ibu, Ibu, .. Semoga Alloh selalu menguatkan kita semua, dan kau lah yang selalu membuat aku kuat dan bertahan menghadapi semua cobaan hidup, semoga aku bisa menepati janjiku padamu. Bapak,.. rinduku selalu ada untukmu, walaupun kebersamaan kita sangat singkat, tapi aku bersyukur pernah melihatmu Kakak-kakak ku tersayang (Puryeni, Sarini),.. maafkan aku karena aku belum bisa meringankan beban kalian, semoga aku tidak mengecewakan kalian. Ponakan-ponakan ku ika, cahyo, bagus,kituk, bintang. Calon mas iparku. Ummu aisyah abdillah All akhwat,. Teman-teman PTN 04, ALMAMATER Dan semua orang yang telah menemani dan

memberikan warna dalam hidup ku, love u all…

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya kepada Alloh Ta’Ala atas limpahan ni’mat, rizki dan limpahan kasih sayang yang berlebih sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga terlimpahan kepada rasul yang mulia Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Tata Niaga Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mengalami hambatan, akan tetapi hambatan tersebut dapat teratasi atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unversitas Sebelas Maret Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan skripsi dan penelitian skripsi

3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi

4. Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi

5. Dra. Kristiani M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi

6. Muhammad Sabandi SE, M.Si selaku pembimbing II sekaligus pengampu akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat selama proses penyelesaian skripsi dan selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK PTN FKIP UNS Surakarta

8. Drs. H. Ngadiyo, M.Pd selaku kepala SMA N 3 Surakarta yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

9. Bapak Koesmanto, S.Pd, M.Pd selaku Manajer Program Akselerasi, yang telah memberikan berbagai informasi yang penulis butuhkan.

10. Bapak/ibu Guru, karyawan, dan seluruh Siswa SMA N 3 Surakarta yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.

11. Murid-murid kelas aksel SMA N 3 Surakarta yang telah memberikan banyak informasi yang penting dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Berbagai pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari memuaskan. Semua itu tak luput dari keterbatasan penulis, tidak permintaan kepada Anda sekalian yang budiman kecuali masukan, kritik, dan saran. Akhirnya, penulis berharap semoga karya yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi semua.

Surakarta, Oktober 2009

Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Daftar Nilai Siswa Akselerasi....................................................... 4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar kerangka berfikir .................................................................. 33 Gambar 2. Gambar model analisis interaktif ..................................................... 33 Gambar 3. Gambar prosedur penelitian................................................................ 43

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia dalam era globalisasi mengalami persaingan yang luar biasa di berbagai bidang, antara lain bidang perniagaan, industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik maupun spiritual. Untuk menjawab tantangan ini perkembangan sumber daya diprioritaskan. Perkembangan sumber daya yang diprioritaskan adalah perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat melalui pendidikan. Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka itu, pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan secara berencana, terarah, dan bertahap serta terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik ekonomi, IPTEK, sosial maupun budaya.

Sejalan dengan dinamika pembangunan bangsa diberbagai sektor, tuntutan terhadap pembangunan sektor pendidikan menjadi semakin luas, yakni disatu pihak setiap terpenuhinya kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak usia sekolah yang jumlahnya semakin bertambah dan dipihak lain terpercapainya efisensi, relenvansi, dan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam menigkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan IPTEK, kemampuan profesional, dan produktivitas kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan perubahan pada strategi penyelenggaraan pendidikan.

