Peranan Informasi dalam Organisasi. pdf

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Peranan Informasi dalam Organisasi

EKOJI999 Nomor

376, 19 September 2013

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].

Ragam Peranan Strategis
Organisasi  adalah  suatu  kumpulan  individu  yang 
bersepakat  untuk  menjalankan  misi  tertentu  melalui 
berbagai   perangkat  dan  sumber  daya  yang  dimiliki 
demi   tercapainya   suatu  visi   yang  telah   dicanangkan. 
Berdasarkan  tata   cara   yang  telah   disusun,  masing‐
masing  individu  dan  unit  organisasi   menjalankan 

ak�vitasnya   sehari‐hari   dengan  memanfaatkan 
berbagai   modal  dan  aset  yang  berada   dalam  posesi 
komunitas   yang  bersangkutan.  Dalam  konteks  ini, 
‘informasi’ memiliki sejumlah  peranan strategis, antara 
lain:


Sebagai  hasil  olahan dari  data  mentah yang dimiliki oleh organisasi, sehingga  memiliki  ar� 
yang jelas dan relevan bagi kebutuhan organisasi terkait (McLeod, 2004);



Sebagai  dasar  individu  dalam  organisasi,  mulai  dari  pimpinan  ter�nggi  hingga staf  atau 
karyawan terendah, dalam proses pengambilan keputusan (Mora, 2003);



Sebagai   representasi  rekam  jejak  fakta  atau  fenomena  (misalnya  :  transaksi,  interaksi, 
kooperasi, dan lain sebagainya) yang terjadi dalam wilayah organisasi (Hlupic, 2003);




Sebagai  komponen utama  dalam  proses  komunikasi,  dalam  hal ini  untuk  mempaketkan 
pesan (baca : ‘message’) yang ingin disampaikan atau dipertukarkan (Sigala, 2007); 



Sebagai  aset  atau sumber  daya organisasi karena di dalamnya mengandung makna  yang 
terkait  langsung  maupun  �dak  langsung  dengan  produk  atau  jasa  yang  dihasilkan  oleh 
organisasi terkait (Law, 2007) dan terkadang memiliki  nilai komersial  yang harus  dilindungi 
karena   mengandung  Hak  Atas   Kekayaan  Intelektual   seseorang  atau  kolek�f  individu 
(Freeman, 2005); dan



Sebagai  bahan  pengembangan  pengetahuan  (Gupta,  2004)  karena  adanya  unsur  fakta/
data, fenomena, konteks, dan kualitas dari dalamnya (Dieng‐Kuntz, 2002).

Bagi  organisasi moderen,  apakah  yang  bersifat  komersial atau non‐profit,  keberadaan informasi 
yang  berkualitas sangatlah  pen�ng,  karena  tanpanya,  �dak mungkin  dapat  memenuhi  harapan 

seluruh pemangku kepen�ngan (baca : ‘stakeholders’) yang ada – terutama  dalam usahanya  untuk 
mencapai  visi  dan  misi  yang  telah   ditetapkan.  Oleh   karena  itulah   maka  keberadaan  informasi 

HALAMAN 1 DARI 5



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

berkualitas dipandang sebagai sebuah hal  yang sangat strategis  dan krusial  bagi organisasi  dewasa 
ini.
Model Tata Kelola Informasi
Sebagai   sebuah  aset,  sumber  daya,  produk,  representasi,  atau  keluaran,  informasi   memiliki 
berbagai  jenis  karakteris�k  (Rossi,  2001).  Domain  klasifikasinya  pun beragam,  seper�  (Colomb, 
2002):



Formal vs. Informal – membagi informasi berdasarkan sifat keabsahannya;



Internal vs. Eksternal – mengklasifikasikan informasi berdasarkan sumbernya;



Primer vs. Sekunder – memilah informasi berdasarkan siklus hidupnya;



Kuan�ta�f  vs.  Kualita�f  –  mengkategorisasikan  informasi   berdasarkan  karakter 
representasinya;



Eksplisit vs. Implisit – memandang informasi  dari  sisi seman�knya (baca : ilmu mengar�kan 
kalimat); dan lain‐lain.


