Peranan Informasi dalam Organisasi. pdf
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Peranan Informasi dalam Organisasi
EKOJI999 Nomor
376, 19 September 2013
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].
Ragam Peranan Strategis
Organisasi adalah suatu kumpulan individu yang
bersepakat untuk menjalankan misi tertentu melalui
berbagai perangkat dan sumber daya yang dimiliki
demi tercapainya suatu visi yang telah dicanangkan.
Berdasarkan tata cara yang telah disusun, masing‐
masing individu dan unit organisasi menjalankan
ak�vitasnya sehari‐hari dengan memanfaatkan
berbagai modal dan aset yang berada dalam posesi
komunitas yang bersangkutan. Dalam konteks ini,
‘informasi’ memiliki sejumlah peranan strategis, antara
lain:
Sebagai hasil olahan dari data mentah yang dimiliki oleh organisasi, sehingga memiliki ar�
yang jelas dan relevan bagi kebutuhan organisasi terkait (McLeod, 2004);
Sebagai dasar individu dalam organisasi, mulai dari pimpinan ter�nggi hingga staf atau
karyawan terendah, dalam proses pengambilan keputusan (Mora, 2003);
Sebagai representasi rekam jejak fakta atau fenomena (misalnya : transaksi, interaksi,
kooperasi, dan lain sebagainya) yang terjadi dalam wilayah organisasi (Hlupic, 2003);
Sebagai komponen utama dalam proses komunikasi, dalam hal ini untuk mempaketkan
pesan (baca : ‘message’) yang ingin disampaikan atau dipertukarkan (Sigala, 2007);
Sebagai aset atau sumber daya organisasi karena di dalamnya mengandung makna yang
terkait langsung maupun �dak langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan oleh
organisasi terkait (Law, 2007) dan terkadang memiliki nilai komersial yang harus dilindungi
karena mengandung Hak Atas Kekayaan Intelektual seseorang atau kolek�f individu
(Freeman, 2005); dan
Sebagai bahan pengembangan pengetahuan (Gupta, 2004) karena adanya unsur fakta/
data, fenomena, konteks, dan kualitas dari dalamnya (Dieng‐Kuntz, 2002).
Bagi organisasi moderen, apakah yang bersifat komersial atau non‐profit, keberadaan informasi
yang berkualitas sangatlah pen�ng, karena tanpanya, �dak mungkin dapat memenuhi harapan
seluruh pemangku kepen�ngan (baca : ‘stakeholders’) yang ada – terutama dalam usahanya untuk
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Oleh karena itulah maka keberadaan informasi
HALAMAN 1 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
berkualitas dipandang sebagai sebuah hal yang sangat strategis dan krusial bagi organisasi dewasa
ini.
Model Tata Kelola Informasi
Sebagai sebuah aset, sumber daya, produk, representasi, atau keluaran, informasi memiliki
berbagai jenis karakteris�k (Rossi, 2001). Domain klasifikasinya pun beragam, seper� (Colomb,
2002):
Formal vs. Informal – membagi informasi berdasarkan sifat keabsahannya;
Internal vs. Eksternal – mengklasifikasikan informasi berdasarkan sumbernya;
Primer vs. Sekunder – memilah informasi berdasarkan siklus hidupnya;
Kuan�ta�f vs. Kualita�f – mengkategorisasikan informasi berdasarkan karakter
representasinya;
Eksplisit vs. Implisit – memandang informasi dari sisi seman�knya (baca : ilmu mengar�kan
kalimat); dan lain‐lain.
