Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Ma

Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan

Untuk menghadapi tantangan masa depan yang globalisasi, IPTEK, arus informasi yang cepat dan
layanan professional, maka diperlukan pembaharuan pendidikan yang dilakukan secara sistemik
dan sistematik, yaitu pendidikan yang dirancang secara teratur melalui perencanaan yang bertahap
dan menyeluruh mulai dari lapisan system pendidikan nasional, lembaga pendidikan sampai lapis
individual. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan
Negara Indonesia dalam menghadapi masa depan. Oleh sebab itu perlu dikaji; tuntutan bagi
manusia masa depan dan upaya mengantisipasi masa depan.
a. Pembentukan / perubahan sikap atau nilai
Untuk mengantisipasi masa depan yang bersifat global dan arus informasi yang cepat, maka tugas
pendidik yang utama adalah pembentukan nilai dan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
yang mendasari kepribadian Indonesia. Pembentukan nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat
dilakukan melalui berbagai cara, seperti pembiasaan, keteladanan dan sebagainya. Pembentukan
harus dilakuakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat secara bersama dan
bertanggung jawab.
b. Pengembangan kebudayaan
Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan didunia merupakan hal yang lumrah, namun
pengembangan budaya tersebut harus dapat melestarikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
sebagai ketahanan budaya yang menjadi acuan pokok dalam memilih dan memilah segala
pengaruh yang datang dari luar agar tidak terjadi krisis identitas bangsa Indonesia.

c. Pengembangan sarana pendidikan
Pengembangan sarana pendidikan merupakan salah satu prasyarat utama untuk memperoleh
kesempatan menghadapi tantangan masa depan. Pengembangan sarana pendidikan dalam rangka
mengatasi berbagai permasalahan pendidikan telah dilakukan sejak 25 tahun yang lalu khususnya
dalam mengatasi masalah pemerataan pendidikan dan akan terus dilanjutkan.
Aswandi (2006) dalam bukunya “Memikirkan Kembali Pendidikan” mengungkapkan arah
kebijakan pembangunan secara umum diarahkan pada peningkatan akses, pemerataan, relevansi,
dan mutu pelayanan. Secara khusus diarahkan pada:
1) Peningkatan pendidikan usia dini untuk meningkatkan kesiapan mereka dalam mengikuti
pendidikan.Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan

keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
* Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di
dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
* Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di
sekolah.
Untuk itu anak – anak ini masih sangat rentan waktunya dalam menerima pembelajaran sehingga
dibutuhkan kualitas pendidikan yang mumpuni yang mampu memberikan pendidikan pengantar
mereka ke jenjang pendidikan dasar. Untuk itu dibutuhkan pendidik yang bukan sekadar lulusan
setara sma ataupun setinggi D3 yang ada kebanyakan saat ini, untuk itu mereka perlu di-improve
kualitasnya ke jenjang yang lebih tinggi yakni minimal pendidikan D4 atau S1, yang kini
programnya sedang dicanangkan oleh pemerintah.
2) Peningkatan perluasan dan pemerataan pendidikan dasar yang berkualitas, terutama pada
masyarakat penduduk miskin.Pemerataan dan perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya
memperluas daya tampung satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang sama bagi
semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi,
gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan ini
ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia untuk dapat belajar sepanjang hayat
dalam rangka peningkatan daya saing bangsa di era global, serta meningkatkan peringkat indeks

pembangunan manusia (IPM) hingga mencapai posisi sama dengan atau lebih baik dari peringkat
IPM sebelum krisis. Untuk itu, sampai dengan tahun 2009 dilakukan upayaupaya sistematis dalam
pemerataan dan perluasan pendidikan, dengan mempertahankan APM-SD pada tingkat 95%,
memperluas SMP/MTs hingga mencapaiAPK 98,0% serta menurunkan angka buta aksara
penduduk usia 15 tahun ke atas hingga 5%.
Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun memperhatikan pelayanan yang adil dan merata bagi penduduk
yang menghadapi hambatan ekonomi dan sosial-budaya (yaitu penduduk miskin, memiliki
hambatan geografis, daerah perbatasan, dan daerah terpencil), maupun hambatan atau kelainan
fisik, emosi, mental serta intelektual peserta didik. Untuk itu, diperlukan strategi yang lebih efektif
antara lain dengan membantu dan mempermudah mereka yang belum bersekolah, putus sekolah,
serta lulusan SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/ SMPLB yang masih besar
jumlahnya, untuk memperoleh layanan pendidikan.
Di samping itu, akan dilakukan strategi yang tepat untuk meningkatkan aspirasi masyarakat
terhadap pendidikan, khususnya pada masyarakat yang menghadapi hambatan tersebut.
PenuntasanWajar Dikdas 9 Tahun akan menambah jumlah lulusan SMP/MTs/SMPLB setiap
tahunnya, sehingga juga akan mendorong perluasan pendidikan menengah.
Dengan bertambahnya permintaan pendidikan menengah, Pemerintah juga melakukan perluasan
pendidikan menengah terutama bagi mereka yang karena satu dan lain hal tidak dapat menikmati
pendidikan SMA yang bersifat reguler melalui SMA Terbuka dan Paket C, sehingga pada
gilirannya mendorong peningkatan APM-SMA. Oleh karena SMA cenderung semakin meluas

jauh di atas SMK, maka Pemerintah lebih mempercepat pertumbuhan SMK diiringi dengan upaya
mendorong peningkatan program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang terus berubah.

3) peningkatan lulusan pendidikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan dasar kerja serta mampu
menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
4) Pengembangan pendidikan informal dalam keluarga melalui kegiatan mandiri.
5) Peningkatan ketersediaan informasi pendidikan secara transparan untuk memberikan peluang
kepada masyarakat dalam memilih satuan pendidikan secara sehat.
Adapun Tilaar (1999) mengungkapakan agenda prioritas program reformasi sistem pendidikan
nasional yang perlu ditangani ;
1) Penigkatan mutu pendidikan dasar dan penuntasan wajib belajar 9 tahun.
2) Pengikisan korupsi, kolusi, nepotisme.
3) Penigkatan mutu profesi guru.
4) Pemberdayaan mahasiswa.
5) Peraturan dan perundang-undangan.