Strategi Pengembangan Infrastruktur dalam Penu

Strategi Pengembangan Infrastruktur Penunjang
Pariwisata di Kawasan Wisata Pantai Jumiang
Kabupaten Pamekasan
Dewi Rupyanti Sinaga
Jurusan Arsitektur Bidang Magister Manajemen Pembangunan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: dew.borusinaga@gmail.com

Abstrak—Hasil yang optimal dalam
pengembangan kawasan wisata dapat
diperoleh
apabila
didukung
oleh
pembangunan infrastruktur kepariwisataan
yang memadai. Keberadaan potensi wisata di
kawasan wisata Pantai Jumiang belum
diimbangi dengan pelayanan ketersediaan
infrastruktur penunjang pariwisata yang yang
dapat melayani kebutuhan para wisatawan

yang berdampak pada penurunan jumlah
kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk
menganalisis
strategi
pengembangan
infrastruktur penunjang pariwisata di
kawasan wisata Pantai Jumiang Kabupaten
Pamekasan melalui analisis deskriptif
kualitatif dilihat dari fakta empiri di wilayah
(empirical
descriptive),
kemudian
dibandingkan
teori
yang
mendukung
(theoritical descriptive). Hasil analisis
menghasilkan
rumusan

strategi
pengembangan infrastruktur penunjang
kawasan wisata Pantai Jumiang melalui
analisis SWOT. Hasil kajian menunjukkan
bahwa startegi pengembangan infrastrujtur
penunjang
wisata
dilakukan
dengan
Meningkatkan kualitas dan kuantitas
prasarana dan sarana dasar wisata;
Meningkatkan kualitas dan pelayanan
infrastruktur penunjang; dan Melibatkan
masyarakat dalam upaya pengembangan
infrastruktur.
Kata Kunci—Wisata Pesisir, Infrastruktur

I. PENDAHULUAN
Di dalam pengembangan suatu
wilayah, infrastruktur memiliki peran sebagai

mediator antara sistem ekonomi dan sosial di
dalam tatanan kehidupan manusia dengan
lingkungan alam (Grigg dalam Kodoatie,
2005). Pembangunan infrastruktur merupakan
suatu strategi dalam penyediaan sarana dan
prasarana. Peran infrastruktur tidak hanya
berpengaruh pada pengembangan wilayah,
tetapi juga pada bidang kepariwisataan.
Infrastruktur berperan sangat penting dalam
mendorong kualitas wisata itu sendiri serta
pada lingkungan sekitarnya (Afandi, 2013).
Menurut UNWTO (2014) jenis wisata yang
banyak diminati oleh masyarakat adalah wisata
alam. Salah satu jenis pariwisata alam yang
paling banyak mendatangkan wisatawan, baik
domestik maupun mancanegara adalah wisata
bahari.
Pulau Madura merupakan pulau yang
menyimpan banyak potensi wisata, termasuk
wisata alam yang salah satunya terdapat di

Kabupaten Pamekasan. Salah satu potensi
wisata alam yang terdapat di Kabupaten
Pamekasan adalah wisata alam Pantai Jumiang.
Kawasan wisata pesisir Pantai Jumiang
merupakan obyek wisata pesisir yang memiliki
keunikan dan berbeda dengan pantai lainnya di
Pamekasan yang pada umumnya bertipikal
pantai landai. Pantai Jumiang memiliki dua
lokasi, yaitu pantai bertebing di sisi timur dan
panrai landai di sisi barat. Daya tarik wisata
yang dimiliki berupa eksotika pemandangan
alam lautan luas yang menawarkan
pemandangan langsung ke Selat Madura dan
dapat dilihat dari tebing jurang yang cukup
tinggi. Kawasan wisata Pantai Jumiang
merupakan salah satu kawasan pariwisata yang
perlu mendapat prioritas pengembangan dan
diharapkan dapat menjadi icon obyek wisata

Pariwisata, Pengembangan Wisata


1

untuk infrastruktur jalan, akses jalan masuk
menuju kawasan wisata yang melewati
perkampungan warga berada pada kondisi aspal
yang rusak dan jalan berlubang. Masalah
lainnya juga terdapat pada belum memadainya
fasilitas pendukung transportasi seperti tidak
adanya penerangan di sepanjang jalan serta
tidak tersedianya prasarana air bersih yang
melayani kawasan wisata dikarenakan
bangunan fasilitas MCK mengalami kerusakan
akibat kurang pemeliharaan. Hal tersebut
mengakibatkan
wisatawan
mengalami
kesulitan untuk membersihkan diri setelah
berenang di pantai. Sementara trayek angkutan
umum belum melayani melewati kawasan

wisata untuk mendukung mobilitas pengunjung
kawasan
wisata
Pantai
Jumiang
(Disparporabud Kabupaten Pamekasan, 2014).
Walaupun hanya bersifat sebagai
pendukung, infrastruktur memiliki posisi yang
amat penting bagi keberlangsungan kegiatan
masyarakat di suatu wilayah. Aktivitas yang
ditampung dalam suatu ruang tidak akan
berjalan dengan baik tanpa didukung oleh
pelayanan infrastruktur yang memadai seperti
jaringan jalan, air bersih, persampahan, listrik,
sanitasi, dan telekomunikasi. Kegiatan
perekonomian suatu wilayah yang didukung
oleh pelayanan infrastruktur yang baik, dapat
mendorong peningkatan intensitas dan kualitas
kegiatan tersebut, yang berakibat pada
peningkatan