Strategi penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia selama ini lebih banyak bersifat klasikal-massal, memberikan perlakuan yang standard (rata-rata) kepada semua siswa, padahal setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Akibatnya siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasaan di bawah rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar Strategi penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia selama ini lebih banyak bersifat klasikal-massal, memberikan perlakuan yang standard (rata-rata) kepada semua siswa, padahal setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Akibatnya siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasaan di bawah rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar

Pada hakikatnya, ditinjau dari aspek kemampuan dan kecerdasan, siswa dapat dikelompokkan kedalam tiga strata, yaitu: yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata. Siswa yang berada di bawah rata-rata, memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa- siswa pada umumnya. Sedangkan siswa yang berada di atas rata-rata, memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-siswa lainnya. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata, selama ini diberikan pelayanan pendidikan dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku secara nasional, karena memang kurikulum tersebut disusun terutama diperuntukkan bagi anak anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata. Sementara itu, bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah siswa-siswa lainnya, diberikan pelayanan pendidikan berupa pengajaran remidi (remedial teaching), sehingga untuk menyelesaikan materi kurikulum membutuhkan waktu yang lebih panjang dari siswa-siswa lainnya. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, meskipun memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa- siswa lainnya, belum mendapat pelayanan pendidikan sebagaimana mestinya. Differences individual yang positif ini memerlukan layanan yang produktif dalam pembelajaran yang spesifik serta disesuaikan dengan karakteristik belajarnya. Kelebihan kemampuan belajar pada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasanluar biasa tidak perlu harus terhambat dan dipaksa menyesuaikan dengan siswa normal apabila pengajar mengetahui sejak dini serta tahu bagaimana memperlakukannya.

Menurut Colangelo dalam Reni Akbar-Hawadi (2004: 5) bahwa “akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery)”. Sebagai model pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi Menurut Colangelo dalam Reni Akbar-Hawadi (2004: 5) bahwa “akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery)”. Sebagai model pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi

Bagi siswa sekolah dasar yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, diberi peluang dapat menyelesaikan studinya kurang dari 6 tahun, misalnya

5 tahun atau bahkan 4 tahun. Demikian pula untuk SMP dan SMA, bagi yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studinya kurang dari 3 tahun, misalnya 2 tahun.

Penyelenggaraan program akselerasi ini perlu dilakukan sebagai pemikiran dan alternatif yang berwawasan masa depan untuk menyiapkan anak bangsa sedini mungkin sebagai calon pemimpin berkualitas namun tetap bermoral dengan menjunjung budaya dan adat istiadat ketimuran dalam menghadapi globalisasi teknologi yang penuh kompetisi. Identifikasi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa akan sangat penting sebab terlambatnya penanganan terhadap siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa akan merugikan masyarakat sendiri karena akan kehilangan asset human capital yang tiada terkira harganya.

Program akselerasi memiliki keuntungan yang besar sebab dengan proses yang cepat akan menghasilkan sejumlah lulusan yang memadai dan segera dapat dimanfaatkan produk sekolah tersebut dalam masyarakat tanpa mengorbankan potensi siswa. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa proses yang dipercepat beban bahkan justru irama cepat itulah yang sesuai dengan irama yang dimiliki.

Program akselerasi adalah program yang akhir-akhir ini digalakkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memperoleh sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas. Program penyelenggaraan akselerasi hanya dilaksanakan oleh sekolah-sekolah yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, manajemen, dan lingkungan. SMA N 3 Surakarta Program akselerasi adalah program yang akhir-akhir ini digalakkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memperoleh sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas. Program penyelenggaraan akselerasi hanya dilaksanakan oleh sekolah-sekolah yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, manajemen, dan lingkungan. SMA N 3 Surakarta

Di SMA N 3 Surakarta penyelenggaraan akselerasi mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2003/2004 dengan model kelas khusus, hingga saat ini telah menghasilkan lulusan yang berkualitas baik, yang bisa dilihat dari nilai semester nya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Nilai Semester 2 Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2008/2009

