Resume Buku Aspek Hukum dalam Ekonomi an

RESUME BUKU
ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI & BISNIS

DISUSUN OLEH:
HERI SUANTOSA
NIM: 14622290

MATA KULIAH: ASPEK HUKUM DALAM BISNIS
DOSEN PENGASUH: AGUSTINUS SIHOMBING, S.H., M.H., M.A., M.Th.

KELAS P2
JURUSAN AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN
TANJUNGPINANG
TAHUN AJARAN 2015/2016 GANJIL

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah
RESUME ASPEK HUKUM DALAM BISNIS dengan baik.
Dalam penulisan resume ini, tidak sedikit hambatan yang penulis

hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan resume
ini berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Agustinus Sihombing, S.H., M.H., M.A., M.Th. selaku dosen
pengasuh mata kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis yang telah memberikan
masukan dan sarannya yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan dorongannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
3. Teman-teman mahasiswa yang juga telah memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada
sehingga penulis berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi penyempurnaan makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan para
pembaca pada umumnya. Semoga materi yang disampaikan dalam makalah ini
dapat menjadi sumbangan pemikiran dan tambahan pengetahuan bagi kita semua.

Tanjungpinang, Desember 2015
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENGANTAR HUKUM BISNIS.........................................................

i
ii
1

A. Pengertian Ilmu Hukum, Hukum, dan Hukum Bisnis..........................
B. Sistematika Hukum...............................................................................
C. Subyek dan Obyek Hukum...................................................................

1
1
1


BAB II HUKUM PERIKATAN DAN PERJANJIAN.....................................

3

A.
B.
C.
D.
E.

Perikatan dan Perjanjian.......................................................................
Asas Perjanjian.....................................................................................
Syarat Sahnya Perjanjian serta Batal dan Pembatalan Perjanjian.........
Prestasi dan Wan Prestasi......................................................................
Risiko dan Keadaan Memaksa (Overmatch)........................................

3
3
4

4
5

BAB III ASPEK HUKUM BISNIS..................................................................

6

A.
B.
C.
D.
E.

Aspek Hukum Leasing.........................................................................
Aspek Hukum Waralaba.......................................................................
Aspek Hukum Asuransi........................................................................
Aspek Hukum Perbankan.....................................................................
Aspek Hukum Penjaminan dan Pengikatannya....................................

6

7
8
9
11

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI ARBITRASE
DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA....................................

13

A.
B.
C.
D.

Sengketa Bisnis dan Cara Penyelesaian Sengketa Bisnis.....................
Lembaga Penyelesaian Sengketa Bisnis...............................................
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa...................................
Jenis Arbitrase.......................................................................................


13
14
14
15

BAB V PERSEROAN TERBATAS.................................................................

17

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Pengertian dan Bentuk Hukum.............................................................
Pendirian Perseroan Terbatas................................................................
Modal dan Saham.................................................................................

Organ Perseroan Terbatas.....................................................................
Tugas, Kewenangan, dan Tanggung Jawab Direksi.............................
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan..............................................
Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Pemisahan..............

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

17
17
18
18
19
20
20

Page 3

H. Pemeriksaan Terhadap Perseroan.........................................................
I. Pembubaran, Likuidasi, dan Berakhirnya Badan Hukum Perseroan....


21
21

BAB VI KEPAILITAN DAN PENYUSUN KEWAJIBAN PEMBAYARAN
UTANG (PKPU)...............................................................................................

23

A. Kepailitan..............................................................................................
B. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).............................

23
26

BAB VII HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL...............................................

27

A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual..................................................
B. Cabang-cabang Hak Kekayaan Intelektual...........................................


27
27

IDENTITAS BUKU

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 4

 PENGANTAR HUKUM BISNIS 
A. Pengertian Ilmu Hukum, Hukum, dan Hukum Bisnis
Ilmu hukum adalah sebuah ilmu pengetahuan yang objeknya adalah
hukum. Sedangkan hukum itu sendiri merupakan kumpulan kaidah atau norma
tingkah laku yang dibuat oleh badan yang berwenang, berisi perintah dan
larangan, bersifat memaksa dan terdapat sanksi yang tegas, serta berlaku untuk
wilayah tertentu saja. Hukum bisnis (business law) adalah keseluruhan hukum
positif yang mengatur hak dan kewajiban yang timbul dari berbagai perikatan
dalam aktivitas bisnis.
B. Sistematika Hukum

Secara umum, hukum dibagi ke dalam dua kelompok yaitu hukum
privat dan hukum publik. Apabila mempelajari aspek hukum yang mengatur
aktivitas bisnis, maka hukum bisnis berada di kedua wilayah hukum, baik
hukum privat maupun hukum publik. Namun demikian, hukum bisnis banyak
berpedoman kepada ketentuan-ketentuan Hukum Perdata dalam kelompok
hukum publik, terutama dalam aspek perjanjian atau perikatan.
C. Subyek dan Obyek Hukum
Subyek hukum menurut Abdul R. Saliman dalam Silondae (2010: 45) adalah sesuatu yang bertindak sebagai pendukung hak dan kewajiban, dan
yang dapat menjadi subyek hukum antara lain:
a. Manusia atau orang pribadi (naturlijke persoon)
Subyek hukum orang berkaitan dengan persoalan kedewasaan seseorang.
Sejak berlakunya Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
maka batasan kedewasaan seseorang adalah 18 tahun, namun jika telah
menikah sebelum usia 18 tahun, maka dianggap telah dewasa.
b. Badan hukum (rechts persoon)