Disamping  itu,  informasi  pun  memiliki  nilai kualitas  di  dalamnya,  terutama  dalam  era  internet 
dimana   begitu  banyaknya   informasi  yang  mengalir  di   dunia  fisik  maupun  siber,  dimana  di 
dalamnya   bercampur  antara   informasi  yang  memiliki  nilai  kebenaran  hingga   yang  bersifat 
‘sampah’  atau  �dak  berguna  karena  �dak memiliki unsur  kebenaran.  Contoh karakteris�k yang 
dimaksud adalah sebagai berikut (IT Governance Ins�tute., 2007):


Efek�f – informasi sesuai/relevan dengan kebutuhan penggunanya;



Efisien – informasi dihasilkan melalui penggunaan sumber daya yang op�mum;



Rahasia – informasi terlindungi dari pihak‐pihak yang �dak berwenang;




Integritas – informasi secara utuh �dak boleh terkontaminasi;



Ketersediaan – informasi dapat dihasilkan saat diperlukan;



Terpercaya – informasi dihasilkan oleh proses yang konsisten; dan



Kepatuhan – informasi diperoleh sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Keberanekaragaman karakteris�k informasi  dan �ngkat  kualitas  informasi tersebut mengandung 
ar�  bahwa  organisasi  harus  memiliki  cara,  model,  kebijakan,  prosedur,  dan  mekanisme  dalam 
melakukan pengelolaan atau manajemen terhadap informasi  dimaksud. Tanpa  adanya model tata 
kelola informasi yang baik, mustahil  akan diperoleh informasi yang berkualitas  dan mendatangkan 
manfaat  bagi  organisasi terkait.  Paling  �dak,  model tata  kelola  yang  harus  diperha�kan dalam 
manajemen informasi menyangkut (IT Governance Ins�tute., 2007):



Proses perencaanaan dan pengorganisasian informasi;



Proses pengadaan dan penggunaan informasi;



Proses pemeliharaan dan peremajaan informasi; dan

HALAMAN 2 DARI 5



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI




PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Proses pengawasan dan penilaian kualitas informasi.

Ekosistem Pengelolaan Informasi
Dalam organisasi, ekosistem pengelolaan informasi  dapat dibagi  menjadi  �ga  bagian, yaitu masing‐
masing terkait dengan: (i) proses; (ii) sumber daya manusia; dan (iii) teknologi, dengan penjelasan 
sebagai berikut (Heiskanen, 2004):


Proses  melipu�  ak�vitas  atau  kegiatan  mengelola   informasi   yang  telah  disampaikan 
sebelumnya,  dimana   kerap  diis�lahkan  sebagai  Manajemen  Informasi  –  yaitu  suatu 
rangkaian  ak�vitas  terkait  dengan  perencanaan,  pengorganisasian,  pengadaan, 
penggunaan,  pemeliharaan,  peremajaan,  pengawasan,  dan  penilaian  terhadap  beragam 
jenis  dan karakteris�k informasi  agar dapat memberikan manfaat sesuai  dengan kebutuhan 
organisasi (Applegate, 2003). 




Sementara terkait  dengan sumber  daya manusia beserta komponen pendukungnya serta 
kesepakatan  interaksi   di   antaranya,  dibangunlah  sebuah  Sistem  Informasi  –  berupa 
kumpulan  dari  individu  dan/atau  unit‐unit  organisasi,  beserta   perangkat  pendukung 
ak�vitasnya  sehari‐hari,  dimana  di  dalamnya  diberlakukan  suatu  aturan  interaksi  untuk 
memas�kan tercipta dan mengalirnya  informasi  dari  satu tempat ke tempat lainnya  sesuai 
dengan kebutuhan individu dan/atau unit organisasi dimaksud (Harindranath, 2002).