No Nama Siswa

1 Aisha Alfiani Mahardika

2 Ardiana Hanatan

3 Astri Kusumawati

4 Brian Evan Cristiano

5 Dewi Masithoh

6 Dhimas Prasetyo

7 Dresta Pratita

8 Dyah Ayu P

9 Faris Edi

10 Ginanjar Udiarea

11 Intan Jayanti

12 Irene Listyanti

13 Johan Ardianto

14 Kartika Sari

15 Lufti Mawaryuningtiyas

16 Nourma Wahyu

17 Patricia Anna Bell

18 Qorina Nur Hidayah

19 Tara Ken Wk

20 Tyas Putri

88 93 88 89,78 90 Nilai Rata-Rata

21 Valentina Lakhsmi P

85,86 86 Nilai Tertinggi

93,05 93 Nilai Terendah

75,49 75 Sumber : Tata Usaha SMA N 3 Surakarta, 2009

SMA N 3 Surakarta sebagai salah satu sekolah unggulan di surakarta melakukan ujicoba pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam bentuk program percepatan belajar (akselerasi). Untuk dapat meluluskan siswa lebih cepat dengan kualitas yang baik, maka kualitas pelayanan program akselerasi perlu diperhatikan, karena kualitas pelayanan yang diberikan berpengaruh dengan tingkat kepuasan atau harapan yang diinginkan siswa. Kualitas pelayanan dimulai dari kebutuhan pelanggan yaitu kebutuhan siswa dan berakhir pada persepsi siswa itu sendiri karena siswalah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa pendidikan yang diberikan oleh program akselerasi SMA N 3 Surakarta sehingga siswa bisa menilai kualitas pelayanan yang diberikan, yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi siswa.

Bedasarkan uraian diatas, maka penelitian ini untuk dituangkan dalam bentuk penelitian skipsi dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM

PERCEPATAN KELAS (AKSELERASI) DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diungkap diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berkut :

1. Bagaimana penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta?

2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai:

1. Penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program percepatan kelas/Akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini penulis golongkan menjadi dua, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan pendidikan khususnya

program percepatan kelas/akselerasi.

mengenai

penyelenggaraan

b. Menjadi salah satu referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan selanjutnya dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan melalui penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi.

b. Bagi penulis, dapat menambah wacana mengenai konsep penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Kemampuan Dan Kecerdasan

a. Batasan Kemampuan Dan Kecerdasan

Utami Munandar (1992: 17) berpendapat bahwa “kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”. Menurut Conny Semiawan (1997:11) bahwa “kemampuan biasanya dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan”. Berdasarkan pengertian di atas maka kemampuan merupakan daya yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan maupun latihan yang dilakukan orang tersebut yang berhubungan dengan kecerdasan”.

Menurut Clark dalam Conny Semiawan (1997: 11) bahwa “kecerdasan atau intelegensi adalah kombinasi sifat-sifat yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap hubungan yang kompleks, semua proses yang terlibat dalam berpikir abstrak; kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah dan kemampuan untuk memperoleh kemampuan baru”. Sedangkan menurut David Wechaler dalam Suratinah Tirtonegoro (2001: 20) bahwa “intelegensi adalah suatu kumpulan atau keseluruhan kapasitas seseorang untuk bertindak secara sengaja berpikir rasional dan bertindak secara efektif terhadap lingkukngannya.”

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa intelegensi atau kecerdasan adalah :

1. Merupakan kecakapan untuk berpikir abstrak.

2. merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

3. kemampuan auntuk memecahkan kesulitan dalm situasi tertentu dengan cara yang cepat dan tepat.

4. kemampuan individu untuk berpikir scara rasional dan bertindak secara efektif.

Kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual, hal ini diungkap Moengiadi yang dikutip oleh Herry Widyastono

(2001) bahwa ”kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual”. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi: (1) intelektual umum dan akademik khusus, (2) berpikir kreatif-produktif, (3) psikososial atau kepemimpinan, (4) seni atau kinestetik, dan (5) psikomotor. Bidang-bidang tersebut biasanya terdapat pada anak

kecerdasan luar biasa. ( http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0142.html ) Pada umumnya kecerdasan dapat diukur dengan tes intelegensi yang menghasilkan IQ yang dapat menentukan keberbakatan seseorang. IQ masih tepat jika digunakan untuk mengukur bakat intelektual seseorang tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif-produktif dan bakat kepemimpinan. Dahulu para ahli cenderung mengidentifikasikan bakat intlektual berdasarkan tes intelegensi semata-mata tetapi akhir-akhir ini para ahli menyadari bahwa keberbakatan merupakan sesuatu yang majemuk artinya meliputi berbagai macam aspek-aspek lainnya yaitu kreatifitas,kepemimpinan, seni maupun psikomotor.