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 5


Badan hukum dianggap sebagai subyek hukum dan boleh melakukan
perbuatan hukum sesuai dengan Undang-undang tentang badan hukum
tersebut. Apabila ditinjau dari segi sifatnya, badan hukum terbagi menjadi:
 Badan hukum publik, memiliki ruang lingkup wewenang dan tanggung
jawab untuk kepentingan masyarakat luas. Contohnya Bank Indonesia
dan Perum Pegadaian.
 Badan hukum privat, memiliki lingkup wewenang dan tata cara
pendirian khusus, serta untuk kepentingan pihak tertentu. Contohnya
Perseroan Terbatas dalam berbagai aktivitas bisnis.
Sedangkan yang menjadi obyek hukum adalah segala sesuatu yang
dapat di hak-i oleh subyek hukum, di mana obyek hukum dapat berupa benda
dan/atau hak, serta dapat dikuasai atau dimiliki atau mempunyai hubungan
hukum dengan subyek hukum.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 6



HUKUM PERIKATAN DAN PERJANJIAN



A. Perikatan dan Perjanjian
Perikatan dan perjanjian merupakan dua hal yang berbeda. Secara
umum, perbedaan yang dimaksud dapat dilihat dari sumber lahirnya sebuah
perikatan. Perjanjian yang dibuat menerbitkan suatu perikatan antara orang
yang membuat perjanjian. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu
rangkaian perkataan yang mengandung janji atau kesanggupan yang diucapkan
atau ditulis.
Perikatan merupakan sesuatu yang sifatnya abstrak sedangkan
perjanjian mengandung pengertian yang konkret. Hal ini karena kita tidak
dapat melihat dengan panca indera suatu perikatan, sedangkan perjanjian dapat
dilihat atau dibaca suatu bentuk perjanjian ataupun didengar perkataan yang
berupa janji.
B. Asas Perjanjian
Ada tujuh jenis asas-asas umum hukum perjanjian yang harus
diperhatikan oleh setiap pihak yang terlibat di dalamnya:
a. Asas sistem terbukanya hukum perjanjian—Setiap pihak yang membuat
perjanjian memiliki kebebasan yang seluas-luasnya untuk membuat
berbagai macam bentuk perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai sosial dan memiliki itikad baik.
b. Asas konsensualitas—Setiap perjanjian ada sejak adanya kesepakatan
antara para pihak yang membuat perjanjian.
c. Asas personalitas—Tidak seorang pun dapat membuat perjanjian untuk
kepentingan pihak lain.
d. Asas itikad baik—Semua perjanjian haruslah dibuat didasari oleh suasana
batin yang memiliki itikad baik.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 7

e. Asas Pacta sunt Servanda—Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Siapapun
selain para pihak yang membuat perjanjian dilarang mencampuri isi
perjanjian yang telah dibuat.
f. Asas Force majeur—Suatu sebab yang memaksa untuk membayar ganti
rugi akibat tidak terlaksananya perjanjian.
g. Asas Exeptio non adiempleti contractus—Suatu pembelaan untuk
dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi akibat tidak dipenuhinya
perjanjian, dengan alasan pihak lain dalam perjanjian itu juga melakukan
suatu kelalaian.
C. Syarat Sahnya Perjanjian serta Batal dan Pembatalan Perjanjian
Agar suatu perjanjian sah, maka diperlukan syarat sebagai berikut:
a. Syarat subyektif, terdiri dari adanya kesepakatan dan kecakapan para pihak
yang membuat perjanjian.
b. Syarat obyektif, terdiri dari adanya obyek yang jelas dan adanya sebab
yang dibenarkan oleh hukum.
Kesepakatan yang merupakan salah satu syarat subyektif dianggap
tidak ada apabila perjanjian tersebut mengandung unsur paksaan, penipuan,
dan kekeliruan. Sedangkan apabila perjanjian tidak memuat syarat obyektif,
maka perjanjian tersebut batal demi hukum, artinya sejak perjanjian tersebut
dibuat sudah dianggap tidak pernah ada tanpa proses pembatalan terlebih
dahulu.
D. Prestasi dan Wan Prestasi
Suatu hubungan hukum yang lahir karena perjanjian melibatkan
minimal dua pihak. Dalam hal ini, debitur wajib melakukan suatu prestasi,
yang dikenal sebagai objek dari perikatan. Wan prestasi adalah suatu kondisi di
mana seseorang tidak memenuhi, terlambat memenuhi, atau memenuhi
kewajibannya tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan. Apabila seorang
debitur melakukan wan prestasi, maka ada empat cara yang dapat dipilih oleh
kreditur, yaitu:
a. Meminta pelaksanaan perjanjian walaupun sudah terlambat.
b. Meminta ganti kerugian saja.
c. Meminta perjanjian tetap dilaksanakan disertai permintaan ganti rugi.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 8