Disamping itu, informasi pun memiliki nilai kualitas di dalamnya, terutama dalam era internet
dimana begitu banyaknya informasi yang mengalir di dunia fisik maupun siber, dimana di
dalamnya bercampur antara informasi yang memiliki nilai kebenaran hingga yang bersifat
‘sampah’ atau �dak berguna karena �dak memiliki unsur kebenaran. Contoh karakteris�k yang
dimaksud adalah sebagai berikut (IT Governance Ins�tute., 2007):
Efek�f – informasi sesuai/relevan dengan kebutuhan penggunanya;
Efisien – informasi dihasilkan melalui penggunaan sumber daya yang op�mum;
Rahasia – informasi terlindungi dari pihak‐pihak yang �dak berwenang;
Integritas – informasi secara utuh �dak boleh terkontaminasi;
Ketersediaan – informasi dapat dihasilkan saat diperlukan;
Terpercaya – informasi dihasilkan oleh proses yang konsisten; dan
Kepatuhan – informasi diperoleh sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Keberanekaragaman karakteris�k informasi dan �ngkat kualitas informasi tersebut mengandung
ar� bahwa organisasi harus memiliki cara, model, kebijakan, prosedur, dan mekanisme dalam
melakukan pengelolaan atau manajemen terhadap informasi dimaksud. Tanpa adanya model tata
kelola informasi yang baik, mustahil akan diperoleh informasi yang berkualitas dan mendatangkan
manfaat bagi organisasi terkait. Paling �dak, model tata kelola yang harus diperha�kan dalam
manajemen informasi menyangkut (IT Governance Ins�tute., 2007):
Proses perencaanaan dan pengorganisasian informasi;
Proses pengadaan dan penggunaan informasi;
Proses pemeliharaan dan peremajaan informasi; dan
HALAMAN 2 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Proses pengawasan dan penilaian kualitas informasi.
Ekosistem Pengelolaan Informasi
Dalam organisasi, ekosistem pengelolaan informasi dapat dibagi menjadi �ga bagian, yaitu masing‐
masing terkait dengan: (i) proses; (ii) sumber daya manusia; dan (iii) teknologi, dengan penjelasan
sebagai berikut (Heiskanen, 2004):
Proses melipu� ak�vitas atau kegiatan mengelola informasi yang telah disampaikan
sebelumnya, dimana kerap diis�lahkan sebagai Manajemen Informasi – yaitu suatu
rangkaian ak�vitas terkait dengan perencanaan, pengorganisasian, pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan, peremajaan, pengawasan, dan penilaian terhadap beragam
jenis dan karakteris�k informasi agar dapat memberikan manfaat sesuai dengan kebutuhan
organisasi (Applegate, 2003).
Sementara terkait dengan sumber daya manusia beserta komponen pendukungnya serta
kesepakatan interaksi di antaranya, dibangunlah sebuah Sistem Informasi – berupa
kumpulan dari individu dan/atau unit‐unit organisasi, beserta perangkat pendukung
ak�vitasnya sehari‐hari, dimana di dalamnya diberlakukan suatu aturan interaksi untuk
memas�kan tercipta dan mengalirnya informasi dari satu tempat ke tempat lainnya sesuai
dengan kebutuhan individu dan/atau unit organisasi dimaksud (Harindranath, 2002).
Karena sifatnya yang ‘intangible’ maka diperlukan sebuah cara untuk mengambil,
menampung, menyimpan, mengolah, dan mendistribusikan informasi dimaksud, yang
dewasa ini dilakukan melalui pemanfaatan Teknologi Informasi. Dengan melakukan proses
digitalisasi terhadap informasi, maka secara mudah, murah, dan cepat, informasi dapat
dikumpulkan, diorganisasikan, disimpan, diolah, dikembangkan, dan didistribusikan ke
pihak‐pihak yang membutuhkannya dalam organisasi, tentu saja sesuai dengan tugas
pokok, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya (Salazar, 2007).