yang memiliki

kemampuan

dan

Kemampuan dan kecerdasan luar biasa sebenarrnya sejalan dengan konsep gifted dan talented. Artinya anak yang gifted dan talented memliki kemampuan dan kecerdasan di atas kemampuan anak-anak normal. Menurut Renzuli dalam Utami Munandar (1992: 20) bahwa ”ciri-ciri yang dapat menentukan kemampuan dan kecerdasan adalah : (1) kemampuan/intelegensi, (2) kretifitas, (3) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) di atas rata-rata.” Seseorang yang berbakat adalah yang memiliki ketiga ciri tersebut. Masing- masing ciri tersebut mempunyai peran yang sama-sama menentukan, seseorang dapat dikatakan mempunyai bakat intelektual apabila mempunyai intelegensi yang tinggi atau kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual, akan tetapi kecerdasan yang cukup tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang. Kretivitas juga penting karena merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, gagasan baru dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, demikian pula kreativitas tanpa pengikatan diri terhadap tugas belum menjamin prestasi Kemampuan dan kecerdasan luar biasa sebenarrnya sejalan dengan konsep gifted dan talented. Artinya anak yang gifted dan talented memliki kemampuan dan kecerdasan di atas kemampuan anak-anak normal. Menurut Renzuli dalam Utami Munandar (1992: 20) bahwa ”ciri-ciri yang dapat menentukan kemampuan dan kecerdasan adalah : (1) kemampuan/intelegensi, (2) kretifitas, (3) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) di atas rata-rata.” Seseorang yang berbakat adalah yang memiliki ketiga ciri tersebut. Masing- masing ciri tersebut mempunyai peran yang sama-sama menentukan, seseorang dapat dikatakan mempunyai bakat intelektual apabila mempunyai intelegensi yang tinggi atau kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual, akan tetapi kecerdasan yang cukup tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang. Kretivitas juga penting karena merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, gagasan baru dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, demikian pula kreativitas tanpa pengikatan diri terhadap tugas belum menjamin prestasi

Menurut Fledhusen dalam M. Sholeh Y. A Ichrom (1988: 9) bahwa ”istilah lain untuk menyebut anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah gifted, genius, precoclous”. Genius sebagai individu yang menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam berbagai pekerjaan yang mempunyai nilai maslahat yang besar, anak yang genius akan memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakatnya, mereka mempunyai kemampuan yang lebih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dibandingkan dengan anak-anak normal laninya. Gifted adalah anak yang menunjukkan tanda-tanda atas kemampuan unggul, sedangkan precocious adalah anak atau remaja yang memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya merupakan pekerjaan orang yang berusia di atasnya.

Menurut Depdiknas dalam Reni Akbar Hawadi (2004: 34) bahwa ”anak berbakat adalah mereka yang mempunyai taraf intelegensi 140”. Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan unggul luar atau biasa sehingga dapat mencapai prestasi yang tinggi. Anak-anak tersebut memiliki kebutuhan khusus karena keunggulan nya sehingga diperlukan program pendidikan yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan belajar mereka agar dapat mencapai prestasi yang tinggi. Anak- anak tersebut memiliki kebutuhan khusus karena keunggulannya sehingga diperlukan program pendidikan yang dirancang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka agar dapat mencapai perkembangan yang optimal.

c. Identifikasi anak berbakat. Menurut Utami Munandar (1992: 9) bahwa ”identifikasi terhadap anak berbakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu identifikasi melalui pengetesan dan identifikasi melalui studi kasus”. Identifikasi tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:

1) Identifikasi melalui pengetesan (psikometrik maupun prestasi belajar) identifikasi ini meliputi dua tahap.