Karena  sifatnya  yang  ‘intangible’  maka  diperlukan  sebuah   cara   untuk  mengambil, 
menampung,  menyimpan,  mengolah,  dan  mendistribusikan  informasi  dimaksud,  yang 
dewasa ini dilakukan melalui  pemanfaatan Teknologi Informasi. Dengan melakukan proses 
digitalisasi  terhadap  informasi,  maka  secara  mudah,  murah,  dan cepat,  informasi dapat 
dikumpulkan,  diorganisasikan,  disimpan,  diolah,  dikembangkan,  dan  didistribusikan  ke 
pihak‐pihak  yang  membutuhkannya   dalam  organisasi,  tentu  saja   sesuai   dengan  tugas 
pokok, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya (Salazar, 2007).

Hubungan antara  Manajemen Informasi, Sistem Informasi, dan Teknologi Informasi dapat kurang 
lebih dianalogikan sebagaimana tubuh manusia, sebagai berikut:



Sistem  Informasi   memiliki  fungsi   dan  karakteris�k  sebagaimana   dalam  tubuh   manusia 
terdapat  sistem  pencernaan,  sistem  peredaran  darah,  sistem  pernafasan,  sistem  syaraf, 
dan lain sebagainya;



Sementara  Manajemen  Informasi   merupakan  suatu  mekanisme  sehari‐hari  untuk 
memas�kan tubuh manusia  sehat dan bekerja secara normal, misalnya  mekanisme  makan 
dua kali sehari, kebiasaan berolah‐raga, cek kesehatan ru�n, dan lain sebagainya; dan



Dan Teknologi Informasi  merupakan sejumlah  alat atau  piran�  yang membantu manusia 
dalam usahanya  untuk menjalani  hidup sehat,  termasuk di  dalamnya  alat‐alat  olah raga, 
perangkat  pemantau kesehatan, vitamin tambahan, kacamata, alat pacu jantung, dan lain 
sebagainya. 

Cukup  banyak  konsep yang mencoba untuk menjelaskan atau menganalogikan hubungan ke�ga 

komponen utama ekosistem pengelolaan informasi tersebut, contohnya adalah sebagai berikut:

HALAMAN 3 DARI 5



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT



Penggambaran  dengan  menggunakan  analogi  teori  ekonomi,  dimana  Sistem  Informasi 
dianggap  sebagai   kebutuhan  (demand)  sementara  Teknologi  Informasi   dilihat  sebagai 
bagian  dari  solusi   (supply),  dimana  kedua  kutub  ini   dapat  saling  bertemu  dan  mengisi 
melalui Manajemen Informasi yang baik (Cash, 1992);



Anggapan  bahwa Sistem Informasi merupakan suatu domain  terbesar  dalam  lingkungan 
ekosistem yang terdiri  dari  sejumlah  komponen pembentuk di  antaranya  adalah  Teknologi 
Informasi  (node)  dan  Manajemen  Informasi  (path)  –  sebagaimana  representasi  sebuah 
jejaring atau jaringan (McFarlan, 1983); dan



Relasi   antara   ke�ganya  dapat  digambarkan  dan  dibedakan  dengan  cara   menganggap 
Sistem Informasi sebagai cara mendeskripsikan suatu komponen pen�ng organisasi  yang 
terkait  dengan  informasi   (WHAT  and  WHY),  sementara  Teknologi  Informasi  lebih 
menekankan pada alat/piran� dan cara  yang digunakan individu atau unit organisasi  dalam 
menjalankan  fungsinya   di   organisasi   (WHO,  WHERE,  and  WHEN),  dan  Manajemen 
Informasi   adalah  pendekatan  atau  mekanisme   yang  dipergunakan  untuk   mengelola 
informasi (HOW) (Cook, 1996).