d. Meminta kepada hakim untuk membatalkan perjanjian disertai tuntutan
ganti rugi.
E. Risiko dan Keadaan Memaksa (Overmatch)
Yang dimaksud risiko dalam hukum perjanjian adalah kewajiban
untuk memikul kerugian yang merupakan akibat dari peristiwa di luar
kesalahan salah satu pihak. Di dalam prakteknya dapat dikatakan, apabila
terjadi kerugian, maka beban kerugian berada pada pihak sebagaimana isi
perjanjian dibuat antara kreditur dan debitur.
Sedangkan Overmacht atau keadaan memaksa yaitu suatu keadaan di
luar kekuasaan pihak debitur, yang tidak diketahui pada waktu perjanjian
dibuat, yang menjadi dasar hukum untuk memaafkan kesalahan pihak debitur.
Apabila terbukti adanya keadaan overmacht, maka pihak debitur akan bebas
dari kewajiban menanggung risiko. Keadaan yang termasuk overmacht antara
lain kebakaran, bencana alam, huru hara atau kondisi pribadi seperti jatuh
miskin, sakit, dan keadaan yang membahayakan jiwa.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 9



ASPEK HUKUM BISNIS



A. Aspek Hukum Leasing
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak
pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang waktu leasing berdasarkan nilai sisa
yang telah disepakati bersama.
Tidak ada peraturan yang secara khusus mengatur tentang leasing.
Namun, peraturan mengenai leasing yang dapat dijadikan pedoman adalah
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 dan berbagai
peraturan lainnya sepanjang substansinya belum diatur dalam SK tersebut.
Di dalam kegiatan sewa guna usaha terdapat empat pihak, yaitu:
a. Lessor, adalah perusahaan leasing yang menyediakan barang modal atau
fasilitas pembiayaan.
b. Lessee, adalah pihak atau nasabah yang membutuhkan barang modal atau
memerlukan pembiayaan.
c. Supplier, adalah pihak yang memiliki atau bisa juga memproduksi barang
modal yang diperlukan antara lessee dengan perantaraan lessor. Dalam hal
tertentu, supplier dapat pula bertindak sebagai lessor.
d. Asuransi, adalah pihak perusahaan yang akan menanggung risiko apabila
terjadi kerugian terhadap barang yang dijadikan obyek leasing.
Secara mendasar kegiatan leasing dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Finance leasing, merupakan bentuk sewa guna usaha yang kontraknya
memiliki jangka waktu cukup panjang, dengan kontrak yang tidak dapat
dibatalkan secara sepihak. Biaya pemeliharaan dan kerusakan ditanggung
oleh lessee, dan pada akhir kontrak lessee diberikan hak opsi untuk

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 10

membeli aset-aset yang disewanya dengan harga yang telah ditetapkan
atau memperpanjang kontrak.
b. Operating lease, merupakan suatu bentuk leasing yang jangka waktu
kontraknya relatif singkat, dan setiap saat dapat dibatalkan oleh lessee
dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada lessor. Biaya pemeliharaan
dan kerusakan ditanggung oleh lessor dan pada akhir kontrak lessee tidak
diberikan hak opsi.
B. Aspek Hukum Waralaba
Waralaba adalah suatu istilah yang dipergunakan sebagai pengganti
kata franchise. Dalam Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007, waralaba
adalah perikatan di mana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan
dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri
khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan
persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan
atau penjualan barang dan atau jasa.
Di dalam perjanjian waralaba, terdapat dua pihak yang merupakan
pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian yang dibuat. Pihak tersebut adalah
pemberi waralaba atau franchisor dan penerima waralaba atau franchisee.
Waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara pemberi
waralaba dengan penerima waralaba.
Di dalam perjanjian waralaba selalu harus disebutkan masa
perjanjian yaitu minimal 5 (lima) tahun, dan setiap penerima waralaba, baik
penerima waralaba utama atau penerima waralaba lanjutan wajib mendaftarkan
perjanjian waralabanya beserta keterangan tertulis kepada Departemen
Perindustrian dan Perdagangan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
terhitung mulai tanggal berlakunya perjanjian waralaba.
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem
waralaba, antara lain:
a. Pemberi waralaba tidak perlu mempersiapkan dana sebagai modal untuk
meningkatkan kecepatan pertumbuhan usahanya.
b. Organisasi pewaralaba mampu memperluas jaringan usahanya secara lebih
cepat, tanpa memerlukan modal yang besar.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 11

c. Pewaralaba tidak perlu menyiapkan sumber daya yang banyak karena
sumber daya manusia merupakan tanggung jawab masing-masing outlet.
C. Aspek Hukum Asuransi
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti. Perjanjian asuransi akan
dituangkan di dalam surat perjanjian yang disebut polis.
Asuransi semula diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD), namun dalam perkembangannya dikeluarkanlah Undangundang Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian dan Peraturan
Pemerintah

Nomor

73

tahun

1992

tentang

penyelenggaraan

usaha

perasuransian.
Beberapa jenis asuransi antara lain:
a. Dilihat dari segi fungsinya, asuransi terdiri dari asuransi kerugian, asuransi
jiwa (life insurance), dan reasuransi (reinsurance).
b. Dilihat dari segi kepemilikannya, bentuk asuransi antara lain asuransi
milik pemerintah, asuransi milik swasta nasional, asuransi milik
perusahaan asing, serta asuransi milik campuran.
Dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 1992, menyebutkan bentukbentuk usaha penunjang usaha asuransi, seperti:
a. Usaha pialang asuransi, yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak
untuk kepentingan tertanggung.
b. Usaha pialang reasuransi, yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penempatan asuransi dan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan
bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
c. Usaha penilai kerugian asuransi, yang memberikan jasa penilaian terhadap
kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan.
d. Usaha konsultan aktuaria, yang memberikan jasa konsultasi aktuaria.
e. Usaha agen asuransi, yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka
pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama tertanggung.
D. Aspek Hukum Perbankan