2) Identifikasi melalui studi kasus

Yaitu identifikasi yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang anak tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-sumber yang berbeda, misalkan: dari guru, orang tua, teman sebaya atau anak itu sendiri. Identifikasi melalui studi kasus dapat dimulai dengan menyusun daftar pertanyaan atau kuisioner atau cheecklist untuk diisi masing-masing sumber.

d. Karakteristik Anak Berbakat

Sebenarnya ciri-ciri anak berbakat tidak berbeda dengan anak biasa, hanya saja anak berbakat memiliki ciri-ciri yang melebihi dari anak-anak normal lainnya. Menurut Martinson dalam utami munandar (1992: 30) bahwa ”ciri-ciri anak berbakat antara lain membaca pada usia lebih muda, membaca lebih cepat dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat yang luas, berpikir inisiatif, tidak cepat puas dengan prestasinya, mempunyai banyak kegemaran, senang mencoba hal-hal yang baru”.

Keberbakatan itu dapat meliputi bermacam-macam bidang namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam satu bidang saja. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh seorang pendidik, mereka menganggap bahwa seseorang yang telah diidentifikasikan sebagai seorang yang berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Tidak semua anak berbakat memiliki semua ciri- ciri tersebut dan tidak benar kalau anak berbakat hanya memiliki ciri-ciri yang positif saja. Setiap orang termasuk anak berbakat mempunyai kekuatan dan kelemahan. Anak berbakat dapat menunjukkan ciri-ciri positif apabila mereka berada dalam lingkungan yang baik, tetapi dalam lingkungan yang kurang menguntungkan dapat berkembang ciri-ciri yang negatif.

Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa ciri-ciri tertentu dari siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat atau mungkin mengakibatkan timbulnya masalaha-masalah. Menurut Martinson dalam Utami Munandar (1992: 32) bahwa ”ciri-ciri tersebut antara lain mudah tersinggung atau peka terhadap kritik, cepat bosan terhadapa tugas-tugas rutin, menjurus ke Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa ciri-ciri tertentu dari siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat atau mungkin mengakibatkan timbulnya masalaha-masalah. Menurut Martinson dalam Utami Munandar (1992: 32) bahwa ”ciri-ciri tersebut antara lain mudah tersinggung atau peka terhadap kritik, cepat bosan terhadapa tugas-tugas rutin, menjurus ke

Anak-anak berbakat mudah tersinggung karena mereka mempunyai kepekaan yang tinggi, mereka merasa tersisih jika pendapat mereka tidak diakui. Anak berbakat mudah bosan dalam menghadapi tugas-tugas rutin karena mereka memiliki kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru. Keinginan anak berbakat untuk mandiri dalam belajar, bekerja serta kebutuhannya akan kebebasan akan dapat menimbulkan konflik sehingga mereka tidak mudah nmenyesuaikan diri dengan lingkungan nya. Mereka juga merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya. Anak-anak berbakat memiliki semangat yang tinggi sehingga mereka cenderung kurang sabar atau kurang tenggang rasa jika ada kegiatan atau jika kurang nampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Masalah-masalah di atas dapat terjadi karena belum dapat pelayanan pendidikan yang memadai. Untuk menghindari sifat-sifat yang kurang baik perlu diupayakan untuk memberi kepuasan rohani yang bermanfaat, yaitu melalui pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasannya agar mereka dapat memanifestasikan potensinya yang masih laten. Berdasarkan berbagai penelitian, potensi unggul peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak akan begitu saja muncul tanpa stimulasi yang sesuai. Menurut Herry (2001) bahwa ”salah satu stimulasi yang sesuai untuk anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah dengan memberikan pelayanan pendidikan yang berdeferensiasi pemberian pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa, dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa.” ( www.bbawor.blogspot.com/ ) Masalah-masalah di atas dapat terjadi karena belum dapat pelayanan pendidikan yang memadai. Untuk menghindari sifat-sifat yang kurang baik perlu diupayakan untuk memberi kepuasan rohani yang bermanfaat, yaitu melalui pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasannya agar mereka dapat memanifestasikan potensinya yang masih laten. Berdasarkan berbagai penelitian, potensi unggul peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak akan begitu saja muncul tanpa stimulasi yang sesuai. Menurut Herry (2001) bahwa ”salah satu stimulasi yang sesuai untuk anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah dengan memberikan pelayanan pendidikan yang berdeferensiasi pemberian pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa, dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa.” ( www.bbawor.blogspot.com/ )