kesejahteraan
penduduknya
(Button, 2002).
Berdasarkan
penjelasan
diatas,
kawasan wisata Pantai Jumiang memiliki
potensi daya tarik yang besar dan unik. Potensi
wisata wisata yang cukup beragam yang
terdapat di kawasan wisata pesisir Pantai
Jumiang dapat menjadi peluang untuk lebih
mengembangkan pariwisata di Pantai Jumiang.
Namun keberadaan potensi wisata tersebut
belum
diimbangi
dengan
pelayanan
ketersediaan infrastruktur penunjang pariwisata
yang yang dapat melayani kebutuhan para
wisatawan. Fasilitas penunjang wisata sebagai

aspek pendukung pariwisata sangat mendukung
keberhasilan pariwisata karena memberikan
kemudahan pelayanan bagi wisatawan dalam
menikmati perjalanan Hal ini berdampak pada
penurunan jumlah kunjungan wisatawan di
Pantai Jumiang dari tahun ke tahun. Oleh
karena itu kajian ini bertujuan untuk
menganalisis pengembangan infrastruktur
penunjang pariwisata di kawasan wisata Pantai
Jumiang Kabupaten Pamekasan.

pesisir di Kabupaten Pamekasan (Renstra
Pengembangan
Pariwisata
Kabupaten
Pamekasan, 2012).
Menurut Disparporabud Kabupaten
Pamekasan (2014), jumlah kunjungan
wisatawan ke Pantai Jumiang merupakan
jumlah kunjungan tertinggi kedua setelah

Pasarean Batu Ampar pada tahun 2012 dan
2013. Terjadi peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan sebanyak 3.044 orang dari tahun
2012 (17.701 orang) hingga 2013 (20.745
orang). Namun pada tahun 2014 terjadi
penurunan jumlah kunjungan wisatawan baik
mancanegara maupun domestik mencapai
4.663 orang. Kunjungan wisatawan per bulan
pun cenderung mengalami stagnansi, tidak ada
jumlah kunjungan wisatawan yang menonjol di
sepanjang tahun 2014.
Terjadinya ketidakstabilan kunjungan
wisatawan di Pantai Jumiang mengindikasikan
bahwa
ketertarikan
masyarakat
untuk
menikmati daya tarik wisata Pantai Jumiang
sudah mulai menurun, karena tidak didukung
dengan pengembangan dan pemeliharaan pada

obyek-obyek wisata maupun prasarana sarana
penunjang parwisata. Berdasarkan Renstra
Pengembangan Parwisata Daerah Kabupaten
Pamekasan (2012), kontribusi pengunjung
terbesar kedua tersebut tidak diimbangi dengan
pelayanan infrastruktur yang memadai untuk
mendukung kenyamanan dan aktivitas bagi
para wisatawan di kawasan wisata pesisir
Pantai Jumiang.
Dari 15 fasilitas penginapan dan hotel
di Kabupaten Pamekasan, belum ada fasilitas
penginapan yang melayani di kawasan wisata
pesisir Kabupaten Pamekasan. Selain itu
fasilitas rumah makan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan keuangan juga belum memadai
untuk kegiatan wisata (Renstra Pengembangan
Pariwisata Daerah, 2012). Kondisi tersebut
berbanding terbalik dengan PDRB Kabupaten
Pamekasan menurut Lapangan Usaha atas dasar
harga berlaku tahun 2013, dimana tiga sektor

ekonomi utama masih mendominasi struktur
perekonomian Kabupaten Pamekasan, yaitu
sektor pertanian (47,71%), sektor perdagangan,
hotel, dan restoran (18,52%), serta sektorsektor jasa (12,69%).
Untuk kondisi infrastruktur, prasarana
persampahan di Pantai Jumiang juga belum
memadai dalam pengelolaan sampah, dilihat
dari banyaknya sampah yang mengotori bibir
pantai dan sampah yang menumpuk di akses
jalan masuk dari pintu gerbang. Sedangkan
2