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 12

Di dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan

dan

menyalurkannya

kepada

masyarakat

dalam

rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan perbankan adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Hukum
perbankan adalah hukum positif yang bersumber dari ketentuan tertulis dan
tidak tertulis yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut ketatalaksanaan
kelembagaan bank.
Secara umum, aktivitas bank meliputi tiga bidang, yaitu:
a. Menghimpun dana dari masyarakat, dalam bentuk simpanan giro,
deposito, dan simpanan tabungan, kecuali bagi Bank Perkreditan Rakyat
tidak boleh melakukan aktivitas menghimpun dana dalam bentuk giro.
b. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit investasi, modal
kerja, dan kredit lainnya.
c. Memberikan jasa bank, seperti transfer, inkaso, kliring, safe deposit box,
letter of credit, menerima setoran pembayaran pajak, dan sebagainya.
Selain asas demokrasi ekonomi, beberapa asas-asas dalam perbankan
antara lain:
a. Asas kepercayaan (fiduciary principle), yaitu asas yang menyatakan usaha
bank dilandasi hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabah.
b. Asas kerahasiaan (confidential principle), yaitu asas yang mengharuskan
bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan
nasabah menurut kelaziman dunia perbankan.
c. Asas kehati-hatian (prudential principle), yaitu asas yang menyatakan
bahwa bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan
fungsi dan kegiatan usahanya.
Jenis-jenis bank dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Berdasarkan fungsinya, bank terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
b. Berdasarkan jenis usaha, bank terdiri dari Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).
c. Berdasarkan kepemilikannya, bank terdiri dari Bank Umum Milik Negara,
Bank Swasta, Bank Campuran, dan Bank Milik Pemerintah Daerah.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 13

d. Berdasarkan bentuk hukumnya, bank dapat berbentuk Perseroan Terbatas,
Koperasi, dan Perusahaan Daerah.
Penggabungan adalah upaya yang biasa dilakukan oleh bank untuk
memelihara tingkat kesehatan bank, atau bahkan lebih bertujuan untuk
menguasai pasar. Beberapa jenis penggabungan yang biasa dilakukan, yaitu:
a. Merger, adalah penggabungan dua bank atau lebih dengan cara
mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank
lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
b. Konsolidasi, adalah penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara
mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank tersebut.
c. Akuisisi, adalah pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang berakibat
pada beralihnya pengendalian terhadap bank.
Kerahasiaan bank tidak berlaku bagi nasabah dalam kasus berikut:
a. Untuk kepentingan perpajakan terkait keuangan nasabahnya.
b. Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada BUPN
(Badan Urusan Piutang Negara).
c. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana.
d. Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank.
e. Untuk kepentingan pihak lain yang ditunjuk oleh nasabah untuk
kepentingan penyelesaian kewarisan.
Kredit merupakan pinjaman yang diberikan oleh bank kepada
nasabah sebagai pinjaman, dan dengan demikian berarti dana tersebut harus
dikembalikan kepada bank sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Di sini
jelas adanya hubungan kontraktual antara bank dengan nasabah. Dalam
memberikan kredit, bank perlu memperhatikan dan melakukan penilaian
terhadap 5C, antara lain character, capacity, capital, collateral dan condition
of economy.
Hapusnya perikatan dalam perjanjian kredit dapat disebabkan oleh
sepuluh hal, atara lain pembayaran, penawaran pembayaran tunai diikuti
penyimpanan atau penitipan, pembaharuan hutang (novasi), penjumlahan
hutang (kompensasi), pencampuran hutang, pembebasan hutang, musnahnya
barang yang terutang, pembatalan, berlakunya syarat batal, dan lewat waktu.
E. Aspek Hukum Penjaminan dan Pengikatannya
Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank, mengingat
apabila nasabah mengalami suatu kemacetan, maka akan sulit bagi bank untuk

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 14

menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Oleh karena itu, agar kredit
sebaiknya diberikan dengan adanya jaminan. Agar jaminan tersebut secured,
maka harus diadakan perjanjian pengikatan. Secara garis besar, lembaga
jaminan yang ada di Indonesia dapat dikenali menurut:
a. Cara terjadinya, yaitu yang lahir karena Undang-undang dan perjanjian.
b. Sifatnya, yaitu yang termasuk jaminan umum jaminan khusus maupun
yang bersifat kebendaan perorangan.
c. Obyeknya, yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak.
d. Kewenangan menguasai benda jaminan, terdiri dari yang menguasai
bendanya, dan yang menguasai benda jaminannya.
Ada tiga jenis pengikatan dalam perihal jaminan, antara lain:
a. Fiducia. Fiducia adalah pengalihan hak kepada kepemilikan suatu benda
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Perjanjiannya bersifat accessoir, yang akan dihapus jika perjanjian
pokoknya yaitu peminjaman uang hapus atau dilunasi.
b. Hak tanggungan atas tanah. Hak tanggungan merupakan hak jaminan di
mana obyeknya adalah tanah beserta benda-benda yang ada di atasnya atau
tidak untuk pelunasan hutang tertentu, bersifat accesoir, memberikan
kedudukan didahulukan atau diutamakan untuk kreditor tertentu dan
pemberian hak tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian
Hak Tanggungan oleh PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Gadai. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang atas suatu benda
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang, dan
yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan. Saat ini gadai sudah
sedemikian berkembang, yaitu dengan berkembangnya lembaga keuangan
pegadaian, yang merupakan lembaga keuangan yang menerima gadai
dengan jaminan dalam bentuk benda bergerak.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 15



PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI
ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN
SENGKETA



A. Sengketa Bisnis dan Cara Penyelesaian Sengketa Bisnis
Mengingat kegiatan bisnis semakin meningkat dari hari ke hari,
maka tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa (dispute) di antara pihak
yang terlibat. Sengketa bisnis merupakan sengketa yang timbul di antara pihakpihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau perdagangan.
Cara penyelesaian sengketa bisnis, dapat dipandang dari dua sudut,
antara lain:
a. Dari sudut pandang pembuat keputusan:
 Adjudikatif—Mekanisme penyelesaian yang ditandai di mana
kewenangan pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak ketiga
dalam sengketa di antara para pihak.
 Konsensual (kompromi)—Cara penyelesaian

sengketa

secara

kooperatif untuk mencapai penyelesaian bersifat win-win solution.
 Quasi adjudikatif—Merupakan kombinasi antara unsur konsensual
dan adjudikatif.
b. Dari sudut prosesnya:
 Litigasi (ordinary court/court settlement)—Merupakan mekanisme
penyelesaian

sengketa

melalui

jalur

pengadilan

dengan

menggunakan pendekatan hukum (law approach).
 Non litigasi (extra ordinary court/ out of court settlement)—
Merupakan mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan
tidak menggunakan pendekatan hukum formal.
B. Lembaga Penyelesaian Sengketa Bisnis
Adapun lembaga penyelesaian sengketa bisnis di Indonesia antara
lain Pengadilan Umum, Pengadilan Niaga, Arbitrase, serta penyelesaian

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 16

sengketa alternatif melalui mekanisme negosiasi, mediasi, konsiliasi,
konsultasi, dan penilaian ahli.
a. Pengadilan Umum
Pengadilan Umum merupakan lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman di
Indonesia yang bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili, memutus,
dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama.
b. Pengadilan Niaga
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan
memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU), serta sengketa Hak Kekayaan Intelektual
(Hak Cipta, Merek, dan Paten).
Terdapat persamaan karakteristik antara Pengadilan Umum (litigasi)
dan Pengadilan Niaga, antara lain:
a. Prosesnya sangat formal.
b. Keputusan dibuat pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (majelis hakim).
c. Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan.
d. Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding).
e. Orientasi pada fakta hukum (fact orientation).
f. Proses persidangan bersifat terbuka
C. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Arbitrase berasal dari kata arbiter yang berarti wasit, sehingga
menurut Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu
sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang bersengketa.
Beberapa prinsip di dalam arbitrase antara lain:
a. Penyelesaian sengketa dilakukan di luar pengadilan.
b. Keinginan untuk menyelesaikan sengketa harus didasarkan

atas

kesepakatan tertulis yang dibuat pihak yang bersengketa.
c. Sengketa yang dapat diselesaikan hanyalah sengketa dalam bidang
perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
d. Para pihak yang bersengketa mempunyai hak dan kesempatan yang sama
dalam mengemukakan pendapat masing-masing.
e. Arbiter atau majelis arbitrase mengambil putusan berdasarkan ketentuan
hukum, atau berdasarkan keadilan dan kepatutan.
RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 17

f. Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
pemeriksaan ditutup.
g. Putusan arbitrase bersifat final and binding artinya final dan mempunyai
kekuatan hukum tetap serta mengikat.
h. Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara
sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan
Negeri atas permohonan salah satu pihak yang bersengketa.
Ada dua bentuk klausula arbitrase, antara lain:
a. Pactum de compromittendo, yang maksudnya adalah adanya kesepakatan
bagi para pihak yang membuat perjanjian untuk di kemudian hari apabila
terjadi sengketa akan diselesaikan melalui arbitrase.
b. Acta compromise adalah adanya kesepakatan bagi kedua pihak yang
bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya melalui arbitrase, namun
kesepakatan muncul setelah terjadinya sengketa.
D. Jenis Arbitrase
Jenis arbitrase dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Arbitrase ad hoc atau arbitrase volunteer yaitu arbitrase yang dibentuk
secara khusus untuk menyelesaikan atau memutus perselisihan tertentu.
Apabila sengketa telah diputus, arbitrase akan lenyap dengan sendirinya.
b. Arbitrase institusional, yaitu merupakan lembaga atau badan arbitrase
yang bersifat permanen, yang sengaja didirikan untuk menyelesaikan
sengketa bagi mereka yang ingin menyelesaikan sengketa di luar
pengadilan.
Selain itu, terdapat pula beberapa alternatif penyelesaian sengketa
lainnya (Alternative Dispute Resolution/ADR):
a. Negosiasi (negotiation)
Negosiasi berasal dari kata latin negotium yang berarti kegiatan atau usaha
yang dapat didefinisikan sebagai kegiatan atau usaha yang merujuk pada
bentuk tawar menawar atau berunding dengan sudut pandang untuk
mencapai kesepakatan. Dalam mekanisme negosiasi, penyelesaian
sengketa dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan di antara
para pihak yang bersengketa tanpa melibatkan orang ketiga dengan jangka
waktu yang diberikan selama 14 (empat belas) hari.
b. Mediasi (mediation)