Hubungan antara Manajemen Informasi, Sistem Informasi, dan Teknologi Informasi dapat kurang
lebih dianalogikan sebagaimana tubuh manusia, sebagai berikut:
Sistem Informasi memiliki fungsi dan karakteris�k sebagaimana dalam tubuh manusia
terdapat sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf,
dan lain sebagainya;
Sementara Manajemen Informasi merupakan suatu mekanisme sehari‐hari untuk
memas�kan tubuh manusia sehat dan bekerja secara normal, misalnya mekanisme makan
dua kali sehari, kebiasaan berolah‐raga, cek kesehatan ru�n, dan lain sebagainya; dan
Dan Teknologi Informasi merupakan sejumlah alat atau piran� yang membantu manusia
dalam usahanya untuk menjalani hidup sehat, termasuk di dalamnya alat‐alat olah raga,
perangkat pemantau kesehatan, vitamin tambahan, kacamata, alat pacu jantung, dan lain
sebagainya.
Cukup banyak konsep yang mencoba untuk menjelaskan atau menganalogikan hubungan ke�ga
komponen utama ekosistem pengelolaan informasi tersebut, contohnya adalah sebagai berikut:
HALAMAN 3 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Penggambaran dengan menggunakan analogi teori ekonomi, dimana Sistem Informasi
dianggap sebagai kebutuhan (demand) sementara Teknologi Informasi dilihat sebagai
bagian dari solusi (supply), dimana kedua kutub ini dapat saling bertemu dan mengisi
melalui Manajemen Informasi yang baik (Cash, 1992);
Anggapan bahwa Sistem Informasi merupakan suatu domain terbesar dalam lingkungan
ekosistem yang terdiri dari sejumlah komponen pembentuk di antaranya adalah Teknologi
Informasi (node) dan Manajemen Informasi (path) – sebagaimana representasi sebuah
jejaring atau jaringan (McFarlan, 1983); dan
Relasi antara ke�ganya dapat digambarkan dan dibedakan dengan cara menganggap
Sistem Informasi sebagai cara mendeskripsikan suatu komponen pen�ng organisasi yang
terkait dengan informasi (WHAT and WHY), sementara Teknologi Informasi lebih
menekankan pada alat/piran� dan cara yang digunakan individu atau unit organisasi dalam
menjalankan fungsinya di organisasi (WHO, WHERE, and WHEN), dan Manajemen
Informasi adalah pendekatan atau mekanisme yang dipergunakan untuk mengelola
informasi (HOW) (Cook, 1996).
Terlepas dari berbagai mazab dan aliran pemikiran yang ada, ke�ga is�lah tersebut yaitu sistem
informasi, teknologi informasi, dan manajemen informasi memiliki relasi keterkaitan yang sangat
erat, sehingga ke�ganya �dak dapat dengan mudah dipisahkan secara eksklusif. Pada hakekatnya,
ke�ganya ada dalam konteks organisasi karena prinsip dan/atau alasan sebagai berikut :
Kebutuhan dan keberadaan data, informasi, pengetahuan, dan kearifan (baca : wisdom)
yang dibutuhkan oleh organisasi harus dikelola secara sungguh‐sungguh dan terkoordinasi,
�dak bisa dilepaskan begitu saja;
Keseluruhan aset organisasi tersebut �dak berada dalam satu wilayah organisasi namun
tersebar di seluruh ��k individu dan unit organisasi sehingga membentuk sistem yang
rela�f kompleks dan harus dipahami cara kerja dan dinamikanya;
Volume dan frekuensi penciptaan, pengolahan, penggunaan dan pemanfaatan sumber
daya informasi tersebut sangatlah �nggi sehingga untuk mengelolanya dibutuhkan bantuan
teknologi informasi dan komunikasi yang handal agar efek�f dan efisien; dan
Pada hakekatnya keseluruhan domain pengelolaan informasi tersebut berada dalam
wilayah ekosistem organisasi yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi
satu dengan lainnya, sehingga dalam melakukan pengelolaan terhadap data, informasi,
pengetahuan, dan kearifan organisasi harus dengan melalui pendekatan pemikiran dan
penerapan yang holis�k dan sistemik.