wisata/ODTW, serta pelayanan lain seperti jasa
keuangan, keamanan, dan kenyamanan). Mc.
Intosh (1995) berpendapat bahwa infrastruktur
beserta fasilitas pendukungnya termasuk dalam
komponen penunjang pariwisata, menurut
Musenaf (1995) infrastruktur yang termasuk
dalam komponen suatu kawasan wisata
meliputi prasarana jalan, listrik, air bersih,
telekomunikasi, dan sarana wisata yang
meliputi sarana akomodasi, restoran, dan rumah
makan.
Sementara Yoeti (1985) menyebutkan
bahwa salah satu obyek penawaran dalam
pemasaran pariwisata adalah infrastruktur
penunjang wisata, antara lain:
 Recreative and Sportive Plan
 Residential Tourist Plan, terdiri dari
penginapan/hotel
dan
tempat
makan/restoran
 Sarana
pelengkap
atau
penunjang
kepariwisataan untuk membuat wisatawan
dapat lebih lama tinggal di tempat wisata
 Sarana penjualan, berupa toko-toko yang
menjual barang-barang souvenir atau benda
lain khusus wisatawan
 Utilitas, yaitu terkait dengan ketersediaan
jaringan air bersih, listrik, drainase, dan
sanitasi (tersedianya fasilitas toilet/MCK)
 Prasarana sosial, seperti sarana pendidikan
dan kesehatan
 Transportasi, yaitu ketersediaan sarana
trasnportasi (moda kendaraan yang
digunakan menuju tempat wisata) dan
aksesibilitas
(kemudahan
mencapai
kawasan wisata)
Berdasarkan sumber teori diatas, maka
variabel infrastruktur pariwisata yang dipilih
dalam
kajian
ini
meliputi:
fasilitas
penginapan/hotel; sarana rekreasi wisata bahari
(berenang,
snorkeling,
diving,
dsb);
restoran/tempat makan; fasilitas pelayanan
kesehatan; faslitas pelayanan keuangan;
fasilitas perbelanjaan (toko souvenir);
penyediaan air bersih, jaringan listrik, sistem
drainase,
persampahan,
telekomunikasi,
sanitasi, jringan jalan; moa transportasi dan
fasilitas pendukung transportasi (seperti lampu
penerangan
jalan).
Gambaran
umum
infarstruktur pariwisata sebagai berikut:
A. Kajian Umum Infrastruktur Pariwisata
Pantai Jumiang
1. Sarana Rekreasi Wisata Bahari
Pantai Jumiang merupakan obyek wisata
yang menyajikan pantai sebagai daya tarik

II. METODE
Dalam melakukan kajian pada makalah
ini, digunakan beberapa metode, baik dalam
pengumpulan data ataupun dalam kajiannya.
A. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan
metode pengumpulan data dengan teknik survei
sekunder dan survei primer. Survei sekunder
dilakukan dengan survei survei literatur yang
bersumberkan dari dokumen pemerintah,
penelitian terdahulu, artikel reportase, dan lain
sebagainya yang dapat mendukung proses
analisa dalam penelitian ini. Data yang
diperlukan pada umumnya berupa gambaran
umum pariwisata di Kabupaten Pamekasan
secara umum, dan kawasan wisata Pantai
Jumiang secara khusus. Sedangkan survei
primer dilakukan dengan pengamatan lapangan
pada kondisi eksisting kawasan wisata Pantai
Jumiang untuk mengetahui kondisi lapangan
yang berkaitan dengan gambaran umum
wilayah, khususnya karakteristik kondisi
infrastruktur penunjang wisata.
B. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam
makalah ini adalah kajian komparatif. Kajian
komparatif menurut Nazir (1988) merupakan
sejenis kajian deskriptif yang berutjuan untuk
mencari jawaban mendasar tentang sebabakibat, dengan menganalisis faktor penyevav
terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena
tertentu. Teknik yang digunakan dalam kajian
komparatif tersebut adalah analisis deskriptif.
Analisis deskriptif adalah serangkaian kajian
yang tidak dapat dinyatakan dalam angkaangka dan rumus melainkan dengan kata-kata
dan kalimat menurut data pengambilan
kesimpulan (Sugiyono, 2006). Dalam kajian ini
analisis
deskriptif,
bertujuan
untuk
menganalisis keterkaitan antar wilayah dilihat
dari fakta empiri di wilayah (empirical
descriptive), yang dibandingkan teori yang
mendukung (theoritical descriptive).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pariwisata
secara
komprehensif
merupakan suatu industri yang bergerak di
dalam
bidang
pelayanan
yang
mengkompromikan berbagai elemen terukur
maupun tak terukur. Elemen terukur antara lain
sistem transportasi dan hospitality service
(akomodasi,
makanan
dan
minuman,
3

Tabel. 1 Jumlah Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di Desa Tanjung
Jenis Fasilitas Kesehatan
Puskesmas Pembantu
Poskesdes
Posyandu
Praktek Dokter
Praktek Bidan
Mantri Kesehatam

utama wisatanya. Akan tetapi belum
terdapat sarana rekreasi wisata bahari
seperti snorkeling, diving, dll. Sehingga
pengunjung obyek wisata ini hanya dapat
menikmati sajian pemandangan alam dan
laut dan juga berenang sebagai kegiatan
dalam berwisata.

Jml
1
1
8
1
1
1

Sumber: Monografi Desa Tanjung, 2014

Fasilitas Pelayanan Keuangan
Desa Tanjung tidak memiliki fasilitas
pelayanan keuangan apa pun di dalam
kawasan wisata, sehingga apabila
wisatawan memerlukan fasilitas tersebut
mereka harus mendapatkannya di luar
kawasan wisata.

Gambar 1. Daya Tarik Pantai Jumiang
2. Akomodasi Wisata
Fasilitas Penginapan/Hotel
Kawasan wisata Pantai Jumiang belum
memiliki fasilitas penginapan. Ketiadaan
fasilitas penginapan untuk wisatawan
membuat wisatawan yang berkunjung ke
Pantai Jumiang khususnya saat terdapat
event Upacara Petik Laut, Kerapan Sapi,
Sapi Sono’, dan Festival Kebudayaan
Semalam di Madura tidak memiliki tempat
untuk menginap dan pada akhirnya
membuat wisatawan tidak bisa tinggal
lama di kawasan Pantai Jumiang.