Menurut Clark dalam Herry (2001), ”program pendidikan bagi anak berbakat antara lain: (1) program pengayaan, (2) program percepatan, (3) pengelompokkan khusus” ( http://hamline.edu/apakabar.basisdata/2001/08/31/0142.html )

Penjelasan dari tiga bentuk program pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

a. program pengayaan yaitu pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar bertambah yang bersifat pendalaman,setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untukanak-anak lainnya.

b. Program percepatan atau akselerasi yaitu pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan memperbolehkan yang bersangkutan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program dalam jangka waktu yang lebih singkat.

c. Pengelompokkan khusus yaitu pembinaan siswa yang berkemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan cara yang bersangkutan dikumpulkan dan diberi kesempatan secara khusus sesuai dengan potensinya.

Pemilihan bentuk program pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau anak yang berbakat tidak hanya tergantung pada individu-individu yang terlibat, melainkan juga pada situasi dan kondisi lingkungan tempat program dilaksanakan. Di samping itu, pemilihan bentuk program pendidikan bagi anak berbakat atau anak memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak bisa lepas dari pertimbangan segi ekonomis, yaitu mudah dan murah dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan bentuk-bentuk program pendidikan tersebut berbagai pihak baik pengambil keputusan di lingkungan Depdiknas maupun pelaksanaan di lapangan (yayasan/sekolah) lebih cenderung untuk menerapkan program akselerasi. Hal ini Berdasarkan bentuk-bentuk program pendidikan tersebut berbagai pihak baik pengambil keputusan di lingkungan Depdiknas maupun pelaksanaan di lapangan (yayasan/sekolah) lebih cenderung untuk menerapkan program akselerasi. Hal ini

Dalam penyelenggaraan program akselerasi selain bersifat filosofi-filosofi di atas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi output. Menurut Herry (2001), ”faktor-faktor tersebut meliputi: (1) masukan atau input, (2) kurikulum, (3) tenaga kependidikan, (4) sarana prasarana, (5) dana, (6) manajemen,

belajar mengajar”. ( http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0142 ) Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Masukan atau input Siswa sebagai masukan atau input diseleksi secara ketat sehingga seleksi tidak hanya menyangkut prestasi akademik yang direpresentasikan dengan nilai UAN yang tinggi, tetapi juga menyangkut tes psikologi dengan indikator IQ minimal 130, kreatif dan tanggung jawab terhadap tugas, sehat jasmani dan rohani.

b. Kurikulum Kurikulum sengaja dikhususkan dengan memberi penambahan nkedalaman dan keleluasaan materi serta tantangan penyelesaian yang lebih berat. Khusus untuk kurikulum bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau anak berbakat memiliki format yang berlainan dengan kurikulum anak normal lainnya, yaitu dengan pernambahan unsur-unsur substansial.