Nilai Ekonomi dari Informasi
Mengingat begitu strategisnya ar� informasi bagi sebuah organisasi, maka mulai bermunculanlah
cara‐cara melakukan kuan�fikasi dari nilai ekonomi sebuah informasi. Hal tersebut perlu dan
pantas untuk dilakukan, karena dalam rangka membangun sebuah mekanisme pengelolaan
informasi yang baik, dibutuhkan biaya yang �dak kecil – sehingga sering dipertanyakan aspek
‘cost‐benefit’ untuk se�ap inisia�f manajemen pengelolaan informasi (terutama jika terkait
dengan keperluan investasi untuk mengadakan sistem dan teknologi informasi). Oleh karena itulah
HALAMAN 4 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
maka dikenalkan berbagai metode untuk membuat informasi yang bersifat ‘intengible’ dan
‘unquan�fiable’ tadi ke dalam sebuah nilai ekonomi yang bisa dikuan�fikasi, diolah, dan
dikomparasi. Contoh model atau konsep dimaksud antara lain adalah: Strategic Analysis
Evalua�on, Informa�on Economics, Value Chain Assessment, Rela�ve Compe��ve Performance,
Proposed of Management Vision Achieved, Work Study Assessment, Financial‐Accoun�ng Based
Analysis, User U�lity Assessment, dan lain sebagainya (Remenyi, 2007).
Pen�ngnya mengetahui aspek ini adalah untuk memper�mbangkan posisi sistem dan teknologi
informasi dalam konteks manajemen informasi sebuah organisasi. Walaubagaimanapun, aspek
‘cost‐benefit’ atau perhitungan komparasi antara keuntungan dan biaya yang dikeluarkan
organisasi sangatlah perlu untuk diperha�kan karena akan mewarnai strategi pengembangan
sistem, teknologi, dan manajemen informasi dari organisasi terkait. Biasanya, dalam kondisi
demikian, peranan dan komitmen pimpinan organisasi akan sangat menentukan maju mundurnya
implementasi atau penerapan sistem, teknologi, dan manajemen informasi – dalam ar� kata
adalah unsur ‘leadership’ sangat menentukan dalam konteks ini.
‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐
HALAMAN 5 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Peranan Informasi dalam Organisasi
EKOJI999 Nomor
376, 19 September 2013
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].
Ragam Peranan Strategis
Organisasi adalah suatu kumpulan individu yang
bersepakat untuk menjalankan misi tertentu melalui
berbagai perangkat dan sumber daya yang dimiliki
demi tercapainya suatu visi yang telah dicanangkan.
Berdasarkan tata cara yang telah disusun, masing‐
masing individu dan unit organisasi menjalankan
ak�vitasnya sehari‐hari dengan memanfaatkan
berbagai modal dan aset yang berada dalam posesi
komunitas yang bersangkutan. Dalam konteks ini,
‘informasi’ memiliki sejumlah peranan strategis, antara
lain:
Sebagai hasil olahan dari data mentah yang dimiliki oleh organisasi, sehingga memiliki ar�
yang jelas dan relevan bagi kebutuhan organisasi terkait (McLeod, 2004);
Sebagai dasar individu dalam organisasi, mulai dari pimpinan ter�nggi hingga staf atau
karyawan terendah, dalam proses pengambilan keputusan (Mora, 2003);
Sebagai representasi rekam jejak fakta atau fenomena (misalnya : transaksi, interaksi,
kooperasi, dan lain sebagainya) yang terjadi dalam wilayah organisasi (Hlupic, 2003);
Sebagai komponen utama dalam proses komunikasi, dalam hal ini untuk mempaketkan
pesan (baca : ‘message’) yang ingin disampaikan atau dipertukarkan (Sigala, 2007);
Sebagai aset atau sumber daya organisasi karena di dalamnya mengandung makna yang
terkait langsung maupun �dak langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan oleh
organisasi terkait (Law, 2007) dan terkadang memiliki nilai komersial yang harus dilindungi
karena mengandung Hak Atas Kekayaan Intelektual seseorang atau kolek�f individu
(Freeman, 2005); dan
Sebagai bahan pengembangan pengetahuan (Gupta, 2004) karena adanya unsur fakta/
data, fenomena, konteks, dan kualitas dari dalamnya (Dieng‐Kuntz, 2002).