Fasilitas Perbelanjaan
Kawasan wisata Pantai Jumiang memiliki
satu buah toko yang menyatu dengan
rumah warga, dan diperuntukkan untuk
mnyediakan produk lokal daerah tersebut,
khsuusnya makanan olahan hasil laut,
untuk para wisatawan yang berkunjung ke
Pantai Jumiang. Adapun produk olahan
hasil laut tersebut adalah ikan teri krispi
dan manisan rumput laut.

Tempat Makan/Restoran
Terdapat beberapa fasilitas tempat makan
di kawasan wisata Pantai Jumiang, antara
lain berupa rumah makan sederhana.
Fasilitas tersebut juga ada yang terdapat di
dalam tempat wisata.

Gambar 3. Fasilitas Berbelanja di
Pantai Jumiang

3. Utilitas
Penyediaan air bersih
Untuk prasarana air bersih, kawasan
permukiman di Desa Tanjung dan di
sekitar kawasan wisata Pantai Jumiang
sudah terlayani air bersih dengan sumber
air yang mayoritas menggunakan air
PDAM dan sungai. Untuk rumah tangga
yang menggunakan sumber air dari sumur,
sumur warga di pesisir Jumiang memiliki
kedalaman rata-rata 2,73 m – 4,14 m.
Distribusi air disalurkan secara langsung
ke rumah warga menggunakan sambungan

Gambar 2. Tempat Makan di Pantai
Jumiang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan disediakan untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Desa Tanjung maupun
wisatawan yang sedang melakukan
kegiatan wisata di Pantai Jumiang.:
4

pipa PVC untuk pemenuhan kebutuhan air
bersih penduduk sekitar kawasan wisata.
Tabel. 2 Jumlah Rumah Tangga Menurut
Sumber Air di Desa Tanjung
Sumber Air
Jml
PDAM
6.272
Sumur Terlindung
156
Sumur tidak terlindung
221
Air kemasan
146
Pompa
156

Gambar 4. Kondisi Fasilitas Toilet di
Pantai Jumiang
Bangunan fasilitas toilet yang pada
awalnya bagus, terawat, dan sangat
emndukung kenyamanan pengunjung, saat
ini kurang mendapatkan perhatian khsuus
sehingga menjadi obyek kumuh di
kawasan wisata Pantai jumiang.

Sumber: Monografi Desa Tanjung, 2014

Jaringan Listrik
Untuk prasarana jaringan listrik, kawasan
pesisir Jumiang sudah terlayani jaringan
listrik yang menggunakan jasa PLN.
Berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan,
rata-rata
masyarakat
menggunakan daya untuk kebutuhan
rumah tangga sebesar 450 watt. Namun
pada akses jalan menuju pantai bertebing
dan Makam Adirasa masih belum
terpasang fasilitas lampu penerangan,
sehingga rawan terjadi tindakan kriminal
saat malam hari.

Telekomunikasi
Prasarana telekomunikasi di Desa Tanjung
berasal dari sambungan telepon dan
sebagian besar masyarakat sudah
menggunakan telepon genggam dan hanya
sedikit yang menggunakan telepon kabel.
Namun demikian masih ada juga
penduduk yang tidak menggunakan alat
telekomunikasi apa pun.

Sistem Drainase
Pada msuim penghujan, di beberapa titik
seringkali terjadi genangan akibat
banyaknya sampah yang menyumbat
sehingga memperlambat penyerapan air.

Persampahan
Desa Tanjung merupakan desa dengan
kepadatan penduduk tertinggi kedua di
kecamatan
pademawu,
sehingga
menghasilkan sampah yang cukup banyak.
Sampah yang dihasilkan dari rumah
tangga masih dibuang pada tempat sampah
atau bak sampah yang ada di sekitar
lingkungan perkampungan warga untuk
selanjutnya dibuang ke TPS. Akan tetapi
masih banyak sampah yang berserakan
dan mengotori bibir pantai sehingga
mengurangi kualitas lingkungan pesisir
dan keindahan dari obyek wisata tersebut.

Sistem Pengelolaan Limbah dan Sanitasi
Prasarana pengolahan limbah yang ada di
Desa
Tanjung
sebagian
ebsar
menggunakan septik tank dan sanitasi
yang terdapat di desa Tanjung pada
masing-masing rumah tangga sebagian
ebsar sudah memiliki fasilitas MCK. Akan
tetapi fasilitas MCK/Toilet ini belum
melayani kawasan wisata Pantai Jumiang,
akibat tidak terpeliharanya bangunan
Toilet yang ada di tempat wisata ini.

Tabel. 3 Jumlah Rumah Tangga Menurut
Prasarana Sanitasi di Desa Tanjung
Jenis Prasarana
Jml
Sanitasi
Sendiri
4677
Bersama
1100
Umum
28

Gambar 5. Sampah yang Mengotori Akses
Masuk Menuju Pantai

Sumber: Monografi Desa Tanjung, 2014

5

membuat
beberapa
pengunjung
memarkirkan kendaraan mereka di bibir
pantai, sehingga mengganggu pandangan
wisatawan yang ingin menikmati keindahan
Pantai Jumiang. Untuk fasilitas berupa
papan informasi/penunjuk arah menuju
Pantai Jumiang masih sangat minim. Hanya
terdapat satu papan penunjuk arah yang
letaknya 10 km sebelum lokasi Pantai
Jumiang.