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 18

Mediasi adalah salah satu mekanisme penyelesaian sengketa di luar
pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang
bersifat netral dan tidak memihak. Pihak ketiga (mediator) membantu para
pihak yang bersengketa untuk mengidentifikasi isu-isu yang diperdebatkan
mencapai suatu kesepakatan.
c. Konsiliasi (conciliation)
Konsiliasi adalah suatu proses di mana para pihak dalam suatu konflik,
dengan bantuan suatu pihak ketiga netral (konsiliator), mengidentifikasi
masalah, menciptakan pilihan-pilihan, dan mempertimbangkan pilihan
penyelesaian.
d. Penilaian ahli (expert appraisal)
Penilaian ahli adalah suatu proses yang menghasilkan suatu pendapat
objektif, independen, dan tidak memihak atas fakta-fakta atau isu-isu yang
dipersengketakan, oleh seorang ahli yang ditunjuk oleh para pihak yang
bersengketa.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 19

 PERSEROAN TERBATAS



A. Pengertian dan Bentuk Hukum
Menurut Undang-undang No. 40 tahun 2007, yang dimaksud
Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas ditegaskan bahwa bentuk hukum PT adalah badan hukum.
Sebagai suatu badan hukum, maka tanggung jawab pemilik atau pemegang
saham adalah terbatas, maksudnya pemegang saham hanya bertanggung jawab
sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta
kekayaan pribadinya.
B. Pendirian Perseroan Terbatas
Adapun prosedur pendirian Perseroan Terbatas antara lain:
a. Pembuatan akte pendirian oleh notaris. Para pendiri menghadap notaris
untuk membuat akte otentik pendirian suatu Perseroan Terbatas.
b. Pengesahan oleh Menteri di bidang Hukum dan HAM. Akte pendirian
diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk mendapat pengesahan
dari pemerintah paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak ditandatangani
akta pendirian.
c. Pendaftaran Perseroan, diselenggarakan oleh Menteri Hukum dan HAM,
yang memuat data-data tentang Perseroan.
d. Pengumuman di dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia,
paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkannya Keputusan
Menteri mengenai pengesahan sebagai badan hukum.
RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 20

C. Modal dan Saham
Modal dasar Perseroan Terbatas terdiri atas seluruh nilai nominal
saham, dengan modal paling sedikit adalah Rp 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah). Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang
dan/atau dalam bentuk lainnya. Dalam hal penyetoran modal saham dilakukan
dalam bentuk lain, penilaian setoran modal saham ditentukan berdasarkan nilai
wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar oleh ahli yang tidak terafiliasi
dengan Perseroan.
Penambahan modal Perseroan dilakukan berdasarkan persetujuan
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Keputusan RUPS untuk penambahan
modal dasar adalah adalah sah apabila dilakukan dengan memperhatikan
persyaratan kuorum dan jumlah suara setuju untuk perubahan anggaran dasar
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang PT.
Saham dalam Perseroan Terbatas memberikan

hak

kepada

pemiliknya antara lain:
a. Hak untuk dicatat dalam daftar pemegang saham.
b. Hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS.
c. Hak untuk menerima dividen yang dibagikan.
d. Hak untuk menerima sisa kekayaan hasil likuidasi.
D. Organ Perseroan Terbatas
Organ Perseroan Terbatas terdiri dari:
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), adalah organ Perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang atau
anggaran dasar, di mana wewenang tersebut antara lain:
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Direksi dan Komisaris.
 Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan, serta
pemisahan.
 Menyetujui pengajuan permohonan pailit.
 Menyetujui perpanjangan jangka waktu berdirinya Perseroan.
 Mengubah anggaran dasar.
 Membubarkan Perseroan.
b. Dewan Komisaris, adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada Direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 21

dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan. Dalam menjalankan tugas pengawasan, Dewan
Komisaris dapat membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih
adalah anggota Dewan Komisaris.
c. Direksi, adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
E. Tugas, Kewenangan, dan Tanggung Jawab Direksi
Direksi jika dilihat dari tugas dan wewenangnya, maka direksi
mempunyai fungsi ganda, yaitu fungsi kepengurusan dan fungsi perwakilan.
Prinsip Fiduciary Duties, yaitu prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan
yang dipercayakan kepadanya oleh Perseroan. Ada tiga unsur penting dalam
prinsip Fiduciary Duties:
a. Duty of skills and care, adalah prinsip yang merujuk kepada kemampuan
serta kehati-hatian tindakan direksi.
b. Duty of loyalty, adalah prinsip yang merujuk kepada itikad baik dari
direksi untuk bertindak hanya demi kepentingan dan tujuan Perseroan.
c. Corporate opportunity, adalah prinsip untuk tidak mengambil keuntungan
pribadi atas suatu kesempatan yang sebenarnya menjadi peluang bagi
perusahaan.
Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas
kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugasnya. Namun, direksi yang dipersalahkan melanggar prinsip
kehati-hatian, loyalitas, dan untuk kepentingan Perseroan dapat mengajukan
pembelaan menurut Business Judgment Principle (keputusan bisnis yang tulus
dan dibuat berdasarkan itikad baik).
F. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Pasal 74 ayat (1) Undang-undang PT mewajibkan Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
(Corporate Social Responsibility).