Bagi organisasi moderen, apakah yang bersifat komersial atau non‐profit, keberadaan informasi
yang berkualitas sangatlah pen�ng, karena tanpanya, �dak mungkin dapat memenuhi harapan
seluruh pemangku kepen�ngan (baca : ‘stakeholders’) yang ada – terutama dalam usahanya untuk
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Oleh karena itulah maka keberadaan informasi
HALAMAN 1 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
berkualitas dipandang sebagai sebuah hal yang sangat strategis dan krusial bagi organisasi dewasa
ini.
Model Tata Kelola Informasi
Sebagai sebuah aset, sumber daya, produk, representasi, atau keluaran, informasi memiliki
berbagai jenis karakteris�k (Rossi, 2001). Domain klasifikasinya pun beragam, seper� (Colomb,
2002):
Formal vs. Informal – membagi informasi berdasarkan sifat keabsahannya;
Internal vs. Eksternal – mengklasifikasikan informasi berdasarkan sumbernya;
Primer vs. Sekunder – memilah informasi berdasarkan siklus hidupnya;
Kuan�ta�f vs. Kualita�f – mengkategorisasikan informasi berdasarkan karakter
representasinya;
Eksplisit vs. Implisit – memandang informasi dari sisi seman�knya (baca : ilmu mengar�kan
kalimat); dan lain‐lain.
Disamping itu, informasi pun memiliki nilai kualitas di dalamnya, terutama dalam era internet
dimana begitu banyaknya informasi yang mengalir di dunia fisik maupun siber, dimana di
dalamnya bercampur antara informasi yang memiliki nilai kebenaran hingga yang bersifat
‘sampah’ atau �dak berguna karena �dak memiliki unsur kebenaran. Contoh karakteris�k yang
dimaksud adalah sebagai berikut (IT Governance Ins�tute., 2007):
Efek�f – informasi sesuai/relevan dengan kebutuhan penggunanya;
Efisien – informasi dihasilkan melalui penggunaan sumber daya yang op�mum;
Rahasia – informasi terlindungi dari pihak‐pihak yang �dak berwenang;
Integritas – informasi secara utuh �dak boleh terkontaminasi;
Ketersediaan – informasi dapat dihasilkan saat diperlukan;
Terpercaya – informasi dihasilkan oleh proses yang konsisten; dan
Kepatuhan – informasi diperoleh sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Keberanekaragaman karakteris�k informasi dan �ngkat kualitas informasi tersebut mengandung
ar� bahwa organisasi harus memiliki cara, model, kebijakan, prosedur, dan mekanisme dalam
melakukan pengelolaan atau manajemen terhadap informasi dimaksud. Tanpa adanya model tata
kelola informasi yang baik, mustahil akan diperoleh informasi yang berkualitas dan mendatangkan
manfaat bagi organisasi terkait. Paling �dak, model tata kelola yang harus diperha�kan dalam
manajemen informasi menyangkut (IT Governance Ins�tute., 2007):
Proses perencaanaan dan pengorganisasian informasi;
Proses pengadaan dan penggunaan informasi;
Proses pemeliharaan dan peremajaan informasi; dan
HALAMAN 2 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Proses pengawasan dan penilaian kualitas informasi.
Ekosistem Pengelolaan Informasi
Dalam organisasi, ekosistem pengelolaan informasi dapat dibagi menjadi �ga bagian, yaitu masing‐
masing terkait dengan: (i) proses; (ii) sumber daya manusia; dan (iii) teknologi, dengan penjelasan
sebagai berikut (Heiskanen, 2004):
Proses melipu� ak�vitas atau kegiatan mengelola informasi yang telah disampaikan
sebelumnya, dimana kerap diis�lahkan sebagai Manajemen Informasi – yaitu suatu
rangkaian ak�vitas terkait dengan perencanaan, pengorganisasian, pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan, peremajaan, pengawasan, dan penilaian terhadap beragam
jenis dan karakteris�k informasi agar dapat memberikan manfaat sesuai dengan kebutuhan
organisasi (Applegate, 2003).