4. Aksesibilitas dan Transportasi.
Jaringan Jalan
Kondisi jaringan jalan menuju Pantai
Jumiang berada pada kelas jaringan jalan
kolektor sekunder dan jalan lingkungan
dengan perkerasan aspal jalan yang cukup
baik. Fungsi jalan sebagai kolektor
sekunder membuat jalan menuju Pantai
Jumiang tidak terlalu lebar, hanya sekitar
4 m. Pantai ini berjarak kurang lebih 12 km
arah tenggara dari Kota Pamekasan.
Namun lokasi wisata ini tidak berada di
tepi jalan raya, sehingga untuk mencapai
Pantai Jumiang wisatawan harus melewati
jaringan jalan di kawasan permukiman
warga yang sudah beraspal namun
kondisinya sudah banyak aspal yang
rusak, jalan berlubang, lebar jalan yang
sempit, namun masih tetap bisa dilalui
oleh jenis kendaraan mobil.

Gambar 6. Kendaraan yang Diparkir di
Dekat Pantai
B. Kajian Pengembangan Infrastruktur
Penunjang Kawasan Wisata Pantai
Jumiang
Ketersediaan dan dukungan prasarana
sarana penunjang wisata merupakan hal yang
penting, karena merupakan aspek pertama yang
sangat berpengaruh terhadap kemajuan
kepariwisataan di Kabupaten Pamekasan.
Adanya prasarana dan sarana penunjang wisata
yang unggul akan menciptakan kondisi
pariwisata yang unggul pula dan siap bersaing
dengan obyek wisata lainnya.
Keterbatasan anggaran pemeliharaan serta
minimnya
partisipasi
masyarakat
dan
keterbatasan SDM pariwisata merupakan faktor
penyebab lemahnya pemeliharaan prasarana
dan sarana wisata. Selain itu paradigma “by
project” mengakibatkan segala kegiatan
pengembangan prasarana-sarana penunjang
kepariwisataan tidak bersifat keberlanjutan,
namun bersifat periodik dan berorientasi jangka
pendek. Minimnya anggaran pemeliharaan
mengakibatkan masa efektif penggunaan (umur
pakai) sarana dan parsarana yang ada menjadi
terlampau pendek. Bangunan sarana penunjang
yang pada dasarnya dapat meningkatkan nilai
tambah bagi obyek wisata justru menjadi unsur
yang mengurangi nilai estetis obyek wisata
Pantai Jumiang.
Dalam Renstra Pengembangan Pariwisata
Kabupaten Pamekasan, arahan pengembangan
infrastruktur
penunjang
wisata
adalah
meningkatkan kualitas infrastruktur yang ada
serta
penyediaan
infrastruktur
sesuai

Gambar 5. Kondisi Jaringan Jalan
Menuju Pantai
Moda Transportasi
Sedangkan untuk aksesibilitas menuju
Pantai Jumiang bisa dijangkau dengan
kendaraan pribadi maupun ojek dengan
harga yang cukup terjangkau. Untuk
wisatawan dari luar daerah Kabupaten
Pamekasan yang tidak membawa kendaraan
pribadi dapat menjangkau Pantai Jumiang
dengan berhenti di Terminal Ceguk
Pamekasan untuk mencari angkutan lain
menuju Pantai Jumiang. Kawasan wisata
Pantai Jumiang tidak terjangkau oleh
layanan angkutan umum, sehingga
menyulitkan wisatawan yang ingin
berkunjung karena tidak semua wisatawan
menggunakan kendaraan pribadi.
Fasilitas Pendukung Transportasi
Di kawasan wisata Pantai Jumiang, belum
terdapat fasilitas pendukung transportasi,
seperti tempat parkir, lampu penerangan
jalan. Sehingga kendaraan yang ada diparkir
pada lahan kosong ataupun dekat bibir
pantai. Tidak adanya fasilitas perparkiran
6

pengembangan infrastruktur penunjang wisata
Pantai Jumiang, dapat diperoleh analisis
mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan
tantangan/ancaman yang dimiliki oleh Pantai
Jumiang dalam pengembangan infrastruktur
penunjang wisatanya. Analisa ini digunakan
untuk menentukan strategi yang harus diambil
oleh
stakeholder
dalam
rangka
mengembangkan infrastruktur kawasan wisata
Pantai Jumiang.

kebutuhan. Sarana dan prasarana pendukung
pariwisata
seperti
prasarana
jalan,
telekomunikasi,
air
bersih,
listrik,
persampahan, lembaga keuangan dan fasilitas
akomodasi yang betuk-betuk diperlukan untuk
menopang pelaksanaan sistem kepariwisataan
di Pantai Jumiang.
Berdasarkan penjelasan mengenai kondisi
fisik, ekonomi, sosial, dan budaya serta faktorfaktor
eksternal
yang
memperngaruhi