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 22

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan
untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
G. Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Pemisahan
Penggabungan (merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan
lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang
menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang
menggabungkan diri berakhir karena hukum. Beberapa alasan dan tujuan
dilakukan penggabungan antara lain memperluas pangsa pasar, menghemat
biaya distribusi, diversifikasi (penganekaragaman jenis usaha), mengurangi
biaya Research and Development (R&D), pertimbangan finansial, dan
pertimbangan sumber daya manusia.
Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua
Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu
Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari
Perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan yang
meleburkan diri berakhir karena hukum.
Pengambilalihan (akuisisi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham
Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan
tersebut.
Sedangkan pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan
pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada dua Perseroan atau lebih atau
sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu
Perseroan atau lebih.
H. Pemeriksaan Terhadap Perseroan
Pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data atau keterangan dalamhal terdapat dugaan bahwa:

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 23

a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
pemegang saham atau pihak ketiga.
b. Anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan melanggar
hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengajukan permohonan secara
tertulis beserta alasannya ke Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan Perseroan.
I. Pembubaran, Likuidasi, dan Berakhirnya Badan Hukum Perseroan
Pembubaran Perseroan terjadi ketika:
a. Berdasarkan keputusan RUPS.
b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar
telah berakhir.
c. Berdasarkan penetapan pengadilan.
d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi.
f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan harta kekayaan
Perseroan dalam proses likuidasi meliputi pelaksanaan:
a. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan.
b. Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara mengenai rencana
pembagian kekayaan hasil likuidasi.
c. Pembayaran kepada para kreditur.
d. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.
e. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan
kekayaan.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 24



KEPAILITAN DAN PENYUSUN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN UTANG (KPPU)



A. Kepailitan
Kepailitan diartikan sebagai sita umum atas semua kekayaan debitur
pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas. Dasar hukum berlakunya Hukum Kepailitan di
Indonesia terdapat di dalam Undang-undang No.37 tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Ada beberapa tujuan hukum kepailitan (bankruptcy law), antara lain:
a. Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitur di antara
para krediturnya.
b. Mencegah agar para debitur tidak melakukan perbuatan yang dapat
merugikan kepentingan para kreditur.
c. Memberikan perlindungan kepada debitur yang beritikad dari pada
krediturnya, dengan cara memperoleh pembebasan hutang.
Ada beberapa asas yang sejalan dengan yang seharusnya dianut oleh
suatu Undang-undang kepailitan yang baik:
a. Asas keseimbangan. Di satu pihak, terdapat ketentuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh
debitur yang tidak jujur dan kreditur yang tidak beritikad baik.
b. Asas kelangsungan usaha. Terdapat ketentuan yang memungkinkan
perusahaan debitur yang prospektif tetap dilangsungkan.
c. Asas keadilan. Ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa
keadilan bagi para pihak yang berkepentingan.
d. Asas integrasi. Sistem hukum formil dan materiilnya merupakan kesatuan
yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.
Permohonan pailit seorang debitur harus memenuhi syarat-syarat:
a. Debitur mempunyai sedikitnya dua hutang dari dua atau lebih kreditur.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 25

b. Debitur tidak melunasi sedikitnya satu hutang kepada salah satu
krediturnya.
c. Utang yang tidak dibayar lunas itu haruslah hutang yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih (due/expired and payable).
Sedangkan pihak-pihak yang berhak mengajukan permohonan pailit,
antara lain:
a. Kreditur. Kreditur dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa
kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta
debitur dan haknya untuk didahulukan.
b. Debitur sendiri. Seorang debitur dapat mengajukan permohonan
pernyataan pailit terhadap dirinya (voluntary petition) apabila memenuhi
syarat-syarat permohonan pailit seorang debitur.
c. Kejaksaan untuk kepentingan umum. Kejaksaan dapat mengajukan
permohonan pailit dengan alasan untuk kepentingan negara dan/atau
masyarakat luas telah dipenuhi.
d. Bank Indonesia. Dalam hal debitur adalah bank, permohonan pernyataan
pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia, didasarkan pada
penilaian kondisi keuangan dan perbankan secara keseluruhan.
e. Badan Pengawas Pasar Modal—LK (BAPEPAM-LK). Dalam hal debitur
adalah perusahaan efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
Putusan atas Permohonan Pernyataan Pailit dan hal-hal lain yang
berkaitan ditetapkan oleh Pengadilan Niaga, yaitu yang daerah hukumnya
meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitur. Upaya hukum yang dapat
diajukan terhadap putusan atas pernyataan permohonan pailit adalah kasasi ke
Mahkamah Agung, paling lambat 8 (delapan) hari setelah tanggal putusan yang
dimohonkan kasasi diucapkan, dengan mendaftarkan kepada Panitera
Pengadilan yang telah memutuskan permohonan pernyataan pailit.
Putusan pailit mengakibatkan harta kekayaan debitur sejak putusan
itu dikeluarkan oleh hakim, dimasukkan ke dalam harta pailit. Kepailitan
meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan pernyataan pailit
diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 26