Sementara terkait dengan sumber daya manusia beserta komponen pendukungnya serta
kesepakatan interaksi di antaranya, dibangunlah sebuah Sistem Informasi – berupa
kumpulan dari individu dan/atau unit‐unit organisasi, beserta perangkat pendukung
ak�vitasnya sehari‐hari, dimana di dalamnya diberlakukan suatu aturan interaksi untuk
memas�kan tercipta dan mengalirnya informasi dari satu tempat ke tempat lainnya sesuai
dengan kebutuhan individu dan/atau unit organisasi dimaksud (Harindranath, 2002).
Karena sifatnya yang ‘intangible’ maka diperlukan sebuah cara untuk mengambil,
menampung, menyimpan, mengolah, dan mendistribusikan informasi dimaksud, yang
dewasa ini dilakukan melalui pemanfaatan Teknologi Informasi. Dengan melakukan proses
digitalisasi terhadap informasi, maka secara mudah, murah, dan cepat, informasi dapat
dikumpulkan, diorganisasikan, disimpan, diolah, dikembangkan, dan didistribusikan ke
pihak‐pihak yang membutuhkannya dalam organisasi, tentu saja sesuai dengan tugas
pokok, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya (Salazar, 2007).
Hubungan antara Manajemen Informasi, Sistem Informasi, dan Teknologi Informasi dapat kurang
lebih dianalogikan sebagaimana tubuh manusia, sebagai berikut:
Sistem Informasi memiliki fungsi dan karakteris�k sebagaimana dalam tubuh manusia
terdapat sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf,
dan lain sebagainya;
Sementara Manajemen Informasi merupakan suatu mekanisme sehari‐hari untuk
memas�kan tubuh manusia sehat dan bekerja secara normal, misalnya mekanisme makan
dua kali sehari, kebiasaan berolah‐raga, cek kesehatan ru�n, dan lain sebagainya; dan
Dan Teknologi Informasi merupakan sejumlah alat atau piran� yang membantu manusia
dalam usahanya untuk menjalani hidup sehat, termasuk di dalamnya alat‐alat olah raga,
perangkat pemantau kesehatan, vitamin tambahan, kacamata, alat pacu jantung, dan lain
sebagainya.
Cukup banyak konsep yang mencoba untuk menjelaskan atau menganalogikan hubungan ke�ga
komponen utama ekosistem pengelolaan informasi tersebut, contohnya adalah sebagai berikut:
HALAMAN 3 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Penggambaran dengan menggunakan analogi teori ekonomi, dimana Sistem Informasi
dianggap sebagai kebutuhan (demand) sementara Teknologi Informasi dilihat sebagai
bagian dari solusi (supply), dimana kedua kutub ini dapat saling bertemu dan mengisi
melalui Manajemen Informasi yang baik (Cash, 1992);
Anggapan bahwa Sistem Informasi merupakan suatu domain terbesar dalam lingkungan
ekosistem yang terdiri dari sejumlah komponen pembentuk di antaranya adalah Teknologi
Informasi (node) dan Manajemen Informasi (path) – sebagaimana representasi sebuah
jejaring atau jaringan (McFarlan, 1983); dan
Relasi antara ke�ganya dapat digambarkan dan dibedakan dengan cara menganggap
Sistem Informasi sebagai cara mendeskripsikan suatu komponen pen�ng organisasi yang
terkait dengan informasi (WHAT and WHY), sementara Teknologi Informasi lebih
menekankan pada alat/piran� dan cara yang digunakan individu atau unit organisasi dalam
menjalankan fungsinya di organisasi (WHO, WHERE, and WHEN), dan Manajemen
Informasi adalah pendekatan atau mekanisme yang dipergunakan untuk mengelola
informasi (HOW) (Cook, 1996).