Matriks SWOT Pengembangan Infrastruktur Penunjang Wisata di Pantai Jumiang
STRENGTHS
OPPORTUNITIES
1. Aksesibilitas yang mudah dijangkau
1. Rata – rata peningkatan PAD
dari pusat kota Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan sebesar 10%
dengan kendaraan pribadi
2. Aksesibilitas yang mudah dengan
dibangunnya Jembatan Suramadu
2. Berada di jalur strategis akses jalan
serta kedekatan dengan Pulau Jawa
utama Pamekasan-Sumenep
3. Tersedianya fasilitas akomodasi wisata 3. Adanya Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis)
berupa tempat makan dan tempat
POSITIF
4. Adanya kebijakan pengembangan
berbelanja
kawasan wisata (Renstra
4. Tersedianya fasilitas pelayanan umum
(kesehatan, kantor pos, dan keamanan)
Pengembangan Pariwisata
yang memadai
Kabupaten Pamekasan)
5. Tersedianya jaringan listrik, air bersih,
dan telekomunikasi yang memadai
WEAKNESS
THREATS
1. Rendahnya anggaran pemeliharaan
1. Masa pakai prasarana dan sarana
prasarana-sarana wisata
relatif pendek dan tidak ekonomis
2. Terbatasnya SDM pengelola obyek
2. Prasarana dan sarana menjadi kurang
wisata yang diharapkan dapat
memenuhi kelayakan sehingga dapat
meningkatkan kinerja pariwisata
menurunkan standar keselamatan
sebagai suatu industri
pengunjung
3. Kurangnya perhatian dan prioritas
3. Krisis eknomi dunia disertai
pemangku kebijakan terhadap kegiatan
fluktuasi nilai tukar mata uang dapat
pemeliharaan prasarana-sarana
menyebabkan berkurangnya minat
NEGATIF
4. Minimnya kesadaran dan partisipasi
calon wisatawan asing dalam
masyarakat dalam kegiatan
berwisata
pemeliharaan prasarana-sarana
4. Meningkatnya minat warga
Pamekasan unuk melakukan
5. Kurangnya fasilitas umum seperti
perjalanan wisata ke daerah lain
tempat sampah, WC Umum di
kawasan obyek wisata, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas (kebersihan)
6. Kurangnya minat investor untuk
berinvestasi di Kabupaten Pamekasan
Sumber: Renstra Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pamekasan, 2015 dan Hasil Observasi

7

Matriks Strategi Pengembangan Infrastruktur Penunjang Wisata di Pantai Jumiang
STRENGTHS
1. Keberadaan Suramadu dapat
memperluas jangkauan pasar
wisatawan luar daerah, sehingga
target pasarnya adalah wisatawan
Jawa Timur hingga nasional
(S1,S2,O1,O2)
2. Meningkatkan mutu, sistem
pelayanan, dan pemeliharaan
kualitas fasilitas/sarana penunjang
wisata yang sudah ada
OPPOR
(S3,S4,O1,O2)
TUNITIES
3. Peningkatan jaringan pelayanan
infrastruktur yang sudah ada
sehingga dapat menjangkau dan
melayani di kawasan wisata untuk
percepatan pembangunan (S5,O1)
4. Peningkatan kinerja prasarana dan
sarana transportasi menuju obyek
wisata Pantai Jumiang (S1,S2,O3)

WEAKNESS
1. Membentuk MTB (Madura Tourism
Board) yang disahkan oleh daerah
melalui Perda sebagai badan
kerjasama antara pemerintah dengan
pihak swasta agar pengembangan
infrastruktur lebih terarah, terpadu,
dan efektif (W1,W3,W6,O1,O2)
2. Meningkatkan peran
serta/keterlibatan masyarakat
terhadap kegiatan pemerliharaan dan
perawatan prasarana sarana wisata
(W2,W4,O3,O4)
3. Mewujudkan sinergi berbagai
kebijakan pengembangan pariwisata
secara terencana, terarah, integratif,
dan berkelanjutan (W2,W3,W4,O4)
4. Pengembangan fasilitas penunjang
dan prasarana sarana untuk
mendorong tumbuh kembangnya
pariwisata Pantai Jumiang
(W1,W5,O1,O3,04)

1. Menciptakan kegiatan
pengembangan prasarana-sarana
penunjang kepariwisataan yang
bersifat berkelanjutan dan
berorientasi jangka panjang
(S3,S4,S5,W1,W3,W4)
2. Meningkatkan standar mutu
pelayanan dalam kegiatan
THREATS
pembangunan/ penyediaan
infrastruktur penunjang wisata
(S3,S4,S5,W2,W3,W4)
3. Memperkuat fasilitas dan persuasive
market (promo) pada obyek wisata
Pantai Jumiang
(S3,S4,S5,W1,W2,W3,W4)

1. Pemerintah daerah bersama dengan
pihak swasta membangun fasilitas
dan membentuk manajemen yang
profesional pada obyek wisata Pantai
Jumiang
(W2,W3,W5,W6,T1,T2,T3,T4)
2. Pembagian peran sesuai
ke5mampuan teknis dan pembiayaan
dalam pengembangan infrastruktur
pariwisata untuk memudahkan
percepatan pengembangan parsarana
sarana penunjang wisata
(W1,W2,W3,W4,W5,W6,T1,T2,T3)

Sumber: Hasil Analisis, 2015

8

 Terbangunnya dan terpeliharanya
sarana/fasilitas pendukung pariwisata,
seperti fasilitas penginapan, tempat
makan, toilet, toko oleh-oleh tempat
parkir, musholla, dll. Hal tersebut
dilakukan dalam rangka peningkatan
kualitas wisata demi pemenuhan
kebutuhan wisatawan.

