Mengantisipasi Perubahan Dalam Organisas. docx

www.daroelazis.blogspot.com

Mengantisipasi Perubahan Dalam Organisasi

Bagi

seorang

pemimpin

organisasi,

tuntutan

untuk

dapat

mengantisipasi perubahan-perubahan dalam organsiasinya tak boleh
luput dari perhatiannya. Apa pasal? Karena antisipasi ini dimaksudkan
agar organisasi, berikut anggotanya, dapat menyesuikan diri dengan

lingkungan yang sangat dinamis dan cepat berubah itu. Perubahanperubahan dalam organsiasi ini dapat berwujud seperti misalnya,
perkembangan

teknologi,

perubahan

kondisi

ekonomi

dan

politik,

perubahan kualitas dan sikap anggota organisasi, semakin pentingnya
tanggung jawab sosial organsasi, dan perubahan-perubahan lainnya.
Perubahan tersebut merupakan tantangan yang harus dikelola agar dapat
berjalan secara efektif dan tidak menganggu kinerja organisasi berikut
anggota-anggota yang berada di dalamnya.

Banyak sekali faktor-faktor yang memengaruhi perubahan dan
perkembangan

suatu

organsiasi,

dan

sebagian

besar

faktor-faktor

tersebut berubah secara kontinyu. Faktor-faktor yang menimbulkan atau
menyebabkan perubahan itu bisa berasal dari luar dan dari dalam
organisasi. Dari luar organsiasi dapat meliputi kebudayaan, pendidikan,
sosial, politik, teknologi, dan ekonomi. Sementara dari dalam organisasi
dapat meliputi tujuan organisasi, teknologi, strategi, kebijaksanaan, dan

kegiatan-kegiatan karyawan.
Terkait

faktor-faktor

yang

memengaruhi

perubahan

dan

perkembangan organisasi ini, dapat kita buat analogi sederhana dengan
ilustrasi tubuh manusia. Manusia akan memberikan tanggapan terhadap
rangsangan (stimulan) eksternal dalam lingkungannya seperti temperatur,
cuaca, jadwal kerja, dan situasi lain yang mungkin muncul sehari-hari.
Selain

itu,


manusia

juga

akan

memberikan

tanggapan

terhadap

rangsangan internal, seperti rasa lapar, rasa lelah, rasa pusing, rasa
ngantuk, dan lain sebagainya.
Dua pendekatan penanganan perubahan

www.daroelazis.blogspot.com
Ada dua pendekatan utama penanganan perubahan organisasi yang
dapat digunakan pemimpin organsiasi. Pendekatan pertama adalah proses

perubahan reaktif. Dalam pendekatan ini, pemimpin organisasi bereaksi
atas tanda-tanda bahwa perubahan sangat dibutuhkan, atau perlu
memodifikasi sedikit demi sedikit untuk menangani masalah-masalah
tertentu yang sedang timbul. Pendekatan ini terhitung lebih murah dan
sederhana, namun memerlukan kecakapan pemimpin organisasi dalam
memecahkan masalah.
Contoh,

ketika

sebuah

organisasi

publik

terus

menerus


mendapatkan komplain dari masyarakat, pemimpin organisasi tersebut
harus segera mencari penyelesaiannya, misalnya dengan mengevaluasi
kinerja bawahannya, sudahkah ada standar pelayanan, jika sudah apakah
hal tersebut sudah diketahui bawahan, jika sudah diketahui bagaimana
pelaksanaannya. Tindakan dari pemimpin organisasi itulah kemudian yang
kita sebut sebagai reaksi atas permasalahan yang terjadi.
Pendekatan kedua adalah dengan mengembangkan suatu program
perubahan yang direncanakan, atau biasa disebut sebagai proses
perubahan proaktif. Perubahan yang direncanakan ini memiliki ruang
lingkup yang lebih luas dan besar dibanding perubahan reaktif karena
pendekatan ini mengantisipasi perubahan dalam lingkungan dan internal;
melibatkan keterikatan waktu dan sumber daya yang lebih besar;
memerlukan keteramplan dan pengetahuan yang lebih untuk keberhasilan
implementasinya, dan dapat menimbulkan masalah-masalah yang lebih
besar jika implementasinya gagal. Karena kompleksitas dan kecepatan
perubahan yang terjadi itulah, pemimpin organisasi harus memahami
pentingnya perencanaan perubahan organisasi.
Kombinasi Pendekatan
Menurut hemat saya, sebenarnya pemimpin organisasi dapat
mengombinasikan dua pendekatan di atas secara bersamaan. Kombinasi

ini diperlukan mengingat bahwa pada dasarnya permasalahan yang
muncul dalam sebuah organisasi, baik dari dalam maupun dari luar, besar
atau kecil, tetap memerlukan reaksi dan perencanaan penyelesaian.

www.daroelazis.blogspot.com
Reaksi dalam hal ini dapat kita sebut sebagai upaya penanggulangan atau
penanganan masalah, sementara perencanaan perubahan dapat kita
posisikan

sebagai

pencegahan.

Dengan

mengombinasikan

kedua

pendekatan ini, baik pemimpin, anggota, maupun organisasi dapat lebih

antisipatif terhadap perubahan-perubahan maupun permasalahan dalam
organisasi.Demikian, semoga hal tersebut segera menjadi perhatian kita.
Baca selengkapnya di : Handoko, T Hani, 1984. Manajemen. BPFE :
Yogyakarta.