Terlepas dari berbagai mazab dan aliran pemikiran yang ada, ke�ga is�lah tersebut yaitu sistem
informasi, teknologi informasi, dan manajemen informasi memiliki relasi keterkaitan yang sangat
erat, sehingga ke�ganya �dak dapat dengan mudah dipisahkan secara eksklusif. Pada hakekatnya,
ke�ganya ada dalam konteks organisasi karena prinsip dan/atau alasan sebagai berikut :
Kebutuhan dan keberadaan data, informasi, pengetahuan, dan kearifan (baca : wisdom)
yang dibutuhkan oleh organisasi harus dikelola secara sungguh‐sungguh dan terkoordinasi,
�dak bisa dilepaskan begitu saja;
Keseluruhan aset organisasi tersebut �dak berada dalam satu wilayah organisasi namun
tersebar di seluruh ��k individu dan unit organisasi sehingga membentuk sistem yang
rela�f kompleks dan harus dipahami cara kerja dan dinamikanya;
Volume dan frekuensi penciptaan, pengolahan, penggunaan dan pemanfaatan sumber
daya informasi tersebut sangatlah �nggi sehingga untuk mengelolanya dibutuhkan bantuan
teknologi informasi dan komunikasi yang handal agar efek�f dan efisien; dan
Pada hakekatnya keseluruhan domain pengelolaan informasi tersebut berada dalam
wilayah ekosistem organisasi yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi
satu dengan lainnya, sehingga dalam melakukan pengelolaan terhadap data, informasi,
pengetahuan, dan kearifan organisasi harus dengan melalui pendekatan pemikiran dan
penerapan yang holis�k dan sistemik.
Nilai Ekonomi dari Informasi
Mengingat begitu strategisnya ar� informasi bagi sebuah organisasi, maka mulai bermunculanlah
cara‐cara melakukan kuan�fikasi dari nilai ekonomi sebuah informasi. Hal tersebut perlu dan
pantas untuk dilakukan, karena dalam rangka membangun sebuah mekanisme pengelolaan
informasi yang baik, dibutuhkan biaya yang �dak kecil – sehingga sering dipertanyakan aspek
‘cost‐benefit’ untuk se�ap inisia�f manajemen pengelolaan informasi (terutama jika terkait
dengan keperluan investasi untuk mengadakan sistem dan teknologi informasi). Oleh karena itulah
HALAMAN 4 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
maka dikenalkan berbagai metode untuk membuat informasi yang bersifat ‘intengible’ dan
‘unquan�fiable’ tadi ke dalam sebuah nilai ekonomi yang bisa dikuan�fikasi, diolah, dan
dikomparasi. Contoh model atau konsep dimaksud antara lain adalah: Strategic Analysis
Evalua�on, Informa�on Economics, Value Chain Assessment, Rela�ve Compe��ve Performance,
Proposed of Management Vision Achieved, Work Study Assessment, Financial‐Accoun�ng Based
Analysis, User U�lity Assessment, dan lain sebagainya (Remenyi, 2007).
Pen�ngnya mengetahui aspek ini adalah untuk memper�mbangkan posisi sistem dan teknologi
informasi dalam konteks manajemen informasi sebuah organisasi. Walaubagaimanapun, aspek
‘cost‐benefit’ atau perhitungan komparasi antara keuntungan dan biaya yang dikeluarkan
organisasi sangatlah perlu untuk diperha�kan karena akan mewarnai strategi pengembangan
sistem, teknologi, dan manajemen informasi dari organisasi terkait. Biasanya, dalam kondisi
demikian, peranan dan komitmen pimpinan organisasi akan sangat menentukan maju mundurnya
implementasi atau penerapan sistem, teknologi, dan manajemen informasi – dalam ar� kata
adalah unsur ‘leadership’ sangat menentukan dalam konteks ini.
‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐
HALAMAN 5 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013