C. Perumusan Strategi
Perumusan
strategi
pengembangan
infrastruktur penunjang kawasan wisata Pantai
Jumiang dirumuskan dengan mengacu pada
Renstra Pengembangan Pariwisata Daerah dan
hasil kajian perangkat manajemen dan Analisa
SWOT diatas. Adapun perumusan strategi
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Peningkatan Kuantitas dan Penyediaan
Infrastruktur Penunjang Wisata
Peningkatan kualitas dan kuantitas
prasarana dan sarana dasar wisata
dilakukan dengan memelihara dan
meningkatkan
kapasitas
parasarana
sarana; serta membangun prasarana dan
sarana sesuai dengan prioritas, tujuan, dan
sasaran pengembangan kawasan wisata
Pantai Jumiang.
 Bentuk perbaikan infrastruktur jalan
yang dapat dikembangkan adalah
dengan
meninggikan
jalan,
memperbaiki kondisi jalan yang rusak
(berlubang), dan mengaspal jalan yang
masih berupa tanah
 Bentuk perbaikan infrastruktur air
bersih yang dapat dikembangkan
adalah pipa distribusi PDAM harus
mampu menjangkau kedalam kawasan
wisata. Pipa jaringan air bersih ditanam
dalam tanah menggunakan pipa PVC.
Pola penyediaannya bisa secara
individu/hidran umum.
 Saluran drainase kawasan wisata harus
terintegrasi dengan sistem drainase di
luar kawasan atau sistem drainase
perkotaan
 Dalam sistem pengelolaan air limbah
harus ada pemisahan yang jelas antara
greywater (mandi dan cuci) dan
blackwater
(kakus).
Penyaluran
blackwater ke septik tank tanpa ada
kebocoran dan bau. Tidak ada rembesar
langsung air tinja dari septik tank ke air
tanah.
 Untuk
persampahan,
dilakukan
pemisaan antara ampah kering dan
sampah basah. Penyediaan bak/tong
sampah pada lokasi yang mudah
dijangkau oleh pengunjung. Sampah
sebaiknya diangkut tiap hari ke TPS
dengan gerobak atau becak motor yang
bisa masuk sampai ke jalan lingkungan
permukiman warga.

b. Peningkatan kualitas dan pelayanan
infrastruktur penunjang wisata
Salah satu faktor yang mengakibatkan
kurangnya pemeliharaan prasarana dan
sarana di kawasan wisata Pantai Jumiang
adalah berkembangnya paradigma “by
project” dalam pembangunan prasarana
dan sarana. Hal ini menyebabkan segala
kegiatan pengembangan prasarana sarana
penunjang
kepariwisataan
tidak
berkelanjutan, namun bersifat periodik dan
berorientasi jangka pendek. Minimnya
anggaran pemeliharaan mengakibatkan
masa efektif penggunaan (umur pakai)
prasarana dan sarana yang ada menjadi
terlampau pendek. Oleh karena itu strategi
peningkatan kualitas dan pelayanan
infrastruktur penunjang wisata adalah:
 Memperluas
jaringan
pelayanan
infrastruktur dasar, seperti air bersih dan
jaringan listrik yang masih hanya
menjangkau kawasan permukiman
masyarakat pesisir, sehingga juga dapat
menjangkau kawasan wisata Pantai
Jumiang
 Melakukan perbaikan pada bangunan
fasilitas umum yang telah rusak, seperti
toilet, gazebo, menara pandang, bangku
pengunjung, dll.
 Lembaga
pemerintah
mendukung
perkembangan infrastruktur Pantai
Jumiang, melalui usaha
dengan
memberikan pembekalan edukasi dan
suntikan dana pada para nelayan dan
masyarakat, sehingga masyarkat lokal
dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan
pemeliharaan dan perawatan prasarana
dan sarana secara rutin.
 Membuat peraturan dan kebijakan yang
memuat kewenangan masyarakat untuk
melakukan pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana penunjang
pariwisata

9

e. Pembentukan kelembagaan khusus yang
mampu memperkuat jaringan kerjasama
dengan
pihak
swasta
dalam
pengembangan infrastruktur
Para stakeholder terkait (pemerintah dan
masyarakat) juga perlu melakukan upaya
kemitraan
dengan
melibatkan
pihak
swasta/investor yang berpotensi untuk
melakukan investasi. Selain itu juga
mengembangkan kemitraan dengan lembaga
pendanaan (bank maupun non-bank) baik
lembaga pemerintah maupun swasta untuk
menciptakan investasi baru dalam rangka
mengembangkan infrastruktur kawasan wisata
Pantai Jumiang. Dalam hal ini, menurut Renstra
Pengembangan Pariwisata Kab. Pamekasan,
pemerintah dapat membentuk Madura Tourism
Board yang disahkan oleh daerah melalui perda
sebagai badan kerjasama antara pemerintah
dengan pihak swasta agar pengelolaannya lebih
etrarah dan efektif.
Dalam hal ini pemerintah dapat memberikan
feedback kepada para investor melalui
kemudahan perizinan dan insentif investasi di
kawasan wisata Pantai Jumiang. Pemerintah
daerah berkewajiban melaksanaan koordinasi,
perencanaan, dan pelaksaan serta monitoring
pengembangan prasarana dan sara penunjang
wisata serta meningkatkan keterpaduan
perencanaaan pengembangan wilayah yang
mampu menjadi penggerak perekonomian
daerah secara berkesinambungan. Dengan
demikian keterpaduan antar sektoral dapat
terwujud, seluruh lembaga bergerak dengan
cara dan jalan yang saling terintegras
mementingkan kepentingan publik, serius dan
berkelanjutan. Pemerintah sebagai pemegang
wewenang yang tertinggi lebih tegas atas
peraturan yang berlaku, melakukan studi ke
lapangan, dan melakukan evaluasi secara
berkala.