c. Tenaga Kependidikan Tenaga kependidikan diupayakan memenuhi kriteria pengajar yang baik dan profesional. Pengetahuan guru yang luas serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi standar bagi guru yang melayani pembelajaran akselerasi. Kekayaan metode mengajar yang mengarah pada inquiry, discovery, serta eksperimental menjadi menu utama dalam proses pembelajaran di program c. Tenaga Kependidikan Tenaga kependidikan diupayakan memenuhi kriteria pengajar yang baik dan profesional. Pengetahuan guru yang luas serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi standar bagi guru yang melayani pembelajaran akselerasi. Kekayaan metode mengajar yang mengarah pada inquiry, discovery, serta eksperimental menjadi menu utama dalam proses pembelajaran di program

e. Dana Mengingat perluasan kegiatan serta dukungan personal, materi sangat vital dalam program akselerasi dengan sendirinya ketersediaan dana yang memadai lebih dari sekedar pelaksanaan program reguler harus terpenuhi. Tidak mungkin tenaga pengajar yang ekstra kerjanya tidak diberikan insentif lebih, demikian pula untuk pemenuhan alat pendukung lainnya pada sekolah yang telah menerapkan program akslerasi tidak bisa dihindari adanya SPP yang lebih tinggi dari sekolah biasa.

f. Manajemen Manajemen yang berhubungan dengan pengaturan waktu, mobilisasi tenaga kependidikan, keterkaitan dengan orang tua, maupun kerjasama dengan instansi luar sekolah harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga program akselerasi dapat berjalan lancar disekolah yang juga menyelenggarakan kelas reguler. Manajemen tidak terbatas pada pengaturan aspek fisik dan material personal namun juga sekaligus aspek motivasi psikologik. Bagaimana mengusahakan tumbuhnya komitmen yang tinggi, persepsi yang homogen dalam langkah dan gerk yang mendukung program sekolah memerlukan manajemen yang fleksibel, relistik dan prospektif.

g. Lingkungan Lingkungan yaitu tersedianya keberlanjutan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai lingkungan belajar yang tanpa putus. Penciptaan lingkungan yang saling komplementar tidak mudah sebab selama ini seringkali keluarga sudah apriori dengan apa yang dikerjakan di sekolah sehingga sinkronisasi sekolah dengan keluarga untuk membentuk lingkungan belajar yang kondusif tidak pernah terjadi. Keputusan korelasi antar lingkungan ini pada g. Lingkungan Lingkungan yaitu tersedianya keberlanjutan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai lingkungan belajar yang tanpa putus. Penciptaan lingkungan yang saling komplementar tidak mudah sebab selama ini seringkali keluarga sudah apriori dengan apa yang dikerjakan di sekolah sehingga sinkronisasi sekolah dengan keluarga untuk membentuk lingkungan belajar yang kondusif tidak pernah terjadi. Keputusan korelasi antar lingkungan ini pada

h. Proses Belajar Mengajar Proses ini sangat esensial karena titik tolak dalam penyelenggaraan program akselerasi berkisar pada proses ini, oleh karena itu kualitas serta orientasi proses belajar mengajar yang mengarah pada akselerasi harus diciptakan. Proses belajar mengajar yang akselerasif ditandai dengan adanya proses yang kreatif, diikuti dengan pengayaan serta mengundang tantangan bagi siswa.

Kreatif mempunyai makna bahwa proses belajar mengajar sangat membuka bagi kemungkinan siswa mampu mengaplikasi teori yang diperolah sehingga retensi yang terbentuk menjadi sangat kuat. Pengayaan bermaksud bahwa materi yang diformulasikan dalam kurikulum tidak dibatasi sekedar sampai penyerapan paket kurikulum itu sendiri, namun sampai pada perluasan dan pendalaman dengan membandingkan, mengoleksikannya dengan sumber lain. Mengundang tantangan siswa artinya materi pembelajaran tidak terbatas pada proses transfer pengetahuan yang beku namun membuka siswa untuk menyelidiki lebih mendalam suasana yang independen.

2. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat

Menurut Oemar Hamalik (2001:16) bahwa ”tafsiran tentang kurikulum ada tiga yaitu: kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, kurikulum sebagai rencana pembelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar”. Dari ketiga tafsiran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata pelajaran dianggap sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai di masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis.

b. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan. Peranan sekolah disini adalah menyediakan lingkungan bagi siswa dan memberi kesempatan bagi mereka untuk belajar.

c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan maksimal.