Terlepas  dari  berbagai mazab dan aliran pemikiran yang ada,  ke�ga  is�lah tersebut yaitu sistem 
informasi, teknologi  informasi, dan manajemen informasi  memiliki relasi  keterkaitan yang sangat 
erat, sehingga ke�ganya �dak dapat dengan mudah dipisahkan secara  eksklusif. Pada  hakekatnya, 
ke�ganya ada dalam konteks organisasi karena prinsip dan/atau alasan sebagai berikut :


Kebutuhan  dan keberadaan  data,  informasi,  pengetahuan,  dan kearifan  (baca  :  wisdom) 
yang dibutuhkan oleh organisasi  harus  dikelola  secara sungguh‐sungguh dan terkoordinasi, 
�dak bisa dilepaskan begitu saja;



Keseluruhan  aset  organisasi tersebut  �dak  berada dalam  satu wilayah organisasi namun 
tersebar  di  seluruh  ��k  individu  dan  unit  organisasi  sehingga   membentuk  sistem  yang 
rela�f kompleks dan harus dipahami cara kerja dan dinamikanya;



Volume   dan  frekuensi  penciptaan,  pengolahan,  penggunaan  dan  pemanfaatan  sumber 
daya informasi tersebut sangatlah �nggi  sehingga  untuk mengelolanya dibutuhkan bantuan 
teknologi informasi dan komunikasi yang handal agar efek�f dan efisien; dan



Pada  hakekatnya   keseluruhan  domain  pengelolaan  informasi   tersebut  berada   dalam 
wilayah  ekosistem organisasi  yang terdiri dari  berbagai  komponen yang saling berinteraksi 
satu  dengan  lainnya,  sehingga  dalam  melakukan  pengelolaan  terhadap  data,  informasi, 
pengetahuan,  dan  kearifan  organisasi  harus  dengan  melalui  pendekatan  pemikiran  dan 
penerapan yang holis�k dan sistemik.

Nilai Ekonomi dari Informasi
Mengingat begitu strategisnya ar� informasi  bagi  sebuah organisasi, maka mulai  bermunculanlah 
cara‐cara  melakukan  kuan�fikasi  dari  nilai  ekonomi  sebuah   informasi.  Hal  tersebut  perlu  dan 
pantas  untuk  dilakukan,  karena  dalam  rangka   membangun  sebuah   mekanisme  pengelolaan 
informasi  yang  baik,  dibutuhkan  biaya  yang  �dak  kecil  –  sehingga  sering  dipertanyakan  aspek 
‘cost‐benefit’  untuk  se�ap  inisia�f  manajemen  pengelolaan  informasi  (terutama  jika   terkait 
dengan keperluan investasi untuk mengadakan sistem dan teknologi informasi). Oleh karena itulah 
HALAMAN 4 DARI 5



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

maka   dikenalkan  berbagai  metode  untuk  membuat  informasi   yang  bersifat  ‘intengible’  dan 
‘unquan�fiable’  tadi   ke   dalam  sebuah  nilai   ekonomi   yang  bisa   dikuan�fikasi,  diolah,  dan 
dikomparasi.  Contoh  model   atau  konsep  dimaksud  antara  lain  adalah:  Strategic  Analysis 
Evalua�on,  Informa�on Economics,  Value  Chain Assessment,  Rela�ve  Compe��ve Performance, 
Proposed of Management  Vision Achieved,  Work Study  Assessment,  Financial‐Accoun�ng Based 
Analysis, User U�lity Assessment, dan lain sebagainya (Remenyi, 2007). 
Pen�ngnya  mengetahui  aspek ini  adalah untuk  memper�mbangkan  posisi  sistem  dan  teknologi 
informasi  dalam  konteks  manajemen  informasi  sebuah  organisasi.  Walaubagaimanapun,  aspek 
‘cost‐benefit’  atau  perhitungan  komparasi   antara  keuntungan  dan  biaya  yang  dikeluarkan 
organisasi  sangatlah  perlu  untuk  diperha�kan  karena   akan  mewarnai   strategi  pengembangan 
sistem,  teknologi,  dan  manajemen  informasi   dari  organisasi  terkait.  Biasanya,  dalam  kondisi 
demikian, peranan dan komitmen pimpinan organisasi  akan sangat menentukan maju mundurnya 
implementasi   atau  penerapan  sistem,  teknologi,  dan  manajemen  informasi  –  dalam  ar�  kata 
adalah unsur ‘leadership’ sangat menentukan dalam konteks ini.

‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐

HALAMAN 5 DARI 5



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013