c. Meningkatkan Peran Serta/
Keterlibatan Masyarakat dalam
Pemeliharaan Infrastruktur Penunjang
wisata
Melibatkan masyarakat dalam upaya
pengembangan infrastruktur penunjang wisata
menjadi
penting
dilakukan
sehingga
masyarakat menjadi bagian dalam upaya
tersebut. Masyarakat merupakan sumber daya
yang mampu menjaga dan memeliharan obyek
wisata yang ada, termasuk didalamnya
infrastruktur penunjang wisata. Pelibatan
masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan sebagai berikut:
 Melakukan
pendekatan
kepada
perkumpulan masyarakat yang ada di
kawasan pesisir Jumiang maupun Desa
Tanjung secara umum sehingga
masyarakat lebih tertarik untuk terlibat
dalam kegiatan pemeliharaan prasarana
dan sarana.
 Sosialisai rutin dan berkelanjutan dan
menyeluruh agar masyarakat dapat lebih
memahami
pentingnya
menjaga
infrastruktur penunjang wisata.
 Masyarakat menyumbangkan tenaga
kerja dalam kegiatan perawatan dan
pemeliharaan, misalnya kerja bakti untuk
membersihkan bibir pantai dan ikut
menjaga kebersihan kawasan sekitar
pantai.
 Melibatkan masyarakat dalam forum
pertemuan, diskusi, dan jaring aspirasi
terkait
program
pengembangan
infrastruktur penunjang wisata yang
akan dilaksanakan.
d. Pengimplementasian produk hukum/
kebijakan yang memuat ketentuan
pengembangan prasarana dan sarana
wisata, antara lain:
 Memberikan insentif kepada masyarakat
yang peduli terhadap perawatan
infrastruktur pariwisata dan sifatnya
memberikan
keuntungan,
seperti
kemudahan perijinan dalam mengurus
IMB, keringanan pajak, dll.
 Memberikan
disinsentif
untuk
mengendalikan kegiatan yang dapat
merugikan kawasan wisata, misalnya
berupa hukuman kepada masyarakat
yang membuang sampah di sekitar
kawasan wisata.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan proses
analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa strategi pengembangan
infrastruktur penunjang kawasan wisata Pantai
Jumiang adalah sebagai berikut:
 Meningkatkan kualitas dan kuantitas
prasarana dan sarana dasar wisata
dengan
meningkatkan
kapasitas
parasarana sarana; serta membangun
prasarana dan sarana sesuai dengan
prioritas,
tujuan,
dan
sasaran

10








pengembangan kawasan wisata Pantai
Jumiang.
Meningkatkan kualitas dan pelayanan
infrastruktur penunjang wisata dengan
membangun kapasitas masyarakat untuk
ikut memelihara dan memperbaiki
bangunan fasilitas umum yang rusak.
Dengan
demikian
pengembangan
prasarana
sarana
penunjang
kepariwisataan menjadi berkelanjutan
dan berorientasi jangka panjang.
Melibatkan masyarakat dalam upaya
pengembangan infrastruktur penunjang
wisata sehingga masyarakat menjadi
bagian dalam upaya tersebut.
Pengimplementasian produk hukum atau
kebijakan yang memuat ketentuan
pengembangan prasarana dan sarana
wisata melalu mekanisme insentif dan
disinsentif
Mengembangkan kemitraan dengan
lembaga pendanaan (bank maupun nonbank) baik lembaga pemerintah maupun
swasta untuk menciptakan investasi baru
dalam
rangka
mengembangkan

infrastruktur kawasan wisata Pantai
Jumiang
DAFTAR PUSTAKA
[1] Button, K.J. 2002. Transport: Economics.
Tokyo: Heinemann Educational Books.
[2] Dinas Pariwisata, Pemuda & Olah Raga, dan
Kebudayaan Kabupaten Pamekasan. 2012.
Rencana Strategis Pengembangan Pariwisata
Kabupaten Pamekasan .
[3] Kodoatie, Robert. 2005. Pengantar Manajemen
Infrastruktur . Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[4] Mc. Intosh, Robert W, dan Charles R. Goeldner.
1995.
Tourism
Principles,
Practices,
Philosophies. USA: Great Publishing Inc
[5] Musenaf, Drs. 1995. Manajemen Usaha
Pariwisata Indonesia , Jakarta: Penerbit PT.
Toko Gunung Agung.
[6] Nazir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
[7] Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta
[8] Yoeti, Oka. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata .
Penerbit Angkasa. Bandung
[9] UNWTO. 2014. UNWTO Tourism Highlights.
Diunduh dari http://unwto.org pada tanggal 01
Mei 2015 pukul 14.46 WIB.

11