Program akselerasi sebagai sarana pelayanan pembelajaran khusus terhadap siswa yang berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka di dalamnya dituntut tersedianya kurikulum berspesifikasi khas. Kurikulum tersebut diformatkan untu melayani pembelajaran bagi siswa berbakat agar ada kesesuaian antara keungguan siswa dengan volume materi pembelajaran yang padat dan akseleratif. Dengan demikian ditinjau dari formatnya, kurikulum berdiferensiasi memiliki dimensi yang berbeda demikian juga aspek komponen pembentuknya.

Ada beberapa asumsi yang digunakan sebagai landasan mengapa harus didesign sebuah kurikulum yang khusus (terdiferensiasi) terhadap anak yang berbakat yang disusun oleh beberapa ahli. Menurut Eko Supriyanto (2003: 108) asumsi tersebut adalah:

a. Bahwa siswa yang memang memiliki karakteristik belajar yang unggul selayaknya diformulasikan kurikulum yang mampu menghantarkan kepada perkembangan yang optimal dan tidak mungkin terhambat hanya karena tidak terlayani dan tidak tersedianya perangkat terdiferensiasi.

b. Perkembangan siswa yang berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat optimal hasilnya apabila secara hati-hati direncanakan kurikulumnya dengan baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotorik maupun

Siswa yang dikategorikan berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa mempunyai cara belajar dan beraktivitas yang berbeda dengan anak normal lainnya akibat dari kematangan mereka. Oleh karena itu, disediakan kurikulum yang diadaptasi dan dirancang untuk memenuhi perbedaan yang ada. Anak berbakat memerlukan kurikulum yang berbeda bekerja untuk mengkondisikan karakter pembelajaran yang mengembangkan konsentrasi ketrampilan berpikir tingkat tinggi serta independen. Sesungguhnya kurikulum untuk anak berbakat merupakan proses yang berkelanjutan yang menggunakan evaluasi sebagai alat pokok untuk merencanakan dan merevisi dokumen yang akan datang.

Pengertian kurikulum diferensiasi memberikan pemaknaan bahwa kurikulum yang dirancang tidak berlaku untuk siswa normal pada umumnya. Diferensiasi menunjukkan makna berbeda yakni berbeda dengan formulasi kurikulum reguler karena sifat kepadatannya maupun komponen di dalamnya. Diferensiasi dalam pengertian bahwa kurikulum yang dirancang akan diterapkan untuk melayani kebutuhan pembelajaran bagi bakat tertentu.

Menurut Davies dalam Eko Supriyanto (2003: 109) bahwa ”kurikulum diferensiasi adalah kurikulum yang isi pembelajarannya menuntut pada siswa untuk menggunakan kemampuan baik dalam konsep maupun proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan corak karakteristik belajar siswa unggul dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa”. Kurikulum diferensiasi selalu berhubungan dengan akselerasi dan pengayaan sebab kedua istilah tersebut selalu menyertai format kurikulum diferensisi. Akselerasi menunjukkan bahwa kurikulum diferensiasi mendorong bagi percepatan belajar sehingga dengan akselerasi melalui instrumen kurikulum diferensisasi akan diringkas waktu belajarnya, lebih cepat dibandingkan dengan waktu belajar secara normal (reguler) sedangkan pengayaan merupakan bagian dari penugasaan dari kurkulum diferensiasi. Pengayaan berbentuk penugasan memperdalam materi kurikulum yang dilakukan di luar jam sekolah.

Menurut Utami Munandar (2004:139) ”kurikulum berdiferensiasi yang Menurut Utami Munandar (2004:139) ”kurikulum berdiferensiasi yang

a. Konsep dan pokok-pokok kurikulum berdifferensiasi Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan adalah sebagi berikut:

1) Materi yang dipercepat atau yang lebih maju

2) Pemahaman yang lebih majemuk dari generalisasi, asas, teori, dan struktur bidang materi.

3) Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran yang abstrak.

4) Tingkat dan jenis sumbernyang digunakan untuk memperoleh informasi dan ketrampilan