Dalam hukum kepailitan berlaku suatu asas hukum perdata, yaitu
Actio Pauliana yaitu hak yang diberikan Undang-undang kepada seorang
kreditur untuk mengajukan permohonan pembatalan segala perbuatan yang
tidak diwajibkan untuk dilakukan debitur terhadap harta kekayaannya yang
diketahui oleh debitur perbuatan tersebut merugikan kreditur, yang dilakukan
sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
Tugas untuk melakukan pengurusan harta pailit dilakukan oleh
kurator, di mana kurator yang dimaksud adalah Balai Harta Peninggalan atau
orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan
membereskan harta debitur pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas.
Dalam melaksanakan tugasnya, kurator:
a. Tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur, meskipun dalam keadaan di
luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan demikian disyaratkan.
b. Dalam melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka
meningkatkan harta pailit.
Segera setelah kepada kreditur yang telah dicocokkan piutangnya,
dibayarkan dalam jumlah penuh piutang mereka, atau segera setelah daftar
pembagian penutup menjadi pengikat maka berakhirlah kepailitan. Kurator
selanjutnya wajib untuk:
a. Membuat pengumuman berakhirnya kepailitan dalma Berita Negara.
b. Memberikan pertanggungjawaban kepada Hakim Pengawas paling lama
30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan.
c. Menyerahkan bukti dokumen kepada debitur dengan tanda bukti
penerimaan yang sah.
B. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (KPPU)
Ada dua cara yang disediakan Undang-undang Kepailitan dan PKPU
agar debitur terhindar dari ancaman harta kekayaannya:
a. Mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Suspension of
Payment and Surseance van Betalingen). Tujuan PKPU adalah untuk
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran
sebagian atau seluruh utang kepada kreditur. Pengajuan PKPU dapat
dilakukan sebelum atau pada waktu pengajuan permohonan pailit.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 27

b. Mengadakan perdamaian antara debitur dengan para krediturnya setelah
debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan. Apabila perdamaian tercapai,
maka kepailitan debitur yang telah diputuskan oleh pengadilan berakhir.
Pihak-pihak yang berhak mengajukan PKPU antara lain:
a. Debitur. Debitur yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat
melanjutkan membayar hutang-hutangnya yang sudah jatuh waktu dan
dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang,
dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi
tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utangnya kepada kreditur.
b. Kreditur. Kreditur yang memperkirakan bahwa debiturnya tidak dapat
melanjutkan membayar hutangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat
ditagih, dapat memohon agar kepada debitur diberi Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, untuk memungkinkan debitur mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh
utangnya kepada kreditur.
Apabila Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah disetujui,
penundaan tersebut dan perpanjangannya tidak boleh melebihi 270 (dua ratus
tujuh puluh) hari setelah putusan PKPU sementara diucapkan. Selama
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang berlangsung, terhadap debitur tidak
dapat diajukan permohonan pailit. Debitur tidak dapat dipaksa membayar utang
dan semua tindakan eksekusi yang telah mulai untuk memperoleh pelunasan
hutang, harus ditangguhkan.

RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 28



HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL



A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right) menurut
Abdrew Steward adalah sekumpulan hak yang diberikan oleh hukum untuk
melindungi investasi ekonomi dan usaha-usaha kreatif. Adapun Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) selalu mengandung tiga unsur:
a. Mengandung hak eksklusif yang diberikan oleh hukum.
b. Hal tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada
kemampuan intelektual.
c. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.
B. Cabang-cabang Hak Kekayaan Intelektual
Hak kekayaan intelektual yang dianut di Indonesia mengenal tujuh
cabang, yaitu:
a. Hak Cipta (Copyright)
Pengaturan Hak Cipta di Indonesia diatur dalam Undang-undang No.19
tahun 2002 tentang Hak Cipta. Adapun yang dimaksud Hak Cipta adalah
hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan yang berlaku.
Dalam pasal 12 ayat 1 Undang-undang Hak Cipta, disebutkan berbagai
ciptaan yang dilindungi mencakup:
 Buku, program komputer, pamflet, layout karya tulis yang diterbitkan.
 Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan yang sejenis dengan itu.
 Alat peraga yang dibuat untuk pendidikan dan ilmu pengetahuan.
 Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
 Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomin.
 Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, kaligrafi, seni pahat,
seni patung, kolase dan seni terapan.
 Arsitektur dan peta.
RESUME BUKU ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Page 29

 Fotografi dan sinematografi.
 Terjemahan, tafsir saduran, dan karya lain hasil pengalihwujudan.
Terdapat juga pembatasan atas hak cipta, di mana tidak ada hak cipta atas
hasil rapat terbuka lembaga-lembaga negara, peraturan perundangundangan, pidato kenegaraan atau pejabat pemerintah, serta keputusan
arbitrase atau keputusan badan sejenis lainnya.
Beberapa perbuatan yang tidak dapat dituntut melanggar hak cipta:
 Mengumumkan dan/atau memperbanyak lambang negara dan lagu
kebangsaan menurut sifatnya yang asli.
 Mengumumkan dan/atau memperbanyak

segala

sesuatu

yang

diumumkan dan/atau diperbanyak oleh pemerintah, kecuali apabila
Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi.
 Pengambilan berita aktual baik sebagian atau seluruhnya dari kantor
berita atau sumber sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus
disebutkan secara lengkap.
Tidak dianggap pelanggaran Hak Cipta dengan syarat bahwa sumbernya
harus disebu